Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

ETIKA PROFESI KEPERAWATAN

Disusun oleh :

Asih Sutanti
Christiana Asih Murwati
Celsa Fernandes C
Dwi Ayuningtyas
Indah Rini Yasinta
Yohana Suparlin

PRODI RPL DIII KEPERAWATAN


Stikes Pantiwaluya Malang
2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa, atas berkat dan rahmat-
Nya, penulis dapat menyelesaikan penyusunan Makalah tugas mata kuliah etika keperawatan yang
berjudul “ Etika Profesi Keperawatan” tepat waktu. Makalah ini tidak akan selesai tepat waktu
tanpa bantuan dari berbagai pihak.

Makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik
dan saran dari pembaca untuk kemajuan makalah ini di masa mendatang.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk pembaca.


DAFTAR ISI

COVER .............................................................................................................................. !

KATA PENGANTAR ......................................................................................................!!

DAFTAR ISI................................................................................................................... !!!

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ............................................................................................................ 1

1.2 Tujuan ......................................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Definisi Etika Keperawatan ....................................................................................... 6

2.2 Tujuan Etika Keperawatan ......................................................................................... 8

2.3 Pendekatan dalam Etika Keperawatan ..................................................................... 10

2.4 Tipe-tipe Etika Keperawatan ................................................................................... 11

2.5 Teori-teori dalam Etika Keperawatan ...................................................................... 12

2.6 Prinsip-prinsip Etika Keperawatan .......................................................................... 13

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan ............................................................................................................... 20

3.2 Saran ......................................................................................................................... 20

Lampiran ……………………………………………………………………………….

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Etika Keperawatan adalah Etika (Yunani kuno: “ethikos“, berarti “timbul dari kebiasaan”)
adalah cabang utama filsafat yang mempelajari nilai atau kualitas yang menjadi studi
mengenai standar dan penilaian moral. Etika mencakup analisis dan penerapan konsep seperti
benar, salah, baik, buruk, dan tanggung jawab. Praktek keperawatan sebagai suatu pelayanan
profesional diberikan berdasarkan ilmu pengetahuan, menggunakan metodologi keperawatan
dan dilandasi kode etik keperawatan. Kode etik keperawatan mengatur hubungan antara
perawat dan pasien, perawat dengan institusi tempat bekerja, perawat terhadap sesama
anggota tim kesehatan atau sejawat, perawat terhadap profesi lain dan perawat terhadap
pemerintah, bangsa dan tanah air. Pada hakikatnya keperawatan sebagai profesi senantiasa
mengabdi kepada kemanusiaan, mendahulukan kepentingan masyarakat diatas kepentingan
pribadi, bentuk pelayanannya bersifat humanistik, menggunakan pendekatan secara holistik,
dilaksanakan berdasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan serta menggunakan kode etik
sebagai tuntutan utama dalam melaksanakan pelayanan/asuhan keperawatan. Dengan
memahami konsep etik, setiap perawat akan memperoleh arahan dalam melaksanakan asuhan
keperawatan yang merupakan tanggung jawab moralnya dan tidak akan membuat keputusan
secara sembarangan.

1.2 Tujuan

1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah etika keperawatan


2. Untuk laporan diskusi kasus
3. Agar dapat mengetahui dan memahami etika keperawatan
4. Agar memahami tentang hak dan kewajiban pasien dan perawat
5. Agar dapat mengaplikasikan etika keperawatan dalam melakukan tindakan keperawatan.
BAB II

PEMBAHASAN

Etika Profesi Keperawatan

1. Identifikasi sikap etis dan sikap tidak etik dari profesi perawat
a. Definisi Etika
Menurut Suhaemi (2010), Kata etika berasal dari Yunani, yaitu Ethos, yang
berhubungan dengan pertimbangan pembuat keputusan, benar atau tidaknya suatu
perbuatan karena tidak ada undang-undang atau peraturan yang menegaskan hal yang
harus dilakukan. Etika berbagai profesi digariskan dalam kode etik yang bersumber
dari martabat dan hak manusia (yang memiliki sikap menerima) dan kepercayaan dari
profesi. Profesi menyusun kode etik berdasarkan penghormatan atas nilai dan situasi
individu yang dilayani.
Kode etik disusun dan disahkan oleh organisasi atau wadah yang membina profesi
tertentu baik secara nasional maupun internasional. Kode etik menerapkan konsep etis
Karena profesi bertanggung jawab pada manusia dan menghargai kepercayaan serta
nilai individu. Kata seperti etika, hak asasi, tanggung jawab, mudah didefinisikan,
tetapi kadang-kadang tidak jelas letak istilah tersebut diterapkan dalam suatu situasi.
Contoh : benarkah dipandang dari segi etis, hak asasi, dan tanggung jawab bila
profesional kesehatan menghentikan upaya penyelamatan hidup pada pasien yang
mengidap penyakit yang pasti membawa kematian?
Kadang-kadang perawat diharapkan pada situasi yang memerlukan keputusan
untuk mengambil tindakan. Perawat memberi asuhan kepada klien, keluarga, dan
masyarakat ; menerima tanggung jawab untuk membuat keadaan lingkungan fisik,
sosial, dan spiritual yang memungkinkan untuk penyembuhan; dan menekankan
pencegahan penyakit; serta meningkatkan kesehatan dengan penyuluhan kesehatan.
Pelayanan kepada umat manusia merupakan fungsi utama perawat dan dasar adanya
profesi keperawatan. Kebutuhan pelayanan keperawatan adalah universal. Pelayanan
profesional berdasarkan kebutuhan manusia karena itu tidak membedakan kebangsaan,
warna kulit, politik, satatus sosial, dan lain-lain. Keperawatan adalah pelayanan vital
terhadap manusia yang menggunakan manusia juga, yaitu perawat. Pelayanan ini
berdasarkan kepercayaan bahwa perawat berbuat hal yang benar, hal yang diperlukan,
dan hal yang menguntungkan pasien dan kesehatannya. Oleh karena manusia dalam
interaksi bertingkah laku berbeda-beda maka diperlukan pedoman untuk mengarahkan
bagaimana harus bertindak, bagaimana perilaku manusia, dan apakah hal dan tanggung
jawabnya.
Etika profesi keperawatan adalah filsafat yang mengarahkan tanggung jawab moral
yang mendasari pelaksanaan praktik keperawatan. Etika profesi keperawatan adalah
milik dan dilaksanakan oleh semua anggota profesi keperawatan, yaitu perawat.
Anggota profesi keperawatan dituntut oleh sesama perawat, profesi lain, dan
masyarakat sebagai penerima pelayanan keperawatan untuk menaati dan menentukan
kode etik yang telah disepakati.
Secara spesifik etika profesi memberi tuntutan praktik bagi anggota profesi dalam
melaksanakan praktik profesinya sesuai dengan standar moral yang diyakini.
Disamping itu, seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan meningkatnya
kebutuhan masyarakat mengakibatkan ruang lingkup layanan keperawatan semakin
komplek untuk itu, perawat dituntut kemampuannya untuk dapat mengambil keputusan
atas dasar penalaran saintifik dan etis.
Dalam melaksanakan praktik keperawatan, seorang perawat harus mengambil suatu
keputusan dalam upaya pelayanan keperawatan klien. Keputusan yang diambil
berdasarkan pertimbangan dan kemampuan penalaran ilmiah dan penalaran etika, hal
yang baik bagi pelayanan keperawatan klien diukur dari sudut keyakinannya sendiri,
norma masyarakat, dan standar profesional. Dalam melaksankan praktik keperawatan,
perawat berhadapan dengan manusia atau klien. Perawat meyakini bahwa klien
mempunyai harga diri, martabat, dan otonomi; dan integritas perawat harus
dipertahankan dalam memberi pelayanan atau asuhan keperawatan. Disamping itu,
keperawatan mempunyai tanggung jawab untuk memciptakan lingkungan yang
kualitas pelayanannya juga ditentukan oleh pertimbangan hak, nilai budaya, dan adat
istiadat klien.
b. Tujuan Etika Keperawatan
Menurut Suhaemi, (2010), Etika profesi keperawatan merupakan alat untuk
mengukur perilaku moral dalam keperawatan. Dalam penyusunan alat pengukur ini,
keputusan diambil berdasarkan kode etik sebagai standar yang mengukur dan
mengevaluasi perilaku moral perawat.
Dengan menggunakan kode etik keperawatan, organisasi profesi keperawatan
dapat meletakkan kerangka berpikir perawat untuk mengambil keputusan dan
bertanggung jawab kepada masyarakat, anggota tim kesehatan yang lain, dan kepada
profesi (ANA, 1976 dalam buku Suhaemi, 2010). Secara umum tujuan etika profesi
keperawatan adalah menciptakan dan mempertahankan kepercayaan pasien kepada
perawat, kepercayaan diantara sesama perawat, dan kepercayaan masyarakat kepada
profesi keperawatan.
Sesuai dengan tujuan di atas, perawat ditantanng untuk mengembangkan etika
profesi secara terus-menerus agar dapat menampung keinginan dan masalah baru; dan
mampu menurunkan etika profesi keperawatan kepada perawat generasi muda, secara
terus-menerus juga meletakkan landasan filsafat keperawatan agar setiap perawat tetap
menyenangi profesinya. Selain itu pula, agar perawat dapat menjadi wasit untuk
anggota profesi yang bertindak kurang profesional karena melakukan tindakan “di
bawah” standar profesional atau merusak kepercayaan masyarakat terhadap profesi
keperawatan.
Menurut American Ethics Commission Bureau on Teaching dalam buku Suhaemi
2010, tujuan etika profesi keperawatan adalah mampu :
1. Mengenal dan mengidentifikasi unsur moral dalam praktik keperawatan
2. Membentuk strategi atau cara dan menganalisis masalah moral yang terjadi dalam
praktik keperawatan
3. Menghubungkan prinsip moral/pelajaran yang baik dan dapat di
pertanggungjawabkan pada diri sendiri, keluarga, masyarakat dan kepada Tuhan,
sesuai dengan kepercayaannya
Perawat membutuhkan kemampuan untuk menghubungkan dan mempertimbangkan
peran prinsip moralitas, yaitu keyakinannya terhadap tindakan yang dihubungkan
dengan ajaran agama dan perintah Tuhan dalam:
1. Pelaksanaan kode perilaku yang disepakati oleh kelompok profesi, perawat
sendiri, maupun masyarakat
2. Cara mengambil keputusan yang didasari oleh sikap kebiasaan dan pandangan
(hal yang dianggap benar).

Menurut Veatch, yang mengambil keputusan tentang etika profesi keperawatan


adalah perawat sendiri, tenaga kesehatan lainnya; dan etika yang berhubunngan
dengan pelayanan keperawatan ialah masyarakat/orang awam yang menggunakan
ukuran dan nilai umum sesuai dengan tuntutan masyarakat.

Menurut National League for Nursing (NLN [Pusat pendidikan keperawatan milik
perhimpunan perawat Amerika]) dalam buku Suhaemi, 2010, pendidikan etika
keperawatan bertujuan :

1. Meningkatkan pengertian peserta didik tentang hubungan antar profesi kesehatan


lain dan mengerti tentang peran dan fungsi anggota tim kesehatan tersebut.
2. Mengembangkan potensi pengambilan keputusan yang bersifat moraliltas,
keputusan tentang baik dan buruk yang akan dipertanggungjawabkan kepada
Tuhan sesuai dengan kepercayaannya
3. Mengembangkan sifat pribadi dan sikap profesional peserta didik
4. Mengembangkan pengetahuan dan keterampilan yang penting untuk dasar praktik
keperawatan profesional. Diakui bahwa pengembangan keterampilan ini melalui
dilemma etika, artinya konflik yang dialami, yang memerlukan pengambilan
keputusan yang baik dan benar dipandang dari sudut profesi, kemanusiaan,
kemasyarakatan, kesehatan dan keperawatan.
5. Memberi kesempatan kepada peserta didik menerapkan ilmu dan prinsip etika
keperawatan dalam praktik dan dalam situasi nyata.
2. Identifikasi hak dan kewajiban pasien dan perawat
a. Hak – Hak Pasien
1. Pasien berhak memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang
berlaku di rumah sakit.
2. Pasien berhak atas pelayanan yang manusiawi, adil dan jujur.
3. Pasien berhak memperoleh pelayanan medis yang bermutu sesuai dengan standar
profesi kedokteran / kedokteran gigi dan tanpa diskriminasi .
4. Pasien berhak memperoleh asuhan keperawatan dengan standar profesi
keperawatan
5. Pasien berhak memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan keinginannya
dan sesuai dengan peraturan yang berlaku di rumah sakit.
6. Pasien berhak dirawat oleh dokter yang secara bebas menentukan pendapat klinis
dan pendapat etisnya tanpa campur tangan dari pihak luar.
7. Pasien berhak meminta konsultasi kepada dokter lain yang terdaftar di rumah
sakit tersebut (second opinion) terhadap penyakit yang dideritanya,
sepengetahuan dokter yang merawat.
8. Pasien berhak atas “privacy” dan kerahasiaan penyakit yang diderita termasuk
data- data medisnya.
9. Pasien berhak mendapat informasi yang meliputi :
a. penyakit yang diderita tindakan medik apa yang hendak dilakukan
b. kemungkinan penyakit sebagai akibat tindakan tsb sebut dan tindakan untuk
mengatasinya
c. alternatif terapi lainnya
d. prognosanva.
e. perkiraan biaya pengobatan

10. Pasien berhak menyetujui/memberikan izin atas tindakan yang akan dilakukan
oleh dokter sehubungan dengan penyakit yang dideritanya
11. Pasien berhak menolak tindakan yang hendak dilakukan terhadap dirinya dan
mengakhiri pengobatan serta perawatan atas tanggung jawab sendiri sesudah
memperoleh informasi yang jelas tentang penyakitnya.
12. Pasien berhak didampingi keluarganya dalam keadaan kritis.

13. Pasien berhak menjalankan ibadah sesuai agama/kepercayaan yang dianutnya


selama hal itu tidak mengganggu pasien lainnya.
14. Pasien berhak atas keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam perawatan di
rumah sakit
15. Pasien berhak mengajukan usul, saran, perbaikan atas perlakuan perlakuan rumah
sakit terhadap dirinya.
16. Pasien berhak menerima atau menolak bimbingan moril maupun spiritual.

b. Kewajiban Pasien
1. Pasien dan keluarganya berkewajiban untuk mentaati segala peraturan dan tata
tertib rumah skait
2. Pasien berkewajiban untuk mematuhi segala instruksi dokter dan perawat dalam
pengobatannya.
3. Pasien berkewajiban memberikan informasi dengan jujur dan selengkapnya
tentang penyakit yang diderita kepada dokter yang merawat.
4. Pasien dan atau penanggungnya berkewajiban untuk melunasi semua imbalan atas
jasa pelayanan rumah sakit/dokter
5. Pasien dan atau penanggungnya berkewajiban memenuhi hal-hal yang telah
disepakati/perjanjian yang telah dibuatnya
6. Memahami dan menerima konsekuensi pelayanan.
7. Memperhatikan sikap menghormati dan tenggang rasa.

c. Hak – Hak Perawat


1. Memperoleh perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas sesuai
dengan profesinya.
2. Mengembangkan diri melalui kemampuan spesialisasi sesuai latar belakang
3. Menolak keinginan klien/pasien yang bertentangan dengan peraturan perundangan
serta standar profesi dan kode etik profesi.
4. Mendapatkan informasi lengkap dari klien/pasien yang tidak puas terhadap
pelayanannya.
5. Meningkatkan pengetahuan berdasarkan perkembangan IPTEK dalam bidang
keperawatan/kebidanan/kesehatan secara terus menerus.
6. Diperlakukan adil dan jujur oleh rumah sakit maupun klien/pasien dan atau
keluarganya.
7. Mendapatkan jaminan perlindungan terhadap risiko kerja yang berkaitan
dengan tugasnya.
8. Diikutsertakan dalam penyusunan/penetapan kebijakan pelayanan kesehatan di
rumah sakit
9. Diperhatikan privasinya dan berhak menuntut apabila nama baiknya dicemarkan
oleh klien/pasien dan atau keluarganya serta tenaga kesehatan lain.
10. Menolak pihak lain yang memberi anjuran/permintaan tertulis untuk melakukan
tindakan yang bertentangan dengan perundang-undangan, standar profesi dan
kode etik profesi.
11. Mendapatkan perhargaan imbalan yang layak dari jasa profesinya
sesuai peraturan/ketentuan yang berlaku di rumah sakit.
12. Memperoleh kesempatan mengembangkan karir sesuai dengan bidang profesinya.

c. Kewajiban Perawat
1. Perawat wajib memiliki :
a. Surat Ijin Perawat ( SIP ) ; sebagai bukti tertulis pemberian kewenangan untuk
menjalankan pekerjaan keperawatan diseluruh wilayah Indonesia.
b. Surat Ijin Kerja ( SIK ) ; sebagai bukti tertulis yang diberikan kepada perawat
untuk melakukan praktek keperawatan di sarana kesehatan
c. Surat Ijin Praktek Perawat ( SIPP ) ; sebagai bukti tertulis yang diberikan
kepada perawat untuk menjalankan praktek perawat perorangan / kelompok
2. Perawat wajib menghormati hak-hak pasien.
3. Perawat wajib merujuk kasus yang tidak dapat ditangani
4. Perawat menyimpan rahasia pasien sesuai dengan peraturan perundang-
nundangan yang berlaku
5. Perawat wajib memberikan informasi kepadapasien / keluarga yang sesuai bbatas
kewenangan perawat
6. Meminta persetujuan setiap tindakan yang akan dilakukan oleh perawat
sesuai dengan kondisi pasien baik secara tertulis maupun secara lisan
7. Mencatat semua tindakan keperawatan ( dokumentasi asuhan keperawatan )
secara akurat sesuai peraturan & SOP yang berlaku
8. Mematuhi standar profesi & kode etik perawat Indonesia dalam melaksanakan
praktik profesi keperawatan
9. Meningkatkan pengetahuan berdasarkan perkembangan Iptek keperawatan
& kesehatan
10. Melakukan pertolongan darurat yang mengancam jiwa pasien sesuai
batas kewenangan & SOP
11. Melaksanakan program pemerintah dalam meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat Mentaati semua peraturan perundang-undangan
12. Mengumpulkan angka kredit profesi dalam rangka memenuhi persyaratan untuk
memperoleh SIK ulang & SIPP Menjaga hubungan kerja yang baik antara sesama
perawat maupun dengan anggota tim kesehatan lain.

1. Sikap saling menjaga hubungan antar perawat-pasien, perawat-perawat, perawat –


profesi lain, perawat – instusi tempat kerja
a. Hubungan Perawat dengan Pasien
Hubungan perawat dengan pasien adalah suatu wahana untuk mengaplikasikan proses
keperawatan pada saat perawat dan pasien berinteraksi kesediaan untuk terlibat guna
mencapai tujuan asuhan keperawatan. Hubungan perawat dan pasien adalah hubungan
yang direncanakan secara sadar,bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk pencapaian
tiuan klien. Dalam hubungan itu perawat menggunakan pengetahuan komunikasi guna
memfasilitasi hubungan yang efektif.
Pada dasarnya hubungan perawat dan pasien bersifat professional yang diarahkan pada
pencapaian tujuan. Hubungan perawat dengan pasien merupakan hubungan interpersonal
titik tolak saling memberi pengertian.
Kewajiban perawat memberikan asuhan keperawatan dikembangkan hubungan saling
percaya dibentuk dalam interaksi ,hubungan yang dibentuk bersifat terapetik dan bukan
hubungan social,hubungan perawat dan klien sengaja dijalin terfokus pada klien,bertujuan
menyelesaikan masalah klien.

Tahap hubungan perawat dengan pasien


1. Tahap orientasi
Di mulai pada saat pertama kali berhubungan.Tujuan utama tahap orientasi adalah
membangun trust.
2. Tahap bekerja
a. Menyatukan proses komunikasi dengan tindakan keperawatan
b. Membangun suasana yang mendukung untuk berubah
2. Tahap terminasia.
a. Penilaian pencapaian tujuan dan perpisahan
b. Terminasi disampaikan sejak awal atau tidak mendadak

Faktor-faktor yang mempengaruhi klien dalam berhubungan


1. Perbedaan perkembangan
2. Perbedaan budaya
3. Perbedaan gender
4. Gangguan pendengaran
5. Gangguan penglihatan

Hubungan yang baik antar perawat dengan pasien akan terjadi bila :
1. Terdapat rasa saling percaya antara perawat dengan pasien
2. Perawat benar-benar memahami tentang hak-hak pasien dan harus melindungi hak
tersebut,salah satunya adalah hak untuk menjaga privasi pasien
3. Perawat harus sensitive terhadap perubahan-perubahan yang mungkin terjadi pada
pribadi pasien yang disebabkan oleh penyakit yang dideritanya,antara lain kelemahan
fisik dan ketidakberdayaan dalam menentukan sikap atau pilihan sehingga tidak
dapat menggunakan hak dan kewajibannya dengan baik
4. Perawat harus memahami keberadaan pasien sehingga dapat bersikap sabar dan tetap
memperhatikan pertimbangan etis dan moral
5. Dapat bertanggung jawab dan bertanggung gugat atas segala risiko yang mungkin
timbul selama pasien dalam perawatannya
6. Perawat sedapat mungkin berusaha untuk menghindari konflik antara nilai-nilai
pribadi pasien dengan cara membina hubungan baik antara pasien,keluarga,dan teman
sejawat serta dokter untuk kepentingan pasien

Dalam memberikan pelayanan keperawatan kepada individu,keluarga,atau


komunitas,perawat sangat memerlukan etika keperawatan yang merupakan filsafat
yang mengarahkan tanggung jawab moral yang mendasar terhadap pelaksanaan
peraktek keperawatan,dimana inti dari filsafat tersebyut adalah hak dan martabat
manusia. Karena itu,fokus dari etika keperawatan ditujukan terhadap sifat manusia
yang unik. Untuk memelihara dan meningkatkan kepercayaan masyarakat diperlukan
peraturan tentang hubungan antara perawat dengan masyarakat,yaitu sebagai berikut :
1. Perawat dalam melaksanakan pengabdiannya senantiasa berpedoman pada tanggung
jawab yang bersumber dari adanya kebutuhan terhadap keperawatan
individu,kelurga,dan masyarakat.
2. Perawat dalam melaksanakan pengabdian dibidang keperawatan,memelihara suasana
lingkungan yang menghormati nilai-nilai budaya,adat istiadat dan kelangsungan
hidup beragama dari individu,keluarga,dan masyarakat
3. Perawat dalam melaksanakan kewajibannya terhadap individu,keluarga dan
masyarakat,senantiasa dilandasi rasa tulus,ikhlas sesuai dengan martabat dan tradisi
luhur keperawatan
b. Hubungan Perawat dengan Sejawat Perawat
Dalam membina hubungan antar sesama perawat yang ada, baik dengan lulusan SPK,
DIII Keperawatan (perjenjangan), maupun SI Keperawatan diperlukan adanya sikap
saling menghargai dan saling toleransi sehingga sebagai perawat baru dapat mengadakan
pendekatan yang baik dengan kepala ruangan, dan juga para perawat lainnya.
Sebagai anggota profesi keperawatan, perawat harus dapat bekerja sama dengan sesama
perawat dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan keperawatan terhadap klien. Dalam
menjalankan tugasnya, perawat harus dapat membina hubungan baik dengan sesama
perawat yang ada di lingkungan tempat kerjanya. Dalam membina hubungan tersebut,
sesama perawat harus mempunyai rasa saling menghargai dan saling toleransi yang tinggi
agar tidak terjadi sikap saling curiga dan benci.
Tunjukkan sikap memupuk rasa persaudaraan dengan cara:
Silih Asuh
Yaitu sesama perawat dapat saling membimbing, menasihati, menghormati, dan
mengingatkan bila sejawat melakukan kesalahan atau kekeliruan sehingga terbina
hubungan yang serasi.
Silih Asih
Yaitu dalam menjalankan tugasnya, setiap perawat dapat saling mrnhargai satu sama lain,
saling mengahrgai antar anggota profesi, saling bertenggang rasa, serta bertoleransi yang
tinggi sehingga tidak terpengaruh oleh hasutan yang dapat menimbulkan sikap saling
curiga dan benci.
Silih Asah
Yaitu perawat yang merasa lebih pandai/tahu dalam hal ilmu pengetahuan, dapat
mengamalkan ilmu yang telah diperolehnya kepada rekan sesama perawat tanpa pamrih.

c. Hubungan Perawat dengan Profesi lain yang saling terkait


Dalam melaksanakan tugasnya, perawat tidak dapat bekerja tanpa berkolaborasi dengan
profesi lain. Profesi lain tersebut diantaranya adalah dokter, ahli gizi, tenaga
laboratorium, tenaga rontgen dsb. Setiap tenaga profesi tersebut mempunyai tanggung
jawab terhadap kesehatan pasien, hanya pendekatannya saja yang berbeda disesuaikan
dengan profesinya masing-masing.
Dalam menjalankan tugasnya, setiap profesi dituntut untuk mempertahankan kode etik
profesi masing-masing. Kelancaran masing-masing profesi tergantung dari ketaatannya
dalam menjalankan dan mempertahankan kode etik profesinya.
Bila setiap profesi telah dapat saling menghargai, maka hubungan kerja sama akan dapat
terjalin dengan baik, walaupun pada pelaksanaannya sering juga terjadi konflik-konflik
etis.
Contoh kasus:
Perawat Ranti, S.Kp adalah lulusan fakultas ilmu keperawatan yang bertugas di ruang
ICU rumah sakit tipe B. dalam menjalankan tugasnya, Ranti sangat berdisiplin dan teliti
terhadap pelaksanaan asuhan keperawatan pasien. Oleh karena itulah, Ranti sangat
dipercaya oleh dokter jaga yang bernama dr.Alex.
Bila Ranti bertugas dengan waktu yang bersamaan dengan dr.Alex, Ranti sering
mendapat pesan bahwa dr.Alex tidak dapat hadir dan diberi petunjuk atau protocol bila
terjadi perubahan pada kondisi pasiennya dan Ranti diwajibkan melapor melalui telepon
atau ponselnya.
Dalam hal ini, sebenarnya Ranti dan dr.Alex mempunyai tanggung jwab yang berbeda
baik dalam menjalankan tugas maupun tanggung jawab terhadap pasien. Walaupun Ranti
dapat menjalankan tugasnya dengan baik, akan tetapi terjadi konflik dalam nilai-nilai
pribadinya, apakah ia perlu menjelaskan pada dr.Alex bahwa tanggung jawab tugas
mereka berbeda, dan tidak dapat dilimpahkan begitu saja padanya tanpa alas an yang
dapat dipertanggung jawabkan atau apakah ia perlu melaporkan kepada pihak rumah sakit
bahwa dr.Alex sering tidak hadir untuk menjalankan tugasnya sebagai dokter jaga.
Hal ini perlu dipertimbangkan dengan matang agar hubungan kerja perawat dan dokter
tersebut dapat tetap terjalin dengan baik dan dapat berperan sesuai dengan profesinya
masing-masing.

d. Hubungan Kerja Perawat Dengan Institusi Tempat Perawat Bekerja


Penumpukkan konflik nilai dalam pelaksanaan pekerjaannya setiap hari, lambat laun akan
terjadi :
1. Buruknya komunikasi antara perawat sebagai pekerja dengan institusi selaku pemberi
kebijakan.
2. Tumbuhnya sifat masa bodoh terhadap tugas yang merupakan tanggung jawabya.
3. Menurunnya kinerja.
Agar dapat terbina hubungan kerja yang baik antara perawat dengan institusi tempat
bekerja, perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1. Perlu ditanamkan dalam diri perawat bahwa bekerja itu tidak sekedar mencari uang,
tapi juga perlu hati yang ikhlas.
2. Bekerja juga merupakan ibadah, yang berarti bahwa hasil yang diperoleh dari
pekerjaan yang dilakukan dengan sungguh-sungguh dan penuh rasa tanggung jawab akan
dapat memenuhi kebutuhan lahir dan batin.
3. Tidak semua keinginan individu perawat akan pekerjaan dan tugasnya dapat terealisasi
dengan baik sesuai dengan nilai-nilai yang ia miliki.
4. Upayakan untuk memperkecil terjadinya konflik nilai dalam melaksanakan tugas
keperawatan dengan menyesuaikan situasi dan kondisi tempat kerja.
5. Menjalin kerjasama dengan baik dan dapat memberikan kepercayaan kepada pemberi
kebijakan bahwa tugas dan tanggung jawab keperawatan selalu mengalami perubahan
sesuai IPTEK.
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Etika profesi keperawatan adalah filsafat yang mengarahkan tanggung jawab moral yang
mendasari pelaksanaan praktik keperawatan. Etika profesi keperawatan adalah milik dan
dilaksanakan oleh semua anggota profesi keperawatan, yaitu perawat.

Secara umum tujuan etika profesi keperawatan adalah menciptakan dan mempertahankan
kepercayaan klien kepada perawat, kepercayaan diantara sesama perawat, dan kepercayaan
masyarakat kepada profesi keperawatan.

Dalam upaya mendorong profesi keperawatan agar dapat diterima dan dihargai oleh pasien,
masyarakat atau profesi lain, maka kita harus memanfaatkan nilai-nilai dalam menerapkan etika
dan moral disertai komitmen yang kuat dalam mengemban peran profesionalnya. Dengan
demikian perawat yang menerima tanggung jawab, dapat melaksanakan asuhan keperawatan
secara etis profesional. Sikap etis profesional berarti bekerja sesuai dengan standar, melaksanakan
advokasi, keadaan tersebut akan dapat memberi jaminan bagi keselamatan pasien, penghormatan
terhadap hak-hak pasien, akan berdampak terhadap peningkatan kualitas asuhan keperawatan
Lampiran

CONTOH KASUS DARI SIKAP ETIS DAN TIDAK ETIS DARI PROFESI
PERAWAT

a. Program skrining masal pada anak berdasarkan paksaan dari ibu

Program ini dilakukan perawat pada anak-anak yang kekurangan zat besi
(anemia), yang berfokus pada anak-anak yang sosial ekonominya rendah dan
kontribusi diit yang rendah. Dimana perawat merencanakan dengan uji tes
pengambilan darah jari untuk memeriksa hematokrit dari anak yang usulkan oleh
ibunya.

Anemia pada anak-anak ini diberikan suplemen zat besi. Perawat A


menganjurkan melakukan test ini, agar lebih dapat mendeteksi anak-anak yang
kekurangan zat besi dan pengobatan yang bebas dan setiap anak mendapatkan
perawatan kesehatan. Untuk itu form consent akan diberikan setiap ibu. Perawat yang
melakukan test ini adalah perawat yang profesional.

Perawat B berpendapat karena ini adalah kewajiban badan panggilan moral dan
moral klien untuk mendeterminasi diri sendiri, dalam kasus ini ibu memutuskan
untuk anaknya. Kasus ini ada paksaan dalam program skrining adalah secara moral
dibenarkan, bahkan memprediksi konsekuensi manfaat bagi anak.

b. Penjabaran dari kasus etis dan tidak etis dalam profesi perawat
Masalah etis dan tidak etis yang ditemukan pada kasus adalah :
1. Perawat A mnganjurkan melakukan test pengambilan darah jari yang di usulkan oleh
ibu untuk memeriksa hematokrit dari anak. Menurut prinsip etik keperawatan Perawat
A tidak melanggar prinsip-prinsip etik (otonomi, kebebasan dll) karena Perawat A
hanya memberikan pendidikan kesehatan atau menganjurkan ibu untuk melakukan tes
pengambilan darah jari untuk memeriksa hematokrit pada anak. Dan Perawat A juga
melakukan form consent kepada Ibu, artinya Perawat A menganjurkan test skrining ini
tanpa adanya keterpaksaan. meskipun di lain pihak justru Ibu memaksa anak untuk
melakukan test skrining ini. Tetapi test ini justru memberikan indikasi konsekuensi
manfaat bagi anak sehingga anak tidak kekurangan zat besi atau anemia.
2. Perawat B justru berpendapat bahwa skrining ini adalah kewajiban badan moral dan
moral klien untuk mendeterminasi diri sendiri, dalam kasus ini ibu yang memutuskan
untuk dilakukan test skrining pada anaknya. Dimana Perawat B membenarkan secara
moral pemaksaan test yang dilakukan Ibu kepada anaknya bahkan memprediksi
konsekuensi yang akan memberikan manfaat bagi anak. Artinya disini, Perawat B
tidak melanggar prinsip etik keperawatan tetapi Perawat B tidak melaksanakan
tanggung jawabnya sebagai pemberi informasi kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA

Dalami, E, dkk. 2010. Etika Keperawatan. Jakarta: TIM

Suhaemi, M. 2010. Etika Keperawatan Aplikasi pada Praktik. Jakarta: EGC

Wulan,K. 2011. Pengantar Etika Keperawatan. Jakarta: PT Prestasi Pustaka Raya

Anda mungkin juga menyukai