Disusun oleh
Kel 5
Stefanny Amahorseja
Muhamad Fandy
Rahima Rollobessy
Ode Purnama
2018
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Racun adalah zat atau senyawa yang masuk ke dalam tubuh dengan berbagai cara
yang menghambat respons pada sistem biologis dan dapat menyebabkan gangguan
kesehatan, penyakit, bahkan kematian. Keracunan sering dihubungkan dengan pangan
atau bahan kimia. Pada kenyataannya bukan hanya pangan atau bahan kimia saja yang
dapat menyebabkan keracunan. Di sekeliling kita ada racun alam yang terdapat pada
beberapa tumbuhan dan hewan. Salah satunya adalah gigitan ular berbisa yang sering
terjadi di daerah tropis dan subtropis. Mengingat masih sering terjadi keracunan akibat
gigitan ular maka untuk dapat menambah pengetahuan masyarakat kami menyampaikan
informasi mengenai bahaya dan pertolongan terhadap gigitan ular berbisa. Selain kasus
gigitan serangga dan binatang berbisa.
2. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud kegawatdaruratan pada gigitan serangga dan binatang berbisa?
2. Apa saja penyebab gigitan serangga dan binatang berbisa?
3. Bagaimana penatalaksanaan gigitan serangga dan binatang berbisa?
4. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dari penyusunan makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui konsep kegawatdaruratan gigitan serangga dan binatang berbisa
2. Untuk mengetahui penyebab gigitan serangga dan binatang berbisa
3. Untuk mengetahui penatalaksanaan gigitan serangga dan binatang berbisa
BAB II
PEMBAHASAN
Bisa ular mengandung toksin dan enzim yang berasal dari air liur. Bisa tersebut bersifat:
a. Neurotoksin: berakibat pada saraf perifer atau sentral. Berakibat fatal karena paralise
otot-otot lurik. Manifestasi klinis: kelumpuhan otot pernafasan, kardiovaskuler yang
terganggu, derajat kesadaran menurun sampai dengan koma.
b. Haemotoksin: bersifat hemolitik dengan zat antara fosfolipase dan enzim lainnya atau
menyebabkan koagulasi dengan mengaktifkan protrombin. Perdarahan itu sendiri
sebagai akibat lisisnya sel darah merah karena toksin. Manifestasi klinis: luka bekas
gigitan yang terus berdarah, haematom pada tiap suntikan IM, hematuria, hemoptisis,
hematemesis, gagal ginjal.
c. Myotoksin: mengakibatkan rhabdomiolisis yang sering berhubungan dengan
mhaemotoksin. Myoglobulinuria yang menyebabkan kerusakan ginjal dan
hiperkalemia akibat kerusakan sel-sel otot.
d. Kardiotoksin: merusak serat-serat otot jantung yang menimbulkan kerusakan otot
jantung.
e. Cytotoksin: dengan melepaskan histamin dan zat vasoaktifamin lainnya berakibat
terganggunya kardiovaskuler.
f. Cytolitik: zat ini yang aktif menyebabkan peradangan dan nekrose di jaringan pada
tempat patukan
g. Enzim-enzim: termasuk hyaluronidase sebagai zat aktif pada penyebaran bisa.
2. Penyebab Gigitan Serangga Dan Binatang Berbisa
a. Penyebab gigitan serangga dan binatang berbisa
Serangga dan binatang berbisa tidak akan menyerang kecuali kalau mereka digusar
atau diganggu. Kebanyakan gigitan dan sengatan digunakan untuk pertahanan. Gigitan
serangga untuk melindungi sarang mereka. Sebuah gigitan atau sengatan dapat
menyuntikkan bisa(racun) yang tersusun dari protein dan substansi lain yang mungkin
memicu reaksi alergi kepada penderita. Gigitan serangga juga mengakibatkan kemerahan
dan bengkak di lokasi yang tersengat.
Lebah, tawon, penyengat, si jaket kuning, dan semut api adalah anggota keluarga
Hymenoptera. Gigitan atau sengatan dari mereka dapat menyebabkan reaksi yang cukup
serius pada orang yang alergi terhadap mereka. Kematian yang diakibatkan oleh serangga
3-4 kali lebih sering dari pada kematian yang diakibatkan oleh gigitan ular.
Lebah, tawon dan semut api berbeda-beda dalam menyengat. Ketika lebah menyengat,
dia melepaskan seluruh alat sengatnya dan sebenarnya ia mati ketika proses itu terjadi.
Seekor tawon dapat menyengat berkali-kali karena tawon tidak melepaskan seluruh alat
sengatnya setelah ia menyengat.Semut api menyengatkan bisanya dengan menggunakan
rahangnya dan memutar tubuhnya. Mereka dapat menyengat bisa berkali-kali.
b. Gejala
Gejala dari gigitan serangga bermacam-macam dan tergantung dari berbagai macam
faktor yang mempengaruhi. Kebanyakan gigitan serangga menyebabakan kemerahan,
bengkak, nyeri, dan gatal-gatal di sekitar area yang terkena gigitan atau sengatan serangga
tersebut. Kulit yang terkena gigitan bisa rusak dan terinfeksi jika daerah yang terkena
gigitan tersebut terluka. Jika luka tersebut tidak dirawat, maka akan mengakibatkan
peradangan akut.
Rasa gatal dengan bintik-bintik merah dan bengkak, desahan, sesak napas, pingsan dan
hampir meninggal dalam 30 menit adalah gejala dari reaksi yang disebut anafilaksis. Ini
juga diakibatkan karena alergi pada gigitan serangga. Gigitan serangga juga
mengakibatkan bengkak pada tenggorokan dan kematian karena gangguan udara.Sengatan
dari serangga jenis penyengat besar atau ratusan sengatan lebah jarang sekali ditemukan
hingga mengakibatkan sakit pada otot dan gagal ginjal.
Sedangkan tanda dan gejala dari gigitan binatang berbisa seperti ular yaitu :
Tanda umum ular berbisa adalah kepalanya berbentuk segitiga. Tanda lain adalah dari
penampakan langsung misalnya corak kulitnya. Dari bekas gigitan dapat dillihat dua
lubang yang jelas akibat dua gigi taring rahang atas bila ularnya berbisa, dan deretan bekas
gigi-gigi kecil berbentuk U bila ularnya tak berbisa.
Digigit oleh ular berbisa menghasilkan efek yang bervariasi, dari luka gigitan yang
sederhana sampai sakit yang mengancam nyawa dan kematian. Hasil temuan pada korban
gigitan ular dapat menyesatkan. Seorang korban dapat tidak menunjukkan gejala inisial,
dan kemudian tiba-tiba menjadi sesak nafas dan menjadi syok.
Gejala dan tanda gigitan ular berbisa dapat dibagi ke dalam beberapa kategori mayor :
1) Efek lokal : digigit oleh beberapa ular viper atau beberapa kobra (Naja spp)
menimbulkan rasa sakit dan perlunakan di daerah gigitan. Luka dapat membengkak
hebat dan dapat berdarah dan melepuh. Beberapa bisa ular kobra juga dapat
mematikan jaringan sekitar sisi gigitan luka.
2) Perdarahan : Gigitan oleh famili viperidae atau beberapa elapid Australia dapat
menyebabkan perdarahan organ internal seperti otak atau organ-organ abdomen.
Korban dapat berdarah dari luka gigitan atau berdarah spontan dari mulut atau luka
yang lama. Perdarahan yang tak terkontrol dapat menyebabkan syok atau bahkan
kematian.
3) Efek sistem saraf : bisa ular elapid dan ular laut dapat berefek langsung pada sistem
saraf. Bisa ular kobra dan mamba dapat beraksi terutama secara cepat
menghentikan otot-otot pernafasan, berakibat kematian sebelum mendapat
perawatan. Awalnya, korban dapat menderita masalah visual, kesulitan bicara dan
bernafas, dan kesemutan.
4) Kematian otot : bisa dari Russell’s viper (Daboia russelli), ular laut, dan beberapa
elapid Australia dapat secara langsung menyebabkan kematian otot di beberapa
area tubuh. Debris dari sel otot yang mati dapat menyumbat ginjal, yang mencoba
menyaring protein. Hal ini dapat menyebabkan gagal ginjal.
5) Mata : semburan bisa ular kobra dan ringhal dapat secara tepat mengenai mata
korban, menghasilkan sakit dan kerusakan, bahkan kebutaan sementara pada mata.
3. Penatalaksanaan Gigitan Serangga Dan Binatang Berbisa
a. Penatalaksanaan pada gigitan serangga
1) Jika seseorang yang telah digigit serangga mengalami gejala seperti di atas maka
carilah pengobatan. Gejala tersebut bisa jadi anafilaksis fatal.
2) Rasa gatal dengan bintik-bintik merah dan bengkak adalah gejala yang paling sering
ditemui. Paling sering ini diobati di rumah dengan antihistamin.
3) Jika gigitan menyebabkan infeksi (kemerahan dengan atau tanpa nanah, suhu tubuh
tinggi, demam, atau kemerahan di tubuh), pergilah ke dokter.
4) Jika tidak diketahui apa yang menggigit, sangat penting untuk menjaga area yang
digigit agar tidak terjadi infeksi.
5) Hubungi dokter jika ada luka yang terbuka, mungkin itu sengatan racun laba-laba.
Seseorang yang mempunyai riwayat tergigit atau tersengat serangga harus pergi ke
rumah sakit terdekat jika mendapati gejala lain.
Sedang orang yang tidak mempunyai riwayat tergigit serangga juga harus ke bagian
gawat darurat jika:
1) Mendesah
2) Sesak nafas
3) Dada sesak atau sakit
4) Tenggorokan sakit atau susah berbicara
5) Pingsan atau lemah
6) Infeksi
Pengobatan gigitan serangga pribadi di rumah
Pengobatan tergantung pada jenis reaksi yang terjadi. Jika hanya kemerahan dan
nyeri pada bagian yang digigit, cukup menggunakan es sebagai pengobatan. Bersihkan
area yang terkena gigitan dengan sabun dan air untuk menghilangkan partikel yang
terkontaminasi oleh serangga (seperti nyamuk). Partikel-partikel dapat
mengkontaminasi lebih lanjut jika luka tidak dibersihkan.
Pengobatan dapat juga menggunakan antihistamin seperti diphenhidramin
(Benadryl) dalam bentuk krim/salep atau pil. Losion Calamine juga bisa membantu
mengurangi gatal-gatal.
b. Penatalaksanaan pada gigitan binatang berbisa
Penatalaksanaan tergantung derajat keparahan envenomasi;
dibagi menjadi perawatan di lapangan dan manajemen di rumah sakit
1) Perawatan di Lapangan
Seperti kasus-kasus emergensi lainnya, tujuan utama adalah untuk
mempertahankan pasien sampai mereka tiba di instalasi gawat darurat. Sering
penatalaksanaan dengan autentisitas yang kurang lebih memperburuk daripada
memperbaiki keadaan, termasuk membuat insisi pada luka gigitan, menghisap
dengan mulut, pemasangan turniket, kompres dengan es, atau kejutan listrik.
Perawatan di lapangan yang tepat harus sesuai dengan prinsip dasar emergency life
support. Tenangkan pasien untuk menghindari hysteria selama implementasi ABC
(Airway, Breathing, Circulation).
2) Pertolongan Pertama :
1. Cegah gigitan sekunder atau adanya korban kedua. Ular dapat terus mengigit
dan menginjeksikan bisa melalui gigitan berturut-turut sampai bisa mereka
habis.
2. Buat korban tetap tenang, yakinkan mereka bahwa gigitan ular dapat ditangani
secara efektif di instalasi gawat darurat. Batasi aktivitas dan imobilisasi area
yang terkena (umumnya satu ekstrimitas), dan tetap posisikan daerah yang
tergigit berada di bawah tinggi jantung untuk mengurangi aliran bisa.
3. Jika terdapat alat penghisap, (seperti Sawyer Extractor), ikuti petunjuk
penggunaan. Alat penghisap tekanan-negatif dapat memberi beberapa
keuntungan jika digunakan dalam beberapa menit setelah envenomasi. Alat ini
telah direkomendasikan oleh banyak ahli di masa lalu, namun alat ini semakin
tidak dipercaya untuk dapat menghisap bisa secara signifikan, dan mungkin
alat penghisap dapat meningkatkan kerusakan jaringan lokal.
4. Buka semua cincin atau benda lain yang menjepit / ketat yang dapat
menghambat aliran darah jika daerah gigitan membengkak. Buat bidai longgar
untuk mengurangi pergerakan dari area yang tergigit.
5. Monitor tanda-tanda vital korban — temperatur, denyut nadi, frekuensi nafas,
dan tekanan darah – jika mungkin. Tetap perhatikan jalan nafas setiap waktu
jika sewaktu-waktu menjadi membutuhkan intubasi.
6. Jika daerah yang tergigit mulai membengkak dan berubah warna, ular yang
mengigit kemungkinan berbisa.
7. Segera dapatkan pertolongan medis. Transportasikan korban secara cepat dan
aman ke fasilitas medis darurat kecuali ular telah pasti diidentifikasi tidak
berbahaya (tidak berbisa). Identifikasi atau upayakan mendeskripsikan jenis
ular, tapi lakukan jika tanpa resiko yang signifikan terhadap adanya gigitan
sekunder atau jatuhnya korban lain. Jika aman, bawa serta ular yang sudah
mati. Hati-hati pada kepalanya saat membawa ular – ular masih dapat mengigit
hingga satu jam setelah mati (dari reflek). [5] Ingat, identifikasi yang salah bisa
fatal. Sebuah gigitan tanpa gejala inisial dapat tetap berbahaya atau bahkan
fatal.
8. Jika berada di wilayah yang terpencil dimana transportasi ke instalasi gawat
darurat akan lama, pasang bidai pada ekstremitas yang tergigit. Jika memasang
bidai, ingat untuk memastikan luka tidak cukup bengkak sehingga
menyebabkan bidai menghambat aliran darah. Periksa untuk memastikan jari
atau ujung jari tetap pink dan hangat, yang berarti ekstrimitas tidak menjadi
kesemutan, dan tidak memperburuk rasa sakit.
9. Jika dipastikan digigit oleh elapid yang berbahaya dan tidak terdapat efek
mayor dari luka lokal, dapat dipasang pembalut dengan teknik imobilisasi
dengan tekanan. Teknik ini terutama digunakan untuk gigitan oleh elapid
Australia atau ular laut. Balutkan perban pada luka gigitan dan terus sampai ke
bagian atas ekstremitas dengan tekanan seperti akan membalut pergelangan
kaki yang terpeleset. Kemudian imobilisasi ekstremitas dengan bidai, dengan
tetap memperhatikan mencegah terhambatnya aliran darah. Teknik ini
membantu mencegah efek sistemik yang mengancam nyawa dari bisa, tapi juga
bisa memperburuk kerusakan lokal pada sisi gigitan jika gejala yang signifikan
terdapat di sana.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pecendera fisiologis
2. Resiko syok berhubungan dengan hipotensi
3. Gangguan itegritas kulit berhubungan dengan pigmen tasi
4. Bersihan Jalan napas tidak efektif berhubungan dengan proses infeksi
5. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit
6. Resiko infeksi berhubungan dengan ketidak adekuatan pertahanan tubuh primer
kerusakan integritas kulit
INTERVENSI
DIAGNOSA INTERVENSI
b. Pencegahan syok
1. Berikan dan pertahankan kepatenan jalan nafas sesuai
kebutuhan
2. Monitor status sirkulasi (misalnya, tekanan darah,
warna kulit, temperatur kulit, bunyi jantung, nadi dan
irama, kekuata dan kualitas nadi perifer, dan
pengisian kapiler)
3. Monitor terhadap adanya tanda ketidakadekuatan
perfusi oksigen ke jaringan (misalnya, respon
terhadap stimulus, peningkatan kecemasan, perubaha
status mental, agitasi, koliguria dan akral teraba
dingin dan warna kulit tidak sama dan merata).
Resiko infeksi berhubungan a. Kontrol infeksi
dengan ketidak adekuatan 1. Anjurkan pasien untuk meminum antibiotik seperti
yang diresepkan.
pertahanan tubuh primer 2. Berikan antibiotik yang sesuai
kerusakan integritas kulit 3. Berikan imunisasi yang sesuai
b. Pengecekan kulit
1. Amati warna, kehangatan, bengkak, pulsasi, tekstur,
edema, dan ulserasi pada ekstermitas.
2. Monitor kulit untuk adanya kekeringan yang
berlebihan dan kelembaban.
3. Lakukan langkah-langkah untuk mencegah
kerusakan lebih lanjut.