Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Racun adalah zat atau senyawa yang masuk ke dalam tubuh dengan
berbagai cara yang menghambat respons pada sistem biologis dan dapat
menyebabkan gangguan kesehatan, penyakit, bahkan kematian. Keracunan sering
dihubungkan dengan pangan atau bahan kimia. Pada kenyataannya bukan hanya
pangan atau bahan kimia saja yang dapat menyebabkan keracunan. Di sekeliling
kita ada racun alam yang terdapat pada beberapa tumbuhan dan hewan. Salah
satunya adalah gigitan binatang yang menyebab infeksi yang menyerang susunan
saraf pusat (rabies).
Mengingat masih sering terjadi keracunan akibat gigitan seperti gigitan
ular, anjing, kucing dan monyet

maka untuk dapat menambah pengetahuan

masyarakat kami menyampaikan informasi mengenai bahaya dan pertolongan


terhadap gigitan binatang tersebut.
Serangan binatang laut berbahaya merupakan salah satu resiko yang
dihadapi oleh para wisatawan. Binatang laut berbahaya dapat dibagi jadi dua
kelompok yaitu binatang laut yang menggigit dan binatang laut yang menyengat.
Keracunan adalah keadaan sakit yang ditimbulkan oleh racun. Bahan
racun yang masuk ke dalam tubuh dapat langsung mengganggu organ tubuh
tertentu, seperti paru-paru, hati, ginjal dan lainnya. Tetapi zat tersebut dapat pula
terakumulasi dalam organ tubuh, tergantung sifatnya pada tulang, hati, darah atau
organ lainnya sehingga akan menghasilkan efek yang tidak diinginkan dalam
jangka panjang.
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep kegawatdaruratan gigitan serangga, binatang berbisa
dan binatang laut
2. Untuk mengetahui penyebab gigitan serangga, binatang berbisa dan binatang
laut
3. Untuk mengetahui penatalaksanaan gigitan serangga, binatang berbisa dan

binatang laut
C. Manfaat

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
1. Definisi Gigitan Serangga
Insect Bites adalah gigitan atau serangan serangga. Gigitan serangga
seringkali menyebabkan bengkak, kemerahan, rasa sakit (senut-senut), dan
gatal-gatal. Reaksi tersebut boleh dibilang biasa, bahkan gigitan serangga ada
yang berakhir dalam beberapa jam sampai berhari-hari. Bayi dan anak-anak
labih rentan terkena gigitan serangga dibanding orang dewasa. Insect bites
adalah gigitan yang diakibatkan karena serangga yang menyengat atau
menggigit seseorang.
Keracunan adalah keadaan sakit yang ditimbulkan oleh racun. Bahan
racun yang masuk ke dalam tubuh dapat langsung mengganggu organ tubuh
tertentu, seperti paru-paru, hati, ginjal dan lainnya. Tetapi zat tersebut dapat
pula terakumulasi dalam organ tubuh, tergantung sifatnya pada tulang, hati,
darah atau organ lainnya sehingga akan menghasilkan efek yang tidak
diinginkan dalam jangka panjang.
2. Definisi gigitan binatang berbisa
Gigitan binatang berbisa adalah gigitan atau serangan yang di
akibatkan oleh gigitan hewan berbisa seperti ular.
3. Definisi Gigitan Binatang Laut
Banyak hewan laut menggigit atau menyengat. Beberapa memberikan
racun melalui mereka gigi, tentakel, duri, atau kulit. Lainnya, seperti hiu,
tidak berbisa tetapi dapat menimbulkan gigitan serius dengan besar, gigi
yang tajam. Kebanyakan makhluk yang menyengat atau menggigit telah
mengembangkan perilaku ini sebagai mekanisme pertahanan atau untuk
membantu mereka berburu makanan. Kebanyakan sengatan hewan laut dan
gigitan disebabkan oleh kontak tidak disengaja. Misalnya, Anda bisa
menginjak ikan pari terkubur di pasir atau sikat terhadap ubur-ubur saat
berenang. Penyelam dan nelayan sangat beresiko karena sering dan lama
kontak mereka dengan kehidupan laut.
B. Etiologi

Penyebab gigitan serangga dan binatang berbisa Serangga dan binatang


berbisa tidak akan menyerang kecuali kalau mereka digusar atau diganggu.
Kebanyakan gigitan dan sengatan digunakan untuk pertahanan. Gigitan serangga
untuk melindungi sarang mereka.
Sebuah gigitan atau sengatan dapat menyuntikkan bisa(racun) yang
tersusun dari protein dan substansi lain yang mungkin memicu reaksi alergi
kepada penderita. Gigitan serangga juga mengakibatkan kemerahan dan bengkak
di lokasi yang tersengat.
Lebah, tawon, penyengat, si jaket kuning, dan semut api adalah anggota
keluarga Hymenoptera. Gigitan atau sengatan dari mereka dapat menyebabkan
reaksi yang cukup serius pada orang yang alergi terhadap mereka. Kematian yang
diakibatkan oleh serangga 3-4 kali lebih sering dari pada kematian yang
diakibatkan oleh gigitan ular. Lebah, tawon dan semut api berbeda-beda dalam
menyengat. Ketika lebah menyengat, dia melepaskan seluruh alat sengatnya dan
sebenarnya ia mati ketika proses itu terjadi. Seekor tawon dapat menyengat
berkali-kali karena tawon tidak melepaskan seluruh alat sengatnya setelah ia
menyengat. Semut api menyengatkan bisanya dengan menggunakan rahangnya
dan memutar tubuhnya. Mereka dapat menyengat bisa berkali-kali.
C. Manifestasi Klinis
1. Gigitan Serangga
Beberapa contoh masalah serius yang diakibatkan oleh gigitan
atau serangan gigitan serangga didantaranya adalah :
a. Reaksi alergi berat (anaphylaxis). Reaksi ini tergolong tidak biasa, namun
dapat mengancam kahidupan dan membutuhkan pertolongan darurat.
Tanda-tanda atau gejalanya adalah:
1) Terkejut (shock). Dimana ini bisa terjadi bila sistem peredaran darah
tidak mendapatkan masukan darah yang cukup untuk organ-organ
penting (vital)
2) Batuk, desahan, sesak nafas, merasa sakit di dalam mulut atau
kerongkongan/tenggorokan.
3) Bengkak di bibir, lidah, telinga, kelopak mata, telapak tangan, tapak
kaki, dan selaput lendir (angioedema).
4) Pusing dan kacau
5) Mual, diare, dan nyeri pada perut
6) Rasa gatal dengan bintik-bintik merah dan bengkak
Gejala tersebut dapat diikuti dengan gejala lain dari beberapa reaksi.

b. Reaksi racun oleh gigitan atau serangan tunggal dari serangga.


Serangga atau laba-laba yang menyebabkan hal tersebut misalnya:
1) Laba-laba janda (widow) yang berwarna hitam
2) Laba-laba pertapa (recluse) yang berwarna coklat
3) Laba-laba gembel (hobo)
4) Kalajengking
c. Reaksi racun dari serangan lebah, tawon, atau semut api.
1) Seekor lebah dengan alat penyengatnya di belakang lalu mati setelah
menyengat. Lebah madu afrika, yang dinamakan lebah-lebah
pembunuh, mereka lebih agresif dari pada lebah madu kebanyakan
dan sering menyerang bersama-sama dengan jumlah yang banyak.
2) Tawon, penyengat dan si jaket kuning (yellow jackets), dapat
menyengat berkali-kali. Si jaket kuning dapat menyebabkan sangat
banyak reaksi alergi.
3) Serangan semut api kepada seseorang dengan gigitan dari rahangnya,
kemudian memutar kepalanya dan menyengat dari perutnya dengan
alur memutar dan berkali-kali.
d. Reaksi kulit yang lebar pada bagian gigitan atau serangan.
1) Infeksi kulit pada bagian gigitan atau serangan.
2) Penyakit serum (darah), sebuah reaksi pada pengobatan (antiserum)
digunakan untuk mengobati gigitan atau serangan serangga. Penyakit
serum menyebabkan rasa gatal dengan bintik-bintik merah dan
bengkak serta diiringi gejala flu tujuh sampai empat belas hari setelah
penggunaan anti serum.
3) Infeksi virus. Infeksi nyamuk dapat menyebarkan virus West Nile
kepada seseorang, menyebabkan inflamasi pada otak (encephalitis).
4) Infeksi parasit. Infeksi nyamuk dapat menyebabkan menyebarnya
malaria.
Serangga dan binatang berbisa tidak akan menyerang kecuali kalau
mereka digusar atau diganggu. Kebanyakan gigitan dan sengatan digunakan
untuk pertahanan. Gigitan serangga untuk melindungi sarang mereka.
Sebuah gigitan atau sengatan dapat menyuntikkan bisa(racun) yang tersusun
dari protein dan substansi lain yang mungkin memicu reaksi alergi kepada
penderita. Gigitan serangga juga mengakibatkan kemerahan dan bengkak di
lokasi yang tersengat. Lebah, tawon, penyengat, si jaket kuning, dan semut
api adalah anggota keluarga Hymenoptera. Gigitan atau sengatan dari
mereka dapat menyebabkan reaksi yang cukup serius pada orang yang alergi
terhadap mereka.Kematian yang diakibatkan oleh serangga 3-4 kali lebih

sering dari pada kematian yang diakibatkan oleh gigitan ular. Lebah, tawon
dan semut api berbeda-beda dalam menyengat. Ketika lebah menyengat, dia
melepaskan seluruh alat sengatnya dan sebenarnya ia mati ketika proses itu
terjadi. Seekor tawon dapat menyengat berkali-kali karena tawon tidak
melepaskan seluruh alat sengatnya setelah ia menyengat. Semut api
menyengatkan bisanya dengan menggunakan rahangnya dan memutar
tubuhnya. Mereka dapat menyengat bisa berkali-kali.
Gejala dari gigitan serangga bermacam-macam dan tergantung dari
berbagai macam faktor yang mempengaruhi. Kebanyakan gigitan serangga
menyebabakan kemerahan, bengkak, nyeri, dan gatal-gatal di sekitar area
yang terkena gigitan atau sengatan serangga tersebut.Kulit yang terkena
gigitan bisa rusak dan terinfeksi jika daerah yang terkena gigitan tersebut
terluka. Jika luka tersebut tidak dirawat, maka akan mengakibatkan
peradangan akut.
Rasa gatal dengan bintik-bintik merah dan bengkak, desahan, sesak
napas, pingsan dan hampir meninggal dalam 30 menit adalah gejala dari
reaksi yang disebut anafilaksis.Ini juga diakibatkan karena alergi pada
gigitan serangga.Gigitan serangga juga mengakibatkan bengkak pada
tenggorokan dan kematian karena gangguan udara.Sengatan dari serangga
jenis penyengat besar atau ratusan sengatan lebah jarang sekali ditemukan
hingga mengakibatkan sakit pada otot dan gagal ginjal.
D. Gigitan Binatang Berbisa
Gejala dan tanda gigitan ular berbisa dapat dibagi ke dalam beberapa
kategori mayor :
1. Efek lokal
Digigit oleh beberapa ular viper atau beberapa kobra (Naja spp)
menimbulkan rasa sakit dan perlunakan di daerah gigitan. Luka dapat
membengkak hebat dan dapat berdarah dan melepuh. Beberapa bisa ular
kobra juga dapat mematikan jaringan sekitar sisi gigitan luka.
2. Perdarahan
Gigitan oleh famili viperidae atau beberapa elapid Australia dapat
menyebabkan perdarahan organ internal seperti otak atau organ-organ
abdomen. Korban dapat berdarah dari luka gigitan atau berdarah spontan

dari mulut atau luka yang lama. Perdarahan yang tak terkontrol dapat
menyebabkan syok atau bahkan kematian.
3. Efek sistem saraf
Bisa ular elapid dan ular laut dapat berefek langsung pada sistem saraf.
Bisa ular kobra dan mamba dapat beraksi terutama secara cepat
menghentikan otot-otot pernafasan, berakibat kematian sebelum
mendapat perawatan. Awalnya, korban dapat menderita masalah visual,
kesulitan bicara dan bernafas, dan kesemutan.
4. Kematian otot
Bisa dari Russells viper (Daboia russelli), ular laut, dan beberapa elapid
Australia dapat secara langsung menyebabkan kematian otot di beberapa
area tubuh. Debris dari sel otot yang mati dapat menyumbat ginjal, yang
mencoba menyaring protein. Hal ini dapat menyebabkan gagal ginjal.
5. Mata
Semburan bisa ular kobra dan ringhal dapat secara tepat mengenai mata
korban, menghasilkan sakit dan kerusakan, bahkan kebutaan sementara
pada mata.
E. Penatalaksanaan
1. Gigitan Serangga
a. Pengobatan gigitan serangga pribadi di rumah
Pengobatan tergantung pada jenis reaksi yang terjadi. Jika hanya
kemerahan dan nyeri pada bagian yang digigit, cukup menggunakan es
sebagai pengobatan. Bersihkan area yang terkena gigitan dengan sabun
dan air untuk menghilangkan partikel yang terkontaminasi oleh serangga
(seperti nyamuk). Partikel-partikel dapat mengkontaminasi lebih lanjut
jika luka tidak dibersihkan.
Pengobatan

dapat

juga

menggunakan

antihistamin

seperti

diphenhidramin (Benadryl) dalam bentuk krim/salep atau pil. Losion


Calamine juga bisa membantu mengurangi gatal-gatal.
b. Penatalaksanaan di rumah sakit
1) Tindakan Emergenci
Airway
:Bebaskan jalan nafas, kalau perlu lakukan intubasi
Breathing :Berikan pernafasan buatan bila penderita tidak
bernafas spontan atau pernapasan tidak adekuat.
Circulation :Pasang infus bila keadaan penderita gawat dan
perbaiki perfusi jaringan.
2) Identifikasi Penyebab Keracunan

Bila mungkin lakukan identifikasi penyebab keracunan,


tapi hendaknya usaha mencari penyebab keracunan ini tidak
sampai menunda usaha-usaha penyelamatan penderita yang harus
segera dilakukan.
3) Eliminasi
Emesis, merangsang penderita supaya muntah pada
penderita yang sadar atau dengan pemberian sirup ipecac 15 - 30
ml. Dapat diulang setelah 20 menit bila tidak berhasil. Katarsis,
( intestinal lavage ), dengan pemberian laksan bila diduga racun
telah sampai diusus halus dan besar. Kumbah lambung atau
gastric lavage, pada penderita yang kesadarannya menurun,atau
pada penderita yang tidak kooperatif. Hasil paling efektif bila
kumbah lambung dikerjakan dalam 4 jam setelah keracunan.
Keramas rambut dan memandikan seluruh tubuh dengan sabun.
Emesis, katarsis dan kumbah lambung sebaiknya hanya
dilakukan bila keracunan terjadi kurang dari 4 6 jam. Pada
koma derajat sedang hingga berat tindakan kumbah lambung
sebaiknya

dikerjakan

dengan

bantuan

pemasangan

pipa

endotrakeal berbalon untuk mencegah aspirasi pnemonia.


Anti dotum (Penawar Racun)
Atropin sulfat ( SA ) bekerja dengan menghambat efek akumulasi
Akh pada tempat penumpukan.
a. Mula-mula diberikan bolus IV 1 - 2,5 mg
b. Dilanjutkan dengan 0,5 1 mg setiap 5 - 10 - 15 menitsamapi
timbulk gejala-gejala atropinisasi ( mukamerah,mulut
kering,takikardi,midriasis,febris dan psikosis).
c. Kemudian interval diperpanjang setiap 15 30 - 60 menit
selanjutnya setiap 2 4 6 8 dan 12 jam.
d. Pemberian SA dihentikan minimal setelaj 2 x 24 jam. Penghentian
yang mendadak dapat menimbulkan rebound effect berupa edema
paru dan kegagalan pernafasan akut yang sering fatal
2.

Gigitan Binatang Berbisa


Penatalaksanaan tergantung derajat keparahan envenomasi; dibagi
menjadi perawatan di lapangan dan manajemen di rumah sakit.
a. Penatalaksanaan di Lapangan
Seperti kasus-kasus emergensi lainnya, tujuan utama adalah untuk
mempertahankan pasien sampai mereka tiba di instalasi gawat darurat.

Sering

penatalaksanaan

dengan

autentisitas

yang

kurang

lebih

memperburuk daripada memperbaiki keadaan, termasuk membuat insisi


pada luka gigitan, menghisap dengan mulut, pemasangan turniket,
kompres dengan es, atau kejutan listrik. Perawatan di lapangan yang
tepat harus sesuai dengan prinsip dasar emergency life support.
Tenangkan pasien untuk menghindari hysteria selama implementasi
ABC (Airway, Breathing, Circulation).

Pertolongan Pertama :
1) Cegah gigitan sekunder atau adanya korban kedua. Ular dapat terus
mengigit dan menginjeksikan bisa melalui gigitan berturut-turut
sampai bisa mereka habis.
2) Buat korban tetap tenang, yakinkan mereka bahwa gigitan ular dapat
ditangani secara efektif di instalasi gawat darurat. Batasi aktivitas dan
imobilisasi area yang terkena (umumnya satu ekstrimitas), dan tetap
posisikan daerah yang tergigit berada di bawah tinggi jantung untuk
mengurangi aliran bisa.
3) Jika terdapat alat penghisap, (seperti Sawyer Extractor), ikuti
petunjuk penggunaan. Alat penghisap tekanan-negatif dapat memberi
beberapa keuntungan jika digunakan dalam beberapa menit setelah
envenomasi. Alat ini telah direkomendasikan oleh banyak ahli di
masa lalu, namun alat ini semakin tidak dipercaya untuk dapat
menghisap bisa secara signifikan, dan mungkin alat penghisap dapat
meningkatkan kerusakan jaringan lokal.
4) Buka semua cincin atau benda lain yang menjepit / ketat yang dapat
menghambat aliran darah jika daerah gigitan membengkak. Buat bidai
longgar untuk mengurangi pergerakan dari area yang tergigit.
5) Monitor tanda-tanda vital korban temperatur, denyut nadi,
frekuensi nafas, dan tekanan darah jika mungkin. Tetap perhatikan
jalan nafas setiap waktu jika sewaktu-waktu menjadi membutuhkan
intubasi.
6) Jika daerah yang tergigit mulai membengkak dan berubah warna, ular
yang mengigit kemungkinan berbisa.
7) Segera dapatkan pertolongan medis. Transportasikan korban secara
cepat dan aman ke fasilitas medis darurat kecuali ular telah pasti

diidentifikasi tidak berbahaya (tidak berbisa). Identifikasi atau


upayakan mendeskripsikan jenis ular, tapi lakukan jika tanpa resiko
yang signifikan terhadap adanya gigitan sekunder atau jatuhnya
korban lain. Jika aman, bawa serta ular yang sudah mati. Hati-hati
pada kepalanya saat membawa ular ular masih dapat mengigit
hingga satu jam setelah mati (dari reflek). Ingat, identifikasi yang
salah bisa fatal. Sebuah gigitan tanpa gejala inisial dapat tetap
berbahaya atau bahkan fatal.
8) Jika berada di wilayah yang terpencil dimana transportasi ke instalasi
gawat darurat akan lama, pasang bidai pada ekstremitas yang tergigit.
Jika memasang bidai, ingat untuk memastikan luka tidak cukup
bengkak sehingga menyebabkan bidai menghambat aliran darah.
Periksa untuk memastikan jari atau ujung jari tetap pink dan hangat,
yang berarti ekstrimitas tidak menjadi kesemutan, dan tidak
memperburuk rasa sakit.
9) Jika dipastikan digigit oleh elapid yang berbahaya dan tidak terdapat
efek mayor dari luka lokal, dapat dipasang pembalut dengan teknik
imobilisasi dengan tekanan. Teknik ini terutama digunakan untuk
gigitan oleh elapid Australia atau ular laut. Balutkan perban pada luka
gigitan dan terus sampai ke bagian atas ekstremitas dengan tekanan
seperti akan membalut pergelangan kaki yang terpeleset. Kemudian
imobilisasi ekstremitas dengan bidai, dengan tetap memperhatikan
mencegah terhambatnya aliran darah. Teknik ini membantu mencegah
efek sistemik yang mengancam nyawa dari bisa, tapi juga bisa
memperburuk kerusakan lokal pada sisi gigitan jika gejala yang
signifikan terdapat di sana.
b. Penatalaksanaan di Rumah Sakit
Bisa ular terdiri dari terutama protein yang mempunyai effek fisiolgik
yang luas atau bervariasi. Sistem multiorgan, terutama neurologik,
kardiovaskuler , sistem pernapasan mungkin terpengaruh.
Bantuan awal pertama pada daerah gigitan ular meliputi :
1) Mengistirahatkan korban
2) Melepskan benda yang mengikat seperti cincin
3) Memberikan kehangatan
4) Membersihkan luka
5) Menutup luka dengan balutan steril
6) Imobilisasi bagian tubuh di bawah tinggi jantung

Evaluasi awal departemen kedaruratan dilakukan dengan cepat meliputi :


1) Menentukan apakah ular berbisa atau tidak
2) Menentukan dimana dan kapan gigitan ular terjadi dan sekitar gigitan
3) Menetapkan urutan kejadian, tanda dan gejala ( bekas gigi, nyeri, edema,
dan eritem jaringan yang digigit dan di dekatnya)
4) Menentukan keparahan dampak keracunan
5) Memantau tanda vital
6) Mengukur dan mencatat lingkar ekstremitas sekitar gigitan atau ares pada
beberapa titik.
7) Dapatkan data laboratorium yang tepat ( misalnya, HDL , urinalisis, dan
pemeriksaan pembekuan
Proses dan prognosis gigitan ular bergantung pada jenis dan jumlah bisa
dimana terjadi gigitan, dan kesehatan umum, serta usia korban. Tidak ada
protokol khusus penatalaksanaan gigitana ular. Pedoman umum meliputi :
1) Dapatkan data dasar laboratorium
2) Jangan gunakan es, tornikuet, heparin, kortikosteroid selama tahap akut.
Kortikosteroid dikontraindikasikan pada jam 6-8 jam pertama setelah
gigitan

karena

agens

ini

mendepresi

produksi

antibodi

dan

menyembunyikan kerja antivenin ( antitoksin untuk bisa ular)


3) Cairan parenteral dapat digunakan untuk penatalksanaan hipotensi. Jika
vasopresin digunakan untuk penanganan hipotensi penggunaan harus
dalam jangka pendek
4) Bedah eksplorasi terhadap gigitan jarang di indikasikan
5) Observasi pasien dengan telitiselama 6 jam : pasien tidak pernah dibiarkan
tanpa peratian.
Pemberian antivenin ( antitoksin ). Antivenin paling efektif diberikan
selama 12 jam dan gigitan ular. Dosis bergantung pada tipe ular dan perkiraan
keparahan gigitan. Anak membutuhkan lebih banyka antinenin daripada orang
dewasa karena tubuhnya lebih kecil dan lebih rentan terhadap efek toksik bisa.
Uji kuliit atau mata harus dilakukan sebelumnya untuk dosis awal untuk
mendeteksi alergi terhadap antivenin.
Sebelum meberikan antivenin dan setiap 15 menit setelahnya, sekitar bagian
yang trekena diperiksa. Antivenin diberikan diberikan dengan tetesan IV
kapanpun mungkin, meskipun pemberian ini dapat dilakukan. Bergantung pada
keparahan gigitan ativenin dicairkan 500-1000ml salin normal: volume cairan
mungkin diturunkan untuk anak. Infus dimulai perlahan dan kecepatan
meningkata setelah 10 menit jika tidak ada reaksi. Dosis total harus di infus

selama 4-5 jam pertama setelah keracunan. Dosis awal di ulang sampai dengan
gejala menurun. Setelah gejala menurun, sekitar daerah yang terkena harus di
ukur 30-60 menit setelah 48 jam kemudian.
Penyebab paling umum dari reaksi serum adalah infus antivenin yang
paling sering terlalu cepat, meskipun sekitar 3% reaksi tidak berhubungan
dengan kecepatan infus. Reaksi yang dari perasaan penuh di wajah, urtikaria,
pruritus, keletihan dan khawatir. Gejala ini mungkin diikuti dengan situasi ini,
infus harus dihentikan segera dan diberikan defenhidramin IV. Vasopresor
digunakan jika terdapat syok. Resusitasi kedarurtan harus siap pada saat
antivenin diberikan.
Perawatan

definitif

meliputi

pengecekan

kembali

ABC

dan

mengevaluasi pasien atas tanda-tanda syok (seperti takipneu, takikardi, kulit


kering dan pucat, perubahan status mental, hipotensi). Rawat dahulu keadaan
yang mengancam nyawa. Korban dengan kesulitan bernafas mungkin
membutuhkan endotracheal tube dan sebuah mesin ventilator untuk menolong
korban bernafas. Korban dengan syok membutuhkan cairan intravena dan
mungkin obat-obatan lain untuk mempertahankan aliran darah ke organ-organ
vital.
Semburan

bisa

ular

sendok,

apabila

mengenai

mata,

dapat

mengakibatkan iritasi menengah dan menimbulkan rasa pedih yang hebat.


Mencucinya bersih-bersih dengan air yang mengalir sesegera mungkin dapat
membilas dan menghanyutkan bisa itu, mengurangi iritasi dan mencegah
kerusakan yang lebih lanjut pada mata. Penderajatan envenomasi membedakan
kebutuhan akan antivenin pada korban gigitan ular-ular viper. Derajat dibagi
dalam ringan, sedang, atau berat.
1) Envenomasi ringan ditandai dengan rasa sakit lokal, edema, tidak ada
tanda-tanda toksisitas sistemik, dan hasil laboratorium yang normal.
2) Envenomasi sedang ditandai dengan rasa sakit lokal yang hebat; edema
lebih dari 12 inci di sekitar luka; dan toksisitas sistemik termasuk nausea,
vomitus dan penyimpangan pada hasil laboratorium (misalnya penurunan
jumlah hematokrit atau trombosit).
3) Envenomasi berat ditandai dengan ptekie, ekimosis, sputum bercampur
darah, hipotensi, hipoperfusi, disfungsi renal, perubahan pada protrombin

time dan tromboplastin time parsial teraktivasi, dan hasil-hasil abnormal


dari tes-tes lain yang menunjukkan koagulopati konsumtif. Penderajatan
envenomasi merupakan proses yang dinamis. Dalam beberapa jam, sindrom
ringan awal dapat berkembang menjadi sedang bahkan reaksi yang berat.
Beri antivenin pada korban gigitan ular koral sebagai standar perawatan jika
korban datang dalam 12 jam setelah gigitan, tanpa melihat adanya tandatanda lokal atau sistemik. Neurotoksisitas dapat muncul tanpa tanda-tanda
sebelumnya dan berkembang menjadi gagal nafas. Bersihkan luka dan cari
pecahan taring ular atau kotoran lain. Suntikan tetanus diperlukan jika
korban belum pernah mendapatkannya dalam kurun waktu 5 tahun terakhir.
Beberapa luka memerlukan antibiotik untuk mencegah infeksi.
c. Pembedahan
Efek lokal dari keracunan seperti nekrosis lokal, sindrom kompartemen
dan trombosis dari pembuluh darah utama biasanya terjadi pada pasien yang
tidak diterapi dengan anti bisa. Intervensi pembedahan mungkin dapat
dilakukan.
Tetapi intervensi ini menjadi bahaya apabila pasien dengan komplikasi
consumption coagulopathy, trombositopenia, fibrinolisis. Pada pasien dengan
keadaan tersebut harus dilakukan penanganan yang lebih komperhensif untuk
menangani komplikasi dari efek lokal racun tersebut.
1) Fasciotomy
Jika perawatan dengan elevasi tungkai dan obat-obatan gagal, ahli bedah
mungkin perlu melakukan pembedahan pada kulit sampai kompartemen yang
terkena, disebut fasciotomy. Prosedur ini dapat memperbaiki pembengkakan dan
penekanan tungkai, berpotensi menyelamatkan lengan atau tungkai. Fasciotomi
tidak diindikasikan pada setiap gigitan ular, tapi dilakukan pada pasien dengan
bukti objektif adanya peningkatan tekanan kompartemen. Cedera jaringan
setelah sindrom kompartemen bersifat reversible tapi dapat dicegah.
2) Nekrotomi
Dikerjakan bila telah nampak jelas batas kematian jaringan, kemudian
dilanjutkan dengan cangkok kulit. Dalam penanganan yang menyeluruh, maka
perlu dilakukan pengambilan darah untu pemeriksaan waktu protrombin, APTT,
D-Dimer, fibrinogen, dan Hb, leukosit, trombosit, kreatinin, urea N, elektrolit,

CK. Periksa waktu pembekua, jika dalam 10 menit menunjukkan adanya


koagulopati. Juga dapat dilakukan apus tempat gigitan dengan venom detection.
3.

Gigitan Binatang Laut


a. Pertolongan Pertama Pada Sengatan Hewan Laut
Perawatan pada sengatan hewa laut bervariasi tergantung pada jenis gigitan
atau sengatan. Tapi beberapa aturan umum yang berlaku untuk penanganan
sengatan hewan laut:
a. Jangan biarkan korban latihan, karena hal ini dapat menyebarkan racun,
kecuali dokter memerintahkan
b. Jangan memberi obat apapun.
c. Air tawar sering memperburuk racun, sehingga bilas luka hanya dengan
air laut.
d. Jika Anda menghapus sebuah stinger, pakailah sarung tangan.
e. Gunakan handuk untuk menyeka tentakel liar atau sengatan.

F. Komplikasi
1. Komplikasi pada pasien dengan gigitan serangga/binatang
a. Kejang
b. Koma
c. Henti jantung
d. Henti napas
e. Syok
2. Komplikasi pada pasien dengan gigitan binatang berbisa
Sindrom kompartemen adalah komplikasi tersering dari gigitan ular pit
viper. Komplikasi luka lokal dapat meliputi infeksi dan hilangnya kulit.
Komplikasi kardiovaskuler, komplikasi hematologis, dan kolaps paru dapat
terjadi. Jarang terjadi kematian. Anak-anak mempunyai resiko lebih tinggi
untuk terjadinya kematian atau komplikasi serius karena ukuran tubuh
mereka yang lebih kecil. [5] Perpanjangan blokade neuromuskuler timbul
dari envenomasi ular koral.
Komplikasi yang terkait dengan antivenin termasuk reaksi hipersensitivitas
tipe cepat (anafilaksis, tipe I) dan tipe lambat (serum sickness, tipe III).
Anafilaksis terjadi dimediasi oleh immunoglobulin E (IgE), berkaitan
dengan degranulasi sel mast yang dapat berakibat laryngospasme,
vasodilatasi, dan kebocoran kapiler. Kematian umumnya pada korban tanpa
intervensi farmakologis. Serum sickness dengan gejala demam, sakit
kepala, bersin, pembengkakan kelenjar lymph, dan penurunan daya tahan,
muncul 1 2 minggu setelah pemberian antivenin.

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN


A. Pengkajian
1. Aktifitas dan Istirahat
Gejala : Keletihan,kelemahan,malaise Tanda : Kelemahan,hiporefleksi
2. Sirkulasi
Tanda : Nadi lemah (hipovolemia), takikardi,hipotensi (pada kasus berat)
,aritmia jantung,pucat, sianosis,keringat banyak.
3. Eliminasi
Gejala : Perubahan pola berkemih,distensi vesika urinaria,bising usus
menurun,kerusakan ginjal.
Tanda : Perubahan warna urin contoh kuning pekat,merah,coklat
4. Makanan Cairan
Gejala : Dehidrasi, mual , muntah, anoreksia,nyeri uluhati
Tanda : Perubahan turgor kulit/kelembaban,berkeringat banyak\
5. Neurosensori
Gejala : Sakit kepala,penglihatan kabur,midriasis,miosis,pupil mengecil,kram
otot/kejang

Tanda : Gangguan status mental,penurunan lapang perhatian,ketidakmampuan


berkonsentrasi kehilangan memori,penurunan tingkat
kesadaran(azotemia), koma,syok.
6. Nyaman / Nyeri
Gejala : Nyeri tubuh,sakit kepala
Tanda : Perilaku berhati-hati/distraksi,gelisah
7. Pernafasan
Gejala : Nafas pendek,depresi napas,hipoksia
Tanda : Takipnoe,dispnoe,peningkatan frekuensi,kusmaul,batuk produktif
8. Keamanan
Gejala : Penurunan tingkat kesadaran,koma,syok,asidemia
9. Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : Riwayat terpapar toksin(obat,racun),obat nefrotik penggunaan
berulang
10. Kaji kondisi pasien,apabila ada sengatan akan ditemukan :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.

Mendesah
Sesak nafas
Tenggorokan sakit atau susah berbicara
Pingsan atau lemah
Infeksi
Kemerahan
Bengkak
Nyeri
Gatal-gatal di sekitar area yang terkena gigitan

11. Pada gigitan ular dapat ditemukan data :


a. Tampak kebiruan
b. Pingsan
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.

Lumpuh
Sesak nafas
Syok hipovolemik
Nyeri kepala
Mual dan muntah
Nyeri perut
Diare
Keluarnya darah terus menerus dari tempat gigitan

B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan proses toksikasi
2. Syok berhubungan dengan tidak adekuatnya peredaran darah ke jaringan
3. Rasa gatal, bengkak dan bintik bintik merah berhubungan dengan proses
inflamasi
4. Gangguan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan reaksi endotoksin
5. Hipertermia berhubungan dengan efek langsung endotoksin pada hipotalamus

6. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh tak


adekuat
C. INTERVENSI
1. Nyeri berhubungan dengan proses toksikasi
Tujuan : Meredakan nyeri
Intervensi :
a. Sengat kalau masih ada dicabut dengan pinset
Rasional : Mengeluarkan sengat serangga yang masih tertinggal
b. Berikan kompres dingin
Rasional : Meredakan nyeri dan mengurangi bengkak
c. Lakukan tehnik distraksi relaksasi
Rasional : Mengurangi nyeri
d. Kolaborasi dalam pemberian antihistamin seperti diphenhidramin
(Benadryl) dalam bentuk krim/salep atau pil, losion Calamine
Rasional : mengurangi gatal gatal
2. Syok berhubungan dengan tidak adekuatnya peredaran darah ke jaringan
Tujuan : Menangani penyebab, memperbaiki suplai darah ke jaringan
Intervensi :
a. Atasi setiap penyebab shock yang mungkin dapat di atasi(perdarahan
luar)
Rasional : Mengurangi keparahan
b. Pasien dibaringkan kepala lebih rendah.
Rasional : Kepala lebih rendah supaya pasien tidak hilang kesadaran
c. Kaki di tinggikan dan di topang
Rasional : Meningkatkan suplai darah ke otak
d. Longgarkan pakaian yang ketat atau pakaian yang menghalangi
Rasional : Sirkulasi tidak terganggu
e. Periksa dan catat pernapasan nadi dan tingkat reaksi tiap 10 menit
Rasional : Mengetahui tingkat perkembangan pasien
3. Rasa gatal, bengkak dan bintik bintik merah berhubungan dengan proses
inflamasi
Tujuan : Mencegah peradangan akut
Intervensi :
a. Pasang tourniket pada daerah di atas gigitan
Rasional : Mencegah tersebarnya racun ke seluruh tubuh
b. Bersihkan area yang terkena gigitan dengan sabun dan air untuk
menghilangkan partikel yang terkontaminasi oleh serangga (seperti
nyamuk).
Rasional : Untuk menghindari terkontaminasi lebih lanjut pada luka.
c. Kolaborasi dalam pemberian antihistamin dan serum Anti Bisa Ular
(ABU) polivalen i.v dan disekitar luka. ATS dan penisilin procain
900.000 IU
Rasional : Mencegah terjadinya infeksi

4. Gangguan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan reaksi endotoksin


Tujuan : Mengembalikan fungsi pernapasan
Intervensi :
a. Auskultasi bunyi nafas
Rasional : Mengetahui kondisi nafas pasien
b. Pantau frekuensi pernapasan
Rasional : Mencegah pasien mengalami gangguan pernafasan yang lebih
akut
c. Atur posisi klien dengan nyaman dan atur posisi kepala lebih tinggi
Rasional : Agar sirkulasi darah dan jalan nafas tidak terganggu
d. Observasi warna kulit dan adanya sianosis
Rasional : Untuk mengetahui persebaran bisa ular dan tingkat
keparahnnya
e. Kaji adanya distensi abdomen dan spasme otot
Rasional : Spasme otot akan memberikan tanda adanya gangguan
pernafasan yang parah
f. Batasi pengunjung klien
Rasional : Mengurangi stress pada pasien
g. Bantu pengobatan pernapasan (fisioterapi dada)
Rasional : Membantu jalan nafas pasien
h. Beri O2 sesuai indikasi (menggunakan ventilator)
Rasional : Memberikan kecukupan oksigen pada pasien dan membnatu
pernapasan
5. Hipertermia berhubungan dengan efek langsung endotoksin pada
hipotalamus
Tujuan : Mengembalikan suhu normal pasien (36-37oC)
Intervensi :
a. Pantau suhu klien, perhatikan menggigil atau diaforesis
Rasional : Mengetahui keadaan suhu tubuh pasien dan reaksi tubuh
pasien terhadap racun yang menyebar di tubuh pasien.
b. Pantau suhu lingkungan, batasi linen tempat tidur
Rasional : Linen yang tebal maupun tipis akan memppengaruhi suhu
tubuh pasien
c. Beri kompres mandi hangat
Rasional : Agar pasien tidak kehilangan suhu tubuh yang ekstrem
apabila diberi kompres dingin.
d. Beri antipiretik
Rasional : Membantu menurunkan suhu tubuh pasien.
e. Berikan selimut pendingin
Rasional : Membantu menurunkan suhu tubuh pasien.

6. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh tak


adekuat
Tujuan : Mencegah terjadinya infeksi
Intervensi :
a. Berikan isolasi atau pantau pengunjung sesuai indikasi
Rasional : Agar pasien tidak terkena infeksi dari luar
b. Cuci tangan sebelum dan sesudah aktivitas terhadap klien
Rasional : Agar tindakan yang diberikan perawat ke pasien selalu dalam
keadaan steril.
c. Ubah posisi klien sesering mungkim minimal 2 jam sekali
Rasional : Mencegah gangguan integritas kulit pada bagian yang terus
tertekan.
d. Batasi penggunaan alat atau prosedur infasive jika memungkinkan
Rasional : Mencegah terjadinya luka.
e. Lakukan infeksi terhadap luka alat infasif setiap hari
Rasional : Mencegah paparan kuman dari luar kepada pasien.
f. Lakukan tehnik steril pada waktu penggantian balutan
Rasional : Mencegah kontaminasi kuman pada luka pasien
g. Gunakan sarung tangan pada waktu merawat luka yang terbuka atau
antisipasi dari kontak langsung dengan ekskresi atau sekresi
Rasional : Mencegah tertularnya kuman dari pasien ke perawat/tenaga
medis lainnya.
h. Pantau kecenderungan suhu mengigil dan diaforesis
Rasional : Mencegah infeksi menjalar ke bagian lain.
i. Berikan obat antiinfeksi (antibiotic)
Rasional : Membantu proses penyembuhan pasien dan pertahanan pasien
dari kuman yang lain.

BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Keracunan adalah keadaan sakit yang ditimbulkan oleh racun. Bahan
racun yang masuk ke dalam tubuh dapat langsung mengganggu organ tubuh
tertentu. Salah satu penyebab keracunan adalah gigitan binatang.
Serangan binatang laut berbahaya merupakan salah satu resiko yang
dihadapi oleh para wisatawan dan orang yang berada/bekerja diair laut. Disamping
itu resiko karena sifat alamiah laut seperti arus, pasang surut, ombak, suhu air laut,
kondisi didasar laut dan jenis pekerjaan/kegiatan yang dilaukan dilaut juga
menimbulkan resiko trauma diair laut.Binatang laut yang biasanya menyerang para
wisatawan yang berlibur di pantai adalah
bulu babi, ikan pari, kerang laut, ular laut, ubur-ubur, stonefish, gurita dan
sebagainya. Keadaan yang sering muncul apabila pasien telah tergigit dengan
binatang laut adalah akan adanya bekas gigitan pada kulit pasien,rasa gatal di area
yang tergigit, kemerahan, suhu tubuh meningkat, pasien merasa mual dan bahkan
muntak,sianosis,bengkak,pasien nampak kebingungan , perdarahan pasien pingsan,
lumpuh, sesak nafas, alergi, syok hipopolemik, nyeri kepala bahakan pasien dapat
meninggal apabila tidak ditangani dengan cepat.
B. Saran
1. Dengan terselesaikannya tugas makalah ini kami berharap para pembaca dapat
memahami tentang Asuhan Keperawatan Klien Dengan Keracunan dan
Gigitan Binatang.
2. Semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk membuat pembaca lebih
mengetahui dan menambah wawasan tentang Asuhan Keperawatan Klien
Dengan Keracunan dan Gigitan Binatang.

DAFTAR PUSTAKA
Carpenito-Moyet, Lynda Juall, 2000, Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta.
Penerbit Buku Kedokteran: EGC.

Doenges,

M.E,dkk.1999.

Rencana

Asuhan

Keperawatan

Pedoman

Untuk

Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3. Jakarta:


EGC.
Djoni Djunaedi. Penatalaksanaan Gigitan Ular Berbisa. Dalam: Sudoyo AW,
Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata MK, Setiati S, editor. Buku ajar Ilmu
Penyakit Dalam. Jilid 2. Edisi ke-5. Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu
Penyakit Dalam,2009.h.280-3.
Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 jilid 1 Media Aesculapius.
FKUI : Jakarta
Nanda Internasional. 2012. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi. Jakarta.
Penerbit Buku Kedokteran.:EGC.
Noer Syaifoellah.1996.Ilmu Penyakit Dalam. FKUI : Jakarta
Suzanne C. Brenda G.2001. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai