Anda di halaman 1dari 7

Jurnal Kesehatan : Amanah Prodi Ilmu Keperawatan STIKES Muhammadiyah Manado

HUBUNGAN KEPATUHAN PERAWAT DALAM MENJALANKAN SOP

PEMASANGAN INFUS DENGAN KEJADIAN PHLEBITIS

DI RS. TK.III R.W. MONGISIDI MANADO

Agust Arthur laya SKM,M.Kes

Program Studi Ilmu Keperawatan


Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) Muhammadiyah Manado, Indonesia

ABSTRAK

Stresmerupakansuatukondisi yang paling


seringdialamimahasiswa,stresadalahperasaanataupikiran yang
mengganguseseorangstrespadamahasiswaterjadiakibattekananbaikakademik, sosialdan
personal, kebiasaanberolahragadapatmemperbaikiemosiseseorangdenganadanya proses kimia
di dalamotak.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kebiasaanberolahragadengan


tingkatstresmahasiswa Program Studi S1 KeperawatanSekolah Tinggi
IlmuKesehatanMuhammadiyah Manado.Penelitian dilakukanmenggunakan metode Cross
Sectional, dengan sampel mahasiswa Semester II Program Studi S1 KeperawatanSekolah
Tinggi IlmuKesehatanMuhammadiyah Manado berjumlah 80
respondendiambildenganteknikpurposive sampling.

Pengumpulan data dilakukandengancarapemberiankuesioner. Selanjutnya data


diolahdenganmenggunakanprogam computer SPSS versi16.0.Uji yang digunakan yaitu uji chi
square dengan tingkatkemaknaan (α) = 0,05.

Kesimpulandalampenelitianinimelaluihasilujichi square didapatnilai p sebesar 0,000 (p<0,05)


yang menunjukkanterdapathubungan yang
signifikanantarakebiasaanberolahragadengantingkatstres.Berdasarkanhasilinidisarankankepada
penelitiselanjutnyamenelitifaktorfaktor lain yang
dapatmempengaruhitingkatstrestidakhanyadarisegikebiasaanberolahraga.
Kata Kunci : KebiasaanBerolahraga, Tingkat Stres, Mahasiswa

PENDAHULUAN tuntutan pasien tentang medical error


yang terjadi pada pasien. Keselamatan
Keselamatan pasien merupakan pasien di rumah sakit adalah suatu
isu global yang paling penting saat ini sistem dimana rumah sakit membuat
dimana sekarang banyak dilaporkan
Vol. 1 No. 2, juni 2014 Hal. 13-18 13
Jurnal Kesehatan : Amanah Prodi Ilmu Keperawatan STIKES Muhammadiyah Manado
asuhan pasien lebih aman yang Faktor penyebab terjadinya
meliputi assesment resiko, identifikasi phlebitis menurut Smeltzer (2001)
dan pengelolaan hal yang berhubungan adalah faktor kimia seperti jenis cairan
dengan resiko pasien, pelaporan dan dan obat yang digunakan, kecepatan
analisis insiden, kemampuan belajar aliran infus serta bahan kateter. Faktor
dari insiden dan tindak lanjutnya serta mekanik yaitu terjadi ketika vena telah
implmentasi solusi untuk dibuat trauma oleh kontak fisik.
meminimalkan timbulnya resiko dan Trauma fisik tersebut dapat disebabkan
mencegah terjadinya cedera yang akibat ukuran kateter dan lokasi
disebabkan oleh kesalahan akibat penusukan yang tidak sesuai. Faktor
melaksanakan suatu tindakan atau bakterial biasanya berhubungan
tidak mengambil tindakan yang dengan adanya kolonisasi bakteri.
seharusnya diambil. (Oktaviani, 2015). (Nurma, Agustin, & Ariyani, 2014).
Pemasangan infus merupakan Ada berbagai banyak faktor yang
salah satu prosedur yang bersifat dapat menyebabkan terjadinya
invasif dan merupakan tindakan yang phlebitis pada pasien yang terpasang
sering dilakukan di rumah sakit. infus salah satunya adalah tingkat
Namun, hal ini beresiko tinggi kepatuhan perawat dalam menjalankan
terjadinya infeksi nosokomial atau SOP pemasangan infus.
disebut juga Hospital Acquired Angka kejadian infeksi
Infection (HAIs) yang akan menambah nosokomial secara umum di dunia
tingginya biaya perawatan dan waktu cukup tinggi yaitu 7,1 % per tahun
perawatan.Infeksi yang akan terjadi atau dari 190 juta pasien yang dirawat.
akibat dari pemasangan infus yaitu Angka kematian akibat infeksi
phlebitis. nosokomial ini juga cukup tinggi yaitu
Phlebitis didefinisikan sebagai 1 juta per tahunnya. Survey yang
inflamasi vena yang disebabkan oleh dilakukanWorld Health
iritasi kimia maupun mekanik. Hal ini Organization(WHO) tahun 2010
ditunjukkan dengan adanya daerah terhadap 28 rumah sakit di Amerika
yang merah, nyeri dan pembengkakan dan Eropa menunjukkan insiden
di daerah penusukan atau sepanjang infeksi nosokomial 13 sampai dengan
jalur intravena. Pemasangan jalur 20 kejadian dari 1000 hari pasien di
intravena yang tidak sesuai dan rawat dengan rincian 83 % pasien
masuknya mikroorganisme pada saat dengan infeksiVentilator Associated
penusukan. Phlebitis merupakan Pneumonia(VAP), 97 % infeksi
infeksi nosokomial yaitu infeksi oleh saluran kemih, 81 % infeksi aliran
mikroorganisme yang dialami oleh darah perifer/phlebitis.
pasien yang diperoleh selama dirawat Phlebitis menjadi indikator mutu
di rumah sakit diikuti dengan pelayanan minimal rumah sakit dengan
manifestasi klinis yang muncul standar kejadian ≤ 1,5% (Depkes RI,
sekurang-kurangnya 3x24 jam(Darmadi, 2008). Di Indonesia belum ada angka
2008). yang pasti tentang pravalensi kejadian
Vol. 1 No. 2, juni 2014 Hal. 13-18 14
Jurnal Kesehatan : Amanah Prodi Ilmu Keperawatan STIKES Muhammadiyah Manado
phlebitis, kemungkinan disebabkan di ruangan rawat inap Cendana dan Asoka
oleh penelitian dan publikasi yang Bougenvile sebanyak 25 orang dengan
berkaitan dengan phlebitis jarang kriteria sebagai berikut
dilakukan. Data Depkes RI Tahun 1. Umur Responden
2013 angka kejadian phlebitis di Tabel 2. Distribusi responden berdasarkan
Indonesia sebesar 50,11 % untuk umur dengan kepatuhan perawat dalam
Rumah Sakit Pemerintah sedangkan menjalankan SOP pemasangan infus
untuk Rumah Sakit Swasta sebesar
32,70 % (Depkes RI, 2013). 1. Tingkat Pendidikan Responden
Menurut data RS TK.III Robert Tabel 3. Distribusi responden berdasarkan
Wolter Mongisidi pada bulan Agustus tingkat pendidikan dengan kepatuhan
2016 sampai dengan Juni 2017 perawat dalam menjalankan SOP
ditemukan 102 kasus phlebitis di pemasangan infus
ruangan Asoka Bougenvile, Cendana, Tingkat Frekuensi Presentase
dan Flamboyan. Pendidikan (%)
Berdasarkan data diatas, penulis SPK 1 4
tertarik untuk memuat penelitian ini D3 9 36
yaitu: “Hubungan Kepatuhan Perawat S1 7 28
Dalam MenjalankanStandard Ners 8 32
Operating Procedure(SOP) Jumlah 25 100%
Pemasangan Infus Dengan Kejadian Sumber :Data primer 2017
Phlebitis”. Hasil penelitian berdasarkan tabel 3.
METODE. Distribusi responen menurut tingkat
pendidikan di atas menunjukkan bahwa
Jenis penelitian ini adalah penelitian tingkat pendidikan SPK sebanyak 1 orang
Deskriptif Analitik yaitu untuk mengetahui (4%), D3 sebanyak 9 orang (36%), S1
hubungan antara kepribadian hardiness sebanyak 7 orang (28%), dan Ners
dengan burnout pada perawat diruang sebanyak 8 orang (32%) .
rawat inap RS. Tk.III R.W. Mongisidi Analisis Univariat
Manado. Kepatuhan Responden
Desain penelitian ini yang digunakan Tabel 4. Distribusi responden kepatuhan
dalam penelitian ini adalah “Cross perawat dalam menjalankan SOP
sectional sytudy”, adalah jenis penelitian pemasangan infus.
yang menekankan pada waktu pengukuran Kepatuhan Frekuensi Presentase
variabel dependen dan variabel independen Perawat (%)
yaitu hanya satu kali penelitian pada satu Patuh 24 96%
saat.(Setiadi, 2013).
Tidak Patuh 1 4%
HASIL.
Jumlah 25 100%
Reponden dalam penelitian ini adalah
perawat di ruangan rawat inap Cendana Sumber:data primer 2017
dan Asoka Bougenvile. Sampel yang Hasil penelitian berdasarkan tabel 4.
diambil pada penelitian ini adalah perawat Distribusi responden berdasarkan
Vol. 1 No. 2, juni 2014 Hal. 13-18 15
Jurnal Kesehatan : Amanah Prodi Ilmu Keperawatan STIKES Muhammadiyah Manado
kepatuhan perawat dalam menjalankan Penelitian dengan judul Hubungan
SOP pemasangan infus di atas Kepatuhan Perawat Dalam Menjalankan
menunjukkan bahwa sebagian besar sampel SOP Pemasangan Infus Dengan Kejadian
patuh dalam menjalankan SOP Phlebitis, penelitian ini dilakukan terhitung
pemasangan infus yaitu sebanyak 24 orang mulai bulan Juni 2017 sampai dengan
(96%) dan yang tidak patuh dalam Agustus 2017 diruangan rawat inap
menjalankan SOP pemasangan infus yaitu Cendana dan Asoka Bougenvile di RS
sebanyak 1 orang (4%). TK.III Robert Wolter Mongisidi Manado.
Penelitian ini menggunakan metode
Analisis Bivariat Deskriptif Analitik.
1. Hubungan kepatuhan perawat dalam Data yang diperoleh kemudian diolah dan
menjalankan SOP pemasangan infus dianalisis lewat SPSS Versi 21 dengan uji
dengan kejadian phlebitis chi square dengan pendekatan Cross
Tabel 5. Hubungan kepatuhan perawat Sectional Study diperoleh nilai p value
dalam menjalankan SOP pemasangan infus lebih kecil dari nilai α dengan signifikan
dengan kejadian phlebitis. (n) = 25 (0,04 < 0,05) dengan demikian Ha diterima
Kejadian phlebitis
yang menunjukkan ada hubungan antara
Kepatuhan TerjadiTidak Terjadikepatuhan perawat Total dalam menjalankan

F % FSOP%pemasangan F infus dengan kejadian


%
Patuh 0 0 24phlebitis
96 diruangan
24 96 rawat inap Cendana
Tidak Patuh 1 4 0 dan Asoka
0 Bougenvile
1 4 di RS TK.III Robert
Total 1 4 24Wolter
96 Mongisidi
25 100Manado.
Fisher exact (р) 0.04 Berdasarkan umur diketahui
Sumber :data primer 2017 responden terbanyak adalah umur 26-35
Hasil penelitian menunjukkan dari 24 tahun sebanyak 21 responden (84%).
respondens (96%) yang patuh dalam Berdasarkan tingkat pendidikan diketahui
menjalankan SOP pemasangan infus tidak responden terbanyak adalah lulusan D3
menyebabkan kejadian phlebitis dan 1 keperawatan sebanyak 9 orang (36%).
orang responden (4%) yang tidak patuh Hasil penelitian didapatkan proporsi
dalam menjalankan SOP pemasangan infus perawat yang patuh dalam menjalankan
mengakibatkan terjadinya phlebitis. SOP pemasangan infus lebih besar dari
Berdasarkan hasil analisa menggunakan uji pada perawat yang tidak patuh dalam
statistik, chi square didapatkan hasil nilai p menjalankan SOP pemasangan infus
= 0,04 dimana nilai p lebih kecil dari nilai (96%:4%) dan pasien yang tidak
ᾳ <0,05 artinya Ho ditolak dan H1 mengalami phlebitis lebih besar dari pada
diterima. Kesimpulannya ada hubungan yang terjadi yaitu (96%:4%).
antara kepatuhan perawat dalam Hal ini disebabkan karena
menjalankan SOP pemasangan infus berdasarkan hasil penelitian ditemukan 1
dengan kejadian phlebiti orang perawat yang tidak patuh dalam
menjalankan SOP pemasangan infus
PEMBAHASAN sehingga menyebabkan phlebitis pada
pasien adalah perawat dengan tingkat
Vol. 1 No. 2, juni 2014 Hal. 13-18 16
Jurnal Kesehatan : Amanah Prodi Ilmu Keperawatan STIKES Muhammadiyah Manado
pendidikan S1 yang dimana untuk S1 vena (infus). Pemberian cairan infus dapat
keperawatan sendiri tidak layak menjadi diberikan pada pasien yang mengalami
seorang perawat pelaksana karena perawat pengeluaran cairan atau nutrisi yang berat.
dengan tingkat pendidikan S1 tidak Tindakan ini memerlukan kesterilan
mengikuti ujian kompetensi yang diikuti mengingat langsung berhubungan dengan
oleh perawat dengan tingkat pendidikan D3 pembuluh darah. (Wongkar, 2015). Tujuan
dan Ners, dan hal ini juga diatur dalam UU dalam pemasangan infus atau terapi infus
No. 34 tahun 2014 Bab I Pasal 16 Ayat (1) intravena yaitu: memenuhi kebutuhan
tentang keperawatan yang berbunyi cairan dan elektrolit serta untuk
“Mahasiswa keperawatan pada akhir masa pengobatan dan pemberian nutrisi.
pendidikan vokasi (akademi KESIMPULAN
keperawatan/D3) dan profesi (ners) harus
mengikuti Uji Kompetensi secara Berdasarkan hasil penelitian yang
nasional”, dan dari segi umur perawat yang dilakukan di RS TK.III R.W. Mongisidi
tidak patuh berusia 26-35 tahun yang Manado dan telah diuji dengan
berarti perawat tersebut masuk dalam mengunakan uji chi square maka
kategori usia produktif dalam melakukan kesimpulan penelitian ini adalah :
pekerjaan tapi, kemungkinan perawat
1. Perawat yang ada di ruangan rawat
tersebut kurang memiliki motivasi dalam
inap Cendana dan Asoka Bougenvile
melakukan pekerjaannya sebagai seorang
perawat. RS TK.III Robert Wolter Mongisidi
Manado 24 orang perawat Halatau 98%didukung oleh pe
tersebut
responden terdapat hubungan antara patuh dalam menjalankan SOP
kepatuhan perawat dalam menjalankan pemasangan infus dan orang
SOP pemasangan infus dengan kejadian perawat atau 2% tidak patuh dalam
phlebitis. Dengan nilai signifikan p value menjalankan SOP pemasangan infus.
0,000 <ɑ0,05). 2. Pasien yang dirawat dan terpasang
Kepatuhan adalah suatu bentuk infus di ruangan rawat inap Cendana
pengaruh sosial dimana seseorang hanya dan Asoka Bougenvile RS TK.III
perlu memerintahkan satu orang lain atau Robert Wolter Mongisidi Manado 24
lebih untuk melakukan satu atau beberapa orang atau 98% tidak terjadi
tindakan (Kulsum & Jauhar, 2014). Kepatuhan phlebitis dan 1 orang atau 2%
dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu faktor mengalami phlebitis.
internal yang terdiri dari pengetahuan, 3. Ada hubungan antara kepatuhan
sikap, kemampuan, dan motivasi serta perawat dalam menjalankan SOP
faktor ekternal yang terdiri dari pemasangan infus dengan kejadian
karakteristik organisasi, karakteristik phlebitis infus di ruangan rawat inap
kelompok, karakteristik pekerjaan, dan Cendana dan Asoka Bougenvile RS
karakteristik lingkungan.(Swansburg, 2010). TK.III Robert Wolter Mongisidi
Pemasangan infus adalah suatu tindakan Manado.
yang dilakukan pada klien yang
memerlukan masukan cairan melalui intra
Vol. 1 No. 2, juni 2014 Hal. 13-18 17
Jurnal Kesehatan : Amanah Prodi Ilmu Keperawatan STIKES Muhammadiyah Manado
SARAN Dr. Budiman, S. S. (2013). Penelitian
Kesehatan. Bandung: Refika
Berdasarkan kesimpulan yang telah Aditama.
diuraikan diatas maka saran yang dapat
diberikan oleh peneliti sebagai berikut: Kementrian Kesehatan, R. (2017). Profil
1. Diharapkan agar pihak RS TK.III Kesehatan Indonesia Tahun 2016.
Robert Wolter Mongisidi Manado Dari http://www.depkes.go.id/pdf.
seperti Kepala Rumah Sakit, Wakil Dipetik Juni 09, 2017.
Kepala Rumah Sakit, Anggota PPI
(Pencegahan dan Pengendalian Infeksi) Kulsum, U. M., & Jauhar, M. S. (2014).
Rumah Sakit, Kepala Ruangan Rawat Pengantar Psikologi Sosial.
Inap ataupun petugas lainnya dapat Jakarta: Prestasi Pustakaraya.
memberikan penyuluhan atau
sosialisasi pada perawat-perawat Muspita, J. M. (2014). Kepatuhan Perawat
tentang SOP pemasangan infus agar dalam Melaksanakan Standar
tidak pasien yang terpasang infus tidak Prosedur Operasional Pemasangan
mengalami phlebitis, dan diharapkan Infusdi RS PKU Muhammadiah
agar pihak RS TK.III Robert Wolter Gombong. Dari
Mongisidi Manado lebih ketat lagi pada http://thesis.umy.ac.id/datapublik/t3
saat melakukan perekrutan perawat 7369.pdf. Dipetik Juni 08, 2017.
baru dan lebih banyak lagi mengikut
sertakan perawat dalam pelatihan- Ningsih, E. W. (2013). Dari
pelatihan khususnya pelatihan http://eprints.ums.ac.id/27524/2/BA
kegawatdaruratan dan medikal bedah B_I.pdf. Dipetik Juni 08, 2017.
untuk lebih meningkatkan keterampilan
perawat, Ningsih, H. S. (2013). Skripsi Faktor-
2. Agar hasil penelitian ini dapat faktor Yang Mempengaruhi
dikembangkan dan dapat menjadi Terjadinya Flebitis pada Pasien
bahan kajian kurikulum khususnya Yang Terpasang Infus Di Ruangan
keperawatan medikal bedah. Rawat Inap RS TK.III R.W.
3. Agar hasil penelitian ini dapat di Mongisidi Manado. (Tidak
jadikan acuan atau referensi sebagai dipublikasi). Universitas Sam
sumber informasi bagi peneliti sendiri. Ratulangi Manado.
DAFTAR PUSTAKA

Darmadi. (2008). Konsep Dasar Phlebitis. Nurma, I., Agustin, R. W., & Ariyani.
Dari https://www.google.co.id/: (2014). Gambaran Pelaksanaan
http://103.15.241.30/opac/uploaded Pemasangan Infus Yang Tidak
_files/dokumen_isi/Monograf/CHA Sesuai SOP Terhadap Kejadian
PTER%20II_028.pdf. Dipetik Juni Flebitis Di RSUD dr. Soediran
06, 2017. Mangun Sumarso Kabupaten
Wonogiri. Dari
http://digilib.stikeskusumahusada.a
Vol. 1 No. 2, juni 2014 Hal. 13-18 18
Jurnal Kesehatan : Amanah Prodi Ilmu Keperawatan STIKES Muhammadiyah Manado
c.id/files/disk1/13/01-gdl-
nurmairawa-627-1-nurma.pdf.
Dipetik Juni 06, 2017.

Oktaviani, H. (2015). Hubungan


Pengetahuan dan Kepatuhan
Perawat Dalam Pelaksanaan SOP
Pencegahan Resiko Jatuh di Rumah
Sakit Panti Waluyo Surakarta. Dari
http://digilib.stikeskusumahusada.a
c.id/files/disk1/22/01-gdl-
hestioktav-1054-1-skripsi--p.pdf.
Dipetik Juni 06, 2017.

Suyanto. (2011). Metodologi dan Aplikasi


Penelitian Keperawatan. Bandar
Lampung: Nuha Medika.
Varensa, M., Wahyu, D., & Zumrotus, S.
(2013). Hubungan epatuhan
Perawat Dalam Menjalankan SOP
Pemasangan Infus Dengan
Kejadian Phlebitis Di SMC RS.
Telogorejo. Dari
http://pmb.stikestelogorejo.ac.id/e-
journal. Dipetik Juni 06, 2017

Wongkar, M. F. (2014). Keterampilan


Perawat Gawat Darurat dan
Medikal Bedah.Yogyakarta:
Gosyen Publishing

Vol. 1 No. 2, juni 2014 Hal. 13-18 19

Anda mungkin juga menyukai