Anda di halaman 1dari 43

ASUHAN KEPERAWATAN PADA An.

E DENGAN GANGGUAN SISTEM


PERNAFASAN : FARINGITIS DI RUANG RAWAT INAP PUSKESMAS
TONJONG KABUPATEN BREBES 2021

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas

Mata Kuliah Keperawatan Anak

Dosen Pembimbing :

Nuniek Triwahyuni, S.Kep.,Ns.,M.Kep

Disusun Oleh :

Indah Mutiarawati

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN CIREBON

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

TAHUN 2021
BAB II

KONSEP DASAR

A. Pengertian

Faringitis merupakan peradangan dinding faring yang disebabkan oleh

virus (40-60%), bakteri (5-40%), alergi, trauma, toksin (Rusmarjono dan

Efiaty Arsyad Soepardi, 2016).

Faringitis merupakan peradangan akut membran mukosa faring dan

struktur lain di sekitarnya. Karena letaknya yang sangat dekat dengan

hidung dan tonsil, jarang terjadi hanya infeksi lokal faring atau tonsil. Oleh

karena itu, pengertian faringitis secara luas mencakup tonsillitis,

nasofaringitis, dan tonsilofaringitis (Naning Roni, dkk. 2018).

Berdasarkan pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa

Faringitis akut adalah suatu peradangan akut yang menyerang tenggorokan

atau faring yang disebabkan oleh virus atau bakteri tertentu yang di tandai

dengan nyeri tenggorokan.

B. Klasifikasi Faringitis

Menurut Rusmarjono dan Efiaty Arsyad Soepardi (2016) sebagai berikut :

1. Faringitis Akut, terdiri dari :

a. Faringitis viral
Dapat disebabkan oleh Rinovirus, Adenovirus, Epstein Barr

Virus (EBV), Virus influenza, Coxsachievirus, Cytomegalovirus dan

lain-lain. Gejala dan tanda biasanya terdapat demam disertai rinorea,

mual, nyeri tenggorok, sulit menelan. Pada pemeriksaan tampak faring

dan tonsil hiperemis. Virus influenza, Coxsachievirus dan

Cytomegalovirus tidak menghasilkan eksudat. Coxsachievirus dapat

menimbulkan lesi vesikular di orofaring dan lesi kulit berupa

maculopapular rash. Pada adenovirus juga menimbulkan gejala

konjungtivitis terutama pada anak. Epstein Bar Virus (EBV)

menyebabkan faringitis yang disertai produksi eksudat pada faring

yang banyak. Terdapat pembesaran kelenjar limfa di seluruh tubuh

terutama retroservikal dan hepatosplenomegali. Faringitis yang

disebabkan HIV-1 menimbulkan keluhan nyeri tenggorok, nyeri

menelan, mual dan demam. Pada pemeriksaan tampak faring

hiperemis, terdapat eksudat, limfadenopati akut di leher dan pasien

tampak lemah.

b. Faringitis bakterial

Infeksi Streptococcus ß hemolyticus group A merupakan

penyebab faringitis akut pada orang dewasa (15%) dan pada anak

(30%). Gejala dan tanda biasanya penderita mengeluhkan nyeri kepala

yang hebat, muntah, kadang kadang disertai demam dengan suhu yang

tinggi, jarang disertai batuk. Pada pemeriksaan tampak tonsil

membesar, faring dan tonsil hiperemis dan terdapat eksudat


dipermukaannya. Beberapa hari kemudian timbul bercak petechiae

pada palatum dan faring. Kelenjar limfa leher anterior membesar,

kenyal dan nyeri apabila ada penekanan. Faringitis akibat infeksi

bakteri Streptococcus ß hemolyticus group A dapat diperkirakan

dengan menggunakan Centor criteria, yaitu :  Demam  Anterior

Cervical lymphadenopathy  Eksudat tonsil  Tidak adanya batuk tiap

kriteria ini bila dijumpai di beri skor satu. Bila skor 0−1 maka pasien

tidak mengalami faringitis akibat infeksi Streptococcus ß hemolyticus

group A, bila skor1−3 maka pasien memiliki kemungkian 40%

terinfeksi Streptococcus ß hemolyticus group A dan bila skor empat

pasien memiliki kemungkinan 50% terinfeksi Streptococcus ß

hemolyticus group A.

c. Faringitis fungal

Candida dapat tumbuh di mukosa rongga mulut dan faring.

Gejala dan tanda biasanya terdapat keluhan nyeri tenggorok dan nyeri

menelan. Pada pemeriksaan tampak plak putih di orofaring dan

mukosa faring lainnya hiperemis. Pembiakan jamur ini dilakukan

dalam agar sabouroud dextrosa.

d. Faringitis gonorea

Hanya terdapat pada pasien yang melakukan kontak orogenital.

2. Faringitis Kronik

a. Faringitis kronik hiperplastik


Pada faringitis kronik hiperplastik terjadi perubahan mukosa

dinding posterior faring. Tampak kelenjar limfa di bawah mukosa

faring dan lateral hiperplasi. Pada pemeriksaan tampak mukosa

dinding posterior tidak rata, bergranular. Gejala dan tanda biasanya

pasien mengeluh mula-mula tenggorok kering dan gatal dan akhirnya

batuk yang berdahak.

b. Faringitis kronik atrofi

Faringitis kronik atrofi sering timbul bersamaan dengan rhinitis

atrofi. Pada rhinitis atrofi, udara pernafasan tidak diatur suhu serta

kelembapannya sehingga menimbulkan rangsangan serta infeksi pada

faring. Gejala dan tanda biasanya pasien mengeluhkan tenggorokan

kering dan tebal serta mulut berbau. Pada pemeriksaan tampak

mukosa faring ditutupi oleh lendir yang kental dan bila diangkat

tampak mukosa kering.

3. Faringitis Spesifik

a. Faringitis tuberkulosis

Merupakan proses sekunder dari tuberkulosis paru. Pada infeksi

kuman tahan asam jenis bovinum dapat timbul tuberkulosis faring

primer. Cara infeksi eksogen yaitu kontak dengan sputum yang

mengandung kuman atau inhalasi kuman melalui udara. Cara infeksi

endogen yaitu penyebaran melalui darah pada tuberkulosis miliaris.

Bila infeksi timbul secara hematogen maka tonsil dapat terkena

pada kedua sisi dan lesi sering ditemukan pada dinding posterior
faring, arkus faring anterior, dinding lateral hipofaring, palatum mole

dan palatum durum. Kelenjar regional leher membengkak, saat ini

penyebaraan secara limfogen. Gejala dan tanda biasanya pasien dalam

keadaan umum yang buruk karena anoreksi dan odinofagia. Pasien

mengeluh nyeri yang hebat di tenggorok, nyeri di telinga atau otalgia

serta pembesaran kelenjar limfa servikal.

b. Faringitis luetika

Dapat menimbulkan infeksi di daerah faring, seperti juga

penyakit lues di organ lain. Gambaran klinik tergantung stadium

penyakitnya. Kelainan stadium primer terdapat pada lidah, palatum

mole, tonsil dan dinding posterior faring berbentuk bercak keputihan.

Apabila infeksi terus berlangsung akan timbul ulkus pada daerah

faring seperti ulkus pada genitalia yaitu tidak nyeri dan didapatkan

pula pembesaran kelenjar mandibula yang tidak nyeri tekan. Kelainan

stadium sekunder jarang ditemukan, namun dapat terjadi eritema pada

dinding faring yang menjalar ke arah laring. Kelainan stadium tersier

terdapat pada tonsil dan palatum, jarang ditemukan pada dinding

posterior faring. Pada stadium tersier biasanya terdapat guma, guma

pada dinding posterior faring dapat meluas ke vertebra servikal dan

apabila pecah akan menyebabkan kematian. Guma yang terdapat di

palatummole, apabila sembuh akan membentuk jaringan parut yang

dapat menimbulkan gangguan fungsi palatum secara permanen.

Diagnosis dilakukan dengan pemeriksaan serologik, terapi penisilin


dengan dosis tinggi merupakan pilihan utama untuk

menyembuhkannya.

C. Etiologi

Berbagai bakteri dan virus merupakan etiologi t faringitis akut, terutama

pada anak berusia < 3 tahun (prasekolah). Virus penyebab penyakit

respiratori seperti Adenovirus, Rhinovirus, dan virus parainfluenza dapat

menjadi penyebab faringitis. Virus Epstein Barr (Epstein Barr virus,EBV)

dapat menyebabkan faringitis, tetapi disertai dengan gejala infeksi

mononikleosis seperti splenomegali dan limfadenopati genelisata. Infeksi

sistemik seperti infeksi virus campak, virus Rubella, dan berbagai virus

lainnya juga dapat menunjukan gejala faringitis akut. Streptococcus ß

hemolitikus grup A adalah bakteri penyebab terbanyak faringitis akut. Bakteri

tersebut mencakup 15 – 30 % dari penyebab faringitis akut pada anak.

Faringitis merupakan peradangan dinding faring yang disebabkan oleh virus

(40−60%), bakteri (5−40%), alergi, trauma, iritan, dan lain-lain (Naning

Roni, dkk.2018).

D. Manifestasi Klinis

Secara garis besar faringitis menunjukkan tanda dan gejala umum seperti

lemas, anorexia, demam, suara serak, kaku dan sakit pada otot leher.

Menurut Rusmarjono dan Efiaty Arsyad Supardi, (2016) gejala khas

berdasarkan jenisnya, antara lain:


1. Faringitis viral (umumnya oleh rhinovirus)

Diawali dengan gejala rhinitis dan beberapa hari kemudian timbul faringitis.

Gejala lain demam disertai rinorea dan mual.

2. Faringitis bakterial

Nyeri kepala hebat, muntah, kadang disertai demam dengan suhu yang

tinggi, jarang disertai batuk.

3. Faringitis fungal

Terutama nyeri tenggorok dan nyeri menelan.

4. Faringitis kronik hiperplastik

Mula-mula tenggorok kering, gatal dan akhirnya batuk yang berdahak.

5. Faringitis atrofi

Umumnya tenggorokan kering dan tebal serta mulut berbau.

6. Faringitis tuberkulosis

Nyeri hebat pada faring dan tidak berespon dengan pengobatan bakterial

non spesifik.

7. Bila dicurigai faringitis gonorea atau faringitis luetika

Ditanyakan riwayat hubungan seksual.

E. Patofisiologi

Jika bakteri dan virus menginvasi mukosa faring, selanjutnya terjadi respon

peradangan lokal. Rinovirus menyebabkan iritasi mukosa faring sekunder

akibat sekresi nasal. Kuman menginfiltrasi lapisan epitel dan jika lapisan epitel
terkikis, jaringan limfoid superfisial bereaksi dan terjadi peradangan. Pada

stadiun awal terjadi hipertermia, kemudian edema dan sekresi meningkat.

Adanya hipertermia mengakibatkan pembuluh darah dinding faring

melebar. Sebagian besar peradangan melibatkan nasofaring, uvula, dan

palatum mole sehingga gejala yang muncul adalah nyeri menelan (Amin Huda

Nurarif dan Hardi Kusuma, 2016).

F. Pathways

Invasi kuman patogen penyebaran limfogen Faring & tonsil

(Bakteri/Virus)

Faringitis Akut Proses inflamasi

Edema tonsil Hipertermi Tonsil membengkak

Nyeri telan

Batuk

Nyeri

Sulit makan & minum Peningkatan

Sekret

Gangguan menelan Ketidakefektifan


bersihan jalan nafas
Ketidakseimbangan nutrisi :
kurang dari kebutuhan tubuh Resiko Infeksi

Resiko kekurangan
cairan
Defisit Pengetahuan
Gambar 2.1. pathways Faringitis

Sumber : Amin Huda Nurarif dan Hardi Kusuma, 2016

G. Penatalaksanaan

Usaha untuk membedakan faringitis bakteri dan virus bertujuan agar

pemberian antibiotik sesuai indikasi. Faringitis Streptokokus grup A

merupakan satu-satunya faringitis yang memiliki indikasi kuat dan aturan

khusus dalam penggunaan antibiotik (selain difteri yang disebabkan oleh

Corynebacterium diphteriae).

Pemberian antibiotik tidak diperlukan pada faringitis virus, karena tidak

akan mempercepat waktu penyembuhan atau mengurangi derajat keparahan.

Istirahat cukup dan pemerian cairan yang sesuai merupakan terapi suportif

yang dapat diberikan. Selain itu pemberian obat kumur (gargles) dan obat

hisap (lozenges), pada anak yang cukup besar dapat meringankan keluhan

nyeri tenggorokan. Apabila terdapat nyeri berlebih atau demam, dapat

diberikan paracetamol atau ibuprofen. Pemberian aspirin tidak dianjurkan,

terutama pada infeksi Influenza, karena insidens sindrom Reye kerap terjadi

(Naning Roni,dkk.2018).

H. Pemeriksaan penunjang

Menurut Naning Roni,dkk (2018), pemeriksaan penunjang pada faringitis

antara lain :
1.Pada pemeriksaan dengan mempergunakan spatel lidah, tampak tonsil

membengkak, hiperemis, terdapat detritus, berupa bercak (folikel,

lakuna, bahkan membran). Kelenjar submandibula membengkak dan

nyeri tekan, terutama pada anak.

2.  Pemeriksaan Biopsi

Contoh jaringan untuk pemeriksaan dapat diperoleh dari saluran

pernapasan (sekitar faring) dengan menggunakan teknik endoskopi.

Jaringan tersebut akan diperiksa dengan mikroskop untuk mengetahui

adanya peradangan akibat bakteri atau virus.

3. Pemeriksaan Sputum

Pemeriksaan sputum makroskopik, mikroskopik atau bakteriologik

penting dalam diagnosis etiologi penyakit. Warna bau dan adanya darah

merupakan petunjuk yang berharga.

4.  Pemeriksaan Laboratorium

a.  Sel darah putih (SDP)

Peningkatan komponen sel darah putih dapat menunjukkan adanya

infeksi atau inflamasi.

b.  Analisa Gas Darah

Untuk menilai fungsi pernapasan secara adekuat, perlu juga

mempelajari hal-hal diluar paru seperti distribusi gas yang diangkut

oleh sistem sirkulasi.


I. KONSEP KEPERAWATAN

1. Pengkajian

a.  Riwayat Kesehatan

1).  Adanya riwayat infeksi saluran pernapasan sebelumnya: batuk, pilek,

demam.

2).  Riwayat alergi dalam keluarga

3).  Riwayat penyakit yang berhubungan dengan imunitas seperti

malnutrisi

4).  Anggota keluarga lain yang mengalami sakit saluran pernapasan

5).  Ada/tidak riwayat merokok

b.  Pemeriksaan Fisik

1) Pernapasan

Pernapasan dangkal, dipneu, takipneu, tanda bunyi napas ronchi

halus dan melemah, wajah pucat atau sianosis bibir atau kulit.

2) Aktivitas atau Istirahat

Kelelahan, malaise, insomnia, penurunan toleransi aktivitas,

sirkulasi takikardi, dan pucat.

3) Makanan dan cairan

Gejala :  Kehilangan nafsu makan, disfagia, mual dan muntah.

Tanda :   Hiperaktivitas bunyi usus, distensi abdomen, turgor kulit

buruk.

c.  Observasi

1) Adanya retraksi atau pernapasan cuping hidung


2) Adanya kepucatan atau sianosis warna kulit

3) Adanya suara serak, stridor, dan batuk

4) Perilaku: gelisah, takut

5) Adanya sakit tenggorok, adanya pembesaran tiroid, pengeluaran

sekret, kesulitan menelan.

6) Tanda-tanda: nyeri dada, nyeri abdomen, dyspnea.

2. Diagnosa Keperawatan

Menurut Nanda aplikasi (2016), diagnosa keperawatan yang mungkin

muncul pada klien dengan faringitis, antara lain :

a. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi.

b. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan penumpukan

sekret

c. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis.

d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan intake yang tidak adekuat.

e. Gangguan menelan berhubungan dengan abnormalitas orofaring.

f. Resiko infeksi berhubungan dengan stasis cairan tubuh.

g. Resiko kekurangan cairan berhubungan dengan dengan ketidakmampuan

menelan makanan

h. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang pajanan informasi

3. Intervensi Keperawatan

a. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi.

Tujuan : Mempertahankan suhu tubuh dalam batas normal


Kriteria hasil : Temperature stabil : 36,5-37,5

Intervensi :

1). Monitor suhu minimal tiap 2 jam.

2). Monitor warna dan suhu kulit.

3). Monitor tanda-tanda vital.

4). Anjurkan klien minum air putih untuk meningkatkan intake cairan.

5). Anjurkan keluarga klien untuk mengompres klien bila terjadi demam

6).Anjurkan ibu klien untuk memakaikan klien pakaian yang tipis dan

menyerap keringat.

b. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan penumpukan

sekret

Tujuan :

Kriteria Hasil : Klien tidak merasa tercekik, irama nafas, frekuensi

pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas

tambahan

Intervensi :

1) Pastikan kebutuhan oral/tracheal suctioning

2) Auskultasi suara nafas sebelum dan sesudah suction

3) Informasikan kepada keluarga klien tentang suction

4) Monitor status oksigen klien

5) Berikan O2 nasal untuk memfasilitasi suction nasotracheal

c. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis

Tujuan : Nyeri berkurang


Kriteria Hasil : Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan

menggunakan manajemen nyeri dan mengatakan rasa

nyaman setelah nyeri berkurang.

Intervensi :

1) Kaji tingkat nyeri secara kemprehensif, termasuk lokasi, karakteristik,

durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi.

2) Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan.

3) Ajarkan teknik nonfarmakologi.

4) Kaji Tanda Tanda Vital.

5) Gunakan komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri.

6) Kolaborasi dalam pemberian analgetik.

d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan intake yang tidak adekuat.

Tujuan : Mempertahankan status nutrisi

Kriteria Hasil : Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan

tujuan,berat badan ideal, dan tidak terjadi penurunan

berat badan yang berarti.

Intervensi :

1) Kaji adanya alergi makanan

2) Kaji pola nutrisi klien

3) Kaji makanan yang disukai dan tidak disukai klien

4) Anjurkan klien makan sedikit tapi sering

5) Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi


e. Gangguan menelan berhubungan dengan abnormalitas orofaring.

Tujuan : Mencegah terjadinya aspirasi

Kriteria Hasil :1) Klien dapat mempertahankan makanan dalam mulut

2) Kemampuan menelan klien adekuat

3) Klien mampu mengunyah makanan dengan nyaman

Intervensi :

1) Memantau tingkat kesadaran klien

2) Memonitor status paru

3) Jauhkan manset trakea meningkat

4) Hindari makan, jika residu meningkat

5) Potong makanan menjadi potongan kecil-kecil

6) Konsultasikan dengan dokter untuk meningkatkan konsistensi makanan

klien secara bertahap

f. Resiko infeksi berhubungan dengan stasis cairan tubuh.

Tujuan : Tidak adanya tanda dan gejala infeksi

Kriteria Hasil : 1) Menunjukan penurunan gejala infeksi

2) Tidak menunjukkan infeksi sekunder

Intervensi :

1) Pertahankan lingkungan aseptik

2) Ajarkan klien dan keluarga cara cuci tangan

3) Batasi jumlah pengunjung

4) Hindarkan klien dari benda yang terkontaminasi

5) Kolaborasi untuk pemberian antibiotik sesuai advis.


g. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpaparnya informasi

tentang penyakit

Tujuan : Diharapkan pasien tau tentang proses penyakit dan cara

penanganannya, dengan kriteria hasil :

1) Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi,

prognosis dan program pengobatan

2) Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan

secara benar

3) Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan

perawat atau tim kesehatan lainnya

Intervensi :

1) Berikan penilaian tentang pengetahuan pasien tentang proses penyakit

yang spesifik

2) Berikan pendidikan kesehatan tentang penyakit

3) Sediakan informasi pada pasien tentang kondisi, dengan cara yang tepat

4) Sediakan bagi keluarga tentang kemajuan atau sistem oprasional

tentang kemajuan pasien dengan cara yang tepat

5) Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin diperlukan untuk

mencegah komplikasi dimasa yang akan datang dan atau proses

pengontrolan penyakit

6) Diskusikan pilihan terapi dan penanganan


h. Resiko kekurangan cairan berhubungan dengan ketidakmampuan menelan

makanan

Tujuan : Mempertahankan keseimbangan cairan

Kriteria hasil : Tidak ada tanda-tanda dehidrasi, turgor kulit baik,

membran mukosa lembab

Intervensi :

1) Timbang popok/pembalut jika diperlukan

2) Pertahankan catatan intake dan output yang akurat

3) Monitor status hidrasi (kelembabab membran mukosa, nadi adekuat,

tekanan darah ortostatik), jika diperlukan

4) Monitor tanda-tanda vital

5) Kolaborasi pemberian cairan IV

6) Monitor status nutrisi

7) Dorong keluarga untuk membantu pasien makan

8) Kolaborasi dengan ahli gizi


BAB III

TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN AN. E DENGAN FARINGITIS

AKUT DI RUANG ANAK PUSKESMAS TONJONG

KABUPATEN BREBES

Tanggal Masuk Puskesmas : 5 Agustus 2021

Tanggal Pengkajian : 7 Agustus 2021

Ruang Puskesmas : Anak

Diagnosa Medis : FARINGITIS

A. Pengkajian

1.Biodata

a. Identitas klien

Nama : An. E

Alamat : Tonjong

Tanggal lahir/ umur : 30 Agustus 2019/ 2 Tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

Diagnosa medis : Faringitis

b. Identitas Penanggung Jawab

Nama orang tua : Ny. D


Umur : 25 Tahun

Alamat : Tonjong

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Hubungan Dengan Klien : Ibu

2. Riwayat Kesehatan

a. Keluhan utama

Ibu An. E mengatakan klien menangis jika menelan makanan

b. Riwayat kesehatan sekarang

Ibu An. E mengatakan sebelum di bawa ke Puskesmas anaknya demam

selama 2 hari, kemudian klien dibawa langsung ke IGD Puskesmas

Tonjong pada tanggal 5 Agustus 2021 pukul 13.15 WIB, batuk sudah 3

hari, lalu klien di bawa ke ruang Anak. Pada saat pengkajian, ibu An. E

mengatakan klien menangis jika menelan makanan.

c. Riwayat kesehatan lalu

1) Prenatal

Ibu klien mengatakan tidak ada masaalah selama kehamilan An. E

ibu klien memeriksakan kandungannya ke bidan setempat.

2) Natal

Ibu klien mengatakan kelahiran An.E secara normal dan dibantu

oleh bidan setempat dengan BB An.E adalah 12 kg, dan An.E tidak

mengalami masalah.
3) Postnatal

Ibu klien mengatakan belum pernah mengalami penyakit yang

sama sebelumnya, Imunisasi klien belum lengkap.

d. Riwayat Penyakit Keluarga

Klien merupakan anak pertama. Di dalam keluarganya tidak ada yang

menderita penyakit seperti ini dan tidak ada riwayat penyakit jantung,

hipertensi, DM dan penyakit menular.

e. Genogram

Keterangan  :

       :  Laki-laki

             :  Perempuan

             :  Klien An.E

             :  Tinggal satu rumah


   :  Hubungan / pertalian keluarga

Gambar 3.1. Genogram Keluarga An. E


1. Pola Kegiatan Sehari-hari

a. Managemen terhadap kesehatan dan persepsi terhadap kesehatan

Ibu klien mengatakan setiap anaknya sakit selalu minum obat dan kalau

tidak sembuh lalu dibawa ke Puskesmas. Dan ibu klien mengatakan

sehat itu sangat penting.

b. Nutrisi dan metabolisme

Sebelum sakit : Klien makan sehari 2 kali dan makan-makanan yang

bergizi seimbang dengan porsi 1/2 piring selalu habis. ibu klien

mengatakan klien sangat suka dengan berbagai jenis ikan, daging dan

kurang suka sayuran.

Selama sakit : Klien makan sehari 2 kali sehari tetapi hanya 1/3 porsi dari

yang diberikan Puskesmas. Ibu klien mengatakan anaknya menangis jika

menelan makanan, setelah makan klien hanya minum air putih sekitar 15

cc dan selalu minum ASI.

c. Eliminasi urin dan feses

1) Buang air kecil

Sebelum sakit : klien BAK dalam sehari 8 kali dan banyak, warna

kuning bau seperti amonia.

Selama sakit : klien BAK dalam sehari sebanyak 3 pampers warna

kuning.

2) Buang air besar

Sebelum sakit : klien BAB dalam sehari 2 kali dan konsistensi lunak.
Selama sakit : klien BAB dalam sehari 1 kali dan konsistensi lunak.

d. Istirahat dan tidur

Sebelum sakit : klien tidur malam jam 20.00 WIB dan bangun jam 04.00

WIB, tidur siang jam 13.00 WIB dan bangun jam 15.00 WIB tidur

nyenyak dan tidak mudah terbangun.

Selama sakit : pasien tidur malam selama +/- 6 jam dan tidur siang

selama 4 jam, ibu klien mengatakan tidur malam anaknya sering

terbangun karena merasa tidak merasa nyaman terhadap tenggorokannya.

e. Aktivitas dan latihan

Sebelum sakit : semua aktivitas dibantu keluarganya.

Selama sakit : semua aktivitas dibantu dan keaktifan anak menurun

hanya mau dengan ibunya saja.

Tabel 3.1. Aktivitas dan latihan

No Perawatan diri 0 1 2 3 4
1 Minum dan √

makan
2 Berpindah √
3 Berpakaian √
4 Berjalan √
5 Mobilisasi √
6 Toileting √

Keterangan :

0 = mandiri

1 = dibantu alat
2 = dibantu keluarga

3 = dibantu alat dan orang lain

4 = ketergantungan

f. Persepsi kognitif

Data subjektif : ibu klien mengatakan mengetahui penyakit yang di

derita anaknya, tetapi tidak mengetahui tanda dan gejala, pencegahan,

komplikasi tentang penyakit.

Data obyektif : ibu klien tidak bisa menjawab pertanyaan perawat

tentang tanda dan gejala, pencegahan, komplikasi penyakit

g. Konsep diri

Sebelum sakit : ibu klien mengatakan anak selalu aktif dan bermain

dengan keluarganya.

Selama sakit : ibu klien mengatakan keaktifan anak menurun hanya

mau dengan ibunya saja.

h. Peran hubungan

Ibu klien mengatakan klien adalah anak pertama dikeluarga Ny. D,

Hubungan klien dengan anggota keluarga yang lain baik. Selama sakit

klien selalu ditemani oleh keluarganya.

i. Reproduksi dan seksualitas

Klien adalah seorang anak laki-laki. Klien berumur 3 tahun.

j. Pola Koping atau Toleransi Terhadap Stress

Sebelum sakit : Ibu klien mengatakan apabila ada masalah dengan

temannya selalu dibantu untuk menyelesaikannya.


Selama sakit : Ibu klien mengatakan apabila anaknya rewel klien

digendong dan ditenangkan.

k. Nilai dan Keyakinan

Klien beragama Islam dan belum menjalankan sholat 5 waktu

2. Pengukuran Test Perkembangan

a. Perhitungan umur

Tanggal Tes : 2021-08-09

Tanggal Lahir : 2019-08-30

Umur anak : 2 Tahun

b. Perhitungan Test DDST

Tabel 3.2. Perhitungan Test DDST

Sektor Respon anak Kesimpulan


Personal Sosial 1. Klien belum mampu
Kl klien dalam batas
membuka pakaian
normal dan tidak
dengan mandiri
mengalami
2. Klien mampu minum
dengan cangkir perkembangan
3. Klien mampu
Personal sosialnya.
menggunakan sendok
garpu
Lanjutan Tabel 3.2. Perhitungan Test DDST

Sektor Respon klien Kesimpulan

Motorik Halus 1. Klien mampu


Klklien dalam batas
mengambil manik
normal dan tidak
manik yang
mengalami
ditunjukkan
2. Klien mampu keterlambatan
mencoret coret kertas
perkembangan
3. Klien mampu
motorik halusnya.
menyusun menara 2
kubus
Bahasa 1. Klien belum mampu
Klkien dalam batas
mengucapkan 6 kata.
normal dan tidak
2. Klien mampu
mengalami
mengucapkan 3 kata.
keterlambatan

perkembangan

bahasanya.
Motorik Kasar 1. Klien bisa menendang Klien dalam batas
bola.
normal dan tidak
2. Klien bisa lari.
mengalami
3. Klien sudah bisa
berjalan sendiri. keterlambatan

perkembangan

motorik kasarnya.

c. Interpretasi Hasil Dari Test DDST

Klien dapat melakukan semua item yang diminta dengan baik

sehingga anak dinyatakan lulus (P). Pada beberapa item yang

dilakukan, anak mengalami perkembangan lebih

d. Kesimpulan Dari Keempat Sektor


Anak dapat melakukan semua item yang ditunjukkan. Dapat

disimpulkan bahwa anak mengalami perkembangan personal sosial,

mototik halus, bahasa dan motorik kasar dengan baik sesuai dengan

umur klien.

e. Saran Kepada Orang Tua

Klien sudah mengalami perkembangan yang baik.walaupun begitu

diharapkan kepada orang tua klien untuk selalu mengawasi

perkembangan anaknya.

3. Pemeriksaan Fisik

a. Pemeriksaan umum

1) Keadaan umum : Cukup

2) Kesadaran : Compos mentis,

GCS 15 (E:4 M:6 V:5)

3) Tanda-tanda vital

a) Tekanan darah :-

b) Denyut nadi : 100 x/menit

c) Suhu tubuh : 36º 6C

d) Pernafasan : 22 x/menit

4) Berat badan : 12 kg

5) Tinggi badan : 100 cm

b. Pemeriksaan head to toe

1) Kepala

a) Wajah dan kulit kepala


Wajah simetris, wajah terlihat pucat, tidak ada luka, kulit kepala

bersih tidak ada lesi, tidak ada nyeri tekan pada wajah dan kulit

kepala.

b) Mata

Palpebra tidak odema dan tidak ada peradangan, sklera an

ikterik, konjungtiva an anemis, penglihatan normal dan tidak

ada penonjolan pada mata, tidak ada tekanan bola mata.

c) Hidung

Tidak ada polip, septum bersih, tidak ada sekret dan tidak

radang, tidak ada benjolan.

d) Telinga

Canalis bersih tidak ada serumen tidak ada luka, pendengaran

normal.

e) Mulut

Gigi bersih tidak ada karang gigi, gusi radang dan ada darah

sedikit, lidah bersih, bibir ada sariawan dan terdapat darah

sedikit,adanya peradangan pada tonsil.

2) Leher

Kelenjar thyroid simetris dan tidak membesar, tidak ada kelainan

kelenjar getah bening dan tidak ada kelainan pada vena jugularis,

tidak ada nyeri tekan pada kelenjar thyroid.

3) Thorax dan paru


Inspeksi : bentuk dada simetris, pergerakan dada normal,

tidak ada luka.

Palpasi : vokal fremitus normal dan tidak ada nyeri.

Perkusi : bunyi sonor.

Auskultasi : suara pernafasan vesikuler dan tidak ada suara

tambahan.

4) Jantung

Inspeksi : ictus cordis nampak

Palpasi : ictus cordis teraba

Perkusi : batas-batas jantung intra costa II –intra costa V

Auskultasi

B. J. I : Lup

B. J. II : Dup

Tidak bunyi suara tambahan

5) Abdomen

Inspeksi : bentuk abdomen normal, tidak ada luka

Auskultasi : peristaltik 15 x/menit

Palpasi : tidak ada nyeri tekan pada abdomen

Perkusi : bunyi tympani

6) Ginjal : Tidak ada kelainan

7) Genetalia

merah dan tidak ada luka dan radang, tidak ada nyeri tekan pada

genetalia dan anus


8) Muskuloskeletal

a. Tangan : pada tangan kanan terpasang infus

b. Kaki

Kaki simetris, tidak ada luka, tidak ada nyeri tekan.

9) Integumen

warna kulit putih, tidak ada luka, tidak ada nyeri tekan, CRT ≤ 2

detik.

4. Terapi

Tabel 3.3. Terapi

NO Nama Obat Dosis Cara pemberian


1 RL 15 TPM Intra Vena
2 Cefotaxim 3 x 375 mg Intra Vena
3 Paracetamol 4x150 mg, jika suhu Intra Vena

>37,5
4 Ambroxol sirup 3x2 ml Oral
Sumber : Rekam Medis Puskesmas Tonjong

5. Pemeriksaan Penunjang

Tanggal 5 Agustus 2021

Tabel 3.4. Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai rujukan


HEMATOLOGI
Pemeriksaan darah
lengkap
Leukosit 10.3 10^9/ul 6.0-17.0
Eritrosit 4.6 10^6/ul 3.69-5.20
Hemoglobin L 6.5 q/dL 10.8-12.8
Hematokrit L 27 35-43
MCV L 59 fL 73-101
MCH L 19 pg 23-31
MCHC 32 g/dL 26-34
Trombosit 349 10^9/ul 150-400
DIFF COUNT
Eosinofil L 0.60 2.00-4.00
basofil 0.10 0-1
Netrofil 68.30 50-70
Limfosit L 18.40 26-40
Monosit H 12.60 2-8
MPV 8.8 7.2-11.1
fL
RDW-SD 36.1 35.1-43.9
fL
RDW-CV H 17.8 11.5-14.5
Sumber : Rekam Medis Puskesmas Tonjong

6. Analisa Data

Tabel 3.5. Analisa Data

NO Tanggal Data Etiologi Problem


1 7 DS : Ibu klien mengatakan Agen injuri Nyeri Akut
Agustus anaknya menangis biologis
2021 jika menelan
makanan
P : Jika menelan
makanan
Q:-
R : Tenggorokan
S: 6
T : Hilang timbul

DO :
1. Terdapat radang
pada
tenggorokan
2. Adanya
pembesaran tonsil
3. TTV
TD : -
N : 100x/menit
S : 36,6 ֯C
RR : 22x/menit

Lanjutan Tabel 3.5. Analisa Data

No Tanggal Data Etiologi Problem

2 7 DS : Ibu An.E mengatakan Intake yang Risiko defisit


Agustus klien makan 2 kali tidak
nutrisi kurang dari
2021 sehari tetapi hanya adekuat
kebutuhan tubuh
1/2 porsi yang
diberikan Puskesmas
DO :
1. Klien terlihat
lemas
2. Wajah klien pucat
3. Terdapat radang
pada tenggorokan

3. 7 Agustus DS : ibu klien mengatakan Kurangnya Kurang


2021 mengetahui penyakit sumber
pengetahuan
yang di derita informasi
anaknya, tetapi tidak
mengetahui tanda
dan gejala,
pencegahan,
komplikasi tentang
penyakit.
DO: ibu klien tidak bisa
menjawab
pertanyaan perawat
tentang tanda dan
gejala, pencegahan,
komplikasi penyakit.

Lanjutan Tabel 3.5. Analisa Data

No Tanggal Data Etiologi Problem


4 7 Agustus 21 DS : Gangguan Gangguan Rasa
Ibu klien mengatakan Stimulus Nyaman
anaknya sering Lingkungan
merasa cemas dan
menangis karena tidak
betah berada di
Puskesmas
DO :
1. Ekspresi klien
tampak cemas
2. Klien terlihat
kadang menangis

B. Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologis

2. Resiko defisit nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

intake yang tidak adekuat

3. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpaparnya informasi

tentang penyakit

4. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gangguan stimulus

lingkungan

C. Intervensi

Tabel 3.6. Intervensi

No Dx Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi


1 Nyeri Setelah diberikan asuhan 1. Kaji nyeri
keperawatan selama 2x24 jam secara
berhubungan
diharapkan nyeri klien berkurang komprehensif
dengan agen
Dengan kriteria hasil : 2. Berikan terapi
injuri biologis 1. nyeri klien berkurang dari non farmakologis
skala 6 menjadi 1 3. Ajarkan teknik
2. Klien tidak tampak meringis relaksasi
3. TTV normal : 4. Kaji TTV
a. Nadi:60-100x permenit 5. Kontrol
b. RR:16-22 x permenit lingkungan yang
c. Suhu:36,5 - 37,5 ֯C memperberat nyeri
6. Kolaborasi
pemberian
analgetik bila perlu
2. Resiko defisit Setelah diberikan 1. Observasi
nutrisi kurang asuhan keperawatan selama 2x24 status nutrisi
dari kebutuhan
tubuh jam diharapkan nafsu makan klien 2. Kaji adanya
berhubungan bertambah dengan kriteria hasil : alergi makanan
dengan intake
yang tidak 1. Klien tidak menangis ketika 3. Kaji pola
adekuat menelan makanan nutrisi klien.
2. Klien makan dengan lahap 4. Monitor asupan
3. Nafsu makan klien meningkat nutrisi
5. Berikan
informasi tentang
kebutuhan nutrisi
No Dx Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi
6. Kolaborasi
dengan ahli gizi
7. Monitor BB
3. Kurang Setelah diberikan asuhan 1. Kaji tingkat
pengetahuan keperawatan selama 1 x 24 jam pengetahuan pasien
berhubungan diharapkan keluarga klien paham 2. Lakukan BHSP
dengan sumber dan mengerti tentang penyakit 3. Berikan Health
informasi. faringitis. Education
Dengan Kriteria Hasil : 4. Lakukan
1. Keluarga klien dapat evaluasi
menyebutkan kembali apa yang pengetahuan
dijelaskan.
2. Keluarga klien nampak
mengerti reflek menelan,
mempertahankan makanan di
mulut dan usaha menelan.
4. Gangguan rasa Setelah diberikan asuhan 1. Identifikasi tingkat
nyaman keperawatan selama 1 x 24 jam kecemasan
berhubungan diharapkan dapat mengurangi rasa 2. Kaji situasi yang
dengan cemas klien. menimbulkan
gangguan Dengan Kriteria Hasil : kecemasan
stimulus 1. Mampu mengontrol kecemasan 3. Edukasi keluarga
lingkungan 2. Status lingkungan yang nyaman untuk selalu
3. Kualitas tidur dan istirahat menghibur klien
adekuat
Lanjutan Tabel 3.6. Intervensi 4. Lakukan terapi
bermain

D. Implementasi

Tabel 3.7 Implementasi

No Tanggal/ Dx Implementasi Respon Paraf

Jam
1 7/8/2021 I 1. Memonitor TTV dengan S : - Indah
mengukur suhu dibagian O:
07.30
dahi, RR, nadi S : 36,8 ºC
WIB
RR : 22x/mnt
Nadi: 90x/mnt

09.35
2. Mengkaji status nyeri S:
WIB
Ibu klien
mengatakan
anaknya masih
menangis ketika
makan
O:
Klien terlihat
menangis ketika
makan

08.40
3. Menganjurkan klien untuk S :
WIB minum air putih hangat Ibu klien
dengan cara melakukan kooperatif
O:
motivasi kepada ibu klien.
Klien terlihat di
berikan minum
air putih hangat
A. Lanj
utan
No Tanggal / Dx Implementasi Respon Paraf
Jam
4. Memberikan obat S : -
cefotaxime 375 mg O: Klien menangis
melalui IV untuk ketika diberikan
mengobati radang obat oleh
tenggorokan klien. petugas
2 7/8/2021 II 1. Mengkaji makanan yang S : Ibu klien Indah
08.50 disukai dan tidak disukai mengatakan
WIB klien anaknya
menyukai sayur
- sayuran dan
tidak menyukai
daging
O:-
09.00
WIB 2. Menganjurkan klien S: ibu klien
makan sedikit tapi sering mengatakan
anaknya hanya
menghabiskan
½ porsi yang
diberikan dari
Puskesmas
O: ibu klien
terlihat
menyuapi
anaknya dengan
sabar

Paraf
Lanjutan Tabel 3.7. Implementasi

No Tanggal/ Dx Implementasi Respon


Jam
3 7/8/2021 III 1. Memberikan pendidikan S : Keluarga klien Indah
11.30 kesehatan kepada keluarga mengatakan
WIB klien tentang penyakit paham dan
faringitis mengerti
tentang apa
yang telah
dijelaskan oleh
petugas
O : keluarga klien
menjelaskan
kembali apa
yang dijelaskan
petugas
4. 8/8/2021 I 1. Memonitor TTV dengan S : - Indah
07.30 mengukur suhu dibagian O:
dahi, RR, nadi
S : 37,2 ,

RR : 23x/mnt,
Nadi : 93x/mnt
2. Mengkaji status nyeri
S:
Ibu klien
mengatakan
anaknya sudah
jarang menangis
saat makan
O:
Klien terlihat
Lanjutan Tabel 3.7. Implementasi
lebih tenang Paraf

Implementasi
No Tanggal/ Dx Respon
Jam
08.40 3. Menganjurkan klien S : Indah
WIB untuk minum air putih ibu klien mau
hangat dengan cara mengikuti
melakukan motivasi anjuran yang
kepada ibu klien. diberikan
petugas
O:
Klien terlihat
diberikan
minum air putih
hangat

4. Memberikan obat S : -
cefotaxime 375 mg O:
melalui IV untuk Klien menangis
mengobati radang ketika diberikan
tenggorokan klien. obat oleh petugas
5. 08.50 II 1. Menganjurkan klien S: ibu klien Indah
WIB makan sedikit tapi sering mengatakan
Lanjutan Tabel 3.7.Implementasi
anak nya sudah
mau
menghabiskan 1
porsi
Puskesmas.
O: Klien terlihat
menghabiskan 1
porsi Puskesmas Paraf
No Tanggal/ Dx Implementasi
Jam Respon
09.00 2. Memberikan informasi S: ibu klien Indah
WIB tentang kebutuhan nutrisi mengatakan
anaknya hanya
makan ½ porsi
O : ibu klien
terlihat kadang
memberikan
biskuit untuk
cemilan
6 09.30 III 1. Menjelaskan kepada S : Keluarga klien Indah
keluarga klien tentang mengatan
pengertian ,penyebab, paham dan
tanda dan gejala, mengerti
pencegahan dan tentang apa
pengobatan serta yang telah
komplikasi dari penyakit dijelaskan oleh
yang diderita An. E petugas
dengan menggunakan O : keluarga klien
media lembar balik dan menjelaskan
leaflet. kembali apa
yang dijelaskan
Lanjutan Tabel 3.7.Implementasi

petugas

No Tanggal/ DX Implementasi Respon Paraf


jam
7. 10.00 IV 1. Mengidentifikasi tingkat S : Ibu klien
WIB kecemasan klien mengatakan
klien merasa
cemas apa bila
ada anak yang
menangis
O : Ekspresi klien
terlihat cemas

2. Melakukan terapi bermain S:-


O : Klien terlihat
lebih tenang dan
antusias
mengikuti terapi
bermain

E. Evaluasi

Tabel 3.8. Evaluasi

No Tanggal/Jam Dx SOAP Paraf


1 8/8/2021 I S : Ibu klien mengatakan anaknya masih Indah

08.00 menangis ketika makan


O : Klien terlihat menangis ketika menelan
WIB
makanan, S : 36,8 ºC, RR : 22x/mnt, Nadi:
90x/mnt
A : Masalah keperawatan “Nyeri “ belum

Lanjutan Tabel 3.8. Evaluasi teratasi


P : Lanjutkan intervensi
No Tanggal/Jam Dx SOAP Paraf

1. Monitor TTV

2. Anjurkan klien minum air putih hangat.

3. Berikan terapi medis sesuai advis dokter


2 8/8/2021 II S : ibu klien mengatakan anaknya sudah mau Indah

08.00 makan 1/2 porsi Puskesmas.

WIB O : Klien terlihat sudah mau makan

A : Masalah “Resiko defisit nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh” teratasi sebagian

P : Lanjutkan intervensi

1. Kaji makanan yang disukai dan tidak


disukai klien
2. Anjurkan klien makan sedikit tapi sering
3. Berikan informasi tentang
4. Kebutuhan nutrisi
5. Kolaborasi dengan ahli gizi
3 8/8/2021 III S : Keluarga klien mengatakan sudah paham Indah
dan mengerti terhadap penyakit yang
08.00
diderita klien
WIB
O : Keluarga klien sudah paham tentang
penyakit yang diderita klien
A : Masalah keperawatan “kurang
pengetahuan” teratasi
P : Pertahankan intervensi

Lanjutan Tabel 3.8. Evaluasi

No Tanggal/Jam Dx SOAP Paraf

4 9/8/2021 I S : Ibu klien mengatakan anaknya tidak Indah


menangis ketika makan
08.00
O : Klien terlihat sudah mau makan dan tidak
WIB
menangis
A : Masalah keperawatan “Nyeri “teratasi
P : Hentikan intervensi
5. 9/8/2021 II S : Ibu klien mengatakan anaknya sudah mau Indah
makan 1 porsi Puskesmas.
08.00
O : Klien terlihat menghabiskan 1 porsi
WIB
Puskesmas
A : Masalah “Resiko defisit nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh” teratasi

P : Hentikan intervensi
6 9/8/2021 IV S : Ibu klien mengatakan anaknya lebih tenang
setelah diberikan terapi bermain
08.00
O : Klien terlihat lebih tenang
WIB
A : Masalah keperawatan “gangguan rasa
nyaman” teratasi
P : Pertahankan intervensi

Anda mungkin juga menyukai