Anda di halaman 1dari 31

BAB I

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Keluarga

1. Pengertian

Keluarga adalah dua atau lebih individu yang tergabung karena

ikatan tertentu untuk saling berbagi pengalaman dan melakukan

pendekatan emosional, serta mengidentifikasikan diri mereka sebagai

bagian dari keluarga (Friedman, 2010). Menurut Sudiharto (2012),

keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala

keluarga serta beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di satu atap

dalam keadaan saling ketergantungan. Sedangkan menurut Harmoko

(2012).

2. Bentuk keluarga

Bentuk keluarga tradisional, antara lain :

a. Keluarga inti

Jumlah keluarga inti yang terdiri dari seorang ayah yang

mencari nafkah, seorang ibu yang mengurusi rumah tangga dan

anak (Friedman, 2010). Sedangkan menurut Sudiharto (2012)

keluarga inti (nuclear famili), adalah keluarga yang dibentuk

karena ikatan perkawinan yang direncanakan yang terdiri dari

suami, istri dan anak anak, baik karena kelahiran (natural) maupun

adopsi.

b. Keluarga adopsi.

1
Keluarga adopsi adalah dengan menyerahkan secara sah

tanggung jawab sebagai orang tua seterusnya dari orang tua

kandung ke orang tua adopsi, biasanya menimbulkan keadaan yang

saling menguntungkan baik bagi orang tua maupun anak. Disatu

pihak orang tua adopsi mampu memberi asuhan dan

kasihsayangnya bagi anak adospsinya, sementara anak adopsi

diberi sebuah keluarga yang sangat menginginkan mereka

(Friedman, 2010).

c. Keluarga besar ( Extended Family )

Keluarga dengan pasangan dengan pasangan yang berbagi

pengaturan rumah tangga dan pengeluaran keuangan dengan orang

tua, kakak / adik, dan keluarga dekat lainnya. Anak – anak

kemudian dibesarkan oleh generasi dan memiliki pilihan model

pola perilaku yang akan membentuk pola perilaku mereka

(Friedman, 2010). Sedangkan menurut Sudiharto (2012) keluarga

besar (extended family) adalah keluarga inti ditambah keluarga

yang lain (karena hubungan darah), misalnya kakek, nenek, bibi,

paman, sepupu termasuk keluarga modern, seperti orangtua

tunggal, keluarga tanpa anak, serta keluarga pasangan sejenis

(guy/lesbian families).

d. Keluarga dengan orang tua tunggal

Keluarga dengan kepala rumah tangga duda/janda yang

bercerai, ditelantarkan, atau berpisah (Friedman, 2010).

2
e. Dewasa lajang yang tinggal sendiri

Kebanyakan individu yang tinggal sendiri adalah bagian

dari beberapa bentuk jaringan keluarga yang longgar. Jika jaringan

ini tidak terdiri atas kerabat, jaringan ini dapat terdiri atas teman-

teman seperti mereka yang sama – sama tinggal di rumah pensiun,

rumah jompo atau hidup bertetangga. Hewan pemeliharaan juga

dapat menjadi anggota keluarga yang penting (Friedman, 2010).

f. Keluarga orang tua tiri

Keluarga yang pada awalnya mengalami proses penyatuan

yang kompleks dan peneuh dengan stress. Banyak penyesuaian

yang perlu dilakukan dan sering kali individu yang berbeda atau

subkelompok keluarga yang baru terbentuk ini beradaptasi dengan

kecepatan yang tidak sama. Walaupun seluruh anggota keluarga

harus menyesuaikan diri dengan situasi keluarga yang baru, anak –

anak seing kali memiliki masalah koping yang lebih besar karena

usia dan tugas perkembangan mereka (Friedman, 2010).

g. Keluarga binuklear

Keluarga yang terbentuk setelah perceraian yaitu anak

merupakan anggota dari sebuah sistem keluarga yang terdiri atas

dua rumah tangga inti, maternal dan paternal, dengan keragaman

dalam hal tingkat kerjasama dan waktu yang dihabiskan dalam

setiap rumah tangga (Friedman, 2010).

3
3. Fungsi Keluarga

Setiap anggota keluarga mempunyai struktur peran formal dan

informal. Misalnya, ayah mempunyai peran formal sebagai kepala

keluarga dan pencari nafkah. Peran informal ayah adalah sebagai

panutan dan pelindung keluarga. Struktur kekuatan keluarga meliputi

kemampuan berkomunikasi, kemampuan keluarga untuk saling

berbagi, kemampuan sistem pendukung diantara anggota keluarga,

kemampuan perawatan diri, dan kemampuan menyelesaikan masalah

(Sudiharto, 2012).

Fungsi dasar keluarga ada 5, yaitu :

a. Fungsi afektif adalah fungsi internal keluarga untuk pemenuhan

kebutuhan psikososial, saling mengasih dan memberikan cinta

kasih, serta saling menerima dan mendukung. Fungsi afektif

merupakan dasar utama baik untuk pembentukan maupun

berkelanjutan unit keluarga itu sendiri, sehingga fungsi afektif

merupakan salah satu fungsi keluarga yang paling penting

(Friedman, 2010). Keluarga memberikan kenyamanan emosional

anggota, membantu anggota dalam membentuk identitas dan

mempertahankan saat terjadi stress (Sudiahrto, 2012).

b. Fungsi sosialisasi, adalah proses perkembangan dan perubahan

individu keluarga, tempat anggota keluarga berinteraksi sosial dan

belajar berperan di lingkungan sosial. Sosialisasi merujuk pada

banyaknya pengalaman belajar yang diberikan dalam keluarga

4
yang ditujukan untuk mendidik anak-anak tentang cara

menjalankan fungsi dan memikul peran sosial orang dewasa seperti

peran yang dipikul uami-ayah dan istri-ibu (Friedman, 2010).

Keluarga sebagai guru, menanamkan kepercayaan, nilai, sikap dan

mekanisme koping, memberikan feedback dan memberikan

petunjuk dalam pemecahan masalah (Sudiharto, 2012).

c. Fungsi reproduksi, adalah fungsi keluarga meneruskan

kelangsungan keturunan dan menambah sumber daya manusia

(Friedman, 2010).

d. Fungsi ekonomi, adalah fungsi keluarga untuk memenuhi

kebutuhan keluarga seperti sandang, pangan, dan papan (Friedman,

2010). Keluarga melibatkan penyediaan keluarga akan sumber daya

yang cukup finansial, ruang dan materi serta alokasinya yang sesuai

melalui proses pengambilan keputusan dan kepentingan di

masyarakat (Sudiharto, 2012).

e. Fungsi perawatan kesehatan, adalah kemampuan keluarga untuk

merawat anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan.

Keluarga memberikan keamanan, kenyamanan lingkungan yang

dibutuhkan untuk pertumbuhan, perkembangan dan istirahat

termasuk penyembuhan dari sakit (Friedman, 2010). Fungsi fisik

keluarga dipenuhi oleh orang tua yang menyediakan makanan,

pakaian, tempat tinggal, perawatan terhadap kesehatan dan

5
perlindungan terhadapbahaya. Pelayanan dan praktik kesehatan

adalah fungsi keluarga yang paling relevan bagi perawat keluarga

(Sudiharto, 2012).

4. Struktur Keluarga

Struktur keluarga menurut Friedman (2010), antara lain :

a. Struktur peran.

Peran adalah perilaku yang dikaitkan dengan seseorang

yang memegang sebuah posisi tertentu, posisi mengidentifikasi

status atau tempat seseorang dalam suatu system social.

b. Struktur nilai keluarga

Nilai keluarga adalah suatu sistem ide, perilaku dan

keyakinan tentang nilai suatu hal atau konsep yan secara sadar

maupun tidak sadar mengikat anggota keuarga dalam kebudayaan

sehari-hari atau kebudayaan umum.

c. Proses komunikasi

Proses komunikasi ada dua yaitu prses komunikasi

fungsional dan proses komunikasi disfungsonal.

1) Proses komunikasi fungsional.

Komunikasi fungsional dipandang sebagai landasan

keberhasilan keluarga yang sehat, dan komunikasi funsional

didefenisikan sebagai pengirim dan penerima pesan yang baik

6
isi maupun tingkat intruksi pesan yang langsung dan jelas, serta

kelarasan antara isi dan tingkai intruksi.

2) Proses komunikasi disfungsional.

Sama halnya ada cara berkomunikasi yang fungsional,

gambaran dari komuniasi disfungsional dari pengirim dan

penerima serta komunkasi disfungsinal juga melibatkan

pengirim dan penerima.

d. Struktur kekuasaan dan pengambilan keputusan.

Kekuasaan keluarga sebagai arakteristik system keluarga

adalah kemampuan atau potensial, actual dari individu anggota

keluarga yang lain. Terdapat 5 unit berbeda yang dapat dianalisis

dalam karakteristik kekuasaan keluarga yaitu : kekuasaan

pernikahan (pasangan orang dewasa), kekuasaan orang tua, anak,

saudara kandung dan kekerabatan. Sedangkan pengambil

keputusan adalah teknik interaksi yang digunakan anggota

keluarga dalam upaya mereka untuk memperoleh kendali dan

bernegosiasi atau proses pembuatan keputusan.

5. Tugas keluarga dalam bidang kesehatan

Tugas pokok keluarga dalam bidang kesehatan menurut Friedman

(2010), antara lain :

a. Mengenal masalah kesehatan keluarga

7
Keluarga perlu mengenal keadaan kesehatan dan perubahan

perubahan yang dialami anggota keluarga. Keluarga perlu

mengetahui dan mengenal fakta-fakta dari masalah kesehatan yang

meliputi pengertian, tanda dan gejala, factor penyebab yang

mempengaruhinya, serta persepsi keluarga terhadap masalah.

b. Membuat keputusan tindakan yang tepat

Sebelum keluarga dapat membuat keputusan yang tepat mengenai

masalah kesehatan yang dialaminya, perawat harus dapat mengkaji

keadaan keluarga tersebut agar dapat menfasilitasi keluarga dalam

membuat keputusan.

c. Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit.

Ketika memberiakn perawatan kepada anggota keluarga yang sakit,

keluarga harus mengetahui keadaan penyakitnya; sifat dan

perkembangan perawatan yang dibutuhkan; keberadaan fasilitas

yang dibutuhkan untuk perawatan; sumber-sumber yang ada dalam

keluarga (keuangan atau financial, fasilitas fisik, psikososial) dan

bagaimana sikap keluarga terhadap yang sakit.

d. Mempertahankan atau mengusahakan suasana rumah yang sehat

Keluarga mampu memodifikasi lingkungan atau menciptakan

suasana rumah yang sehat dan keluarga mengetahui sumber dan

manfaat pemeliharaan lingkungan serta bagaimana upaya

pencegahan terhadap penyakit.

8
e. Menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada di masyarakat

Ketika merujuk anggota keluarga ke fasilitas kesehatan,

keluarga harus mengetahui keuntungan dan keberadaan fasilitas

kesehatan yang dapat terjangkau oleh keluarga.

6. Tahap perkembangan keluarga

Tahap perkembangan keluarga menurut Friedman (2010), yaitu:

a. Tahap I ( Keluarga dengan pasangan baru / Beginning family )

Pembentukan pasangan menandakan pemulaan suatu keluarga baru /

Beginning family ) Pembentukan pasangan menandakan pemulaan

suatu keluarga baru dengan pergerakan dari membentuk keluarga asli

sampai kehubungan intim yang baru. Tahap ini juga disebut sebagai

tahap pernikahan. Tugas perkembangan keluarga tahap ini adalah

membentuk pernikahan yang memuaskan bagi satu sama lain,

berhubungan secara harmonis dengan jaringan kekerabatan,

perencanaan keluarga.

b. Tahap II ( Keluarga kelahiran anak pertama / Childbearing family )

Mulai dengan kelahiran anak pertama dan berlanjut samapi berusia 30

bulan. Transisi ke masa menjadi orang tua adalah salah satu kunci

menjadi siklus kehidupan keluarga. Tugas perkembangan tahap ini

adalah membentuk keluarga muda sebagai suatu unit yang stabil

( menggabungkan bayi yang baru kedalam keluarga), memperbaiki

hubungan setelah terjadinya konflik mengenai tugas perkembangan

9
dan kebutuhan berbagai keluarga, mempertahankan hubungan

pernikahan yang memuaskan, memperluas hubungan denganhubungan

dengan keluarga besar dengan menambah peran menjadi orang tua

dan menjadi kakek/nenek.

c. Tahap III ( Keluarga dengan anak prasekolah / Families with

preschool) Tahap ketiga siklus kehidupan keluarga dimulai ketika

anak pertama berusia 2,5 tahun dan diakhiri ketika anak berusia 5

tahun. Keluarga saat ini dapat terdiri dari tiga sampai lima orang,

dengan posisi pasangan suami-ayah, istri-ibu, putra-saudara laki-laki,

dan putri saudara perempuan. Tugas perkembangan keluarga tahap ini

adalah memenuhi kebutuhan anggota keluarga akan rumah, ruang,

privasi dan keamanan yang memadai, menyosialisasikan anak,

mengintegrasi anak kecil sebagai anggota keluarga baru sementara

tetap memenuhi kebutuhan anak lain, mempertahankan hubungan

yang sehat didalam keluarga dan diluar keluarga. Peralatan dan

fasilitas juga harus aman untuk anak-anak.

d. Tahap IV ( Keluarga dengan anak sekolah / Families with school /

Families with school children ) Tahap ini dimulai ketika anak pertama

memasuki sekolah dalam waktu penuh, biasanya pada usia 5 tahun,

dan diakhiri ketika ia mencapai pubertas, sekitar 13 tahun. Keluarga

biasanya mencapai jumlah anggota keluarga maksimal dan hubungan

keluarga pada tahap ini juga maksimal. Tugas perkembangan keluarga

pada tahap ini adalah menyosialisasikan anak- anak termasuk

10
meningkatkan restasi, mempertahankan hubungan pernikahan yang

memuaskan.

e. Tahap V ( Keluarga dengan anak remaja / Families with teenagers )

Ketika anak pertama berusia 13 tahun, tahap kelima dari siklus atau

perjalanan kehidupan keluarga dimulai. Biasanya tahap ini

berlangsung selama enam atau tujuh tahun, walaupun dapat lebih

singkat jika anak meninggalkan keluarga lebih awal atau lebih lama,

jika anak tetap tinggal dirumah pada usia lebih dari 19 atau 20

tahun.Tujuan utama pada keluarga pada tahap anak remaja adalah

melonggarkan ikatan keluarga untuk meberikan tanggung jawab dan

kebebasan remaja yang lebih besar dalam mempersiapkan diri menjadi

seorang dewasa muda. Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini

adalah menyeimbangkan kebebasan dengan tanggung jawab seiring

dengan kematangan remaja dan semakin meningkatnya otonomi.

f. Tahap VI ( Keluarga melepaskan anak dewasa muda / (Launching

center families ) Permulaan fase kehidupan keluarga in ditandai

dengan perginya anak pertama dari rumah orang tua dan berakhir

dengan “kosongnya rumah”, ketika anak terakhir juga telah

meninggalkan rumah. Tahap ini dapat cukup singkat atau cukup lama,

bergantung pada jumlah anak dalam keluarga atau jika anak yang

belum menikah tetap tinggal di rumah setelah mereka menyelesaikan

SMU atau kuliahnya. Tugas perkembangan keluarga disini adalah

keluarga membantu anak tertua untuk terjun ke dunia luar, orang tua

11
juga terlibat dengan anak terkecilnya, yaitu membantu mereka

menjadi mandiri

g. Tahap VII ( Orang tua paruh baya / Middle age families ) Merupakan

tahap masa pertengahan bagi orang tua, dimulai ketika anak terakhir

meninggalkan rumah dan berakhir dengan pensiun atau kematian

salah satu pasangan. Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini

adalah wanita memprogramkan kembali energi mereka dan bersiap-

siap untuk hidup dalam kesepian dan sebagai pendorong anak mereka

yang sedang berkembang untuk lebih mandiri.

h. Tahap VIII ( Keluarga lansia dan pensiunan )

Tahap terakhir siklus kehidupan keluarga dimulai dengan pensiun

salah satu atau kedua pasangan, berlanjut sampai salah satu

kehilangan pasangan dan berakhir dengan kematian pasangan lain.

Tugas perkembangan keluarga tahap ini adalah mempertahankan

penataan kehidupan yang memuaskan. Kembali ke rumah setelah

individu pensiun/berhenti bekerja dapat menjadi problematik.

7. Peran perawat keluarga

Peran perawat keluarga dalam asuhan keperawatan berpusat pada

keluarga sebagai unit fungsional terkecil dan bertujuan memenuhi

kebutuhan dasar manusia pada tingkat keluarga sehingga tercapai

kesehat yang optimal untuk setiap anggota keluarga. Melalui asuhan

keperawatan keluarga, fungsi keluarga menjadi optimal (Sudiharto,

12
2012). Dalam melakukan asuhan keperawatan keluarga, perwat keluarga

perlu memperhatikan prinsip-prinsip berikut :

a. Melakukan kerja bersama keluarga secara kolektif

b. Memulai pekerjaan dari hal yang sesuai dengan kemampuan keluarga

c. Menyesuaikan rencana asuhan keperawatan dengan tahap

perkembangan keluarga

d. Menerima dan mengakui struktur keluarga

e. Menekankan pada kemampuan keluarga (Sudiharto, 2012).

Ada pun peran perawat keluarga menurut (Friedman, 2010) adalah

sebagai berikut :

1). Sebagai pendidik

Perawat bertanggung jawab memberikan pendidikan kesehatan

kepada keluarga, terutama untuk memandirikan keluarga dalam

merawat anggota keluarga yang memiliki masalah kesehatan. Peran

perawat keluarga dalam memberikan pendidikan kesehatan yaitu

memberikan penjelasan dan pengetahuan kepada klien dan keluarga

bagaimana perawatan dan penatalaksanaan hipertensi kepada klien

dan keluarga.

2). Sebagai koordinator

pelaksana pelayanan keperawatan Perawat bertanggung jawab

memberikan pelayanan keperawatan yang komprehensif. Pelayan

keperawatan yang bersinambungan diberikan untuk menghindari

13
kesenjangan antara keluarga dan unit pelayanan kesehatan

(Puskesmas dan Rumah Sakit). Peran perawat sebagai koordinator

yaitu memberikan motivasi kepada keluarga agar membawa keluarga

dengan hipertensi ke pelayanan terdekat dan menganjurkan serta

menyarankan keluarga agar mengontrol gula darah ke pelayanan

kesehatan terdekat.

3). Sebagai pelaksana pelayanan keperawatan

Pelayanan keperawatan dapat diberikan kepada keluarga melalui

kontak pertama dengan anggota keluarga yang sakit yang memiliki

masalah kesehatan. Dengan demikian, anggota keluarga yang sakit

dapat menjadi “entry point” bagi perawat untuk memberikan asuhan

keperawatan keluarga secara komprehensif. Peran perawat sebagai

pelaksana pelayanan keperawatan adalah perawat melakukan

pengontrolan gula darah pasien dan melakukan pengukuran tekanan

darah pada pasien dengan hipertensi.

4). Sebagai supervisor

pelayanan keperawatan Perawat melakukan supervisi atau

pembinaan terhadap keluarga melalui kunjungan rumah secara teratur,

baik terhadap keluarga berisiko tinggi maupun yang tidak. Kunjungan

rumah tersebut dapat direncanakan terlebih dahulu atau secara

mendadak.

14
5). Sebagai pembela (advokat)

Perawat berperan sebagai advokat keluarga utuk melindungi hak-hak

keluarga sebagai klien. Perawat diharapkan mampu mengetahui

harapan serta memodifikasi sistem pada perawatan yang diberikan

untuk memenuhi hak dan kewajiban mereka sebagai klien

mempermudah tugas perawat untuk memandirikan keluarga.

6) Sebagi fasilitator

Perawat dapat menjadi tempat bertanya individu, keluarga dan

masyarakat untuk memecahkan masalah kesehatan di

keperawatanyang mereka hadapi sehari-hari serta dapat membantu

memberikan jalan keluar dalam mengatasi masalah hipertensi.

7) Sebagai peneliti

Perawat keluarga melatih keluarga untuk dapat memahami masalah

masalah kesehatan yang dialami oleh anggota keluarga. Masalah

kesehatan yang muncul didalam keluarga biasanya terjadi menurut

siklus atau budaya yang di praktikan keluarga. Peran sebagai peneliti

difokuskan kepada kemampuan keluarga untuk mengidentifikasi

penyebab, menanggulangi, dan melakukan promosi kepada anggota

keluarganya. Selain itu, perawat perlu mengembangkan asuhan

keperawatan keluarga terhadap binaanya. Peran perawat keluarga dalam

asuhan keperawatan berpusat pada keluarga sebagai unit fungsional

terkecil dan bertujuan memenuhi kebutuhan dasar manusia pada tingkat

15
keluarga sehingga tercapai kesehatan yang optimal untuk setiap anggota

keluarga. Melalui asuhan keperawatab keluarga, fungsi keluarga

menjadi optimal. Bila keluarga dapat menjalankan fungsinya secara

optimal, setiap individu didalam keluarga tersebut memiliki karakter

yang kuat, tidak mudah dipengaruhi oleh hal-hal yang sifatnya negatif

sehingga memiliki kemapuan berfikir yang cerdas, dan pada akhirnya

memiliki daya saing yang tinggi terutama di era kompetisi yang

semakin sengit (Sudiharto, 2012).

B. Hipertensi

1. Pengertian Hipertensi

Hipertensi merupakan suatu keadaan tekanan darah tinggi secara terus-

menerus dimana tekanan sistolik lebih dari 140 mmHg, tekanan

diastolik 90 mmHg atau lebih. Hipertensi atau penyakit darah tinggi

merupakan suatu keadaan peredaran darah meningkat secara kronis. Hal

ini terjadi karena jantung bekerja lebih cepat memompa darah untuk

memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi di dalam tubuh (Koes Irianto,

2014). Hipertensi juga merupakan faktor utama terjadinya gangguan

kardiovaskular. Apabila tidak ditangani dengan baik dapat

mengakibatkan gagal ginjal, stroke, dimensia, gagal jantung,

infarkmiokard, gangguan penglihatan dan hipertensi (Andrian Patica N

Ejournal keperawatan volume 4 nomor 1, Mei 2016)

16
2. Jenis Hipertensi

Hipertensi dapat didiagnosa sebagai penyakit yang berdiri sendiri

tetapi sering dijumpai dengan penyakit lain, misalnya arterioskeloris,

obesitas, dan diabetes militus. Berdasarkan penyebabnya, hipertensi

dapat dikelompokkan menjadi dua golongan yaitu (WHO, 2014) :

a. Hipertensi esensial atau hipertensi primer

Sebanyak 90-95 persen kasus hipertensi yang terjadi tidak

diketahui dengan pasti apa penyebabnya. Para pakar menemukan

hubungan antara riwayat keluarga penderita hipertensi (genetik)

dengan resiko menderita penyakit ini. Selain itu juga para pakar

menunjukan stres sebagai tertuduh utama, dan faktor lain yang

mempengaruhinya. Faktor-faktor lain yang dapat dimasukkan dalam

penyebab hipertensi jenis ini adalah lingkungan, kelainan

metabolisme, intra seluler, dan faktor-faktor ynag meningkatkan

resikonya seperti obesitas, merokok, konsumsi alkohol, dan kelainan

darah.

b. Hipertensi renal atau hipertensi sekunder

Pada 5-10 persen kasus sisanya, penyebab khususnya sudah

diketahui, yaitu gangguan hormonal, penyakit diabetes, jantung,

ginjal, penyakit pembuluh darah atau berhubungan dengan

kehamilan. Kasus yang sering terjadi adalah karena tumor kelenjar

17
adrenal. Garam dapur akan memperburuk resiko hipertensi tetapi

bukan faktor penyebab.

Tabel 1. Klasifikasi Tekanan Darah Pada Orang Dewasa

Kategori Sistolik mmHg DiastolikmmHg

Normal < 130 mmHg < 85 mmHg


Normal Tinggi 130-139 mmHg 85-89 mmHg
Stadium 1 140-159 mmHg 90-99 mmHg
(HipertensiRingan)
Stadium 2 160-179 mmHg 100-109 mmHg
(Hiperten
siSedang)
Stadium3 180-209 mmHg 110-119 mmHg
(HipertensiBerat)
Stadium 4 201 mmHgataulebih 120
(HipertensiSangat mmHgataulebih
BeratatauMaligna)
Sumber : Heniwati, 2008

3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hipertensi

a. Faktor resiko yang tidak dapat dikontrol :

1) Jenis kelamin

Prevalensi terjadinya hipertensi pada pria dengan

wanita. Wanita diketahui mempunyai tekanan darah lebih

rendah dibandingkan pria ketika berusia 20-30 tahun. Tetapi

akan mudah menyerang pada wanita ketika berumur 55 tahun,

sekitar 60% menderita hipertensi berpengaruh pada wanita.

Hal ini dikaitkan dengan perubahan hormon pada wanita

setelah menopause (Endang Triyanto, 2014).

18
2) Umur

Perubahan tekanan darah pada seseorang secara stabil

akan berubah di usia 20-40 tahun. Setelah itu akan cenderung

lebih meningkat secara cepat. Sehingga, semakin bertambah

usia seseorang maka tekanan darah semakin meningkat. Jadi

seorang lansia cenderung mempunyai tekanan darah lebih

tinggi dibandingkan diusia muda (Endang Triyanto, 2014).

3) Keturunan (genetik)

Adanya faktor genetik tentu akan berpengaruh terhadap

keluarga yang telah menderita hipertensi sebelumnya. Hal ini

terjadi adanya peningkatan kadar sodium intraseluler dan

rendahnya rasio antara potasium terhadap sodium individu

sehingga pada orang tua cenderung beresiko lebih tinggi

menderita hipertensi dua kali lebih besar dibandingan dengan

orang yang tidak mempunyai riwayat keluarga dengan

hipertensi (Buckman, 2010).

4) Pendidikan

Tingkat pendidikan secara tidak langsung mempengaruhi

tekanan darah. Tingginya resiko hipertensi pada pendidikan

yang rendah, kemungkinan kurangnya pengetahuan dalam

menerima informasi oleh petugas kesehatan sehingga

19
berdampak pada perilaku atau pola hidup sehat (Armilawaty,

Amalia H, Amirudin R., 2007).

b. Faktor resiko hipertensi yang dapat dikonrol

1) Obesitas

Pada usia pertengahan dan usia lanjut, cenderung

kurangnya melakukan aktivitas sehingga asupan kalori

mengimbangi kebutuhan energi, sehingga akan terjadi

peningkatan berat badan atau obesitas dan akan memperburuk

kondisi (Anggara, F.H.D., & N. Prayitno, 2013).

2) Kurang olahraga

Jika melakukan olahraga dengan teratur akan mudah

untuk mengurangi peningkatan tekanan darah tinggi yang akan

menurunkan tahanan perifer, sehigga melatih otot jantung

untuk terbiasa melakuakn pekerjaan yang lebih berat karena

adanya kondisi tertentu.

3) Kebiasaan merokok

Merokok dapat meningkatkan tekanan darah. Hal ini

dikarenakan di dalam kandungan nikotik yang dapat

menyebabkan penyempitan pembuluh darah.

4) Konsumsi garam berlebihan

20
WHO merekomendasikan konsumsi garam yang dapat

mengurangi peningkatan hipertensi. Kadar sodium yang

direkomendasikan adalah tidak lebih dari 100 mmol (sekitar 2,4

gram sodium atau 6 gram) (H. Hadi Martono Kris Pranaka,

2014-2015).

5) Minum alkohol

Ketika mengonsumsi alkohol secara berlebihan akan

menyebabkan peningkatan tekanan darah yang tergolong parah

karena dapat menyebabkan darah di otak tersumbat dan

menyebabkan stroke.

6) Minum kopi

Satu cangkir kopi mengandung kafein 75-200 mg,

dimana dalam satu cangkir kopi dapat meningkatakan tekanan

darah 510 mmHg.

7) Kecemasan

Kecemasan akan menimbulkan stimulus simpatis yang

akan meningkatkan frekuensi jantung, curah jantung dan

resistensi vaskuler, efek samping ini akan meningkatkan

tekanan darah. Kecemasan atau stress meningkatkan tekanan

darah sebesar 30 mmHg. Jika individu meras cemas pada

masalah yang di hadapinya maka hipertensi akan terjadi pada

21
dirinya. Hal ini dikarenakan kecemasan yang berulang-ulang

akan mempengaruhi detak jantung semakin cepat sehingga

jantung memompa darah keseluruh tubuh akan semakin cepat.

4. Patofisiologi

Tekanan darah arteri sistemik merupakan hasil perkalian total

resistensi/ tahanan perifer dengan curah jantung (cardiac output). Hasil

Cardiac Output didapatkan melalui perkalian antara stroke volume

(volume darah yang dipompa dari ventrikel jantung)dengan hearth rate

(denyut jantung). Sistem otonom dan sirkulasi hormonal berfungsi

untuk mempertahankan pengaturan tahanan perifer. Hipertensi

merupakan suatu abnormalitas dari kedua faktor tersebut yang ditandai

dengan adanya peningkatan curah jantung dan resistensi perifer yang

juga meningkat (Kowalak, 2011; Ardiansyah, 2012).

Berbagai teori yang menjelaskan tentang terjadinya hipertensi,

teoriteori tersebut antara lain (Kowalak, 2011):

a. Perubahan yang terjadi pada bantalan dinding pembuluh darah

arteri yang mengakibatkan retensi perifer meningkat.

b. Terjadi peningkatan tonus pada sistem saraf simpatik yang

abnormal dan berasal dalam pusat vasomotor, dapat mengakibatkan

peningkatan retensi perifer.

c. Bertambahnya volume darah yang disebabkan oleh disfungsi renal

atau hormonal.

22
d. Peningkatan penebalan dinding arteriol akibat faktor genetik yang

disebabkan oleh retensi vaskuler perifer.

e. Pelepasan renin yang abnormal sehingga membentuk angiotensin II

yang menimbulkan konstriksi arteriol dan meningkatkan volume

darah.

Tekanan darah yang meningkat secara terus-menerus pada

pasien hipertensi dapat menyebabkan beban kerja jantung akan

meningkat. Hal ini terjadi karena peningkatan resistensi terhadap ejeksi

ventrikel kiri. Agar kekuatan kontraksi jantung meningkat, ventrikel kiri

mengalami hipertrofi sehingga kebutuhan oksigen dan beban kerja

jantung juga meningkat. Dilatasi dan kegagalan jantung bisa terjadi,

jika hipertrofi tidak dapat mempertahankan curah jantung yang

memadai. Karena hipertensi memicu aterosklerosis arteri koronaria,

maka jantung bisa mengalami gangguan lebih lanjut akibat aliran darah

yang menurun menuju ke miokardium, sehingga timbul angina pektoris

atau infark miokard. Hipertensi juga mengakibatkan kerusakan pada

pembuluh darah yang semakin mempercepat proses aterosklerosis dan

kerusakan organorgan vital seperti stroke, gagal ginjal, aneurisme dan

cedera retina (Kowalak, 2011).

Kerja jantung terutama ditentukan besarnya curah jantung dan

tahanan perifer. Umumnya curah jantung pada penderita hipertensi

adalah normal. Adanya kelainan terutama pada peninggian tahanan

perifer. Peningkatan tahanan perifer disebabkan karena vasokonstriksi

23
arteriol akibat naiknya tonus otot polos pada pembuluh darah tersebut.

Jika hipertensi sudah dialami cukup lama, maka yang akan sering

dijumpai yaitu adanya perubahan-perubahan struktural pada pembuluh

darah arteriol seperti penebalan pada tunika interna dan terjadi

hipertrofi pada tunika media. Dengan terjadinya hipertrofi dan

hiperplasia, maka sirkulasi darah dalam otot jantung tidak mencukupi

lagi sehingga terjadi anoksia relatif. Hal ini dapat diperjelas dengan

adanya sklerosis koroner (Riyadi, 2011).

5. Manifestasi Klinis

Hipertensi sulit dideteksi oleh seseorang sebab hipertensi tidak

memiliki tanda/ gejala khusus. Gejala-gejala yang mudah untuk

diamati seperti terjadi pada gejala ringan yaitu pusing atau sakit

kepala, cemas, wajah tampak kemerahan, tengkuk terasa pegal, cepat

marah, telinga berdengung, sulit tidur, sesak napas, rasa berat di

tengkuk, mudah lelah, mata berkunang-kunang, mimisan (keluar darah

di hidung) (Fauzi, 2014; Ignatavicius, Workman, & Rebar, 2017).

Selain itu, hipertensi memiliki tanda klinis yang dapat terjadi,

diantaranya adalah (Smeltzer, 2013):

a. Pemeriksaan fisik dapat mendeteksi bahwa tidak ada abnormalitas

lain selain tekanan darah tinggi.

b. Perubahan yang terjadi pada retina disertai hemoragi, eksudat,

penyempitan arteriol, dan bintik katun-wol (cotton-wool spots)

24
(infarksio kecil), dan papiledema bisa terlihat pada penderita

hipertensi berat.

c. Gejala biasanya mengindikasikan kerusakan vaskular yang saling

berhubungan dengan sistem organ yang dialiri pembuluh darah

yang terganggu.

d. Dampak yang sering terjadi yaitu penyakit arteri koroner dengan

angina atau infark miokardium.

e. Terjadi Hipertrofi ventrikel kiri dan selanjutnya akan terjadi gagal

jantung.

f. Perubahan patologis bisa terjadi di ginjal (nokturia, peningkatan

BUN, serta kadar kreatinin).

g. Terjadi gangguan serebrovaskular (stroke atau serangan iskemik

transien [TIA] [yaitu perubahan yang terjadi pada penglihatan atau

kemampuan bicara, pening, kelemahan, jatuh mendadak atau

hemiplegia transien atau permanen]).

6. Penatalaksanaan

Setiap program terapi memiliki suatu tujuan yaitu untuk

mencegah kematian dan komplikasi, dengan mencapai dan

mempertahankan tekanan darah arteri pada atau kurang dari 140/90

mmHg (130/80 mmHg untuk penderita diabetes melitus atau penderita

penyakit ginjal kronis) kapan pun jika memungkinkan (Smeltzer,

2013).

25
a. Pendekatan nofarmakologis mencakup penurunan berat badan;

pembatasan alkohol dan natrium; olahraga teratur dan relaksasi.

Diet DASH (Dietary Approaches to Stop Hypertension) tinggi

buah, sayuran, dan produk susu rendah lemak telah terbukti

menurunkan tekanan darah tinggi (Smeltzer, 2013).

b. Pilih kelas obat yang memiliki efektivitas terbesar, efek samping

terkecil, dan peluang terbesar untuk diterima pasien. Dua kelas obat

tersedia sebagai terapi lini pertama : diuretik dan penyekat beta

(Smeltzer, 2013).

c. Tingkatkan kepatuhan dengan menghindari jadwal obat yang

kompleks (Smeltzer, 2013).

Menurut Irwan (2016), tujuan pengobatan hipertensi adalah

mengendalikan tekanan darah untuk mencegah terjadinya komplikasi,

adapun penatalaksanaannya sebagai berikut :

a. Non Medikamentosa

Pengendalian faktor risiko. Promosi kesehatan dalam rangka

pengendalian faktor risiko, yaitu :

1) Turunkan berat badan pada obesitas.

2) Pembatasan konsumsi garam dapur (kecuali mendapat HCT).

3) Hentikan konsumsi alkohol.

4) Hentikan merokok dan olahraga teratur.

26
5) Pola makan yang sehat.

6) Istirahat cukup dan hindari stress.

7) Pemberian kalium dalam bentuk makanan (sayur dan buah) diet

hipertensi.

Penderita atau mempunyai riwayat keluarga dengan

hipertensi diharapkan lebih hati-hati terhadap makanan yang dapat

memicu timbulnya hipertensi, antara lain :

1) Semua makanan termasuk buah dan sayur yang diolah dengan

menggunakan garam dapur/ soda, biskuit, daging asap, ham,

bacon, dendeng, abon, ikan asin, telur pindang, sawi asin,

asinan, acar, dan lainnya.

2) Otak, ginjal, lidah, keju, margarin, mentega biasa, dan lainnya.

3) Bumbu-bumbu; garam dapur, baking powder, soda kue, vetsin,

kecap, terasi, magi, tomat kecap, petis, taoco, dan lain-lain.

b. Medikamentosa meliputi :

Hipertensi ringan sampai sedang, dicoba dulu diatasi

dengan pengobatan non medikamentosa selama 2-4 minggu.

Medikamentosa hipertensi stage 1 mulai salah satu obat berikut :

1) Hidroklorotiazid (HCT) 12,5-25 mg/hari dosis tunggal pagi hari

2) Propanolol 2 x 20-40 mg sehari.

3) Methyldopa

27
4) MgSO4

5) Kaptopril 2-3 x 12,5 mg sehari

6) Nifedipin long acting (short acting tidak dianjurkan) 1 x 20-60

mg

7) Tensigard 3 x 1 tablet

8) Amlodipine 1 x 5-10 mg

9) Diltiazem (3 x 30-60 mg sehari) kerja panjang 90 mg sehari.

Sebaiknya dosis dimulai dengan yang terendah, dengan

evaluasi berkala dinaikkan sampai tercapai respons yang

diinginkan. Lebih tua usia penderita, penggunaan obat harus lebih

hati-hati. Hipertensi sedang sampai berat dapat diobati dengan

kombinasi HCT + propanolol, atau HCT + kaptopril, bila obat

tunggal tidak efektif. Pada hipertensi berat yang tidak sembuh

dengan kombinasi di atas, ditambahkan metildopa 2 x 125-250 mg.

Penderita hipertensi dengan asma bronchial jangan beri beta

blocker. Bila ada penyulit/ hipertensi emergensi segera rujuk ke

rumah sakit.

7. Komplikasi

Komplikasi hipertensi berdasarkan target organ, antara lain

sebagai berikut (Irwan, 2016):

28
a. Serebrovaskuler: stroke, transient ischemic attacks, demensia

vaskuler, ensefalopati.

b. Mata : retinopati hipertensif.

c. Kardiovaskuler : penyakit jantung hipertensif, disfungsi atau

hipertrofi ventrikel kiri, penyakit jantung koroner, disfungsi baik

sistolik maupun diastolik dan berakhir pada gagal jantung (heart

failure).

d. Ginjal : nefropati hipertensif, albuminuria, penyakit ginjal kronis.

e. Arteri perifer : klaudikasio intermiten.

8. Pencegahan

Sebagaimana diketahui pre hipertensi bukanlah suatu penyakit,

juga bukan sakit hipertensi, tidak diindikasikan untuk diobati dengan

obat farmasi, bukan target pengobatan hipertensi, tetapi populasi pre

hipertensi adalah kelompok yang berisiko tinggi untuk menuju

kejadian penyakit kardiovaskular. Di populasi USA, menurut

NHANES 1999-2000, insiden pre hipertensi sekitar 30 %. Populasi pre

hipertensi ini diprediksi pada akhirnya akan menjadi hipertensi

permanen sehingga pada populasi ini harus segera dianjurkan untuk

merubah gaya hidup (lifestyle modification) agar tidak menjadi

progresi ke TOD (Setiati, 2015).

Rekomendasi gaya hidup yang harus ditaati menurut CHEP

2011 untuk mencegah risiko menjadi hipertensi, dianjurkan untuk

29
menurunkan asupan garam sampai di bawah 1500 mg/hari. Diet yang

sehat ialah bilamana dalam makanan sehari-hari kaya dengan buah-

buahan segar, sayuran, rendah lemak, makanan yang kaya serat

(soluble fibre), protein yang berasal dari tanaman, juga harus tidak

lupa olahraga yang teratur, tidak mengkonsumsi alkohol,

mempertahankan berat badan pada kisaran 18,5 – 24,9 kg/m2 (Setiati,

2015).

Menurut Riyadi (2011), pencegahan hipertensi terbagi atas dua

bagian, yaitu :

a. Pencegahan primer

Faktor risiko hipertensi antara lain: tekanan darah di atas

rata-rata, adanya riwayat hipertensi pada anamnesis keluarga, ras

(negro), takikardia, obesitas, dan konsumsi garam yang berlebihan

dianjurkan untuk :

1) Mengatur diet agar berat badan tetap idel juga untuk menjaga

agar tidak terjadi hiperkolesterolemia, diabetes mellitus, dan

sebagainya.

2) Dilarang merokok atau menghentikan merokok.

3) Merubah kebiasaan makan sehari-hari dengan konsumsi rendah

garam.

4) Melakukan exercise untuk mengendalikan berat badan.

b. Pencegahan sekunder.

30
Pencegahan sekunder dikerjakan bila penderita telah

diketahui menderita hipertensi karena faktor tertentu, tindakan yang

bisa dilakukan berupa :

1) Pengelolaan secara menyeluruh bagi penderita baik dengan obat

maupun tindakan-tindakan seperti pencegahan primer.

2) Harus dijaga supaya tekanan darahnya tetap dapat terkontrol

secara normal atau stabil mungkin.

3) Faktor-faktor risiko penyakit jantung iskemik yang lain harus

dikontrol.

4) Batasi aktivitas.

31

Anda mungkin juga menyukai