Anda di halaman 1dari 49

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN DIAGNOSA HIPERTENSI DI


DUSUN SETILING 2 KECAMATAN BATUKLIANG UTARA

LOMBOK BARAT

DI SUSUN OLEH:

HARDIANTI
021STYJ23

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS
MATARAM
2024
BAB 1
KAJIAN TEORI

A. Konsep Keluarga
1. Pengertian Keluarga

Keluarga adalah yang terdiri dari atas individu yang bergabung bersama oleh ikatan
penikahan, darah, atau adopsi dan tinggal didalam satu rumah tangga yang sama (Friedman,
2010). Sedangkan menurut Wall, (1986) dalam Friedman (2010), keluarga adalah sebuah
kelompok yang mengidentifikasi diri dan terdiri atas dua individu atau lebih yang memiliki
hubungan khusus, yang dapat terkait dengan hubungan darah atau hukum atau dapat juga
tidak, namun berfungsi sebagai sedemikian rupa sehingga mereka menganggap dirinya
sebagai keluarga.

UU No. 10 Tahun 1992, mengemukakan keluarga adalah unit terkecil dari


masyarakat yang terdiri dari suami, istri, dan anak atau suami istri, atau ayah dan anak-
anaknya, atau ibu dan anak-anaknya.Lain halnya menurut BKKBN (1999) dalam Sudiharto
(2012), keluarga adalah dua orang atau lebih yang dibentuk berdasarkan ikatan perkawinan
yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan materil yang layak, bertakwa
kepada tuhan, memiliki hubungan yang selaras dan seimbang antara anggota keluarga dan
masyarakat serta lingkungannya.

2. Bentuk Keluarga

Berbagai bentuk keluarga adalah sebagai berikut :

a. Keluarga Tradisional

1) Keluarga inti

Jumlah keluarga inti yang terdiri dari seorang ayah yang mencari nafkah, seorang
ibu yang mengurusi rumah tangga dan anak (Friedman, 2010). Sedangkan menurut
Sudiharto (2007), Kelurga inti adalah keluarga yang dibentuk karena ikatan
perkawinan yang direncanakan yang terdiri dari suami, istri, dan anak-anak karena
kelahiran (natural) maupun adopsi.

2) Keluarga adopsi

Keluarga adopsi adalah dengan menyerahkan secara sah tanggung jawab sebagai
orang tua seterusnya dari oranr tua kandung ke orang tua adopsi, biasanya
menimbulkan keadaan yang saling menguntungkan baik bagi orang tua maupun
anak. Disatu pihak orang tua adopsi mampu memberi asuhan dan kasihsayangnya
bagi anak adospsinya, sementara anak adopsi diberi sebuah keluarga yang sangat
menginginkan mereka (Friedman, 2010).

3) Keluarga Besar

Keluarga dengan pasangan dengan pasangan yang berbagi pengaturan rumah


tangga dan pengeluaran keuangan dengan orang tua, kakak / adik, dan keluarga
dekat lainnya. Anak – anak kemudian dibesarkan oleh generasi dan memiliki
pilihan model pola perilaku yang akan membentuk pola perilaku mereka
(Friedman, 2010). Sedangkan menurut Sudiharto (2007), keluarga besar adalah
Keluarga inti ditambah keluarga yang lain (karena hubungan darah), misalnya
kakek, nenek, bibi, paman, sepupu termasuk keluarga modern, seperti orang tua
tunggal, keluarga tanpa anak, serta keluarga dengan pasangan sejenis.

4) Keluarga dengan orang tua tunggal

Keluarga dengan kepala rumah tangga duda/janda yang bercerai, ditelantarkan, atau
berpisah (Friedman, 2010).

5) Dewasa yang tinggal sendiri

Kebanyakan individu yang tinggal sendiri adalah bagian dari beberapa bentuk
jaringan keluarga yang longgar. Jika jaringan ini tidak terdiri atas kerabat, jaringan
ini dapat terdiri atas teman – teman seperti mereka yang sama – sama tinggal di
rumah pensiun, rumah jompo, atau hidup bertetangga. Hewan pemeliharaan juga
dapat menjadi anggota keluarga yang penting (Friedman, 2010).

6) Keluarga orang tua tiri

Keluarga yang pada awalnya mengalami proses penyatuan yang kompleks dan
peneuh dengan stress. Banyak penyesuaian yang perlu dilakukan dan sering kali
individu yang berbeda atau subkelompok keluarga yang baru terbentuk ini
beradaptasi dengan kecepatan yang tidak sama. Walaupun seluruh anggota keluarga
harus menyesuaikan diri dengan situasi keluarga yang baru, anak – anak seing kali
memiliki masalah koping yang lebih besar karena usia dan tugas perkembangan
mereka (Friedman, 2010).

7) Keluarga binuklear

Keluarga yang terbentuk setelah perceraian yaitu anak merupakan anggota dari
sebuah sistem keluarga yang terdiri atas dua rumah tangga inti, maternal dan
paternal, dengan keragaman dalam hal tingkat kerjasama dan waktu yang
dihabiskan dalam setiap rumah tangga (Friedman, 2010).

3. Fungsi Keluarga

Ada lima fungsi keluarga menurut (Friedman, 2010) :

a. Fungsi afektif

Fungsi ini meliputi persepsi keluarga tentang pemenuhan kebutuhan psikososial anggota
keluarga. Melalui pemenuhan fungsi ini, maka keluarga akan dapat mencapai tujuan
psikososial yang utama, membentuk sifat kemanusiaan dalam diri anggota keluarga,
stabilitas keperibadian dan tingkah laku, kemampuan menjalin secara lebih akrab, dan
harga diri

b. Fungsi sosial dan status sosial

Sosialisasi merujuk pada banyaknya pengalaman belajar yang diberikan dalam keluarga
yang ditunjuk untuk mendidik anak – anak tentang cara menjalankan fungsi dan
memikul peran sosial orang dewasa seperti peran yang di pikul suami-ayah dan istri-ibu.
Status sosial atau pemberian status adalah aspek lain dari fungsi sosialisasi. Pemberian
status kepada anak berarti mewariskan tradisi, nilai dan hak keluarga, walaupun tradisi
saat ini tidak menunjukan pola sebagian besar orang dewasa Amerika.

c. Fungsi reproduksi

Keluarga berfungsi untuk meneruskan keturunan dan menambah sumber daya


manusia.

d. Fungsi perawatan kesehatan

Menyediakan kebutuhan fisik dan perawatan kesehatan. Perawatan kesehatan dan


praktik-praktik sehat (yang mempengaruhi status kesehatan anggota keluarga secara
individul) merupakan bagian yang paling relevan dari fungsi perawatan kesehatan.

e. Fungsi ekonomi

Keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi dan tempat
untuk mengembangkan kemampuan individu meningkatkan penghasilan untuk
memenuhi kebutuhan keluarga.

4. Struktur Keluarga

Ada empat struktur keluarga menurut (Friedman, 2010) adalah struktur peran, struktur
nilai keluarga, proses komunikasi dan struktur kekuasaan dan pengambilan keputusan.
a. Struktur peran

Peran adalah perilaku yang dikaitkan dengan seseorang yang memegang sebuah posisi
tertentu, posisi mengidentifikasi status atau tempat seseorang dalam suatu system social.

b. Struktur nilai keluarga

Nilai keluarga adalah suatu system ide, perilaku dan keyakinan tentang nilai suatu hal
atau konsep yan secara sadar maupun tidak sadar mengikat anggota keuarga dalam
kebudayaan sehari-hari atau kebudayaan umum.

c. Proses komunikasi

Proses komunikasi ada dua yaitu proses komunikasi fungsional dan proses komunikasi
disfungsonal.

1) Proses komunikasi fungsional

Komunikasi fungsional dipandang sebagai landasan keberhasilan keluarga yang


sehat, dan komunikasi funsional didefenisikan sebagai pengirim dan penerima pesan
yang baik isi maupun tingkat intruksi pesan yang langsung dan jelas, serta kelarasan
antara isi dan tingkai intruksi.

2) Proses komunikasi disfungsional

Sama halnya ada cara berkomunikasi yang fungsional, gambaran dari komunikasi
disfungsional dari pengirim dan penerima serta komunkasidisfungsinal
juga melibatkan pengirim dan penerima.

d. Struktur kekuasaan dan pengambilan keputusan

Kekuasaan keluarga sebagai arakteristik system keluarga adalah kemampuan atau


potensial, actual dari individu anggota keluarga yang lain. Terdapat 5 unit berbeda yang
dapat dianalisis dalam karakteristik kekuasaan keluarga yaitu : kekuasaan pernikahan
(pasangan orang dewasa), kekuasaan orang tua, anak, saudara kandung dan kekerabatan.
Sedangkan pengambil keputusan adalah teknik interaksi yang digunakan anggota
keluarga dalam upaya mereka untuk memperoleh kendali dan bernegosiasi atau proses
pembuatan keputusan.

Lain halnya menurut menurut Padila (2012), struktur keluarga menggambarkan


bagaimana keluarga melaksanakan fungsi keluarga dimasyarakat. Ada beberapa struktur
keluarga yang ada di Indonesia diantaranya adalah :
a. Patrilineal

Keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa generasi,
dimana hubungan itu disusun melalui jalur ayah.

b. Matrilineal

Keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa generasi,
dimana hubungan itu disusun melalui jalur ibu.

c. Matriloka

Sepasang suami istri yang tinggal besama keluarga sedarah ibu

d. Patriloka

Sepasang suami istri yang tinggal besama keluarga sedarah ayah

e. Keluarga kawin

Hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga, dan beberapa sanak
saudara yang menjadi bagian keluarga karena adanya hubungan dengan suami atau istri.

5. Tahap Perkembangan Keluarga

Tahap perkembangan keluarga menurut Friedman (2010) adalah sebagai berikut :

a. Tahap I (keluarga dengan pasangan baru)

Pembentukan pasangan menandakan pemulaan suatu keluarga baru dengan pergerakan


dari membentuk keluarga asli sampai kehubungan intim yang baru.Tahap ini juga
disebut sebagai tahap pernikahan. Tugas perkembangan keluarga tahap I adalah
membentuk pernikahan yang memuaskan bagi satu sama lain, berhubungan secara
harmonis dengan jaringan kekerabatan, perencanaan keluarga (Friedman, 2010).

b. Tahap II (Childbearing family)

Mulai dengan kelahiran anak pertama dan berlanjut samapi berusia 30 bulan.Transisi ke
masa menjadi orang tua adalah salah satu kunci menjadi siklus kehidupan keluarga.
Tugas perkembangan tahap II adalah membentuk keluarga muda sebagai suattu unit
yang stabil ( menggabungkan bayi yang baru kedalam keluarga), memperbaiki
hubungan setelah terjadinya konflik mengenai tugas perkembangan dan kebutuhan
berbagai keluarga, mempertahankan hubungan pernikahan yang memuaskan,
memperluas hubungan dengan keluarga besar dengan menambah peran menjadi orang
tua dan menjadi kakek/nenek (Friedman, 2010).

c. Tahap III (Keluarga dengan anak pra sekolah)

Tahap ketiga siklus kehidupan keluarga dimulai ketika anak pertama berusia 2½ tahun
dan diakhiri ketika anak berusia 5 tahun. Keluarga saat ini dapat terdiri dari tiga
sampai lima orang, dengan posisi pasangan suami-ayah, istri-ibu, putra-saudara laki-
laki, dan putri-saudara perempuan. Tugas perkembangan keluarga tahap III adalah
memenuhi kebutuhan anggota keluarga akan rumah, ruang, privasi dan keamanan yang
memadai, menyosialisasikan anak, mengintegrasi anak kecil sebagai anggota keluarga
baru sementara tetap memenuhi kebutuhan anak lain, mempertahankan hubungan yang
sehat didalam keluarga dan diluar keluarga (Friedman, 2010).

d. Tahap IV(Keluarga dengan anak sekolah)

Tahap ini dimulai ketika anak pertama memasuki sekolah dalam waktu penuh, biasanya
pada usia 5 tahun, dan diakhiri ketika ia mencapai pubertas, sekitar 13 tahun. Keluarga
biasanya mencapai jumlah anggota keluarga maksimal dan hubungan keluarga pada
tahap ini juga maksimal.Tugas perkembangan keluarga pada tahap IV adalah
menyosialisasikan anak- anak termasuk meningkatkan restasi, mempertahankan
hubungan pernikahan yang memuaskan (Friedman, 2010).

e. Tahap V (Keluarga dengan anak remaja)

Ketika anak pertama berusia 13 tahun, tahap kelima dari siklus atau perjalanan
kehidupan keluarga dimulai. Biasanya tahap ini berlangsung selama enam atau tujuh
tahun, walaupun dapat lebih singkat jika anak meninggalkan keluarga lebih awal atau
lebih lama, jika anak tetap tinggal dirumah pada usia lebih dari 19 atau 20 tahun.
Tujuan utama pada keluarga pada tahap anak remaja adalah melonggarkan ikatan
keluarga untuk meberikan tanggung jawab dan kebebasan remaja yang lebih besar
dalam mempersiapkan diri menjadi seorang dewasa muda (Friedman, 2010).

f. Tahap VI (Keluarga melepas anak dewasa muda)

Permulaan fase kehidupan keluarga in ditandai dengan perginya anak pertama dari
rumah orang tua dan berakhir dengan “kosongnya rumah”, ketika anak terakhir juga
telah meninggalkan rumah. Tugas keluarga pada tahap ini adalah memperluas
lingkaran keluarga terhadap anak dewas muda, termasuk memasukkan anggota keluarga
baru yang berasal dari pernikahan anak-anaknya, melanjutkan untuk memperbarui dan
menyesuaikan kembali hubungan pernikahan, membantu orang tua suami dan istri yang
sudah menua dan sakit (Friedman, 2010).

g. Tahap VII (Orang tua paruh baya)

Merupakan tahap masa pertengahan bagi orang tua, dimulai ketika anak terakhir
meninggalkan rumah dan berakhir dengan pensiun atau kematian salah satu
pasangan.Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah menyediakan lingkungan
yang meningkatkan kesehatan, mempertahankan kepuasan dan hubungan yang
bermakna antara orangtua yang telah menua dan anak mereka, memperkuat hubungan
pernikahan.

h. Tahap VIII (Keluarga lansia dan pensiunan)

Tahap terakhir siklus kehidupan keluarga dimulai dengan pensiun salah satu atau kedua
pasangan, berlanjut sampai salah satu kehilangan pasangan dan berakhir dengan
kematian pasangan lain. Tujuan perkembangan tahap keluarga ini adalah
mempertahanka penataan kehidupan yang memuaskan (Friedman, 2010).

6. Tugas Keluarga dalam Bidang Kesehatan

Ada 5 pokok tugas keluarga dalam bidang kesehatan menurut Friedman


(1998) dalam Dion & Betan (2013) adalalah sebagai berikut :

a. Mengenal masalah kesehatan keluarga

Keluarga perlu mengenal keadaan kesehatan dan perubahan- perubahan yang dialami
anggota keluarga.Perubahan sekecil apapun yang dialami anggota keluarga secara tidak
langsung menjadi perhatian keluarga dan orang tua.Sejauh mana keluarga mengetahui
dan mengenal fakta-fakta dari masalah kesehatan yang meliputi pengertian, tanda dan
gejala, factor penyebab yang mempengaruhinya, serta persepsi keluarga terhadap
masalah.

b. Mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan

Sebelum keluarga dapat membuat keputusan yang tepat mengenai masalah kesehatan
yang dialaminya, perawat harus dapat mengkaji keadaan keluarga tersebut agar dapat
menfasilitasi keluarga dalam membuat keputusan.

c. Memberi perawatan bagi anggota keluarga yang sakit

Ketika memberiakn perawatan kepada anggota keluarga yang sakit, keluarga harus
mengetahui hal-hal sebagai berikut :
1) Keadaan penyakitnya

2) Sifat dan perkembangan perawatan yang dibutuhkan.

3) Keberadaan fasilitas yang dibutuhkan untuk perawatan

4) Sumber-sumber yang ada dalam keluarga (anggota keluarga yang bertanggung


jawab, sumber keuangan dan financial, fasilitas fisik, psikososial).

5) Sikap keluarga terhadap yang sakit.

d. Mempertahankan atau mengusahakan suasana rumah yang sehat Ketika memodifikasi


lingkungan atau menciptakan suasana rumah yang sehat, keluarga harus mengetahui
hal-hal sebagai berikut :

1) Sumber-sumber yang dimiliki keluarga

2) Keuntungan atau manfaat pemeliharaan lingkungan

3) Pentingnya hiegine sanitasi.

4) Upaya pencegahan penyakit

5) Sikap atau pandangan keluarga terhadap hiegine sanitasi

6) Kekompakan antar anggota kelompok

e. Menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada di masyarakat Ketika merujuk


anggota keluarga ke fasilitas kesehatan, keluarga harus mengetahui hal-hal sebagai
berikut :

1) Keberadaan fasilitas keluarga.

2) Keuntungan-keuntungan yang diperoleh oleh fasilitas kesehatan.

3) Pengalaman yang kurang baik terhadap petugas kesehatan

4) Fasilitas kesehatan yang ada terjangkau oleh keluarga.

B. Tugas Perkembangan Keluarga Dengan Anak dewasa muda


Tahap perkembangan keluarga dnegan anak remaja yaitu:

1. Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung jawab mengingat remaja


yang sudah bertambah dewasa dan meningkatkan otonominya
2. Mempertahankan hubungan yang intim dalam keluarga
3. Mempertahankan komunikasi terbuka antara anak dan orang tua. Hindari perdebatkan
kecurigaan dan permusuhan
4. Perubahan sistem peran dan peraturan untuk tumbuh kembang keluarga

a) Tahapan-tahapan perkembangan keluarga dengan anak remaja merukapan


tahapan yang paling sulit, karena orang tua melepas otoritasnya dan membimbing
anak untuk bertanggung jawab (mempunyai otoritas terhadap dirinya sendiri
yang berkaitan dengan peran dan fungsinya). Seringkali muncul konflik antara
orang tua dan remaja karena anak menginginkan kebebasan untuk melakukan
aktivitasnya sementara orang tua mempunyai hak untuk mengontrol aktivitas
anak. Dalam hal ini orang tua perlu menciptakan komunikasi yang terbuka,
menghindari kecurigaan dan permusuhan sehingga hubungan orang tua dan
remaja tetap harmoniscontoh mencintai dan keadilan.
BAB 2
KONSEP DASAR PENYAKIT HIPERTENSI

A. DEFINISI

Brunner dan Suddart, (2015) dalam (Handayani, 2022), pengertiannya dari


hipertensi yaitu suatu peningkatan tekanan darah seseorang yang secara kontan Di
mana sistoliknya berada di atas 140 mmhg dan pada diastoliknya lebih dari 90
mmhg. Penyakit ini sering disebut dengan silent Killer karena tidak bergejala
namun jika tidak diketahui secara lama bisa mengakibatkan komplikasi yang
berimbas kepada kematian.

Kemenkes RI (2019) dalam (Siregar, 2021), hipertensi menjadi ancaman


kesehatan masyarakat karena potensinya yang mampu mengakibatkan kondisi
komplikasi seperti stroke, penyakit jantung koroner, dan gagal ginjal. Penegakkan
diagnosa dapat dilakukan melalui pengukuran tekanan darah oleh tenaga kesehatan
atau kader kesehatan yang telah dilatih dan dinyatakan layak oleh tenaga kesehatan
untuk melakukan pengukuran. Hipertensi ditandai dengan hasil pengukuran
tekanan darah yang menunjukkan tekanan sistolik sebesar > 140 mmhg atau dan
tekanan diastolik sebesar > 90 mmhg.

B. ETIOLOGI

(Wati, 2019) menyebutkan beberapa gejala yang bisa dialami oleh pasien
dengan penyakit tekanan darah tinggi berupa di kepala terasa pusing, tubuh
menjadi lemas, ada rasa lelah, terkadang mengalami sesak napas, sering gelisah,
terdapat mual dan juga muntah,kemungkinan terjadi penurunan di kesadarannya.
Tanda dan gejala hipertensi meliputi :

a. Hasil dipengukuran tekanan darahnya diperoleh adanya peningkatan secara dua


kali pengukurannya dengan berturut-turut sebelum dipemeriksaan
pendahuluannya.

b. Sakit dikepalanya (yang mungkin lebih parah disaat bangun dipagi harinya
dikarenakan adanya peningkatan ditekanan intrakranialnya), terasa mual disertai
muntah terkadang bisa terjadi.
c. Epistaksis biasanya karena adanya kelainan dipembuluh darahnya 8 akibat dari
hipertensinya.

d. Perasaan seperti pusing, kadang bingung, dan juga lelah akibat turunnya diperfusi
darahnya sebab divasokonstriksi pembuluh darahnya.

e. Penglihatan kabur

f. Nokturia, karena adanya peningkatannya dialiran darahnya yang keginjal dan


filtrasinya meningkat oleh glomerulusnya.

g. Edema dikarenakannya ditekanan kapilernya naik.

C. KLASIFIKASI

Menurut (Bria, 2019) penyebab hipertensinya dibagi menjadi 2 golongan, yaitu:

a. Primer : disebut juga hipertensi jenis idiopatik karena tidak diketahui


penyebabnya. Pengaruhnya dari : digenetik, dilingkungan, hiperaktivitasnya
disistem saraf simpatis reninnya, diangiotensin dan dipeningkatan Na+Ca
intraselulernya. Difaktor yang meningkatkan risikonya adalah: diobesitas, perokok
aktif atau pasif, dipolisitemia alkohol, diasupan lemak jenuh dalam jumlah yang
banyak dan juga ada stres.

b. Dihipertensi sekunder disebabkan adanya koarktasio diaorta, stenosis diarteri


renalis, penyakit diparenkim ginjalnya, pemakaian dipreparat kontrasepsi oralnya,
pengguna kokain, epoetin dialfa dan hipertensinya dari dikehamilannya.
D. MANIFESTASI KLINIS

Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi:

1. Tidak ada gejala

Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan
tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa.
hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan perna terdiagnosa jika tekanan arteri
tidak terukur.

2. Gejala yang lazim

Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi


nyeri kepala dan kelelahan, dalam kenyataannya ini merupakan gejala
terlazim yang mengenai kebayakan pasien yang mencari pertolongan medis.
Beberapa keluhan-keluhan yang tidak spesifik pada penderita hipertensi antara
lain: sakit kepala, perasaan gelisah, jantung berdebar-debar, pusing, penglihatan
kabur, rasa sakit di dada, leher terasa tegang, mudah lelah dan mual muntah (Bria,
2019).

E. PATOFISIOLOGI

Tekanan darah dipengaruhi oleh curah jantung dan resistensi pembuluh


darah perifer (tahanan perifer) curah jantung (cardiac output) adalah darah yang
dipompa oleh ventrikel ke dalam sirkulasi sistemik dalam waktu satu menit,
normalnya satu menit pada dewasa adalah 4-8 liter. Cardiac output dipengaruhi
oleh vena sekuncup (stroke perifer) pada pembuluh darah oleh jari jari ateriol dan
viskositas darah stroke volume atau volume sekuncup adalah darah yang dipompa
pada saat ventrikel berkontraksi normalnya pada orang dewasa kurang lebih 70-75
ml atau dapat diartikan sebagai perbedaan volume darah ventrikel pada akhir
diastolik dan volume ventrikel pada akhir sistolik. Heart rate atau dearajat denyut
jantung adalah jumlah kontraksi ventrikel permenit. Volume sekuncup dipengaruhi
oleh 3 faktor yaitu volume akhir distolik ventrikel, beban akhir ventrikel
(afterload), dan kontraktilitas jantung (Septiara, 2022).
Tekanan darah gaya yang di timbulkan oleh darah terhadap dinding
pembuluh. Tekanan bergantung pada volume darah yang terkadang dalam
pembuluh atau distensibilitas pembuluh (seberapa mudah pembuluh tersebut
direngangkan). Darah mengalir dalam satu lingkungan tertutup antara jantung dan
organ-organ. Arteriol mengatur jumlah darah Gangguan perfusi jaringan Rangsang
aldesteron Retensi Na Penurunan curah jantung Edema Fatique Intoleransi aktivitas
22 yaang mengalir ke masing masing organ. Vena mengembalikan darah dari
tingkat jaringan ke jantung. Pengaturan tekanan arteri rerata bergantung pada
kontrol dua pintu utamanya ke jantung. Pengaturan tekanan atri rerata bergantung
pada dua pintu utamanya yaitu curah jantung dan retensi perifer total (Septiara,
2022).

Regulasi jangka pendek tekanan darah di tentukan oleh reflek baroreseptor.


Baroreseptor sinus karotis dan arteri aorta secara terus-menerus memantau tekanan
arteri rerata. Jika mendekati penyimpangan dari normal maka kedua baroreseptor
akan memberi sinyal ke pusat kardiovaskuler medula yang berespon dengan
menyesuaikan sinyal otonom ke jantung, dan pembuluh darah untuk memulihkan
tekanan darah kembali normal. Kontrol jangka panjang tekanan darah
menimbulkan pemeliharaan volume plasma yang sesuai melalui kontrol ginjal atas
keseimbangangaram dan air. Tekanan darah dapat meningkat secara abnormal atau
terlalu rendah (hipotensi) hipotensi yang berat dan menetap yang meyebabkan
kurang memadainya penyaluran darah secara umum yang dikenal dengan syok
sirkulasi (Septiara, 2022).

F. KOMPLIKASI

Tekanan darah tinggi yang berkepanjangan merusak dipembuluh darahnya


dan terjadi dipenyempitan dan dipengerasan arterinya. Komplikasinya berupa
rusaknya dijantung, dimata, diginjal, otaknya, dan dipembuluh darah besarnya.
Hipertensi beresiko penyebab serebrovaskularnya (distroke, diserangan iskemik
transiennya), dipenyakit arteri koronernya, digagal ginjalnya, adanya demensia,
dan difibrilasiatriumnya (Bria, 2019).

Jika tidak terkontrol, hipertensi dapat menyebabkan terjadinya komplikasi


seperti penyakit jantung, stroke, penyakit ginjal, retinopati (kerusakan retina),
penyakit pembuluh darah tepi, gangguan saraf (Kemenkes RI, 2019).
G. PENATALAKSANAAN

Menurut (Dewi, 2021) ada dua cara yang dilakukan dalam pengobatan hipertensi :

a. Penatalaksanaan Non Farmakologis

Penatalaksanaan non farmakologis dengan modufikasi gaya hidup sangat


penting dalam mencegah tekanan darah tinggi dan merupakan bagian yang tidak
dapat dipisahkan dalam mengobati tekanan darah tinggi. Penatalaksanaan
hipertensi dengan non farmakologis terdiri dari berbagai macam cara modifikasi
gaya hidup untuk menurunkan tekanan darah yaitu :

1. Makan Gizi Seimbang Prinsip diet yang dianjurkan adalah gizi seimbang :
makan buah dan sayur 5 porsi per-hari, karena cukup mengandung kalium
yang dapat menurunkan tekanan darah. Asupan natrium hendaknya dibatasi
dengan jumlah intake 1,5 g/hari atau 3,5-4g garam/hari. Pembatasan asupan
natrium dapat membantu menurunkan tekanan darah dan menurunkan risiko
penyakit kardiovaskuler.

2. Menurunkan kelebihan berat badan Penurunan berat badan mengurangi


tekanan darah, kemungkinan dengan mengurangi beban kerja jantung dan
volume sekuncup juga berkurang. Upayakan untuk menurunkan berat badan
sehingga mencapai IMT normal.

3. Olahraga Olahraga secara teratur seperti berjalan, lari, berenang, bersepeda


bermanfaat untuk menurunkan tekanan darah dan memperbaiki keadaan
jantung. Olahraga secara teratur selama 30 menit sebanyak 3-4 kali dalam satu
minggu sangat dianjurkan untuk menurunkan tekanan darah. Olahraga
meningkatkan kadar HDL, yang dapat mengurangi terbentuknya
arterosklerosis akibat hipertensi.

4. Memperbaiki gaya hidup yang kurang sehat Berhenti merokok dan tidak
mengonsumsi alcohol, penting untuk mengurangi efek jangka panjang
hipertensi karena asap rokok diketahui menurunkan aliran darah ke berbagai
organ dan dapat meningkatkan kerja jantung.
b. Penatalaksanaan farmakologis

Terapi farmakologis yaitu dengan mengonsumsi obat antihipertensi yang


dianjurkan yang bertujuan agar tekanan darah pada penderita hipertensi tetap
terkontrol dan mencegah komplikasi. Jenis obat antihipertensi yang sering
digunakan adalah sebagai berikut :

1. Diuretika Diuretika adalah obat yang memperbanyak kencing, mempertinggi


pengeluaran garam (Nacl). Obat yang sering digunakan adalah obat yang daya
kerjanya panjang sehingga dapat digunakan dosis tunggal, diutamakan
diuretika yang hemat kalium. Obat yang banyak beredar adalah
Spironolactone, HTC, Chlortalidone dan Indopanide.

2. Beta-blocker Mekanisme kerja obat obat ini adalah melalui penurunan laju
nadi dan daya pompa jantung, sehingga mengurangi daya dan frekuensi
kontraksi jantung. Dengan demikian tekanan darah akan menurun dan daya
hipotensinya baik. Obat yang termasuk jenis Beta-blocker adalah Propanolol,
Atenolol, Pindolol dan sebagainya.

3. Golongan Penghambat ACE dan ARB Golongan penghambat angiotensin


converting enzyme (ACE) dan angiotensin receptor blocker (ARB)
penghambat angiotensin enzyme (ACE inhibitor/ACE I) menghambat kerka
ACE sehingga perubahan angiotensin I menjadi angiotensin II (vasokontriktor)
terganggu. Sedangkan angiotensin receptor blocker (ARB) menghalangi ikatan
zat angiotensin II pada reseptornya. Baik ACEI maupun ARB mempunyai efek
vasodilatasi, sehingga meringankan beban jantung. Yang termasuk obat jenis
penghambat ACE adalah Captopril dan enalapril.

4. Calcium Channel Blockers (CCB) Calcium channel blocker (CCB) adalah


menghambat masuknya kalsium ke dalam sel pembuluh darah arteri, sehingga
menyebabkan dilatasi arteri coroner dan juga arteri perifer. Yang termasuk
jenis obat ini adalah Nifedipine Long Acting, dan Amlodipin

5. Golongan antihipertensi lain Penggunaan penyekat reseptor alfa perifer adalah


obatobatan yang bekerja sentral, dan obat golongan vasodilator pada populasi
lanjut usia sangat terbatas, karena efek samping yang signifikan. Obat yang
termasuk Alfa perifer adalah Prazosin dan Terazosin.

- Prinsip pemberian obat antihipertensi

Pemilihan atau kombinasi obat yang cocok bergantung pada keparahan


penderita hipertensi. Beberapa prinsip pemberian obat antihipertensi yaitu :

1. Pengobatan hipertensi sekunder lebih mengutamakan pengobatan


penyebabnya

2. Pengobatan hipertensi ensesial ditujukan untuk menurunkan tekanan


darah dengan harapan memperpanjang umur dan mengurangi
timbulnya komplikasi

3. Upaya menurunkan tekanan darah dicapai dengan menggunakan obat


antihipertensi

4. Pengobatan hipertensi adalah pengobatan jangka panjang, bahkan


pengobatan seumur hidup

5. Jika tekanan darah terkontrol maka pemberian obat antihipertensi di


Puskesmas dapat diberikan disaat control dengan catatan obat yang
diberikan untuk pemakaian selama 30 hari bila tanpa keluhan baru

6. Untuk penderita hipertensi yang baru di diagnosa (kunjungan pertama)


maka diperlukan control ulang disarankan 4 kali dalam sebulan atau
seminggu sekali, apabila tekana darah sistolik >160 mmHg atau
diastolik >100 mmHg sebaiknya diberikan terapi kombinasi setelah
kunjungan kedua (selama dua minggu) tekanan darah tidak dapat
dikontrol
H. ASUHAN KEPERAWATAN

No SDKI SLKI SIKI

1. Intoleransi Setelah dilakukan Manajemen Energi


aktivitas tindakan keperawatan, Observasi
diharapkan toleransi
- Identifikasi fungsi tubuh
aktivitas meningkat
yang mengakibatkan
dengan kriteria hasil:
kelelahan

- Keluhan lelah menurun

- Monitor kelelahan fisik

- Tekanan darah membaik

- Monitor lokasi dan

ketidaknyamanan selama
melakukan aktivitas

Terapeutik

- Sediakan lingkungan
nyamam dan rendah

stimulus

- Berikan aktivitas
distraksi yang

menenangkan
Edukasi

- Anjurkan melakukan

aktivitas secara bertahap

- Ajarkan strategi koping


untuk mengurangi

kelelahan

2. Resiko jatuh Setelah dilakukan Manajemen Kesehatan


tindakan keperawatan, Lingkungan
diharapkan resiko
Observasi
jatuh menurun:

- Jatuh saat berjalan - Identifikasi kebutuhan

menurun keselamatan

- Monitor perubahan
status keselamatan

lingkungan

Terapeutik

- Hilangkan bahaya
keselamatan lingkungan

- Modifikasi lingkungan
untuk menimalkan bahaya

dan risiko
- Sediakan alat bantu
keamanan lingkungan

- Lakukan skrinning

bahaya lingkungan
Edukasi

Ajarkan individu,
keluarga dan kelompok
risiko tinggi bahaya

lingkungan

3. Defisit Setelah dilakukan tindakan Edukasi Kesehatan


pengetahuan keperawatan. Diharapkan Observasi
tingkat pengetahuan
- Identifikasi kesiapan dan
meningkat dengan kriteria
kemapuan menerima
hasil:
informasi

- Kemampuan
menjelaskan pengetahuan
- Identifikasi factor-faktor
tentang suatu topic
yang dapat menurunkan

tekanan darah tinggi


- Kemampuan
menggambarkan pengalam
Terapeutik
sebelumnya yang sesuai
dengan topic

- Perilaku sesuai dengan


- Sediakan materi dan
pengetahuan
media pendidikan
- Pertanyaan tentang kesehatan

- Jadwalkan pendidikan
masalah yang dihadapi kesehatan sesuai
kesepakatan

- Persepsi yang keliru - Berikan kesempatan

terhadap masalah untuk bertanya

Edukasi

Jelaskan faktor risiko


yang dapat mempengaruhi

kesehatan
BAB III

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian keperawatan
Pengkajian adalah tahapan seorang perawat mengumpulkan informasi secara terus-
menerus terhadap anggota keluarga yang dibinanya. Secara garis besar data dasar yang
dipergunakan mengkaji status keluarga adalah:
1. Data umum
a. Nama kepala keluarga, umur, alamat, dan telepon jika ada, pekerjaan
dan pendidikan kepala keluarga, komposisi keluarga yang terdiri atas
nama, jenis kelamin, tanggal lahir atau umur, hubungan dengan kepala keluarga,
status imunisasi dari masing-masing anggota keluarga, genogram (genogram
keluarga dalam tiga generasi)
b. Tipe keluarga, menjelaskan tipe keluarga beserta kendala atau masalah yang
terjadi dengan jenis tipe keluarga tersebut.
c. Suku bangsa atau latar belakang budaya (etnik), mengkaji asal suku
bangsa keluarga tersebut, serta mengidentifikasi budaya suku bangsa terkait
dengan kesehatan.
1) Latar belakang etnik keluarga atau anggota keluarga
2) Tempat tinggal keluarga bagaimana (uraikan bagian dari sebuah lingkungan
yang secara etnik bersifat homogeny).
3) Kegiatan-kegiatan social budaya, rekreasi, dan pendidika. Apakah kegiatan-
kegiatan ini dalam kelompok kultur atau budaya keluarga.
4) Kebiasan-kebiasan doet berbusana, baik tradisional maupun modern.
5) Bahasa yang digunakan dalam keluarga(rumah).
6) Penggunaan jasa pelayanan kesehatan keluarga dan praktisi. Apakah
keluarga mengunjungi praktik, terlibat dalam praktik-praktik pelayanan
kesehatan tradisional, atau mempunyai kepercayaan tradisional dalam
bidang kesehatan.
d. Agama, mengkaji agama yang dianut oleh keluarga serta kepercayaan yang
dapat mempengaruhi kesehatan seperti:
1) Apakah ada anggota keluarga yang berbeda dalam keyakinan beragamanya.
2) Bagaimana keterlibatan keluarga dalam kegiatan agama atau
organisasi keagamaan.
3) Agama yang dianut oleh keluarga.
4) Kepercayaan-kepercayaan dan nilai-nilai keagamaan yang dianut dalam
kehidupan keluarga, terutama dalam hal kesehatan.
e. Status sosial ekonomi keluarga, status sosial ekonomi keluarga ditentukan oleh
pendapatan, baik dari kepala keluarga maupun anggota keluarga lainnya. Selain
status sosial ekonomi keluarga ditentukan pula oleh kebutuhan-kebutuhan yang
dikeluarkan oleh keluarga serta barangbarang yang dimilki oleh keluarga
seperti:
1) Jumlah pendapatan perbulan
2) Sumber-sumber pendapatan perbulan
3) Jumlah pengeluaran perbulan
4) Apakah sumber pendapatan mencukupi kebutuhan keluarga
5) Bagaimana keluarga mengatur pendapatan dan pengeluarannya.
f. Aktivitas rekreasi keluarga dan waktu luang, rekreasi keluarga tidak hanya
dilihat kapan keluarga pergi bersama-sama untuk mengunjungi tempat rekreasi,
namun dengan menonton TV dan mendengarkan radio juga merupakan aktivitas
rekreasi, selain itu perlu dikaji pula oenggunaan waktu luang atau senggang
keluarga.
2. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga
Tahap perkembangan keluarga adalah pengkajian keluarga berdasarkan tahap
kehidupan keluarga. Menurut Duvall, tahap perkembangan keluarga ditentukan
dengan anak tertua dari keluarga inti dan mengkaji sejauh mana keluarga
melaksanakan tugas tahapan perkembangan keluarga. Sedangkan riwayat keluarga
adalah mengkaji riwayat kesehatan keluarga inti dari riwayat kesehatan keluarga:
a. Tahap perkembangan keluarga saat ini, ditentukan oleh anak tertua dari keluarga
inti.
b. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi, menjelaskan
bagaimana tugas perkembangan yang beum terpenuhi oleh keluarga
serta kendalanya.
c. Riwayat keluarga inti, menjelaskan riwayat kesehatan pada keluarga inti,
meliputi riwayat penyakit keturunan, riwayat kesehatan masingmasing anggota,
dan sumber pelayanan yang digunakan keluarga seperti perceraian, kematian,
dan keluarga yang hilang.
d. Riwayat keluarga sebelumnya, keluarga asal kedua orang tua (seperti apa
kehidupan keluarga asalnya) hubungan masa silam dan saat dengan orang tua
dari kedua orang tua.
3. Pengkajian lingkungan
a. Karakteristik rumah
1) Gambaran tipe tempat tinggal (rumah, apartemen, sewa kamar, kontrak, atau
lainnya). Apakah keluarga memiliki sendiri atau menyewa rumah untuk
tempat tinggal.
2) Gambaran kondisi rumah meliputi bagian interior dan eksterior. Interior
rumah meliputi: jumlah kamar dan tipe kamar (kamar tamu, kamar tidur),
penggunaan-penggunaan kamar tersebut dan bagaimana kamar tersebut
diatur. Bagaimana kondisi dan kecukupan perabot, penerangan, ventilasi,
lantai, tangga rumah. Susunan dan kondisi bangunan tempat tinggal.
Termasuk perasan perasaan subjektif keluarga terhadap rumah tinggalnya,
apakah keluarga nenganggap rumahnya memandai bagi mereka.
3) Dapur, suplai air minum, penggunaan alat-alat masak, apakah ada fasilitas
pengaman bahaya kebakaran.
4) Kamar mandi, sanitasi, air, fasilitas toilet, ada tidaknya sabun dan handuk.
5) Kamar tidur, bagaimana pengaturan kamar tidur. Apakah memadai bagi
anggota keluarga dengan pertimbangan usia mereka, hubungan, dan
kebutuhan-kebutuhan khusus mereka lainnya.
6) Kebersiahn dan sanitasi rumah, apakah banyak serangga-serangga kecil
(khususnya didalam), dan masalah-masalah sanitasi yang disebabkan akibat
binatang-binatang peliharaan.
7) Pengaturan privasi. Bagaimana dengan perasaan keluarga terhadap
pengaturan privasi rumah mereka memadai atua tidak. Termasuk bahaya-
bahaya terhadap keamanan rumah atau lingkungan.
8) Perasaan secara keseluruhan dengan pengaturan atau penataan rumah
mereka.
b. karakteristik lingkungan dan komintas tempat tinggal
1) Tipe lingkungan tempat tinggal komunitas kota atau desa
2) Tipe tempat tinggal (hunian, industry, campuran hunian dan
industry kecil agraris).
3) Sanitasi jalan dan rumah. Bagaimana kebersihannya, cara penangan
sampah, dan lainnya.
4) Adakah jenis-jenis industri di lingkungan rumah (kebisingan,
polusi air, dan udara).
5) Karakteristik demografi di lingkungan komunitas tersebut.
6) Kelas sosial dan karakteristik etnik penghuni.
7) Lembaga pelayanan kesehatan dan sosial, apa yang ada dalam lingkungan
dan komunitas (klinik, rumah sakit, penanganan keadaan gawat darurat,
kesejahteraan, konseling, pekerjaan).
8) Kemudian pendidikan di lingkungan komunitas apakah mudah di akses dan
bagaimana kondisinya.
9) Fasilitas-fasilitas rekreasi yang di miliki di komunitas tersebut.
10) Fasilitas-fasilitas ekonomi, warung, toko, apotik, pasar, wartel, dan lainnya.
11) Transportasi umum. Bagaimana pelayanan dan fasilitas tersebut dapat di
akses (jarak, kecocokan, jam pemberangkatan, dan lainnya). Untuk
keluarga/komunitas.
12) Kejadian tingkat kejahatan di lingkungan dan komunitas, apakah ada
masalah yang serius seperti tidak aman dan ancaman yang serius.
c. Mobilitas geografis keluarga
mobilitas geografis keluarga yang di tentukan, lama keluarga tinggal di daerah
ini, atau apakah sering mempunyai kebiasaan berpindahpindah tempat tinggal.
d. Perkumpulan keluarga dan interkasi dengan masyarakat.
Menjelaskan yang digunakan keluarga untuk berkumpul serta
perkumpulan keluarga yang ada.
e. sistem pendukung keluarga meliputi:
1) Jumlah anggota keluarga yang sehat, fasilitas yang dimilki keluarga untuk
menunjang kesehatan yang meliputi fasilitas fisik, psikologis.
2) Sumber dukungan dari anggota keluarga dan fasilitas sosial atau dukungan
masyarakat setempat, lembaga pemerintah, maupun
swasta/LSM.
3) Jaminan pemeliharaan kesehatan yang dimilki keluarga.
4. Struktur keluarga
a. Pola-pola komunikasi keluarga
Menjelaskan cara berkomunikasi antaranggota keluarga, termasuk pesan yang
disampaikan, bahasa yang digunakan, komunikasi secara langsung atau tidak,
pesan emosional (positif atau negative), frekuensi, dan kualitas komunikasi
yang berlangsung. Adakah hal-hal yang tertentu dalam keluarga untuk
didiskusikan.
b. Struktur kekuatan keluarga
1) Keputusan dalam keluarga, siapa yang membuat, yang memutuskan dalam
penggunaan keuangan, pengambil keputusan dalam pekerjaan atau tempat
tinggal, serta siapa yang memutuskan kegiatan dan kedisiplinan anak-anak.
2) Model kekuatan atau kekuasaan yang digunakan keluarga dalam
membuat keputusan.
c. Struktur peran, menjelaskan peran dari masing-masing anggota
keluarga, baik secara formal maupun informal.
1) Peran formal, posisi dan peran formal pada setiap anggota keluarga
(gambarkan bagaimana setiap keluarga melakukan peran masing-masing)
dan apakah ada konflik peran dalam keluarga.
2) Peran informal, adakah peran informal dalam keluarga, siapa yang
memainkan peran tersebut, berapa kali dan bagaimana peran tersebut
dilaksanakan secara konsisten.
d. Struktur nilai atau norma keluarga menjelaskan mengenai nilai norma yang di
anut keluarga dengan kelompok atau komunitas. Apakah sesuai dengan nilai
norma yang dianut, seberapa penting nilai yang dianut, apakah nilai yang dianut
secara sadar atau tidak, apakah konflik nilai yang menonjol dalam keluarga,
bagaimana kelas sosial keluarga, bagaimana kelas social keluarga, bagaimana
latar belakang budaya yang mempengaruhi nilainilai keluarga, serta bagaimana
nilai-nilai keluarga mempengaruhi status kesehatan keluarga.
5. Fungsi keluarga
a. Fungsi afektif
Mengkaji gambaran diri anggota keluarga. Perasaan memiliki dan dimiliki
keluarga, dukungan keluarga terhadap anggota keluarga lainnya, kehangatan
pada keluarga, serta keluarga mengembangkan
sikap saling menghargai.
b. Fungsi sosialisasi
Bagaimana interaksi atau hubungan dalam keluarga dan sejauh mana anggota
keluarga belajar displin, norma atau budaya dan perilaku.
c. Fungsi perawatan kesehatan
Sejauh mana keluarga menyediakan makanan, pakaian, dan perlindungan
terhadap anggota yang sakit. Pengetahuan keluarga mengenai konsep sehat
sakit. Kesanggupan keluarga melakukan pemenuhan tugas perawatan keluarga,
di antaranya adalah sebagai berikut:
1) Mengenal masalah kesehatan
Sejauh mana keluarga mengenal fakta-fakta dari masalah kesehatan
meliputi: pengerian, tanda dan gejala, penyebab, serta yang mempengaruhi
persepsi keluarga terhadap masalah
2) Mengambil keputusan
Mengenai tindakan kesehatan yang tepat. Sejauh mana keluarga
mengerti mengenai sifat dan luasnya masalah, bagaimana masalah
dirasakan, menyerah terhadap masalah yang dialami, takut akibat dari
tindakan penyakit, mempunyai sikap negatif terhadap masalah kesehatan,
dapatkah menjangkau fasilitas kesehatan yang ada, kurang percaya terhadap
tenaga kesehatan, serta mendapat informasi yang salah terhadap tindakan
dalam mengatasi masalah.
3) Merawat anggota keluarga yang sakit
Sejauh mana keluarga mengetahui keadaan penyakitnya, mengetahui
sifat dan perkembangan perawatan yang dibutuhkan; mengetahui sumber-
sumber yang ada dalam keluarga (anggota keluarga yang bertanggung
jawab, keuangan, fasilitas fisik, psikososial). Mengetahui keberadaan
fasilitas yang diperlukan untuk perawatan dan sikap keluarga terhadap yang
sakit.
4) Memelihara lingkungan
Sejauh mana keluarga mengetahui sumber-sumber yang dimiliki,
keuntungan/manfaat pemeliharaan lingkungan, mengetahui pentingnya
hygiene sanitasi dan kekompakan antaranggota keluarga pada praktik
lingkungan. Apakah saat ini keluarga terpapar polusi udara, air, atau
kebisingan dari lingkungan tempat tinggalnya, apa yang dilakukan keluarga
untuk mencegah penyakit, siapa orang yang berperan membuat keputusan
terkait masalah kesehatan keluarga, serta bagaimana pengetahuan keluarga
cara perawatan anggota keluarga yang sakit.
5) Menggunakan fasilitas/pelayanan kesehatan
Apakah keluarga mengetahui keberadaan fasilitas kesehatan,
memahami keuntungan yang diperoleh dari fasilitas kesehatan, memahami
keuntungan yang diperoleh dari fasilitas kesehatan, tingkat kepercayaan
keluarga terhadap petugas kesehatan, dan fasilitas kesehatan tersebut
terjangkau oleh keluarga.
6) Fungsi reproduksi
Mengkaji berapa jumlah anak, merencanakan jumlah anggota keluarga,
serta metode apa yang digunakan keluarga dalam mengendalikan jumlah
anggota keluarga.
7) Fungsi ekonomi
8) Mengkaji sejauh mana keluarga memenuhi kebutuhan sandang, pangan, dan
papan. Bagaimana keluarga memanfaatkan sumber yang ada di masyarakat
guna meningkatkan status kesehatan keluarga.
6. Stress dan koping keluarga
a. Stressor jangka pendek, yaitu stressor yang dialami keluarga yang memerlukan
penyelesaian dalam waktu kurang lebih 6 bulan
b. Stressor jangka panjang yaitu stressor yang saat ini dialami yang memerlukan
penyelesaian lebih dari 6 bulan.
c. Kemampuan keluarga berespons terhadap situasi atau stressor, mengkaji sejauh
mana keluarga berespons terhadap situasi atau stressor.
d. Strategi koping yang digunakan, strategi koping apa yang digunakan
keluarga bila menghadapi permasalahan.
e. Strategi adaptasi disfungsional, menjelaskan adaptasi disfungsional yang
digunakan keluarga bila menghadapi permasalahan.
7. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota keluarga. Metode yang
digunakan pada pemeriksaan ini tidak berbeda dengan pemeriksaan fisik di klinik.
8. Harapan keluarga
Pada akhir pengkajian perawat menanyakan harapan keluarga terhadap
petugas kesehatan yang ada.
B. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinis mengenai individu, keluarga atau
masyarkat yang diperoleh melalui suatu proses pengumpulan data dan analisis data
secara cermat, memberikan dasar untuk menetapkan tindakan tindakan dimana perawat
bertanggung jawab untuk melaksanakannya.
Diagnosis keperawatan keluarga dianalisis dari hasil penghasilan terhadap msalaah
dalam tahap perkembangan keluarga, lingkungn keluarga, struktur keluarga, fungsi-
fungsi keluaraga, kping keluarga, bsik yang bersifat actual, risiko maupun sejahtera
diman perawat memiliki kewenangan dan tanggung jawab untuk melakukan tindakan
keperawatan bersama-sama dengan keluraga, berdasarkan kemampuaan, dan sumber
daya keluarga .
Diagnosis keperawatan keluarga dirumuskan berdasarkan data yang didapatkan pada
pengkajian. Komponen diagnose keperawatan meliputi
problem atau masalah, etiologi atau penyebab, dan sign atau tanda yang selanjutnya
dikenal dengan PES: problem atau masalah (P), etiology atau penyebab (E), sign atau
tanda (S).
Tipology dari diagnosis keperawatan:
1. Diagnosis actual (terjadi atau gangguan kesehatan)
Dari hasil pengkajian didapatkan data mengenai tanda dan gejala dari
gangguan kesehatan, di mana masalah kesehatan yang di alami oleh keluarga
memerlukan bantuan untuk segera ditangani dengan cepat. Pada diagnosis
keperawatan aktual, factor yang berhubungan merupakan etiologi, atau factor
penunjang lain yang telah mempengaruhi perubahan status kesehatan. Sedangkan
factor tersebut dapat dikelompokkan ke dalam empat kategori, yaitu:
a. patofisiologi ( biologi atau psikologi)
b. tindakan yang berhubungan
c. situasional (lingkungan, personal)
d. maturasional

Secara umum faktor-faktor yang berhubungan atau etiologi dari diagnosis


keperawatan keluarga adalah adanya:

a. ketidaktahuan (kurangnya pengetahuan, pemahaman, dan kesalahan persepsi)


b. ketidakmauan (siakp dan motivasi)
c. ketidakmampuan (kurangnya keterampilan terhadap suatu prosedur atau
tindakan, kurangnya sumber daya keluarga, baik financial, fasilitas, sistem
pendukung, lingkungan fisik, dan psikologis).
2. Diagnosis risiko tinggi (ancaman kesehatan)
Sudah ada data yang menunjang namun belum terjadi gangguan, tetapi tanda
tersebut dapat menjadi masalah aktual apabila tidak segera mendapatkan bantuan
pemecahan dari tim kesehatan atau keperawatan. Faktor-faktor risiko untuk diagnosis
risiko dan risiko tinggi memperlihatkan keadaan dimana kerentanan meningkat
terhadap klien atau kelompok. Faktor ini memebedakan klien atau kelompok risiko
tinggi dari yang lainnya pada populasi yang sama yang mempunyai risiko.
3. Diagnosis potensial (keadaan sejahtera atau wellness)
Suatu keadaan jika keluarga dalam keadaan sejahtera, kesehatan keluarga dapat
ditingkatkan. Diagnosis keperawatan sejahtera tidak mencakup factor faktor yang
berhubungan. Perawat dapat memperkirakan kemampuan atau potensi keluarga dapat
ditingkatkan kea rah yang lebih baik.
C. Scoring prioritas

No Kriteria Skor bobot

1 Sifat masalah

Skala 1

a. Skala: Tidak/kurang sehat 3


b. Ancaman kesehatan
2
c. Keadaan sejahtra
1

Kemungkinan masalah dapat diubah

2 Skala

a. Mudah 2

b. Sebagian 2
c. Rendah
1

0
Potensial masalah untk dicegah

3 Skala

a. Tinggi
b. Cukup
3 1
c. Rendah
2

Menonjolnya masalah

Skala

4 a. Masalah berat harus segera ditangani 1

b. Ada masalah, tapi tidak perlu harus


Segera ditangani
2
c. Masalah tidak dirasakan
1

Total

Penetapan Skoring Prioritas Diagnosa Perawatan

Skor yang diperoleh

_______________________ x Bobot

Skor Tertinggi
D. Perencenaan keperawatan
Langkah-langkah dalam mengembangkan rencana asuahan keperawatan
keluarga.
1. menentukan sasaran atau goal
Sasaran merupakan tujuan akhir yang akan dicapai melalui segala
upaya. Prinsip yang paling penting adalah bahwa sasaran harus ditentukan bersama
keluarga. Jika keluarga mengerti dan menerima sasaran tersebut.
2. menentukan tujuan dan objektif
Objektif merupakan pernyataan yang lebih spesifik atau lebih terperinci, berisi
tentang hasil yang di harapakan dari tindakan perawtan yang akan dilakukan. Cirri
tujuan atau objektif yang baik adalah spesifik, dapat diukur, dapat dicapai, realistis,
dan ada batasan waktu.
3. menentukan pendekatan dan tindakan keperawatan yang akan dilakukan
Tindakan keperawatan yang dipilh sangat bergantung pada sifat masalah dan
sumber-sumber yang tersedia untuk memecahkan masalah. Dalam perawatan
kesehatan keluarga tindakan keperawatan yang dilakukan ditujukan untuk
mengurangi atau menghilangkan sebab-sebab yang mengakibatkan timbulnya
ketidaksanggupan keluarga dalam melaksanakan tugas-tugas kesehatan.
E. Iplementasi keperawatan
Iplementasi merupakan komponen dari proses keperawatan, sebagai tempat untuk
menuangkan rencana asuhan ke dalam tindakan. Setelah rencana di kembangkan, sesuai
dengan kebutuhan dan prioritas klien, perawat melakukan intervensi keperawatan yang
spesifik, yang mencakup tindakan perawat dan tindakan dokter.(Bulechek & McCloskey,
1995 dalam Setyowati, 2017)
F. Evaluasi tindakan keperawatan
Dalam proses keperawatan, evaluasi adalah suatu aktivitas yang direncanakan, terus
menerus, aktifitas yang disengaja dimana klien, keluarga dan perawat serta tenaga
kesehatan professional lainnya ikut serta dalam menentukan(Potter & perry 2005).:
1. Kemajuan klien terhadap outcome yang dicapai
2. Kefektifan dari rencana asuhan keperawatan (Wilkinson, 2014)
Pada dasarnya tindakan evaluatif adalah sama dengan tindakan pengkajian, tetapi
di lakukan pada saat perawatan, dimana di sini juga akan di susun keputusan tentang
status klien dan kemajuan klien( poter & perry, 2005). Maksud dari pengkajian adalah
untuk mengidentifikasi apa yang harus di lakukan jika terdapat suatu masalah.
Sedangkan maksud dari evaluasi adalah menentukan apakah masalah yang di ketahuai
telah teratasi, memburuk atau sebaliknya telah mengalami perubahan (poter & perry,
2005 Setyowati, 2017). Evaluasi dapat dibagi dalam 2 jenis, yaitu :

1. Evaluasi ahir (sumatif)


Evaluasi sumatif menjelaskan perkembangan kondisi dengan menilai apakah
hasil yang di harapkan telah tercapai. Perawat menggunakan pendokumentasian
dari pengkajian dan kriteria hasil yang di harapkan sebagai dasar untuk menulis
evaluasi sumatif.Tipe evaluasi ini dilaksanakan pada akhir asuhan keperawatan
secara paripurna.Format yang dipakai adalah format SOAP.
2. Evaluasi berjalan (formatif)
Evaluasi ini menggambarkan hasil observasi dan analisis perawat terhadap
respons klien segera setelah tindakan atau bisa juga di sebut sebagai evaluasi
berjalan. Biasanya di gunakan dalam catatan keperawatan, atau respon hasil ketika
melaksanakan iplementasi (deswani, 2009 dalam Setyowati, 2017).
DAFTAR PUSTAKA

Bria, R. B. (2019). STUDI KASUS“ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Ny. S.T(53


TAHUN)YANG MENDERITA HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
SIKUMANA”.

Dewi, M. D. (2021). GAMBARAN KEPATUHAN MINUM OBAT PADA PENDERITA


HIPERTENSI YANG MASIH AKTIF BEKERJA DI DESA AKAH WILAYAH KERJA
UPTD PUSKESMAS KLUNGKUNG II TAHUN 2021.

Handayani, I. (2022). Studi kasus Asuhan Keperawatan pada Ny.M yang Mengalami Hipertensi di
Wilayah Kampung Ketupat.

Kemenkes RI. (2019, Juli 8). Apa Komplikasi berbahaya dari Hipertensi?

Septiara, K. I. (2022). ANALISIS ASUHAN KEPERAWATAN HIPERTENSI PADA NY. Y


DENGAN PEMBERIAN JUS MENTIMUN DIWILAYAH KERJA PUSKESMAS
TARAGONG.

Siregar, R. R. (2021). Studi Kasus Asuhan Keperawatan Psikososial Dengan Masalah Kecemasan
Pada Penderita Hipertensi.

Wati, E. K. (2019). APLIKASI PEMBERIAN SEDUHAN DAUN ALPUKAT PADA Tn.K


DENGAN RESIKO KETIDAKEFEKTIFAN PERFUSI JARINGAN OTAK.
ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK DENGAN PADA Ny “H” DENGAN PADA
DIAGNOSA MEDIS HIPERTENSI DI DUSUN SETILING 2 KECAMATAN
BATUKLIANG UTARA LOMBOK BARAT

DI SUSUN OLEH:

HARDIANTI
021STYJ23

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS
MATARAM
2024
ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK DENGAN PADA Ny “H” DENGAN PADA
DIAGNOSA MEDIS GOUT ATRHITIS DI DUSUN SETILING 2 KECAMATAN
BATUKLIANG UTARA LOMBOK BARAT

A. PENGKAJIAN/Tanggal : Selasa, 6-02-2024

1. Data Umum

a. Kepala Keluarga KK : Tn. S

b. Alamat dan Telepon : Setiling 2

c. Pekerjaan KK : wirausaha

d. Pendidikan KK : tidak sekolah

e. Komposisi keluarga :

f. Genogram

Keterangan:
: Laki-Laki

: Perempuan

: Pasien Klien mengatakan tinggal serumah


dengan suaminya. Karna semua anak
: Meninggal – anaknya sudah berumah tangga.

: Garis Pernikahan

: Garis Keturunan
Nama Jenis Hub Umur Pendidikan BCG Status Imunisasi Campak Ket
Kel. Kel.KK Polio DPT Hepatitis
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3
Tn. S L Suami 65 Tidak
sekolah
Ny. H p Istri 57 Tidak
sekolah
g. Suku Bangsa : Sasak/Indonesia

h. Agama : Islam

i. Status sosial ekonomi keluarga :

 Anggota keluarga yang mencari nafkah adalah Tn. S

 Penghasilan: Rata-rata sekitar Rp. 1.000.000 perbulan

 Upaya lain: Tidak ada

 Harta benda yang dimiliki (perabot,transportasi,dll) : Kursi, rak piring,


kasur, peralatan masak, tv.

 Kebutuhan yang dikeluarkan tiap bulan : Pembayaran tagihan listrik.

j. Aktivitas rekreasi keluarga : berkeliling pasar, menonton televisi di


rumah

2. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga

a. Tahap perkembangan keluarga saat ini

Keluarga Tn. S saat ini berada dalam tahap perkembangan keluarga dengan
lanjut usia. Tahap perkembangan keluarga yang sudah terpenuhi antara lain:
memberikan kebebasan yang seimbangan dan bertanggung jpada anak- anaknya,
mempertahankan hubungan intim dalam keluarga, dan mempersiapkan perubahan peran
dan peraturan keluraga untuk memenuhi kebutuhan tumbuh kembang anggota keluarga.
b. Tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi

1) Riwayat kesehatan keluarga inti

Pada saat pengkajian, Ny.H mengatakan memiliki riwayat penyakit


Hipertensi saat dilakukan pengecekan TTV didapatkan hasil, TD: 140/90
mmHg, N : 90 x/mnt, RR: 20 x/mnt, S: 36,0 0C, saat ini klien mengatakan
hanya merasakan pusing.

c. Riwayat kesehatan keluarga ini

No Nama Umur BB (Kg) Keadaan Masalah Kesehatan


1 Tn. S 65 Thn 55Kg Sehat Asam urat
2 Ny. H 57 Thn 556Kg Sehat Hipertensi
Sumber pelayanan kesehatan yang dimanfaatkan keluarga adalah Puskesmas
Teratak

d. Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya

Klien mengatakan dari keluarganya yang memiliki riwayat penyakit seperti


yang diderita olehnya tidak ada, namun ibu klien memiliki riwayat hipertensi.

3. Data Lingkungan

a. Karakteristik rumah

 Luas rumah : 7 are

 Tipe rumah : Permanen

 Kepemilikkan: Milik sendiri

 Jumlah dan ratio kamar: Didalam rumah klien memiliki sebanyak 2


kamar tempat tidur.

 Ventilasi: Memiliki ventilasi yang cukup

 Pemanfaatan runagan : Tidak ada

 Sumber air minum : Sumur dan air di rebus

 Kamar mandi/WC : Ada, dengan bangunan terpisah jauh dari tempat tidur
 Sampah: Tidak terdapat tong sampah, pasien mengumpulkan di plastic
biasa.

 Kebersihan: Bersih.

b. Karakteristik tetangga dan komunitasnya

 Dilingkungan sekitar keluarga Ny.H memiliki kebiasaan saling membantu


jika terdapat acara-acara besar di lingkungan sekitarnya, memiliki
hubungan baik dengan tetangga saling mengunjungi jika sakit.

 Budaya Dilingkungan sekitar masyarakat memiliki budaya yang baik.

c. Mobilitas geografis keluarga (lama keluarga tinggal di susun atau pindahan)

Klien mengatakan tidak pernah pindah tempat tinggal dikarenakan tempat


tinggal sekarang lebih nyaman.

d. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyrakat

Klien mengatakan di Setiling 2 sering dilakukan acara seperti gotong royong,


dll. Dari hal tersebut dapat membuat tali silaturahmi antar masyarakat baik.

e. System pendukung

Klien mengatakan jika ada anggota keluarga yang sakit, anak-anaknya yang
pertama kali membawa keluarganya ke rumah praktek perawat, jika tidak
kunjung sembuh langsung membawanya ke Puskesmas atau RS terdekat.

4. Struktur Keluarga

a. Struktur peran

Ny.H berperan sebagai istri di rumahnya


b. Nilai dan norma keluarga

Keluarga Ny.H menganut nilai dan norma sesuai dengan yang berlaku di
masyarakat.
c. Pola komunikasi keluarga

Klien mengatakan pola komunikasi antar baik


d. Struktur kekuasaan keluarga (siapa pengambil keputusan)

Klien mengatakan jika mempunyai masalah seperti masalah kesehatan, yang


mengambil keputusan adalah klien sendiri.

5. Fungsi Keluarga

a. Fungsi afektif

Klien mengatakan selalu mendidik anggota keluarga untuk berbuat baik


menghormati dan menghargai orang lain. Hubungan dengan keluarga selalu
harmonis, keluarga merasa nyaman dengan keadaan saat ini, antara keluarga
saling menghargai, menghormati, dan saling menyayangi.

b. Fungsi sosialisasi

Klien mengatakan mampu bersosialisasi dengan masyarakat disekitarnya,


terlihat pasien tetap berkomunikasi baik dengan orang-orang disekitar
lingkungan rumahnya.

c. Fungsi pemenuhan (perawatan/pemeliharaan) kesehatan

1) Pengetahuan

Ny.H mengatakan kurang tahu tentang penyebab dan penyakt yang


diderita, keluarga menganggap hal tersebut adalah hal yang biasa terjadi
pada usia lanjut.

2) Kemampuan mengambil keputusan

Klien mengatakan jika ada anggota keluarga yang sakit, anak-anaknya


yang pertama kali membawa keluarganya ke rumah praktek perawat, jika
tidak kunjung sembuh langsung membawanya ke Puskesmas.

3) Kemampuan merawat

Keluarga kurang mampu merawat anggota keluarga yang sakit dan


keluarga sering mengkonsumsi makanan laut.
4) Kemampuan memelihara lingkungan rumah

Kemampuan keluarga dalam hal ini adalah cukup, tidak tersedianya tempat
sampah, dan veintalsi udara yang cukup.

5) Kemampuan menggunakan fasilitas kesehatan

Keluarga termasuk tidak mau dalam menggunakan fasilitas kesehatan


seperti Puskesmas terdekat, klien mengatakan keluarga jarang ikut serta
saat dilaksanakannya posyandu di Setiling 2.

d. Fungsi reproduksi

Klien sudah dikaruniai 3 anak dan semuanya sudah berkeluarga

e. Fungsi ekonomi

1) Upaya pemenuhan kebutuhan sandang dan pangan

Klien mengatakan setiap hari mencari nafkah dengan berjualan diwarung


dan suaminya hanya seorang petani

2) Pemanfaatan sumber dimasyarakat

Untuk memenihi kebutuhan kesehtaan keluarga Ny.H menggunakan kartu


BPJS.

f. Fungsi mendapatkan status sosial

Keluarga senang berkumpul dengan tetangga sekitar untuk mengobrol dan


menemani cucunya bermain

g. Fungsi pendidikan

Klien mengatakan tidak sekolah

h. Fungsi religious

Keluarga Tn. S beragama Islam, kegiatan keagamaan yang dilakukan adalah


sholat dan mengaji. Tn. S dan Ny. H rutin menjalankan ibadah wajib tersebut
setiap harinya
i. Fungsi rekreasi

Klien mengatakan . Rekreasi keluarga Tn. s adalah berkeliling pasar,


menonton televisi di rumah.

6. Stress dan Koping Keluarga

a. Stresor jangka pendek dan panjang

Stressor jangka pendek : Ny.H sering mengeluh pusing

Stressor jangka panjang : Ny.H khawatir sewaktu-waktu penyakit yang


di deritanya akan lebih parah dibandingkan sekarang.

b. Kemampuan keluarga berespons terhadap stressor

Klien mengatakan Jika ada masalah di keluarga, Ny.H biasanya akan mencari
jalan keluar secara bersama-sama dengan suaminya. Ny. H mengatakan
bahwa segala sesuatu sudah ada yang mengatur, sehingga manusia hanya perlu
berusaha, jika sakit, maka harus berusaha untuk berobat agar cepat sembuh.
Ny. H mengatakan bahwa keluarga cenderung tidak terlalu memikirkan
masalah apa yang dialami Strategi koping yang digunakan Anggota keluarga
selalu bermusyawarah untuk menyelesaikan masalah yang ada.

c. Strategi adaptasi disfungsional

Ny. H mengatakan tidak pernah bermasalah dengan orang-orang disektar


lingkungannya, selalu berkomunikasi dengan baik dan menjaga silaturahmi.
7. Pemeriksaan Kesehatan Tiap Individu Anggota Keluarga

No Variabel Ny. S Tn. S


1 TTV TTV: TTV:
- TD : 140/90 mmHg - TD : 120/90 mmHg
- N : 89 x/mnt - N : 80 x/mnt
- RR : 20 x/mnt - RR : 20 x/mnt
- S : 36,0 0C - S : 36,2 0C
2 Rambut Inspeksi: Inspeksi:
- Rambut putih hanya sedikit - Rambut hitam, bersih dan tidak
hitam dan tidak ada ketombe ada ketombe.
Palpasi: Palpasi:
- Tidak ada nyeri tekan - Tidak ada nyeri tekan
3 Mata Inspeksi: Inspeksi:
- Simetris antara kiri dan kanan, - Simetris antara kiri dan kanan,
Konjungtiva tidak anemis. Konjungtiva tidak anemis.
4 Telinga Inspeksi: Inspeksi:
- Fungsi pendengaran baik, - Fungsi pendengaran baik,
nampak bersih tidak ada nampak bersih tidak ada
serumen serumen
5 Hidung Inspeksi: Inspeksi:
- Nampak bersih, fungsi indra - Nampak bersih, fungsi indra
penciuman masih berfungsi penciuman masih berfungsi
baik. baik.
6 Mulut, bibir Inspeksi: Inspeksi:
- Tidak ada sariawan, mukosa - Tidak ada sariawan, mukosa
bibir lembab bibir lembab Tidak ada lesi
7 Leher Inspeksi: Inspeksi:
- Tidak ada pembesaran kelenjar - Tidak ada pembesaran kelenjar
tiroid tiroid
8 Dada Inspeksi: Inspeksi:
- Tampak simetris dan tidak ada - Tampak simetris dan tidak ada
retraksi didinding dada retraksi didinding dada
Auskultasi: Auskultasi:
- Bunyi napas vesikuler, Tidak - Bunyi napas vesikuler, Tidak
ada kelainan bunyi jantung ada kelainan bunyi jantung
9 Abdomen Inspeksi: Inspeksi:
- Tidak ada pembesaran perut,
tidak ada benjolan, tidak ada - Tidak ada pembesaran perut,
kemerahan Auskultasi: Bising tidak ada benjolan, tidak ada
usus 15x/menit kemerahan Auskultasi: Bising
- Palpasi: Tidak ada nyeri tekan, usus 15x/menit
- Perkusi: terdengar timpani - Palpasi: Tidak ada nyeri tekan.
- Perkusi: terdengar timpani
10 Ekstremitas - Ekstermitas atas: Tidak ada - Ekstermitas atas: Tidak ada
kelainan kelainan
- Ekstermitas bawah: Tidak ada - Ekstermitas bawah: Tidak ada
kelainan kelainan
- Kekuatan otot 5 5 - Kekuatan otot 5 5
5 5 5 5

8. Harapan Keluarga

Keluarga berharap adanya penyuluhan kesehatan terkait masalah kesehatan yang


sering dirasakan masyarakat dan berharap dikunjungi oleh pihak puskesmas
semacam pemeriksaan kesehatan gratis dari rumah.
B. DIAGNOSIS KEPERAWATAN KELUARGA

1. Analisi dan Sintesis Data

No Data Etiologi Masalah


1 DS: Ketidakmampuan keluarga Manajemen
 Keluarga mengatakan kurang memahami cara merawat merawat dalam mengenal kesehatan
salah satu dari keluarganya yang sakit. masalah anggota keluarga keluarga tidak
 Keluarga mengatakan dirumahnya sering dengan hipertensi efektif
mengkonsumsi makanan laut.
 Ny.H mengatakan pola tidurnya kadang-kadang tidak
teratur dikarenakan iparnya sering merasa sesak
dimalam hari.
DO:
 Keluarga tampak tidak mengerti dengan penyakit yang
diderita oleh salah satu anggota keluarganya saat ini
 Didapatkan hasil TTV:
TD : 140/90 mmHg
N : 90 x/mnt
RR : 20 x/mnt
S : 36,0 0C

2. Diagnosa Keperawatan

Prioritas Diagnosis Keperawatan Skor


1 Manajemen kesehatan keluarga tidak efektif b.d ketidakmampuan
keluarga untuk ikut serta dalam posyandu yang diselenggarakn
dalam waktu 1 bulan 1 kali di Setiling 2 d.d salah satu keluarga
mengungkapkan tidak memahami masalah kesehatan yang
diderita (D.0115)
C. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

Diagnosis Keperawatan: Manajemen kesehatan keluarga tidak efektif b.d ketidakmampuan


keluarga untuk ikut serta dalam posyandu yang diselenggarakn dalam waktu 1 bulan 1 kali di
Setiling 2 d.d salah satu keluarga mengungkapkan tidak memahami masalah kesehatan yang
diderita (D.0115)

Hr/Tgl/ Diagnosa Keperawatan Tujuan dan kriteria hasil Intervensi (SIKI)


Pukul (SDKI) (SLKI)
Selasa ,6- Manajemen kesehatan Setelah dilakukan Dukungan Koping Keluarga
02-2024 keluarga tidak efektif b.d intervensi keperawatan Observasi

15.00 Wita ketidakmampuan selama 3 x kunjungan,  Identifikasi beban prognosis secara psikologis
keluarga untuk ikut serta diharapkan keluarga Terapeutik
dalam posyandu yang mampu memberikan  Dengarkan masalah, perasaan dan pertanyaan
diselenggarakn dalam perawatan pada Ny.S, keluarga
waktu 1 bulan 1 kali di dengan Kriteria Hasil: Edukasi
Setiling 2 d.d salah satu  Verbalisasi kesulitan  Berikan penjelasan dan diskusikan pada
keluarga menjalankan keluarga terkait dengan gout arthitis
mengungkapkan tidak perawatan yang  Anjurkan pada keluarga untuk tidak
memahami masalah ditetapkan menurun mengkonsumsi makanan yang tinggi garam dan
kesehatan yang diderita  Gejala penyakit berdaging.
(D.0115) anggota keluarga  Anjurkan kepada keluarga untuk ikut serta saat
menurun. adanya poyansdu.
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Hr/Tgl Diagnosa Impelementasi Keperawatan Respon Hasil TTD


Keperawatan
(SDKI)
Selasa, 6- Manajemen  Identifikasi beban  Klien mengatakan mampu
02-2024 kesehatan keluarga prognosis secara memenuhi kebutuhan untuk ipar
15.10 Wita tidak efektif b.d psikologis. dan anaknya dengan hasil kerjanya
ketidakmampuan sendiri.
keluarga untuk ikut  Dengarkan masalah,  Klien mengatakan akan selalu
serta dalam posyandu perasaan dan pertanyaan bersabar dan selalu bekerja dengan
yang diselenggarakn keluarga giat agar mampu memenuhi
dalam waktu 1 bulan kebutuhan didalam rumahnya dan
1 kali di Setiling 2 akan mulai mengikuti posyandu
d.d salah satu yang diadakan setaip bulannya di
keluarga Setiling 2.
mengungkapkan  Berikan penjelasan dan  Klien dan keluarga mengerti dari
tidak memahami diskusikan pada keluarga penjelsan yang sudah diberikan
masalah kesehatan terkait dengan gout informasi.
yang diderita arthritis.
(D.0115)  Anjurkan pada keluarga  Klien dan keluarga mengatakan
untuk tidak mengkonsumsi akan mulai mengurangi makanan
makanan yang tinggi penceruts terjadinya asam urat dan
garam dan berdaging resiko darah tinggi.
 Anjurkan kepada keluarga  Klien dan keluarga mengatakan
untuk ikut serta saat akan mulai mengikuti posyandu
adanya poyansdu. yang diadakan setaip bulannya di
Setiling 2.
 Mengajarkan cara teknik  Keluarga mengatakan akan
batuk efektif mempraktekan teknik batuk efektif
yang baik dan benar kepada iparnya
yang mengalami sesak napas
Rabu,7-05- Manajemen  Identifikasi beban  Klien mengatakan mampu
2024. 15.25 kesehatan keluarga prognosis secara memenuhi kebutuhan untuk ipar
Wita tidak efektif b.d psikologis dan anaknya dengan hasil kerjanya
ketidakmampuan sendiri.
keluarga untuk ikut  Dengarkan masalah,  Klien mengatakan hari ini akan
serta dalam posyandu perasaan dan pertanyaan merasakan sakit kepala.
yang diselenggarakn keluarga
dalam waktu 1 bulan  Berikan penjelasan dan  Klien dan keluarga mengerti dari
1 kali di Setiling 2 diskusikan pada keluarga penjelsan yang sudah diberikan
d.d salah satu terkait dengan gout arthitis informasi.
keluarga  Anjurkan pada keluarga  Klien dan keluarga mengatakan
mengungkapkan untuk tidak mengkonsumsi akan mulai mengurangi makanan
tidak memahami makanan yang tinggi penceruts terjadinya asam urat dan
masalah kesehatan garam dan berdaging resiko darah tinggi.
yang diderita  Anjurkan kepada keluarga  Klien dan keluarga mengatakan
(D.0115) untuk ikut serta saat akan mulai mengikuti posyandu
adanya poyansdu. yang diadakan setaip bulannya di
Setiling 2.
 Mengajarkan cara teknik  Keluarga mengatakan akan
batuk efektif mempraktekan teknik batuk efektif
yang baik dan benar kepada iparnya
yang mengalami sesak napas.
kamis ,8-02- Manajemen  Identifikasi beban  Klien mengatakan mampu
2024. 15.40 kesehatan keluarga prognosis secara memenuhi kebutuhan untuk ipar
Wita tidak efektif b.d psikologis dan anaknya dengan hasil kerjanya
ketidakmampuan sendiri.
keluarga untuk ikut
serta dalam posyandu  Dengarkan masalah,  Klien mengatakan hari ini akan
yang diselenggarakn perasaan dan pertanyaan merasakan sakit kepala.
dalam waktu 1 bulan keluarga
1 kali di Setiling 2  Berikan penjelasan dan  Klien dan keluarga mengerti dari
d.d salah satu diskusikan pada keluarga penjelasan yang sudah diberikan
keluarga terkait dengan gout arthitis informasi.
mengungkapkan  Anjurkan pada keluarga  Klien dan keluarga mengatakan
tidak memahami untuk tidak mengkonsumsi akan mulai mengurangi makanan
masalah kesehatan makanan yang tinggi penceruts terjadinya asam urat dan
yang diderita garam dan berdaging resiko darah tinggi.
(D.0115)  Anjurkan kepada keluarga  Klien dan keluarga mengatakan
untuk ikut serta saat akan mulai mengikuti posyandu
adanya poyansdu. yang diadakan setaip bulannya di
Setiling 2 .
 Mengajarkan cara teknik  Keluarga mengatakan akan
batuk efektif mempraktekan teknik batuk efektif
yang baik dan benar kepada iparnya
yang mengalami sesak napas.

D. EVALUASI KEPERAWATAN

Hr/Tgl Diagnosa Keperawatan Evaluasi Keperawatan TTD


(SDKI)
Jum’at,9- Manajemen kesehatan S: Klien dan keluarga mengatakan mengerti
02-2024. keluarga tidak efektif b.d tentang penyebab terjadinya asam urat dan
15.50 ketidakmampuan keluarga resiko darah tinggi
Wita untuk ikut serta dalam O: Keluarga tampak mengerti dan dapat
posyandu yang diselenggarakn menyebutkan makanan penyebab terjadinya
dalam waktu 1 bulan 1 kali di asam urat dan resiko darah tinggi (hipertensi)
Setiling 2 d.d salah satu A: Masalah teratasi sebagian
keluarga mengungkapkan P: Lanjutkan intervensi dirumah:
tidak memahami masalah  Selalu ikut serta dalam posayndu yang
kesehatan yang diderita diadakan satu kali satu bulan di Desa
(D.0115) Setiling 2.
 Menjalani pola hidup yang baik dan sehat
 Mempraktekan teknik batuk efektif yang
baik dan benar

Anda mungkin juga menyukai