Anda di halaman 1dari 30

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Keluarga
2.1.1 Pengertian Keluarga
Keluarga adalah perkumpulan dua atau lebih individu yang diikat oleh
hubungan darah, perkawinan atau adopsi, dan tiap-tiap anggota keluarga selalu
berinteraksi satu sama lain (Mubarak dkk, 2011 ). BKKBN (1999) dalam Sudiharto
(2012) menyatakan bahwa keluarga adalah dua orang atau lebih yang dibentuk
berdasarkan ikatan perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup
spiritual dan materil yang layak, bertakwa kepada tuhan, memiliki hubungan yang
selaras dan seimbang antara anggota keluarga dan masyarakat serta lingkungannya.
Sedangkan menurut Wall, (1986) dalam Friedman (2010) menyatakan bahwa
keluarga adalah sebuah kelompok yang mengidentifikasi diri dan terdiri atas dua
individu atau lebih yang memiliki hubungan khusus, yang dapat terkait dengan
hubungan darah atau hukum atau dapat juga tidak, namun berfungsi sebagai
sedemikian rupa sehingga mereka menganggap dirinya sebagai keluarga.
2.1.2 Ciri-Ciri Keluarga
Setiadi (2008) memaparkan ciri-ciri keluarga yaitu :
1) Keluarga merupakan hubungan perkawinan
2) Keluarga bentuk suatu kelembagaan yang berkaitan dengan hubungan
perkawinan yang senganja dibentuk atau dipelihara.
3) Keluarga mempunyai suatu system tata nama (Nomen Clatur) termasuk
perhitungan garis keturunan.
4) Keluarga mempunyai fumgsi ekonomi yang dibentuk oleh anggota- anggotanya
berkaitan dengan kemampuan untuk mempunyai keturunan dan membesarkan
anak.
5) Keluarga merupakan tempat tingggal bersama, ruamh atau rumah tangga.
2.1.3 Tipe Keluarga
Mubarak (2011) membagi tipe keluarga menjadi :
1) Secara Tradisional
Secara tradisional keluarga dikelompokkan menjadi 2 yaitu :
a. Keluarga Inti (Nuclear Family) adalah keluarga yang hanya terdiri ayah, ibu dan
anak yang diperoleh dari keturunannya atau adopsi atau keduanya.
b. Keluarga Besar (Extended Family) adalah keluarga inti ditambah anggota
keluarga lain yang masih mempunyai hubungan darah ( kakek- nenek, paman-
bibi).
2) Secara Modern
Berkembangnya peran individu dan meningkatnya rasa individualisme maka
pengelompokkan tipe keluarga selain di atas adalah :
a. Tradisional Nuclear
Keluarga inti (ayah, ibu dan anak) tinggal dalam satu rumah ditetapkan oleh
sanksi-sanksi legal dalam suatu ikatan perkawinan, satu atau keduanya dapat bekerja
di luar rumah.
b. Reconstituted Nuclear
Pembentukan baru dari keluarga inti melalui perkawinan kembali suami/istri,
tinggal dalam pembentukan satu rumah dengan anak- anaknya, baik itu bawaan dari
perkawinan lama maupun hasil dari perkawinan baru, satu/keduanya dapat bekerja
di luar rumah.
c. Niddle Age/Aging Couple
Suami sebagai pencari uang, istri di rumah/kedua-duanya bekerja di rumah,
anak-anak sudah meninggalkan rumah karena sekolah/perkawinan/ meniti karier.
d. Dyadic Nuclear
Suami istri yang sudah berumur dan tidak mempunyai anak yang keduanya atau
salah satu bekerja di luar rumah.
e. Single Parent
Satu orang tua sebagai akibat perceraian atau kematian pasangannya dan anak-
anaknya dapat tinggal di rumah atau di luar rumah.
f. Dual Carrier
Yaitu suami istri atau keduanya orang karier dan tanpa anak.
g. Commuter Married
Suami istri atau keduanya orang karier dan tinggal terpisah pada jarak tertentu.
Keduanya saling mencari pada waktu-waktu tertentu.
h. Single Adult
Wanita atau pria dewasa yang tinggal sendiri dengan tidak adanya
keinginan untuk kawin.
i. Three Generation
Yaitu tiga generasi atau lebih tinggal dalam satu rumah.
j. Institusional
Yaitu anak-anak atau orang-orang dewasa tinggal dalam suatu panti- panti.
k. Comunal
Yaitu satu rumah terdiri dari dua atau lebih pasangan yang monogami dengan
anak-anaknya dan bersama-sama dalam penyediaan fasilitas.
l. Group Marriage
Yaitu satu perumahan terdiri dari orang tua dan keturunannya di dalam satu
kesatuan keluarga dan tiap individu adalah kawin dengan yang lain dan semua
adalah orang tua dari anak-anak.
m. Unmaried Parent and Child
Yaitu ibu dan anak dimana perkawinan tidak dikehendaki, anaknya diadopsi.
n. Cohibing Couple
Yaitu dua orang atau satu pasangan yang tinggal bersama tanpa kawin.
o. Gay and Lesbian Family
Yaitu keluarga yang dibentuk oleh pasangan yang berjenis kelamin sama.
2.1.4 Struktur Keluarga
Struktur keluarga terdiri dari : pola dan proses komunikasi, strukrur peran,
struktur kekuatan dan struktur nilai dan norma (Mubarak dkk, 2011)
menggambarkan sebagai berikut :
7

1) Struktur komunikasi
Komunikasi dalam keluarga dikatakan berfungsi apabila : jujur, terbuka, melibatkan
emosi, konflik selesai dan ada hirarki kekuatan.
2) Struktur peran
Yang dimaksud struktur peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai
posisi sosial yang diberikan. Jadi pada struktur peran bisa bersifat formal atau informal.
3) Struktur kekuatan
Yang dimaksud adalah kemampuan dari individu untuk mengontrol atau mempengaruhi
atau merubah perilaku orang lain : legitimate power (hak), referent power (ditiru), expert
power (keahlian), reward power (hadiah), coercive power (paksa) dan affective power.
4) Struktur nilai dan norma
Nilai adalah sistem ide-ide, sikap keyakinan yang mengikat anggota keluarga dalam
budaya tertentu, sedangkan norma adalah pola perilaku yang diterima pada lingkungan
sosil tertentu berarti disini adalah lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat sekitar
keluarga.
2.1.5 Fungsi keluarga
Ada lima fungsi keluarga menurut (Friedman, 2010), yaitu :
1) Fungsi afektif
Fungsi afektif merupakan dasar utama baik untuk pembentukan maupun untuk
berkelanjutan unit keluarga itu sendiri, sehingga fungsi afektif merupakan salah satu
fungsi keluarga yang paling penting.Peran utama orang dewasa dalam keluarga adalah
fungsi afektif, fungsi ini berhubungan dengan persepsi keluarga dan kepedulian terhadap
kebutuhan sosioemosional semua anggota keluarganya.
2) Fungsi sosialisasi dan status sosial
Sosialisasi merujuk pada banyaknya pengalaman belajar yang diberikan dalam keluarg
yang ditunjuk untuk mendidik anak – anak tentang cara menjalankan fungsi dan memikul
peran sosial orang dewasa seperti peran yang di pikul suami-ayah dan istri-ibu. Status
sosial atau pemberian status adalah aspek lain dari fungsi sosialisasi.
3) Pemberian status kepada anak
berarti mewariskan tradisi, nilai dan hak keluarga, walaupun tradisi saat ini tidak
menunjukan pola sebagian besar orang dewasa Amerika.
4) Fungsi reproduksi
Untuk menjamin kontiniutas antar generasi kleuarga dan masyarakat yaitu
menyediakan angagota baru untuk masyarakat.

7
8
5) Fungsi perawatan kesehatan
Fungsi fisik keluarga dipenuhi oleh orang tua yang menyediakan makanan, pakaian,
tempat tinggal, perawatan terhadap kesehatan dan perlindungan terhadap bahaya.
Pelayanan dan praktik kesehatan adalah fungsi keluarga yang paling relafan bagi perawat
keluarga.
6) Fungsi ekonomi
Fungsi ekonomi melibatkan penyediaan keluarga akan sumber daya yang cukup
finansial, ruang dan materi serta alokasinya yang sesuai melalui proses pengambilan
keputusan.
2.1.6 Tahap perkembangan keluarga
Tahap perkembangan keluarga dibagi menjadi (Friedman, 2010) :
1) Tahap I : Keluarga Pasangan Baru (beginning family)
Pembentukan pasangan menandakan pemulaan suatu keluarga barudengan pergerakan
dari membentuk keluarga asli sampai kehubungan intim yang baru. Tahap ini juga disebut
sebagai tahap pernikahan. Tugas perkembangan keluarga tahap I adalah membentuk
pernikahan yang memuaskan bagi satu sama lain, berhubungan secara harmonis dengan
jaringan kekerabatan dan perencanaan keluarga.
2) Tahap II : Keluarga Kelahiran Anak Pertama (childbearing family)
Mulai dengan kelahiran anak pertama dan berlanjut sampai bayi berusia 30 bulan.
Transisi ke masa menjadi orang tua adalah salah satu kunci dalam siklus kehidupan
keluarga. Tugas perkembangan keluarga disini adalah setelah hadirnya anak pertama,
keluarga memiliki beberapa tugas perkembangan penting. Suami, istri, dan anak harus
memepelajari peran barunya, sementara unit keluarga inti mengalami pengembangan
fungsi dan tanggung jawab.
3) Tahap III : Keluarga dengan Anak Prasekolah (families with preschool)
Tahap ketiga siklus kehidupan keluarga dimulai ketika anak pertama berusia 2½ tahun
dan diakhiri ketika anak berusia 5 tahun. Keluarga saatini dapat terdiri dari tiga sampai
lima orang, dengan posisi pasangan suami- ayah, istri-ibu, putra-saudara laki-laki, dan
putri-saudara perempuan. Tugas perkembangan keluarga saat ini berkembang baik secara
jumlah maupun kompleksitas. Kebutuhan anak prasekolah dan anak kecil lainnya untuk
mengekplorasi dunia di sekitar mereka, dan kebutuhan orang tua akan privasi diri,
membuat rumah dan jarak yang adekuat menjadi masalah utama. Peralatan dan fasilitas
juga harus aman untuk anak-anak.
4) Tahap IV : Keluarga dengan Anak Sekolah (families with schoolchildren)
Tahap ini dimulai ketika anak pertama memasuki sekolah dalam waktu penuh,

8
9
biasanya pada usia 5 tahun, dan diakhiri ketika ia mencapai pubertas, sekitar 13 tahun.
Keluarga biasanya mencapai jumlah anggota keluarga yang maksimal dan hubungan akhir
tahap ini juga maksimal. Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah keluarga
dapat mensosialisasikan anak-anak, dapat meningkatkan prestasi sekolah dan
mempertahankan hubungan pernikahan yang memuaskan.
5) Tahap V : Keluarga dengan Anak Remaja (families with teenagers)
Ketika anak pertama berusia 13 tahun, tahap kelima dari siklus atau perjalanan
kehidupan keluarga dimulai. Biasanya tahap ini berlangsung selama enam atau tujuh
tahun, walaupun dapat lebih singkat jika anak meninggalkan keluarga lebih awal atau
lebih lama, jika anak tetap tinggal dirumah pada usia lebih dari 19 atau 20 tahun. Tujuan
utamapada keluarga pada tahap anak remaja adalah melonggarkan ikatankeluarga untuk
meberikan tanggung jawab dan kebebasan remaja yanglebih besar dalam mempersiapkan
diri menjadi seorang dewasa mudah.
Tugas perkembangan keluarga yang pertama pada tahap ini adalah menyeimbangkan
kebebasan dengan tanggung jawab seiring dengan kematangan remaja dan semakin
meningkatnya otonomi. Tugas perkembangan keluarga yang kedua adalah bagi orang tua
untuk memfokuskan kembali hubungan pernikahan mereka. Sedangkan tugas
perkembangan keluarga yang ketiga adalah untuk anggota keluarga,terutama orang tua dan
anak remaja, untuk berkomunikasi secara terbukasatu sama lain.
6) Tahap VI : Keluarga Melepaskan Anak Dewasa Muda (launching centerfamilies)
Permulaan fase kehidupan keluarga ini ditandai dengan perginya anak pertama dari
rumah orang tua dan berakhir dengan “kosongnya rumah”, ketika anak terakhir juga telah
meninggalkan rumah. Tahap ini dapat cukup singkat atau cukup lama, bergantung pada
jumlah anak dalam keluarga atau jika anak yang belum menikah tetap tinggal di rumah
setelah mereka menyelesaikan SMU atau kuliahnya. Tugas perkembangan keluarga pada
tahap ini adalah keluarga membantu anak tertua untuk terjun ke dunia luar, orang tua juga
terlibat dengan anak terkecilnya, yaitu membantu mereka menjadi mandiri.
7) Tahap VII : Orang Tua Paruh Baya (middle age families)
Tahap ini merupakan tahap masa pertengahan bagi orang tua, dimulai ketika anak
terakhir meninggalkan rumah dan berakhir dengan pensiun atau kematian salah satu
pasangan. Tahap ini dimulai ketika orang tua berusia sekitar 45 tahun sampai 55 tahun dan
berakhir dengan persiunannya pasangan, biasanya 16 sampai 18 tahun kemudian.
Tugas keperawatan keluarga pada tahap ini adalah wanita memprogramkan kembali
energi mereka dan bersiap-siap untuk hidup dalam kesepian dan sebagai pendorong anak
mereka yang sedang berkembang untuk lebih mandiri serta menciptakan lingkungan yang

9
10
sehat.
8) Tahap VIII : Keluarga Lansia dan Pensiunan
Tahap terakhir perkembangan keluarga ini adalah dimulai pada saat pensiunan salah
satu atau kedua pasangan, berlanjut sampai kehilangan salah satu pasangan, dan berakhir
dengan kematian pasangan yang lain. Tugas perkembangan keluarga pada tahap terakhir
ini adalah mempertahankan penataan kehidupan yang memuaskan dan kembali kerumah
setelah individu pensiun/berhenti bekerja dapat menjadi problematik. Tugas keluarga
dalam bidang kesehatan
Ada 5 pokok tugas keluarga dalam bidang kesehatan menurut Friedman (1998) dalam
Dion & Betan (2013) adalah sebagai berikut :
1) Mengenal masalah kesehatan keluarga
Keluarga perlu mengenal keadaan kesehatan dan perubahan-perubahan yang dialami
anggota keluarga. Perubahan sekecil apapun yang dialami anggota keluarga secara tidak
langsung menjadi perhatian keluarga dan orang tua. Sejauh mana keluarga mengetahui dan
mengenal fakta-fakta dari masalah kesehatan yang meliputi pengertian, tanda dan gejala,
faktor penyebab yang mempengaruhinya, serta persepsi keluarga terhadap masalah.
2) Membuat keputusan tindakan yang tepat
Sebelum keluarga dapat membuat keputusan yang tepat mengenai masalah kesehatan
yang dialaminya, perawat harus dapat mengkaji keadaan keluarga tersebut agar dapat
menfasilitasi keluarga dalam
membuat keputusan.
3) Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit
Ketika memberikan perawatan kepada anggota keluarga yang sakit, keluarga harus
mengetahui hal-hal sebagai berikut :
a. Keadaan penyakitnya (sifat, penyebaran, komplikasi, prognosis danperawatannya).
b. Sifat dan perkembangan perawatan yang dibutuhkan.
c. Keberadaan fasilitas yang dibutuhkan untuk perawatan.
d. Sumber-sumber yang ada dalam keluarga (anggota keluarga yangbertanggung jawab,
sumber keuangan dan financial, fasilitas fisik,psikososial).
e. Sikap keluarga terhadap yang sakit.
Mempertahankan atau mengusahakan suasana rumah yang sehat
Ketika memodifikasi lingkungan atau menciptakan suasana rumah yang sehat,
keluarga harus mengetahui hal-hal sebagai berikut :
a. Sumber-sumber yang dimilki oleh keluarga.
b. Keuntungan atau manfaat pemeliharaan lingkungan.

10
11
c. Pentingnya hiegine sanitasi.
d. Upaya pencegahan penyakit.
e. Sikap atau pandangan keluarga terhadap hiegine sanitasi.
f. Kekompakan antar anggota kelompok.
Menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada di masyarakat Ketika merujuk
anggota keluarga ke fasilitas kesehatan, keluarga harus mengetahui hal-hal sebagai
berikut :
a. Keberadaan fasilitas keluarga.
b. Keuntungan-keuntungan yang diperoleh oleh fasilitas kesehatan.
c. Pengalaman yang kurang baik terhadap petugas kesehatan.
d. Fasilitas kesehatan yang ada terjangkau oleh keluarga.
2.1.7 Peran Perawat Keluarga
Ada tujuh peran perawat keluarga menurut Sudiharto (2012) adalah sebagai berikut :
1) Sebagai pendidik
Perawat bertanggung jawab memberikan pendidikan kesehatan pada keluarga, terutama
untuk memandirikan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang memiliki masalah
kesehatan.
2) Sebagai koordinator pelaksan pelayanan kesehatan
Perawat bertanggung jawab memberikan pelayanan keperawatan yang komprehensif.
Pelayanan keperawatan yang bersinambungan diberikan untuk menghindari kesenjangan
antara keluarga dan unit pelayanan kesehatan.
3) Sebagai pelaksana pelayanan perawatan
Pelayanan keperawatan dapat diberikan kepada keluarga melalui kontak pertama dengan
anggota keluarga yang sakit yang memiliki masalah kesehatan. Dengan demikian, anggota
keluarga yang sakit dapat menjadi “entry point” bagi perawatan untuk memberikan asuhan
keperawatan keluarga secara komprehensif.
4) Sebagai supervisor pelayanan keperawatan
Perawat melakukan supervisi ataupun pembinaan terhadap keluarga melalui kunjungan
rumah secara teratur, baik terhadap keluarga berisiko tinggi maupun yang
tidak.Kunjungan rumah tersebut dapat direncanakan terlebih dahulu atau secara mendadak,
sehingga perawat mengetahui apakah keluarga menerapkan asuhan yang diberikan oleh
perawat.
5) Sebagai pembela (advokat)
Perawat berperan sebagai advokat keluarga untuk melindungi hakhak keluarga
klien.Perawat diharapkan mampu mengetahui harapan serta memodifikasi system pada

11
12
perawatan yang diberikan untuk memenuhi hak dan kebutuhan keluarga.Pemahaman yang
baik oleh keluarga terhadap hak dan kewajiban mereka sebagai klien mempermudah tugas
perawat untuk memandirikan keluarga.
6) Sebagai fasilitator
Perawat dapat menjadi tempat bertanya individu, keluarga dan masyarakat untuk
memecahkan masalah kesehatan dan keperawatan yang mereka hadapi sehari-hari serta
dapat membantu jalan keluar dalam mengatasi masalah.
7) Sebagai peneliti
Perawat keluarga melatih keluarga untuk dapat memahai masalah-masalah kesehatan
yang dialami oleh angota keluarga. Masalah kesehatan yang muncul didalam keluarga
biasanya terjadi menurut siklus atau budaya yang dipraktikkan keluarga.
2.1.8 Prinsip perawatan kesehatan keluarga
Setiadi (2008) mengatakan ada beberapa prinsip penting yang perlu diperhatikan dalam
memberikan Asuhan Keperawatan keluarga yaitu :
a. Keluarga sebagai unit atau satu kesatuan dalam pelayanan kesehatan.
b. Dalam memberikan Asuhan Keperawatan Kesehatan keluarga sehat sebagai tujuan
utama.
c. Asuhan keperawatan yang diberikan sebagai sarana dalam mencapai peningkatan
kesehatan keluarga.
d. Dalam memberikan Asuhan Keperawatan keluarga, perawat melibatkan peran aktif
seluruh keluarga dalam merumuskan masalah dan ebutuhan keluarga dalam mengatasi
masalah kesehatannya.
e. Lebih mengutamakan kegiatan-kegiatan yang bersifat proinotif dan preventif dengan
tidak mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif.
f. Dalam memberikan Asuhan Keperawatan kesehatan keluarga, keluarga memanfaatkan
sumber daya keluarga semaksimal mungkin untuk kepentingan kesehatan keluarga.
g. Sasaran Asuhan Keperawatan kesehatan keluarga adalah keluarga secara keseluruhan.
h. Pendekatan yang dipergunakan dalam memberikan Asuhan Keperawatan kesehatan
keluarga adalah pendekatan pemecahan masalah dengan menggunakan proses
keperawatan.
i. Kegiatan utama dalam memberikan Asuhan Keperawatan kesehatan keluarga adalah
penyuluhan kesehatan dan Asuhan Keperawatan kesehatan dasar atau perawatan
dirumah. Diutamakan terhadap keluarga yang termasuk resiko tinggi.
Keluarga-keluarga yang tergolong resiko tinggi dalam bidang kesehatan antara lain adalah
:

12
13
1) Keluarga dengan anggota keluarga dalam masa usia subur dengan masalah :
a. Tingkat sosial ekonomi yang rendah.
b. Keluarga kurang tahu atau tidak mampu mengatasi masalah kesehatan sendiri.
c. Keluarga dengan keturunan yang kurang baik atau keluarga dengan penyakit
keturunan.
2) Keluarga dengan Ibu dengan resiko tinggi kebidanan yaitu :
a. Umur Ibu (16 tahun/lebih dari 35 tahun).
b. Menderita kekurangan gizi (anemia).
c. Menderita hipertensi.
d. Primipara dan Multipara.
e. Riwayat persalinan atau komplikasi
3) Keluarga dalam anak menjadi resiko tinggi karena :
a. Lahir prematur (BBLR).
b. Berat badan sukar naik.
c. Lahir dengan cacat bawaan.
d. ASI Ibu kurang sehingga tidak mencukupi kebutuhan bayi.
e. bu menderita penyakit menular yang dapat mengancam bayi dan anaknya.
4) Keluarga mempunyai masalah hubungan antara anggota keluarga
a. Anak yang tidak pernah dikehendaki pernah mencoba untuk digugurkan.
b. Tidak ada kesesuaian pendapat antara anggota keluarga dan sering timbul cekcok dan
ketegangan.
c. Ada anggota keluarga yang sering sakit
d. Salah satu anggota (suami atau istri) meninggal, cerai, lari meninggalkan rumah.
2.2 Konsep Rheumatoid Atrithis (RA)
2.2.1 Pengertian
Rheumatoid Artritis merupakan penyakit autoimun yang ditandai oleh inflamasi
sistemik kronik dan progresif pada sendi sebagai target utamanya. Manifestasi klinik
klasik reumatoid artritis adalah poliartritis simetrik yang terutama mengenai sendi-sendi
kecil pada tangan dan kaki. Selain lapisan synovial sendi, reumatoid artritis juga bisa
mengenai organ-organ di luar persendian seperti kulit, jantung, paru-paru dan mata
(Triana wildan, 2015). Penyakit Rheumatoid Artritis merupakan salah satu penyakit
autoimun berupa inflamasi arthritis pada pasien dewasa (Singh et al., 2015) dalam
(Pharmascience et al., 2016).
Rheumatoid Artritis merupakan penyakit kronis, sistemik, secara khas
berkembang perlahan-lahan dan ditandai oleh adanya radang yang sering kambuh pada

13
14
persendian (Widayati & Hayati, 2017). Penyakit ini terutama mengenai otot- otot skelet,
tulang, ligamentum, tendon dan persendian pada pria maupun wanita dengan segala usia
(Tedampa dkk., 2016) dalam (Hartina sri, 2017).
Jadi dapat disimpulkan bahwa Rheumatoid Arthritis merupakan peradangan
sendi yang dapat menyebabkan nyeri, dan apabila tidak ditangani dapat memperburuk
keadaan yaitu, berkurangnya rentang gerak tubuh.

2.2.2 Anatomi Fisiologi Sendi


Sendi merupakan pertemuan dua tulang, tetapi tidak semua pertemuan tersebut
memungkinkan terjadinya pergerakan. Ada tiga jenis sendi pada manusia dan gerakan yang
dimungkinkan yaitu, sendi fibrosa, kartilaginosa dan sinovial (Riyanto, 2017).

Gambar 2.1 Anatomi Persendian


a. Sendi fibrosa atau sendi mati
Terjadi bila batas dua buah tulang bertemu membentuk cekungan yang akurat dan
hanya dipisahkan oleh lapisan tipis jaringan fibrosa. Sendi seperti ini terdapat di antara
tulang-tulang kranium.
b. Sendi kartilaginosa atau sendi yang bergerak sedikit (sendi tulang rawan)
Sendi tulang rawan terjadi bila dua permukaan tulang dilapisi tulang rawan
14
15
hialin dan dihubungkan oleh sebuah bantalan fibrokartilago dan ligamen yang
tidak membentuk sebuah kapsul sempurna disekeliling sendi tersebut. Sendi tersebut
terletak diantara badan-badan vertebra dan antara manubrium dan badan sternum.

Gambar 2.2 Anatomi Sendi Sinovial

15
16

c. Sendi sinovial atau sendi yang bergerak bebas


Terdiri dari dua atau lebih tulang yang ujung-ujungnya dilapisi tulang rawan
hialin sendi. Terdapat rongga sendi yang mengandung cairan sinovial, yang memberi
nutrisi pada tulang rawan sendi yang tidak mengandung pembuluh darah dan
keseluruhan sendi tersebut dikelilingi kapsul fibrosa yang dilapisi membran sinovial.
Membran sinovial ini melapisi seluruh interior sendi, kecuali ujung-ujung tulang,
meniskus, dan diskus. Tulang-tulang sendi sinovial juga dihubungkan oleh sejumlah
ligamen dan sejumlah gerakan selalu bisa dihasilkan pada sendi sinovial meskipun
terbatas, misalnya gerak luncur (gliding) antara sendi-sendi metakarpal.

2.2.3 Etiologi
Etiologi Rheumatoid Arthritis belum diketahui dengan pasti. Namun, kejadiannya
dikorelasikan dengan interaksi yang kompleks antara faktor genetik dan lingkungan
(Suarjana, 2009) dalam (Braja, 2016).
1. Genetik, berupa hubungan dengan gen HLA-DRB1 dan faktor ini memiliki angka
kepekaan dan ekspresi penyakit sebesar 60%.
2. Lingkungan, untuk beberapa dekade, sejumlah agen infeksi seperti organisme
Mycoplasma, Epstein-Barr dan virus rubella menjadi predisposisi peningkatan
rheumatoid arthritis.
3. Faktor Infeksi, beberapa agen infeksi diduga bisa menginfeksi sel induk semang
(host) dan merubah reaktivitas atau respon sel T sehingga muncul timbulnya
penyakit RA.
4. Heat Shock Protein (HSP), merupakan protein yang diproduksi sebagai respon
terhadap stres. Protein ini mengandung untaian (sequence) asam amino homolog.
Diduga terjadi fenomena kemiripan molekul dimana antibodi dan sel T mengenali
epitop HSP pada agen infeksi dan sel Host. Sehingga bisa menyebabkan terjadinya
reaksi silang Limfosit dengan sel Host sehingga mencetuskan reaksi imunologis.

16
17

2.2.4 Stadium
Ditinjau dari stadium penyakitnya, ada tiga stadium pada Rheumatoid Arthritis yaitu
(Nasution, 2011) dalam (Braja, 2016) :
1. Stadium sinovitis
Artritis yang terjadi pada RA disebabkan oleh sinovitis, yaitu inflamasi pada membran
sinovial yang membungkus sendi. Sendi yang terlibat umumnya simetris, meski pada awal bisa
jadi tidak simetris. Sinovitis ini menyebabkan erosi permukaan sendi sehingga terjadi
deformitas dan kehilangan fungsi (Nasution, 2011). Sendi pergelangan tangan hampir selalu
terlibat, termasuk sendi interfalang proksimal dan metakarpofalangeal.
2. Stadium destruksi
Ditandai adanya kontraksi tendon saat terjadi kerusakan pada jaringan sinovial
(Nasution, 2011).
3. Stadium deformitas
Pada stadium ini terjadi perubahan secara progresif dan berulang kali, deformitas dan
gangguan fungsi yang terjadi secara menetap (Nasution, 2011).
2.2.5 Manifestasi Klinis
Ada beberapa gejala klinis yang ditemukan pada penderita Rheumatoid Arthritis. Gejala
klinis ini tidak harus timbul sekaligus pada saat yang bersamaan oleh karena itu penyakit ini
memiliki gejala klinis yang sangat bervariasi (Saifudin, 2018). Gejala-gejala konstutional,
misalnya lelah, anoreksia, berat badan menurun dan demam.
Poliartritis simetris terutama pada sendi perifer, termasuk sendi-sendi di tangan, namun
biasanya melibatkan sendi-sendi interfalangs distal. Hampir semua sendi diartrodial dapat
terserang. Pentingnya membedakan nyeri yang disebabkan perubahan mekanis dengan nyeri
yang disebabkan inflamasi. Nyeri yang timbul setelah aktivitas dan hilang setelah istirahat
serta tidak timbul pada pagi hari merupakan tanda nyeri mekanis. Sedangkan nyeri inflamasi
akan bertambah berat pada pagi hari saat bangun tidur dan disertai kaku sendi atau nyeri yang
hebat pada awal gerak dan berkurang setelah melakukan aktivitas. Kekakuan sendi di pagi hari
lebih dari 1 jam, dapat bersifat generalisata tetapi terutama menyerang sendi-sendi, kekakuan
ini berbeda dengan kekakuan sendi pada osteoartritis, yang biasanya hanya berlangsung selama

17
18

beberapa menit dan selalu kurang dari 1 jam.


Arthritis erosif merupakan ciri khas penyakit ini pada gambaran radiologik. Peradangan
sendi yang kronik mengakibatkan erosi ditepi tulang. Deformitas , kerusakan dari struktur-
struktur penunjang sendi dengan perjalanan penyakit. Pergeseran ulnar atau deviasi jari,
sublukasi sendi metakarpofalangeal, leher angsa adalah beberapa deformitas tangan yang
sering dijumpai pada penderita. Pada kaki terdapat protusi (tonjolan) kaput metatarsal yang
timbul sekunder dari sublukasi metatarsal. Sendi-sendi yang besar juga dapat terangsang dan
mengalami pengurangan kemampuan bergerak terutama dalam melakukan gerak ekstensi.
2.2.6 Komplikasi
Rheumatoid Arthritis sendiri tidak fatal, tetapi komplikasi penyakit dapat mempersingkat
hidup beberapa individu. Secara umum, rheumatoid arthritis progresif dan tidak bisa
disembuhkan. Dalam beberapa waktu penyakit ini secara bertahap menjadi kurang agresif.
Namun, jika tulang dan ligamen mengalami kehancuran dan perubahan bentuk apapun dapat
menimbulkan efek yang permanen.
Deformitas dan rasa nyeri pada kegiatan sehari-hari akan menjadi sangat sulit atau tidak
mungkin dilakukan. Menurut satu survey, 70% dari pasien dengan penyakit Rheumatoid
Arthritis menyatakan bahwa rheumatoid arthritis menghambat produktivitas. Pada tahun 2000,
sebuah penelitian diinggris menemukan bahwa sekitar sepertiga dari individu berhenti bekerja
dalam waktu lima tahun setelah timbulnya penyakit. Rheumatoid Arthritis adalah penyakit
sistemis yang dapat mempengaruhi bagian lain dari tubuh selain sendi, seperti berikut ini:
1. Neuropati perifer memengaruhi saraf yang paling sering terjadi ditangan dan kaki. Hal ini
dapat mengakibatkan kesemutan, mati rasa, atau rasa terbakar.
2. Infeksi. Pasien dengan rheumatoid arthritis memiliki resiko lebih tinggi untuk infeksi.
Obat-obat imunosupresif perlu dipertimbangkan.
3. Masalah GI. Walaupun pasien dengan Rheumatoid Artritis mungkin mengalami gangguan
usus atau perut atau bahkan kanker lambung dan kolorektal.
4. Osteoporosis. Osteoporosis adalah lebih umum terjadi pada wanita post menopause dengan
rheumatoid arthritis, terutama pada area pinggul. Risiko osteoporosis juga tampaknya lebih
tinggi pada laki-laki riwayat Rheumatoid Arthritis yang berusia lebih dari 60 tahun.
5. Penyakit jantung Rheumatoid Arthritis dapat mempengaruhi pembuluh darah dan
independen meningkatkan risiko penyakit jantung koroner iskemik.
6. Sindrom aktivasi makrofag. Ini adalah komplikasi yang mengancam nyawa rheumatoid
arthritis dan membutuhkan pengobatan dengan steroid dosis tinggi dan siklosporin A.
pasien dengan rheumatoid arthritis harus menyadari gejala, seperti demam terus menerus,

18
19

kelemahan, mengantuk, dan kelesuan (Noor Z. , Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal,


2016) dalam (Qadafi, 2018).

2.2.7 Patofisiologi
Kerusakan sendi yang dialami oleh penderita Rheumatoid Arthritis dimulai dari adanya
faktor pencetus, yaitu berupa autoimun atau infeksi, dilanjutkan dengan adanya poliferasi
makrofag dan fibroblas sinovial. Limfosit menginfiltrasi daerah perivaskular dan terjadi
proliverasi sel-sel endotel, yang mengakibatkan terjadinya neovaskularisasi. Pembuluh darah
pada sendi yang terlibat mengalami oklusi oleh bekuan-bekuan kecil atau sel-sel
inflamasi.Inflamasi didukung oleh sitokin yang penting dalam inisiasi yaitu tumor necrosis
factor (TNF), interleukin-1 dan interleukin-6, selanjutnya akan mengakibatkan terjadinya
pertumbuhan iregular pada jaringan sinovial yang mengalami inflamasi. Substansi vasoaktif
(histamin, kinin, prostaglandin) dilepaskan pada daerah inflamasi, meningkatkan aliran darah
dan permeabilitas pembuluh darah. Hal ini menyebabkan edema, rasa hangat, erythema dan
rasa sakit, serta membuat granulosis lebih mudah keluar dari pembuluh darah menuju daerah
inflamasi. Inflamasi kronik pada jaringan lapisan sinovial menghasilkan poliferasi jaringan
sehingga membentuk jaringan pannus. Pannus menginvasi dan merusak rawan sendi dan
tulang. Berbagai macam sitokin, interleukin, proteinase dan faktor petumbuhan dilepaskan,
sehingga mengakibatkan destruksi sendi dan komplikasi sistemik (Suarjana, 2009) dalam
(Nursalam, 2016, 2016).
2.2.8 Penatalakasanaan
Masalah utama pada penderita Rheumatoid Arthritis biasanya akan mengeluhkan nyeri.
Penatalaksaannya bisa menggunakan metode farmakologi dan non farmakologi.
1. Farmakologi (Manik, 2018)
a) NSAID (Nonsteroidal Anti-Inflammatory Drug)
Diberikan sejak awal untuk menangani nyeri sendi akibat inflamasi. NSAID yang dapat
diberikan atara lain: aspirin, ibuprofen, naproksen, piroksikam, dikofenak, dan sebagainya.
Namun NSAID tidak melindungi kerusakan tulang rawan sendi dan tulang dari proses
destruksi.
b) DMARD (Disease-Modifying Antirheumatic Drug)
Digunakan untuk melindungi sendi (tulang dan kartilago) dari proses destruksi oleh
Rheumatoid Arthritis. Contoh obat DMARD yaitu: hidroksiklorokuin, metotreksat,
sulfasalazine, garam emas, penisilamin, dan asatioprin. DMARD dapat diberikan tunggal
maupun kombinasi.

19
20

c) Kortikosteroid
Diberikan kortikosteroid dosis rendah setara prednison 5-7,5mg/hari sebagai bridge
terapi untuk mengurangi keluhan pasien sambil menunggu efek DMARDs yang baru muncul
setelah 4-16 minggu.
2. Non Farmakologi
Menurut (Ropei et al., 2018) teknik non farmakologi dapat dilakukan dengan teknik
relaksasi, didalam teknik relakasasi terdapat berbagai teknik antaranya ada teknik relaksasi
napas dalam, relaksasi otot progresif, dan relaksasi benson, lalu ada stimulasi kutaneus yaitu
terapi kompres hangat.

2.2.9 Pemeriksaan Penunjang


1. Pemeriksaan darah untuk mendeteksi:
a) Anemia, defisiensi sel darah merah.
b) Faktor rheumatoid arthritis, yaitu antibodi yang sering ditemukan dalam darah individu
yang mengalami rheumatoid arthritis.
c) Elevasi laju endap darah (LED), yaitu indikator proses inflamasi dalam tubuh dan juga
keparahan penyakit.
2. C-reactive protein (CRP) merupakan pemeriksaan tambahan yang digunakan untuk
mengkaji inflamasi dalam tubuh. Pada beberapa kasus, LED tidak akan mengalami
elevasi, tetapi CRP akan naik atau sebaliknya.
3. Sinar-X digunakan untuk mendeteksi kerusakan sendi dan melihat apakah penyakit
berkembang (Hurst, 2015) dalam (Qadafi, 2018).
2.3 Konsep Keperawatan
2.3.1 Pengkajian Keperawatan
Format pengkajian keluarga model Friedman (2010) yang diaplikasikan ke kasus dengan
masalah utama hipertensi meliputi :
a. Data umum
Menurut Friedman (2010), data umum yang perlu dikaji adalah :
1. Nama
Nama kepala keluarga dan anggota keluarga, alamat,jenis kelamin,umur, pekerjaan
dan pendidikan.
2. Tipe keluarga
Menjelaskan mengenai jenis/tipe keluarga beserta kendala atau masalah-masalah yang
terjadi dengan jenis/tipe keluarga

20
21

3. Status sosial ekonomi Keluarga


Status sosial ekonomi keluarga ditentukan oleh pendapatan baik dari kepala keluarga maupun
anggota keluarga lainnya. Selain itu sosial ekonomi keluarga ditentukan pula oleh kebutuhan-
kebutuhan yang dikeluarkan oleh keluarga serta barang-barang yang dimiliki oleh keluarga.
b. Riwayat Keluarga dan Tahap Perkembangan Keluarga
Tahap Perkembangan Keluarga Saat Ini
1) Tahap perkembangan keluarga ditentukan oleh anak tertua dari keluarga ini.
2) Tahap Perkembangan Keluarga yang Belum Terpenuhi
Menjelaskan perkembangan keluarga yang belum terpenuhi, menjelaskan mengenai tugas
perkembangan keluaruarga yang belum terpenuhi oleh keluarga serta kendala-kendala mengapa
tugas perkembangan tersebut belum terpenuhi.
3) Riwayat keluarga inti
Menjelaskan mengenai riwayat keluarga inti meliputi riwayat penyakit keturunan, riwayat
kesehatan masing-masing anggota keluarga, perhatian keluarga terhadap pencegaha penyakit
termasuk status imunisasi, sumber pelayanan kesehatan yang biasa digunakan keluarga dan
pengalaman terhadapa pelayanan kesehatan.
4) Riwayat keluarga sebelumnya
Menjelaskan mengenai riwayat kesehatan keluarga dari pihak suami dan istri.
5) Pengkajian lingkungan
Karakteristik rumah diidentifikasi dengan melihat tipe rumah,jumlah ruangan, jenis ruang,
jumlah jendela, jarak septic tankdengan sumber air, sumber air minum yang digunakan, tanda
catyang sudah mengelupas, serta dilengkapi dengan denah rumah (Friedman, 2010).
c. Fungsi keluarga
1. Fungsi afektif
Hal yang perlu dikaji seberapa jauh keluarga saling asuh dan saling mendukung, hubungan
baik dengan orang lain, menunjukkan rasa empati, perhatian terhadap perasaan (Friedman, 2010).
2. Fungsi sosialisasi
Dikaji bagaimana interaksi atau hubungan dalam keluarga, sejauh mana anggota keluarga
belajar disiplin, penghargaan, hukuman, serta memberi dan menerima cinta (Friedman, 2010).
3. Fungsi keperawatan
a) Keyakinan, nilai, dan prilaku kesehatan : menjelaskan nilai yang dianut keluarga, pencegahan,
promosi kesehatan yang dilakukan dan tujuan kesehatan keluarga (Friedman, 2010).
b) Status kesehatan keluarga dan keretanan terhadap sakit yang dirasa: keluarga mengkaji status
kesehatan, masalah kesehatan yang membuat kelurga rentan terkena sakit dan jumlah kontrol

21
22

kesehatan (Friedman, 2010).


c) Praktik diet keluarga : keluarga mengetahui sumber makanan yang dikonsumsi, cara
menyiapkan makanan, banyak makanan yang dikonsumsi perhari dan kebiasaan
mengkonsumsi makanan kudapan (Friedman, 2010).
d) Peran keluarga dalam praktik keperawatan diri : tindakan yang dilakukan dalam memperbaiki
status kesehatan, pencegahanpenyakit, perawatan keluarga dirumah dan keyakinan keluarga
dalam perawatan dirumah (Friedman, 2010).
e) Tindakan pencegahan secara medis : status imunisasi anak, kebersihan gigi setelah makan,
dan pola keluarga dalam mengkonsumsi makanan (Friedman, 2010).
4. Fungsi reproduksi
Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi reproduksi keluarga adalah : berapa jumlah anak, apa
rencana keluarga berkaitan dengan jumlah anggota keluarga, metode yang digunakan keluarga
dalam upaya mengendalikan jumlah anggota keluarga (Padila, 2012).
5. Fungsi ekonomi
Data ini menjelaskan mengenai kemampuan keluarga dalam memenuhi sandang, pangan,
papan, menabung, kemampuan peningkatan status kesehatan.
d. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota keluarga, metode yang digunakan sama
dengan pemeriksaan fisik klinik head to toe.
2.3.2 Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri akut berhubungan dengan kesemutan dan rasa ngilu pada persendian

2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan deformitas skeletal, nyeri, penurunan


kekuatan otot.
3. Gangguan Citra Tubuh / Perubahan Penampilan Peran berhubungan dengan perubahan
kemampuan untuk melaksanakan tugas-tugas umum, peningkatan penggunaan energi,
ketidakseimbangan mobilitas.
4. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kerusakan musculoskeletal, penurunan
kekuatan, daya tahan, nyeri pada waktu bergerak, depresi
5. Kurang pengetahuan tentang rematik b.d kurangnya informasi

6. Resiko cedera berhubungan dengan kelemahan otot

22
23

2.3.3 Rencana Tindakan Keperawatan

Tabel 2.3 Intervensi


Kpereawatan

No Diagnosa keperawatan NOC NIC


1. Nyeri akut b.d kesemutan Setelah di lakukan intevensi 1. Manajemen keluhan nyeri, catat lokasi dan intensitas
dan rasa ngilu pada keperawatan selama 3x24 jam nyeri (skala 0-10)
persendian hilang dengan kriteria hasil: 2. Berikan matras/ kasur keras, bantal kecil,. Tinggikan
1. Nyeri yang berkurang linen tempat tidur sesuai kebutuhan.
2. Nyeri jarang terjadi 3. Tempatkan/ pantau penggunaan bantl, karung pasir,
3. Ekpresi wajah tampak rileks gulungan trokhanter, bebat, brace.
4. Skala nyeri berkurang 4. Dorong untuk sering mengubah posisi,. Bantu untuk
5. Kesemutan pada ekstremitas bergerak di tempat tidur, sokong sendi yang sakit di
berkurang atas dan bawah, hindari gerakan yang menyentak
5. Libatkan dalam aktivitas hiburan yang sesuai untuk
. situasi individu.
6. Anjurkan klien untuk mandi air hangat, kompres
sendi- sendi yang sakit dengan kompres hangat
7. berikan masase yang lembut
8. ajarkan teknik relaksasi dan distraks
9. Beri obat sebelum aktivitas/ latihan yang direncanakan
sesuai petunjuk.
10. Kolaborasi: Berikan obat-obatan sesuai petunjuk
(mis:asetil salisilat) .

23
24
2. Hambatan mobilitas fisik Setelah di lakukan intevensi 1. Evaluasi/ lanjutkan pemantauan tingkat inflamasi/ rasa
berhubungan dengan keperawatan selama 3x24 jam sakit pada sendi.

24
25

deformitas skeletal, diharapkan bisa bergerak dengan 2. Pertahankan istirahat tirah baring/ duduk jika
nyeri, penurunan bebas denga kriteria hasil: diperlukan jadwal aktivitas untuk memberikan periode
kekuatan otot. 1. Klien bisa melakukan aktivitas istirahat yang terus menerus dan tidur malam hari
dengan mudah yang tidak terganggu.
2. Klien bisa melakukan 3. Bantu dengan rentang gerak aktif/pasif, demikiqan
pergerakan sendi dan otot. juga latihan resistif dan isometris jika memungkinkan.
3. Klien memiliki keseimbangan 4. Ubah posisi dengan sering dengan jumlah personel
tubuh saat berjalan cukup. Demonstrasikan/ bantu tehnik pemindahan dan
4. Posisi tubuh klien normal penggunaan bantuan mobilitas, mis, trapeze
5. Klien mampu berjalan tanpa 5. Posisikan dengan bantal, kantung pasir, gulungan
bantuan orang lain. trokanter, bebat, brace.
6. Gunakan bantal kecil/tipis di bawah leher.
7. Dorong pasien mempertahankan postur tegak dan
duduk tinggi, berdiri, dan berjalan.
8. Berikan lingkungan yang aman, misalnya menaikkan
kursi, menggunakan pegangan tangga pada toilet,
penggunaan kursi rodai.
9. Kolaborasi: konsul dengan fisoterapi.
10. Kolaborasi: Berikan matras busa/ pengubah tekanan.
11. Kolaborasi: berikan obat-obatan sesuai indikasi
(steroid).
3. Gangguan Citra Tubuh / Setelah di lakukan intevensi 1. Dorong pengungkapan mengenai masalah tentang
25
26
Perubahan Penampilan keperawatan selama 3x24 jam proses penyakit, harapan masa depan.
Peran berhubungan diharapkan tidak terjadi gangguan 2. Diskusikan arti dari kehilangan/ perubahan pada
dengan perubahan citra tubuh dengan kriteria hasil: pasien/orang terdekat. Memastikan bagaimana
kemampuan untuk 1. Klien merasa percaya diri pandangaqn pribadi pasien dalam memfungsikan gaya
melaksanakan tugas- terhadap diri sendiri hidup sehari-hari, termasuk aspek-aspek seksual.
tugas umum, peningkatan 2. Klien berfikir positif terhadap 3. Diskusikan persepsi pasienmengenai bagaimana orang

26
27

penggunaan energi, dirinya. terdekat menerima keterbatasan.


ketidakseimbangan 3. Koping klien adaptif 4. Akui dan terima perasaan berduka, bermusuhan,
mobilitas ketergantungan.
5. Perhatikan perilaku menarik diri, penggunaan
menyangkal atau terlalu memperhatikan perubahan.
6. Susun batasan pada perilaku mal adaptif. Bantu pasien
untuk mengidentifikasi perilaku positif yang dapat
membantu koping.
7. Ikut sertakan pasien dalam merencanakan perawatan
dan membuat jadwal aktivitas.
8. Bantu dalam kebutuhan perawatan yang diperlukan.
9. Berikan bantuan positif bila perlu.
10. Kolaborasi: Rujuk pada konseling psikiatri, mis:
perawat spesialis psikiatri, psikolog.
11. Kolaborasi: Berikan obat-obatan sesuai petunjuk, mis;
anti ansietas dan obat-obatan peningkat alam perasaan.
4. Defisit perawatan diri Setelah di lakukan intevensi 1. Diskusikan tingkat fungsi umum (0-4) sebelum timbul
berhubungan dengan keperawatan selama 3x24 jam awitan/ eksaserbasi penyakit dan potensial perubahan
kerusakan diharapkan klien terlihat bersih dan yang sekarang diantisipasi.
musculoskeletal, rapi dengan kriteria hasil: 2. Pertahankan mobilitas, kontrol terhadap nyeri dan
penurunan kekuatan, 1. Melaksanakan aktivitas program latihan.
daya tahan, nyeri pada perawatan diri pada tingkat 3. Kaji hambatan terhadap partisipasi dalam perawatan
27
28
waktu bergerak, depresi yang konsisten dengan diri. Identifikasi /rencana untuk modifikasi lingkungan.
kemampuan individual. 4. Kolaborasi: Konsul dengan ahli terapi okupasi.
2. Mendemonstrasikan perubahan 5. Kolaborasi: Atur evaluasi kesehatan di rumah sebelum
teknik/ gaya hidup untuk pemulangan dengan evaluasi setelahnya.
memenuhi kebutuhan 6. Kolaborasi : atur konsul dengan lembaga lainnya, mis:
perawatan diri. pelayanan perawatan rumah, ahli nutrisi.
3. Mengidentifikasi sumber-
sumber pribadi/ komunitas yang
dapat memenuhi kebutuhan
perawatan diri.
5. Kurang pengetahuan Setelah dilakukan asuhan
2.3.3.1.1 Berikan edukasi kesehatan mengenai penyakit yang
tentang rematik b.d keperawatan selama 1x pertemuan diderita klien
kurangnya informasi masalah teratasi. Dengan kriteria 3 Kaji tingkat pengetahuan klien
hasil: 4 Evaluasi tingkat pengetahuan klien
1. Klien mengetahui tentang 5 Mudahkan dalam menentukan intervensi selajutnya
mengenai penyakitnya 6 Gali kemampuan klien tentang rematik
2. Klien mampu menjelaskan
penyakit yang dideritanya

6. Resiko cedera Setelah di lakukan intevensi 6.3.2.1.1 Berikan obat anti rematik.
berhubungan dengan keperawatan selama 3x24 jam 6.3.2.1.2 Anjurkan klien berhati-hati saat berdiri
kelemahan otot diharapkan tidak terjadi cidera dan berjalan .
dengan kriteria hasil: 6.3.2.1.3 Anjurkan klien duduk apabilanyeri
28
29
1. Klien tidak ada cidera tangan saat berdiri atau berjalan.
maupun kaki 6.3.2.1.4 Anjurkan klien menggunakan tongkat
2. Tidak ada kelemahan pada atau alat bantu jalan.
otot 6.3.2.1.5 Jelaskan kepada keluarga
klien tentang teknik menolong
klien saat timbul nyeri rematik.
Sumber : NANDA NIC-NOC, 2013

29
30
2.3.4 Evaluasi
Sesuai dengan rencana tindakan yang telah diberikan, penilaian dan evaluasi
diperlukan untuk melihat keberhasilan. Bila tidak atau belum berhasil, perlu disusun
rencana baru yang sesuai. Semua tindakan keperawatan mungkin tidak dapat
dilaksanakan dalam satu kali kunjungan keluarga, untuk itu dapat dilaksanakan
secara bertahap sesuai dengan waktu dan kesediaan klien/ keluarga. Tahapan evaluasi
dapat dilakuakn selama proses asuhan keperawatan atau pada akhir pemberian
asuhan. Perawat bertanggung jawab untuk mengevaluasi status dan kemajuan klien
dan keluarga terhadap pencapaian hasil dari tujuan keperawatan yang telah ditetapkan
sebelumnya. Kegiatan evaluasi meliputi mengkaji kemajuan status kesehatan individu
dalam konteks keluarga, membandingkan respon individu dan keluarga dengan kriteria
hasil dan menyimpulkan hasil kemajuan maslah serta kemajuan pencapaian tujuan
keperawatan (Riyanto, 2017).

2.4 Evidance Based Nursing (EBN)


2.4.1 Konsep Kompres Hangat
1. Pengertian Kompres Hangat
Kompres adalah metode pemeliharaan suhu tubuh dengan menggunakan cairan
atau alat yang dapat menimbulkan rasa hangat atau dingin pada bagian tubuh yang
memerlukan. Pada umumnya panas cukup berguna untuk pengobatan. Respon fisiologis
yang terjadi akibat panas adalah vasodilatasi, viskositas darah menurun, ketegangan otot
menurun, metabolisme jaringan meningkat, serta meningkatnya permeabilitas kapiler
(Anisa, 2017).
Menurut jurnal (Ropei et al., 2018) terdapat penurunan tingkat nyeri Rheumatoid
Arthritis setelah dilakukan kompres hangat. Dengan estimasi interval disimpulkan
bahwa 95% diyakini bahwa rata-rata nyeri sebelum dilakukan kompres hangat pada
lanjut usia di RPSTW Karawang tahun 2017 adalah diantara 5,09 – 6,73. Setelah
dilakukan kompres hangat diperoleh rata-rata 2,00, dengan standar deviasi 1,471.
Sedangkan menurut jurnal (Damanik et al., 2019) terdapat pengaruh pemberian kompres
hangat terhadap penurunan tingkat nyeri pada pasien penyakit Rhematoid Arthritis.
2. Manfaat Kompres Hangat
Meningkatkan pergerakan dan pengiriman nutrisi dan pembuangan zat sisa,
mengurangi kongesti vena didalam jaringan, meningkatkan pengiriman leukosit dan
antibiotik kedaerah luka, meningkatkan relaksasi otot dan mengurangi nyeri akibat spasme
atau kekakuan, meningkatkan aliran darah, memberi rasa hangat lokal (Anisa, 2017).

30
31

3. Teknik Pelaksanaan Kompres Hangat


Teknik Pelaksanaan Kompres Hangat sebagai berikut :
a. Beritahu klien dan dekatkan alat
b. Cuci tangan
c. Atur posisi klien
d. Basahi waslap dengan air hangat yang sudah diukur menggunakan thermometer
air dengan suhu 40°C-45°C, peras lalu letakkan pada bagian yang nyeri
e. Apabila kain terasa kering atau suhu kain menjadi rendah, masukkan kembali
waslap pada air hangat
f. Lakukan selama 15 menit, dilakukan pagi hari selama 6 hari berturut-turut.
g. Setelah selesai kemudian dikeringkan bagian yang basah dengan handuk kering
Menurut (Damanik et al., 2019) dan (Devi, 2019)

31
32

Pathway

Imunologi Genetik Lingkungan infeksi


Sinovitis HLA-DRB1 Organisme Sel induk
mycoplasma, semang
Hyperemia virus rubella
dan
pembengkak
an
Reaksi Rheumato
Nyeri peradangan/infla id arthritis
kronis masi
psikologis
Informasi
tentang Kerusakan Ketidakstabil prognosis
penyakit kartilago an sendi penyakit
kurang Tindakan menyebabka
pembedahan Ketidakmampuan n atrofi otot
Defisiensi osteotomy/antrop menggerakkan Ansietas
pengetahua asti sendi Risiko
n tinggi
Risiko tinggi Hambatan trauma
infeksi mobilitas fisik

Gambar 2.3 Pathway Rheumatoid Arthritis (Muttaqin, 2011 Qadafi, 2018)


(Riyanto, 2017)

32
33

33

Anda mungkin juga menyukai