TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Keluarga
2.1.1 Pengertian Keluarga
Keluarga adalah perkumpulan dua atau lebih individu yang diikat oleh
hubungan darah, perkawinan atau adopsi, dan tiap-tiap anggota keluarga selalu
berinteraksi satu sama lain (Mubarak dkk, 2011 ). BKKBN (1999) dalam Sudiharto
(2012) menyatakan bahwa keluarga adalah dua orang atau lebih yang dibentuk
berdasarkan ikatan perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup
spiritual dan materil yang layak, bertakwa kepada tuhan, memiliki hubungan yang
selaras dan seimbang antara anggota keluarga dan masyarakat serta lingkungannya.
Sedangkan menurut Wall, (1986) dalam Friedman (2010) menyatakan bahwa
keluarga adalah sebuah kelompok yang mengidentifikasi diri dan terdiri atas dua
individu atau lebih yang memiliki hubungan khusus, yang dapat terkait dengan
hubungan darah atau hukum atau dapat juga tidak, namun berfungsi sebagai
sedemikian rupa sehingga mereka menganggap dirinya sebagai keluarga.
2.1.2 Ciri-Ciri Keluarga
Setiadi (2008) memaparkan ciri-ciri keluarga yaitu :
1) Keluarga merupakan hubungan perkawinan
2) Keluarga bentuk suatu kelembagaan yang berkaitan dengan hubungan
perkawinan yang senganja dibentuk atau dipelihara.
3) Keluarga mempunyai suatu system tata nama (Nomen Clatur) termasuk
perhitungan garis keturunan.
4) Keluarga mempunyai fumgsi ekonomi yang dibentuk oleh anggota- anggotanya
berkaitan dengan kemampuan untuk mempunyai keturunan dan membesarkan
anak.
5) Keluarga merupakan tempat tingggal bersama, ruamh atau rumah tangga.
2.1.3 Tipe Keluarga
Mubarak (2011) membagi tipe keluarga menjadi :
1) Secara Tradisional
Secara tradisional keluarga dikelompokkan menjadi 2 yaitu :
a. Keluarga Inti (Nuclear Family) adalah keluarga yang hanya terdiri ayah, ibu dan
anak yang diperoleh dari keturunannya atau adopsi atau keduanya.
b. Keluarga Besar (Extended Family) adalah keluarga inti ditambah anggota
keluarga lain yang masih mempunyai hubungan darah ( kakek- nenek, paman-
bibi).
2) Secara Modern
Berkembangnya peran individu dan meningkatnya rasa individualisme maka
pengelompokkan tipe keluarga selain di atas adalah :
a. Tradisional Nuclear
Keluarga inti (ayah, ibu dan anak) tinggal dalam satu rumah ditetapkan oleh
sanksi-sanksi legal dalam suatu ikatan perkawinan, satu atau keduanya dapat bekerja
di luar rumah.
b. Reconstituted Nuclear
Pembentukan baru dari keluarga inti melalui perkawinan kembali suami/istri,
tinggal dalam pembentukan satu rumah dengan anak- anaknya, baik itu bawaan dari
perkawinan lama maupun hasil dari perkawinan baru, satu/keduanya dapat bekerja
di luar rumah.
c. Niddle Age/Aging Couple
Suami sebagai pencari uang, istri di rumah/kedua-duanya bekerja di rumah,
anak-anak sudah meninggalkan rumah karena sekolah/perkawinan/ meniti karier.
d. Dyadic Nuclear
Suami istri yang sudah berumur dan tidak mempunyai anak yang keduanya atau
salah satu bekerja di luar rumah.
e. Single Parent
Satu orang tua sebagai akibat perceraian atau kematian pasangannya dan anak-
anaknya dapat tinggal di rumah atau di luar rumah.
f. Dual Carrier
Yaitu suami istri atau keduanya orang karier dan tanpa anak.
g. Commuter Married
Suami istri atau keduanya orang karier dan tinggal terpisah pada jarak tertentu.
Keduanya saling mencari pada waktu-waktu tertentu.
h. Single Adult
Wanita atau pria dewasa yang tinggal sendiri dengan tidak adanya
keinginan untuk kawin.
i. Three Generation
Yaitu tiga generasi atau lebih tinggal dalam satu rumah.
j. Institusional
Yaitu anak-anak atau orang-orang dewasa tinggal dalam suatu panti- panti.
k. Comunal
Yaitu satu rumah terdiri dari dua atau lebih pasangan yang monogami dengan
anak-anaknya dan bersama-sama dalam penyediaan fasilitas.
l. Group Marriage
Yaitu satu perumahan terdiri dari orang tua dan keturunannya di dalam satu
kesatuan keluarga dan tiap individu adalah kawin dengan yang lain dan semua
adalah orang tua dari anak-anak.
m. Unmaried Parent and Child
Yaitu ibu dan anak dimana perkawinan tidak dikehendaki, anaknya diadopsi.
n. Cohibing Couple
Yaitu dua orang atau satu pasangan yang tinggal bersama tanpa kawin.
o. Gay and Lesbian Family
Yaitu keluarga yang dibentuk oleh pasangan yang berjenis kelamin sama.
2.1.4 Struktur Keluarga
Struktur keluarga terdiri dari : pola dan proses komunikasi, strukrur peran,
struktur kekuatan dan struktur nilai dan norma (Mubarak dkk, 2011)
menggambarkan sebagai berikut :
7
1) Struktur komunikasi
Komunikasi dalam keluarga dikatakan berfungsi apabila : jujur, terbuka, melibatkan
emosi, konflik selesai dan ada hirarki kekuatan.
2) Struktur peran
Yang dimaksud struktur peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai
posisi sosial yang diberikan. Jadi pada struktur peran bisa bersifat formal atau informal.
3) Struktur kekuatan
Yang dimaksud adalah kemampuan dari individu untuk mengontrol atau mempengaruhi
atau merubah perilaku orang lain : legitimate power (hak), referent power (ditiru), expert
power (keahlian), reward power (hadiah), coercive power (paksa) dan affective power.
4) Struktur nilai dan norma
Nilai adalah sistem ide-ide, sikap keyakinan yang mengikat anggota keluarga dalam
budaya tertentu, sedangkan norma adalah pola perilaku yang diterima pada lingkungan
sosil tertentu berarti disini adalah lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat sekitar
keluarga.
2.1.5 Fungsi keluarga
Ada lima fungsi keluarga menurut (Friedman, 2010), yaitu :
1) Fungsi afektif
Fungsi afektif merupakan dasar utama baik untuk pembentukan maupun untuk
berkelanjutan unit keluarga itu sendiri, sehingga fungsi afektif merupakan salah satu
fungsi keluarga yang paling penting.Peran utama orang dewasa dalam keluarga adalah
fungsi afektif, fungsi ini berhubungan dengan persepsi keluarga dan kepedulian terhadap
kebutuhan sosioemosional semua anggota keluarganya.
2) Fungsi sosialisasi dan status sosial
Sosialisasi merujuk pada banyaknya pengalaman belajar yang diberikan dalam keluarg
yang ditunjuk untuk mendidik anak – anak tentang cara menjalankan fungsi dan memikul
peran sosial orang dewasa seperti peran yang di pikul suami-ayah dan istri-ibu. Status
sosial atau pemberian status adalah aspek lain dari fungsi sosialisasi.
3) Pemberian status kepada anak
berarti mewariskan tradisi, nilai dan hak keluarga, walaupun tradisi saat ini tidak
menunjukan pola sebagian besar orang dewasa Amerika.
4) Fungsi reproduksi
Untuk menjamin kontiniutas antar generasi kleuarga dan masyarakat yaitu
menyediakan angagota baru untuk masyarakat.
7
8
5) Fungsi perawatan kesehatan
Fungsi fisik keluarga dipenuhi oleh orang tua yang menyediakan makanan, pakaian,
tempat tinggal, perawatan terhadap kesehatan dan perlindungan terhadap bahaya.
Pelayanan dan praktik kesehatan adalah fungsi keluarga yang paling relafan bagi perawat
keluarga.
6) Fungsi ekonomi
Fungsi ekonomi melibatkan penyediaan keluarga akan sumber daya yang cukup
finansial, ruang dan materi serta alokasinya yang sesuai melalui proses pengambilan
keputusan.
2.1.6 Tahap perkembangan keluarga
Tahap perkembangan keluarga dibagi menjadi (Friedman, 2010) :
1) Tahap I : Keluarga Pasangan Baru (beginning family)
Pembentukan pasangan menandakan pemulaan suatu keluarga barudengan pergerakan
dari membentuk keluarga asli sampai kehubungan intim yang baru. Tahap ini juga disebut
sebagai tahap pernikahan. Tugas perkembangan keluarga tahap I adalah membentuk
pernikahan yang memuaskan bagi satu sama lain, berhubungan secara harmonis dengan
jaringan kekerabatan dan perencanaan keluarga.
2) Tahap II : Keluarga Kelahiran Anak Pertama (childbearing family)
Mulai dengan kelahiran anak pertama dan berlanjut sampai bayi berusia 30 bulan.
Transisi ke masa menjadi orang tua adalah salah satu kunci dalam siklus kehidupan
keluarga. Tugas perkembangan keluarga disini adalah setelah hadirnya anak pertama,
keluarga memiliki beberapa tugas perkembangan penting. Suami, istri, dan anak harus
memepelajari peran barunya, sementara unit keluarga inti mengalami pengembangan
fungsi dan tanggung jawab.
3) Tahap III : Keluarga dengan Anak Prasekolah (families with preschool)
Tahap ketiga siklus kehidupan keluarga dimulai ketika anak pertama berusia 2½ tahun
dan diakhiri ketika anak berusia 5 tahun. Keluarga saatini dapat terdiri dari tiga sampai
lima orang, dengan posisi pasangan suami- ayah, istri-ibu, putra-saudara laki-laki, dan
putri-saudara perempuan. Tugas perkembangan keluarga saat ini berkembang baik secara
jumlah maupun kompleksitas. Kebutuhan anak prasekolah dan anak kecil lainnya untuk
mengekplorasi dunia di sekitar mereka, dan kebutuhan orang tua akan privasi diri,
membuat rumah dan jarak yang adekuat menjadi masalah utama. Peralatan dan fasilitas
juga harus aman untuk anak-anak.
4) Tahap IV : Keluarga dengan Anak Sekolah (families with schoolchildren)
Tahap ini dimulai ketika anak pertama memasuki sekolah dalam waktu penuh,
8
9
biasanya pada usia 5 tahun, dan diakhiri ketika ia mencapai pubertas, sekitar 13 tahun.
Keluarga biasanya mencapai jumlah anggota keluarga yang maksimal dan hubungan akhir
tahap ini juga maksimal. Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah keluarga
dapat mensosialisasikan anak-anak, dapat meningkatkan prestasi sekolah dan
mempertahankan hubungan pernikahan yang memuaskan.
5) Tahap V : Keluarga dengan Anak Remaja (families with teenagers)
Ketika anak pertama berusia 13 tahun, tahap kelima dari siklus atau perjalanan
kehidupan keluarga dimulai. Biasanya tahap ini berlangsung selama enam atau tujuh
tahun, walaupun dapat lebih singkat jika anak meninggalkan keluarga lebih awal atau
lebih lama, jika anak tetap tinggal dirumah pada usia lebih dari 19 atau 20 tahun. Tujuan
utamapada keluarga pada tahap anak remaja adalah melonggarkan ikatankeluarga untuk
meberikan tanggung jawab dan kebebasan remaja yanglebih besar dalam mempersiapkan
diri menjadi seorang dewasa mudah.
Tugas perkembangan keluarga yang pertama pada tahap ini adalah menyeimbangkan
kebebasan dengan tanggung jawab seiring dengan kematangan remaja dan semakin
meningkatnya otonomi. Tugas perkembangan keluarga yang kedua adalah bagi orang tua
untuk memfokuskan kembali hubungan pernikahan mereka. Sedangkan tugas
perkembangan keluarga yang ketiga adalah untuk anggota keluarga,terutama orang tua dan
anak remaja, untuk berkomunikasi secara terbukasatu sama lain.
6) Tahap VI : Keluarga Melepaskan Anak Dewasa Muda (launching centerfamilies)
Permulaan fase kehidupan keluarga ini ditandai dengan perginya anak pertama dari
rumah orang tua dan berakhir dengan “kosongnya rumah”, ketika anak terakhir juga telah
meninggalkan rumah. Tahap ini dapat cukup singkat atau cukup lama, bergantung pada
jumlah anak dalam keluarga atau jika anak yang belum menikah tetap tinggal di rumah
setelah mereka menyelesaikan SMU atau kuliahnya. Tugas perkembangan keluarga pada
tahap ini adalah keluarga membantu anak tertua untuk terjun ke dunia luar, orang tua juga
terlibat dengan anak terkecilnya, yaitu membantu mereka menjadi mandiri.
7) Tahap VII : Orang Tua Paruh Baya (middle age families)
Tahap ini merupakan tahap masa pertengahan bagi orang tua, dimulai ketika anak
terakhir meninggalkan rumah dan berakhir dengan pensiun atau kematian salah satu
pasangan. Tahap ini dimulai ketika orang tua berusia sekitar 45 tahun sampai 55 tahun dan
berakhir dengan persiunannya pasangan, biasanya 16 sampai 18 tahun kemudian.
Tugas keperawatan keluarga pada tahap ini adalah wanita memprogramkan kembali
energi mereka dan bersiap-siap untuk hidup dalam kesepian dan sebagai pendorong anak
mereka yang sedang berkembang untuk lebih mandiri serta menciptakan lingkungan yang
9
10
sehat.
8) Tahap VIII : Keluarga Lansia dan Pensiunan
Tahap terakhir perkembangan keluarga ini adalah dimulai pada saat pensiunan salah
satu atau kedua pasangan, berlanjut sampai kehilangan salah satu pasangan, dan berakhir
dengan kematian pasangan yang lain. Tugas perkembangan keluarga pada tahap terakhir
ini adalah mempertahankan penataan kehidupan yang memuaskan dan kembali kerumah
setelah individu pensiun/berhenti bekerja dapat menjadi problematik. Tugas keluarga
dalam bidang kesehatan
Ada 5 pokok tugas keluarga dalam bidang kesehatan menurut Friedman (1998) dalam
Dion & Betan (2013) adalah sebagai berikut :
1) Mengenal masalah kesehatan keluarga
Keluarga perlu mengenal keadaan kesehatan dan perubahan-perubahan yang dialami
anggota keluarga. Perubahan sekecil apapun yang dialami anggota keluarga secara tidak
langsung menjadi perhatian keluarga dan orang tua. Sejauh mana keluarga mengetahui dan
mengenal fakta-fakta dari masalah kesehatan yang meliputi pengertian, tanda dan gejala,
faktor penyebab yang mempengaruhinya, serta persepsi keluarga terhadap masalah.
2) Membuat keputusan tindakan yang tepat
Sebelum keluarga dapat membuat keputusan yang tepat mengenai masalah kesehatan
yang dialaminya, perawat harus dapat mengkaji keadaan keluarga tersebut agar dapat
menfasilitasi keluarga dalam
membuat keputusan.
3) Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit
Ketika memberikan perawatan kepada anggota keluarga yang sakit, keluarga harus
mengetahui hal-hal sebagai berikut :
a. Keadaan penyakitnya (sifat, penyebaran, komplikasi, prognosis danperawatannya).
b. Sifat dan perkembangan perawatan yang dibutuhkan.
c. Keberadaan fasilitas yang dibutuhkan untuk perawatan.
d. Sumber-sumber yang ada dalam keluarga (anggota keluarga yangbertanggung jawab,
sumber keuangan dan financial, fasilitas fisik,psikososial).
e. Sikap keluarga terhadap yang sakit.
Mempertahankan atau mengusahakan suasana rumah yang sehat
Ketika memodifikasi lingkungan atau menciptakan suasana rumah yang sehat,
keluarga harus mengetahui hal-hal sebagai berikut :
a. Sumber-sumber yang dimilki oleh keluarga.
b. Keuntungan atau manfaat pemeliharaan lingkungan.
10
11
c. Pentingnya hiegine sanitasi.
d. Upaya pencegahan penyakit.
e. Sikap atau pandangan keluarga terhadap hiegine sanitasi.
f. Kekompakan antar anggota kelompok.
Menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada di masyarakat Ketika merujuk
anggota keluarga ke fasilitas kesehatan, keluarga harus mengetahui hal-hal sebagai
berikut :
a. Keberadaan fasilitas keluarga.
b. Keuntungan-keuntungan yang diperoleh oleh fasilitas kesehatan.
c. Pengalaman yang kurang baik terhadap petugas kesehatan.
d. Fasilitas kesehatan yang ada terjangkau oleh keluarga.
2.1.7 Peran Perawat Keluarga
Ada tujuh peran perawat keluarga menurut Sudiharto (2012) adalah sebagai berikut :
1) Sebagai pendidik
Perawat bertanggung jawab memberikan pendidikan kesehatan pada keluarga, terutama
untuk memandirikan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang memiliki masalah
kesehatan.
2) Sebagai koordinator pelaksan pelayanan kesehatan
Perawat bertanggung jawab memberikan pelayanan keperawatan yang komprehensif.
Pelayanan keperawatan yang bersinambungan diberikan untuk menghindari kesenjangan
antara keluarga dan unit pelayanan kesehatan.
3) Sebagai pelaksana pelayanan perawatan
Pelayanan keperawatan dapat diberikan kepada keluarga melalui kontak pertama dengan
anggota keluarga yang sakit yang memiliki masalah kesehatan. Dengan demikian, anggota
keluarga yang sakit dapat menjadi “entry point” bagi perawatan untuk memberikan asuhan
keperawatan keluarga secara komprehensif.
4) Sebagai supervisor pelayanan keperawatan
Perawat melakukan supervisi ataupun pembinaan terhadap keluarga melalui kunjungan
rumah secara teratur, baik terhadap keluarga berisiko tinggi maupun yang
tidak.Kunjungan rumah tersebut dapat direncanakan terlebih dahulu atau secara mendadak,
sehingga perawat mengetahui apakah keluarga menerapkan asuhan yang diberikan oleh
perawat.
5) Sebagai pembela (advokat)
Perawat berperan sebagai advokat keluarga untuk melindungi hakhak keluarga
klien.Perawat diharapkan mampu mengetahui harapan serta memodifikasi system pada
11
12
perawatan yang diberikan untuk memenuhi hak dan kebutuhan keluarga.Pemahaman yang
baik oleh keluarga terhadap hak dan kewajiban mereka sebagai klien mempermudah tugas
perawat untuk memandirikan keluarga.
6) Sebagai fasilitator
Perawat dapat menjadi tempat bertanya individu, keluarga dan masyarakat untuk
memecahkan masalah kesehatan dan keperawatan yang mereka hadapi sehari-hari serta
dapat membantu jalan keluar dalam mengatasi masalah.
7) Sebagai peneliti
Perawat keluarga melatih keluarga untuk dapat memahai masalah-masalah kesehatan
yang dialami oleh angota keluarga. Masalah kesehatan yang muncul didalam keluarga
biasanya terjadi menurut siklus atau budaya yang dipraktikkan keluarga.
2.1.8 Prinsip perawatan kesehatan keluarga
Setiadi (2008) mengatakan ada beberapa prinsip penting yang perlu diperhatikan dalam
memberikan Asuhan Keperawatan keluarga yaitu :
a. Keluarga sebagai unit atau satu kesatuan dalam pelayanan kesehatan.
b. Dalam memberikan Asuhan Keperawatan Kesehatan keluarga sehat sebagai tujuan
utama.
c. Asuhan keperawatan yang diberikan sebagai sarana dalam mencapai peningkatan
kesehatan keluarga.
d. Dalam memberikan Asuhan Keperawatan keluarga, perawat melibatkan peran aktif
seluruh keluarga dalam merumuskan masalah dan ebutuhan keluarga dalam mengatasi
masalah kesehatannya.
e. Lebih mengutamakan kegiatan-kegiatan yang bersifat proinotif dan preventif dengan
tidak mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif.
f. Dalam memberikan Asuhan Keperawatan kesehatan keluarga, keluarga memanfaatkan
sumber daya keluarga semaksimal mungkin untuk kepentingan kesehatan keluarga.
g. Sasaran Asuhan Keperawatan kesehatan keluarga adalah keluarga secara keseluruhan.
h. Pendekatan yang dipergunakan dalam memberikan Asuhan Keperawatan kesehatan
keluarga adalah pendekatan pemecahan masalah dengan menggunakan proses
keperawatan.
i. Kegiatan utama dalam memberikan Asuhan Keperawatan kesehatan keluarga adalah
penyuluhan kesehatan dan Asuhan Keperawatan kesehatan dasar atau perawatan
dirumah. Diutamakan terhadap keluarga yang termasuk resiko tinggi.
Keluarga-keluarga yang tergolong resiko tinggi dalam bidang kesehatan antara lain adalah
:
12
13
1) Keluarga dengan anggota keluarga dalam masa usia subur dengan masalah :
a. Tingkat sosial ekonomi yang rendah.
b. Keluarga kurang tahu atau tidak mampu mengatasi masalah kesehatan sendiri.
c. Keluarga dengan keturunan yang kurang baik atau keluarga dengan penyakit
keturunan.
2) Keluarga dengan Ibu dengan resiko tinggi kebidanan yaitu :
a. Umur Ibu (16 tahun/lebih dari 35 tahun).
b. Menderita kekurangan gizi (anemia).
c. Menderita hipertensi.
d. Primipara dan Multipara.
e. Riwayat persalinan atau komplikasi
3) Keluarga dalam anak menjadi resiko tinggi karena :
a. Lahir prematur (BBLR).
b. Berat badan sukar naik.
c. Lahir dengan cacat bawaan.
d. ASI Ibu kurang sehingga tidak mencukupi kebutuhan bayi.
e. bu menderita penyakit menular yang dapat mengancam bayi dan anaknya.
4) Keluarga mempunyai masalah hubungan antara anggota keluarga
a. Anak yang tidak pernah dikehendaki pernah mencoba untuk digugurkan.
b. Tidak ada kesesuaian pendapat antara anggota keluarga dan sering timbul cekcok dan
ketegangan.
c. Ada anggota keluarga yang sering sakit
d. Salah satu anggota (suami atau istri) meninggal, cerai, lari meninggalkan rumah.
2.2 Konsep Rheumatoid Atrithis (RA)
2.2.1 Pengertian
Rheumatoid Artritis merupakan penyakit autoimun yang ditandai oleh inflamasi
sistemik kronik dan progresif pada sendi sebagai target utamanya. Manifestasi klinik
klasik reumatoid artritis adalah poliartritis simetrik yang terutama mengenai sendi-sendi
kecil pada tangan dan kaki. Selain lapisan synovial sendi, reumatoid artritis juga bisa
mengenai organ-organ di luar persendian seperti kulit, jantung, paru-paru dan mata
(Triana wildan, 2015). Penyakit Rheumatoid Artritis merupakan salah satu penyakit
autoimun berupa inflamasi arthritis pada pasien dewasa (Singh et al., 2015) dalam
(Pharmascience et al., 2016).
Rheumatoid Artritis merupakan penyakit kronis, sistemik, secara khas
berkembang perlahan-lahan dan ditandai oleh adanya radang yang sering kambuh pada
13
14
persendian (Widayati & Hayati, 2017). Penyakit ini terutama mengenai otot- otot skelet,
tulang, ligamentum, tendon dan persendian pada pria maupun wanita dengan segala usia
(Tedampa dkk., 2016) dalam (Hartina sri, 2017).
Jadi dapat disimpulkan bahwa Rheumatoid Arthritis merupakan peradangan
sendi yang dapat menyebabkan nyeri, dan apabila tidak ditangani dapat memperburuk
keadaan yaitu, berkurangnya rentang gerak tubuh.
15
16
2.2.3 Etiologi
Etiologi Rheumatoid Arthritis belum diketahui dengan pasti. Namun, kejadiannya
dikorelasikan dengan interaksi yang kompleks antara faktor genetik dan lingkungan
(Suarjana, 2009) dalam (Braja, 2016).
1. Genetik, berupa hubungan dengan gen HLA-DRB1 dan faktor ini memiliki angka
kepekaan dan ekspresi penyakit sebesar 60%.
2. Lingkungan, untuk beberapa dekade, sejumlah agen infeksi seperti organisme
Mycoplasma, Epstein-Barr dan virus rubella menjadi predisposisi peningkatan
rheumatoid arthritis.
3. Faktor Infeksi, beberapa agen infeksi diduga bisa menginfeksi sel induk semang
(host) dan merubah reaktivitas atau respon sel T sehingga muncul timbulnya
penyakit RA.
4. Heat Shock Protein (HSP), merupakan protein yang diproduksi sebagai respon
terhadap stres. Protein ini mengandung untaian (sequence) asam amino homolog.
Diduga terjadi fenomena kemiripan molekul dimana antibodi dan sel T mengenali
epitop HSP pada agen infeksi dan sel Host. Sehingga bisa menyebabkan terjadinya
reaksi silang Limfosit dengan sel Host sehingga mencetuskan reaksi imunologis.
16
17
2.2.4 Stadium
Ditinjau dari stadium penyakitnya, ada tiga stadium pada Rheumatoid Arthritis yaitu
(Nasution, 2011) dalam (Braja, 2016) :
1. Stadium sinovitis
Artritis yang terjadi pada RA disebabkan oleh sinovitis, yaitu inflamasi pada membran
sinovial yang membungkus sendi. Sendi yang terlibat umumnya simetris, meski pada awal bisa
jadi tidak simetris. Sinovitis ini menyebabkan erosi permukaan sendi sehingga terjadi
deformitas dan kehilangan fungsi (Nasution, 2011). Sendi pergelangan tangan hampir selalu
terlibat, termasuk sendi interfalang proksimal dan metakarpofalangeal.
2. Stadium destruksi
Ditandai adanya kontraksi tendon saat terjadi kerusakan pada jaringan sinovial
(Nasution, 2011).
3. Stadium deformitas
Pada stadium ini terjadi perubahan secara progresif dan berulang kali, deformitas dan
gangguan fungsi yang terjadi secara menetap (Nasution, 2011).
2.2.5 Manifestasi Klinis
Ada beberapa gejala klinis yang ditemukan pada penderita Rheumatoid Arthritis. Gejala
klinis ini tidak harus timbul sekaligus pada saat yang bersamaan oleh karena itu penyakit ini
memiliki gejala klinis yang sangat bervariasi (Saifudin, 2018). Gejala-gejala konstutional,
misalnya lelah, anoreksia, berat badan menurun dan demam.
Poliartritis simetris terutama pada sendi perifer, termasuk sendi-sendi di tangan, namun
biasanya melibatkan sendi-sendi interfalangs distal. Hampir semua sendi diartrodial dapat
terserang. Pentingnya membedakan nyeri yang disebabkan perubahan mekanis dengan nyeri
yang disebabkan inflamasi. Nyeri yang timbul setelah aktivitas dan hilang setelah istirahat
serta tidak timbul pada pagi hari merupakan tanda nyeri mekanis. Sedangkan nyeri inflamasi
akan bertambah berat pada pagi hari saat bangun tidur dan disertai kaku sendi atau nyeri yang
hebat pada awal gerak dan berkurang setelah melakukan aktivitas. Kekakuan sendi di pagi hari
lebih dari 1 jam, dapat bersifat generalisata tetapi terutama menyerang sendi-sendi, kekakuan
ini berbeda dengan kekakuan sendi pada osteoartritis, yang biasanya hanya berlangsung selama
17
18
18
19
2.2.7 Patofisiologi
Kerusakan sendi yang dialami oleh penderita Rheumatoid Arthritis dimulai dari adanya
faktor pencetus, yaitu berupa autoimun atau infeksi, dilanjutkan dengan adanya poliferasi
makrofag dan fibroblas sinovial. Limfosit menginfiltrasi daerah perivaskular dan terjadi
proliverasi sel-sel endotel, yang mengakibatkan terjadinya neovaskularisasi. Pembuluh darah
pada sendi yang terlibat mengalami oklusi oleh bekuan-bekuan kecil atau sel-sel
inflamasi.Inflamasi didukung oleh sitokin yang penting dalam inisiasi yaitu tumor necrosis
factor (TNF), interleukin-1 dan interleukin-6, selanjutnya akan mengakibatkan terjadinya
pertumbuhan iregular pada jaringan sinovial yang mengalami inflamasi. Substansi vasoaktif
(histamin, kinin, prostaglandin) dilepaskan pada daerah inflamasi, meningkatkan aliran darah
dan permeabilitas pembuluh darah. Hal ini menyebabkan edema, rasa hangat, erythema dan
rasa sakit, serta membuat granulosis lebih mudah keluar dari pembuluh darah menuju daerah
inflamasi. Inflamasi kronik pada jaringan lapisan sinovial menghasilkan poliferasi jaringan
sehingga membentuk jaringan pannus. Pannus menginvasi dan merusak rawan sendi dan
tulang. Berbagai macam sitokin, interleukin, proteinase dan faktor petumbuhan dilepaskan,
sehingga mengakibatkan destruksi sendi dan komplikasi sistemik (Suarjana, 2009) dalam
(Nursalam, 2016, 2016).
2.2.8 Penatalakasanaan
Masalah utama pada penderita Rheumatoid Arthritis biasanya akan mengeluhkan nyeri.
Penatalaksaannya bisa menggunakan metode farmakologi dan non farmakologi.
1. Farmakologi (Manik, 2018)
a) NSAID (Nonsteroidal Anti-Inflammatory Drug)
Diberikan sejak awal untuk menangani nyeri sendi akibat inflamasi. NSAID yang dapat
diberikan atara lain: aspirin, ibuprofen, naproksen, piroksikam, dikofenak, dan sebagainya.
Namun NSAID tidak melindungi kerusakan tulang rawan sendi dan tulang dari proses
destruksi.
b) DMARD (Disease-Modifying Antirheumatic Drug)
Digunakan untuk melindungi sendi (tulang dan kartilago) dari proses destruksi oleh
Rheumatoid Arthritis. Contoh obat DMARD yaitu: hidroksiklorokuin, metotreksat,
sulfasalazine, garam emas, penisilamin, dan asatioprin. DMARD dapat diberikan tunggal
maupun kombinasi.
19
20
c) Kortikosteroid
Diberikan kortikosteroid dosis rendah setara prednison 5-7,5mg/hari sebagai bridge
terapi untuk mengurangi keluhan pasien sambil menunggu efek DMARDs yang baru muncul
setelah 4-16 minggu.
2. Non Farmakologi
Menurut (Ropei et al., 2018) teknik non farmakologi dapat dilakukan dengan teknik
relaksasi, didalam teknik relakasasi terdapat berbagai teknik antaranya ada teknik relaksasi
napas dalam, relaksasi otot progresif, dan relaksasi benson, lalu ada stimulasi kutaneus yaitu
terapi kompres hangat.
20
21
21
22
1. Nyeri akut berhubungan dengan kesemutan dan rasa ngilu pada persendian
22
23
23
24
2. Hambatan mobilitas fisik Setelah di lakukan intevensi 1. Evaluasi/ lanjutkan pemantauan tingkat inflamasi/ rasa
berhubungan dengan keperawatan selama 3x24 jam sakit pada sendi.
24
25
deformitas skeletal, diharapkan bisa bergerak dengan 2. Pertahankan istirahat tirah baring/ duduk jika
nyeri, penurunan bebas denga kriteria hasil: diperlukan jadwal aktivitas untuk memberikan periode
kekuatan otot. 1. Klien bisa melakukan aktivitas istirahat yang terus menerus dan tidur malam hari
dengan mudah yang tidak terganggu.
2. Klien bisa melakukan 3. Bantu dengan rentang gerak aktif/pasif, demikiqan
pergerakan sendi dan otot. juga latihan resistif dan isometris jika memungkinkan.
3. Klien memiliki keseimbangan 4. Ubah posisi dengan sering dengan jumlah personel
tubuh saat berjalan cukup. Demonstrasikan/ bantu tehnik pemindahan dan
4. Posisi tubuh klien normal penggunaan bantuan mobilitas, mis, trapeze
5. Klien mampu berjalan tanpa 5. Posisikan dengan bantal, kantung pasir, gulungan
bantuan orang lain. trokanter, bebat, brace.
6. Gunakan bantal kecil/tipis di bawah leher.
7. Dorong pasien mempertahankan postur tegak dan
duduk tinggi, berdiri, dan berjalan.
8. Berikan lingkungan yang aman, misalnya menaikkan
kursi, menggunakan pegangan tangga pada toilet,
penggunaan kursi rodai.
9. Kolaborasi: konsul dengan fisoterapi.
10. Kolaborasi: Berikan matras busa/ pengubah tekanan.
11. Kolaborasi: berikan obat-obatan sesuai indikasi
(steroid).
3. Gangguan Citra Tubuh / Setelah di lakukan intevensi 1. Dorong pengungkapan mengenai masalah tentang
25
26
Perubahan Penampilan keperawatan selama 3x24 jam proses penyakit, harapan masa depan.
Peran berhubungan diharapkan tidak terjadi gangguan 2. Diskusikan arti dari kehilangan/ perubahan pada
dengan perubahan citra tubuh dengan kriteria hasil: pasien/orang terdekat. Memastikan bagaimana
kemampuan untuk 1. Klien merasa percaya diri pandangaqn pribadi pasien dalam memfungsikan gaya
melaksanakan tugas- terhadap diri sendiri hidup sehari-hari, termasuk aspek-aspek seksual.
tugas umum, peningkatan 2. Klien berfikir positif terhadap 3. Diskusikan persepsi pasienmengenai bagaimana orang
26
27
6. Resiko cedera Setelah di lakukan intevensi 6.3.2.1.1 Berikan obat anti rematik.
berhubungan dengan keperawatan selama 3x24 jam 6.3.2.1.2 Anjurkan klien berhati-hati saat berdiri
kelemahan otot diharapkan tidak terjadi cidera dan berjalan .
dengan kriteria hasil: 6.3.2.1.3 Anjurkan klien duduk apabilanyeri
28
29
1. Klien tidak ada cidera tangan saat berdiri atau berjalan.
maupun kaki 6.3.2.1.4 Anjurkan klien menggunakan tongkat
2. Tidak ada kelemahan pada atau alat bantu jalan.
otot 6.3.2.1.5 Jelaskan kepada keluarga
klien tentang teknik menolong
klien saat timbul nyeri rematik.
Sumber : NANDA NIC-NOC, 2013
29
30
2.3.4 Evaluasi
Sesuai dengan rencana tindakan yang telah diberikan, penilaian dan evaluasi
diperlukan untuk melihat keberhasilan. Bila tidak atau belum berhasil, perlu disusun
rencana baru yang sesuai. Semua tindakan keperawatan mungkin tidak dapat
dilaksanakan dalam satu kali kunjungan keluarga, untuk itu dapat dilaksanakan
secara bertahap sesuai dengan waktu dan kesediaan klien/ keluarga. Tahapan evaluasi
dapat dilakuakn selama proses asuhan keperawatan atau pada akhir pemberian
asuhan. Perawat bertanggung jawab untuk mengevaluasi status dan kemajuan klien
dan keluarga terhadap pencapaian hasil dari tujuan keperawatan yang telah ditetapkan
sebelumnya. Kegiatan evaluasi meliputi mengkaji kemajuan status kesehatan individu
dalam konteks keluarga, membandingkan respon individu dan keluarga dengan kriteria
hasil dan menyimpulkan hasil kemajuan maslah serta kemajuan pencapaian tujuan
keperawatan (Riyanto, 2017).
30
31
31
32
Pathway
32
33
33