Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA Ny.M DENGAN


GANGGUAN SISTEM KARDIOVASKULER PADA KASUS HIPERTENSI
DUSUN MONTONG BUWUH DESA MENINTING BATU LAYAR BARAT

DESAK HARTAMI MALIK


106STYJ22

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESETAHAN YARSI MATARAM
PROGRAM STUDI PROFESI NERS TAHAP PROFESI
MATARAM
2023
LEMBAR PENGESAHAN

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA NY. M DENGAN


GANGGUAN SISTEM KARDIOVASKULER PADA KASUS HIPERTENSI
DUSUN MONTONG BUWUH DESA MENINTING BATU LAYAR BARAT

TANGGAL 22 MEI 2023

Laporan pendahuluan dan Resume ini telah diperiksa, disetujui, dan dievaluasi

oleh pembimbing lahan dan pembimbing pendidikan.

Hari :

Tanggal :

Mengetahui,

Pembimbing pendidikan Pembimbing lahan


BAB I
KAJIAN TEORI
A. Konsep Keluarga
1. Pengertian Keluarga

Keluarga adalah yang terdiri dari atas individu yang bergabung


bersama oleh ikatan penikahan, darah, atau adopsi dan tinggal didalam satu
rumah tangga yang sama (Friedman, 2010). Sedangkan menurut Wall,
(1986) dalam Friedman (2010), keluarga adalah sebuah kelompok yang
mengidentifikasi diri dan terdiri atas dua individu atau lebih yang memiliki
hubungan khusus, yang dapat terkait dengan hubungan darah atau hukum
atau dapat juga tidak, namun berfungsi sebagai sedemikian rupa sehingga
mereka menganggap dirinya sebagai keluarga.

UU No. 10 Tahun 1992, mengemukakan keluarga adalah unit terkecil


dari masyarakat yang terdiri dari suami, istri, dan anak atau suami istri, atau
ayah dan anak-anaknya, atau ibu dan anak-anaknya.Lain halnya menurut
BKKBN (1999) dalam Sudiharto (2012), keluarga adalah dua orang atau
lebih yang dibentuk berdasarkan ikatan perkawinan yang sah, mampu
memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan materil yang layak, bertakwa
kepada tuhan, memiliki hubungan yang selaras dan seimbang antara anggota
keluarga dan masyarakat serta lingkungannya.

2. Bentuk Keluarga

Berbagai bentuk keluarga adalah sebagai berikut :

a. Keluarga Tradisional
1) Keluarga inti
Jumlah keluarga inti yang terdiri dari seorang ayah yang mencari
nafkah, seorang ibu yang mengurusi rumah tangga dan anak
(Friedman, 2010). Sedangkan menurut Sudiharto (2007), Kelurga
inti adalah keluarga yang dibentuk karena ikatan perkawinan yang
direncanakan yang terdiri dari suami, istri, dan anak-anak karena
kelahiran (natural) maupun adopsi.
2) Keluarga adopsi
Keluarga adopsi adalah dengan menyerahkan secara sah tanggung
jawab sebagai orang tua seterusnya dari oranr tua kandung ke orang
tua adopsi, biasanya menimbulkan keadaan yang saling
menguntungkan baik bagi orang tua maupun anak. Disatu pihak
orang tua adopsi mampu memberi asuhan dan kasihsayangnya bagi
anak adospsinya, sementara anak adopsi diberi sebuah keluarga
yang sangat menginginkan mereka (Friedman, 2010).

3) Keluarga Besar
Keluarga dengan pasangan dengan pasangan yang berbagi
pengaturan rumah tangga dan pengeluaran keuangan dengan orang
tua, kakak / adik, dan keluarga dekat lainnya. Anak – anak
kemudian dibesarkan oleh generasi dan memiliki pilihan model pola
perilaku yang akan membentuk pola perilaku mereka (Friedman,
2010). Sedangkan menurut Sudiharto (2007), keluarga besar adalah
Keluarga inti ditambah keluarga yang lain (karena hubungan darah),
misalnya kakek, nenek, bibi, paman, sepupu termasuk keluarga
modern, seperti orang tua tunggal, keluarga tanpa anak, serta
keluarga dengan pasangan sejenis.

4) Keluarga dengan orang tua tunggal


Keluarga dengan kepala rumah tangga duda/janda yang bercerai,
ditelantarkan, atau berpisah (Friedman, 2010).

5) Dewasa yang tinggal sendiri


Kebanyakan individu yang tinggal sendiri adalah bagian dari
beberapa bentuk jaringan keluarga yang longgar. Jika jaringan ini
tidak terdiri atas kerabat, jaringan ini dapat terdiri atas teman –
teman seperti mereka yang sama – sama tinggal di rumah pensiun,
rumah jompo, atau hidup bertetangga. Hewan pemeliharaan juga
dapat menjadi anggota keluarga yang penting (Friedman, 2010).

6) Keluarga orang tua tiri


Keluarga yang pada awalnya mengalami proses penyatuan yang
kompleks dan peneuh dengan stress. Banyak penyesuaian yang
perlu dilakukan dan sering kali individu yang berbeda atau
subkelompok keluarga yang baru terbentuk ini beradaptasi dengan
kecepatan yang tidak sama. Walaupun seluruh anggota keluarga
harus menyesuaikan diri dengan situasi keluarga yang baru, anak –
anak seing kali memiliki masalah koping yang lebih besar karena
usia dan tugas perkembangan mereka (Friedman, 2010).

7) Keluarga binuklear
Keluarga yang terbentuk setelah perceraian yaitu anak merupakan
anggota dari sebuah sistem keluarga yang terdiri atas dua rumah
tangga inti, maternal dan paternal, dengan keragaman dalam hal
tingkat kerjasama dan waktu yang dihabiskan dalam setiap rumah
tangga (Friedman, 2010).

3. Fungsi Keluarga
Ada lima fungsi keluarga menurut (Friedman, 2010) :
a. Fungsi afektif
Fungsi ini meliputi persepsi keluarga tentang pemenuhan kebutuhan
psikososial anggota keluarga. Melalui pemenuhan fungsi ini, maka
keluarga akan dapat mencapai tujuan psikososial yang utama,
membentuk sifat kemanusiaan dalam diri anggota keluarga, stabilitas
keperibadian dan tingkah laku, kemampuan menjalin secara lebih akrab,
dan harga diri

b. Fungsi sosial dan status sosial


Sosialisasi merujuk pada banyaknya pengalaman belajar yang diberikan
dalam keluarga yang ditunjuk untuk mendidik anak – anak tentang cara
menjalankan fungsi dan memikul peran sosial orang dewasa seperti
peran yang di pikul suami-ayah dan istri-ibu. Status sosial atau
pemberian status adalah aspek lain dari fungsi sosialisasi. Pemberian
status kepada anak berarti mewariskan tradisi, nilai dan hak keluarga,
walaupun tradisi saat ini tidak menunjukan pola sebagian besar orang
dewasa Amerika.

c. Fungsi reproduksi
Keluarga berfungsi untuk meneruskan keturunan dan menambah
sumber daya manusia.

d. Fungsi perawatan kesehatan


Menyediakan kebutuhan fisik dan perawatan kesehatan. Perawatan
kesehatan dan praktik-praktik sehat (yang mempengaruhi status
kesehatan anggota keluarga secara individul) merupakan bagian yang
paling relevan dari fungsi perawatan kesehatan.

e. Fungsi ekonomi
Keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi
dan tempat untuk mengembangkan kemampuan individu meningkatkan
penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.

4. Struktur Keluarga
Ada empat struktur keluarga menurut (Friedman, 2010) adalah struktur
peran, struktur nilai keluarga, proses komunikasi dan struktur kekuasaan dan
pengambilan keputusan.

a. Struktur peran
Peran adalah perilaku yang dikaitkan dengan seseorang yang memegang
sebuah posisi tertentu, posisi mengidentifikasi status atau tempat
seseorang dalam suatu system social.

b. Struktur nilai keluarga


Nilai keluarga adalah suatu system ide, perilaku dan keyakinan tentang
nilai suatu hal atau konsep yan secara sadar maupun tidak sadar
mengikat anggota keuarga dalam kebudayaan sehari-hari atau
kebudayaan umum.

c. Proses komunikasi
Proses komunikasi ada dua yaitu proses komunikasi fungsional dan
proses komunikasi disfungsonal.

1) Proses komunikasi fungsional


Komunikasi fungsional dipandang sebagai landasan keberhasilan
keluarga yang sehat, dan komunikasi funsional didefenisikan sebagai
pengirim dan penerima pesan yang baik isi maupun tingkat intruksi
pesan yang langsung dan jelas, serta kelarasan antara isi dan tingkai
intruksi.

2) Proses komunikasi disfungsional


Sama halnya ada cara berkomunikasi yang fungsional, gambaran dari
komunikasi disfungsional dari pengirim dan penerima serta
komunkasi disfungsinal juga melibatkan pengirim dan
penerima.

d. Struktur kekuasaan dan pengambilan keputusan


Kekuasaan keluarga sebagai arakteristik system keluarga adalah
kemampuan atau potensial, actual dari individu anggota keluarga yang
lain. Terdapat 5 unit berbeda yang dapat dianalisis dalam karakteristik
kekuasaan keluarga yaitu : kekuasaan pernikahan (pasangan orang
dewasa), kekuasaan orang tua, anak, saudara kandung dan kekerabatan.
Sedangkan pengambil keputusan adalah teknik interaksi yang digunakan
anggota keluarga dalam upaya mereka untuk memperoleh kendali dan
bernegosiasi atau proses pembuatan keputusan.

Lain halnya menurut menurut Padila (2012), struktur keluarga


menggambarkan bagaimana keluarga melaksanakan fungsi keluarga
dimasyarakat. Ada beberapa struktur keluarga yang ada di Indonesia
diantaranya adalah :

a. Patrilineal
Keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa
generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur ayah.

b. Matrilineal
Keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa
generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur ibu.

c. Matriloka
Sepasang suami istri yang tinggal besama keluarga sedarah ibu

d. Patriloka
Sepasang suami istri yang tinggal besama keluarga sedarah ayah

e. Keluarga kawin
Hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga, dan
beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena adanya
hubungan dengan suami atau istri.
5. Tahap Perkembangan Keluarga

Tahap perkembangan keluarga menurut Friedman (2010) adalah sebagai


berikut :

a. Tahap I (keluarga dengan pasangan baru)


Pembentukan pasangan menandakan pemulaan suatu keluarga baru
dengan pergerakan dari membentuk keluarga asli sampai kehubungan
intim yang baru.Tahap ini juga disebut sebagai tahap pernikahan. Tugas
perkembangan keluarga tahap I adalah membentuk pernikahan yang
memuaskan bagi satu sama lain, berhubungan secara harmonis dengan
jaringan kekerabatan, perencanaan keluarga (Friedman, 2010).

b. Tahap II (Childbearing family)


Mulai dengan kelahiran anak pertama dan berlanjut samapi berusia 30
bulan.Transisi ke masa menjadi orang tua adalah salah satu kunci
menjadi siklus kehidupan keluarga. Tugas perkembangan tahap II adalah
membentuk keluarga muda sebagai suattu unit yang stabil (
menggabungkan bayi yang baru kedalam keluarga), memperbaiki
hubungan setelah terjadinya konflik mengenai tugas perkembangan dan
kebutuhan berbagai keluarga, mempertahankan hubungan pernikahan
yang memuaskan, memperluas hubungan dengan keluarga besar dengan
menambah peran menjadi orang tua dan menjadi kakek/nenek
(Friedman, 2010).

c. Tahap III (Keluarga dengan anak pra sekolah)


Tahap ketiga siklus kehidupan keluarga dimulai ketika anak pertama
berusia 2½ tahun dan diakhiri ketika anak berusia 5 tahun. Keluarga
saat ini dapat terdiri dari tiga sampai lima orang, dengan posisi pasangan
suami-ayah, istri-ibu, putra-saudara laki- laki, dan putri-saudara
perempuan. Tugas perkembangan keluarga tahap III adalah memenuhi
kebutuhan anggota keluarga akan rumah, ruang, privasi dan keamanan
yang memadai, menyosialisasikan anak, mengintegrasi anak kecil
sebagai anggota keluarga baru sementara tetap memenuhi kebutuhan
anak lain, mempertahankan hubungan yang sehat didalam keluarga dan
diluar keluarga (Friedman, 2010).
d. Tahap IV(Keluarga dengan anak sekolah)
Tahap ini dimulai ketika anak pertama memasuki sekolah dalam waktu
penuh, biasanya pada usia 5 tahun, dan diakhiri ketika ia mencapai
pubertas, sekitar 13 tahun. Keluarga biasanya mencapai jumlah anggota
keluarga maksimal dan hubungan keluarga pada tahap ini juga
maksimal.Tugas perkembangan keluarga pada tahap IV adalah
menyosialisasikan anak- anak termasuk meningkatkan restasi,
mempertahankan hubungan pernikahan yang memuaskan (Friedman,
2010).

e. Tahap V (Keluarga dengan anak remaja)


Ketika anak pertama berusia 13 tahun, tahap kelima dari siklus atau
perjalanan kehidupan keluarga dimulai. Biasanya tahap ini berlangsung
selama enam atau tujuh tahun, walaupun dapat lebih singkat jika anak
meninggalkan keluarga lebih awal atau lebih lama, jika anak tetap
tinggal dirumah pada usia lebih dari 19 atau 20 tahun. Tujuan utama
pada keluarga pada tahap anak remaja adalah melonggarkan ikatan
keluarga untuk meberikan tanggung jawab dan kebebasan remaja yang
lebih besar dalam mempersiapkan diri menjadi seorang dewasa muda
(Friedman, 2010).

f. Tahap VI (Keluarga melepas anak dewasa muda)


Permulaan fase kehidupan keluarga in ditandai dengan perginya anak
pertama dari rumah orang tua dan berakhir dengan “kosongnya rumah”,
ketika anak terakhir juga telah meninggalkan rumah. Tugas keluarga
pada tahap ini adalah memperluas lingkaran keluarga terhadap anak
dewas muda, termasuk memasukkan anggota keluarga baru yang berasal
dari pernikahan anak-anaknya, melanjutkan untuk memperbarui dan
menyesuaikan kembali hubungan pernikahan, membantu orang tua
suami dan istri yang sudah menua dan sakit (Friedman, 2010).

g. Tahap VII (Orang tua paruh baya)


Merupakan tahap masa pertengahan bagi orang tua, dimulai ketika anak
terakhir meninggalkan rumah dan berakhir dengan pensiun atau
kematian salah satu pasangan.Tugas perkembangan keluarga pada tahap
ini adalah menyediakan lingkungan yang meningkatkan kesehatan,
mempertahankan kepuasan dan hubungan yang bermakna antara
orangtua yang telah menua dan anak mereka, memperkuat hubungan
pernikahan.

h. Tahap VIII (Keluarga lansia dan pensiunan)


Tahap terakhir siklus kehidupan keluarga dimulai dengan pensiun salah
satu atau kedua pasangan, berlanjut sampai salah satu kehilangan
pasangan dan berakhir dengan kematian pasangan lain. Tujuan
perkembangan tahap keluarga ini adalah mempertahanka penataan
kehidupan yang memuaskan (Friedman, 2010).

6. Tugas Keluarga dalam Bidang Kesehatan

Ada 5 pokok tugas keluarga dalam bidang kesehatan menurut


Friedman (1998) dalam Dion & Betan (2013) adalalah sebagai berikut :

a. Mengenal masalah kesehatan keluarga


Keluarga perlu mengenal keadaan kesehatan dan perubahan- perubahan
yang dialami anggota keluarga.Perubahan sekecil apapun yang dialami
anggota keluarga secara tidak langsung menjadi perhatian keluarga dan
orang tua.Sejauh mana keluarga mengetahui dan mengenal fakta-fakta
dari masalah kesehatan yang meliputi pengertian, tanda dan gejala, factor
penyebab yang mempengaruhinya, serta persepsi keluarga terhadap
masalah.

b. Mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan


Sebelum keluarga dapat membuat keputusan yang tepat mengenai
masalah kesehatan yang dialaminya, perawat harus dapat mengkaji
keadaan keluarga tersebut agar dapat menfasilitasi keluarga dalam
membuat keputusan.

c. Memberi perawatan bagi anggota keluarga yang sakit


Ketika memberiakn perawatan kepada anggota keluarga yang sakit,
keluarga harus mengetahui hal-hal sebagai berikut :

1) Keadaan penyakitnya
2) Sifat dan perkembangan perawatan yang dibutuhkan.
3) Keberadaan fasilitas yang dibutuhkan untuk perawatan
4) Sumber-sumber yang ada dalam keluarga (anggota keluarga yang
bertanggung jawab, sumber keuangan dan financial, fasilitas fisik,
psikososial).

5) Sikap keluarga terhadap yang sakit.


d. Mempertahankan atau mengusahakan suasana rumah yang sehat Ketika
memodifikasi lingkungan atau menciptakan suasana rumah yang sehat,
keluarga harus mengetahui hal-hal sebagai berikut :

1) Sumber-sumber yang dimiliki keluarga


2) Keuntungan atau manfaat pemeliharaan lingkungan
3) Pentingnya hiegine sanitasi.
4) Upaya pencegahan penyakit
5) Sikap atau pandangan keluarga terhadap hiegine sanitasi
6) Kekompakan antar anggota kelompok
e. Menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada di masyarakat
Ketika merujuk anggota keluarga ke fasilitas kesehatan, keluarga
harus mengetahui hal-hal sebagai berikut :

1) Keberadaan fasilitas keluarga.


2) Keuntungan-keuntungan yang diperoleh oleh fasilitas
kesehatan.

3) Pengalaman yang kurang baik terhadap petugas kesehatan


4) Fasilitas kesehatan yang ada terjangkau oleh keluarga.
B. Tugas Perkembangan Keluarga Dengan Anak dewasa muda
Tahap perkembangan keluarga dnegan anak remaja yaitu:
1. Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung jawab mengingat
remaja yang sudah bertambah dewasa dan meningkatkan otonominya
2. Mempertahankan hubungan yang intim dalam keluarga
3. Mempertahankan komunikasi terbuka antara anak dan orang tua. Hindari
perdebatkan kecurigaan dan permusuhan
4. Perubahan sistem peran dan peraturan untuk tumbuh kembang keluarga
a) Tahapan-tahapan perkembangan keluarga dengan anak remaja
merukapan tahapan yang paling sulit, karena orang tua melepas
otoritasnya dan membimbing anak untuk bertanggung jawab
(mempunyai otoritas terhadap dirinya sendiri yang berkaitan
dengan peran dan fungsinya). Seringkali muncul konflik antara
orang tua dan remaja karena anak menginginkan kebebasan
untuk melakukan aktivitasnya sementara orang tua mempunyai
hak untuk mengontrol aktivitas anak. Dalam hal ini orang tua
perlu menciptakan komunikasi yang terbuka, menghindari
kecurigaan dan permusuhan sehingga hubungan orang tua dan
remaja tetap harmoniscontoh mencintai dan keadilan.
2.1 Konsep Dasar Penyakit Hipertensi
2.1.1 Pengertian
Hipertensi dapat didefenisikan sebagai tekanan darah
persissten dimana sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan
diastoliknya 90 mmHg. Hipertensi merupakan penyebab utama gagal
jantung, stroke dan gagal ginjal. Disebut sebagai pembunuh "Diam-
diam" karena orang yang dengan hipertensi sering tidak
menampakkan gejala. ( Brunner & Suddart, 2002 ).
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten
dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg darn diastolik di atas 90
mmHg. Pada populasi lansia, hipertensi didefinisikan sebagai tekaean
sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg. ( Smeltzer,
2001).
Hipertensi merupakarr peningkatan tekanan darah atau sama
dengan 160 mmHg atau diastolik lebih dari 95 mmHg. ( Kodim
Hasrin. 2003)
Dari ketiga defenisi di atas, dapat disimpulkan bahwa
hipertensi merupakan kondisi dimana tekanan darah mengalarni
peningkatan dari batas normal yang aifatnya menetap.
2.1.2 Etiologi
Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah
terjadinya perubahan - perubahan pada Elastisitas dinding aorta
menurun, Katub jantung menebal dan menjadi kaku. Kemampuan
jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah berumur
20 tahun kemampuan jantung memompa darah menurun
menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya, dan
Kehilangan elastisitas pembuluh darah. Meskipun hipertensi primer
belum diketahui dengan pasti penyebabnya, data-data penelitian
telah menemukan beberapa faktor yang sering menyebabkan
terjadinya hipertensi.
Faktor tersebut adalah sebagai berikut :
1. Usia
Insidens hipertensi makin meningkat dengan meningkatnya
usia.
2. Kelamin
Pada umumnya insidens pada priaa lebih tinggi daripada
wanita, namun pada usia pertengahan dan lebih tua, insidens pada
wanita mulai meningkat, sehingga pada usia diatas 65 tahun,
insidens pada wanita lebih tinggi.
3. Ras
Hipertensi pada yang berkulit hitam paling sedikit dua icali
pada yang berkulit putih. Akibat penyakit ini lebih berat pada ras
kulit hitam misalnya mortalitas pasien hria hitam dengan diastole
115 atau lebih, 3,3 kali lebih tinggi daripada pria berkulit putih, dan
5,6 kali bagi wanita putih.
4. Pola hidup
Faktor seperti pendidikan, penghasilan dan faktor pola hidup
lain telah diteliti, tanpa hasil yang jelas. Penghasilan rendah,
tingkat pendidikan rendah dan kehidupan atau pekerjaan yang
penuh stress agaknya berhubungan dengan insidens hipertensi.
5. Keturunan
Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki
kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika
orang tuanya adalah penderita hipertensi.
6. Ciri perseorangan
Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi
adalah:
Umur jika umur bertambah maka tekanan darah juga meningkat).
2.1.3 Klasifikasi Hipertensi
Pada individu lansia, hipertensi diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Hipertensi sistolik saja yang dimana tekanan darah sistolik terukur
melebihi 160 mmHg, dengan tekanan diastolik normal atau
mendekati normal (di bawah 90 mmHg ).
2. Hipertensi gensial yang dimana tekanan diatolik lebih besar atau
sama dengan 90 mmHg berapapun tekanan sistoliknya.
3. Hipertensi skunder atau hipertensi yang dapat disebabkan oleh
penyebab yang mendasarinya.
No. Klasifikasi Sistolik Diastolik
(mmHg) (mmHg)
1. Normotensi >140 < 90
2. Hiperetensi ringan 140 – 180 90 – 105
3. Hiperetensi perbatasan 140 – 160 90 – 95
4. Hiperetensi sedang dan berat > 180 >105
5. Hiperetensi sistolik terisolasi > 140 < 90
6. Hiperetensi sistolik perbatasan 140 – 160 < 90

2.1.4 Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan velaksasi
pembuluh darah terletak di pusat vasomotor, nada medulla diotak dari
pusat vasomotor ini medulla di otak dari pusat vasomotor ini medulla
dari saraf simpatis yang berlanjut ke bawah korda spinalis, dan keluar
dari kolumna medulla spinalis ke ganglia simpatis di toraks dan
abdomen. Individu dengan hipertensi sangat sensitive terhadap
norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal
tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang
pembuluh darah sebagai respon rangsang emosi, kelenjar adrenal juga
terangsang mengakibatkan tambahan aktivitas vasokontriksi. Medulla
adrenal mengeksresi epinefrin yang menyebebkan vasokonstriksi.
Korteks adrenal mengeksresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat
memperkuat respon vasokontriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi
yang mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal, menyebabkan
pelepasan rennin. Rennin merangsang pembentukan angiotensin I yang
kemodian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat,
yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks
adrenal. Hormon ini menyebabkan retensiretensi natrium dan air oleh
tubulus ginjal, menyehahkan pcningkatan volume intravaskuler. Semua
faktor tersebut cendrung mencetuskan keadaan hipertensi.
Perubahan struktural dan fungsional pada sistem pembuluh
darah yang terjadi pada lansia. Perubahan tersebut meliputi
aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat, dan penurunan dalam
relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan
kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah yang terjadi
pada lansia. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya
elastisitas jaringan ikat, dan penurunan dalam relaksasi otot polos
pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan
distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan
arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume
darah yang dipompa oleh jantung (Volume sekuncup), mengakibatkan
penurunari curah jantung dan peningkatan perifer.
2.1.5 Pathway
           
  Usia ciri perseorangan kebiasaan
hidup monoton

a. Hilangnya elastisitas Emosional tidak


    jar. Menurun terkendali
b. Relaksasi otot Pola makan tdk
    Polos dan Pembuluh sehat/tdk seimbang
    darah menurun

Merangsang
keladrenalin Tinggi garam
kemampuan distensi dan daya
tinggi kolestrol
regang pemb. darah menurun

Sekresi epineprin
kemampuan aorta
dan arteri utk mengakomodasi obesitas
vol. sekuncup menurun
vasokonstriksi

Risiko penurunan curah Perubahan


jantung dan peningkatan nutrisi lebih dari
tahanan perifer kebutuhan
tubuh

Gangguan pola nafas


HIPERTENSI

Kurang informasi saraf simpatis meningkat Tekanan vaskuler serebral


meningkat

Ketidaktahuan ttg
takipneu/frekuensi napas
kundisi penyakit
meningkat Intoleransi aktivitas

cemas
Pola napas tidak teratur
Nyeri akut
(sakit kepala)
kurang
pengetahuan Suplai oksigen tidak
adekuat

ketidakseimbangan
oksigen dg kebutuhun

Intoleransi aktivitas
2.1.6 Manifestasi klinis
Peningkatan Tekanan Darah merupakan satu-satunya gejala.
Bila demikian, gejala baru muncul setelah terjadi komplikasi pada
giajal, mata, otakjantung. Gejala yang sering ditemukan adalah : Sakit
kepala, epitaksis, marah, telinga berdengung, rasa berat di tengkuk,
sukar tidur, mata berkunang-kunang, lemah, muka pucat, suhu tubuh
rendah dan pusing.
2.1.7 Komplikasi
Komplikasi umumnya terjadi pada Hipertensi berat, organ
tubuh yang terserang akibat Hipertensi antara lain :
1. Perdarahan retina bahkan gangguan pengelihatan sampai
kebutaan.
2. Kerusakan jantung
3. Kerusakan ginjal
4. Pecahnya pembuluh darah otak dapat menimbulkan stroke,
haemoragik bahkan kematian.
2.1.8 Penatalaksanaan
Pengbobatan dirujukan untuk menurunkan tekanan darah menjadi
normal, pengobatan jantung karena hipertensi, mengurangi morbilitas
dan moralitas terhadap penyakit kardiovascular dan menurunkan faktor
resiko terhadap penyakit kardiovascular semaksimal mungkin.
Untuk menurunkan tekanan darah, dapat ditujukan 3 faktor
fisiologis yaitu : menurunkan isi cairan intravascular dan non darah
dengan neolistik menurunkan aktivitas susunan saraf simpatis dan
respon kardiovascular terhadap rangsangan tahanan prifer dengan obat
vasediator. (Arif Manjoer, 2001)
2.1.9 Pencegahan
1. Berhenti merokok secara total dan tidak mengkonsumsi alkohol
2. Melakukan antisipasi fisik secara teratur atau berolaraga secara
teratur dapat mengurangi ketegangan pikiran (strees) membantu
menurunkan berat badan, dapat membakar lemak yang berlebihan.
3. Diet rendah garam atau makanan, kegemukan (kelebihan berat
badan harus segera di kurangi)
4. Latihan ohlaraga yang dapat seperti senam aerobic, jalan cepat, dan
bersepeda paling sedikit 7 kali dalam seminggu.
5. Memperbanyak minum air putih, minum 8- 10 gelas/ hari.
6. Memeriksakan tekanan darah secara normal / berkala terutama bagi
seseorabg yang memiliki riwayat penderita hipertensi.
7. Menjalani gaya hidup yang wajar mempelejari cara yang tepat
untuk mengendalikan stress.(Bambang Sadewo, 2004)
2.1.10 Pengobatan
1. Arti hipertensi non Farmokologis
Tindakan pengobatan supparat, sesuai anjuran dari natural
cammitoe dictation evalution treatmori of high blood preasure
a. Tumpukan berat badan obesitas
b. Konsumsi garam dapur
c. Kurangi alkohol
d. Menghentikan merokok
e. Olaraga teratur
f. Diet rendah lemak penuh
g. Pemberian kalium dalam bentuk makanan sayur dan buah
2. Obat anti hipertensi
a. Dioverika, pelancar kencing yang diterapkan kurangin volume
input
b. Penyakit beta (B.Blocker)
c. Antoganis kalsium
d. Lanbi ACE (Anti Canvertity Enzyine)
e. Obat anti hipertensi santral (simpatokolim)
f. Obat penyekar ben
g. Vasodilatov (Arif Mansjoer, 2001, 522)
3. Perubahan gaya hidup
Dilain pihak gaya hidup yang baik untuk menghindari
terjangkitnya penyakit hipertensi dan berbagai penyakit digeneratif
lainnya.
a. Mengkurangi konsumsi garam
b. Melakukan olaraga secara teratur dan dinamik
c. Membiasakan bersikap dinamik seperti memilih menggunakan
tangga dari pada limfa
d. Menghentikan kebiasaan merokok
e. Menjaga kestabilan BB
f. Menjauhkan dan menghindari stress dengan pendalaman angka
sebagai salah satu upayahnya.
2.1.11 Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium rutin yang dilakukan sebelum
melakukan terapi bertujuan menentukan adanya kerusakan organ dan
faktor lain atau mencari penyebab hipertensi, biasanya diperiksa
unaralis darah perifer lengkap kemih darah (kalium, natrium, kreatinin,
gula darah puasa, kolestrol total, kolestrol HDI, dan EKG).
Sebagai tambahan dapat dilakukan pemeriksaan lain seperti
klirens kreatinin protein urine 24 jam, asam urat, kolestrol LDL, TSH
dan ekokardiografi. (Mansjoer Arif,2000 : 49)
2.2 Konsep dasar Asuhan Keperawatan Hipertensi
Proses keperawatan merupakan metode dimana suatu konsep
diterapkan dalam praktik keperawatan. Hal ini bisa disebut sebagai suatu
pendekatan problem-solving yang memerlukan ilmu, teknik, dan
keterampiian interpersonal dan ditujukan untuk memenuhi kebutuhan
klien/keluarga. Proses keperawatan terdiri dari lima tahap yang sequensial
dan berhubungan yaitu : pengkajian, diagnosa, perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi.
2.2.1 Pengkajian Hipertensi
Pengkajian adalah suatu tahapan ketika seorang perawat
mengumpulkan informasi secara terus-menerus tentang lansia yang di
binanya. Pengkajian merupakan langkah awal pelaksanaan asuhan
keperawatan lansia. Pada kegiatan pengkajian ada beberapa tahap yang
perlu dilakukan, yaitu dalam pengkajian meliputi dua tahap :
Pengkajian pada lansia yang ada di keluarga dilakukan dengan
melibatkan keluarga sebagai orang terdekat yang mengetahui tentang
masalah kesehatan lansia. Sedangkan pengkajian pada kelompok lansia
di panti ataupun di masyarakat dilakukan dengan melibatkan penaggung
jawab kelompok lansia, kultural, kelompok masyarakat, serta petugas
kesehatan. (Dongoes, 2000)
Untuk itu, format pengkajian yang digunakan adalah format
pengkajian pada lansia yang dikembangkan sesuai dengan keberadaan
lansia. Format pengkajian yang dikembangkan minimal terdiri atas :
data dasar (identitas, alamat, usia, pendidikan,pekerjaan, agama dan
suku bangsa), data biopsikososial spiritual kultural, lingkungan, status
agama, fungsional, fasilitas penunjang, kesehatan yang ada, serta
pemeriksaan fisik. (Bandiyah, 2009).
Pengkajian pada lansia dengan Osteoporosis adalah sebagai berikut:
1. Identitas
Identitas klien mencakup nama, alamat, jenis kelamin, umur,
agama, suku, tingkat pendidikan, keluarga yang dapat dihubungi, dan
riwayat pekerjaan.
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama
Keluhan yang dirasakan paling berat oleh pasien. Pada
lansia dengan hipertensi mengeluh nyeri kepala.
b. Riwayat penyakit sekarang
Kapan mulai ada keluhan, sudah berapa lama, bagaimana
kejadiannya dan apa saja upaya untuk mengatasi penyakitnya.
c. Riwayat penyakit dahulu
Bagaimana kesehatan klien sebelumnya, apakah pernah
mengalami penyakit atau ada riwayat penyakit yang lain dan
jika ada, biasanya pergi berobat kemana.
d. Riwayat penyakit keluarga
Bagaimana kesehatan keluarganya, apakah ada diantara
anggota keluarganya ada yang mengalami penyakit yang sama.
3. Riwayat bio-psiko-sosial-spiritual
Dalam pengkajian kebiasaan sehari-hari/kebutuhan dasar,
penulis menggunakan konsep dasar menurut Virginia Handerson
yaitu :
a. Kebutuhan respirasi
Pengumpulan data tentang pernafasan klien, apakah
mengalami gangguan pernafasan atau tidak.
b. Kebutuhan nutrisi
Pada pola nutrisi yang ditanyakan adalah bagaimana nafsu
makan klien, jumlah makan atau minum serta cairan yang
masuk, ada tidaknya mual dan muntah dan kerusakan pada saat
menelan.
c. Kebutuhan eliminasi
Pada pola eliminasi yang perlu ditanyakan adalah jumlah
kebiasaan defekasi perhari, ada atau tidaknya konstpasi, diare,
kebiasaan berkemih, ada tidaknya disuria, hematuri, retensi
dan inkontenensia.
d. Kebutuhan istirahat tidur
Pada pola ini yang perlu ditanyakan adalah jumlah jam
tidur pada malam hari, pagi dan siang hari. Apakah klien
merasa tenang sebelum tidur, masalah selama tidur, adanya
insomnia atau mimpi buruk.
e. Kebutuhan aktivitas
Pada pengumpulan data ini yang perlu ditanyakan adalah
kemampuan dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari (ADL),
apakah klien mampu melakukannya sendiri secara mandiri
atau dibantu oleh keluarga maupun perawat.
f. Kebutuhan rasa aman dan nyaman
Biasanya ditanyakan bagaimana kenyamanan klien,
pengkajian nyeri menggunakan PQRST. Dimana, p
(provokatif) yaitu penyebab nyeri yang biasanya disebabkan
oleh meningkatnya tekanan intra luminal sehingga suplai darah
terganggu dan mengakibatkan terjadinya hipoksia jaringan Q
(kualitas) yaitu apakah kualitas nyeri ringan, sedang, berat,
apakah rasa nyeri seperti ditusuk-tusuk benda tajam atau
trauma tumpul R (region) yaitu daerah terjadinya/perjalanan
nyeri S (skala), bagaimana skala nyerinya bisa dengan
menggunakan skala nyeri (0-10) atau (0-5), T (time) waktu
klien merasakan nyeri, apakah terus-menerus atau klien
merasakan nyeri pada waktu pagi hari, siang, sore atau malam.
g. Pengaturan suhu tubuh
Harus mengetahui fisiologis panas dan bisa mendorong
kearah tercapainya keadaan panas maupun dingin dengan
mengubah temperatur, kelembaban atau pergerakan udara atau
dengan memotivasi klien untuk meningkatkan atau atau
mengurangi aktivitasnya.
h. Kebutuhan bermain dan rekreasi
Pada pengumpulan data ini biasanya klien ditanya
mengenai kebiasaan klien dalam menggunakan waktu senjang,
kebiasaan bermain atau berekreasi dan tempat yang
dikunjungi. Umumnya kebutuhan bermain dan berekreasi tidak
bisa dilaksanakan sebagaimana halnya orang sakit, bagi orang
sakit biasanya bermain/berekreasi dengan membaca,
berbincang-bincang tetapi tergantung individul
i. Kebutuhan spiritual
Bagaimana keyakinan klien pada agamanya, bagaimana
cara klien mendekatkan diri kepada Tuhan dan pantangan
dalam agama selama klien sakit.
j. Kebutuhan belajar
Bagaimana persepsi klien terhadap dirinya mengenai
masalah-masalah yang ada. Kebutuhan belajar ini biasanya
tergantung dari individu itu sendiri dan tergantung dari tingkat
pendidikan klien tentang hipertensi
k. Kebutuhan bekerja
Dalam perawatan dasar maka penilaian terhadap
interprestsi terhadap kebutuhan klien sangat penting, dimana
sakit bisa menjadi lebih ringan apabila seseorang dapat terus
bekerja.
l. Kebutuhan berpakaian
Bagaimana kebiasaan klien dalam berpakaian dan berapa
kali klien mengganti baju dalam sehari.
m. Kebutuhan personal hygiene
Pada pengumpulan data ini yang perlu ditanyakan adalah
berapa kali klien mandi, menyikat gigi, keramas dan
memotong kuku, perlu juga ditanyakan penggunaan sabun
mandi, pasta gigi dan sampo. Namun hal tersebut tergantung
keadaan klien dan gaya hidup klien, tetapi pada umumnya
kebutuhan personal hygiene dapat terpenuhi meskipun hanya
dengan bantuan keluarga.
n. Kebutuhan berkomunikasi dengan orang lain
Pada pengumpulan data ini yang perlu ditanyakan adalah
bagaimana hubungan klien dengan keluarga dan orang lain dan
bagaimana cara klien berkomunikasi dan bersosialisasi dengan
orang lain (Nursalam, 2008).
4. Pemeriksaan Fisik Head to Toe
a. Kepala dan rambut
1) Inspeksi : Untuk mengetahui warna, tekstur dan distribusi
rambut, apakah bentuk kepala simetris atau tidak, apakah
ada ketombean, kutu atau tidak, apakah rambut mudah
rontok atau tidak.
2) Palpasi : Untuk mengetahui ada atau tidak pembengkakan
pada kepala, ada atau tidak ada nyeri tekan.
b. Wajah
1) Infeksi : Untuk mengetahui bentuk wajah klien simetris
atau tidak, gerakan otot wajah dan ekspresi wajah klien
pada saat melakukan pengkajian.
2) Palpasi : Untuk mengetahui ada atau tidak odema pada
wajah.
c. Mata
Infeksi : Untuk mengetahui apakah ada sianosis atau tidak,
terdapat konjungtivitas atau tidak, kelopak mata bersih atau
tidak.
d. Hidung
Infeksi : Untuk mengetahui bentuk hidung apakah simetris atau
tidak, apakah terdapat skret atau polipnasi atau tidak dan untuk
mengetahui sejauh mana ketajaman penciuman klien.
e. Telinga
Infeksi : Untuk mengetahui bentuk telinga simetris atau tidak,
apakah terdapat serumen atau tidak, apakah pendengaran kedua
telinga baik atau tidak.
f. Mulut
Infeksi : Untuk mengetahui apakah ada kelainan pada mulut
dan gigi klien, bibir kering atau lembab, ada tidaknya caries
gigi.
g. Leher
1) Infeksi : Untuk mengetahui bentuk leher, apakah ada atau
tidak pembesaran kelenjar tiroid maupun vena jugularis.
2) Palpasi : Untuk mengetahui ada atau tidak pembesaran
kelenjar tiroid maupun vena jugularis.
h. Dada
1) Infeksi : Untuk mengetahui bentuk dada simetris atau tidak,
apakah menggunakan alat bantu pernafasan atau tidak.
2) Palpasi : Untuk mengetahui ada atau tidak pembengkakan
di daerah dada, kelengkapan tulang iga, apakah ada atau
tidak nyeri tekan pada dinding dada, apakah ada tarikan
dinding dada.
3) Auskultasi : Untuk mengetahui suara jantung dan nafas
klien (suara nafas tambahan) apakah ada kelainan atau
tidak.
4) Perkusi : Untuk mengetahui bunyi ketuk pada daerah dada
klien, apakah ada bunyi atau tidak.
i. Abdomen
1) Infeksi : Untuk melihat apakah ada striae atau tidak, apakah
turgor kulit klien baik atau tidak.
2) Auskultasi : Untuk mendengar apakah ada bising usus atau
tidak, apakah ada kelainan pada daerah abdomen, apakah
ada nyeri tekan.
3) Perkusi : Untuk mengetahui apakah ada bunyi timpani pada
abdomen.
4) Palpasi : Untuk mengetahui apakah terdapat nyeri tekan
abdomen atau kelainan lainnya pada saat dilakukan palpasi.
j. Ekstremitas bawah dan atas
1) Infeksi : Untuk melihat apakah ada odema atau tidak,
kekuatan otot dan capillary refill time dan apakah terdapat
infuse atau tidak.
2) Perkusi : Untuk mengetahui bagaimana reflex patella.
k. Integument
1) Infeksi : Untuk mengetahui apakah kulit bersih atau tidak,
apakah ada luka ataupun penyakit kulit lainnya.
2) Palpasi : Untuk mengetahui turgor kulit klien baik atau
tidak.
2.2.2 Diagnosa keperawatan Hipertensi
Diagnosa Keperawatan adalah respons individu pada masalah
kesehatan, baik yang aktual maupun potensial.masalah aktual adalah
masalah yang diperoleh pada saat pengkajian. Sedangkan masalah
potensial adalah masalah yang mungkin timbul kemudian. Jadi,
diagnosis keperawatan adalah suatu pernyataan yang jelas, padat, dan
pasti tentang status dan masalah kesehatan klien yang dapat diatasi
dengan tindakan keperawatan.
a. Analisa data
Setelah dilakukan pengumpulan data melalui kegiatan
wawancara dan perneriksaan fisik, kernudian diiakukan analisis
data. Analisis data dilakukan dengan memilih data-data yang ada,
sehingga dapat dirumuskan menjadi suatu diagnosis keperawatan.
No Data focus Etiologi Problem
1 DS: Tekanan vaskuler Nyeri akut
- Klien mengeluh sakit selebral meningkat (sakit kepala)
pada kepala menjalar
ke pundak Nyeri akut
- Klien mengeluh (sakit kepala)
telinganya berdengung
DO:
- Klien tampak
meringis kesakitan
- Karakteristiknya
P: peningkatan
tekanan      vaskuler
pada cerebral
Q: ringan-berat
S: 1-10,
T: sewaktu-waktu
- TTVmeningkat

2 DS: Saraf-saraf Intoleransi


- Klien mengatakan simpatis meningkat aktivitas
keadaannya lemah
dan tidak bisa Frekuenso napas
beraktivitasnya meningkat
sendiri.
DO: Pola nafas tidak
No Data focus Etiologi Problem
- Klien tampak lemah. teratur
- Klien tampak
berbaring di tempat Suplasi O2 tidak
tidur. ada

Ketidakseimbangan
O2 dengan
kebutuhan

Intoleransi aktifitas

b. Adapun diagnosa keperawatan yang sering muncul pada pasien


hipertensi adalah (Doenges Marllyn, 2000 )
1) Nyeri akut ( sakit kepala ) berhubngan dengan peningkatan
tekanan vaskuler serebral ditandai dengan keluhan pusing ,
berdeyut, sakit kepala suboksivital.
2) Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan
oksigen ditandai dengan kelemahan umum.
2.2.3 Intervensi Keperawatan Hipertensi
No
Hari Tujuan dan
D Intervensi Rasional
Tanggal kriteria hasil
X
1 Setelah dilakukan 1. Pertahankan tirah 1. Meminimalkan
tindakan baring selama stimulasi atau
keperawatan faseakut. men:ngkatkar
diharapkan nyeri relaksasi.
dapat berkurang, 2. Berikan tindakan 2. Tindakan yang
dengan nonfarmakologi menurunkan
Kriteria hasil : unttuk vaskuler serrebral
1. Klien menghilangkan dan yang
melaporkan sakit kepala, memperlambat
nyeri atau misalnnya pijat respon simpatis
ketidaknyaman punggung dan enghilangkan sakit
an hilang/ leher, redupkan kepala.
terkontrol. lampu kamar, dan
2. Klien dapat teknik relaksasi.
menungkapkan 3. Hilangkan atau 3. Aktivitas yang
metode yang minimalkan meningkatkan
dapat aktivitas vasokonstriksi
digunakan vasokonstriksi menyebabkan sakit
untuk yang dapat kepala
mengurangi meningkatkan
nyeri. sakit kepala
3. TTV kembali misalnya :
normal mengenjan saat
BAK. batuk
panjang,
membungkuk.
efektif dalam
4. Berikan cairan, 4. Meningkatkan
makanan lunak, kenyamanan
perawatan mulut umum.
yang teratur.
5. Kolaborasi, 5. Menurunkan atau
dalam pemberian niengontrol nyeri
obat analgesik dan menurunkan
rangsang sistem
saraf simpatis.
Setelah dilakukan 1. Berikan dorongan 1. kemajuan aktivitas
tindakan untuk aktivitas / bertahap mencegah
keperawatan perawatan diri peningkatan kerja
diharapkan bertahap jika jantung tiba – tiba,
kelemahan dapat ditoleransi, memberikan
berkurang berikan bantuan bantuan hanya
sehingga klien sesuai kebutuhan sebatas kebutuhan
dapat beraktivitas akan mendorong
sesuai dengan kemandirian dalam
keinginan atau melakukan aktivit
kebutuhan 2. Instruksikan 2. tekhnik menghemat
aktivitas terpenuhi pasien tentang energy mengurangi
dengan tekhnik penggunaan
Kriteria hasil : penghematan energy, dan juga
1. Berpartisivasi energy membantu
dalam aktivitas kesimbangan antara
yang suplai dan
diinginkan atau kebutuhan oksigen
diperlukan, 3. Beri jarak waktu 3. istirahat
2. Melaporkan pengobatan dan memungkinkan
peningkatan prosedur untuk penghematan
dalam toleransi memungkinkan energy
aktivitas yang waktu istirahat
dapat diukur. sepanjang siang
dan sore 4. pemberian digoxin
4. Kolaborasi untuk memperkuat
pemberian obat kerja jantung.
digixin

2.2.4 Implementasi (Pelaksanaan)


Pelaksanaan tindakan keperawatan adalah langkah ke empat
dalam tahap proses keperawatan dengan melaksanakan berbagai
strategi keperawatan yang telah direncanakan ( Hidayat AA,2004 ).
Tahap pelaksanaan dimulai setclah rencana tindakan disusun
dan ditujukan pada nursing oders untuk membantu klien mencapai
tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu, rencana tindakan yang
spesifik dilaksanakan untuk memodifikasi faktor-faktor yang
mempengaruhi masalah kesehatan klien.
Tujuan dari pelaksanaan adalah membantu klien dalam
mencapai tujuan yang telah ditetapkan, yang mencakup peningkatan
kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan dan
memfasilitasi koping. Perencanaan tindakan keperawatan akan dapat
dilaksanakan dengan baik, jika klien mempunyai keinginan untuk
berpartisifasi dalam pelaksanaan tindakan keperawatan. Selama tahap
palaksanaiin, perawat terus melakukan pengumpulan data dan
memilih tindakan perawatan yang paling sesuai dengan kebutuhan
klien. Semua tindakan keperawatan dicatat ke dalam format yang
telah ditetapkan oleh institusi.
2.2.5 Evaluasi
Evaluasi adalah : Proses penilaian pencapaian tujuan serta
pengkajian ulang rencana keperawatan dan merupakan langkah
terakhir dalam proses keperawatan dengan caramengidentifikasi
sejauh mana keberhasilan yang telah dicapai dalam memberikan
asuhan keperawatan dari tingkat keberhasilan ini kita dapat
mempertimbangkan perawatan yang diberikan selanjutnya ( Hidayat
AA.2,004 ).
Macam-macam Evaluasi :
Evaluasi proses keperawatan ada dua yaitu : Evaluasi kuantitatif atau
evaluasi kualitatif.
a. Evaluasi Kuantitatif
Evaluasi kuantitatif dilaksanakan dalam kuantitas, jumlah
pelaytanan, atau kegiatan yang telah dikerjakan. Misalkan jumlar
keluarga yang dibina atau jumlah imunisasi yang telah diberikan.
Evaluasi kuantitatif sering digunakan dalam kesehatan karena
lebih mudah dikerjakan bila dibandingkan dengan evaluasi
kualaatif. Pada evaluasi kuantitatif jumlah kegiatan dianggap
dapat memberikan hasil yang memuaaskan.
b. Evaluasi kualitatif
Evaluasi kualitatif merupakan evaluasi mutu yang dapat
difokuskan pada salah saw dari tiga dimensi yang saling terkait.
1) Struktur atau sumber
Evaluasi struktur atau sumber terkait dengan tenaga manusia
atau bahan-bahan yang diperlukan dalam pelaksanaan
kegiatan. Upaya keperawatan yang terkait antara lain :
a) Kecakapan atau kualifikasi perawat
b) Minat atau dorongan
c) Waktu atau tenaga yang digunakan
d) Macam dan banyaknya peralatan yang digunakan
e) Dana yang tersedia
2) Proses
Evaluasi proses berkaitan dengan kegiatan-kegiatan yang
dilakukan untuk mencapai tujuan. Misalnya mutu penyuluhan
kesehatan yang diberikan kepada keluarga lansia dengan
masalah nutrisi.
3) Hasil
Evaluasi ini difokuskan kepada bertambahnya kesanggupan
keluarga dalam rnelaksanakan tugas-tugas kesehatan
DAFTAR PUSTAKA

Nugroho,H.Wahyudi, B.Sc.,SKM. Keperawatan Gerontik & Geriatrik,Ed.3.2008. Jakarta : ECG.


hal:11
Dessy Naediwati dkk. Geronteknologi dan Perawatan Lansia. Dunia Keperawatan, Vol. 6,
No.2.2018.hal:80
Kushariadi. Asuhan Keperawatan Pada Klien Lanjut Usia.2011. Salemba Medika:Jakarta
Nugroho,H.Wahyudi,B.Sc.,SKM.keperawatan Gerontik & Geriatrik,Ed.3.2008. Jakarta :
ECG.hal:11
Rizky Pebrian Pratama & Erviana Fitri Astuti.Pengaruh Kepuarsan Lansia Di Kelurahan
Papanggo Rt 01/07 Di Jakarta Utara Terhadap Sikap Peduli Mahasiswa Husada Karya Jaya
Dalam Prakter Keperawatan Gerontik Tahun 2015/2016. Jurnal Akademi Keperawatan
Husada Karya Jaya, Vol.3, No.1.2017.hal:6
Nugroho, H. Wahyudi ,B.Sc., SKM. Keperawatan Gerontik & Geriatrik, Ed. 3 .2008. Jakarta :
ECG. hal:11
Weni Lidya Hendayani dan Ridhyalla Afnuhazi. Dukungan Keluarga Dengan Depresi Pada
Lansia. Jurnal Pembangunan Nagari Vol. 3 No.1 Edisi.2018.hal:2
Nugroho, H.Wahyudi, B.Sc., SKM. Keperawatan Gerontik & Geriatrik, Ed.3. 2008. Jakarta :
ECG.hal:11
Rizky Pebrian Pratama & Erviana Fitri Astuti.Pengaruh Kepuarsan Lansia Di Kelurahan
Papanggo Rt 01/07 Di Jakarta Utara Terhadap Sikap Peduli Mahasiswa Husada Karya Jaya
Dalam Prakter Keperawatan Gerontik Tahun 2015/2016. Jurnal Akademi Keperawatan
Husada Karya Jaya, Vol.3, No.1.2017.hal:6
Angeline Mediatrix Wilson,dkk. Hubungan inkontinensia urin dengan tingkat depresi pada lansia
dip anti werdha Bethania Lembean. e-journal Keperawatan (e-Kp) Vol.5 No.1.2017.hal:2-3
Angeline Mediatrix Wilson,dkk. Hubungan inkontinensia urin dengan tingkat depresi pada lansia
dip anti werdha Bethania Lembean. e-journal Keperawatan (e-Kp) Vol.5 No.1.2017.hal:2-3

Anda mungkin juga menyukai