Laporan pendahuluan dan Resume ini telah diperiksa, disetujui, dan dievaluasi
Hari :
Tanggal :
Mengetahui,
2. Bentuk Keluarga
a. Keluarga Tradisional
1) Keluarga inti
Jumlah keluarga inti yang terdiri dari seorang ayah yang mencari
nafkah, seorang ibu yang mengurusi rumah tangga dan anak
(Friedman, 2010). Sedangkan menurut Sudiharto (2007), Kelurga
inti adalah keluarga yang dibentuk karena ikatan perkawinan yang
direncanakan yang terdiri dari suami, istri, dan anak-anak karena
kelahiran (natural) maupun adopsi.
2) Keluarga adopsi
Keluarga adopsi adalah dengan menyerahkan secara sah tanggung
jawab sebagai orang tua seterusnya dari oranr tua kandung ke orang
tua adopsi, biasanya menimbulkan keadaan yang saling
menguntungkan baik bagi orang tua maupun anak. Disatu pihak
orang tua adopsi mampu memberi asuhan dan kasihsayangnya bagi
anak adospsinya, sementara anak adopsi diberi sebuah keluarga
yang sangat menginginkan mereka (Friedman, 2010).
3) Keluarga Besar
Keluarga dengan pasangan dengan pasangan yang berbagi
pengaturan rumah tangga dan pengeluaran keuangan dengan orang
tua, kakak / adik, dan keluarga dekat lainnya. Anak – anak
kemudian dibesarkan oleh generasi dan memiliki pilihan model pola
perilaku yang akan membentuk pola perilaku mereka (Friedman,
2010). Sedangkan menurut Sudiharto (2007), keluarga besar adalah
Keluarga inti ditambah keluarga yang lain (karena hubungan darah),
misalnya kakek, nenek, bibi, paman, sepupu termasuk keluarga
modern, seperti orang tua tunggal, keluarga tanpa anak, serta
keluarga dengan pasangan sejenis.
7) Keluarga binuklear
Keluarga yang terbentuk setelah perceraian yaitu anak merupakan
anggota dari sebuah sistem keluarga yang terdiri atas dua rumah
tangga inti, maternal dan paternal, dengan keragaman dalam hal
tingkat kerjasama dan waktu yang dihabiskan dalam setiap rumah
tangga (Friedman, 2010).
3. Fungsi Keluarga
Ada lima fungsi keluarga menurut (Friedman, 2010) :
a. Fungsi afektif
Fungsi ini meliputi persepsi keluarga tentang pemenuhan kebutuhan
psikososial anggota keluarga. Melalui pemenuhan fungsi ini, maka
keluarga akan dapat mencapai tujuan psikososial yang utama,
membentuk sifat kemanusiaan dalam diri anggota keluarga, stabilitas
keperibadian dan tingkah laku, kemampuan menjalin secara lebih akrab,
dan harga diri
c. Fungsi reproduksi
Keluarga berfungsi untuk meneruskan keturunan dan menambah
sumber daya manusia.
e. Fungsi ekonomi
Keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi
dan tempat untuk mengembangkan kemampuan individu meningkatkan
penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
4. Struktur Keluarga
Ada empat struktur keluarga menurut (Friedman, 2010) adalah struktur
peran, struktur nilai keluarga, proses komunikasi dan struktur kekuasaan dan
pengambilan keputusan.
a. Struktur peran
Peran adalah perilaku yang dikaitkan dengan seseorang yang memegang
sebuah posisi tertentu, posisi mengidentifikasi status atau tempat
seseorang dalam suatu system social.
c. Proses komunikasi
Proses komunikasi ada dua yaitu proses komunikasi fungsional dan
proses komunikasi disfungsonal.
a. Patrilineal
Keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa
generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur ayah.
b. Matrilineal
Keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa
generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur ibu.
c. Matriloka
Sepasang suami istri yang tinggal besama keluarga sedarah ibu
d. Patriloka
Sepasang suami istri yang tinggal besama keluarga sedarah ayah
e. Keluarga kawin
Hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga, dan
beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena adanya
hubungan dengan suami atau istri.
5. Tahap Perkembangan Keluarga
1) Keadaan penyakitnya
2) Sifat dan perkembangan perawatan yang dibutuhkan.
3) Keberadaan fasilitas yang dibutuhkan untuk perawatan
4) Sumber-sumber yang ada dalam keluarga (anggota keluarga yang
bertanggung jawab, sumber keuangan dan financial, fasilitas fisik,
psikososial).
2.1.4 Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan velaksasi
pembuluh darah terletak di pusat vasomotor, nada medulla diotak dari
pusat vasomotor ini medulla di otak dari pusat vasomotor ini medulla
dari saraf simpatis yang berlanjut ke bawah korda spinalis, dan keluar
dari kolumna medulla spinalis ke ganglia simpatis di toraks dan
abdomen. Individu dengan hipertensi sangat sensitive terhadap
norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal
tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang
pembuluh darah sebagai respon rangsang emosi, kelenjar adrenal juga
terangsang mengakibatkan tambahan aktivitas vasokontriksi. Medulla
adrenal mengeksresi epinefrin yang menyebebkan vasokonstriksi.
Korteks adrenal mengeksresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat
memperkuat respon vasokontriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi
yang mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal, menyebabkan
pelepasan rennin. Rennin merangsang pembentukan angiotensin I yang
kemodian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat,
yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks
adrenal. Hormon ini menyebabkan retensiretensi natrium dan air oleh
tubulus ginjal, menyehahkan pcningkatan volume intravaskuler. Semua
faktor tersebut cendrung mencetuskan keadaan hipertensi.
Perubahan struktural dan fungsional pada sistem pembuluh
darah yang terjadi pada lansia. Perubahan tersebut meliputi
aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat, dan penurunan dalam
relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan
kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah yang terjadi
pada lansia. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya
elastisitas jaringan ikat, dan penurunan dalam relaksasi otot polos
pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan
distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan
arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume
darah yang dipompa oleh jantung (Volume sekuncup), mengakibatkan
penurunari curah jantung dan peningkatan perifer.
2.1.5 Pathway
Usia ciri perseorangan kebiasaan
hidup monoton
Merangsang
keladrenalin Tinggi garam
kemampuan distensi dan daya
tinggi kolestrol
regang pemb. darah menurun
Sekresi epineprin
kemampuan aorta
dan arteri utk mengakomodasi obesitas
vol. sekuncup menurun
vasokonstriksi
Ketidaktahuan ttg
takipneu/frekuensi napas
kundisi penyakit
meningkat Intoleransi aktivitas
cemas
Pola napas tidak teratur
Nyeri akut
(sakit kepala)
kurang
pengetahuan Suplai oksigen tidak
adekuat
ketidakseimbangan
oksigen dg kebutuhun
Intoleransi aktivitas
2.1.6 Manifestasi klinis
Peningkatan Tekanan Darah merupakan satu-satunya gejala.
Bila demikian, gejala baru muncul setelah terjadi komplikasi pada
giajal, mata, otakjantung. Gejala yang sering ditemukan adalah : Sakit
kepala, epitaksis, marah, telinga berdengung, rasa berat di tengkuk,
sukar tidur, mata berkunang-kunang, lemah, muka pucat, suhu tubuh
rendah dan pusing.
2.1.7 Komplikasi
Komplikasi umumnya terjadi pada Hipertensi berat, organ
tubuh yang terserang akibat Hipertensi antara lain :
1. Perdarahan retina bahkan gangguan pengelihatan sampai
kebutaan.
2. Kerusakan jantung
3. Kerusakan ginjal
4. Pecahnya pembuluh darah otak dapat menimbulkan stroke,
haemoragik bahkan kematian.
2.1.8 Penatalaksanaan
Pengbobatan dirujukan untuk menurunkan tekanan darah menjadi
normal, pengobatan jantung karena hipertensi, mengurangi morbilitas
dan moralitas terhadap penyakit kardiovascular dan menurunkan faktor
resiko terhadap penyakit kardiovascular semaksimal mungkin.
Untuk menurunkan tekanan darah, dapat ditujukan 3 faktor
fisiologis yaitu : menurunkan isi cairan intravascular dan non darah
dengan neolistik menurunkan aktivitas susunan saraf simpatis dan
respon kardiovascular terhadap rangsangan tahanan prifer dengan obat
vasediator. (Arif Manjoer, 2001)
2.1.9 Pencegahan
1. Berhenti merokok secara total dan tidak mengkonsumsi alkohol
2. Melakukan antisipasi fisik secara teratur atau berolaraga secara
teratur dapat mengurangi ketegangan pikiran (strees) membantu
menurunkan berat badan, dapat membakar lemak yang berlebihan.
3. Diet rendah garam atau makanan, kegemukan (kelebihan berat
badan harus segera di kurangi)
4. Latihan ohlaraga yang dapat seperti senam aerobic, jalan cepat, dan
bersepeda paling sedikit 7 kali dalam seminggu.
5. Memperbanyak minum air putih, minum 8- 10 gelas/ hari.
6. Memeriksakan tekanan darah secara normal / berkala terutama bagi
seseorabg yang memiliki riwayat penderita hipertensi.
7. Menjalani gaya hidup yang wajar mempelejari cara yang tepat
untuk mengendalikan stress.(Bambang Sadewo, 2004)
2.1.10 Pengobatan
1. Arti hipertensi non Farmokologis
Tindakan pengobatan supparat, sesuai anjuran dari natural
cammitoe dictation evalution treatmori of high blood preasure
a. Tumpukan berat badan obesitas
b. Konsumsi garam dapur
c. Kurangi alkohol
d. Menghentikan merokok
e. Olaraga teratur
f. Diet rendah lemak penuh
g. Pemberian kalium dalam bentuk makanan sayur dan buah
2. Obat anti hipertensi
a. Dioverika, pelancar kencing yang diterapkan kurangin volume
input
b. Penyakit beta (B.Blocker)
c. Antoganis kalsium
d. Lanbi ACE (Anti Canvertity Enzyine)
e. Obat anti hipertensi santral (simpatokolim)
f. Obat penyekar ben
g. Vasodilatov (Arif Mansjoer, 2001, 522)
3. Perubahan gaya hidup
Dilain pihak gaya hidup yang baik untuk menghindari
terjangkitnya penyakit hipertensi dan berbagai penyakit digeneratif
lainnya.
a. Mengkurangi konsumsi garam
b. Melakukan olaraga secara teratur dan dinamik
c. Membiasakan bersikap dinamik seperti memilih menggunakan
tangga dari pada limfa
d. Menghentikan kebiasaan merokok
e. Menjaga kestabilan BB
f. Menjauhkan dan menghindari stress dengan pendalaman angka
sebagai salah satu upayahnya.
2.1.11 Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium rutin yang dilakukan sebelum
melakukan terapi bertujuan menentukan adanya kerusakan organ dan
faktor lain atau mencari penyebab hipertensi, biasanya diperiksa
unaralis darah perifer lengkap kemih darah (kalium, natrium, kreatinin,
gula darah puasa, kolestrol total, kolestrol HDI, dan EKG).
Sebagai tambahan dapat dilakukan pemeriksaan lain seperti
klirens kreatinin protein urine 24 jam, asam urat, kolestrol LDL, TSH
dan ekokardiografi. (Mansjoer Arif,2000 : 49)
2.2 Konsep dasar Asuhan Keperawatan Hipertensi
Proses keperawatan merupakan metode dimana suatu konsep
diterapkan dalam praktik keperawatan. Hal ini bisa disebut sebagai suatu
pendekatan problem-solving yang memerlukan ilmu, teknik, dan
keterampiian interpersonal dan ditujukan untuk memenuhi kebutuhan
klien/keluarga. Proses keperawatan terdiri dari lima tahap yang sequensial
dan berhubungan yaitu : pengkajian, diagnosa, perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi.
2.2.1 Pengkajian Hipertensi
Pengkajian adalah suatu tahapan ketika seorang perawat
mengumpulkan informasi secara terus-menerus tentang lansia yang di
binanya. Pengkajian merupakan langkah awal pelaksanaan asuhan
keperawatan lansia. Pada kegiatan pengkajian ada beberapa tahap yang
perlu dilakukan, yaitu dalam pengkajian meliputi dua tahap :
Pengkajian pada lansia yang ada di keluarga dilakukan dengan
melibatkan keluarga sebagai orang terdekat yang mengetahui tentang
masalah kesehatan lansia. Sedangkan pengkajian pada kelompok lansia
di panti ataupun di masyarakat dilakukan dengan melibatkan penaggung
jawab kelompok lansia, kultural, kelompok masyarakat, serta petugas
kesehatan. (Dongoes, 2000)
Untuk itu, format pengkajian yang digunakan adalah format
pengkajian pada lansia yang dikembangkan sesuai dengan keberadaan
lansia. Format pengkajian yang dikembangkan minimal terdiri atas :
data dasar (identitas, alamat, usia, pendidikan,pekerjaan, agama dan
suku bangsa), data biopsikososial spiritual kultural, lingkungan, status
agama, fungsional, fasilitas penunjang, kesehatan yang ada, serta
pemeriksaan fisik. (Bandiyah, 2009).
Pengkajian pada lansia dengan Osteoporosis adalah sebagai berikut:
1. Identitas
Identitas klien mencakup nama, alamat, jenis kelamin, umur,
agama, suku, tingkat pendidikan, keluarga yang dapat dihubungi, dan
riwayat pekerjaan.
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama
Keluhan yang dirasakan paling berat oleh pasien. Pada
lansia dengan hipertensi mengeluh nyeri kepala.
b. Riwayat penyakit sekarang
Kapan mulai ada keluhan, sudah berapa lama, bagaimana
kejadiannya dan apa saja upaya untuk mengatasi penyakitnya.
c. Riwayat penyakit dahulu
Bagaimana kesehatan klien sebelumnya, apakah pernah
mengalami penyakit atau ada riwayat penyakit yang lain dan
jika ada, biasanya pergi berobat kemana.
d. Riwayat penyakit keluarga
Bagaimana kesehatan keluarganya, apakah ada diantara
anggota keluarganya ada yang mengalami penyakit yang sama.
3. Riwayat bio-psiko-sosial-spiritual
Dalam pengkajian kebiasaan sehari-hari/kebutuhan dasar,
penulis menggunakan konsep dasar menurut Virginia Handerson
yaitu :
a. Kebutuhan respirasi
Pengumpulan data tentang pernafasan klien, apakah
mengalami gangguan pernafasan atau tidak.
b. Kebutuhan nutrisi
Pada pola nutrisi yang ditanyakan adalah bagaimana nafsu
makan klien, jumlah makan atau minum serta cairan yang
masuk, ada tidaknya mual dan muntah dan kerusakan pada saat
menelan.
c. Kebutuhan eliminasi
Pada pola eliminasi yang perlu ditanyakan adalah jumlah
kebiasaan defekasi perhari, ada atau tidaknya konstpasi, diare,
kebiasaan berkemih, ada tidaknya disuria, hematuri, retensi
dan inkontenensia.
d. Kebutuhan istirahat tidur
Pada pola ini yang perlu ditanyakan adalah jumlah jam
tidur pada malam hari, pagi dan siang hari. Apakah klien
merasa tenang sebelum tidur, masalah selama tidur, adanya
insomnia atau mimpi buruk.
e. Kebutuhan aktivitas
Pada pengumpulan data ini yang perlu ditanyakan adalah
kemampuan dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari (ADL),
apakah klien mampu melakukannya sendiri secara mandiri
atau dibantu oleh keluarga maupun perawat.
f. Kebutuhan rasa aman dan nyaman
Biasanya ditanyakan bagaimana kenyamanan klien,
pengkajian nyeri menggunakan PQRST. Dimana, p
(provokatif) yaitu penyebab nyeri yang biasanya disebabkan
oleh meningkatnya tekanan intra luminal sehingga suplai darah
terganggu dan mengakibatkan terjadinya hipoksia jaringan Q
(kualitas) yaitu apakah kualitas nyeri ringan, sedang, berat,
apakah rasa nyeri seperti ditusuk-tusuk benda tajam atau
trauma tumpul R (region) yaitu daerah terjadinya/perjalanan
nyeri S (skala), bagaimana skala nyerinya bisa dengan
menggunakan skala nyeri (0-10) atau (0-5), T (time) waktu
klien merasakan nyeri, apakah terus-menerus atau klien
merasakan nyeri pada waktu pagi hari, siang, sore atau malam.
g. Pengaturan suhu tubuh
Harus mengetahui fisiologis panas dan bisa mendorong
kearah tercapainya keadaan panas maupun dingin dengan
mengubah temperatur, kelembaban atau pergerakan udara atau
dengan memotivasi klien untuk meningkatkan atau atau
mengurangi aktivitasnya.
h. Kebutuhan bermain dan rekreasi
Pada pengumpulan data ini biasanya klien ditanya
mengenai kebiasaan klien dalam menggunakan waktu senjang,
kebiasaan bermain atau berekreasi dan tempat yang
dikunjungi. Umumnya kebutuhan bermain dan berekreasi tidak
bisa dilaksanakan sebagaimana halnya orang sakit, bagi orang
sakit biasanya bermain/berekreasi dengan membaca,
berbincang-bincang tetapi tergantung individul
i. Kebutuhan spiritual
Bagaimana keyakinan klien pada agamanya, bagaimana
cara klien mendekatkan diri kepada Tuhan dan pantangan
dalam agama selama klien sakit.
j. Kebutuhan belajar
Bagaimana persepsi klien terhadap dirinya mengenai
masalah-masalah yang ada. Kebutuhan belajar ini biasanya
tergantung dari individu itu sendiri dan tergantung dari tingkat
pendidikan klien tentang hipertensi
k. Kebutuhan bekerja
Dalam perawatan dasar maka penilaian terhadap
interprestsi terhadap kebutuhan klien sangat penting, dimana
sakit bisa menjadi lebih ringan apabila seseorang dapat terus
bekerja.
l. Kebutuhan berpakaian
Bagaimana kebiasaan klien dalam berpakaian dan berapa
kali klien mengganti baju dalam sehari.
m. Kebutuhan personal hygiene
Pada pengumpulan data ini yang perlu ditanyakan adalah
berapa kali klien mandi, menyikat gigi, keramas dan
memotong kuku, perlu juga ditanyakan penggunaan sabun
mandi, pasta gigi dan sampo. Namun hal tersebut tergantung
keadaan klien dan gaya hidup klien, tetapi pada umumnya
kebutuhan personal hygiene dapat terpenuhi meskipun hanya
dengan bantuan keluarga.
n. Kebutuhan berkomunikasi dengan orang lain
Pada pengumpulan data ini yang perlu ditanyakan adalah
bagaimana hubungan klien dengan keluarga dan orang lain dan
bagaimana cara klien berkomunikasi dan bersosialisasi dengan
orang lain (Nursalam, 2008).
4. Pemeriksaan Fisik Head to Toe
a. Kepala dan rambut
1) Inspeksi : Untuk mengetahui warna, tekstur dan distribusi
rambut, apakah bentuk kepala simetris atau tidak, apakah
ada ketombean, kutu atau tidak, apakah rambut mudah
rontok atau tidak.
2) Palpasi : Untuk mengetahui ada atau tidak pembengkakan
pada kepala, ada atau tidak ada nyeri tekan.
b. Wajah
1) Infeksi : Untuk mengetahui bentuk wajah klien simetris
atau tidak, gerakan otot wajah dan ekspresi wajah klien
pada saat melakukan pengkajian.
2) Palpasi : Untuk mengetahui ada atau tidak odema pada
wajah.
c. Mata
Infeksi : Untuk mengetahui apakah ada sianosis atau tidak,
terdapat konjungtivitas atau tidak, kelopak mata bersih atau
tidak.
d. Hidung
Infeksi : Untuk mengetahui bentuk hidung apakah simetris atau
tidak, apakah terdapat skret atau polipnasi atau tidak dan untuk
mengetahui sejauh mana ketajaman penciuman klien.
e. Telinga
Infeksi : Untuk mengetahui bentuk telinga simetris atau tidak,
apakah terdapat serumen atau tidak, apakah pendengaran kedua
telinga baik atau tidak.
f. Mulut
Infeksi : Untuk mengetahui apakah ada kelainan pada mulut
dan gigi klien, bibir kering atau lembab, ada tidaknya caries
gigi.
g. Leher
1) Infeksi : Untuk mengetahui bentuk leher, apakah ada atau
tidak pembesaran kelenjar tiroid maupun vena jugularis.
2) Palpasi : Untuk mengetahui ada atau tidak pembesaran
kelenjar tiroid maupun vena jugularis.
h. Dada
1) Infeksi : Untuk mengetahui bentuk dada simetris atau tidak,
apakah menggunakan alat bantu pernafasan atau tidak.
2) Palpasi : Untuk mengetahui ada atau tidak pembengkakan
di daerah dada, kelengkapan tulang iga, apakah ada atau
tidak nyeri tekan pada dinding dada, apakah ada tarikan
dinding dada.
3) Auskultasi : Untuk mengetahui suara jantung dan nafas
klien (suara nafas tambahan) apakah ada kelainan atau
tidak.
4) Perkusi : Untuk mengetahui bunyi ketuk pada daerah dada
klien, apakah ada bunyi atau tidak.
i. Abdomen
1) Infeksi : Untuk melihat apakah ada striae atau tidak, apakah
turgor kulit klien baik atau tidak.
2) Auskultasi : Untuk mendengar apakah ada bising usus atau
tidak, apakah ada kelainan pada daerah abdomen, apakah
ada nyeri tekan.
3) Perkusi : Untuk mengetahui apakah ada bunyi timpani pada
abdomen.
4) Palpasi : Untuk mengetahui apakah terdapat nyeri tekan
abdomen atau kelainan lainnya pada saat dilakukan palpasi.
j. Ekstremitas bawah dan atas
1) Infeksi : Untuk melihat apakah ada odema atau tidak,
kekuatan otot dan capillary refill time dan apakah terdapat
infuse atau tidak.
2) Perkusi : Untuk mengetahui bagaimana reflex patella.
k. Integument
1) Infeksi : Untuk mengetahui apakah kulit bersih atau tidak,
apakah ada luka ataupun penyakit kulit lainnya.
2) Palpasi : Untuk mengetahui turgor kulit klien baik atau
tidak.
2.2.2 Diagnosa keperawatan Hipertensi
Diagnosa Keperawatan adalah respons individu pada masalah
kesehatan, baik yang aktual maupun potensial.masalah aktual adalah
masalah yang diperoleh pada saat pengkajian. Sedangkan masalah
potensial adalah masalah yang mungkin timbul kemudian. Jadi,
diagnosis keperawatan adalah suatu pernyataan yang jelas, padat, dan
pasti tentang status dan masalah kesehatan klien yang dapat diatasi
dengan tindakan keperawatan.
a. Analisa data
Setelah dilakukan pengumpulan data melalui kegiatan
wawancara dan perneriksaan fisik, kernudian diiakukan analisis
data. Analisis data dilakukan dengan memilih data-data yang ada,
sehingga dapat dirumuskan menjadi suatu diagnosis keperawatan.
No Data focus Etiologi Problem
1 DS: Tekanan vaskuler Nyeri akut
- Klien mengeluh sakit selebral meningkat (sakit kepala)
pada kepala menjalar
ke pundak Nyeri akut
- Klien mengeluh (sakit kepala)
telinganya berdengung
DO:
- Klien tampak
meringis kesakitan
- Karakteristiknya
P: peningkatan
tekanan vaskuler
pada cerebral
Q: ringan-berat
S: 1-10,
T: sewaktu-waktu
- TTVmeningkat
Ketidakseimbangan
O2 dengan
kebutuhan
Intoleransi aktifitas