Anda di halaman 1dari 16

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN THYPOID FEVER

Oleh : Moh. Arip, S.Kp., M.Kes.

I. Pengertian
Thypoid fever/demam tifoid atau thypus abdominalis merupakan penyakit infeksi
akut pada usus halus dengan gejala demam satu minggu atau lebih disertai
gangguan pada saluran pencernaan dan dengan atau tanpa gangguan kesadaran
(T.H. Rampengan dan I.R. Laurentz, 1995). Penularan penyakit ini hampir selalu
terjadi melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi.

II. Etiologi
Penyakit ini disebabkan oleh infeksi kuman Samonella Thposa/Eberthela
Thyposa yang merupakan kuman negatif, motil dan tidak menghasilkan spora,
hidup baik sekali pada suhu tubuh manusia maupun suhu yang lebih rendah
sedikit serta mati pada suhu 700C dan antiseptik. Salmonella mempunyai tiga
macam antigen, yaitu Antigen O=Ohne Hauch=somatik antigen (tidak menyebar)
ada dalam dinding sel kuman, Antigen H=Hauch (menyebar), terdapat pada
flagella dan bersifat termolabil dan Antigen V1=kapsul ; merupakan kapsul yang
meliputi tubuh kuman dan melindungi O antigen terhadap fagositosis. Ketiga
jenis antigen ini di manusia akan menimbulkan tiga macam antibodi yang lazim
disebut aglutinin.

III. Penatalaksanaan.
1. Tirah baring atau bed rest.
2. Diit lunak atau diit padat rendah selulosa (pantang sayur dan buahan),
kecuali komplikasi pada intestinal.
3. Obat-obat :
a. Antimikroba :
- Kloramfenikol 4 X 500 mg sehari/iv
- Tiamfenikol 4 X 500 mg sehari oral
- Kotrimoksazol 2 X 2 tablet sehari oral (1 tablet =
sulfametoksazol 400 mg + trimetoprim 80 mg) atau dosis yang sama
iv, dilarutkan dalam 250 ml cairan infus.
- Ampisilin atau amoksisilin 100 mg/kg BB sehari
oral/iv, dibagi dalam 3 atau 4 dosis.
Antimikroba diberikan selama 14 hari atau sampai 7 hari bebas demam.
2
b. Antipiretik seperlunya
c. Vitamin B kompleks dan vitamin C
4. Mobilisasi bertahap setelah 7 hari bebas demam.

IV. Asuhan Keperawatan.


A. Pengkajian.
1. Identitas.
Menurut T.H. Rampengan dan I.R. Laurentz diperkirakan insiden demam
tifoid pada tahun 1985 di Indonesia adalah sebagai berikut umur 0-4 tahun
25,32 %, umur 5-9 tahun 35,59 % dan umur 10-14 tahun 39,09%. Namun
menegakkan diagnosis demam tifoid pada anak merupakan hal yang tidak
mudah mengingat tanda dan gejala klinis yang tidak khas terutama pada
penderita di bawah usia 5 tahun. Insiden penyakit ini tidak berbeda antara
anak laki dan anak perempuan, tergantung pada status gizi dan status
imunologis penderita.
2. Riwayat Keperawatan.
a. Keluhan utama.
Demam lebih dari 1 minggu, gangguan kesadaran : apati sampai
somnolen, dan gangguan saluran cerna seperti perut kembung atau tegang
dan nyeri pada perabaan, mulut bau, konstipasi atau diare, tinja berdarah
dengan atau tanpa lendir, anoreksia dan muntah.
b. Riwayat penyakit sekarang.
Ingesti makanan yang tidak dimasak misalnya daging, telur, atau
terkontaminasi dengan minuman.
c. Riwayat penyakit dahulu.
Pernah menderita penyakit infeksi yang menyebabkan sistem imun
menurun.
d. Riwayat kesehatan keluarga.
Tifoid kongenital didapatkan dari seorang ibu hamil yang menderita
demam tifoid dan menularkan kepada janin melalui darah. Umumnya
bersifat fatal.
e. Riwayat kesehatan lingkungan.
Demam tifoid saat ini terutama ditemukan di negara sedang berkembang
dengan kepadatan penduduk tinggi serta kesehatan lingkungan yang tidak
3
memenuhi syarat kesehatan. Pengaruh cuaca terutama pada musim hujan
sedangkan dari kepustakaan barat dilaporkan terutama pada musim panas.
f. Imunisasi.
Pada tifoid kongenital dapat lahir hidup sampai beberapa hari dengan
gejala tidak khas serta menyerupai sepsis neonatorium.
g. Riwayat pertumbuhan dan perkembangan.
h. Nutrisi.
Gizi buruk atau meteorismus
3. Pemeriksaan fisik.
a. Sistem kardiovaskuler.
Takikardi, hipotensi dan shock jika perdarahan, infeksi sekunder atau
septikemia.
b. Sistem pernapasan.
Batuk nonproduktif, sesak napas.
c. Sistem pencernaan.
Umumnya konstipasi daripada diare, perut tegang, pembesaran limpa dan
hati, nyeri perut pada perabaan, bising usus melemah atau hilang, muntah,
lidah tifoid dengan ujung dan tepi kemerahan dan tremor, mulut bau, bibir
kering dan pecah-pecah.
d. Sistem genitourinarius.
Distensi kandung kemih, retensi urine.
e. Sistem saraf.
Demam, nyeri kepala, kesadaran menurun : delirium hingga stupor,
gangguan kepribadian, katatonia, aphasia, kejang.
f. Sistem lokomotor/muskuloskeletal.
Nyeri sendi
g. Sistem endokrin.
Tidak ada kelainan.
h. Sistem integumen.
Rose spot dimana hilang dengan tekanan, ditemukan pada dada dan perut,
turgor kulit menurun, membran mukosa kering.
i. Sistem pendengaran.
Tuli ringan atau otitis media.
j. Sistem penciuman.
4
4. Pemeriksaan diagnostik dan hasil.
a. Jumlah leukosit normal/leukopenia/leukositosis.
b. Anemia ringan, LED meningkat, SGOT, SGPT dan fosfat alkali
meningkat.
c. Minggu pertama biakan darah S. Typhi positif, dalam minggu
berikutnya menurun.
d. Biakan tinja positif dalam minggu kedua dan ketiga.
e. Kenaikan titer reaksi widal 4 kali lipat pada pemeriksaan ulang
memastikan diagnosis. Pada reaksi widal titer aglutinin O dan H
meningkat sejak minggu kedua. Titer reaksi widal diatas 1 : 200
menyokong diagnosis.
B. Masalah pemenuhan kebutuhan dasar (pohon masalah).

Makanan/minuman tercemar : S. thyposa Informasi kurang

Mual, muntah, diare Usus halus dan kolon Konstipasi

Bakteremia primer

RES : hati dan limpa


Nutrisi kurang dari Volume cairan Pirogen endogen
kebutuhan tubuh tubuh menurun

Bakteremia sekunder Hipertermi

Usus Splenomegali
Hepatomegali

Perdarahan dan perforasi

Aktivitas intolerans Feses

Infeksi : pasien kontak

C. Diagnosa Keperawatan
1. Hipertermi berhubungan dengan gangguan hipothalamus oleh pirogen
endogen.
2. Diare berhubungan dengan infeksi pada saluran intestinal
3. Resiko tinggi kekurangan cairan tubuh berhubungan muntah dan diare.
5
4. Resiko tinggi infeksi (kontak pasien) berhubungan dengan adanya
salmonella pada tinja dan urine.
5. Konstipasi berhubungan dengan invasi salmonella pada mukosa
intestinal.
6

D. Perencanaan Keperawatan
Diagnosa Perencanaan Keperawatan
Keperawatan Tujuan dan criteria hasil Intervensi Rasional
Hipertermi Suhu tubuh akan kembali 1. Monitor tanda-tanda infeksi Infeksi pada umumnya menyebabkan peningkatan
berhubungan dengan normal, keamanan dan suhu tubuh
gangguan kenyaman pasien 2. Monitor tanda vital tiap 2 jam Deteksi resiko peningkatan suhu tubuh yang
hipothalamus oleh dipertahankan selama ekstrem, pola yang dihubungkan dengan patogen
pirogen endogen. pengalaman demam dengan tertentu, menurun idhubungkan denga resolusi
kriteria suhu antara 366-373 0C, infeksi
RR dan Nadi dalam batas 3. Kompres dingin pada daerah yang Memfasilitasi kehilangan panas lewat konveksi dan
normal, pakaian dan tempat tinggi aliran darahnya konduksi
tidru pasien kering, tidak ada 4. Berikan suhu lingkungan yang Kehilangan panas tubuh melalui konveksi dan
reye syndrom, kulit dingin nyaman bagi pasien. Kenakan pakaian evaporasi
dan bebas dari keringat yang tipis pada pasien.
berlebihan. 5. Monitor komplikasi neurologis Febril dan enselopati bisa terjadi bila suhu tubuh
akibat demam yang meningkat.
6. Atur cairan iv sesuai order atau Menggantikan cairan yang hilang lewat keringat
anjurkan intake cairan yang adekuat.
7. Atur antipiretik, jangan berikan Aspirin beresiko terjadi perdarahan GI yang
aspirin menetap.
Diare berhubungan Pasien akan kembali normal 1. Ukur output Menggantikan cairan yang hilang agar seimbang
dengan infeksi pada pola eliminasinya dengan 2. Kompres hangat pada abodmen Mengurangi kram perut (hindari antispasmodik)
saluran intestinal kriteria makan tanpa muntah, 3. Kumpulkan tinja untuk Mendeteksi adanya kuman patogen
mual, tidak distensi perut, pemeriksaan kultur.
feses lunak, coklat dan 4. Cuci dan bersihkan kulit di sekitar Mencegah iritasi dan kerusakan kulit
berbentuk, tidak nyeri atau daerah anal yang terbuka sesering
kram perut. mungkin
Resiko tinggi infeksi Pasien akan bebas infeksi dan 1. Kumpulkan darah, urine dan feses Pengumpulan yang salah bisa merusak kuman
(kontak pasien) komplikasi dari infeksi untuk pemeriksaan sesuai aturan. patogen sehingga mempengaruhi diagnosis dan
berhubungan dengan salmonella dengan kriteria pengobatan
adanya salmonella tanda vital dalam batas 2. Atur pemberian agen antiinfeksi Anti infeksi harus segera diberikan untuk mencegah
pada tinja dan urine. normal, kultur darah, urine sesuai order. penyebaran ke pekerja, pasien lain dan kontak
dan feses negatif, hitung jenis pasien.
darah dalam bataas normal, 3. Pertahankan enteric precaution Mencegah transmisi kuman patogen
tidak ada perdarahan. sampai 3 kali pemeriksaan feses negatif
terhadap S. Thypi
4. Cegah pasien terpapar dengan Membatasi terpaparnya pasien pada kuman patogen
7

pengunjung yang terinfeksi atau petugas, lainnya.


batasi pengunjung
5. Terlibat dalam perawatan lanjutan Meyakinkan bahwa pasien diperiksa dan diobati.
pasien
6. Ajarkan pasien mencuci tangan, Mencegah infeksi berulang
kebersihan diri, kebutuhan makanan
dan minuman, mencuci tangan setelah
BAB atau memegang feses.
Resiko tinggi Keseimbangan cairan dan 1. Kaji tanda-tanda dehidrasi Intervensi lebih dini
kekurangan cairan elektrolit dipertahankan 2. Berikan minuman per oral sesuai Mempertahankan intake yang adekuat
tubuh berhubungan dengan kriteria turgor kulit toleransi
muntah dan diare. normal, membran mukosa 3. Atur pemberian cairan per infus Melakukan rehidrasi
lembab, urine output normal, sesuai order.
kadar darah sodium, kalium, 4. Ukur semua cairan output (muntah, Meyakinkan keseimbangan antara intake dan ouput
magnesium dna kalsium diare, urine. Ukur semua intake cairan.
dalam batas normal.
Konstipasi Pasien bebas dari konstipasi 1. Observasi feses Mendeteksi adanya darah dalam feses
berhubungan dengan dengan kriteria feses lunak 2. Monitor tanda-tanda perforasi dan Untuk intervensi medis segera
invasi salmonella dan keluar dengan mudah, perdarahan
pada mukosa BAB tidak lebih dari 3 hari. 3. Cek dan cegah terjadinya distensi Distensi yang tidak membaik akan memperburuk
intestinal. abdominal perforasi pada intestinal
4. Atur pemberian enema rendah atau Untuk menghilangkan distensi
glliserin sesuai order, jangan beri
laksatif.
8

DAFTAR PUSTAKA

Grimes, E.D, Grimes, R.M, and Hamelik, M, 1991, Infectious Diseases, Mosby Year
Book, Toronto.

Kuzemko, Jan, 1995, Pemeriksaan Klinis Anak, alih bahasa Petrus Andrianto, cetakan
III, EGC, Jakarta.

Lab/UPF Ilmu Kesehatan Anak, 1994, Pedoman Diagnosis dan Terapi, RSUD Dr.
Soetomo Surabaya.

Lyke, Merchant Evelyn, 1992, Assesing for Nursing Diagnosis ; A Human Needs
Approach,J.B. Lippincott Company, London.

Rampengan dan Laurentz, 1995, Penyakit Infeksi Tropik Pada Anak, cetakan kedua,
EGC, Jakarta.
9

Laporan Kasus
Asuhan Keperawatan Pada Anak R. Dengan Demam Tifoid
Di Ruang Menular Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Soetomo Surabaya

A. Pengkajian
Pengkajian dilakukan pada tanggal
1. Identitas.
Nama : An. R (no.reg. ) Nama ayah : Tn. D (SMA)
Umur : 10 tahun Nama ibu : Ny. S (SMA)
Jenis kelamin : laki-laki Suku/bangsa : Jawa/ Indonesia
MRS : 12 Januari 2002 Alamat : Lebak Timur I/4 Surabaya
Diagnosa medis : Demam tifoid

2. Riwayat Keperawatan
a. Keluhan utama.
Mengeluh napsu makan tidak ada, kadang mual, dan badan terasa lemah.
b. Riwayat penyakit sekarang.
Sejak tanggal 1-1-2002, panas tinggi, mencret 3 kali/hari, muntah 2
kali/hari, mual, nyeri otot dan sendi. Diberi obat turun panas tetapi tidak
membaik, dan tanggal 12-1-2002 oleh orang tua dibawa ke IRD dan
selanjutnya dianjurkan untuk MRS. Pasien dan keluarga (ibu) belum
mengerti tentang penyebab, proses dan penanganan anak dengan demam
tifoid.
c. Riwayat penyakit dahulu.
Tidak pernah menderita penyakit infeksi.
d. Riwayat kesehatan keluarga.
Selama hamil ibu tidak menderita sakit dan persalinan sesuai dengan
waktu yang normal, orang tua dan adik pasien tidak menderita sakit
seperti yang dialami pasien saat ini.
e. Riwayat kesehatan lingkungan.
Menurut orang tua kesehatan lingkungan rumah dan sekitarnya memenuhi
syarat kesehatan. Sakit yang diderita mungkin karena anak jajan di
sekolah.
f. Imunisasi.
Pasien belum mendapat imunisasi tifoid tetapi imunisasi yang lainnya
sudah didapat sejak bayi.
10

g. Riwayat pertumbuhan dan perkembangan.


Anak mengatakan sudah rindu bermain dengan teman-temannya di
sekolah. Demikian juga dengan di rumah, ingin segera kembali karena
adiknya di rumah hanya ditunggu oleh bapaknya.
h. Nutrisi.
Sejak tanggal 1-1-2002, anak muntah dan tidak ada napsu makan. Merasa
berat badannya turun, dimana merasa baju atau celananya semakin
longgar.

3. Pemeriksaan fisik.
a. Sistem kardiovaskuler.
Mengeluh pusing, tekanan darah 110/60 mmHg, nadi 100 X/menit,
konjungtiva anemia/pucat.
b. Sistem pernapasan.
Kadang-kadang batuk, tidak sesak napas, frekuensi pernapasan 16
X/menit.
c. Sistem pencernaan.
Tidak konstipasi atau diare, perut supel, tidak ada pembesaran limpa dan
hati, nyeri perut pada perabaan, bising usus melemah 10 X/menit, lidah
tifoid dengan ujung dan tepi agak kemerahan di tengah nampak kotor,
tidak tremor, bibir kering dan pecah-pecah. Berat badan 18 kg sebelumnya
22 kg, mengeluh tidak ada napsu makan, menghabiskan 2-3 sendok dari
porsi yang disediakan
d. Sistem genitourinarius.
Mengeluh nyeri saat BAK, distensi kandung kemih.
e. Sistem saraf.
Kadang-kadang nyeri kepala, tidak mengalami kejang.
f. Sistem lokomotor/muskuloskeletal.
Tidak ada nyeri sendi, mengatakan lemah dan cepat lelah, akral hangat.
g. Sistem endokrin.
Tidak ada kelainan.
h. Sistem integumen.
Membran mukosa kering, akral hangat.
i. Sistem sensori.
Tidak ada kelainan.
4. Pemeriksaan diagnostik dan hasil.
11

a. Tanggal 14-1-2002
WBC 5,1 K/uL ; Lymfosit 1,5 % ; Granulosit 3,6 % G ; RBC 4,49 m/uL ;
Hb 12,3 g/dl ; Hct 36,4 % ; MCV 1,0 fL ; MCH 27,4 pg ; MCHC 33,9 g/dl
; Plt 162,0 k/uL.
Bilirubin : direk 0,4 mg% (0-0,25 mg%), indirek 0,6 mg% (0-90,75 mg
%), bilirubin total 1,0 mg% (0-1,0 mg%).
SGOT 28 Iu (0-19 Iu), SGPT 50 Iu (0-17 Iu).
Serum protein : total protein 7,4 gr % (6,2-8 gr %), albumin 3,3 gr % (3,6-
5 gr %), globulin 4,1 gr % (2,6-3 gr %).
BUN 9 mg % (5-10 mg %) dan creatinin 0,6 mg % (0,75-1,25 mg %).
b. Tanggal 15-1-2002.
Uji Widal O = 1/800 dan H = 1/800

5. Pengobatan/therapi : tgl. 15 – 1- 2002.


Dekstrosa 5 % ½ NaCl 1500 cc/24 jam
Diit tifoid TKTP : 1600 kkal + 50 gram protein
Chloramfenikol 3 X 500 mg per oral
Vit BC/C 3 X 1

B. Diagnosa Keperawatan dan Data Penunjang.


1. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake inadekuat.
Data subyektif : Mengeluh napsu makan tidak ada, kadang mual, dan badan
terasa lemah, mengeluh pusing, cepat lelah, merasa berat badannya turun,
dimana merasa baju atau celananya semakin longgar.
Data obyektif : nyeri perut pada perabaan, bising usus melemah 10 X/menit,
lidah tifoid dengan ujung dan tepi agak kemerahan di tengah nampak
kotor, bibir kering dan pecah-pecah. Berat badan 18 kg sebelumnya 22 kg,
menghabiskan 2-3 sendok dari porsi yang disediakan.
2. Retensi urine berhubungan dengan adanya salmonela pada
urine/kandung kemih.
Data subyektif : Mengeluh BAK sakit.
Data obyektif : distensi kandung kemih, Uji Widal O = 1/800 dan H = 1/800,
creatinin 0,6 mg %
12

3. Kurang pengetahuan tentang penyebab, proses dan penanganan


demam tifoid berhubungan dengan kurang terpapar terhadap informasi.
Data subyektif : Pasien dan keluarga (ibu) mengatakan belum mengerti
tentang penyebab, proses dan penanganan anak dengan demam tifoid.
Data obyektif : tidak bisa menjawab penyebab, proses dan penanganan anak
dengan demam tifoid, pendidikan orang tua SMA.
13

C. Perencanaan Keperawatan
Diagnosa Keperawatan Perencanaan Keperawatan
Tujuan dan kriteria hasil Intervensi Rasional
Gangguan nutrisi kurang Kebutuhan nutrisi akan terpenuhi 1. Timbang BB tiap hari Memonitor kurangnya BB dan efektfitas intervensi nutrisi yang
dari kebutuhan tubuh dengan kriteria BB bertambah 1 diberikan
berhubungan dengan kg/minggu, tidak pucat, anoreksia 2. Monitor intake dan output tiap 8 jam dan Memonitor intake kalori dan insufisiensi kwalitas makanan
intake inadekuat. hilang, bibir lembab dan tidak turgor kulit. Meningkatkan tumbuh kembang scara adekuat
pecah-pecah, anak mengkonsumsi 3. Berikan diit tifoid TKTP : 1600 kkal + 50
diet tinggi kalori, lidah bersih gram protein Mengurangi rasa tidak enak di mulut yang bisa menyebabkan
4. Anjurkan untuk oral care sebelum makan hilangnya napsu makan
Mendokumentasikan peristaltik gastrointestinal
5. Auskultasi bunyi usus/bising usus Ada pasien yang tidak bisa menghabiskan porsi yang
6. Anjurkan untuk makan sedikit tapi sering disiapkan sekaligus.
Resiko retensi urine Tidak terjadi retensi urine selama 1. Anjurkan untuk minum 6-8 gelas/hari Kuman patogen dapat keluar bersama dengan urine
berhubungan dengan perawatan dengan kriteria tidak 2. Dekstrosa 5 % ½ NaCl 1500 cc/24 jam Mengurangi kram perut (hindari antispasmodik)
adanya salmonela pada mengeluh disuria, uji Widal negatif 3. Berikan Chloramfenikol 3 X 500 mg per oral Mendeteksi adanya kuman patogen
urine/kandung kemih. 4. Monitor tanda-tanda ISK Mencegah infeksi tifoid
Komplikasi dari tifoid adalah ISK
Kurang pengetahuan Pengetahuan pasien dan keluarga 1. Kaji tingkat pengetahuan orang tua pasien Metode pendidikan kesehatan disesuakan dengan pemahaman
tentang penyebab, proses bertambah dengan kriteria evaluasi dan pengalamannya tentang demam tifoid. dan pengalaman orang tua tentang penyakit.
dan penanganan demam pasien dan keluarga menunjukkan 2. Jelaskan kepada pasien dan keluarga tentang Membantu keluarga identifikasi penyebab yang bisa dihindari
tifoid berhubungan pengetahuannya tentang proses, penyebab demam tifoid. setelah pulang nanti.
dengan kurang terpapar penyebab dan penanganan demam 3. Berikan penjelasan tentang proses terjadinya Mengenal tanda dan gejala dini akan membantu dalam
terhadap informasi. tifoid setelah dua kali pertemuan. demam tifoid sampai menimbulkan tanda dan pengambilan keputusan mengunjungi petugas kesehatan
gejala Keluarga bisa mampu merawat anggota keluarga yang sakit
4. Jelaskan tentang penanganan yang bisa bila terkemal tifoid sebelum ke pelayanan kesehatan
dilakukan oleh keluarga bila anak menderita Reinforcement atas penjelasan yang telah diberikan.
demam tifoid.
5. Evaluasi kembali penjelasan yang telah
diberikan.
D. Pelaksanaan dan Evaluasi Keperawatan
Diagnos Hari/tanggal
Tindakan keperawatan Evaluasi keperawatan
a kep. (jam)
Selasa, 15 – 01- 2002 Jam 13.00
1. 08.30 Menimbang BB pasien S : mengatakan anak menghabiskan 4 sendok makan
Menyiapkan diit tifoid TKTP : 1600 kkal + 50 gram protein O: BB 18 Kg, lidah tifoid, lemah, bedrest total, bibir kering,
14

09.00 Menganjurkan untuk oral care sebelum makan anoreksia


11.30 Menganjurkan untuk makan sedikit tapi sering A : masalah belum teratasi
P: tindakan keperawatan dipertahankan
2. 10.00 Menganjurkan untuk minum 6-8 gelas/hari Jam 13.00
Memonitor tetesan infus Dekstrosa 5 % ½ NaCl 1500 cc/24 jam S : anak mengatakan BAK terasa sakit
12.00 Memberikan Chloramfenikol 500 mg per oral O: tanda vital T 110/80 mmHg, RR 14 X/menit, nadi 80 X/menit
Memonitor tanda-tanda infeksi saluran kemih A : masalah tidak terjadi
P: tindakan keperawatan dipertahankan
3. 08.30 Mengkaji tingkat pengetahuan orang tua pasien dan pengalamannya tentang Jam 13.00
demam tifoid. S : mengatakan mengerti tentang penyebab dan tanda dan gejala
10.00 Menjelaskan kepada pasien dan keluarga tentang penyebab demam tifoid. demam tifoid
Menjelaskan tentang proses terjadinya demam tifoid sampai menimbulkan O: Mampu menjelaskan penyebab, tanda dan gejala tifoid,
tanda dan gejala menjelaskan penanganan yang dilakukan.
Menjeelaskan tentang penanganan yang bisa dilakukan oleh keluarga bila anak A : pengeetahuan tentang penyebab dan tanda meningkat
menderita demam tifoid. P: tindakan keperawatan dipertahankan

1. Rabu, 16 -01 -2002 Jam 13.30


08.30 Mengauskultasi bunyi/bising usus S : mengatakan anak menghabiskan ½ porsi yang disiapkan
10.00 Menyiapkan diit tifoid TKTP : 1600 kkal + 50 gram protein O: BB 18 Kg, lidah tifoid, lemah, bedrest total, bibir kering,
Menganjurkan untuk oral care sebelum makan anoreksia berkurang
A : masalah belum teratasi
P: tindakan keperawatan dipertahankan

2. 08.00 Menganjurkan untuk minum 6-8 gelas/hari Jam 13.00


09.00 Memberikan Chloramfenikol 500 mg per oral S : anak mengatakan BAK terasa sakit
09.30 Memberi minum vit. B/BC 1 tablet O: tanda vital T 110/80 mmHg, RR 14 X/menit, nadi 80 X/menit,
Memonitor tetesan infus Dekstrosa 5 % ½ NaCl 1500 cc/24 jam infus diaff.
A : masalah tidak terjadi
P: tindakan keperawatan dipertahankan
3. 08.00 Menjelaskan kepada pasien dan keluarga tentang penyebab demam tifoid. Jam 13.30
Menjelaskan tentang proses terjadinya demam tifoid sampai menimbulkan S : mengatakan mengerti tentang penyebab dan tanda dan gejala
tanda dan gejala demam tifoid
Menjelaskan tentang penanganan yang bisa dilakukan oleh keluarga bila anak O: Mampu menjelaskan penyebab, tanda dan gejala tifoid,
11.00 menderita demam tifoid. menjelaskan penanganan yang dilakukan.
A : masalah teratasi
P: tindakan keperawatan dihentikan
15

1. Kamis, 17 – 01 -2002 Jam 13.30


09.00 Mengauskultasi bunyi/bising usus S : mengatakan anak menghabiskan ½ porsi yang disiapkan,
Menimbang BB anak napsu makan meningkat
12.00 Menganjurkan untuk oral care sebelum makan O: BB 18,7 Kg, lidah tifoid, lemah, bedrest total, bibir kering,
(Pasien direncanakan pulang sambil menunggu hasil lab). anoreksia berkurang, makan makanan biasa
A : ada peningkatan berat badan, napsu makan meningkat
P: tindakan keperawatan dipertahankan
2. 10.00 Menganjurkan untuk minum 6-8 gelas/hari Jam 13.00
Memberikan Chloramfenikol 500 mg per oral S : anak mengatakan BAK tidak terasa sakit
Memberi minum vit. B/BC 1 tablet O: tanda vital T 110/80 mmHg, RR 12 X/menit, nadi 82 X/menit,
infus diaff.
A : masalah tidak terjadi
P: tindakan keperawatan dipertahankan
16

Anda mungkin juga menyukai