Anda di halaman 1dari 42

BAB I

PENDAHULUAN

A. Konsep Keluarga
1. Pengertian Keluarga
keluarga adalah sebuah kelompok yang mengidentifikasi diri dan
terdiri atas dua individu atau lebih yang memiliki hubungan khusus, yang
dapat terkait dengan hubungan darah atau hukum atau dapat juga tidak,
namun berfungsi sebagai sedemikian rupa sehingga mereka menganggap
dirinya sebagai keluarga.
UU No. 10 Tahun 1992, mengemukakan keluarga adalah unit
terkecil dari masyarakat yang terdiri dari suami, istri, dan anak atau suami
istri, atau ayah dan anak-anaknya, atau ibu dan anak-anaknya. Lain halnya
menurut BKKBN (1999) dalam Yolanda (2017), keluarga adalah dua
orang atau lebih yang dibentuk berdasarkan ikatan perkawinan yang sah,
mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan materil yang layak,
bertakwa kepada tuhan, memiliki hubungan yang selaras dan seimbang
antara anggota keluarga dan masyarakat serta lingkungannya. (Yolanda,
2017
1. Bentuk keluarga
Berbagai bentuk keluarga tradisional adalah sebagai berikut :
a. Keluarga Tradisional
1) Keluarga inti

Jumlah keluarga inti yang terdiri dari seorang ayah yang mencari
nafkah, seorang ibu yang mengurusi rumah tangga dan anak
(Friedman, 2010). Sedangkan menurut Sudiharto (2012), Kelurga
inti adalah keluarga yang dibentuk karena ikatan perkawinan yang
direncanakan yang terdiri dari suami, istri, dan anak-anak karena
kelahiran (natural) maupun adopsi.
2) Keluarga adopsi.
Keluarga adopsi adalah dengan menyerahkan secara sah tanggung
jawab sebagai orang tua seterusnya dari oranr tua kandung ke
orang tua adopsi, biasanya menimbulkan keadaan yang saling
menguntungkan baik bagi orang tua maupun anak. Disatu pihak
orang tua adopsi mampu memberi asuhan dan kasihsayangnya
bagi anak adospsinya, sementara anak adopsi diberi sebuah
keluarga yang sangat menginginkan mereka (Friedman, 2010).

3) Keluarga besar ( Extended Family )

Keluarga dengan pasangan dengan pasangan yang berbagi


pengaturan rumah tangga dan pengeluaran keuangan dengan orang
tua, kakak / adik, dan keluarga dekat lainnya. Anak – anak
kemudian dibesarkan oleh generasi dan memiliki pilihan model
pola perilaku yang akan membentuk pola perilaku mereka
(Friedman, 2010). Sedangkan menurut Sudiharto (2012), keluarga
besar adalah Keluarga inti ditambah keluarga yang lain (karena
hubungan darah), misalnya kakek, nenek, bibi, paman, sepupu
termasuk keluarga modern, seperti orang tua tunggal, keluarga
tanpa anak, serta keluarga dengan pasangan sejenis.
4) Keluarga dengan orang tua tunggal
Keluarga dengan kepala rumah tangga duda/janda yang bercerai,
ditelantarkan, atau berpisah (Friedman, 2010).
5) Dewasa lajang yang tinggal sendiri
Kebanyakan individu yang tinggal sendiri adalah bagian dari
beberapa bentuk jaringan keluarga yang longgar. Jika jaringan ini
tidak terdiri atas kerabat, jaringan ini dapat terdiri atas teman–
teman seperti mereka yang sama – sama tinggal di rumah pensiun,
rumah jompo, atau hidup bertetangga. Hewan pemeliharaan juga
dapat menjadi anggota keluarga yang penting (Yolanda, 2017).
6) Keluarga orang tua tiri
Keluarga yang pada awalnya mengalami proses penyatuan yang
kompleks dan penuh dengan stress. Banyak penyesuaian yang
perlu dilakukan dan sering kali individu yang berbeda atau
subkelompok keluarga yang baru terbentuk ini beradaptasi dengan
kecepatan yang tidak sama. Walaupun seluruh anggota keluarga
harus menyesuaikan diri dengan situasi keluarga yang baru, anak –
anak seing kali memiliki masalah koping yang lebih besar karena
usia dan tugas perkembangan mereka (Yolanda, 2017).

7) Keluarga binuclear
Keluarga yang terbentuk setelah perceraian yaitu anak merupakan
anggota dari sebuah sistem keluarga yang terdiri atas dua rumah
tangga inti, maternal dan paternal, dengan keragaman dalam hal
tingkat kerjasama dan waktu yang dihabiskan dalam setiap rumah
tangga (Yolanda, 2017).
2. Fungsi keluarga
Ada lima fungsi keluarga menurut (Friedman, 2010) dalam Yolanda 2017:
a. Fungsi afektif
Fungsi afektif merupakan dasar utama baik untuk pembentukan
maupun untuk berkelanjutan unit keluarga itu sendir, sehingga fungsi
afektif merupakan salah satu fungsi keluarga yang paling
penting.Peran utama orang dewasa dalam keluarga adalah fungsi
afektif, fungsi ini berhubungan dengan persepsi keluarga dan
kepedulian terhadap kebutuhan sosioemosional semua anggota
keluarganya.
b. Fungsi sosialisasi dan status social

Sosialisasi merujuk pada banyaknya pengalaman belajar yang


diberikan dalam keluarg yang ditunjuk untuk mendidik anak–anak
tentang cara menjalankan fungsi dan memikul peran social orang
dewasa seperti peran yang di pikul suami-ayah dan istri-ibu. Status
sosial atau pemberian status adalah aspek lain dari fungsi sosialisasi.
Pemberian status kepada anak berarti mewariskan tradisi, nilai dan
hak keluarga, walaupun tradisi saat ini tidak menunjukan pola
sebagian besar orang dewasa Amerika.
c. Fungsi reproduksi
Untuk menjamin kontiniutas antar generasi kleuarga dan
masyarakat yaitu menyediakan angagota baru untuk masyarakat.
d. Fungsi perawatan kesehatan
Fungsi fisik keluarga dipenuhi oleh orang tua yang menyediakan
makanan, pakaian, tempat tinggal, perawatan terhadap kesehatan dan
perlindungan terhadap bahaya.Pelayanan dan praktik kesehatan adalah
fungsi keluarga yang paling relafan bagi perawat keluarga.
e. Fungsi ekonomi
Fungsi ekonomi melibatkan penyediaan keluarga akan sumber
daya yang cukup finansial, ruang dan materi serta alokasinya yang
sesuai melalui proses pengambilan keputusan.

3. Struktur keluarga
Ada empat struktur keluarga menurut (Friedman, 2010) adalah struktur
peran, struktur nilai keluarga, proses komunikasi dan struktur kekuasaan
dan pengambilan keputusan.
a. Struktur peran.
Peran adalah perilaku yang dikaitkan dengan seseorang yang memegang
sebuah posisi tertentu, posisi mengidentifikasi status atau tempat seseorang
dalam suatu sistem

b. Struktur nilai keluarga


Nilai keluarga adalah suatu system ide, perilaku dan keyakinan
tentang nilai suatu hal atau konsep yan secara sadar maupun tidak
sadar mengikat anggota keuarga dalam kebudayaan sehari-hari atau
kebudayaan umum.
c. Proses komunikasi
Proses komunikasi ada dua yaitu proses komunikasi fungsional dan
proses komunikasi disfungsonal.
1) Proses komunikasi fungsional.
Komunikasi fungsional dipandang sebagai landasan keberhasilan
keluarga yang sehat, dan komunikasi funsional didefenisikan
sebagai pengerim dan penerima pesan yang baik isi maupun
tingkat intruksi pesan yang langsung dan jelas, serta kelarasan
antara isi dan tingkai intruksi.
2) Proses komunikasi disfungsional.
Sama halnya ada cara berkomunikasi yang fungsional gambaran
dar komuniasi disfungsional dari pengirim dan penerima serta
komunkasi disfungsinal juga melibatkan pengirim dan penerima.
d. Struktur kekuasaan dan pengambilan keputusan.

Kekuasaan keluarga sebagai arakteristik system keluarga adalah


kemampua atau potensial, actual dari individu anggota keluarga yang
lain. Terdapat 5 unit berbeda yang dapat dianalisis dalam karakteristik
kekuasaan keluarga yaitu : kekuasaan pernikahan (pasangan orang
dewasa), kekuasaan orang tua, anak, saudara kandung dan
kekerabatan. Sedangkan pengambil keputusan adalah teknik interaksi
yang digunakan anggota keluarga dalam upaya mereka untuk
memperoleh kendali dan bernegosiasi atau proses pembuatan
keputusan.

Lain halnya menurut menurut Padila (2012) dalam Yolanda (2017),


struktur keluargamenggambarkan bagaimana keluarga melaksanakan
fungsi keluarga dimasyarakat. Ada beberapa strukturkeluarga yang ada di
Indonesia diantaranya adalah :

a. Patrilineal
Keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam
beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur ayah.

b. Matrilineal
Keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam
beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur ibu.

c. Matriloka
Sepasang suami istri yang tinggal besama keluarga sedarah ibu.
d. Patrilokal
Sepasang suami istri yang tinggal besama keluarga sedarah ayah.

e. Keluarga kawin
Hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga, dan beberapa
sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena adanya hubungan dengan
suami atau istri.

4. Tugas keluarga dalam bidang kesehatan


Ada 5 pokok tugas keluarga dalam bidang kesehatan menurut
Friedman (1998) dalam Dion & Betan (2013) adalalah sebagai
berikut:
a. Mengenal masalah kesehatan keluarga
Keluarga perlu mengenal keadaan kesehatan dan
perubahanperubahan yang dialami anggota keluarga.Perubahan
sekecil apapun yang dialami anggota keluarga secara tidak langsung
menjadi perhatian keluarga dan orang tua.Sejauh mana keluarga
mengetahui dan mengenal fakta-fakta dari masalah kesehatan yang
meliputi pengertian, tanda dan gejala, factor penyebab yang
mempengaruhinya, serta persepsi keluarga terhadap masalah.
b. Membuat keputusan tindakan yang tepat
Sebelum keluarga dapat membuat keputusan yang tepat mengenai
masalah kesehatan yang dialaminya, perawat harus dapat mengkaji
keadaan keluarga tersebut agar dapat menfasilitasi keluarga dalam
membuat keputusan.
c. Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit.
Ketika memberiakn perawatan kepada anggota keluarga yang sakit,
keluarga harus mengetahui hal-hal sebagai berikut :
1) Keadaan penyakitnya (sifat, penyebaran, komplikasi, prognosis
dan perawatannya).
2) Sifat dan perembangan perawatan yang dibutuhkan
3) Keberadaan fasilitas yang dibutuhkan untuk perawatan.
4) Sumber-sumber yang ada dalam keluarga (anggota keluarga
yang bertanggung jawab, sumber keuangan dan financial,
fasilitas fisik, psikososial).
5) Sikap keluarga terhadap yang sakit.
d. Mempertahankan atau mengusahakan suasana rumah yang sehat
Ketika memodifikasi lingkungan atau menciptakan suasana rumah
yang sehat, keluarga harus mengetahui hal-hal sebagai berikut :

1) Sumber-sumber yang dimilki oleh keluarga.


2) Keuntungan atau manfaat pemeliharaan lingkungan.
3) Pentingnya hiegine sanitasi.
4) Upaya pencegahan penyakit.
5) Sikap atau pandangan keluarga terhadap hiegine sanitasi.
6) Kekompakan antar anggota kelompok.
e. Menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada di masyarakat
Ketika merujuk anggota keluarga ke fasilitas kesehatan, keluarga
harus
mengetahui hal-hal sebagai berikut :

1) Keberadaan fasilitas keluarga.


2) Keuntungan-keuntungan yang diperoleh oleh fasilitas kesehatan.
3) Pengalaman yang kurang baik terhadap petugas kesehatan.
4) Fasilitas kesehatan yang ada terjangkau oleh keluarga.

Peran perawat keluarga Ada tujuh peran perawat keluarga menurut


Sudiharto (2012) dalam Yolanda (2017) adalah sebagai berikut:

f. Sebagai pendidik
Perawat bertanggung jawab memberikan pendidikan kesehatan
pada keluarga, terutama untuk memandirikan keluarga dalam
merawat anggota keluarga yang memiliki masalah kesehatan
g. Sebagai koordinator pelaksan pelayanan kesehatan
Perawat bertanggung jawab memberikan pelayanan keperawatan
yang komprehensif.Pelayanan keperawatan yang bersinambungan
diberikan untuk menghindari kesenjangan antara keluarga dan unit
pelayanan kesehatan.
h. Sebagai pelaksana pelayanan perawatan
Pelayanan keperawatan dapat diberikan kepada keluarga melalui
kontak pertama dengan anggota keluarga yang sakit yang memiliki
masalah kesehatan.Dengan demikian, anggota keluarga yang sakit
dapat menjadi “entry point” bagi perawatan untuk memberikan
asuhan keperawatan keluarga secara komprehensif.
i. Sebagai supervisor pelayanan keperawatan

Perawat melakukan supervisi ataupun pembinaan terhadap melalui


kunjungan rumah secara teratur, baik terhadap keluarga berisiko
tinggi maupun yang tidak.Kunjungan rumah tersebut dapat
direncanakan terlebih dahulu atau secara mendadak, sehingga
perawat mengetahui apakah keluarga menerapkan asuhan yang
diberikan oleh perawat.

j. Sebagai pembela (advokat)


Perawat berperan sebagai advokat keluarga untuk melindungi hak-
hak keluarga klien.Perawat diharapkan mampu mengetahui harapan
serta memodifikasi system pada perawatan yang diberikan untuk
memenuhi hak dan kebutuhan keluarga.Pemahaman yang baik oleh
keluarga terhadap hak dan kewajiban mereka sebagai klien
mempermudah tugas perawat untuk memandirikan keluarga.
k. Sebagai fasilitator
Perawat dapat menjadi tempat bertanya individu, keluarga dan
masyarakat untuk memecahkan masalah kesehatan dan keperawatan
yang mereka hadapi sehari-hari serta dapat membantu jalan keluar
dalam mengatasi masalah.
l. Sebagai peneliti
Perawat keluarga melatih keluarga untuk dapat memahai
masalahmasalah kesehatan yang dialami oleh angota keluarga.
Masalah kesehatan yang muncul didalam keluarga biasanya terjadi
menurut siklus atau budaya yang dipraktikkan keluarga. Peran
perawat keluarga dalam asuhan keperawatan berpusat pada keluarga
sebagai unit fungsional terkecil dan bertujuan memenuhi kebutuhan
dasar manusia pada tingkat keluarga sehingga tercapai kesehatan
yang optimal untuk setiap anggota keluarga. Melalui

asuhan keperawatan keluarga, fungsi keluarga menjadi optimal, setiap


individu didalam keluarga tersebut memiliki karakter yang kuat, tidak
mudah dipengaruhi oleh hal-hal yang sifatnya negative sehingga
memiliki kemampuan berpikir yang cerdas.
5. Tahap perkembangan keluarga
a. Tahap I ( Keluarga dengan pasangan baru )
Pembentukan pasangan menandakan pemulaan suatu keluarga baru
dengan pergerakan dari membentuk keluarga asli sampai kehubungan
intim yang baru.Tahap ini juga disebut sebagai tahap pernikahan.
Tugas perkembangan keluarga tahap I adalah membentuk pernikahan
yang memuaskan bagi satu sama lain, berhubungan secara harmonis
dengan jaringan kekerabatan, perencanaan keluarga
b. Tahap II (Childbearing family)
Mulai dengan kelahiran anak pertama dan berlanjut samapi berusia 30
bulan.Transisi ke masa menjadi orang tua adalah salah satu kunci
menjadi siklus kehidupan keluarga. Tugas perkembangan tahap II
adalah membentuk keluarga muda sebagai suattu unit yang stabil (
menggabungkan bayi yang baru kedalam keluarga), memperbaiki
hubungan setelah terjadinya konflik mengenai tugas perkembangan
dan kebutuhan berbagai keluarga, mempertahankan hubungan
pernikahan yang memuaskan, memperluas hubungan dengan
hubungan dengan keluarga besar dengan menambah peran menjadi
orang tua dan menjadi kakek/nenek

c. Tahap III (Keluarga dengan anak prasekolah)


Tahap ketiga siklus kehidupan keluarga dimulai ketika anak
pertama berusia 2½ tahun dan diakhiri ketika anak berusia 5 tahun.
Keluarga saat ini dapat terdiri dari tiga sampai lima orang, dengan
posisi pasangan suami- ayah, istri-ibu, putra-saudara lakilaki, dan
putri-saudara perempuan. Tugas perkembangan keluarga tahap III
adalah memenuhi kebutuhan anggota keluarga akan rumah, ruang,
privasi dan keamanan yang memadai, menyosialisasikan anak,
mengintegrasi anak kecil sebagai anggota keluarga baru sementara
tetap memenuhi kebutuhan anak lain, mempertahankan hubungan
yang sehat didalam keluarga dan diluar keluarga
d. Tahap IV (Keluarga dengan anak sekolah)
Tahap ini dimulai ketika anak pertama memasuki sekolah dalam
waktu penuh, biasanya pada usia 5 tahun, dan diakhiri ketika ia
mencapai pubertas, sekitar 13 tahun. Keluarga biasanya mencapai
jumlah anggota keluarga maksimal dan hubungan keluarga pada
tahap ini juga maksimal.Tugas perkembangan keluarga pada tahap IV
adalah menyosialisasikan anak- anak termasuk meningkatkan restasi,
mempertahankan hubungan pernikahan yang memuaskan
e. Tahap V (Keluarga dengan anak remaja)
Ketika anak pertama berusia 13 tahun, tahap kelima dari siklus
atau perjalanan kehidupan keluarga dimulai. Biasanya tahap ini
berlangsung selama enam atau tujuh tahun, walaupun dapat lebih
singkat jika anak meninggalkan keluarga lebih awal atau lebih lama,
jika anak tetap tinggal dirumah pada usia lebih dari 19 atau 20 tahun.
Tujuan utama pada keluarga pada tahap anak remaja adalah
melonggarkan ikatan keluarga untuk meberikan tanggung jawab dan
kebebasan remaja yang lebih besar dalam mempersiapkan diri
menjadi seorang dewasa muda
f. Tahap VI ( keluarga melepaskan anak dewasa muda)
Permulaan fase kehidupan keluarga in ditandai dengan perginya
anak pertama dari rumah orang tua dan berakhir dengan “kosongnya
rumah”, ketika anak terakhir juga telah meninggalkan rumah. Tugas
keluarga pada tahap ini adalah memperluas lingkaran keluarga
terhadap anak dewas muda, termasuk memasukkan anggota keluarga
baru yang berasal dari pernikahan anak-anaknya, melanjutkan untuk
memperbarui dan menyesuaikan kembali hubungan pernikahan,
membantu orang tua suami dan istri yang sudah menua dan sakit
g. Tahap VII (Orang tua paruh baya)
Merupakan tahap masa pertengahan bagi orang tua, dimulai ketika
anak terakhir meninggalkan rumah dan berakhir dengan pensiun atau
kematian salah satu pasangan. Tugas perkembangan keluarga pada
tahap ini adalah menyediakan lingkungan yang meningkatkan
kesehatan, mempertahankan kepuasan dan hubungan yang bermakna
antara orangtua yang telah menua dan anak mereka, memperkuat
hubungan pernikahan.

h. Tahap VIII (Keluarga lansia dan pensiunan)


Tahap terakhir siklus kehidupan keluarga dimulai dengan pension
salah satu atau kedua pasangan, berlanjut sampai salah satu
kehilangan pasangan dan berakhir dengan kematian pasangan lain.
Tujuan perkembangan tahap keluarga ini adalah mempertahanka
penataan kehidupan yang memuaskan (Yolanda, 2017).
B. Konsep Hipertensi
1. Pengertian Hipertensi

Hipertensi adalah sebagai peningkatan tekanan darah sistolik


sedikitnya 140 mmHg atau tekanan diastolik sedikitnya 90 mmHg.
Hipertensi tidak hanya beresiko tinggi menderita penyakit jantung, tetapi
juga menderita penyakit lain seperti penyakit saraf, ginjal dan pembuluh
darah dan makin tinggi tekanan darah, makin besar resikonya. (Amin &
Hardhi 2015)

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu peningkatan


abnormal tekanan darah dalam pembuluh darah arteri yang mengangkut
darah dari jantung dan memompa keseluruh jaringan dan organ–organ
tubuh secara terus– menerus lebih dari suatu periode (Irianto, 2014).
Hipertensi sering juga diartikan sebagai suatu keadaan dimana
tekanan darah sistolik lebih dari 120 mmHg dan tekanan diastolik lebih
dari 80 mmHg (Muttaqin, 2012).

2. Patofisiologi Hipertensi
Mekanisme yang mengontrol konnstriksi dan relaksasi pembuluh
darah terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat
vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke
korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis
di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam
bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke
ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan
asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke
pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin
mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai factor seperti
kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhirespon pembuluh darah
terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat
sensitive terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas
mengapa hal tersebut bisa terjadi.

Pada saat bersamaan dimana system saraf simpatis merangsang pembuluh


darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang,
mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal
mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal
mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons
vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan
penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan renin. Renin
merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi
angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya
merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini
menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan
peningkatan volume intra vaskuler. Semua factor ini cenderung
mencetuskan keadaan hipertensi.
Perubahan structural dan fungsional pada system pembuluh perifer
bertanggungjawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia
lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas
jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah,
yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang
pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang
kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh
jantung ( volume sekuncup
), mengakibatkan penurunan curang jantung dan peningkatan tahanan
perifer ( Suzanne & Brenda, 2011).
3. Etiologi
Menurut Arif. M, (2011), berdasarkan penyebabnya hipertensi terbagi
dua bagian yaitu:
a. Hipertensi primer atau esensial
Hipertensi primer atau esensial adalah tidak dapat diketahui
penyebabnya.atau disebut juga hipertensi idiopatik. Hipertensi
esensial biasanya dimulai sebagai proses labil (intermiten) pada
individu pada akhir 30-an dan 50-an dan secara bertahap “ menetap
“ pada suatu saat

dapat juga terjadi mendadak dan berat, perjalanannya dipercepat


atau “maligna“ yang menyebabkan kondisi pasien memburuk
dengan cepat. Penyebab hipertensi primer atau esensial adalah
gangguan emosi, obesitas, konsumsi alkohol yang berlebihan, kopi,
obat – obatan, faktor keturunan (Brunner & Suddart, 2015).
Sedangkan menurut Robbins (2017), beberapa faktor yang berperan
dalam hipertensi primer atau esensial mencakup pengaruh genetik
dan pengaruh lingkungan seperti
:stress, kegemukan, merokok, aktivitas fisik yang kurang, dan
konsumsi garam dalam jumlah besar dianggap sebagai faktor
eksogen dalam hipertensi.
b. Hipertensi sekunder atau hipertensi renal
Hipertensi sekunder adalah kenaikan tekanan darah dengan
penyebab tertentu seperti penyempitan arteri renalis, penyakit parenkim
ginjal, berbagai obat, disfungsi organ, tumor dan kehamilan (Brunner &
Suddart, 2015). Sedangkan menurut Wijaya & Putri (2013), penyebab
hipertensi sekunder diantaranya berupa kelainan ginjal seperti tumor,
diabetes, kelainan adrenal, kelainan aorta, kelianan endokrin lainnya
seperti obesitas, resistensi insulin, hipertiroidisme dan pemakaian obat-
obatan seperti kontasepsi oral dan kartikosteroid.

4. Faktor-Faktor Resiko Hipertensi


Faktor-faktor resiko hipertensi yang tidak dapat diubah dan yang dapat
diubah oleh penderita hipertensi menurut Black & Hawks (2014) adalah
sebagai berikut :
a. Faktor-faktor resiko yang tidak dapat diubah
1) Riwayat keluarga
Hipertensi dianggap poligenik dan multifaktorial yaitu, pada
seseorang dengan riwayat keluarga, beberapa gen
berinteraksi dengan yang lainnya dan juga lingkungan yang
dapat menyebabkan tekanan darah naik dari waktu ke waktu.
Klien dengan orang tua yang memiliki hipertensi berada
pada risiko hipertensi yang lebih tinggi pada usia muda.
2) Usia
Hipertensi primer biasanya muncul antara usia 30-50 tahun.
Peristiwa hipertensi meningkat dengan usia 50-60 % klien
yang berumur lebih dari 60 tahun memiliki tekanan darah
lebih dari 140/90 mmHg. Diantara orang dewasa, pembacaan
tekanan darah sistolik lebih dari pada tekanan darah diastolic
karena merupakan predictor yang lebih baik untuk
kemungkinan kejadian dimasa depan seperti penyakit
jantung koroner, stroke, gagal jantung, dan penyakit ginjal.

3) Jenis kelamin
Hipertensi lebih banyak terjadi pada pria dibandingkan
wanita sampai kira-kira usia 55 tahun. Resiko pada pria dan
wanita hamper sama antara usia 55 sampai 74 tahun, wanita
beresiko lebih besar.
4) Etnis
Peningkatan pravelensi hipertensi diantara orang berkulit
hitam tidaklah jelas, akan tetapi peningkatannya dikaitkan
dengan kadar rennin yang lebih rendah, sensitivitas yang
lebih besar terhadap vasopressin, tinginya asupan garam, dan
tinggi stress lingkungan.
c. Faktor-faktor resiko yang dapat diubah
1) Diabetes mellitus
Hipertensi telah terbukti terjadi lebih dua kali lipat pada
klien diabetes mellitus karena diabetes mempercepat
aterosklerosisdan menyebabkan hipertensi karena kerusakan
pada pembuluh darah besar.
2) Stress
Stress meningkat resistensi vaskuler perifer dan curah
jantung serta menstimulasi aktivitas saraf simpatis. Stress
adalah permasalahan persepsi, interpretasi kejadiaan yang
menciptakan banyak stressor dan respon stres.

3) Obesitas
Obesitas terutama pada tubuh bagian atas, dengan
meningkatnya jumlah lemak disekitar diafragma, pinggang
dan perut, dihubungkan dengan pengembangan hipertensi.
Kombinasi obesitas dengan faktor-faktor lain dapat ditandai
dengan sindrom metabolis, yang juga meningkatkan resiko
hipertensi.
4) Nutrisi
Kelebihan mengosumsi garam bias menjadi pencetus
hipertensi pada individu. Diet tinggi garam menyebabkan
pelepasan hormone natriuretik yang berlebihan, yang
mungkin secara tidak langsung menigkatkan tekanan darah.
Muatan natrium juga menstimulasi mekanisme vaseoresor
didalam system saraf pusat. Penelitan juga menunjukkan
bahwa asupan diet rendah kalsim, kalium, dan magnesium
dapat berkontribusi dalam pengembangan hipertensi.
5) Penyalahgunaan obat
Merokok sigaret, mengosumsi banyak alcohol, dan beberapa
penggunaan obat terlarang merupakan faktor-faktor resiko
hipertensi. pada dosis tertentu nikotin dalam rokok sigaret
serta obat seperti kokain dapat menyebabkan naiknya
tekanan darah secara langsung.

4. Manifestasi Klinis
Pada pemeriksaan fisik, mungkin tidak dijumpai kelainan apapun
selain tekanan darah yang tinggi, tetapi dapat pula ditemukan
perubahan pada retina, seperti perdarahan, eksudat (kumpulan
cairan), penyempitan pembuluh darah, dan pada kasus berat edema
pupil (edema pada diskus optikus ) (Brunner & Suddart, 2015).
Individu yang menderita hipertensi kadang tidak menampakkan
gejala sampai bertahun – tahun.Gejala, bila ada, biasanya
menunjukkan adanya kerusakan vaskuler, dengan manifestasi yang
khas sesuai system organ yang divaskularisasi oleh pembuluh darah
bersangkutan.Penyakit arteri koroner dengan angina adalah gejala
yang paling menyertai hipertensi.Hipertrofi ventrikel kiri terjadi
sebagai respons peningkatan beban kerja ventrikel saat dipaksa
berkontraksi melawan tekana sistemik yang menigkat.Apabila
jantung tidak mampu lagi menahan peningkatan beban kerja, maka
dapat terjadi gagal jantung kiri (Brunner & Suddart, 2015). Crowin
(2000) dalam Wijaya & Putri (2013), menyebutkan bahwa sebagian
besar gejala klinis timbul :
a. Nyeri kepala saat terjaga, kadang–kadang disertai mual dan
muntah akibat peningkatan tekanan intracranial.
b. Penglihatan kabur akibat kerusakan retina akibat hipertensi.
c. Ayunan langkah yang tidak mantap karena kerusakan susunan saraf
pusat

d. Nokturia karena peningkatan aliran darah ginjal dan


filtrasi glomerolus.
e. Edema dependen dan pembengkakan akibat peningkatan
tekanan kapiler.
5. Pemeriksaan Penunjang
a. Hemoglobin / hematokrit : mengkaji hubungan dari sel-sel
terhadap volume cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan
faktor-faktor resiko seperti hipokoagulabilitas, anemia.
b. BUN / kreatinin : memberikan informasi tentang perfusi/fungsi
ginjal.
c. Glukosa: Hiperglikemia (diabetes melitus adalah pencetus
hipertensi) dapat diakibatkan oleh peningkatan kadar
katekolamin (meningkatkan hipertensi).
d. Kalium serum : hipokalemia dapat mengindikasikan adanya
aldosteron utama (penyebab) atau menjadi efek samping terapi
diuretik.
e. Kalsium serum : peningkatan kadar kalsium serum dapat
meningkatkan hipertensi.
f. Kolesterol dan trigeliserida serum: peningkatan kadar dapat
mengindikasi pencetus untuk/ adanya pembenukan plak
ateromatosa (efek kardiofaskuler)

g. Pemeriksaan tiroid : hipertiroidisme dapat mengakibatkan


vasikonstriksi dan hipertensi.
h. Kadar aldosteron urin dan serum : untuk menguji
aldosteronisme primer (penyebab).
i. Urinalisa : darah, protein dan glukosa mengisyaratkan disfungsi
ginjal dan atau adanya diabetes.
j. VMA urin (metabolit katekolamin) : kenaikan dapat
mengindikasikan adanya feokomositoma (penyebab); VMA
urin 24 jam dapat digunakan untuk pengkajian feokromositoma
bila hipertensi hilang timbul.
k. Asam urat: hiperurisemia telah menjadi implikasi sebagai
faktor resiko terjadinya hipertensi.
l. Steroid urin : kenaikan dapat mengindikasikan
hiperadrenalisme, feokromositoma atau disfungsi ptuitari,
sindrom Cushing’s; kadar renin dapat juga meningkat.
m. IVP : dapat mengidentifikasi penyebab hipertensi, seperti
penyakit parenkim ginjal, batu ginjal dan ureter.
n. Foto dada : dapat menunjukkan obstruksi kalsifikasi pada area
katub; deposit pada dan/ EKG atau takik aorta; perbesaran
jantung.
o. CT scan : mengkaji tumor serebral, CSV, ensevalopati, atau
feokromositoma.

p. EKG: dapat menunjukkan perbesaran jantung, pola regangan,


gangguan konduksi. Catatan : Luas, peninggian gelombang P
adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi.
(Anonim, 2013)
6. Komplikasi
Hipertensi yang tidak ditanggulangi dalam jangka panjang akan
menyebabkan kerusakan arteri didalam tubuh sampai organ yang
mendapat suplai darah dari arteri tersebut. Komplikasi hipertensi
dapat terjadi pada organ-organ tubuh menurut Wijaya & Putri
(2013), sebagai berikut :

a. Jantung
Hipertensi dapat menyebab terjadinya gagal jantung dan
penyakit jantung koroner. Pada penderita hipertensi, beban
kerja jantung akan meningkat, otot jantung akan mengendor
dan berkurang elastisitasnya, yang disebut dekompensasi.
Akibatnya, jantung tidak lagi mampu memompa sehingga
banyaknya cairang yang tetahan diparu maupun jaringan tubuh
lain yang dapat menyebabkan sesak nafas atau oedema. Kondisi
ini disebut gagal jantung.

b. Otak
Komplikasi hipertensi pada otak, menimbulkan resiko stroke,
apabila tidak diobati resiko terkena stroke 7 kali lebih besar.

c. Ginjal

Hipertensi juga menyebabkan kerusakan ginjal, hipertensi dapat


menyebabkan kerusakan system penyaringan didalam ginjal
akibat lambat laun ginjal tidak mampu membuang zat-zat yang
tidak dibutuhkan tubuh yang masuk melalui aliran darah dan
terjadi penumpukan di dalam tubuh.

d. Mata
Hipertensi juga dapat mengakibatkan terjadinya retinopati
hipertensi dan dapat menimbulkan kebutaan.

7. Penatalaksanaan
Tujuan tiap program penanganan bagi setiap pasien adalah
mencegah terjadinya morbiditas dan mortalitas penyerta dengan
mencapai dan mempertahankan tekanan darah dibawah 140/90
mmHg. Efektivitas setiap program ditentukan oleh derajat
hipertensi, komplikasi, biaya perawatan dan kualitas hidup
sehubungan dengan terapi (Brunner & Suddart, 2015).

a. Terapi nonfamakologis

Wijaya & Putri (2013), menjelaskan bahwa penatalaksanaan


non farmakologis terdiri dari berbagai macam cara modifikasi
gaya hidup sangat penting dalam mencegah tekanan darah
tinggi. Penatalaksanaan hipertensi dengan non farmakologis
terdiri dari berbagai macam cara modifikasi gaya hidup untuk
menurunkan tekanan darah yaitu: 1) mempertahankan berat
badan ideal Radmarsarry, (2007) dalam Wijaya & Putri (2013),
mengatasi obesitas juga dapat dilakukan dengan melakukan diet
rendah kolesterol namun kaya dengan serat dan protein, dan
jika berhasil menurunkan berat badan 2,5 – 5 kg maka tekanan
darah diastolik dapat diturunkan sebanyak 5 mmHg. 2) Kurangi
asupan natrium Radmarsarry (2007) dalam Wijaya & Putri
(2013), pengurangan konsumsi garam menjadi ½ sendok
the/hari dapat menurunkan tekanan sistolik sebanyak 5 mmHg
dan tekanan diastolic sebanyak 2,5 mmHg. 3) Batasi konsumsi
alkohol Radmarsarry (2007) dalam Wijaya & Putri (2013),
konsumsi alkohol harus dibatasi karena konsumsi alcohol
berlebihan dapat meningkatkan tekanan darah.Para peminum
berat mempunyai resiko mengalami hipertensi empat kali lebih
besar dari pada mereka yang tidak meminum berakohol. 4) Diet
yang mengandung kalium dan kalsium Kaplan, (2006) dalam
Wijaya & Putri (2013), Pertahankan asupan diet potassium (
>90 mmol (3500 mg)/hari) dengan cara konsumsi diet tinggi
buah dan sayur seperti : pisang, alpukat, papaya, jeruk, apel
kacang-kangan, kentang dan diet rendah lemak dengan cara
mengurangi asupan lemak jenuh dan lemat total. Sedangkan
menurut Radmarsarry (2007) dalam Wijaya & Putri (2013),
kalium dapat menurunkan tekanan darah dengan meningkatkan
jumlah natrium yang terbuang bersama urin.Dengan
mengonsumsi buah-buahan sebanyak 3 5 kali dalam sehari,
seseorang bisa mencapai asupan potassium yang cukup. 5)
Menghindari merokok menurut Dalimartha (2011), merokok
memang tidak berhubungan secara langsung dengan timbulnya
hipertensi, tetapi merokok dapat menimbulkan resiko
komplikasi pada pasien hipertensi seperti penyakit jantung dan
stroke, maka perlu dihindari rokok karena dapat memperberat
hipertensi. 6) Penurunan Stress Sheps (2005) dalam Wijaya &
Putri ( 2013), stress memang tidak menyebabkan hipertensi
yang menetap namun jika episode stress sering terjadi dapat
menyebabkan kenaikan sementara yang sangat tinggi. 7) Terapi
pijat Dalimartha (2008) dalam Wijaya & Putri (2013), pada
prinsipnya pijat yang dikukan pada penderita hipertensi adalah
untuk memperlancar aliran energy dalam tubuh sehingga
gangguan hipertensi dan komplikasinya dapat diminalisir,
ketika semua jalur energi tidak terhalang oleh ketegangan otot
dan hambatan lain maka risiko hipertensi dapat ditekan.

b. Terapi farmakologis
Penatalaksanaan farmakologis adalah penatalaksanaan
hipertensi dengan menggunakan obat-obatan kimiawi, seperti
jenis obat anti hipertensi. Setiabudy (2013), Ada 5 macam jenis
obat anti hipertensi yaitu:
1) Diuretik

Obat-obatan jenis diuretik bekerja dengan cara


mengeluarkan cairan tubuh (lewat kencing) sehingga volume
cairan di tubuh berkurang mengakibatkan daya pompa
jantung menjadi lebih ringan. Contoh obat diuretik Kuat
adalah Hidroklorotiazid, Klortalidon, Indapamid,
Bendroflumetiazid, Metolazon, Xipamid, dan Contoh obat
diuretik Kuat adalah Furosemid, dan Torsemid, Contoh obat
diuretik Hemat kalium adalah Amilorid, Triamteren.

2) Agen Penghambat Adrenegik (β-bloker)


(β-bloker) digunakan sebagai obat tahap pertama pada
hipertensi ringan sampai sedang terutama pada pasien dengan
penyakit jantung koroner (khususnya sesudah infark miokard
akut). Beta bloker dapat menyebabkan bradikardia, blokade
AV, hambatan nodus SA dan menurunkan kekuatan kontraksi
miokard. Contoh obat golongan ini adalah Asebutolol,
Atenolol,Metaprolol, Labetolol, dan Karvedilol.
3) Penghambat ACE (Angiotensin Converting Enzyme).
ACE- inhibitor menghambat perubahan A l menjadi A
ll sehingga terjadi vasodilatasi dan penurunan sekresi
aldosteron. Selain itu degradasi bradikinin juga dihambat
sehingga kadar bradikinin dalam darah meningkat dalam efek
vasodilatasi ACE-inhibitor. Contoh obat golongan ini adalah
Kaptopril, Lisinopril, Benazepril, Enalapril, Ramipril,

4) Penghambat reseptor angiotensin (Angitensin receptor blocker,ARB)


Reseptor angiotensin terdiri dari dua kelompok besar yaitu
AT1 dan AT2. Reseptor AT1 terdapat terutama di otot polos
pembuluh darah dan di otot jantung, AT2 terdapat dimedula
adrenal mungkin juga di SSP. Pemberian obat ini akan
menghambat semua efek angiotensin seperti: vasokontriksi,
sekresi aldosteron, rangsangan saraf simpatis. Contoh obat
golongan ini adalah Valsartan, Losartan, Irbesartan,
Telmisartan dan Candesartan.
5) Antagonis Kalsium
Antagonis kalsium menghambat influks kalsium pada sel
otot polos pembuluh darah dan miokard. Di pembuluh darah,
antagonis kalsium terutama menimbulkan relaksasi arteriol,
sedangkan vena kurang dipengaruhi. Penurunan resistensi
perifer ini di ikuti oleh reflek takikardia dan vasokonstriksi,
terutama bila menggunakan golongan dihidropiridin kerja
pendek (nifedipin). Contah obat pada golongan ini adalah
Nifedipin, Amlodipin, Felodipin, Isradipin, Verapamil dan
Diltiazem.
A. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

Pengkajian adalah tahap awal yang dilakukan untuk menentukan langkah


langkah berikutnya. Data dari hasil pengkajian dapat diperoleh dengan cara
wawancara serta observasi terkait kondisi klien maupun lingkungan sekitarnya.
Data yang perlu dikaji dalam pengkajian keluarga diantaranya :
a. Identitas klien dan penanggung jawab yang meliputi nama, jenis kelamin,
umur, alamat, pekerjaan serta pendidikan terahir. Kemudian ada genogram
keluarga terdiri dari tiga generasi, tipe keluarga suku bangsa dan agama
b. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga berisi :
1) Tahap perkembangan keluarga saat ini yang sedang dilalui oleh
keluarga
2) Tahap keluarga yang belum terpenuhi serta kendalanya.
3) Riwayat keluarga inti terdiri dari riwayat kesehatan kepala keluarga
kemudian riwayat kesehatan istri serta anak.
4) Riwayat keluarga sebelumnya berisi tentang riwayat kesehatan keluarga
asal dari kepala keluarga serta istri
c. Lingkungan

1) Karakteristik rumah digambarkan denahnya kemudian


didiskripsikan karakteristik lingkungan rumahnya
2) Karakteristik tetangga sekitar rumah dan komunitas rukun warga
3) Perkumpulan keluarga serta komunikasi dengan masyarakat
4) Sistem yang dapat mendukung keluarga
d. Struktur keluarga
1) Pola komunikasi keluarga berkaitan dengan bagaimana keluarga dalam
berkomunikasi dengan anggota lainnya.
2) Struktur kekuatan keluarga
3) Struktur peran terkait dengan peran formal maupun informal.
4) Nilai atau norma keluarga
e. Fungsi keluarga :
1) Fungsi afektif

Merupakan fungsi yang ada didalam keluarga untuk saling mendukung,


menghargai serta saling mengasihi. Keluarga dapat membangun rasa kasih
sayang dan mendidik untuk selalu berinteraksi secara terbuka dengan
anggota lainnya yang dapat membuat konsep diri keluarga menjadi positif.
2) Fungsi sosialisasi

Yaitu meningkatkan keluarga untuk berinteraksi dengan orang lain diluar


rumah dimulai sejak lahir di didik untuk disiplin, sesuai dengan norma-
norma serta berakhlak.
3) Fungsi seksual

Merupakan fungsi untuk memberdayakan penerus dalam mempertahankan


genetik dan meningkatkan SDM. Dengan adanya

fungsi seksual ini dapat terjalinnya kehidupan masyarakat yang semakin


luas
4) Fungsi ekonomi

Merupakan fungsi untuk mata pencaharian SDM untuk kebutuhan sehari


hari yang harus tercapai diantaranya sembako sandang dan papan
5) Perawatan keluarga

Yaitu untuk mensejahterakan kesehatan keluarga dengan membiasakan


diri ketika terdapat anggota yang mengalami gangguan kesehatan segerah
untuk dibawa kepelayanan kesehatan agar mendapat penatalaksaan sesuai
dengan penyakit yang sedang diderita.
f. Stres dan koping keluarga
1) Stressor jaangka pendek dan panjang dikatakan stressor jangka pendek
bila dapat diselesaikan tidak lebih dari 6 bulan sedangkan stressor jangka
panjang melebihi 6 bulan
2) Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi
3) Strategi yang digunakan keluarga bila menghadapi permasalahan.
4) Pemeriksaan Fisik yang dilakukan pada seluruh anggta keluarga
2. Diagnosa Keperawatan
a. Manajemen kesehatan tidak efektif

Diartikan sebagai usaha dalam penangganan masalah kesehatan dalam


aktivitas sehari hari tidak berhasil sehingga status kesehatan yang diharapkan
tidak tercapai. Untuk penyebabnya diantaranya :
1) Sistem pelayanan kesehatan yang semakin kompleks
2) Perawatan dan pengobatan yang rumit
3) Pertentangan terkait pengambilan keputusan
4) Kurang terpapar informasi
5) Ekonomi yang menggalami masalah
6) Permasalahan keluarga

Untuk gejala dan tanda mayor Subjektif biasanya menggungkapkan kesulitan


dalam menjalani program perawatan atau pengobatan, sedangkan objektifnya
tampak gagal melakukan tindakan untuk mengurangi faktor resiko, gagal
menerapkan program perawatan atau pengobatan serta aktivitas sehari hari
tidak efektif untuk memenuhi tujuan kesehatan
b. Gangguan Pola Tidur

Merupakan gangguan pada waktu tidur terkait kualitas dan kuatitas akibat
faktor tertentu. Untuk penyebabnya diantaranya :
5) Kurangnya kontrol tidur

6) Kurang privaasi

7) Restraint fisik

8) Tidak adanya teman tidur

9) Tidak terbiasa dengan peralatan tidur

Untuk gejala dan tanda mayor data subjektifnya mengeluh sulit tidur,
pola tidur berubah serta mengeluh sering terjaga sedangkan data objektif tidak
ada. (TIM POKJA SDKI DPP PPNI, 2017)
8. Intervensi Keperawatan

Rencana tindakan keperawatan menurut Standar Intervensi Keperawatan


Indonesia (SIKI) pada tahun 2018 diagnosa yang pertama yaitu manajemen
kesehatan tidak efektif Untuk intervensi yang bisa diberikan yaitu edukasi
kesehatan yang merupakan pengelolaan faktor resiko penyakit dan perilaku hidup
bersih serta sehat
a. Manajemen kesehatan tidak efektif

1) Observasi

a) Indentifikasi kesiapan serta klien untuk memperoleh informasi yang


akan diberikan

2) Terapeutik

b) Fasilitasi materi serta media untuk pendidikan kesehatan

c) Jadwalkan edukasi kesehatan sesuai kesepakatan bersama

d) Berikan kesempatan untuk bertanya

3) Edukasi

e) Jalaskan faktor resiko yang bisa mempengaruhi kesehatan

f) Ajarkan makanan yang dianjurkan dan dilarang

b. Gangguan pola tidur

Adapun diagnosis keperawatan yang kedua yaitu gangguan pola tidur


untuk intervensi yang dapat diberikan kepada salah satu anggota keluarga
diantaranya sebagai berikut : Dukungan Tidur adalah memfasilitasi siklus
tidur serta terjaga yang teratur, tindakannya antara lain :
1) Observasi

a) Identifikasi pola aktivitas serta tidur

b) Identifikasi faktor pengganggu tidur baik fisik maupun psikologis


2) Terapeutik

a) Modifikasi lingkungan (misal mengatur pencahayaan,


kebisingan, suhu, dan membersihkan tempat tidur)
b) Fasilitasi menghilangkan slres sebelum tidur

c) Tetapkan jadual tidur yang rutin

d) Sesuaikan jadual pemberian obat ataupun tindakan untuk


mendukung siklus tidur
3) Edukasi

a) Anjurkan menepati waktu tidur sesuai kebiasaan

b) Anjurkan menghindari makanan atau minuman yang dapat


mengganggu tidur. (TIM POKJA SIKI DPP PPNI, 2018)
9. Implementasi Keperawatan

Melakukan tindakan keperawatan sesuai dengan intervensi yang telah


ditetapkan untuk mencapai tujuan asuhan keperawatan, ciri khusus implementasi
biasanya menggunakan kata kerja aktif
a. Manajemen kesehatan tidak efektif

1) Observasi

a) Mengindentifikasi kesiapan serta kemampuan klien untuk


memperoleh informasi yang akan diberikan
2) Terapeutik

a) Memfasilitasi materi serta media untuk pendidikan kesehatan

b) Menjadwalkan edukasi kesehatan sesuai kesepakatan bersama

c) Membeerikan kesempatan untuk bertanya

3) Edukasi

a) Menjelaskan faktor resiko yang bisa mempengaruhi kesehatan

b) Mengajarkan makanan yang dianjurkan dan dilarang

b. Gangguan pola tidur

1) Observasi

a) Mengidentifikasi pola aktivitas serta tidur

b) Mengidentifikasi faktor pengganggu tidur baik fisik maupun


psikologis
2) Terapeutik
a) Modifikasi lingkungan (misal mengatur pencahayaan,
kebisingan, suhu, dan membersihkan tempat tidur)
b) Memfasilitasi menghilangkan slres sebelum tidur

c) Menetapkan jadual tidur yang rutin

d) Menyesuaikan jadwal pemberian obat ataupun tindakan untuk


mendukung sikus tidur
3) Edukasi

a) Anjurkan menepati waktu tidur sesuai kebiasaan

b) Anjurkan menghindari makanan atau minuman yang dapat


mengganggu tidur

2. Evaluasi Keperawatan

Tahap terahir dari asuhan keperawatan yang bertujuan untuk menilai keefektifan keseluruhan
proses asuhan keperawatan. Asuhan keperawatan dikatakan berhasil jika kriteria hasil yang
telah ditentukan tercapai. (TIM POKJA SLKI DPP PPNI, 2019) pada tahap ini dibutuhan data
subjektif yaitu data yang berisi ungkapan, keluhan dari klien kemudian data objektif yang
diperoleh dari pengukuran maupun penilaian perawat sesuai dengan kondisi yang tampak
kemudian penilaian asesmen dan terahir perencanaan atau plenning, untuk mudah diingat
biasanya menggunakan singkatan SOAP (Subjek Objektif Analisis Planning)
BAB II

PROSES ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian Keluarga
Pengajian ini dilakukan pada tanggal 8 Mei 20023 jam 10:00 WIB mengkaji kasus pada
keluarga Ny. S dengan masalah kesehatan yaitu Hipertensi Di Desa Langonsari Rt 01 rw
01 dan di dapatkan kasus sebagai berikut:
a. Data Umum
1. Nama KK : Tn. A
2. Usia : 53 tahun
3. Pendidikan : SMA
4. Pekerjaan : Penjahit
5. Alamat : Desa Langonsari Rt 01 Rw 01
6. Komposisi :
No Nama Usia JK Status Pendidik Pekerjaan Status
an Kesehatan
1. Ayi Sumarna 53 L Suami SMA Sehat
2. Siti Dareha 49 P Istri SMP Hipertensi
3. Irman 27 L Anak Ke 1 SMA Sehat
4. Wulan Sari 22 P Anak Ke 2 SMK Anemia
5. Zam Zam 18 L Anak Ke 3 SMA Sehat
GENOGRAM

: Suami

: Istri

: Anak Laki-laki

: Anak perempuan

7. Tipe Keluaarga :
a) Jenis Type Keluarga: Keluarga Inti (Nuclear Family)
Keluarga yang terdiri dari Ayah, Ibu dan Anak yang tinggal serumah
b) Masalah yang terjadi dengan tipe tersebut: Ny. S mengalami Hipertensi
8. Suku : Sunda
9. Agama : Islam
10. Status Sosial Ekonomi Keluarga:
a) Anggota Kelurga Yang mencari nafkah: Suami
b) Penghasilan:
Suami >2000.000/ Bulan
c) Upaya Lain: Membuka warung
d) Harta Benda yang dimiliki (Perabot, Transfortasi (Motor), Tv, Kulkas, Kursi
dll)
11. Ativitas Rekreasi Keluarga: Menonton Tv ketika ada waktu dengan keluarga
b. Riwayat Tahap Perkembangan Keluarga
1. Tahap perkembangan keluarga saat ini: Tn. A dan Ny. S punya penghasilan
sendiri dan berada di tahap perkembangan yang cukup
2. Tahap perkembangan keluarga yang belum Terpenuhi: Tn. A ingin Istrinya
Ny. S menjaga pola istirahat denan baik agar tekanan darahnya kembali
normal.
3. Riwayat Keluarga Saat ini:
a) Riwayat Kesehatan Keluarga Saat ini:
b) Riwayat Penyakit Keturunan:
c) Sumber pelayanan Kesehatan yang di manfaatkan:
4. Riwayat Kesehatan Keluarga Sebelumnya:
Sehat, Tidak ada masalah kesehatan lainnya
c. Lingkungan
a. Karakteristik Rumah
a) Luas rumah: 4 tumbak
b) Type rumah: Permanen
c) Kepemilikan: Milik Sendiri
d) Jumlah dan ratio kamar/ruangan: 2 ruangan
e) Ventilasi/jendela: ada 6 jendela
f) Pemanfaatan ruangan: ruang tamu, dapur, toilet dan kamar tidur
g) Septic tank: terdapat septic tank
h) Sumber air minum: air galon
i) Kamar mandi/WC: bersih
j) Kebersihan lingkungan:keadaan lingkungan terjaga, karena masyarakat
selalu mengadakan kerja bakti membersihkan lingkungan setiap sebulan
sekali
b. Karakteristik Tetangga dan Komunitas
a) Kebiasaan: berkumpul saat berbelanja, dan mengadakan pengajian setiap
satu minggu sekali
b) Aturan/Kesepakatan: tidak berkeliaran diluar rumah pada saat malam
kecuali alasan yang penting
c) Budaya:
c. Perkumpulan Keluarga dan Interaksi dengan Masyarakat: Menurut Ny. S sering
berkumpul dengan tetangga sekitar dan mengikuti pengajian seminggu sekali
d. Sistem Pendukung Keluarga: menurut pengakuan Ny. S ia kurang mendaptan perhatian
dari suaminya karena suaminya sibuk bekerja dan tidak ada libur.
d. Struktur Keluarga
a. Pola Komunikasi Keluarga: menurut Ny. A dalam keluarganya komunikasi biasa
menggunakan bahasa sunda, dan anak-anaknya pun mengikuti bahasa sunda
b. Struktur Kekuatan Keluarga: Dalam pengambilan keputusan keluarga Tn. A dan Ny. S
adalah Tn. A karena sebagai kepala keluarga, tetapi mereka selalu bermusyawarah dan
memberikan pendapat satu sama lain.
c. Struktur Peran: Keluarga Tn.A yang mencari nafkah adalah Tn. A dengan penghasilan 1
juta-2 juta/ bulan dengan di bantu hasil istrinya Ny. S dari warung kurang lebih 1 juta-1,2
juta/ bulan, sehingga ekonomi eluarga Tn. S tercukupi karena ada 2 orang dalam keluarga
yang bekerja
d. Nilai dan Norma Budaya: menghormati orang tua, menghargai terhadap orang yang lebih
tua, ramah, sopan, dan santun terhadap eluarga dan tetangga juga.
e. Keluarga
a. Fungsi Afektif: Tn. A sebagai kepala rumah tangga, Ny. S sebagai ibu rumah tangga,
anak pertama Tn. I membantu orangtua mencari nafah, anak edua Ny. W membantu
ibunya dan juga perekonomian keluarganya, anak ke tiga Tn. Z sebagai pelajar.
Hubungan dalam keluarga kurang terasa hangat karena pada sibuk bekerja
b. Fungsi Social:
a) Interaksi dan hubugan dalam keluarga:
Interaksi di dalam keluarga urang hangat, dikarenakan pada sibuk pada
pekerjaanya masing-masing, tetapi walaupun begitu Tn. A tetap menerapkan
kedisiplinannya yaitu dengan mengajaran norma-norma dan nilai budaya serta
keagamaan pada keluarganya.
b) Anggota eluarga yang dominan dalam pengambilan keputusan:
Tn. A sebagai suami sekaligus kepala keluarga
c) Kegiatan keluarga waktu senggang: Menonton Tv dll
d) Partisipasi dalam egiatan sosial: Bekerja bakti/ gotong Royong
c. Fungsi perawatan keluarga
1) Mengenal Masalah:
Kemampuan keluarga mengenal masalah kesehatan Ny. S, keluarganya
mengatakan tahun istri/ ibunya mengalami hipertensi , tapi tidak tahu
hipertensi yang di alami Ny. S dapat membahayakan istrinya/ ibunya.
Pada saat ditanya Ny. S tentang hipertensi dia menjawab kalau tekanan
darahnya tinggi, dan kalau pusing itu berarti tekanan sedang naik. Tetapi
Ny. S tidak tahu kenapa bisa mengalami hipertensi
2) Mengambil keputusan:
Ny. R hanya meminum obat yang di berikan oleh Dokter saja yaitu
amplodipin atau kalau lagi pusing suka di istirahatan saja.
3) Merawat amggota keluarga:
Ny. S mengataan kurang support dari keluarga yang lainnya jika ia sedang
sakit, dikarenakan mereka pada sibuk
4) Modifikasi lingkungan:
Menurut Ny. S ia tidak tahu apa yang harus di lakukan kalau mendadak
pusing
5) Pemanfaatkan fasilitas kesehatan:
Menurut Ny. S jika keluraganya ada yang sakit selalu dibawa berobat ke
dokter terdekat atau ke puskesmas
a. Fungsi Reproduksi
a) Perancanaan jumlah anak: Ny. S mengatakan sudah cukup 3 anak saja
b. Fungsi ekonomi
a) Upaya pemenuhan sandang pangan:
Untuk sandang papan dan pangan Ny. S sejauh ini sudah merasa cukup dan akan
membeli jika diperlukamNy. S mengatakan sejauh ini selalu membawa
keluarganya ke klinik terdekat dan ke pusesmas terdekat jika sakit,, namun upaya
peningatan kesehatan dimasyarakat seperti penyuluhan dan pemberantasan
jentik-jentik sejauh ini urang.
b) Pemanfaatan sumber di masyarakat:
f. Stres dan Koping Keluarga
a. Stresor jangka pendek dan jangka panjang:
a) Stresor jangka pendek:
Ny. S pernah mengalami cemas karena adanya pusing yang sering terjadi
b) Stresor jangka panjang:
Ny. S mengatakan takut terjadi apa-apa pada saat pusing datang
b. Kemampuan Keluarga Berespon terhadap masalah:
Jika terdapat masalah selalu di selesaikan dengan diskusi. Namun akhir-akhir ini kurang
suppor atau perhatian, karena pada sibuk dengan pekerjaanya.
c. Strategi koping yang digunakan:
Ny. S mengatakan sering bertanya ke tetangganya yang tenaga medis
d. Strategi adaptasi disfungsi:
Keluarga terutaama Ny. S akan melakukan apa saja untuk bisa tekanannya darah normal
kembali
e. Pemeriksaan fisik keluarga:
f. Pengkajian Fisik Keluarga
N Pemfis Tn. A Ny. S Tn. I Ny.W Tn. Z
O
1. KU :
BB :
TB :
2. Keadaan Kepala
1. Rambut
2. Mata
3. Hidung
4. Telinga
5. Mulut
3. Leher
1. Jvp
2. Kelenjar
Tiroid
4. Data:
Mamae:
1. Inspeksi
2. Palpasi
5. Paru:
1. Inspeksi
2. Palpasi
3. Perkusi
4. Auskultasi
6. Jantung:
1. Inspeksi
2. Palpasi
3. Perkusi
4. Auskultasi
7. Abdomen:
8. Ekstremitas

g. Harapan Keluarga Terhadap Asuhan Keperawatan Keluarga


Harapan keluarga Tn. A hanya ingin keluarganya sehat dan Ny. S segera di berikan
kesembuhan dengan tensi normal kembali

h. Analisa Data

NO Data Penyebab Masalah

Masalah Masalah
Kesehatan Keperawatan
1. Ds: Ketidakmampuan Hipertensi Gangguan Rasa
- Ny. S berusia 49 keluarga mengenal Nyaman b/d
tahun masalah kesehatan Ketidakmampuan
- Ny. S mengatakan Keluarga mengenal
suka pusing k masalah kesehatan d/d
epala keluarga Ny. S
- Ny. S mengatakan mengatakan tidak tahu
sering sakit kenapa bisa mengalami
pundak hipertensi
- Ny. S mengatakan
support dari suami
dan anak-anaknya
kurang
- Ny. S mengatakan
dia tidak tahu
harus ngapain
ketika mendadak
pusing
- Ny. S tidak tahu
mengenai kenapa
bisa terjadi
Hipertensi

DO:
- Pada saat di kaji
Ny. S nampak
kebingungan
mengenai
pengetahuannya
tentang masalah
yang di deritanya
- TTV:
TD: 180/100
RR: 21
S: 36,5 C
N: 48x/ menit
2.

i. Skoring Masalah Keperawatan


Kriteria Skor Pembenaran
Sifat masalah:
Skala: aktual (Aktual/kurang 3/3x1 =1
sehat)
Kemungkinan masalah dapat
di ubah: 0/2x2 = 0
Skala: Dapat di ubah
Potensi Masalah untuk di
cegah: 1/3x1 = 1/3
Skala: Sedang
Menonjolnya Masalah:
Skala: Berat 2/2x1 = 1
Tabel 2 1/3

j. Diagnosa Keperwatan Berdasarkan Prioritas Masalah:


1. Gangguan rasa nyaman pada Ny. S b/d Ketidakmampuan keluarga mengenal
masalah kesehatan d/d keluarga Ny. S mengatakan tidak tahu kenapa bisa
mengalami hipertensi
k. Asuhan Keperawatan Keluarga
NO Diagnosa Tujuan Evaluasi Intervensi
Keperawatan Tujuan Tujuan Khusus Kriteria Standar
Umum
1. Gangguan rasa Setelah di Setelah di laukan Verbal a. Keluarga dapat Diskusikan dengan keluarga
nyaman b/d lakukan kunjungan sebanyak menjelaskan mengenai
ketidakmampu tindakan 3x keluarga Ny. S Definisi gangguan - Definisi gangguan
an eluarga keperawat mampu: rasa nyaman rasa nyaman
mengenal an di a. Mengenal masalah b. Keluarga dapat - Tanda rasa nyaman
masalah harapkan kesehatan pada Ny. S menyebutan tanda - Penyebab rasa
kesehataan d/d Ny. S - Definisi gangguan rasa nyaman
keluarga Ny. S mampu - Tanda nyaman seperti - Tanda Hipertensi
mengatakan mengenal - Penyebab pusing, sakit - Berikan kesempatan
tidak tahu masalah - Dampak pundak bagi keluarga untuk
kenapa bisa c. Keluarga belum menjelaskan kembali
mengalami tau apa saja tentang pengertian
hipertensi penyebab rasa dan penyebabnya
nyaman (hipertensi - Cara pencegahan
d. keluarga dapat Hipertensi
menyebutkan yang
di katakana tekanan
darah tinggi jika
TD nya diatas
140/100 mmHg.

a. keluarga belum
Psikomotor
mengetahui
(tindakan
bagaimana cara
yang
pencegahan
dilakukan
keluarga
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN
Diagnosa Implementasi Evaluasi Tanggal/ Hari
Gangguan rasa nyaman b/d TUK 1 S: Senin, 08 mei 2023
ketidakmampuan eluarga  Mendiskusikan definisi  Keluarga mampu
mengenal masalah gangguan rasa nyaman menjelaskan kembali
kesehataan d/d keluarga Ny.  Mendiskusikan tanda definisi, penyebab,
S mengatakan tidak tahu rasa nyaman dan tanda gangguan
kenapa bisa mengalami  Mendiskusikan rasa nyaman
hipertensi Penyebab rasa nyaman  Keluarga dapat
 Mendiskusikan Tanda Menjelaskan manfaat
Hipertensi terapi pijat refleksi
 Memberikan kaki
kesempatan bagi  Keluarga dapat
keluarga untuk Menjelaskan manfaat
menjelaskan kembali terapi rendam kaki
tentang pengertian dan dengan air hangat.
penyebabnya O:
 Mendiskusikan Cara  Keluarga
pencegahan Hipertensi memperhatikan
penjelasan yang
TUK 2 disampaikan dan
 Menjelaskan manfaat menanyakan
terapi pijat refleksi penjelasan yang belum
kaki jelas
 Menjelaskan manfaat A:
terapi rendam kaki  tujuan sebagian
dengan air hangat. tercapai
P:
 interpensi dilanjutkan
Gangguan rasa nyaman b/d TUK
ketidakmampuan eluarga 
mengenal masalah
kesehataan d/d keluarga Ny.
S mengatakan tidak tahu
kenapa bisa mengalami
hipertensi

Anda mungkin juga menyukai