Anda di halaman 1dari 14

NAMA : MERISA APRILIANTI

NIM : 701180031
MATA KULIAH : KEPERAWATAN HIV&AIDS

TANDA DAN GEJALA ( STADIUM KLINIS INFEKSI HIV)

A. STADIUM 1

N TANDA DAN GAMBAR


O GEJALA
1. Tidak ada gejala -
2. Limfadenopati
Generalisata Persisten
( pembengkakan ,
pembesaran kelenjar
getah bening)

B. STADIUM 2

NO TANDA DAN GEJALA GAMBAR

1. Penurunan berat badan -


bersifat sedang yang tak
diketahui penyebabnya
(<10% dari perkiraan
berat badan atau berat
badan sebelumnya)
2. Infeksi saluran
pernafasan yang
berulang (sinusitis,
tonsilitis, otitis
media,faringitis)
3. Herpes Zoster

4. Keilitis angularis
5. Ulkus mulut yang
berlubang

6. Ruam kulit berupa


papel yang gatal
( Papular pruritic
eruption)

7. Dermatitis seboroik
8. Infeksi jamur pada
kuku

C. STADIUM 3

N TANDA DAN GAMBAR


O GEJALA
1. Penurunan berat -
badan bersifat berat
yang tidak
diketahui
penyebabnya (lebih
dari 10% dari BB
sebelumnya)
2. Diare kronis yang
tidak diketahui
penyebabnya lebih
dari 1 bulan

3. Demam menetap
yang tidak
diketahui
penyebabnya
4. Kandidiasis pada
mulut yang
menetap

5. Oral hairy
leukoplakia

6. Tuberkulosis paru
7. Infeksi bakteri yang
berat ( pneumonia,
empiema,
meningitis,
piomiositis, infeksi
tulang atau sendi ,
bakteraemia,
penyakit inflamasi
panggul yang berat)
8. Stomatitis
nekrotikans
ulserative akut,
ginggivitis atau
periodontitis

9. Anemia yang tak -


diketahui
penyebabnya
( <8g/dl), netropeni
(<0,5 x 109/l)
dan/atau
trombositopeni
kronis (<50 x 109/l)

D. STADIUM 4

N TANDA DAN GAMBAR


O GEJALA
1. Sindrom wasting
HIV ( kehilangan
10% berat badan)

2. Pneumonia
pneumocytis
jiroveci ( infeksi
oportunistik
terjadi pada
pasien
immunocomprom
ised. pada pasen
dengan HIV).
3. Pneumonia
bakteri berat yang
berulang

4. Infeksi herpes
simplex kronis
( orolabial,
genital, atau
anorektal selama
lebih dair 1bulan
atau viseral
dibagian manapun
)
5. Kandidiasis
esofageal ( atau
kandidiasis trakea
,bronkus atau
paru)

6. Tuberkulosis
ekstra paru
7. Sarkoma kaposi

8. Penyakit
cytomegalovirus (
retinitis atau
infeksi organ lain,
tidak termasuk
hati, limpa, dan
kelenjar getah
bening)
9. Toksoplasmosis
di sistem saraf
pusat
*toksoplamosis :
penyakit yg
disebabkan oleh
infeksi parasit
toxoplasma
gondii,
menyerang
kekebalan tubuh)
10. Ensefalopati HIV
( penyakit
neurologis
demensia yang
berhubungan
dengan infeksi
HIV/AIDS).
11. Pneumonia
kriptokokus
ekstrapulmoner,
termasuk
meningitis
*Kriptokokus :
penyakit jamur
yang berpotensi
fatal yang
disebabkan oleh
beberapa spesies.
12. Infeksi
mycrobacteria
non tuberkulosis
yang menyebar

13. Leukoencephalop
athy multifocal
progresif ( infeksi
virus pada otak)

14. Cyrptosporidiosis
kronis
15. Iso sporiasis
kronis ( penyakit
pada usus
manusia)

16. Mikosis
diseminata
(histoplasmosis,
coccidiomycosis)

17. Septikemi yang


berlubang
(termasuk
salmonella non-
tifoid)
18. Limfoma/kanker
kelenjar getah
bening ( serebral
atau sel B non-
Hodgkin)

19. Karsinoma
serviks invasif/
kanker serviks

20. Leismaniasis -
diseminata
atipikal
21. Nefropati ( gagal
ginjal ) atau
kardiomiopati
(gagal jantung)
terkait HIV yang
simtomatis

KONSEP TES CD 4 PADA PENDERITA HIV

1. Pengertian Sel CD4

Sel CD4 adalah jenis sel darah putih atau limfosit. Sel tersebut adalah bagian yang
penting dari sistem kekebalan tubuh kita. Sel CD4 kadang kala disebut sebagai sel-T.
Ada dua macam sel-T. Sel T-4, yang juga disebut CD4 dan kadang kala sel CD4+,
adalah sel ‘pembantu’. Sel T-8 (CD8) adalah sel ‘penekan’, yang mengakhiri tanggapan
kekebalan. Sel CD8 juga disebut sebagai sel ‘pembunuh’, karena sel tersebut
membunuh sel kanker atau sel yang terinfeksi virus. Sel CD4 dapat dibedakan dari sel
CD8 berdasarkan protein tertentu yang ada di permukaan sel. Sel CD4 adalah sel-T
yang mempunyai protein CD4 pada permukaannya. Protein itu bekerja sebagai
‘reseptor’ untuk HIV. HIV mengikat pada reseptor CD4 itu seperti kunci dengan
gembok.

2. Sel CD4 Penting Sehubungan dengan HIV

HIV umumnya menulari sel CD4. Kode genetik HIV menjadi bagian dari sel itu.
Waktu sel CD4 menggandakan diri (bereplikasi) untuk melawan infeksi apa pun, sel
tersebut juga membuat tiruan HIV. Setelah kita terinfeksi HIV dan belum mulai terapi
antiretroviral (ART), jumlah sel CD4 kita semakin menurun. Ini tanda bahwa sistem
kekebalan tubuh kita semakin rusak. Semakin rendah jumlah CD4, semakin mungkin
kita akan jatuh sakit. Ada jutaan keluarga sel CD4. Setiap keluarga dirancang khusus
untuk melawan kuman tertentu. Waktu HIV mengurangi jumlah sel CD4, beberapa
keluarga dapat diberantas. Kalau itu terjadi, kita kehilangan kemampuan untuk
melawan kuman yang seharusnya dihadapi oleh keluarga tersebut. Jika ini terjadi, kita
mungkin mengalami infeksi oportunistik – lihat Lembaran Informasi (LI) 500.

3. Pengertian tes CD 4

Tes CD4 adalah sebuah prosedur medis yang dilakukan untuk memeriksa volume
sel CD4 pada tubuh. Sel CD4 sendiri merupakan salah satu komponen dari sel darah
putih. Mengingat sel darah putih merupakan ‘pelindung’ tubuh dari serangan penyakit,
maka tes ini berkaitan dengan kondisi sistem kekebalan tubuh. Infeksi Human
immunodeficiency virus atau biasa kita kenal sebagai virus HIV menjadi masalah
kesehatan yang umumnya memerlukan tes CD4 ini. Hal tersebut tak lepas dari fakta
bahwa virus ini memang menyerang CD4 hingga menyebabkan sel tersebut
mengalami kerusakan dan penurunan jumlah yang lantas berdampak pada
menurunnya imunitas tubuh. Kendati sebagian besar penerapan metode pemeriksaan
CD4 dilakukan pada penderita HIV, nyatanya pemeriksaan ini juga bisa diterapkan
untuk menganalisis gangguan sistem imun lainnya yang disinyalir menyerang sel
tersebut.
Contoh kecil darah kita diambil. Darah ini dites untuk menghitung beberapa tipe
sel. Jumlah sel CD4 tidak langsung diukur. Malahan, laboratorium membuat hitungan
berdasarkan jumlah sel darah putih, dan proporsi sel tersebut yang CD4. Oleh karena
itu, jumlah CD4 yang dilaporkan oleh tes CD4 tidak persis.Karena jumlah CD4
penting untuk menunjukkan kekuatan sistem kekebalan tubuh, diusulkan kita
melakukan tes CD4 setiap 3-6 bulan. Namun setelah kita mulai ART dan jumlah CD4
kita sudah kembali normal, tes CD4 dapat dilakukan setiap 9-12 bulan.
Tujuan Tes CD4 adalah untuk menganalisis kondisi sel CD4 di dalam tubuh
pasien yang terinfeksi HIV. Melalui prosedur pemeriksaan ini, dokter dapat
mengidentifikasi seberapa parah penurunan volume dan kerusakan CD4.
Informasi ini diperlukan oleh dokter untuk:
 Menentukan langkah penanganan medis yang sesuai.
 Mengukur efektivitas terapi pengobatan yang sedang berjalan.
 Menganalisis kemungkinan komplikasi pada pasien.

a. Siapa yang Perlu Melakukan Tes CD4?


Tes CD4 dilakukan pada kondisi-kondisi di bawah ini:
1) Pasien pertama kali terdiagnosis mengidap HIV.
2) Setiap beberapa bulan sekali untuk mengetahui ada tidaknya perubahan
hasil CD4 sejak pemeriksaan pertama.
3) Melihat efektivitas pengobatan pada pasien yang sudah menjalani
penanganan.

b. Kapan Melakukan Tes CD4?


Pemeriksaan CD4 idealnya dilakukan saat:
1) Pertama kali didiagnosis positif HIV.
2) Tiga bulan setelah tes pertama dilakukan.
3) Setiap 3-6 bulan sekali jika pengobatan ART tertunda.
4) Sekali dalam 3-6 bulan saat pengobatan ART dijalani secara rutin
selama 2 tahun.
5) Setiap 3-6 bulan sekali jika jumlah viral load konsisten berada di
atas 200 kopi/mL.
6) Satu tahun sekali jika nilai CD4+ konsisten berada di atas batas
normal (500 sel/mm3).
7) Sewaktu-waktu ketika mengalami gejala HIV baru.
c. Tata Laksana Tes CD4
Hal ini mungkin dipengaruhi oleh kondisi pasien dan juga kesiapan fasilitas
medis, namun seharusnya tidak ada perbedaan yang signifikan terkait dengan
tata laksana tersebut. Berikut adalah informasi terkait tata laksana pemeriksaan
CD4 pada kasus infeksi HIV.
1) Pra Tes CD4
Sebelum melakukan tes, sebenarnya tidak ada persiapan khusus yang perlu
dilakukan. Sesaat setelah pasien terkonfirmasi positif HIV, dokter—dengan
dibantu oleh perawat—bisa segera menyiapkan keperluan-keperluan untuk
melaksanakan tes tersebut. Selain itu, dokter dan perawat juga mungkin akan
mencoba untuk menenangkan pasien sehingga pemeriksaan dapat berjalan
dengan baik.
2) Prosedur Tes CD4
Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara mengambil sampel darah pasien untuk
selanjutya diteliti lebih lanjut di laboratorium. Prosedurnya kira-kira sebagai
berikut:
 Dokter atau perawat akan terlebih dahulu membersihkan area tubuh
(umumnya lengan atas) yang akan disuntik untuk pengambilan darah
dengan cairan antiseptik. Prosedur ini bertujuan untuk mencegah infeksi
bakteri maupun kuman.
 Lengan akan dikencangkan dengan perban khusus. Tujuannya untuk
mempermudah proses pengambilan darah pada pembuluh vena.
 Dokter atau perawat akan menusukkan jarum ke pembuluh vena,
kemudian mengambil darah pasien.
 Setelah darah diambil, titik suntik pada lengan pasien akan ditutup
menggunakan plester.
 Sampel darah kemudian akan dianalisis lebih lanjut di laboratorium.

Selain pemeriksaan CD4 itu sendiri, dokter juga biasanya turut melaksanakan
pemeriksaan berupa:
 HIV Viral Load, adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui
keberadaan sel HIV pada darah.
 Rasio CD4 dan CD8, adalah pemeriksaan untuk mengetahui seberapa baik
keadaan sistem imunitas pasien. CD8 sendiri merupakan komponen sel darah
putih yang bertugas melawan sel kanker.
d. Hasil Tes CD4
Hasil tes akan mengarah ke 2 (dua) kemungkinan, yakni normal dan tidak
normal. Penjelasannya adalah sebagai berikut:
 Dikatakan normal apabila jumlah CD4 untuk setiap millimeter kubik
darah mencapai 500-1200 sel.
 Dikatakan tidak normal apabila jumlah CD4 untuk setiap milimeter kubik
darah hanya berada di kisaran 250-500 sel.

Sementara itu apabila jumlah CD4 berada di angka 200 sel (atau bahkan kurang
dari itu) per milimeter kubik, pasien disinyalir terserang AIDS dan sangat berisiko
terkena infeksi oportunistik. Kondisi ini tentu sangat berbahaya karena bisa berujung
pada kematian.

e. Respons Hasil Tes CD4 Tidak Normal


Dalam merespons hasil tes yang tidak normal, maka dokter akan melakukan
sejumlah langkah seperti terapi antiretroviral (ARV). Terapi ini bertujuan untuk
menekan replikasi virus HIV dan meningkatkan volume sel CD4 sehingga bisa
memperkuat sistem imun dan meminimalisir terjadinya AIDS maupun komplikasi
lainnya. Pasien juga akan diminta untuk melakukan pemeriksaan rutin. Pemeriksaan
bertujuan untuk memantau proses pengobatan yang sedang berlangsung.

f. Efek Samping Tes CD4


Tes ini umumnya tidak menimbulkan efek samping yang berarti. Pasien mungkin
hanya akan merasakan nyeri, pegal, atau sedikit memar pada titik suntik. Kondisi ini
pun biasanya tidak akan berlangsung lama.

Anda mungkin juga menyukai