NIM : 701180031
MATA KULIAH : KEPERAWATAN HIV&AIDS
A. STADIUM 1
B. STADIUM 2
4. Keilitis angularis
5. Ulkus mulut yang
berlubang
7. Dermatitis seboroik
8. Infeksi jamur pada
kuku
C. STADIUM 3
3. Demam menetap
yang tidak
diketahui
penyebabnya
4. Kandidiasis pada
mulut yang
menetap
5. Oral hairy
leukoplakia
6. Tuberkulosis paru
7. Infeksi bakteri yang
berat ( pneumonia,
empiema,
meningitis,
piomiositis, infeksi
tulang atau sendi ,
bakteraemia,
penyakit inflamasi
panggul yang berat)
8. Stomatitis
nekrotikans
ulserative akut,
ginggivitis atau
periodontitis
D. STADIUM 4
2. Pneumonia
pneumocytis
jiroveci ( infeksi
oportunistik
terjadi pada
pasien
immunocomprom
ised. pada pasen
dengan HIV).
3. Pneumonia
bakteri berat yang
berulang
4. Infeksi herpes
simplex kronis
( orolabial,
genital, atau
anorektal selama
lebih dair 1bulan
atau viseral
dibagian manapun
)
5. Kandidiasis
esofageal ( atau
kandidiasis trakea
,bronkus atau
paru)
6. Tuberkulosis
ekstra paru
7. Sarkoma kaposi
8. Penyakit
cytomegalovirus (
retinitis atau
infeksi organ lain,
tidak termasuk
hati, limpa, dan
kelenjar getah
bening)
9. Toksoplasmosis
di sistem saraf
pusat
*toksoplamosis :
penyakit yg
disebabkan oleh
infeksi parasit
toxoplasma
gondii,
menyerang
kekebalan tubuh)
10. Ensefalopati HIV
( penyakit
neurologis
demensia yang
berhubungan
dengan infeksi
HIV/AIDS).
11. Pneumonia
kriptokokus
ekstrapulmoner,
termasuk
meningitis
*Kriptokokus :
penyakit jamur
yang berpotensi
fatal yang
disebabkan oleh
beberapa spesies.
12. Infeksi
mycrobacteria
non tuberkulosis
yang menyebar
13. Leukoencephalop
athy multifocal
progresif ( infeksi
virus pada otak)
14. Cyrptosporidiosis
kronis
15. Iso sporiasis
kronis ( penyakit
pada usus
manusia)
16. Mikosis
diseminata
(histoplasmosis,
coccidiomycosis)
19. Karsinoma
serviks invasif/
kanker serviks
20. Leismaniasis -
diseminata
atipikal
21. Nefropati ( gagal
ginjal ) atau
kardiomiopati
(gagal jantung)
terkait HIV yang
simtomatis
Sel CD4 adalah jenis sel darah putih atau limfosit. Sel tersebut adalah bagian yang
penting dari sistem kekebalan tubuh kita. Sel CD4 kadang kala disebut sebagai sel-T.
Ada dua macam sel-T. Sel T-4, yang juga disebut CD4 dan kadang kala sel CD4+,
adalah sel pembantu. Sel T-8 (CD8) adalah sel penekan, yang mengakhiri tanggapan
kekebalan. Sel CD8 juga disebut sebagai sel pembunuh, karena sel tersebut
membunuh sel kanker atau sel yang terinfeksi virus. Sel CD4 dapat dibedakan dari sel
CD8 berdasarkan protein tertentu yang ada di permukaan sel. Sel CD4 adalah sel-T
yang mempunyai protein CD4 pada permukaannya. Protein itu bekerja sebagai
reseptor untuk HIV. HIV mengikat pada reseptor CD4 itu seperti kunci dengan
gembok.
HIV umumnya menulari sel CD4. Kode genetik HIV menjadi bagian dari sel itu.
Waktu sel CD4 menggandakan diri (bereplikasi) untuk melawan infeksi apa pun, sel
tersebut juga membuat tiruan HIV. Setelah kita terinfeksi HIV dan belum mulai terapi
antiretroviral (ART), jumlah sel CD4 kita semakin menurun. Ini tanda bahwa sistem
kekebalan tubuh kita semakin rusak. Semakin rendah jumlah CD4, semakin mungkin
kita akan jatuh sakit. Ada jutaan keluarga sel CD4. Setiap keluarga dirancang khusus
untuk melawan kuman tertentu. Waktu HIV mengurangi jumlah sel CD4, beberapa
keluarga dapat diberantas. Kalau itu terjadi, kita kehilangan kemampuan untuk
melawan kuman yang seharusnya dihadapi oleh keluarga tersebut. Jika ini terjadi, kita
mungkin mengalami infeksi oportunistik lihat Lembaran Informasi (LI) 500.
3. Pengertian tes CD 4
Tes CD4 adalah sebuah prosedur medis yang dilakukan untuk memeriksa volume
sel CD4 pada tubuh. Sel CD4 sendiri merupakan salah satu komponen dari sel darah
putih. Mengingat sel darah putih merupakan pelindung tubuh dari serangan penyakit,
maka tes ini berkaitan dengan kondisi sistem kekebalan tubuh. Infeksi Human
immunodeficiency virus atau biasa kita kenal sebagai virus HIV menjadi masalah
kesehatan yang umumnya memerlukan tes CD4 ini. Hal tersebut tak lepas dari fakta
bahwa virus ini memang menyerang CD4 hingga menyebabkan sel tersebut
mengalami kerusakan dan penurunan jumlah yang lantas berdampak pada
menurunnya imunitas tubuh. Kendati sebagian besar penerapan metode pemeriksaan
CD4 dilakukan pada penderita HIV, nyatanya pemeriksaan ini juga bisa diterapkan
untuk menganalisis gangguan sistem imun lainnya yang disinyalir menyerang sel
tersebut.
Contoh kecil darah kita diambil. Darah ini dites untuk menghitung beberapa tipe
sel. Jumlah sel CD4 tidak langsung diukur. Malahan, laboratorium membuat hitungan
berdasarkan jumlah sel darah putih, dan proporsi sel tersebut yang CD4. Oleh karena
itu, jumlah CD4 yang dilaporkan oleh tes CD4 tidak persis.Karena jumlah CD4
penting untuk menunjukkan kekuatan sistem kekebalan tubuh, diusulkan kita
melakukan tes CD4 setiap 3-6 bulan. Namun setelah kita mulai ART dan jumlah CD4
kita sudah kembali normal, tes CD4 dapat dilakukan setiap 9-12 bulan.
Tujuan Tes CD4 adalah untuk menganalisis kondisi sel CD4 di dalam tubuh
pasien yang terinfeksi HIV. Melalui prosedur pemeriksaan ini, dokter dapat
mengidentifikasi seberapa parah penurunan volume dan kerusakan CD4.
Informasi ini diperlukan oleh dokter untuk:
Menentukan langkah penanganan medis yang sesuai.
Mengukur efektivitas terapi pengobatan yang sedang berjalan.
Menganalisis kemungkinan komplikasi pada pasien.
Selain pemeriksaan CD4 itu sendiri, dokter juga biasanya turut melaksanakan
pemeriksaan berupa:
HIV Viral Load, adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui
keberadaan sel HIV pada darah.
Rasio CD4 dan CD8, adalah pemeriksaan untuk mengetahui seberapa baik
keadaan sistem imunitas pasien. CD8 sendiri merupakan komponen sel darah
putih yang bertugas melawan sel kanker.
d. Hasil Tes CD4
Hasil tes akan mengarah ke 2 (dua) kemungkinan, yakni normal dan tidak
normal. Penjelasannya adalah sebagai berikut:
Dikatakan normal apabila jumlah CD4 untuk setiap millimeter kubik
darah mencapai 500-1200 sel.
Dikatakan tidak normal apabila jumlah CD4 untuk setiap milimeter kubik
darah hanya berada di kisaran 250-500 sel.
Sementara itu apabila jumlah CD4 berada di angka 200 sel (atau bahkan kurang
dari itu) per milimeter kubik, pasien disinyalir terserang AIDS dan sangat berisiko
terkena infeksi oportunistik. Kondisi ini tentu sangat berbahaya karena bisa berujung
pada kematian.