Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

ASKEP KELUARGA PADA TAHAP


PERKEMBANGAN ANAK USIA SEKOLAH

Dosen Pembimbing :
Widyoningsih, M.Kep.,Sp.Kep.Kom

Disusun oleh:
1. May ayu safitri 108119001
2. Eshiami 108119016
3. Anggun Nurmalia A 108119013
4. Herlina 108119024
5. Nurmalia Safitri 108119038

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN TINGKAT 3A


UNIVERSITAS AL- IRSYAD CILACAP
2022
A. Definisi Keluarga
Keluarga adalah dua orang atau lebih yang disatukan oleh ikatan-ikatan
kebersamaan dan ikatan emosional dan mengidentifikasian diri mereka sebagai
bagian dari keluarga (Zakaria, 2017).
Menurut Depkes RI tahun 2000, keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat
yang terdiri dari kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di
suatu tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling kebergantungan.
Duval dan Logan (1986 dalam Zakaria, 2017)mengatakan keluarga adalah
sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran dan adopsi yang bertujuan
menciptakan, mempertahankan budaya dan meningkatkan pertumbuhan fisik, mental,
emosional serta sosial dari tiap anggota keluarganya.
Keluarga merupakan perkumpulan dua atau lebih individu yang diikat oleh
hubungan darah, perkawinan atau adopsi, dan tiap-tiap anggota keluarga selalu
berinteraksi satu dengan yang lain (Mubarak, 2011).
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri ataskepala keluarga
dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal disuatu tempat dibawah suatu atap
dalam keadaan saling ketergantungan (Setiadi, 2012).
Jadi, dapat disimpulkan bahwa keluarga adalah dua orang atau lebih yang
disatukan oleh ikatan perkawinan, kelahiran, adopsi dan boleh jadi tidak diikat oleh
hubungan darah dan hukum yang tinggal di suatu tempat di bawah satu atap dengan
keadaan saling ketergantungan dan memiliki kedekatan emosional yang memiliki
tujuan mempertahankan budaya, meningkatkan pertumbuhan fisik, mental,
emosional serta sosial sehingga menganggap diri mereka sebagai suatu keluarga.

B. Tujuan Keluarga
Bergabungnya lebih dari dua orang yang membentuk keluarga, mempunyai
suatu tujuan. Menurut Friedman (2010) tujuan utama dari keluarga adalah sebagai
perantara yaitu yang menanggung semua harapan dan kewajiban-kewajiban
masyarakat serta membentuk dan mengubah sampai kwalitas tertentu hingga dapat
memenuhi kebutuhan dan kepentingan setiap individu dalam keluarga.

C. Tipe-Tipe Keluarga
Menurut Mubarak (2011) membagi tipe keluarga menjadi :
a) Secara tradisional keluarga dikelompokkan menjadi 2 yaitu :
1) Keluarga Inti (Nuclear Family) adalah keluarga yang hanya terdiriayah, ibu
dan anak yang diperoleh dari keturunannya atau adopsi atau keduanya.
2) Keluarga Besar (Extended Family) adalah keluarga inti ditambah anggota
keluarga lain yang masih mempunyai hubungan darah (kakek, nenek,
paman, bibi)
b) Secara modern Berkembangnya peran individu dan meningkatnya rasa
individualisme maka pengelompokkan tipe keluarga selain di atas adalah :
1.) Tradisional Nuclear Keluarga inti (ayah, ibu dan anak) tinggal dalam satu
rumah ditetapkan oleh sanksi-sanksi legal dalam suatu ikatan perkawinan,
satu atau keduanya dapat bekerja di luar rumah.
2.) Reconstituted Nuclear Pembentukan baru dari keluarga inti melalui
perkawinan kembali suami/istri, tinggal dalam pembentukan satu rumah
dengan anakanaknya, baik itu bawaan dari perkawinan lama maupun hasil
dari perkawinan baru, satu/keduanya dapat bekerja di luar rumah.
3.) Niddle Age/Aging Couple Suami sebagai pencari uang, istri di
rumah/kedua-duanya bekerja di rumah, anak-anak sudah meninggalkan
rumah karena sekolah/perkawinan/meniti karier.
4.) Dyadic Nuclear Suami istri yang sudah berumur dan tidak mempunyai
anak yang keduanya atau salah satu bekerja di luar rumah.
5.) Single Parent Satu orang tua sebagai akibat perceraian atau kematian
pasangannya dan anak-anaknya dapat tinggal di rumah atau di luar rumah.
6.) Dual Carrier Yaitu suami istri atau keduanya orang karier dan tanpa anak.
7.) Commuter Married Suami istri atau keduanya orang karier dan tinggal
terpisah pada jarak tertentu. Keduanya saling mencari pada waktu-waktu
tertentu.
8.) Single Adult Wanita atau pria dewasa yang tinggal sendiri dengan tidak
adanya keinginan untuk kawin.
9.) Three Generation Yaitu tiga generasi atau lebih tinggal dalam satu rumah.
10.) Institusional Yaitu anak-anak atau orang-orang dewasa tinggal dalam suatu
pantipanti.
11.) Comunal Yaitu satu rumah terdiri dari dua atau lebih pasangan yang
monogami dengan anak-anaknya dan bersama-sama dalam penyediaan
fasilitas.
12.) Group Marriage Yaitu satu perumahan terdiri dari orang tua dan
keturunannya di dalam satu kesatuan keluarga dan tiap individu adalah
kawin dengan yang lain dan semua adalah orang tua dari anak-anak.
13.) Unmaried Parent and Child Yaitu ibu dan anak dimana perkawinan tidak
dikehendaki, anaknya diadopsi.
14.) Cohibing Couple Yaitu dua orang atau satu pasangan yang tinggal bersama
tanpa kawin.
15.) Gay and Lesbian Family Yaitu keluarga yang dibentuk oleh pasangan yang
berjenis kelamin sama.

D. Fungsi Keluarga
Fungsi Keluarga Ada lima menurut (Friedman, 2010), yaitu :
a) Fungsi afektif Fungsi afektif merupakan dasar utama baik untuk pembentukan
maupun untuk berkelanjutan unit keluarga itu sendiri, sehingga fungsi afektif
merupakan salah satu fungsi keluarga yang paling penting. Peran utama orang
dewasa dalam keluarga adalah fungsi afektif, fungsi ini berhubungan dengan
persepsi keluarga dan kepedulian terhadap kebutuhan sosio emosional semua
anggota keluarganya.
b) Fungsi sosialisasi dan status sosial Sosialisasi merujuk pada banyaknya
pengalaman belajar yang diberikan dalam keluarga yang ditunjuk untuk
mendidik anak-anak tentang cara menjalankan fungsi dan memikul peran sosial
orang dewasa seperti peran yang dipikul suami-ayah dan istri-ibu. Status sosial
atau pemberian status adalah aspek lain dari fungsi sosialisasi. Pemberian
status kepada anak berarti mewariskan tradisi, nilai dan hak keluarga,
walaupun tradisi saat ini tidak menunjukan pola sebagian besar orang dewasa
Amerika.
c) Fungsi reproduksi Untuk menjamin kontiniutas antar generasi kleuarga dan
masyarakat yaitu menyediakan anggota baru untuk masyarakat.
d) Fungsi perawatan kesehatan Fungsi fisik keluarga dipenuhi oleh orang tua yang
menyediakan makanan, pakaian, tempat tinggal, perawatan terhadap kesehatan
dan perlindungan terhadap bahaya. Pelayanan dan praktik kesehatan adalah
fungsi keluarga yang paling relafan bagi perawat keluarga.
e) Fungsi ekonomi Fungsi ekonomi melibatkan penyediaan keluarga akan sumber
daya yang cukup finansial, ruang dan materi serta alokasinya yang sesuai
melalui proses pengambilan keputusan.

E. Struktur dan Peran Keluarga


Struktur dan Peran Keluarga
Struktur keluarga menunjuk kepada keluarga bagaimana keluarga tersebut
diorganisasikan, dan cara dimana unit-unit tersebut ditata, serta bagaimana
komponen-komponen tersebut berhubungan satu sama lain.
a. Struktur Peran Keluarga
Terdapat 2 perspektif dasar mengenai peran orientasi struktural yang
menekankan pengaruh normatif yaitu pengaruh yang berkaitan dengan
status – status tertentu dan peran – peran terkaitnya dan orientasi interaksi
yang menekankan timbulnya kualitas peran yang lahir dari interaksi sosial.
(Turner, 1970 dalam Friedman, 2010).
1) Peran Formal
Keluarga membagi peran secara merata kepada para anggota
keluarga seperti cara masyarakat membagi peran – perannya,
bagaimana pentingnya pelaksanaan peran bagi suatu sistem. Peran
formal yang standar terdapat dalam keluarga (pencari nafkah, ibu rumah
tangga, tukang perbaiki rumah, pengasuh anak, dan manager keuangan).
(Friedman, 2003). Menurut Gaces (1976, dalam Friedman, 2010)
mendefinisikan 6 peran dasar yang membentuk posisi sebagai suami
(ayah) dan istri (ibu), peran – peran tersebut adalah peran sebagai
provider (penyedia), peran sosialisasi anak, peran rekreasi, peran
persaudaraan, peran terapeutik, (memenuhi kebutuhan afektif dari
pasangan), peran seksual.

2) Peran Informal
Peran informal bersifat implisit biasanya tidak tampak
kekuasaan permukaan dan dimainkan hanya untuk memenuhi
kebutuhan – kebutuhan emosional individu dan untuk menjaga
keseimbangan dalam keluarga (Stir, 1976 dalam Friedman, 2010).
b. Struktur Nilai
Nilai adalah sebuah keyakinan abadi yang mempunyai bentuk
perilaku spesifik (Rokeach, 1973 dalam Friedman, 2010). Sedangkan nilai
– nilai keluarga didefinisikan sebagai suatu sistem ide, sikap, dan
kepercayaan tentang nilai suatu keseluruhan atau konsep yang secara sadar
mupun tidak sadar mengikat bersama – sama seluruh anggota keluarga
dalam suatu budaya lazim.
c. Struktur Kekuatan Keluarga
Kekuasaan merupakan kemampuan potensial maupun aktual dari
seorang individu untuk mengontrol, mempengaruhi, mengubah tingkah
laku seseorang (Friedman, 2010). Kekuasan keluarga sebagai sebuah
karakteristik dari sistem keluarga adalah kemampuan untuk potensial
maupun aktual dari seorang anggota individu untuk mengubah tingkah
laku anggota keluarga. (Olson & Cromwell, 1975 dalam Friedman, 2010).
d. Pola dan Proses Komunikasi
a) Pola interaksi keluarga yang berfungsi bersifat terbuka dan jujur,
selalu menyelesaikan konflik, berfikiran positif, tidak mengulang –
ulang isu dan pendapat sendiri.
b) Karakteristik keluarga berfungsi sebagai karakteristik pengirim dan
karakteristik penerima. Karakteristik pengirim berfungsi dalam
mengemukakan sesuatu pendapat yang disampaikan jelas dan
berkualitas, selalu meminta dan menerima umpan balik. Sedangkan
karakteristik penerima berfungsi siap mendengarkan, memberikan
umpan balik, melakukan validasi. (Setiyowati & Murwani, 2008).
F. Tugas Keluarga
Tugas kesehatan keluarga menurut Bsilon dan Maglalaya (2009) :
1. Mengenal masalah kesehatan Orang tua perlu mengenal keadaan
kesehataan dan perubahanperubahan yang dialami anggota
keluarga.Dan sejauh mana keluarga mengenal dan mengetahui fakta-
fakta dari masalah kesehatan yang meliputi pengertian, tanda dan
gejala, faktor penyebab dan yang mempengaruhinya, serta persepsi
keluarga terhadap masalah kesehatan.
2. Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat Hal ini meliputi
sejauh mana kemampuan keluarga mengenal sifat dan luasnya
masalah. Apakah keluarga merasakan adanya masalah kesehatan,
menyerah terhadap masalah yang dialami, adakah perasaan takut akan
akibat penyakit, adalah sikap negatif terhadap masalah kesehatan,
apakah keluarga dapat menjangkau fasilitas kesehatan yang ada,
kepercayaan keluarga terhadap tenaga kesehatan, dan apakah keluarga
mendapat informasi yang benar atau salah dalam tindakan mengatasi
masalah kesehatan.
3. Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit Ketika
memberikan perawatan kepada anggota keluarganya yang sakit,
keluarga harus mengetahui beberapa hal seperti keadaan penyakit,
sifat dan perkembangan perawatan yang dibutuhkan, keberadaan
fasilitas yang diperlukan, sumber-sumber yang ada dalam keluarga
(anggota keluarga yang bertanggung jawab, finansial, fasilitas fisik,
psikososial), dan sikap keluarga terhadap yang sakit.
4. Memodifikasi lingkungan atau menciptakan suasana rumah yang sehat
Hal-hal yang harus diketahui oleh keluarga untuk memodifikasi
lingkungan atau menciptakan suasana rumah yang sehat yaitu
sumbersumber keluarga yang dimiliki, manfaat dan keuntungan
memelihara lingkungan, pentingnya dan sikap keluarga terhadap
hygiene sanitasi, upaya pencegahan penyakit.
5. Merujuk pada fasilitas kesehatan masyarakat Hal-hal yang harus
diketahui keluarga untuk merujuk anggota keluarga ke fasilitas
kesehatan yaitu keberadaan fasilitas keluarga, keuntungankeuntungan
yang dapat diperoleh dari fasilitas kesehatan, tingkat kepercayaan
keluarga dan adanya pengalaman yang kurang baik terhadap petugas
dan fasilitas kesehatan, fasilitas yang ada terjangkau oleh keluarga.
G. Tugas tahap perkembangan keluarga usia sekolah
1. Memberikan perhatian anak tentang kegiatan sosial anak, pendidikan dan semangat
belajar.
2. .Memperhatikan hubungan yang harmonis dalam perkembangan
3. Memenuhi kebutuhan kesehatan fisik anggota keluarga
4. Mendorong anak untuk mencapai pengembangan daya intelektual
5. Menyediakan aktivitas anak
6. Menyesuaikan aktivitas pada komunitas dengan mengikutsertakan anak

H. Tahap Perkembangan Keluarga .


Tahap keluarga memiliki 8 tahap perkembangan yaitu:
1. Tahap Keluarga Baru (beginning family), terdiri dari sepasang suami, istri.
2. Tahap Keluarga Anak Pertama (child bearing family), terdiri dari ayah, ibu, anak
baru lahir.
3. Tahap Keluarga Anak Prasekolah (families with preschoolers), terdiri dari ayah, ibu,
dan anak prasekolah usia 3-5 tahun.
4. Tahap Keluarga Anak Usia Sekolah (families with children), terdiri dari ayah, ibu,
dan anak usia sekolah usia 6-12 tahun.
5. Tahap Keluarga dengan Anak Remaja (families with teenagers), anak yang berusia
mulai dari 13 tahun hingga 19-20 tahun.
6. Tahap Keluarga dengan Anak Dewasa (launching center families), anak pertama
meninggalkan rumah.
7. Tahap Keluarga Usia Pertengahan (middle age famillies), pada tahap perkembangan
keluarga memasuki masa akhir ketika anak terakhir telah meninggalkan rumah.
8. Tahap Keluarga Usia Lanjut, tahap perkembangan keluarga akan masuk kategori usia
lanjut ketika suami istri telah pensiun hingga salah satunya meninggal dunia.

I. Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan adalah keputusan klinis mengenai individu, keluarga,
atau masyarakat yang diperoleh melalui suatu proses pengumpulan data dan analisis
cermat dan sistematis, memberikan dasar untuk menetapkan tindakan-tindakan
dimana perawat bertanggung jawab melaksanakan (Riasmini, 2017). Diagnosis
keperawatan mengacu pada perumusan PES (problem, etiologi, dan symptom)
dimana untuk problem menggunakan rumusan masalah dari SDKI, sedangkan untuk
etiologi dapat menggunakan pendekatan lima tugas keluarga atau dengan
menggambarkan masalah (Padila, 2012).
Masalah kesehatan yang kemungkinan muncul: diare, batuk, dan terinfeksi
bakteri
Diagnosis keperawatan yang mungkin muncul:
1. Manajemen Kesehatan Tidak Efektif (D.0116)
2. Defisit Pengetahuan (D.0111)

J. Intervensi Keperawatan
1. Manajemen Kesehatan Tidak Efektif (D.0116)
Tujuan: setelah dilakukan minimal 4 kali kunjungan diharapkan tingkat
manajemen kesehatan anak usia sekolah meningkat.
Kriteria hasil: Melakukan tindakan untuk mengurangi factor resiko meningkat

Tujuan umum Tujuan khusus Intervensi


Setelah dilakukan Keluarga mampu Promosi literasi kesehatan
kunjungan minimal 4x mengenal masalah yang (I.12471)
kunjungan diharapkan klien terjadi dikeluarganya O: Identifikasi gaya belajar
dan keluarga diharapkan pasien
manajemen kesehatan T: Gunakan strategi yang
keluarga meningkat, tepat dalam pencapaian
dengan kriteria hasil: informasi - Persiapkankan
a. Kemampuan informasiinformasi yang
menjelaskan akan diberikan secara
masalah kesehatan verbal maupun non verbal -
yang dialami Fasilitasi untuk bertanya
meningkat dan mengklarifikasi
b. Tindakan untuk informasi yang belum jelas
mengurangi faktor E: Anjurkan bertanya jika
resiko menurun terdapat informasi yang
kurang jelas

Keluarga mampu Edukasi pola perilaku


memanfaatkan pelayanan kebersihan I.12439
kesehatan O:identifikasi kemampuan
menjaga kebersihan diri
dan lingkngan
T:praktekan bersama
keluarga cara menjaga
kebersihan diri dan
lingkungan
E:jelaskan masalah yang
dapat timbul akibat tidak
menjaga kebersihan diri
dan lingkungan
-ajakan cara menjaga
kebersihan diri dan
lingkingan

2. Defisit Pengetahuan (D.0111)


Tujuan: setelah dilakukan minimal 4 kali kunjungan diharapkan tingkat
pengetahuan anak usia sekolah meningkat.
Kriteria hasil:
a. Perilaku sesuai anjuran meningkat
b. Kemampuan menjelaskan pengetahuan tentang suatu topik c.
Perilaku sesuai pengetahuan meningkat

Tujuan umum Tujuan khusus Intervensi


Setelah dilakukan 4x Keluarga mampu mengenal Edukasi Kesehatan
kunjungan ke keluarga masalah kesehatan yang (I.12383) O: Identifikasi
diaharapkan tingkat dialami faktorfaktor yang dapat
pengetahuan meningkat: meningkatkan dan
a. Perilaku sesuai anjuran menurunkan motivasi
meningkat perilaku hidup bersih dan
b. Kemampuan sehat.
menjelaskan pengtahuan T:
tentang suatu topik - Sediakan materi dan
meningkat media pendidikan
c. Perilaku sesuai dengan - Jadwalkan pendidikan
pengetahuan meningkat kesehatan sesuai
kesepakatan - Berikan
kesempatan untuk bertanya
E: Jelaskan faktor resiko
yang dapat mempengaruhi
kesehatan
- Ajarkan perilaku hidup
bersih dan sehat –
Ajarkan strategi yang
dapat digunakan untuk
meningkatkan perilaku
hidup bersih dan sehat.

Edukasi perilaku upaya


kesehatan (I.12435)
O: Identifikasi kesiapan
dan kemampuan menerima
informasi
T: Gunakan pendekatan
promosi kesehatan dengan
memperhatikan pengaruh
dan hambatan dari
lingkungan, sosial serta
budaya
Keluarga mampu E: Ajarkan pencarian dan
Memodifikasi lingkungan penggunaan sistem fasilitas
pelayanan kesehatan

Edukasi pola perilaku


kebersihan I.12439
O:identifikasi kemampuan
menjaga kebersihan diri
dan lingkngan
T:praktekan bersama
keluarga cara menjaga
kebersihan diri dan
lingkungan
E:jelaskan masalah yang
dapat timbul akibat tidak
menjaga kebersihan diri
dan lingkungan
-ajakan cara menjaga
kebersihan diri dan
lingkingan
K. PHBS Cuci tangan
Pendidikan kesehatan menurut Notoatmojo (2010) adalah suatu upaya atau
kegiatan untuk menciptakan perilaku masyarakat yang kondusif untuk kesehatan.
Yang artinya, bahwa pendidikan kesehatan berupaya agar masyarakat menyadari atau
mengetahui bagaimana cara memelihara kesehatan mereka, bagaimana mengindari
atau mencegah hal-hal yang merugikan kesehatan mereka dan kesehatan orang lain,
kemana seharusnya mencari pengobatan jika sakit dan lain sebagainya.
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah semua perilaku kesehatan
yang dilakukan karena kesadaran pribadi sehingga keluarga dan seluruh anggotanya
mampu menolong diri sendiri pada bidang kesehatan serta memiliki peran aktif
dalam aktivitas masyarakat (Kemenkes, 2016).
L. Konsep cuci tangan
Cuci tangan pakai sabun (CTPS) adalah salah satu tindakan sanitasi dengan
membersihkan tangan dan jari-jemari mengunakan air dan sabun untuk menjadi
bersih. Mencuci tangan menggunakan sabun merupakan salah satu upaya pencegahan
penyakit. Hal ini dilakukan karena tangan sering kali mejadi agen yang membawa
kuman dan menyebabkan patogen berpindah dari satu orang ke orang lain, baik
dengan kontak langsung maupun kontak tidak langsung. Tangan yang bersentuhan
langsung dengan kotoran manusia dan binatang, ataupun cairan tubuh lainnya dan
makanan/minuman, yang terkontaminasi saat tidak dicuci dengan sabun dapat
memindahkan bakteri, Virus, dan parasit pada orang lain yang tidak sadar bahwa
dirinya sedang ditulari (Pratiwi, 2010).
Cuci tangan pakai sabun (CTPS) adalah salah satu tindakan sanitasi dengan
membersihkan tangan dan jari-jemari mengunakan air dan sabun untuk menjadi
bersih. Mencuci tangan menggunakan sabun merupakan salah satu upaya pencegahan
penyakit. Hal ini dilakukan karena tangan sering kali mejadi agen yang membawa
kuman dan menyebabkan patogen berpindah dari satu orang ke orang lain, baik
dengan kontak langsung maupun kontak tidak langsung. Tangan yang bersentuhan
langsung dengan kotoran manusia dan binatang, ataupun cairan tubuh lainnya dan
makanan/minuman, yang terkontaminasi saat tidak dicuci dengan sabun dapat
memindahkan bakteri, Virus, dan parasit pada orang lain yang tidak sadar bahwa
dirinya sedang ditulari (Pratiwi, 2010).
M. Tujuan Mencuci Tangan
Mencuci tangan dengan sabun adalah salah satu tindakan sanitasi dengan
membersihkan tangan dan jari jemari menggunakan air dan sabun oleh manusia
untuk menjadi bersih dan memutuskan mata rantai kuman. Mencuci tangan dengan
sabun dikenal juga sebagai salah satu upaya pencegahan penyakit. Hal ini dilakukan
karena tangan seringkali menjadi agen yang membawa kuman dan menyebabkan
pathogen berpindah dari satu orang ke orang lain, baik dengan kontak langsung
ataupun kontak tidak langsung (menggunakan permukaan-permukaan lain seperti
handuk, gelas).
Tangan yang bersentuhan langsung dengan kotoran manusia dan binatang,
ataupun cairan tubuh lain seperti ingus, dan makanan/minuman yang terkontaminasi
saat tidak dicuci dengan sabun dapat memindahkan bakteri, virus, dan parasit pada
orang lain yang tidak sadar bahwa dirinya sedang ditularkan (InfoDATIN, 2014).

N. Indikasi Mencuci Tangan


Menurut Dekpkes, RI, 2011 dalam kehidupan sehari-hari banyak penyebaran
penyakit yang melalui tangan, berikut indikasi mencuci tangan:
1. Sebelum dan setelah kontak cairan tubuh
2. Sebelum melakukan teknik aseptic
3. Sebelum memegang makanan
4. Bila terlihat kotor
5. Setelah dari toilet
6. Sebelum kontak dengan peralatan kotor atau berpotensi terkontaminasi
7. Setelah melepaskan sarung tangan
DAFTAR PUSTAKA
Aeni, Qurrotul. 2015. Pengaruh pendidik kesehatan dengan metode pemutaran video tentang
PHBS cuci tangan terhadap pengetahuan dan sikap.

http://eprints.ukh.ac.id/id/eprint/2055/
http://repository.ump.ac.id/3902/3/ESTI%20MUHARUMSIH%20BAB%20II.pdf

Anda mungkin juga menyukai