Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

NAMA : Netti Yunita


NPM : 2022207209120

PROGRAM PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
PRINGSEWU LAMPUNG
2023
A. Definisi Keluarga

Keluarga adalah sekumpulan dua atau lebih individu yang diikat oleh
hubungan darah, perkawinan atau adopsi, dan tiap-tiap anggota keluarga selalu
berinteraksi satu sama lain (Harmoko, 2012). Menurut Departemen Kesehatan RI,
1998 keluarga adalah unit terkecil dari suatu masyarakat yang terdiri atas kepala
keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal disuatu tempat dibawah
satu atap dalam keadaan saling ketergantungan. Menurut Sutanto (2012) yang dikutip
dari Bailon dan Maglaya (1997) keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang
bergabung karena hubungan darah, perkawinan atau adopsi, hidup dalam satu rumah
tangga, saling berinteraksi satu sama lainnya dalam perannya dan menciptakan dan
mempertahankan suatu budaya.

Keluarga adalah unit terkecil dari masayarakat yang terdiri atas kepala
keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah
suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Depkes RI, 1988).

Keluarga adalah dua atau lebih individu yang tergabung karena hubungan
perkawinan, darah, atau adopsi dan mereka hidup dalam suatu rumah tangga,
berinteraksi satu sama lain, dan dalam peranannya masing-masing, menciptakan serta
mempertahankan kebudayaan (Baylon dan Maglaya,1978).

Keluarga adalah sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan


perkawinan, adopsi, kelahiran yang bertujuan menciptakan dan mempertahankan
budaya yang umum, meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional dan social
dari individu-individu yang ada di dalamnya terlihat dari pola interaksi yang saling
ketergantungan untuk mencapai tujuan bersama (Friedman, 1998).

Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri kepala keluarga dan
beberapa orang karena hubungan perkawinan, darah atau adopsi yang berkumpul dan
tinggal di suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan yang bertujuan
menciptakan dan mempertahankan budaya yang umum, meningkatkan
perkrembangan fisik, mental, emosional dan sosial dari individu-individu yang ada
didalamnya.
B. Tipe – tipe Keluarga
Tipe keluarga (Harmoko, hal 23; 2012) sebagai berikut

a. Nuclear Family

Keluarga inti yang terdiri atas ayah, ibu, dan anak yang tinggal dalam satu rumah
di tetapkan oleh sanksi-sanksi legal dalam suatu ikatan perkawinan, satu/
keduanya dapat bekerja di laur rumah.

b. Extended Family

Keluarga inti ditambahkan dengan sanak saudara, misalnya nenek, kakek,


keponakan, saudara sepupu, paman, bibi, dan sebagainya.

c. Reconstitud Nuclear

Pembentukan baru dari keluarga inti melalui perkawinan kembali suami/istri,


tinggal dalam pembentukan satu rumah dengan anak-anaknya, baik itu bawaan
dari perkawinan lama maupun hasil dari perkawinan baru. Satu atau keduanya
dapat bekerja di luar rumah.

d. Middle Age/ Aging Couple

Suami sebagai pencari uang. Istri di rumah/ kedua-duanya bekerja di rumah,


anak-anak sudah meninggalkan rumah karena sekolah/perkawinan/meniti karier.

e. Dyadic Nuclear

Suami istri yang sudah berumur dan tidak mempunyai anak, keduanya/salah satu
bekerja di rumah.

f. Single Parent

Satu orang tua sebagai akibat perceraian/ kematian pasangannya dan anak-
anaknya dapat tinggal di rumah/ di luar rumah.

g. Dual Carier

Suami istri atau keduanya berkarier dan tanpa anak

h. Commuter Married

Suami istri/ keduanya orang karier dan tinggal terpisah pada jarak tertentu,
keduanya saling mencari pada waktu-waktu tertentu.
i. Single Adult

Wanita atau pria dewasa yang tinggal sendiri dengan tidak adanya keinginan
untuk menikah.

j. Three Generation

Tiga generasi atau lebih tinggal dalam satu rumah.

k. Institutional

Anak-anak atau orang-orang dewasa tinggal dalam suatu panti-panti.

l. Comunal

Satu rumah terdiri atas dua/lebih pasangan yang monogami dengan anak-anaknya
dan bersama-sama dalam penyediaan fasilitas.

m. Group Marriage

Satu perumahan terdiri atas orangtua dan keturunannya di dalam satu kesatuan
keluarga dan tiap indivisu adalah menikah dengan yang lain dan semua adalah
orang tua dari anak-anak.

n. Unmarried parent and child

Ibu dan anak dimana perkawinan tidak dikehendaki, anaknya di adopsi

o. Cohibing Couple

Dua orang/ satu pasangan yang tinggal bersama tanpa pernikahan.

C. Struktur Keluarga

Struktur keluarga terdiri atas:

1. Patrilineal, adalah keluarga sedarah yang terdiri atas sanak saudara sedarah dalam
beberapa generasi, dimana hubungan ini disusun melalui garis keturunan ayah.
2. Matrilineal, adalah keluarga sedarah yang terdiri atas sanak saudara sedarah dalam
beberapa generasi, dimana hubungan ini disusun melalui garis keturunan ibu.
3. Matrilokal, adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah
dari istri.
4. Patrilokal, adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah dari
suami.
5. Keluarga kawinan, adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan
keluarga dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian dari keluarga karena
adanya hubungan dengan suami istri.

Ciri-ciri struktur keluarga:

1. Terorganisasi, yaitu saling berhubungan, saling ketergantungan antara anggota


keluarga.
2. Ada keterbatasan, dimana setiap anggota keluarga memiliki kebebasan tetapi
mereka juga mempunyai keterbatasan dalam menjalankan fungsi dan tugas
masing-masing.
3. Ada perbedaan dan kekhususan, yaitu setiap anggota keluarga mempunyai
peranan dan fungsinya masing-masing.

Friedman, Bowden, & Jones (2003) dalam Harmoko (2012) membagi


struktur keluarga menjadi empat elemen, yaitu komunikasi, peran keluarga, nilai
dan norma keluarga, dan kekuatan keluarga.

1. Struktur komunikasi keluarga.

Komunikasi dalam keluarga dapat berupa komunikasi secara


emosional, komunikasi verbal dan non verbal, komunikasi sirkular.
Komunikasi emosional memungkinkan setiap individu dalam keluarga
dapat mengekspresikan perasaan seperti bahagia, sedih, atau marah
diantara para anggota keluarga. Pada komunikasi verbal anggota keluarga
dapat mengungkapkan apa yang diinginkan melalui kata-kata yang diikuti
dengan bahasa non verbal seperti gerakan tubuh. Komunikasi sirkular
mencakup sesuatu yang melingkar dua arah dalam keluarga, misalnya pada
saat istri marah pada suami, maka suami akan mengklarifikasi kepada istri
apa yang membuat istri marah.

2. Struktur peran keluarga.


Peran masing-masing anggota keluarga baik secara formal maupun
informal, model peran keluarga, konflik dalam pengaturan keluarga.

3. Struktur nilai dan norma keluarga.

Nilai merupakan persepsi seseorang terhadap sesuatu hal apakah baik


atau bermanfaat bagi dirinya. Norma adalah peran-peran yang dilakukan
manusia, berasal dari nilai budaya terkait. Norma mengarah kepada nilai
yang dianut masyarakat, dimana norma-norma dipelajari sejak kecil. Nilai
merupakan prilaku motivasi diekspresikan melalui perasaan, tindakan dan
pengetahuan. Nilai memberikan makna kehidupan dan meningkatkan
harga diri (Susanto, 2012, dikutip dari Delaune, 2002). Nilai merupakan
suatu sistem, sikap dan kepercayaan yang secara sadar atau tidak,
mempersatukan anggota keluarga dalam satu budaya. Nilai keluarga
merupakan suatu pedoman perilaku dan pedoman bagi perkembangan
norma dan peraturan. Norma adalah pola prilaku yang baik menurut
masyarakat berdasarkan sistem nilai dalam keluarga.

4. Struktur kekuatan keluarga

Kekuatan keluarga merupakan kemampuan baik aktual maupun


potensial dari individu untuk mengendalikan atau mempengaruhi perilaku
orang lain berubah kearah positif. Tipe struktur kekuatan dalam keluarga
antara lain: hak untuk mengontrol seperti orang tua terhadap anak
(legitimate power/outhority), seseorang yang ditiru (referent power),
pendapat, ahli dan lain-lain (resource or expert power), pengaruh kekuatan
karena adanya harapan yang akan diterima (reward power), pengaruh yang
dipaksakan sesuai keinginannya (coercive power), pengaruh yang dilalui
dengan persuasi (informational power), pengaruh yang diberikan melalui
manipulasi dengan cinta kasih misalnya hubungan seksual (affective
power).

D. Fungsi Keluarga
Ada beberapa fungsi keluarga antara lain (Suprajitno, 2004)

1. Fungsi biologis, kebutuhan meliputi:

a. Sandang, Pangan dan papan


b. Hubungan seksual suami istri
c. Reproduksi atau pengembangan keturunan

2. Fungsi ekonomi: Keluarga (dalam hal ini ayah) mempunyai kewajiban menafkahi
keluarganya (istri dan anaknya).
3. Fungsi pendidikan: keluarga berfungsi sebagai (transmiter budaya atau mediator
sosial budaya bagi anak).
4. Fungsi sosialisasi: Keluarga merupakan penyamaan bagi masyarakat masa depan
dan lingkungan keluarga merupakan faktor penentu yang sangat mempengaruhi
kualitas generasi yang akan datang.
5. Fungsi perlindungan: Keluarga sebagai pelindung bagi para anggota keluarga dari
gangguan, ancaman atau kondisi yang menimbulkan ketidaknyamanan (fisik,
psikologis) para anggotanya.
6. Fungsi rekreasi: Keluarga diciptakan sebagai lingkungan yang memberi
kenyamanan, keceriaan, kehangatan dan penuh semangat bagi anggotanya
7. Fungsi agama (religius): keluarga berfungsi sebagai penanam nilai-nilai agama
kepada anak agar mereka memiliki pedoman hidup yang benar

E. Tugas Keluarga

Friedman (2002) membagi 5 peran kesehatan dalam keluarga yaitu:

1. Mengenal gangguan perkembangan kesehatan tiap anggotanya


2. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat
3. Menberikan keperawatan kepada anggota keluarganya yang sakit, dan yang tidak
dapat membantu dirinya sendiri karena cacat atau usianya yang terlalu muda.
4. Mempertahankan suasana di rumah yang menguntungkan kesehatan dan
perkembangan kepribadian anggota keluarga.
5. Mempertahankan hubungan kepribadian anggota keluarga dan lembaga-lembaga
kesehatan, yang menunjukan pemanfaatan dengan baik fasilitas-fasilitas kesehatan
yang ada.

F. Tahap Perkembangan Keluarga

Perkembangan keluarga adalah proses perubahan yang terjadi pada sistem


keluarga yang meliputi perubahan pola interaksi dan hubungan antara anggotanya
disepanjang waktu. Tahap perkembangan tersebut disertai dengan fungsi dan tugas
perawat pada setiap tahapan perkembangan.

1. Tahap I pasangan baru atau keluarga baru (beginning family).

Keluarga baru dimulai saat masing-masing individu laki-laki (suami) dan


perempuan (istri) membentuk keluarga melalui perkawinan yang sah dan
meninggalkan keluarga masing-masing. Meninggalkan keluarga bisa berarti
psikologis karena kenyataannya banyak keluarga baru yang masih tinggal dengan
orang tuanya.

Dua orang yang membentuk keluarga baru membutuhkan penyesuaian peran


dan fungsi. Masing-masing belajar hidup bersama serta beradaptasi dengan
kebiasaan sendiri dan pasangannya, misalnya makan, tidur, bangun pagi dan
sebagainya. Tugas perkembangan

a) Membina hubungan intim dan memuaskan.


b) Membina hubungan dengan keluarga lain, teman dan kelompok sosial.
c) Mendiskusikan rencana memiliki anak.

Keluarga baru ini merupakan anggota dari tiga keluarga ; keluarga suami,
keluarga istri dan keluarga sendiri.

2. Tahap II keluarga dengan kelahiran anak pertama (child bearing family).

Dimulai sejak hamil sampai kelahiran anak pertama dan berlanjut sampai anak
berumur 30 bulan atau 2,5 tahun.
Tugas perkembangan keluarga yang penting pada tahap ini adalah:

a) Persiapan menjadi orang tua


b) Adaptasi dengan perubahan anggota keluarga, peran, interaksi, hubungan
sexual dan kegiatan.
c) Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan. Peran utama
perawat adalah mengkaji peran orang tua; bagaimana orang tua berinteraksi
dan merawat bayi. Perawat perlu menfasilitasi hubungan orang tua dan bayi
yang positif dan hangat sehingga jalinan kasih sayang antara bayi dan orang
tua dapat tercapai.

3. Tahap III keluarga dengan anak prasekolah (families with preschool).

Tahap ini dimulai saat anak pertama berumur 2,5 tahun dan berakhir saat anak
berusia 5 tahun.

Tugas perkembangan

a) Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti kebutuhan tempat tinggal,


privasi dan rasa aman.
b) Membantu anak untuk bersosialisasi
c) Beradaptasi dengan anak yang baru lahir, sementara kebutuhan anak lain juga
harus terpenuhi.
d) Mempertahankan hubungan yang sehat baik didalam keluarga maupun dengan
masyarakat.
e) Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak.
f) Pembagian tanggung jawab anggota keluarga.
g) Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh kembang.

4. Tahap IV keluarga dengan anak usia sekolah (families with children).

Tahap ini dimulai saat anak berumur 6 tahun (mulai sekolah ) dan berakhir
pada saat anak berumur 12 tahun. Pada tahap ini biasanya keluarga mencapai
jumlah maksimal sehingga keluarga sangat sibuk. Selain aktivitas di sekolah,
masing-masing anak memiliki minat sendiri. Demikian pula orang tua mempunyai
aktivitas yang berbeda dengan anak.

Tugas perkembangan keluarga.

a) Membantu sosialisasi anak dengan tetangga, sekolah dan lingkungan.


b) Mempertahankan keintiman pasangan.
c) Memenuhi kebutuhan dan biaya kehidupan yang semakin meningkat,
termasuk kebutuhan untuk meningkatkan kesehatan anggota keluarga. Pada
tahap ini anak perlu berpisah dengan orang tua, memberi kesempatan pada
anak untuk bersosialisasi dalam aktivitas baik di sekolah maupun di luar
sekolah.

5. Tahap V keluarga dengan anak remaja (families with teenagers).

Dimulai saat anak berumur 13 tahun dan berakhir 6 sampai 7 tahun kemudian.
Tujuannya untuk memberikan tanggung jawab serta kebebasan yang lebih besar
untuk mempersiapkan diri menjadi orang dewasa.

Tugas perkembangan:

a) Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung jawab.


b) Mempertahankan hubungan yang intim dengan keluarga.
c) Mempertahankan komunikasi yang terbuka antara anak dan orang tua. Hindari
perdebatan, kecurigaan dan permusuhan.
d) Perubahan sistem peran dan peraturan untuk tumbuh kembang keluarga.
Merupakan tahap paling sulit karena orang tua melepas otoritasnya dan
membimbing anak untuk bertanggung jawab. Seringkali muncul konflik orang
tua dan remaja.

6. Tahap VI keluarga dengan anak dewasa atau pelepasan (launching center family).
Dimulai pada saat anak pertama meninggalkan rumah dan berakhir pada saat
anak terakhir meninggalkan rumah. Lamanya tahapan ini tergantung jumlah anak
dan ada atau tidaknya anak yang belum berkeluarga dan tetap tinggal bersama
orang tua.

Tugas perkembangan:

a) Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar.


b) Mempertahankan keintiman pasangan.
c) Membantu orang tua memasuki masa tua.
d) Membantu anak untuk mandiri di masyarakat.
e) Penataan kembali peran dan kegiatan rumah tangga.

7. Tahap VII keluarga usia pertengahan (middle age families).

Tahap ini dimulai pada saat anak yang terakhir meninggalkan rumah dan
berakhir saat pensiun atau salah satu pasangan meninggal. Pada beberapa
pasangan fase ini dianggap sulit karena masa usia lanjut, perpisahan dengan anak
dan perasaan gagal sebagai orang tua.

Tugas perkembangan:

a) Mempertahankan kesehatan.
b) Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan teman sebaya dan anak-
anak.
c) Meningkatkan keakraban pasangan.

Fokus mempertahankan kesehatan pada pola hidup sehat, diet seimbang, olah
raga rutin, menikmati hidup, pekerjaan dan lain sebagainya.

8. Tahap VIII keluarga usia lanjut

Dimulai saat pensiun sampai dengan salah satu pasangan meninggal dan
keduanya meninggal.

Tugas perkembangan:
a) Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan.
b) Adaptasi dengan perubahan kehilangan pasangan, teman, kekuatan fisik dan
pendapatan.
c) Mempertahankan keakraban suami/istri dan saling merawat.
d) Mempertahankan hubungan dengan anak dan sosial masyarakat.
e) Melakukan life review.
f) Mempertahankan penataan yang memuaskan merupakan tugas utama keluarga
pada tahap ini.

Pengambilan Keputusan dalam Perawatan Kesehatan Keluarga

Dalam mengatasi masalah kesehatan yang terjadi pada keluarga, yang


mengambil keputusan dalam pemecahannya adalah tetap kepala keluarga atau
anggota keluarga yang dituakan, merekalah yang menentukan masalah dan
kebutuhan keluarga. Dasar pengambilan keputusan tersebut adalah :

1) Hak dan Tanggung jawabnya sebagai kepala keluarga


2) Kewenangan dan otoritas yang telah diakui oleh masing-masing anggota
keluarga
3) Hak dalam menentukan masalah dan kebutuhan pelayanan terhadap keluarga
atau anggota keluarga yang bermasalah.

G. Keluarga Kelompok Risiko Tinggi

Dalam melaksanakan asuhan keperawatan kesehatan keluarga, yang menjadi


prioritas utama adalah keluarga-keluarga yang risiko tinggi dalam bidang kesehatan,
meliputi:

1. Keluarga dengan anggota keluarga dalam masa usia subur dengan masalah
sebagai berikut:

a. Tingkat sosial ekonomi keluarga rendah.


b. Keluarga kurang atau tidak mampu mengatasi masalah kesehatan sendiri.
c. Keluarga dengan keturunan yang kurang baik atau keluarga dengan penyakit
keturunan.
2. Keluarga dengan ibu risiko tinggi kebidanan. Waktu hamil:

a. Umur ibu (kurang 16 tahun atau lebih 35 tahun).


b. Menderita kekurangan gizi atau anemia.
c. Menderita hipertensi.
d. Primipara atau multipara.
e. Riwayat persalinan dengan komplikasi.

3. Keluarga dimana anak menjadi risiko tinggi, karena:

a. Lahir prematur atau BBLR.


b. Lahir dengan cacat bawaan.
c. ASI ibu kurang sehingga tidak mencukupi kebutuhan bayi.
d. Ibu menderita penyakit menular yang dapat mengancam bayi atau anaknya.

4. Keluarga mempunyai masalah dalam hubungan antara anggota keluarga:

a. Anak yang tidak dikehendaki dan pernah dicoba untuk digugurkan


b. Tidak ada kesesuaian pendapat antara anggota keluarga dan sering cekcok dan
tegang.
c. Ada anggota keluarga yang sering sakit.

H. Asuhan Keperawatan Keluarga

1. Pengkajian

a. Data umum

1) Nama kepala keluarga, umur, alamat, dan telepon jika ada, pekerjaan dan
pendidikan kepala keluarga, komposisi keluarga, yang terdiri atas nama
atau inisial, jenis kelamin, tanggal lahir atau umur, hubungan dengan
kepala keluarga, status imunisasi dari masing-masing anggota keluarga,
dan genogram (genogram keluarga dalam tiga generasi)

2) Tipe keluarga, menjelaskan jenis tipe keluarga beserta kendala atau


masalah yang terjadi dengan jenis tipe keluarga tersebut.

3) Suku bangsa, mengkaji asal suku bangsa keluarga tersebut, serta


mengidentifikasi budaya suku bangsa terkait dengan kesehatan

4) Agama, mengkaji agama yang dianut oleh keluarga serta kepercayaan


yang dapat mempengaruhi kesehatan.

5) Status sosial ekonomi keluarga, ditentukan oleh pendapatan, baik kepala


keluarga maupun anggota keluarga maupun anggota keluarga lainnya.

6) Aktivitas rekreasi keluarga dan waktu luang, rekreasi keluarga tidak


hanya dilihat kapan keluarga pergi bersama-sama untuk mengunjung
tempat rekreasi, namun menonton TV dan mendengarkan radio juga
merupakan aktivitas rekreasi.
b. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga

1) Tahap perkembangan keluarga saat ini, ditentukan oleh anak tertua dari
keluarga inti.
2) Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi, menjelaskan
bagaimana tugas perkembangan yang belum terpenuhi oleh keluarga serta
kendalanya.

3) Riwayat keluarga inti, menjelaskan riwayat kesehatan pada keluarga inti,


meliputi: riwayat penyakit keturunan, riwayat kesehatan masing-masing,
anggota, dan sumber pelayanan yang digunakan keluarga seperti
perceraian, kematian, dan keluarga yang hilang.

4) Riwayat keluarga sebelumnya, keluarga asal keduanya orang tua (seperti


apa kehidupan keluarga asalnya) hubungan masa silam dan saat dengan
orang tua dari kedua orang tua.

c. Pengkajian lingkungan

1) Karakteristik rumah

Gambaran tipe tempat tinggal, gambaran kondisi rumah, kamar mandi,


dapur, kamar tidur, kenersihan dan sanitasi rumah, pengaturan privasi
dan perasaan secara keseluruhan dengan pengaturan atau penataan rumah
mereka

2) Karakteristik lingkungan dan komunitas tempat tinggal

Tipe lingkungan tempat tinggal komunitas kota atau desa, tipe tempat
tinggal, keadaan tempat tinggal dan jalan raya, sanitasi jalan dan rumah,
fasilitas-fasilitas ekonomi dan transportasi.

3) Mobilitas geografis keluarga

Ditentukan apakah keluarga tinggal di daerah ini atau apakah sering


mempunyai kebiasaan berpindah-pindah tempat tinggal.

4) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat

Menjelaskan waktu yang digunakan keluarga untuk berkumpul serta


perkumpulan keluarga yang ada.

5) Sistem pendukung keluarga

Jumlah anggota keluarga yang sehat, sumber dukungan dari anggota


keluarga dan jaminan pemeliharaan kesehatan yang dimiliki keluarga.

d. Struktur keluarga

1) Pola-pola komunikasi keluarga, menjelaskan mengenai cara


berkomunikasi antar anggota keluarga

2) Struktur kekuatan keluarga, kemampuan anggota keluarga untuk


mengendalikan dan mempengaruhi orang lain untuk merubah perilaku

3) Struktur peran, menjelaskan peran dari masing-masing anggota keluarga


baik formal/informal

4) Struktur nilai atau norma keluarga, menjelaskan mengenai nilai dan norma
yang dianut keluarga yang berhubungan dengan kesehatan

e. Fungsi keluarga

1) Fungsi afektif, kaji gambaran diri keluarga, perasaan yang dimiliki

2) Fungsi sosialisasi, kaji bagaimana interaksi keluarga, sejauh mana


anggota keluarga belajar disiplin, norma, budaya dan prilaku

3) Fungsi perawatan kesehatan, kaji kemampuan keluarga dalam mengenal


masalah kesehatannya dan memelihara kesehatannya.

4) Fungsi reproduksi, kaji jumlah anak, bagaimana keluarga merencanakan


jumlah anggota keluarga
5) Fungsi ekonomi, kaji sejauh mana keluarga memenuhi kebutuhan
sandang, pangan dan papan.

f. Stress dan koping keluarga

1) Stressor jangka pendek dan panjang

a) Jangka pendek: penyelesaian stressor yang dialami < ± 6 bulan

b) Jangka panjang: penyelesaian stressor yang dialami > ± 6 bulan

2) Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi/ stressor, kaji sejauh


mana keluarga berespon terhadap situasi

3) Strategi koping yang digunakan, bagaimana strategi koping yang


digunakan keluarga bila menghadapi permasalahan

4) Strategi adaptasi disfungsional, dijelaskan mengenai strategi adaptasi


disfungsional yang digunakan keluarga dalam menghadapi masalah.
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinis mengenai individu, keluarga,
atau masyarakat yang diperoleh melalui suatu proses pengumpulan data dan
analisa data secara cermat, memberikan dasar untuk menetapkan tindakan-
tindakan dimana perawat bertanggung jawab untuk melaksanakannya (Harmoko,
hal 86; 2012)
Tipologi dari diagnosa keperawatan (Harmoko, hal 86; 2012) :

a. Diagnosis aktual: Masalah keperawatan yang sedang dialami oleh keluarga


dan memerlukan waktu yang cepat
b. Diagnosis resiko tinggi: masalah keperawatan yang belum terjadi tetapi
masalah keperawatan aktual dapat terjadi dengan cepat
c. Diagnosis potensial: suatu keadaan sejahtera ketika keluarga telah mampu
memenuhi kebutuhan kesehatannya.

3. Perencanaan

Rencana keperawatan keluarga merupakan kumpulan tindakan yang


direncanakan perawat untuk dilaksanakan dalam menyelesaikan atau mengatasi
masalah kesehatan/masalah keperawatan yang telah di identifikasi (Harmoko, hal
93; 2012).
Langkah-langkah mengembangkan rencana asuhan keperawatan keluarga
(Harmoko, hal 94; 2012)
a. Menentukan sasaran atau goal

b. Menentukan tujuan dan objek

c. Menentukan pendekatan dan tindakan keperawatan yang akan dilakukan

d. Menentukan kriteria dan standar kriteria.


Penyusunan rencana perawatan dilakukan dalam 2 tahap yaitu pemenuhan
skala prioritas dan rencana perawatan (Suprajitmo, 2004).
1. Skala prioritas
Prioritas didasarkan pada diagnosis keperawatan yang mempunyai skor
tinggi dan disusun berurutan sampai yang mempunyai skor terendah. Dalam
menyusun prioritas masalah kesehatan dan keperawatan keluarga harus
didasarkan beberapa criteria sebagai berikut :
1) Sifat masalah (wellness, aktual, risiko, potensial)
2) Kemungkinan masalah dapat diubah.
3) Potensi masalah untuk dicegah.
4) Menonjolnya masalah.
Skoring dilakukan bila perawat merumuskan diagnosa keperawatan
telah dari satu proses skoring menggunakan skala yang telah dirumuskan
oleh Bailon dan Maglaya (2009)
No Kriteria Skor Bobot

1. Sifat Masalah

Skala:

Wellness 3

Aktual 3 1

Risiko 2

potensial 1
2. Kemungkinan masalah dapat diubah

Skala:

Mudah 2

Sebagian 1 2

Tidak dapat 0

3. Potensi masalah untuk dicegah

Skala:

Tinggi 3

Cukup 2 1

Rendah 1

4. Menonjolnya masalah

Skala:

Segera 2

Tidak perlu 1 1

Tidak dirasakan 0

Proses scoring dilakukan untuk setiap diagnosa keperawatan :


a. Tentukan skornya sesuai dengan kriteria yang dibuat perawat
b. Skor dibagi dengan angka tertinggi dan dikalikan dengan bobot
Skor X bobot
Angka tertinggi
c. Jumlahkan skor untuk semua kriteria
d. Skor tertinggi berarti prioritas (skor tertinggi 5)

4. Implementasi

Pelaksanaan merupakan salah satu tahap dari proses keperawatan keluarga


dimana perawat mendapatkan kesempatan untuk membangkitkan minat keluarga
dalam mengadakan perbaikan ke arah perilaku hidup sehat (Harmoko, hal 97;
2012)
Tindakan keperawatan keluarga mencakup hal-hal di bawah ini (Harmoko, hal
98; 2012)

a. Menstimulasi kesehatan atau penerimaan keluarga mengenai kebutuhan


kesehatan dengan cara memberikan informasi kesehatan, mengidentifikasi
kebutuhan, dan harapan tentang kesehatan, serta mendorong sikap emosi
yang sehat terhadap masalah
b. Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat
dengan cara mengidentifikasi konsekuensi untuk tidak melakukn tindakan,
mengidentifikasi sumber-sumber yang dimiliki keluarga, dan
mendiskusikan konsekuensi setiap tindakan
c. Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga yang sakit
dengan cara mendemonstrasikan cara perawatan, menggunakan alat dan
fasilitas yang ada di rumah, dan mengawasi keluarga melakukan perawatan
d. Membantu keluaga untuk menemukan cara membuat lingkungan menjadi
sehat dengan menemukan sumber-sumber yang dapat digunakan keluarga
dan melakukan perubahan lingkungan keluarga seoptimal mungkin
e. Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan dengan cara
mengenalkan fasilitas kesehatan yang ada dilingkungan keluarga cara
menggunakan fasilitas tersebut.

5. Evaluasi

Sesuai dengan rencana tindakan yang telah diberikan, tahap penilaian


diberikan untuk melihat keberhasilannya. Bila tidak/ belum berhasil, maka perlu
disusun rencana baru yang sesuai (Harmoko, hal 100; 2012)
Evaluasi merupakan kegiatan membandingkan antara hasil implementasi
dengan criteria dan standar yang telah ditetapkan untuk melihat keberhasilannya.
Kerangka kerja valuasi sudah terkandung dalam rencana perawatan jika
secara jelas telah digambarkan tujuan perilaku yang spesifik maka hal ini
dapat berfungsi sebagai criteria evaluasi bagi tingkat aktivitas yang telah
dicapai (Friedman,1998).
Evaluasi disusun mnggunakan SOAP dimana :
S : ungkapan perasaan atau keluhan yang dikeluhkan secara subyektif oleh
keluarga setelah diberikan implementasi keperawatan.
O : keadaan obyektif yang dapat diidentifikasi oleh perawat menggunakan
pengamatan yang obyektif.
A : merupakan analisis perawat setelah mengetahui respon subyektif dan
obyektif.
P : perencanaan selanjutnya setelah perawat melakukan analisis
(Suprajitno,2004)
DAFTAR PUSTAKA

Harmoko. (2012 ). Asuhan Keperawatan Keluarga. Yogjakarta: Pustaka Pelajar.

Susanto, T. (2012). Buku Ajar Keperawatan Keluarga: Aplikasi Teori Pada Praktik asuhan
Keperawatan Keluarga. Jakarta : Trans Info Media

Suharto, T. (2007). Asuahan Keperawatan Keluarga dengan Pendekatan Keperawatan

Transkultural. Jakarta : EGC

Suprajitno, (2004). Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai