Anda di halaman 1dari 46

LAPORAN PENDAHULUAN PADA KELUARGA TN.

S DENGAN ASAM
URAT (GOUT)

DEWA AYU GEDE DIAH SADNYAWATI


NIM.16C11670

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN BALI
2020
TINJAUAN TEORI
ASAM URAT (GOUT)

A. Konsep Dasar Keluarga


1. Definisi Keluarga
Keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang tergabung
karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan
mereka hidup dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan
didalam perannya masing-masing menciptakan serta mempertahankan
kebudayaan (Friedman, 2010)
Menurut Duvall dalam (Harmoko, 2012) konsep keluarga merupakan
sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan, adopsi,
kelahiran yang bertujuan menciptakan dan mempertahankan budaya yang
umum: meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional, dan sosial
dari tiap anggota.Keluarga merupakan aspek terpenting dalam unit
terkecil dalam masyarakat, penerima asuhan, kesehatan anggota keluarga
dan kualitas kehidupan keluarga saling berhubungan, dan menempati
posisi antara individu dan masyarakat (Harmoko. 2012).

2. Fungsi Keluarga
Menurut Marilyn M. Friedman (2010) fungsi keluarga dibagi menjadi
5 yaitu:
a. Fungsi Afektif
Memfasilitasi stabilisasi kepribadian orang dewasa, memenuhi
kebutuhan psikologis anggota keluarga.
b. Fungsi Sosialisasi
Memfasilitasi sosialisasi primer anak yang bertujuan
menjadikan anak sebagai anggota masyarakat yang produktif
serta memberikan status pada anggota keluarga.
c. Fungsi Reproduksi
Untuk mempertahankan kontinuitas keluarga selama beberapa
generasi dan untuk keberlangsungan hidup masyarakat,.

d. Fungsi ekonomi
Menyediakan sumber ekonomi yang cukup dan alokasi efektifnya.
e. Fungsi perawatan kesehatan
Menyediakan kebutuhan fisik-makanan, pakaian, tempat tinggal,
perawatan kesehatan. (Marilyn M. Friedman, hal 86; 2010)

2. Tipe dan bentuk keluarga


Tipe keluarga menurut Harmoko (2012) yaitu sebagai berikut :
a. Nuclear Family
Keluarga inti yang terdiri atas ayah, ibu, dan anak yang tinggal
dalam satu rumah di tetapkan oleh sanksi-sanksi legal dalam
suatu ikatan perkawinan, satu/ keduanya dapat bekerja di laur
rumah.
b. Extended Family
Keluarga inti ditambahkan dengan sanak saudara, misalnya
nenek, kakek, keponakan, saudara sepupu, pama, bibi, dan
sebagainya.

3. Tipe dan bentuk keluarga


Tipe keluarga menurut Harmoko (2012) yaitu sebagai berikut :
a. Nuclear Family
Keluarga inti yang terdiri atas ayah, ibu, dan anak yang tinggal
dalam satu rumah di tetapkan oleh sanksi-sanksi legal dalam
suatu ikatan perkawinan, satu/ keduanya dapat bekerja di laur
rumah.
b. Extended Family
Keluarga inti ditambahkan dengan sanak saudara, misalnya
nenek, kakek, keponakan, saudara sepupu, pama, bibi, dan
sebagainya.

c. Reconstitud Nuclear
Pembentukan baru dari keluarga inti melalui perkawinan
kembali suami/istri, tinggal dalam pembentuan satu rumah
dengan anak-anaknya, baik itu bawaan dari perkawinan lama
maupun hasil dari perkawinan baru. Satu atau keduanya dapat
bekerja di luar rumah.
d. Middle Age/ Aging Couple
Suami sebagai pencari uang. Istri di rumah/ kedua-duanya
bekerja di rumah, anak-anak sudah meningglakan rumah karena
sekolah/ perkawinan/meniti karier.
e. Dyadic Nuclear
Suami istri yang sudah berumur da tidak mempunyai anak,
keduanya/slah satu bekerja di rumah.
f. Single Parent
Satu orang tua sebagai akibat perceraian/ kematian pasangannya
dan anak- anaknya dapat tinggal di rumah/ di luar rumah.
g. Dual Carier
Suami istri atau keduanya berkarier dan tanpa anak.
h. Commuter Married
Suami istri/ keduanya orang karier dan tinggal terpisah pada
jarak tertentu, keduanya saling mencari pada waktu-waktu
tertentu.
i. Single Adult
Wanita atau pria dewasa yang tinggal sendiri dengan tidak
adanya keinginan untuk menikah.
j. Three Generation
Tiga generasi atau lebih tinggal dalam satu rumah.
k. Institutional
Anak-anak atau orang-orang dewasa tinggal dalam suaru panti-panti.
l. Comunal
Satu rumah terdiri atas dua/lebih pasangan yang monogami
dengan anak- anaknya dan bersama-sama dalam penyediaan
fasilitas.
m. Group Marriage
Satu perumahan terdiri atas orangtua dan keturunannya di
dalam satu kesatuan keluarga dan tiap indivisu adalah menikah
dengan yang lain dan semua adalah orang tua dari anak-anak.
n. Unmarried paret and child
Ibu dan aak dmana perkawinan tidak dikehendaki, anakya di adopsi.
o. Cohibing Cauple
Dua orang/ satu pasangan yang tinggal bersama tanpa
pernikahan. (Harmoko, hal 23; 2012)

4. Struktur Keluagra

Struktur keluarga oleh Friedman di gambarkan sebagai berikut :


a. Struktur komunikasi
Komunikasi dalam keluarga dikatakan berfungsi apabila dilakukan
secara jujur, terbuka, melibatkan emosi, konflik selesai dan hierarki
kekuatan. Komunikasi keluarga bagi pengirim yakin mengemukakan
pesan secara jelas dan berkualitas, serta meminta dan menerima
umpan balik. Penerima pesan mendengarkan pesan, memberikan
umpan balik, dan valid.
Komunikasi dalam keluarga dikatakan tidak berfungsi apabila
tertutup, adanya isu atau berita negatif, tidak berfokus pada satu hal,
dan selalu mengulang isu dan pendapat sendiri. Komunikasi
keluarga bagi pengirim bersifat asumsi, ekspresi perasaan tidak jelas,
judgemental ekspresi, dan komunikasi tidak sesuai. Penerima pesan
gagal mendengar, diskualifikasi, ofensif (bersifat negatif), terjadi
miskomunikasi, dan kurang atau tidak valid.
1) Karakteristik pemberi pesan :

- Yakin dalam mengemukakan suatu pendapat.

- Apa yang disampaikan jelas dan berkualitas.

- Selalu menerima dan meminta timbal balik.

2) Karakteristik pendengar

- Siap mendengarkan

- Memberikan umpan balik

- Melakukan validasi

b. Struktur peran

Struktur peran adalah serangkaian perilaku yang


diharapkan sesuai posisi sosial yang diberikan. Jadi, pada
struktur peran bisa bersifat formal atau informal. Posisi/status
adalah posisi individu dalam masyarakat misal status sebagai
istri/suami.
c. Struktur kekuatan

Struktur kekuatan adalah kemampuan dari individu


untuk mengontrol, memengaruhi, atau mengubah perilaku orang
lain. Hak (legimate power), ditiru (referent power), keahlian
(exper power), hadiah (reward power), paksa (coercive power),
dan efektif power.
d. Struktur nilai dan norma

Nilai adalah sistem ide-ide, sikap keyakinan yang


mengikat anggota keluarga dalam budaya tertentu. Sedangkan
norma adalah pola perilaku yang diterima pada lingkungan
sosial tertentu, lingkungan keluarga, dan lingkungan
masyarakat sekitar keluarga.
- Nilai, suatu sistem, sikap, kepercayaan yang secara
sadar atau tidak dapat mempersatukan anggota
keluarga.
- Norma, pola perilaku yang baik menurut masyarakat
berdasarkan sistem nilai dalam keluarga.

- Budaya, kumpulan daripada perilaku yang dapat


dipelajari, dibagi dan ditularkan dengan tujuan untuk
menyelesaikan masalah. (Friedman, dalam Harmoko
hal 19; 2012)
5. Tahap dan perkembangan keluarga
a. Tahap pertama pasangan baru atau keluarga baru (beginning family)

Keluarga baru dimulai pada saat masing-masing


individu, yaitu suami dan istri membentuk keluarga melalui
perkawinan yang sah dan meninggalkan keluarga melalui
perkawinan yang sah dan meninggalkan keluarga masing-
masing, secara psikologi keluarga tersebut membentuk keluarga
baru. Suami istri yang membentuk keluarga baru tersebut perlu
mempersiapkan kehidupan yang baru karena keduanya
membutuhkan penyesuaian peran dan fungsi sehari-hari.
Masing-masing pasangan menghadapi perpisahan dengan
keluarga orang tuanya dan mulai membina hubungan baru
dengan keluarga dan kelompok sosial pasangan masing-
masing. Masing-masing belajar hidup bersama serta beradaptasi
dengan kebiasaan sendiri dan pasangannya. Misalnya kebiasaan
makan, tidur, bangun pagi, bekerja dan sebagainya. Hal ini yang
perlu diputuskan adalah kapan waktu yang tepat untuk
mempunyai anak dan berapa jumlah anak yang diharapkan.
Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini antara lain :

1) Membina hubungan intim dan kepuasan bersama.

2) Menetapkan tujuan bersama;

1) Membina hubungan dengan keluarga lain; teman, dan


kelompok sosial;
2) Merencanakan anak (KB)

3) Menyesuaikan diri dengan kehamilan dan mempersiapkan


diri untuk menjadi orang tua.

1) Merencanakan anak (KB)

2) Menyesuaikan diri dengan kehamilan dan


mempersiapkan diri untuk menjadi orang tua.
b. Tahap kedua keluarga dengan kelahiran anak pertama (child
bearing family)
Keluarga yang menantikan kelahiran dimulai dari
kehamilan sampai kelahiran anak pertama dan berlanjut sampai
anak pertama berusia 30 bulan (2,5 tahun). Kehamilan dan
kelahiran bayi perlu disiapkan oleh pasangan suami istri melalui
beberapa tugas perkembangan yang penting. Kelahiran bayi
pertama memberi perubahan yang besar dalam keluarga,
sehingga pasangan harus beradaptasi dengan perannya untuk
memenuhi kebutuhan bayi. Masalah yang sering terjadi dengan
kelahiran bayi adalah pasangan merasa diabaikan karena fokus
perhatian kedua pasangan tertuju pada bayi. Suami merasa
belum siap menjadi ayah atau sebaliknya. Tugas perkembangan
pada masa ini antara lain :
1) Persiapan menjadi orang tua

2) Membagi peran dan tanggung jawab

3) Menata ruang untuk anak atau mengembangkan suasana


rumah yang menyenangan
4) Mempersiapkan biaya atau dana child bearing
c. Tahap ketiga keluarga dengan anak pra sekolah (families with
preschool)

Tahap ini dimulai saat kelahirn anak berusia 2,5 tahun


dan berakhir saat anak berusia 5 tahun. Pada tahap ini orang tua
beradaptasi terhadap kebutuhan-kebutuhan dan minat dari anak
prasekolah dalam meningatkan pertumbuhannya. Kehidupan
keluarga pada tahap ini sangat sibuk dan anak sangat
bergantung pada orang tua. Kedua orang tua harus mengatur
waktunya sedemikian rupa, sehingga kebutuhan anak,
suami/istri, dan ekerjaan (punya waktu/paruh waktu) dapat
terpenuhi. Orang tua menjadi arsitek keluarga dalam merancang
dan mengarahkan perkembangan keluarga dalam merancang
dan mengarahkan perkembangan keluarga agar kehidupan
perkawinan tetap utuh dan langgeng dengan cara menguatkan
kerja sama antara suami istri. Orang tua mempunyai peran
untuk menstimulasi perkembangan individual anak, khususnya
kemandirian anak agar tugas perkembangan anak pada fase ini
tercapai.
Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini antara lain
sebagai berikut :
1) Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti :
kebutuhan tempat tinggal, privasi, dan rasa aman
2) Membantu anak untuk bersosialisasi

3) Beradaptasi dengan anak yang baru lahir,


sementara kebutuhan anak yang lain juga harus
terpenuhi
4) Mempertahakan hubungan yang sehat, baik di
dalam maupun di luar keluarga ( keluarga lain
dan lingkungan sekitar)
5) Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan
anak ( tahap paling repot)
6) Pembagian tanggung jawab anggota keluarga

7) Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh dan


kembang anak.
d. Tahap keempat keluarga dengan anak usia sekolah (families with
children)

Tahap ini dimulai pada saat anak yang tertua


memasuki sekolah pada usia 6 tahun dan berakhir pada usia
12 tahun. Pada fase ini keluarga mencapai jumlah anggota
keluarga maksimal, sehngga keluarga sangat sibuk. Selain
aktifitas di sekolah, masing-masing anak memiliki aktifitas
dan minat sendiri demikian pula orang tua yang mempunyai
aktifitas berbeda dengan anak. Untuk itu, keluarga perlu
bekerja sama untuk mencapai tugas perkembangan. Pada
tahap ini keluarga (orang tua) perlu belajar berpisah dengan
anak, memberi kesempatan pada anak untuk bersosialisasi,
baik aktifitas di sekolah maupun di luar sekolah. Tugas
perkembangan keluarga pada tahap ini adalah sebagai
berikut :

1) Memberikan perhatian tentang kegiatan sosial anak, pendidik


2) Tetap mempertahanan hubungan yang
harmonis dalam perkawinan
3) Mendorong anak unuk mencapai
pengembangan daya intelektual
4) Menyediakan aktifitas untuk anak

5) Manyesuaikan pada aktifitas


komunitas dengan mengikutsertakan
anak.
e. Tahap kelima keluarga dengan anak remaja (families with
teenagers)

Tahap ini dimulai saat anak pertama berusia 13


tahun dan biasanya berakhir sampai pada usia 19-20 tahun,
pada saat anak meninggalkan rumah orang tuanya.
Tujuannya keluarga melepas anak remaja dan memberi
tanggung jawab serta kebebasan yang lebih besar untuk
mempersiapkan diri menjadi lebih dewasa. Tugas
perkembangan keluarga pada tahap ini antara lain sebagai
berikut :
1) Memberikan kebebasan yang seimbang dengan
tanggung jawab mengingat remaja yang sudah
bertambah dan meningkat otonominya.
2) Mempertahankan hubungan yang intim dengan keluarga.

3) Mempertahakan komunikasi terbuka antara anak dan


orang tua, hindari perdebatan, kecurigaan dan
permusuhan.
4) Perubahan sistem peran dan peraturan untuk tumbuh
kembang keluarga.
f. Tahap keenam keluarga dengan anak dewasa atau pelepasan
(lounching center families)
Tahap ini dimulai pada saat anak terakhir
meninggalkan rumah. Lamanya tahap ini bergantung pada
banyaknya anak dalam keluarga atau jika anak yang belum
berkeluarga dan tetap tinggal bersama orang tua. Tujuan
utama pada tahap ini adalah mengorganisasi kembali
keluarga untuk tetap berperan dalam melepas anaknya untuk
hidup sendiri. Keluarga empersiapkan anaknya yang tertua
untuk membentuk keluarga sendiri dan tetap membantu
anak terakhir untuk lebih mandiri. Saat semua anak
meninggalkan rumah, pasangan perlu menata ulang dan
membina hubungan suami istri seperti pada fase awal.
Orang tua akan merasa kehilangan peran dalam merawat
anak dan merasa kosong karena anak- anaknya sudah tidak
tinggal serumah lagi. Guna mengatasi keadaan ini orang tua
perlu melakukan aktifitas kerja, meningkatkan peran sebagai
pasangan, dan tetap memelihara hubungan dengan anak.
Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah :

1) Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar

2) Mempertahankan keintiman pasangan

3) Membantu orang tua suami atau istri yang


sedang sakit dan memasuki masa tua

4) Mempersiapkan untuk hidup mandiri dan


menerima kepergian anak
5) Menata kembali fasilitas dan sumber yang ada pada
keluarga

6) Berperan sebagai suami istri, kakek, dan nenek

7) Menciptakan lingkungan rumah yang dapat


menjadi contoh bagi anak-anaknya.
g. Tahap ketujuh keluarga usia pertengahan (middle age families)

Tahapan ini dimulai saat anak yang terakhir


meninggalkan rumah dan berakhir saat pensiun atau salah
satu pasangan meninggal. Pada tahap ini semua anak
meninggalkan rumah, maka pasangan berfokus untuk
mempertahankan kesehatan dengan berbagai aktifitas.
Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini atara lain
adalah :

1) Mempertahankan kesehatan

2) Mempunyai lebih banyak waktu dan kebebasan


dalam arti mengolah minat sosial dan waktu
santai
3) Memulihkan hubungan antara generasi muda
dengan generasi tua
4) Keakraban dengan pasangan

5) Memelihara hubungan/kontak dengan anak dan


keluarga

6) Persiapan masa tua atau pensiun dengan


meningkatkan keakraban pasangan.

h. Tahap kedelapan keluarga usia lanjut


Tahap terakhir perkembangan keluarga dimulai saat
salah satu pasangan pensiun, berlanjut salah satu pasangan
meninggal. Proses usia lanjut dan pensiun merupakan
realitas yang tidak dapat dihindari karena berbagai proses
stresor dan kehilangan yang harus dialami keluarga. Stresor
tersebut adalah berkurangnya pendapatan, kehilangan
berbagai hubungan sosial, kehilangan pekerjaan serta
perasaan menurunnya produktifitas dan fungsi kesehatan.
Mempertahankan penataan kehidupan yang memuaskan
merupakan tugas utama keluarga pada tahap ini. Usia lanjut
umumnya lebih dapat beradaptasi tinggal di rumah sendiri
daripada tinggal bersama anaknnya.
Tugas perkembangan tahap ini adalah :

1) Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan

2) Adaptasi dengan perubahan kehilangan


pasangan, teman, kekuatan fisik, dan pendapatan
3) Mempertahankan keakraban suami istri dan saling
merawat

4) Mempertahakan hubungan anak dan sosial


masyarakat

5) Melakukan life review

6) Menerima kematian pasangan, kawan, dan


mempersiapkan kematian (harmoko, 2012).

6. Struktur peran keluarga


Sebuah peran didefinisikan sebagai kumpulan dari
perilaku yang secara ralatif homogen dibatasi secara normatif
dan diharapkan dari seseorang yang menempati posisi sosial
yang diberikan. Peran berdasarkan pada pengharapan atau
penetapan peran yang membatasi apa saja yang harus dilakukan
oleh individu di dalam situasi tertentu agar memenuhi harapan
diri atau orang lain terhadap mereka. Posisi atau status
didefinisikan sebagi letak seseorang dalam suatu sistem sosial.
Menurut Friedman (2010) peran keluarga dapat
diklasifikasikan menjadi dua yaitu :
a. Peran Formal Keluarga

Peran formal adalah peran eksplisit yang


terkandung dalam struktur peran keluarga (ayah-
suami,dll). Yang terkait dengan masing – masing
posisi keluarga formal adalah peran terkait atau
sekelompok perilaku yang kurang lebih homogen.
Keluarga membagi peran kepada anggota
keluarganya dengan cara yang serupa dengan cara
masyarakat membagi perannya: berdasarkan pada
seberapa pentingnya performa peran terhadap
berfungsinya sistem tersebut. Beberapa peran
membutuhkan ketrampilan atau kemempuan khusus:
peran yang lain kurang kompleks dan dapat

diberikan kepada mereka yang kuarang terampil atau


jumlah kekuasaanya paling sedikit.
b. Peran Informal Keluarga

Peran informal bersifat implisit, sering kali


tidak tampak pada permukaannya, dan diharapkan
memenuhi kebutuhan emosional anggota keluarga
dan/atau memelihara keseimbangan keluarga.
Keberadaan peran informal diperlukan untuk
memenuhi kebutuhan integrasi dan adaptasi dari
kelompok keluarga.
7. Proses dan Strategi koping Keluarga

Menurut Friedman (2010) Proses dan strategi koping


keluarga berfungsi sebagi proses atau mekanisme vital yang
memfasilitasi fungsi keluarga. Tanpa koping keluarga yang
efektif, fungsi afektif, sosialisasi, ekonomi, dan perawatan
kesehatan tidak dapat dicapai secara adekuat. Oleh karena itu,
proses dan strategi koping keluarga mengandung proses yang
mendasari yang menungkinkan keluarga mengukuhkan fungsi
keluarga yang diperlukan.
8. Keluarga Sebagai Klien

Menurut Haarmoko (2010) keluarga dijadikan unit


pelayanan karena masalah kesehatan keluarga saling berkaitan
dan saling berhubungan masyarakat secara keseluruhan.
a. Alasan keluarga sebagai unit pelayanan

- Keluarga merupakan bagian dari masyarakat yang dapat dijadikan


sebagai gambaran manusia
- Perilaku keluarga dapat menimbulkan masalah kesehatan, tetapi
dapat pula mencegah masalah kesehatan dan menjadi sumber daya
pemecah masalah kesehatan.
- Masalah kesehatan di dalam keluarga akan saling mempengaruhi
terhadap individu dalam keluarga
- Keluarga merupakan lingkungan yang serasi untuk
mengembangkan potensi tiap individu dalam keluarga
- Keluarga merupakan pengambil keputusan dalam mengatasi
masalah
- Keluarga merupakan saluran yang efektif dalam menyalurkan dan
mengembangan kesehatan kepada masyarakat.
a. Siklus penyakit dan kemiskinan dalam masyarakat

Pemberian asuhan keperawatan keluarga harus lebih


ditekankan pada keluarga-keluarga dengan status
sosial ekonomi yang rendah. Alasannya adalah
keluarga dengan ekonomi yang rendah umumnya
berkaitan dengan ketidakmampuan dalam mengatasi
berbagai masalah kesehatan yang mereka hadapi.
Masalah kemiskinan akan sangat mengurangi
kemampuan keluarga untuk memenuhi kebutuhan
kebutuhan keluarga mereka terhadap gizi,
perumahan dan lingkungan yang sehat, dan
kebutuhan-kebutuhan laninnya. Semua ini akan
menimbulkan berbagai masalah kesehatan.
(Harmoko, 2012)

B. KONSEP DASAR
1. Pengertian
Gout adalah penyakit yang diakibatkan oleh gangguan
metabolisme purin yang ditandai dengan hiperurikemi dan serangan
sinovitis akut berulang-ulang (Chairuddin, 2003). Penyakit ini paling
sering menyerang pria usia pertengahan sampai usia lanjut dan wanita
pasca menopause.
Asam urat merupakan kelainan metabolik yang disebabkan karena
penumpukan purin atau eksresi asam urat yang kurang dari ginjal.
Asam urat merupakan penyakit heterogen meliputi hiperurikemia,
serangan artritis akut yang biasanya mono-artikuler. Terjadi deposisi
kristal urat di dalam dan sekitar sendi, parenkim ginjal dan dapat
menimbulkan batu saluran kemih (Edu S. Tehupeiory, 2000).

2. Etiologi
Gangguan metabolik dengan meningkatkan konsentrasi asam urat
ini ditimbulkan dari penimbunan kristal di sendi oleh monosodium urat
(MSU, gout) dan kalsium pirofosfat dihidrat, dan pada tahap yang
lebih lanjut terjadi degenerasi tulang rawan sendi.
Klasifikasi gout dibagi menjadi 2 yaitu : (Chairuddin, 2003).
1. Gout Primer
Dipengaruhi oleh faktor genetik. Terdapat produksi atau sekresi
asam urat yang berlebihan dan tidak diketahui penyebabnya.
2. Gout Sekunder
a. Pembentukan asam urat yang berlebihan :
i. Kelainan meiloproliferatif (polisitemia, leukemia,
mieloma retikularis).
ii. Gangguan penyimpanan glikogen.
iii. Pada pengobatan anemia pernisiosa oleh karena
maturasi sel megaloblastik menstimulasi pengeluaran
asam urat.
b. Sekresi asam urat yang berkurang misalnya pada :
i. Kegagalan ginjal kronik
ii. Pemakaian obat beberapa macam diuretic dan
sulfonamide
iii. Keadaan-keadaan alkoholik, asidosis laktit,
hiperparatiroidisme, dan pada miksedema.
Faktor predisposisi terjadinya penyakit gout yaitu, umur, jenis
kelamin lebih sering terjadi pada pria, iklim, herediter dan keadaan-
keadaan yang menyebabkan timbulnya hiperurikemia.
Sedangkan menurut sustrani (2005), faktor yang berpengaruh
sebagai penyebab asam urat adalah
1. Faktor keturunan.
2. Diet tinggi protein dan makanan kaya senyawa purin lainnya
seperti daging, makanan laut, kacang-kacangan, bayam, jamur dan
kembang kol.
3. Akibat konsumsi alkohol berlebihan.
4. Hambatan dari pembuangan asam urat karena penyakit tertentu,
terutama gangguan ginjal
5. Penggunaan obat tertentu yang meningkatkan kadar asam urat,
terutama diuretika ( furosemida dan hidroklorotiazida )
6. Penggunaan antibiotika berlebihan.
7. Penyakit tertentu pada darah seperti leukimia dan polisitomia.
8. Faktor lain seperti stres, diet ketat, cidera sendi, darah tinggi dan
olah raga berlebihan.

3. Manifestasi Klinis
Terdapat 4 stadium perjalanan klinis gout yang tidak diobati :
(Silvia A. Price)
1. Stadium pertama
Hiperurisemia asimtomatik. Pada stadium ini asam urat serum
laki-laki meningkat dan tanpa gejala selain dari peningkatan
asam urat serum.
2. Stadium kedua
Arthritis gout akut terjadi pembengkakan dan nyeri yang luas
biasa, biasanya pada sendi ibu jari kaki dan sendi
metatarsophalangeal.
3. Stadium ketiga
Setelah serangan gout akut adalah tahap interkritis. Tidak
terdapat gejala-gejala pada tahap ini, yang dapat berlangsung
dari beberapa bulan sampai tahun. Kebanyakan orang
mengalami serangan gout berulang dalam waktu kurang dari 1
tahun jika tidak diobati.
4. Stadium keempat
Tahap gout kronik, dengan timbunan asam urat yang terus
meluas selama beberapa tahun jika pengobatan tidak dimula.
Peradangan kronik akibat Kristal-kristal asam urat
mengakibatkan nyeri, sakit, dan kaku, juga pembesaran dan
penonjolan sendi bengkak.

4. Patofisiologis
Perjalanan penyakit gout sangat khas dan mempunyai 3
tahapan. Tahap pertama disebut tahap artritis gout akut. Pada tahap
ini penderita akan mengalami serangan artritis yang khas dan
serangan tersebut akan menghilang tanpa pengobatan dalam waktu
5 – 7 hari. Karena cepat menghilang, maka sering penderita
menduga kakinya keseleo atau kena infeksi sehingga tidak
menduga terkena penyakit gout dan tidak melakukan pemeriksaan
lanjutan.
Setelah serangan pertama, penderita akan masuk pada gout
interkritikal. Pada keadaan ini penderita dalam keadaan sehat
selama jangka waktu tertentu. Jangka waktu antara seseorang dan
orang lainnya berbeda. Ada yang hanya satu tahun, ada pula yang
sampai 10 tahun, tetapi rata-rata berkisar 1 – 2 tahun. Panjangnya
jangka waktu tahap ini menyebabkan seseorang lupa bahwa ia
pernah menderita serangan artritis gout atau menyangka serangan
pertama kali dahulu tak ada hubungannya dengan penyakit gout.
Tahap kedua disebut sebagai tahap artritis gout akut
intermiten. Setelah melewati masa gout interkritikal selama
bertahun-tahun tanpa gejala, penderita akan memasuki tahap ini,
ditandai dengan serangan artritis yang khas. Selanjutnya penderita
akan sering mendapat serangan (kambuh) yang jarak antara
serangan yang satu dan serangan berikutnya makin lama makin
rapat dan lama, serangan makin lama makin panjang, serta jumlah
sendi yang terserang makin banyak.
Tahap ketiga disebut sebagai tahap artritis gout kronik
bertofus. Tahap ini terjadi bila penderita telah menderita sakit
selama 10 tahun atau lebih. Pada tahap ini akan terjadi benjolan-
benjolan di sekitar sendi yang sering meradang yang disebut
sebagai tofus. Tofus ini berupa benjolan keras yang berisi serbuk
seperti kapur yang merupakan deposit dari kristal monosodium
urat. Tofus ini akan mengakibatkan kerusakan pada sendi dan
tulang di sekitarnya. Tofus pada kaki bila ukurannya besar dan
banyak akan mengakibatkan penderita tidak dapat menggunakan
sepatu lagi.
Banyak faktor yang berperan dalam mekanisme serangan gout.
Salah satunya yang telah diketahui peranannya adalah kosentrasi
asam urat dalam darah. Mekanisme serangan gout akut
berlangsung melalui beberapa fase secara berurutan.
1. Presipitasi kristal monosodium urat.
Presipitasi monosodium urat dapat terjadi di jaringan bila
kosentrasi dalam plasma lebih dari 9 mg/dl. Presipitasi ini
terjadi di rawan, sonovium, jaringan para- artikuler misalnya
bursa, tendon, dan selaputnya. Kristal urat yang bermuatan
negatif akan dibungkus (coate) oleh berbagai macamprotein.
Pembungkusan dengan IgG akan merangsang netrofil untuk
berespon terhadap pembentukan kristal.
2. Respon leukosit polimorfonukuler (PMN)
Pembentukan kristal menghasilkan faktor kemotaksis yang
menimbulkan respon leukosit PMN dan selanjutnya akan
terjadi fagositosis kristal oleh leukosit.
3. Fagositosis
Kristal difagositosis olah leukosit membentuk fagolisosom dan
akhirnya membram vakuala disekeliling kristal bersatu dan
membram leukositik lisosom.
4. Kerusakan lisosom
Terjadi kerusakn lisosom, sesudah selaput protein dirusak,
terjadi ikatan hidrogen antara permukan kristal membram
lisosom, peristiwa ini menyebabkan robekan membram dan
pelepasan enzim-enzim dan oksidase radikal kedalam
sitoplasma.
5. Kerusakan sel
Setelah terjadi kerusakan sel, enzim-enzim lisosom dilepaskan
kedalam cairan sinovial, yang menyebabkan kenaikan
intensitas inflamasi dan kerusakan jaringan.

5. Pemeriksaan Penunjang
1. Kadar asam urat serum meningkat.
2. Laju sedimentasi eritrosit (LSE) meningkat.
3. Kadar asam urat urine dapat normal atau meningkat.
4. Analisis cairan synovial dari sendi terinflamasi atau tofi
menunjukkan Kristal urat monosodium yang membuat
diagnosis.
5. Sinar X sendi menunjukkan massa tofaseus dan destruksi
tulang dan perubahan sendi.

6. Penatalaksanaan
Penanganan gout biasanya dibagi menjadi penanganan serangan
akut dan penanganan hiperurisemia pada pasien arthritis kronik.
Ada 3 tahap dalam terapi penyakit ini :
1. Mengatasi serangan akut.
2. Mengurangi kadar asam urat untuk mencegah penimbunan
Kristal urat pada jaringan, terutama persendian.
3. Terapi pencegahan menggunakan terapi hipourisemik.
a. Non farmakologi
1. Pembatasan makanan tinggi purin (± 100-150 mg
purin/hari.
2. Cukup kalori sesuai kebutuhan yang didasarkan pada TB n
BB.
3. Tinggi karbohidrat kompleks (nasi, roti, singkong, ubi)
disarankan tidak kurang dari 100 g/hari.
4. Rendah protein yang bersumber hewani.
5. Rendah lemak, baik dari nabati atau hewani.
6. Tinggi cairan. Usahakan dapat menghabiskan minuman
sebanyak 2,5 ltr atau sekitar 10 gelas sehari dapat berupa air
putih masak, teh, sirop atau kopi.
7. Tanpa alkohol, termasuk tape dan brem perlu dihindari
juga. Alkohol dapat meningkatkan asam laktat plasma yang
akan menghambat pengeluaran asam urat
b. Farmakologi
1. Pengobatan fase akut, obat yang digunakan untuk
mengatasi nyeri dan inflamasi (colchicine, indometasin,
fenilbutazon, kortikostropin).
2. Pengobatan hiperurisemia, terbagi dua golongan, yaitu :
Golongan urikosurik (probenesid, sulfinpirazon,
azapropazon, benzbromaron) dan Inhibitor xantin
(alopurinol ).
WOC GOUT (ASAM URAT)

Faktor Genetik Sekresi asam urat berlebihan

Gangguan metabolism purin

Hiperuremia

Hiperaturasi asam urat

Penimbunan kristal
monoatrium di sendi

Gout (Asam Urat)

Kristal asam urat Kurangnya paparan


bersifat mengaktifkan informasi
sistem komplemen Di ginjal

Defisiensi
pengetahuan
Reaksi antigen
dan antibodi
Penumpukan dan
Pelepasan mediator pengendapan MSU
inflamasi

Gangguan Pembentukan batu


Prostaglandin rasa nyaman ginjal dan asam urat

Peningkatan permeabilitas Proteinuria, hipertensi


kapiler Kesemutan ringan, urin asam&pekat

Perpindahan cairan Resiko ketidakseimbangan


dan elektrolit Gangguan volume cairan
potensial aksi

Perpindahan cairan dari


ekstravaskuler dan Gangguan transportasi
intramaskuler elektrolit
Dijaringan lunak dan
Merusak serabut saraf Penekanan persendian
Edema perifer pada saraf

Penumpukan dan
pengendapan MSU
Nyeri akut

Pembentukan
tophus

Nyeri pada Respon inflamasi


malam hari meningkat

Gangguan Pembesaran dan


pola tidur penonjolan sendi

Deformitas sendi

Kontraktur sendi
Fibrosis dan/atau ankilosis
tulang

Kerusakan integritas
jaringan

C. ASUHAN KEPERAWATAN
Didalam memberikan asuhan keperawatan digunakan sistem atau metode
proses keperawatan yang dalam pelaksanaannya dibagi menjadi 5 tahap
yaitu pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi/perencanaan,
implementasi/pelaksanaan, evaluasi.
1. Pengkajian
a. Identitas Klien
Meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, status
perkawinan, pendidikan, pekerjaan, no. Register, tanggal MRS,
diagnosa medis.
b. Keluhan utama
Nyeri, bengkak, terasa hangat, merah dengan gejala sistemik
berupa demam, menggigil dan merasa lelah.
c. Pemeriksaan fisik
1. Identifikasi tanda dan gejala yang ada peda riwayat
keperawatan
2. Nyeri tekan pada sendi yang terkena
3. Nyeri pada saat digerakkan
4. Area sendi bengkak (kulit hangat, tegang, warna keunguan)
5. Denyut jantung berdebar
d. Riwayat psikososial
1. Cemas dan takut untuk melakukan aktivitas
2. Tidak berdaya gangguan aktivitas di tempat kerja
e. Analisa Data
Data yang telah dikumpulkan kemudia dikelompokkan dan
dianalisa untuk menemukan masalah kesehatan klien. Untuk
mengelompokkannya dibagi menjadi dua data yaitu, data subjektif
dan data objektif dan kemudian ditentukkan masalah keperawatan
yang timbul.

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada penderita asam urat
(gout) adalah
1. Nyeri akut b.d agen cedera biologis, pembengkakan sendi,
melaporkan nyeri secara verbal pada area sendi.
Nyeri akut adalah pengalaman sensorik atau emosional yang
berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual aau fungsional, dengan
onset mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat
yang berlangsung kurang dari 3 bulan.
Batasan Karakteristik:
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif Objektif
1. Mengeluh Nyeri 1. Tampak meringis
2. Bersikap protektif
(waspada, menghindari
nyeri)
3. Gelisah
4. Sulit tidur
5. Frekuensi nadi
meningkat

Gejala dan Tanda Minor


Subjektif Objektif
(tidak tersedia) 1. Tekanan darah meningkat
2. Pola napas berubah
3. Nafsu makan berubah
4. Proses makan berubah
5. Menarik diri
6. Berfokus pada diri sendiri
7. Diaforesis

2. Gangguan pola tidur b.d nyeri pada pembengkakan.


Gangguan pola tidur adalah gangguan kualitas dan kuantitas
waktu tidur akibat faktor eksternal.

Gejala dan Tanda Mayor


Subjektif Objektif
1. Mengeluh sulit tidur ( tidak tersedia)
2. Mengeluh sering terjaga
3. Mengeluh tidak puas tidur
4. Mengeluh pola tidur
berubah
5. Mengeluh istirahat tidak
cukup

Gejala dan Tanda Minor


Subjektif Objektif
1. Mengeluh kemampuan (tidak tersedia)
beraktivitas menurun

3. Defisiensi pengetahuan b.d kurangnya mengenal masalah diet


makanan dan penggunaan obat.
Defisiensi pengetahuan adalah ketiadaan atau kurangnya informasi
kognitif yang berkaitan dengan topik tertentu.

Gejala dan Tanda Mayor


Subjektif Objektif
1. Menanyakan masalah 1. Menunjukkan prilaku
yang dihadapi tidak sesuai anjuran
2. Menunjukkan persepsi
yang keliru terhadap
masalah.

Gejala dan Tanda Minor


Subjektif Objektif
(tidak tersedia) 1. Menjalani pemeriksaan
yang tidak tepat
2. Menunjukkan perilaku
berlebihan (misalkan apatis,
bermusuhan, agitasi,
histeria)
4. Resiko ketidakseimbangan volume cairan b.d perubahan kadar
elektrolit ginjal.
Resiko ketidakseimbangan volume cairan adalah berisiko
mengalami penurunan, peningkatan, atau percepatan perpindahan
cairan dari intraseluler, interstisial atau intraseluler.
Faktor resiko
1. Prosedur pembedahan mayor
2. Trauma/ perdarahan
3. Luka bakar
4. Aferesis
5. Asites
6. Obstruktif intestinal
7. Peradangan pankreaas
8. Penyakit ginjal dan kelenjar
9. Disfungsi intestinal
5. Gangguan rasa nyaman b.d gejala terkait penyakit (nyeri pada
sendi).
Gangguan rasa nyaman adalah perasaan kurang senang, lega dan
sempurna dalam dimensi fisik, psikospritual, lingkungan dan
sosial.

Gejala dan Tanda Mayor


Subjektif Objektif
1. Mengeluh tidak nyaman 1. Gelisah

Gejala dan Tanda Minor


Subjektif Objektif
1. Mengeluh sulit tidur 1. Menunjukan gejala
2. Tidak mampu rileks distres
3. Mengeluh 2. Tampak merintih/
kedinginan/kepanasan menanggis
4. Merasa gatal 3. Pola eliminasi berubah
5. Mengeluh mual 4. Postur tubuh berubah
6. Mengeluh lelah 5. Iritabilitas

6. Kerusakan integritas jaringan b.d kelebihan cairan (peradangan


kronik akibat adanya kristal urat).
Kerusakan integritas jaringan adalah kerusakan kulit (dermis dan
atau epidermis) atau jaringan (membra mukosa, kornea, fasia, otot,
tendon, tulang, kartilago, kapsul sendi dan atau ligamen).
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif Objektif
(tidak tersedia) 1. Kerusakan jaringan dan
atau lapisan kulit

Gejala dan Tanda Minor


Subjektif Objektif
(tidaqk tersedia) 1. Nyeri
2. Perdarahan
3. Kemerahan
4. Hematoma

3. Intervensi
Diagnosa Tujuan dan
No Intervensi Rasional
Keperawatan Kriteria Hasil
1. Nyeri akut b.d Noc : 1. Observasi 1. Untuk
agen cedera 1. Pain Level reaksi mengetahui
biologis, 2. Pain ketidaknya ketidaknya
pembengkaka Control manan manan yang
n sendi, 3. Comfort secara dirasakan
melaporkan level nonverbal. oleh pasien.
nyeri secara Kriteria Hasil : 2. Kaji secara 2. Untuk
verbal pada 1. Mampu komprehens mengetahui
area sendi. mengontro if terhadap tingkat
l nyeri nyeri nyeri
(tahu termasuk pasien.
penyebab lokasi, 3. Untuk
nyeri, karakteristi mengalihka
mampu k, durasi, n perhatian
mengguna frekuensi, pasien dari
kan tehnik kualita,inte rasa nyeri.
nonfarmak nsitas nyeri 4. Untuk
ologi dan faktor mengetahui
untuk presipitasi. apakah
menguran 3. Gunakan nyeri yang
gi nyeri, strategi dirasakan
mencari komunikasi klien
bantuan). terapeutik berpengaru
2. Melaporka untuk h terhadap
n bahwa mengungka yang
nyeri pkan lainnya.
berkurang pengalaman 5. Pemberian
dengan nyeri dan ”health
mengguna penerimaan education”
kan klien dapat
manajeme terhadap mengurangi
n nyeri. respon tingkat
3. Mampu nyeri. kecemasan
mengenali 4. Tentukan dan
nyeri pengaruh membantu
(skala pengalaman klien dalam
intensitas, nyeri bentuk
frekuensi terhadap mekanisme
dan tanda kualitas koping
nyeri). hidup terhadap
4. Menyatak (nafsu nyeri.
an rasa makan, 6. Untuk
nyaman tidur, mengurangi
setelah akitvitas, tingkat
nyeri mood, ketidaknya
berkurang. hubungan manan yang
sosial). dirasakan
5. Berikan klien.
informasi 7. Agar klien
tentang mampu
nyeri menggunak
termasuk an teknik
penyebab non
nyeri, farmakologi
berapa lama dalam
nyeri akan memanage
hilang, ment nyeri
antisipasi yang
terhadap dirasakan.
ketidaknya 8. Pemberian
manan dari analgetik
prosedur. dapat
6. Kontrol mengurangi
lingkungan rasa nyeri
yang dapat pasien.
mempengar
uhi respon
ketidaknya
manan klien
(suhu
ruangan,
cahaya, dan
suara).
7. Ajarkan
cara
penggunaan
terapi non
farmakologi
(distraksi,
relaksasi).
8. Kolaborasi
pemberian
analgesik.
2. Gangguan Noc : 1. Observasi 1. Untuk
pola tidur b.d 1. Anxiety pola tidur mengetahui
nyeri pada reduction dan kebiasaan
pembengkaka 2. Comfort aktivitas tidur klien.
n. level klien. 2. Untuk
3. Pain Level 2. Monitor mengetahui
4. Rest : dan catat apakah
Extent and waktu dan klien
pattern pola tidur mengalami
5. Sleep : klien. gangguan
Extent and 3. Jelaskan tidur atau
pattern pentingnya tidak.
Kriteria Hasil : tidur yang 3. Untuk
1. Jumlah cukup memotivasi
jam tidur untuk klien agar
dalam kesehatan berusaha
batas klien. memperbai
normal 6- 4. Atur ki kualitas
8 jam/hari. lingkungan tidurnya.
2. Pola tidur, (misalnya 4. Lingkungan
kualitas pencahayaa yang
dalam n, suara nyaman
batas berisik, membantu
normal. suhu, dan tubuh
3. Perasaan tempat menjadi
segar tidur) untuk lebih relaks
sesudah mempermu sehingga
tidur atau dah klien dapat
istirahat. tidur. mempermu
4. Mampu 5. Minta klien dah tidur.
mengident untuk 5. Beberapa
ifikasi hal- menghindar jenis
hal yang i makanan makanan
meningkat atau dan
kan tidur. minuman minuman
yang dapat bisa
mempengar membuat
uhi tidur. klien sulit
6. Berikan tidur
obat yang sehingga
dapat harus
membantu dihindari
klien tidur. dikonsumsi
sebelum
tidur.
6. Obat
merupakan
salah satu
alat bantu
yang efektif
untuk
membantu
mempermu
dah tidur.
3. Defisiensi Noc : 1. Berikan 1. Untuk
pengetahuan 1. Knowle penilaian mempermu
b.d kurangnya dge : tentang dah dalam
pemahaman disease tingkat memberika
pasien tentang process pengetahua n
pola/diet 2. Knowle n pasien penjelasan
makanan yang gde: tentang pada klien.
dikonsumsi. health proses 2. Meningkatk
behavio penyakit an
r yang pengetahua
Kriteria Hasil : spesifik. n dan
1. Pasein dan 2. Jelaskan mengurangi
keluarga tentang cemas.
menyataka proses 3. Untuk
n penyakit mencegah
pemahama (tanda dan keparahan
n tentang gejala), dan penyakit
penyakit, diet pasien.
kondisi, makanan 4. Untuk
prognosis yang harus mengontrol
dan dipatuhi. kesehatan
program 3. Diskusikan dan obat
pengobata perubahan yang
n gaya hidup dikonsumsi
2. Pasien dan yang pasien.
keluarga mungkin 5. Untuk
mampu digunakan mereview
melaksana untuk pengetahua
kan mencegah n yang
prosedur komplikasi. sudah
yang 4. Intruksikan diresapi
dijelaskan kapan harus oleh pasien.
secara ke
benar. pelayanan.
3. Pasien dan 5. Tanyakan
keluarga kembali
mampu pengetahua
menjelask n klien
an tentang
kembali penyakit,
apa yang prosedur
dijelaskan perawatan
perawat/ti dan
m pengobatan.
kesehatan
lainnya.
4. Resiko Noc : 1. Observasi 1. Mengetahui
ketidakseimba 1. Fluid kemungkina penyebab
ngan volume balace n penyebab untuk
cairan b.d 2. Hydration ketidakseim menentukan
perubahan 3. Nutritiona bangan intervensi
kadar l Status: elektrolit. penyelesaia
elektrolit Food and 2. Monitor n.
ginjal. Fluid vital signs 2. Mengetahui
4. Intake 3. Monitor keadaan
Kriteria Hasil : adanya umum
1. Mempert kehilangan pasien
ahankan cairan dan 3. Mengetahui
urine elektrolit. keadaan
output 4. Monitor umum
sesuai adanya pasien.
dengan mual,munta 4. Mengurangi
usia dan h dan diare. risiko
BB, BJ 5. Monitor kekurangan
urine keakuratan voume
norma, intake dan cairan
HT output semakin
normal. cairan. bertambah.
2. Tekanan 5. Evaluasi
darah, intervensi
nadi,
suhu
tubuh
dalam
batas
normal.
3. Tidak
ada
tanda-
tanda
dehidrasi
.
4. Elastisita
s turgor
kulit
baik,
membra
n
mukosa
lembab,
tidak ada
rasa haus
yang
berlebih
an.
5. Gangguan Noc : 1. Gunakan 1. Untuk
rasa nyaman 1. Ansiety pendekatan mengurangi
b.d gejala 2. Fear level yang kecemasan
terkait 3. Sleep menenangk klien dan
penyakit Deprivatio an. meningkatk
(nyeri pada n 2. Pahami an
sendi). 4. Comfort, perspektif kenyaman
Readines pasien klien.
for terhadap 2. Untuk
enchanced situasi membantu
Kriteria Hasil : stress. klien dalam
1. Mampu 3. Temani menghadapi
mengontro pasien stress yang
l untuk dialami.
kecemasa memberika 3. Untuk
n. n keamanan mengurangi
2. Status dan kecemasan
lingkunga mengurangi yang
n yang takut. dirasakan
nyaman. 4. Dorong klien.
3. Mengontr keluarga 4. Agar pasien
ol nyeri. untuk tidak
4. Kualitas menemani merasa
tidur da pasien. kesepian
nistirahat 5. Dengarkan dan
yang pasein memiliki
adekuat. dengan teman
5. Agresi penuh dalam
pengendal perhatian. menghadapi
ian diri. 6. Identifikasi masalahnya
6. Respon tingkat .
terhadap kecemasan. 5. Untuk
pengobata 7. Intruksikan meningkatk
n. pasin untuk an
7. Control menggunak kenyamana
gejala. an teknik n pasien
8. Status relaksasi. dalam
kenyaman melewati
an penyakitnya
meningkat .
. 6. Untuk
9. Dapat mengetahui
mengontro tingkat
l kecemasan
ketakutan. yang
10. Support dirasakan
social. klien.
7. Agar pasien
lebih
nyaman dan
rileks.
6. Kerusakan Nic : 1. Pantau 1. Mengevalua
integritas 1. Tissue perkembang si status
jaringan b.d integrity : an kerusakan
kelebihan skin and kerusakan kulit
cairan mucou kulit klien sehingga
(peradangan 2. Wound setiap hari. dapat
kronik akibat healing : 2. Cegah memberika
adanya kristal primary penggunaan n intervensi
urat). and linen yang tepat.
secondary bertekstur 2. Keadaan
intention kasar dan yang
Kriteria Hasil : jaga agar lembab
1. Perfusi linen tetap dapat
jaringan bersih, tidak meningkatk
normal. lembab, dan an
2. Tidak ada tidak kusut. perkembang
tanda- 3. Monitor biakan
tanda karakteristi mikroorgani
infeksi. k luka, sme dan
3. Ketebalan meliputi untuk
dan warna, mencegah
tekstur ukuran, bau terjadinya
jaringan dan lesi kulit
normal. pengeluaran akibat
4. Menunjuk pada luka. gesekan
kan 4. Bersihkan dengan
pemahama luka dengan linen.
n dalam normal 3. Memonitor
proses salin. karakteristi
perbaikan 5. Lakukan k luka dapat
kulit dan pembalutan membantu
mencegah pada luka perawat
terjadinya sesuai dalam
cedera dengan menentukan
berulang. kondisi perawatan
5. Menunjuk luka. luka dan
kan proses 6. Pertahankan penangan
terjadinya teknik steril yang sesuai
penyembu dalam untuk
han luka. perawatan pasien
luka pasien. 4. normal
salin adalah
cairan
fisologis
yang mirip
dengan
cairan
tubuh
sehingga
aman
digunakan
untuk
membersihk
an dan
merawat
luka.
5. permbaluta
n luka
dilakukan
untuk
mempercep
at proses
penutupan
luka.
Pemilihan
bahan dan
cara balutan
disesuaikan
dengan
jenis luka
pasien.
6. perawatan
luka dengan
tetap
menjaga
kesterilan
dapat
menghindar
kan pasien
dari infeksi.

4. Implementasi
Implementasi atau pelaksanaan adalah inisiatif dari rencana tindakan
untuk mencapai tujuan yang spesifik. Tujuan dari pelaksanaan adalah
membantu klien dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan, yang
mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan
kesehatan, dan menfasilitasi koping. Perencanaan keperawatan akan
dapat dilaksanakan dengan baik apabila klien mempunyai keinginan
untuk berpartisipasi dalam pelaksanaan tindakan keperawatan
(Nursalam, 2004).

5. Evaluasi
Evaluasi merupakan tindakan keperawatan tahap akhir dari proses
keperawatan, meskipun evaluasi diletakkan pada akhir proses
keperawatan, evaluasi merupakan bagian integral pada setiap tahap
proses keperawatan. Pengumpulan data perlu direvisi untuk
menentukan apakah informasi yang telah dikumpulkan sudah
mencukupi dan apakah prilaku yang di observasi telah sesuai.
DAFTAR PUSTAKA

Brunner and Suddarth. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, edisi
8 volume 2. Jakarta : EGC.
Lukman, dkk. (2009) Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan
Muskuloskeletal. Jilid 1. Jakarta : Salemba Medika.
Mansjoer , Arif. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi ke 3. Jakarta : Media
Aeusculapius.
Nurarif, Amin Huda dan Kusuma, Hardhi. 2015-2016. Aplikasi Asuhan
Keperawatan Berdasarkaan Diagnosa Medis dan Nanda Nic Noc.
Jogjakarta: Mediaction.
Suratun, 2008. Klien Gangguan sistem Muuskuloskeletal. Seri Asuhan
Keperawatan ; Editor Monika Ester, Jakarta: EGC
Wijaya, Beta. Laporan pendahuluan penyakit asam urat.
https://www.academia.edu/18899435/LAPORAN_PENDAHULUAN_P
ENYAKIT_ASAM_URAT. Diaksespada tanggal 19 desember 2018.

Anda mungkin juga menyukai