S DENGAN ASAM
URAT (GOUT)
2. Fungsi Keluarga
Menurut Marilyn M. Friedman (2010) fungsi keluarga dibagi menjadi
5 yaitu:
a. Fungsi Afektif
Memfasilitasi stabilisasi kepribadian orang dewasa, memenuhi
kebutuhan psikologis anggota keluarga.
b. Fungsi Sosialisasi
Memfasilitasi sosialisasi primer anak yang bertujuan
menjadikan anak sebagai anggota masyarakat yang produktif
serta memberikan status pada anggota keluarga.
c. Fungsi Reproduksi
Untuk mempertahankan kontinuitas keluarga selama beberapa
generasi dan untuk keberlangsungan hidup masyarakat,.
d. Fungsi ekonomi
Menyediakan sumber ekonomi yang cukup dan alokasi efektifnya.
e. Fungsi perawatan kesehatan
Menyediakan kebutuhan fisik-makanan, pakaian, tempat tinggal,
perawatan kesehatan. (Marilyn M. Friedman, hal 86; 2010)
c. Reconstitud Nuclear
Pembentukan baru dari keluarga inti melalui perkawinan
kembali suami/istri, tinggal dalam pembentuan satu rumah
dengan anak-anaknya, baik itu bawaan dari perkawinan lama
maupun hasil dari perkawinan baru. Satu atau keduanya dapat
bekerja di luar rumah.
d. Middle Age/ Aging Couple
Suami sebagai pencari uang. Istri di rumah/ kedua-duanya
bekerja di rumah, anak-anak sudah meningglakan rumah karena
sekolah/ perkawinan/meniti karier.
e. Dyadic Nuclear
Suami istri yang sudah berumur da tidak mempunyai anak,
keduanya/slah satu bekerja di rumah.
f. Single Parent
Satu orang tua sebagai akibat perceraian/ kematian pasangannya
dan anak- anaknya dapat tinggal di rumah/ di luar rumah.
g. Dual Carier
Suami istri atau keduanya berkarier dan tanpa anak.
h. Commuter Married
Suami istri/ keduanya orang karier dan tinggal terpisah pada
jarak tertentu, keduanya saling mencari pada waktu-waktu
tertentu.
i. Single Adult
Wanita atau pria dewasa yang tinggal sendiri dengan tidak
adanya keinginan untuk menikah.
j. Three Generation
Tiga generasi atau lebih tinggal dalam satu rumah.
k. Institutional
Anak-anak atau orang-orang dewasa tinggal dalam suaru panti-panti.
l. Comunal
Satu rumah terdiri atas dua/lebih pasangan yang monogami
dengan anak- anaknya dan bersama-sama dalam penyediaan
fasilitas.
m. Group Marriage
Satu perumahan terdiri atas orangtua dan keturunannya di
dalam satu kesatuan keluarga dan tiap indivisu adalah menikah
dengan yang lain dan semua adalah orang tua dari anak-anak.
n. Unmarried paret and child
Ibu dan aak dmana perkawinan tidak dikehendaki, anakya di adopsi.
o. Cohibing Cauple
Dua orang/ satu pasangan yang tinggal bersama tanpa
pernikahan. (Harmoko, hal 23; 2012)
4. Struktur Keluagra
2) Karakteristik pendengar
- Siap mendengarkan
- Melakukan validasi
b. Struktur peran
1) Mempertahankan kesehatan
B. KONSEP DASAR
1. Pengertian
Gout adalah penyakit yang diakibatkan oleh gangguan
metabolisme purin yang ditandai dengan hiperurikemi dan serangan
sinovitis akut berulang-ulang (Chairuddin, 2003). Penyakit ini paling
sering menyerang pria usia pertengahan sampai usia lanjut dan wanita
pasca menopause.
Asam urat merupakan kelainan metabolik yang disebabkan karena
penumpukan purin atau eksresi asam urat yang kurang dari ginjal.
Asam urat merupakan penyakit heterogen meliputi hiperurikemia,
serangan artritis akut yang biasanya mono-artikuler. Terjadi deposisi
kristal urat di dalam dan sekitar sendi, parenkim ginjal dan dapat
menimbulkan batu saluran kemih (Edu S. Tehupeiory, 2000).
2. Etiologi
Gangguan metabolik dengan meningkatkan konsentrasi asam urat
ini ditimbulkan dari penimbunan kristal di sendi oleh monosodium urat
(MSU, gout) dan kalsium pirofosfat dihidrat, dan pada tahap yang
lebih lanjut terjadi degenerasi tulang rawan sendi.
Klasifikasi gout dibagi menjadi 2 yaitu : (Chairuddin, 2003).
1. Gout Primer
Dipengaruhi oleh faktor genetik. Terdapat produksi atau sekresi
asam urat yang berlebihan dan tidak diketahui penyebabnya.
2. Gout Sekunder
a. Pembentukan asam urat yang berlebihan :
i. Kelainan meiloproliferatif (polisitemia, leukemia,
mieloma retikularis).
ii. Gangguan penyimpanan glikogen.
iii. Pada pengobatan anemia pernisiosa oleh karena
maturasi sel megaloblastik menstimulasi pengeluaran
asam urat.
b. Sekresi asam urat yang berkurang misalnya pada :
i. Kegagalan ginjal kronik
ii. Pemakaian obat beberapa macam diuretic dan
sulfonamide
iii. Keadaan-keadaan alkoholik, asidosis laktit,
hiperparatiroidisme, dan pada miksedema.
Faktor predisposisi terjadinya penyakit gout yaitu, umur, jenis
kelamin lebih sering terjadi pada pria, iklim, herediter dan keadaan-
keadaan yang menyebabkan timbulnya hiperurikemia.
Sedangkan menurut sustrani (2005), faktor yang berpengaruh
sebagai penyebab asam urat adalah
1. Faktor keturunan.
2. Diet tinggi protein dan makanan kaya senyawa purin lainnya
seperti daging, makanan laut, kacang-kacangan, bayam, jamur dan
kembang kol.
3. Akibat konsumsi alkohol berlebihan.
4. Hambatan dari pembuangan asam urat karena penyakit tertentu,
terutama gangguan ginjal
5. Penggunaan obat tertentu yang meningkatkan kadar asam urat,
terutama diuretika ( furosemida dan hidroklorotiazida )
6. Penggunaan antibiotika berlebihan.
7. Penyakit tertentu pada darah seperti leukimia dan polisitomia.
8. Faktor lain seperti stres, diet ketat, cidera sendi, darah tinggi dan
olah raga berlebihan.
3. Manifestasi Klinis
Terdapat 4 stadium perjalanan klinis gout yang tidak diobati :
(Silvia A. Price)
1. Stadium pertama
Hiperurisemia asimtomatik. Pada stadium ini asam urat serum
laki-laki meningkat dan tanpa gejala selain dari peningkatan
asam urat serum.
2. Stadium kedua
Arthritis gout akut terjadi pembengkakan dan nyeri yang luas
biasa, biasanya pada sendi ibu jari kaki dan sendi
metatarsophalangeal.
3. Stadium ketiga
Setelah serangan gout akut adalah tahap interkritis. Tidak
terdapat gejala-gejala pada tahap ini, yang dapat berlangsung
dari beberapa bulan sampai tahun. Kebanyakan orang
mengalami serangan gout berulang dalam waktu kurang dari 1
tahun jika tidak diobati.
4. Stadium keempat
Tahap gout kronik, dengan timbunan asam urat yang terus
meluas selama beberapa tahun jika pengobatan tidak dimula.
Peradangan kronik akibat Kristal-kristal asam urat
mengakibatkan nyeri, sakit, dan kaku, juga pembesaran dan
penonjolan sendi bengkak.
4. Patofisiologis
Perjalanan penyakit gout sangat khas dan mempunyai 3
tahapan. Tahap pertama disebut tahap artritis gout akut. Pada tahap
ini penderita akan mengalami serangan artritis yang khas dan
serangan tersebut akan menghilang tanpa pengobatan dalam waktu
5 – 7 hari. Karena cepat menghilang, maka sering penderita
menduga kakinya keseleo atau kena infeksi sehingga tidak
menduga terkena penyakit gout dan tidak melakukan pemeriksaan
lanjutan.
Setelah serangan pertama, penderita akan masuk pada gout
interkritikal. Pada keadaan ini penderita dalam keadaan sehat
selama jangka waktu tertentu. Jangka waktu antara seseorang dan
orang lainnya berbeda. Ada yang hanya satu tahun, ada pula yang
sampai 10 tahun, tetapi rata-rata berkisar 1 – 2 tahun. Panjangnya
jangka waktu tahap ini menyebabkan seseorang lupa bahwa ia
pernah menderita serangan artritis gout atau menyangka serangan
pertama kali dahulu tak ada hubungannya dengan penyakit gout.
Tahap kedua disebut sebagai tahap artritis gout akut
intermiten. Setelah melewati masa gout interkritikal selama
bertahun-tahun tanpa gejala, penderita akan memasuki tahap ini,
ditandai dengan serangan artritis yang khas. Selanjutnya penderita
akan sering mendapat serangan (kambuh) yang jarak antara
serangan yang satu dan serangan berikutnya makin lama makin
rapat dan lama, serangan makin lama makin panjang, serta jumlah
sendi yang terserang makin banyak.
Tahap ketiga disebut sebagai tahap artritis gout kronik
bertofus. Tahap ini terjadi bila penderita telah menderita sakit
selama 10 tahun atau lebih. Pada tahap ini akan terjadi benjolan-
benjolan di sekitar sendi yang sering meradang yang disebut
sebagai tofus. Tofus ini berupa benjolan keras yang berisi serbuk
seperti kapur yang merupakan deposit dari kristal monosodium
urat. Tofus ini akan mengakibatkan kerusakan pada sendi dan
tulang di sekitarnya. Tofus pada kaki bila ukurannya besar dan
banyak akan mengakibatkan penderita tidak dapat menggunakan
sepatu lagi.
Banyak faktor yang berperan dalam mekanisme serangan gout.
Salah satunya yang telah diketahui peranannya adalah kosentrasi
asam urat dalam darah. Mekanisme serangan gout akut
berlangsung melalui beberapa fase secara berurutan.
1. Presipitasi kristal monosodium urat.
Presipitasi monosodium urat dapat terjadi di jaringan bila
kosentrasi dalam plasma lebih dari 9 mg/dl. Presipitasi ini
terjadi di rawan, sonovium, jaringan para- artikuler misalnya
bursa, tendon, dan selaputnya. Kristal urat yang bermuatan
negatif akan dibungkus (coate) oleh berbagai macamprotein.
Pembungkusan dengan IgG akan merangsang netrofil untuk
berespon terhadap pembentukan kristal.
2. Respon leukosit polimorfonukuler (PMN)
Pembentukan kristal menghasilkan faktor kemotaksis yang
menimbulkan respon leukosit PMN dan selanjutnya akan
terjadi fagositosis kristal oleh leukosit.
3. Fagositosis
Kristal difagositosis olah leukosit membentuk fagolisosom dan
akhirnya membram vakuala disekeliling kristal bersatu dan
membram leukositik lisosom.
4. Kerusakan lisosom
Terjadi kerusakn lisosom, sesudah selaput protein dirusak,
terjadi ikatan hidrogen antara permukan kristal membram
lisosom, peristiwa ini menyebabkan robekan membram dan
pelepasan enzim-enzim dan oksidase radikal kedalam
sitoplasma.
5. Kerusakan sel
Setelah terjadi kerusakan sel, enzim-enzim lisosom dilepaskan
kedalam cairan sinovial, yang menyebabkan kenaikan
intensitas inflamasi dan kerusakan jaringan.
5. Pemeriksaan Penunjang
1. Kadar asam urat serum meningkat.
2. Laju sedimentasi eritrosit (LSE) meningkat.
3. Kadar asam urat urine dapat normal atau meningkat.
4. Analisis cairan synovial dari sendi terinflamasi atau tofi
menunjukkan Kristal urat monosodium yang membuat
diagnosis.
5. Sinar X sendi menunjukkan massa tofaseus dan destruksi
tulang dan perubahan sendi.
6. Penatalaksanaan
Penanganan gout biasanya dibagi menjadi penanganan serangan
akut dan penanganan hiperurisemia pada pasien arthritis kronik.
Ada 3 tahap dalam terapi penyakit ini :
1. Mengatasi serangan akut.
2. Mengurangi kadar asam urat untuk mencegah penimbunan
Kristal urat pada jaringan, terutama persendian.
3. Terapi pencegahan menggunakan terapi hipourisemik.
a. Non farmakologi
1. Pembatasan makanan tinggi purin (± 100-150 mg
purin/hari.
2. Cukup kalori sesuai kebutuhan yang didasarkan pada TB n
BB.
3. Tinggi karbohidrat kompleks (nasi, roti, singkong, ubi)
disarankan tidak kurang dari 100 g/hari.
4. Rendah protein yang bersumber hewani.
5. Rendah lemak, baik dari nabati atau hewani.
6. Tinggi cairan. Usahakan dapat menghabiskan minuman
sebanyak 2,5 ltr atau sekitar 10 gelas sehari dapat berupa air
putih masak, teh, sirop atau kopi.
7. Tanpa alkohol, termasuk tape dan brem perlu dihindari
juga. Alkohol dapat meningkatkan asam laktat plasma yang
akan menghambat pengeluaran asam urat
b. Farmakologi
1. Pengobatan fase akut, obat yang digunakan untuk
mengatasi nyeri dan inflamasi (colchicine, indometasin,
fenilbutazon, kortikostropin).
2. Pengobatan hiperurisemia, terbagi dua golongan, yaitu :
Golongan urikosurik (probenesid, sulfinpirazon,
azapropazon, benzbromaron) dan Inhibitor xantin
(alopurinol ).
WOC GOUT (ASAM URAT)
Hiperuremia
Penimbunan kristal
monoatrium di sendi
Defisiensi
pengetahuan
Reaksi antigen
dan antibodi
Penumpukan dan
Pelepasan mediator pengendapan MSU
inflamasi
Penumpukan dan
pengendapan MSU
Nyeri akut
Pembentukan
tophus
Deformitas sendi
Kontraktur sendi
Fibrosis dan/atau ankilosis
tulang
Kerusakan integritas
jaringan
C. ASUHAN KEPERAWATAN
Didalam memberikan asuhan keperawatan digunakan sistem atau metode
proses keperawatan yang dalam pelaksanaannya dibagi menjadi 5 tahap
yaitu pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi/perencanaan,
implementasi/pelaksanaan, evaluasi.
1. Pengkajian
a. Identitas Klien
Meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, status
perkawinan, pendidikan, pekerjaan, no. Register, tanggal MRS,
diagnosa medis.
b. Keluhan utama
Nyeri, bengkak, terasa hangat, merah dengan gejala sistemik
berupa demam, menggigil dan merasa lelah.
c. Pemeriksaan fisik
1. Identifikasi tanda dan gejala yang ada peda riwayat
keperawatan
2. Nyeri tekan pada sendi yang terkena
3. Nyeri pada saat digerakkan
4. Area sendi bengkak (kulit hangat, tegang, warna keunguan)
5. Denyut jantung berdebar
d. Riwayat psikososial
1. Cemas dan takut untuk melakukan aktivitas
2. Tidak berdaya gangguan aktivitas di tempat kerja
e. Analisa Data
Data yang telah dikumpulkan kemudia dikelompokkan dan
dianalisa untuk menemukan masalah kesehatan klien. Untuk
mengelompokkannya dibagi menjadi dua data yaitu, data subjektif
dan data objektif dan kemudian ditentukkan masalah keperawatan
yang timbul.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada penderita asam urat
(gout) adalah
1. Nyeri akut b.d agen cedera biologis, pembengkakan sendi,
melaporkan nyeri secara verbal pada area sendi.
Nyeri akut adalah pengalaman sensorik atau emosional yang
berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual aau fungsional, dengan
onset mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat
yang berlangsung kurang dari 3 bulan.
Batasan Karakteristik:
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif Objektif
1. Mengeluh Nyeri 1. Tampak meringis
2. Bersikap protektif
(waspada, menghindari
nyeri)
3. Gelisah
4. Sulit tidur
5. Frekuensi nadi
meningkat
3. Intervensi
Diagnosa Tujuan dan
No Intervensi Rasional
Keperawatan Kriteria Hasil
1. Nyeri akut b.d Noc : 1. Observasi 1. Untuk
agen cedera 1. Pain Level reaksi mengetahui
biologis, 2. Pain ketidaknya ketidaknya
pembengkaka Control manan manan yang
n sendi, 3. Comfort secara dirasakan
melaporkan level nonverbal. oleh pasien.
nyeri secara Kriteria Hasil : 2. Kaji secara 2. Untuk
verbal pada 1. Mampu komprehens mengetahui
area sendi. mengontro if terhadap tingkat
l nyeri nyeri nyeri
(tahu termasuk pasien.
penyebab lokasi, 3. Untuk
nyeri, karakteristi mengalihka
mampu k, durasi, n perhatian
mengguna frekuensi, pasien dari
kan tehnik kualita,inte rasa nyeri.
nonfarmak nsitas nyeri 4. Untuk
ologi dan faktor mengetahui
untuk presipitasi. apakah
menguran 3. Gunakan nyeri yang
gi nyeri, strategi dirasakan
mencari komunikasi klien
bantuan). terapeutik berpengaru
2. Melaporka untuk h terhadap
n bahwa mengungka yang
nyeri pkan lainnya.
berkurang pengalaman 5. Pemberian
dengan nyeri dan ”health
mengguna penerimaan education”
kan klien dapat
manajeme terhadap mengurangi
n nyeri. respon tingkat
3. Mampu nyeri. kecemasan
mengenali 4. Tentukan dan
nyeri pengaruh membantu
(skala pengalaman klien dalam
intensitas, nyeri bentuk
frekuensi terhadap mekanisme
dan tanda kualitas koping
nyeri). hidup terhadap
4. Menyatak (nafsu nyeri.
an rasa makan, 6. Untuk
nyaman tidur, mengurangi
setelah akitvitas, tingkat
nyeri mood, ketidaknya
berkurang. hubungan manan yang
sosial). dirasakan
5. Berikan klien.
informasi 7. Agar klien
tentang mampu
nyeri menggunak
termasuk an teknik
penyebab non
nyeri, farmakologi
berapa lama dalam
nyeri akan memanage
hilang, ment nyeri
antisipasi yang
terhadap dirasakan.
ketidaknya 8. Pemberian
manan dari analgetik
prosedur. dapat
6. Kontrol mengurangi
lingkungan rasa nyeri
yang dapat pasien.
mempengar
uhi respon
ketidaknya
manan klien
(suhu
ruangan,
cahaya, dan
suara).
7. Ajarkan
cara
penggunaan
terapi non
farmakologi
(distraksi,
relaksasi).
8. Kolaborasi
pemberian
analgesik.
2. Gangguan Noc : 1. Observasi 1. Untuk
pola tidur b.d 1. Anxiety pola tidur mengetahui
nyeri pada reduction dan kebiasaan
pembengkaka 2. Comfort aktivitas tidur klien.
n. level klien. 2. Untuk
3. Pain Level 2. Monitor mengetahui
4. Rest : dan catat apakah
Extent and waktu dan klien
pattern pola tidur mengalami
5. Sleep : klien. gangguan
Extent and 3. Jelaskan tidur atau
pattern pentingnya tidak.
Kriteria Hasil : tidur yang 3. Untuk
1. Jumlah cukup memotivasi
jam tidur untuk klien agar
dalam kesehatan berusaha
batas klien. memperbai
normal 6- 4. Atur ki kualitas
8 jam/hari. lingkungan tidurnya.
2. Pola tidur, (misalnya 4. Lingkungan
kualitas pencahayaa yang
dalam n, suara nyaman
batas berisik, membantu
normal. suhu, dan tubuh
3. Perasaan tempat menjadi
segar tidur) untuk lebih relaks
sesudah mempermu sehingga
tidur atau dah klien dapat
istirahat. tidur. mempermu
4. Mampu 5. Minta klien dah tidur.
mengident untuk 5. Beberapa
ifikasi hal- menghindar jenis
hal yang i makanan makanan
meningkat atau dan
kan tidur. minuman minuman
yang dapat bisa
mempengar membuat
uhi tidur. klien sulit
6. Berikan tidur
obat yang sehingga
dapat harus
membantu dihindari
klien tidur. dikonsumsi
sebelum
tidur.
6. Obat
merupakan
salah satu
alat bantu
yang efektif
untuk
membantu
mempermu
dah tidur.
3. Defisiensi Noc : 1. Berikan 1. Untuk
pengetahuan 1. Knowle penilaian mempermu
b.d kurangnya dge : tentang dah dalam
pemahaman disease tingkat memberika
pasien tentang process pengetahua n
pola/diet 2. Knowle n pasien penjelasan
makanan yang gde: tentang pada klien.
dikonsumsi. health proses 2. Meningkatk
behavio penyakit an
r yang pengetahua
Kriteria Hasil : spesifik. n dan
1. Pasein dan 2. Jelaskan mengurangi
keluarga tentang cemas.
menyataka proses 3. Untuk
n penyakit mencegah
pemahama (tanda dan keparahan
n tentang gejala), dan penyakit
penyakit, diet pasien.
kondisi, makanan 4. Untuk
prognosis yang harus mengontrol
dan dipatuhi. kesehatan
program 3. Diskusikan dan obat
pengobata perubahan yang
n gaya hidup dikonsumsi
2. Pasien dan yang pasien.
keluarga mungkin 5. Untuk
mampu digunakan mereview
melaksana untuk pengetahua
kan mencegah n yang
prosedur komplikasi. sudah
yang 4. Intruksikan diresapi
dijelaskan kapan harus oleh pasien.
secara ke
benar. pelayanan.
3. Pasien dan 5. Tanyakan
keluarga kembali
mampu pengetahua
menjelask n klien
an tentang
kembali penyakit,
apa yang prosedur
dijelaskan perawatan
perawat/ti dan
m pengobatan.
kesehatan
lainnya.
4. Resiko Noc : 1. Observasi 1. Mengetahui
ketidakseimba 1. Fluid kemungkina penyebab
ngan volume balace n penyebab untuk
cairan b.d 2. Hydration ketidakseim menentukan
perubahan 3. Nutritiona bangan intervensi
kadar l Status: elektrolit. penyelesaia
elektrolit Food and 2. Monitor n.
ginjal. Fluid vital signs 2. Mengetahui
4. Intake 3. Monitor keadaan
Kriteria Hasil : adanya umum
1. Mempert kehilangan pasien
ahankan cairan dan 3. Mengetahui
urine elektrolit. keadaan
output 4. Monitor umum
sesuai adanya pasien.
dengan mual,munta 4. Mengurangi
usia dan h dan diare. risiko
BB, BJ 5. Monitor kekurangan
urine keakuratan voume
norma, intake dan cairan
HT output semakin
normal. cairan. bertambah.
2. Tekanan 5. Evaluasi
darah, intervensi
nadi,
suhu
tubuh
dalam
batas
normal.
3. Tidak
ada
tanda-
tanda
dehidrasi
.
4. Elastisita
s turgor
kulit
baik,
membra
n
mukosa
lembab,
tidak ada
rasa haus
yang
berlebih
an.
5. Gangguan Noc : 1. Gunakan 1. Untuk
rasa nyaman 1. Ansiety pendekatan mengurangi
b.d gejala 2. Fear level yang kecemasan
terkait 3. Sleep menenangk klien dan
penyakit Deprivatio an. meningkatk
(nyeri pada n 2. Pahami an
sendi). 4. Comfort, perspektif kenyaman
Readines pasien klien.
for terhadap 2. Untuk
enchanced situasi membantu
Kriteria Hasil : stress. klien dalam
1. Mampu 3. Temani menghadapi
mengontro pasien stress yang
l untuk dialami.
kecemasa memberika 3. Untuk
n. n keamanan mengurangi
2. Status dan kecemasan
lingkunga mengurangi yang
n yang takut. dirasakan
nyaman. 4. Dorong klien.
3. Mengontr keluarga 4. Agar pasien
ol nyeri. untuk tidak
4. Kualitas menemani merasa
tidur da pasien. kesepian
nistirahat 5. Dengarkan dan
yang pasein memiliki
adekuat. dengan teman
5. Agresi penuh dalam
pengendal perhatian. menghadapi
ian diri. 6. Identifikasi masalahnya
6. Respon tingkat .
terhadap kecemasan. 5. Untuk
pengobata 7. Intruksikan meningkatk
n. pasin untuk an
7. Control menggunak kenyamana
gejala. an teknik n pasien
8. Status relaksasi. dalam
kenyaman melewati
an penyakitnya
meningkat .
. 6. Untuk
9. Dapat mengetahui
mengontro tingkat
l kecemasan
ketakutan. yang
10. Support dirasakan
social. klien.
7. Agar pasien
lebih
nyaman dan
rileks.
6. Kerusakan Nic : 1. Pantau 1. Mengevalua
integritas 1. Tissue perkembang si status
jaringan b.d integrity : an kerusakan
kelebihan skin and kerusakan kulit
cairan mucou kulit klien sehingga
(peradangan 2. Wound setiap hari. dapat
kronik akibat healing : 2. Cegah memberika
adanya kristal primary penggunaan n intervensi
urat). and linen yang tepat.
secondary bertekstur 2. Keadaan
intention kasar dan yang
Kriteria Hasil : jaga agar lembab
1. Perfusi linen tetap dapat
jaringan bersih, tidak meningkatk
normal. lembab, dan an
2. Tidak ada tidak kusut. perkembang
tanda- 3. Monitor biakan
tanda karakteristi mikroorgani
infeksi. k luka, sme dan
3. Ketebalan meliputi untuk
dan warna, mencegah
tekstur ukuran, bau terjadinya
jaringan dan lesi kulit
normal. pengeluaran akibat
4. Menunjuk pada luka. gesekan
kan 4. Bersihkan dengan
pemahama luka dengan linen.
n dalam normal 3. Memonitor
proses salin. karakteristi
perbaikan 5. Lakukan k luka dapat
kulit dan pembalutan membantu
mencegah pada luka perawat
terjadinya sesuai dalam
cedera dengan menentukan
berulang. kondisi perawatan
5. Menunjuk luka. luka dan
kan proses 6. Pertahankan penangan
terjadinya teknik steril yang sesuai
penyembu dalam untuk
han luka. perawatan pasien
luka pasien. 4. normal
salin adalah
cairan
fisologis
yang mirip
dengan
cairan
tubuh
sehingga
aman
digunakan
untuk
membersihk
an dan
merawat
luka.
5. permbaluta
n luka
dilakukan
untuk
mempercep
at proses
penutupan
luka.
Pemilihan
bahan dan
cara balutan
disesuaikan
dengan
jenis luka
pasien.
6. perawatan
luka dengan
tetap
menjaga
kesterilan
dapat
menghindar
kan pasien
dari infeksi.
4. Implementasi
Implementasi atau pelaksanaan adalah inisiatif dari rencana tindakan
untuk mencapai tujuan yang spesifik. Tujuan dari pelaksanaan adalah
membantu klien dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan, yang
mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan
kesehatan, dan menfasilitasi koping. Perencanaan keperawatan akan
dapat dilaksanakan dengan baik apabila klien mempunyai keinginan
untuk berpartisipasi dalam pelaksanaan tindakan keperawatan
(Nursalam, 2004).
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan tindakan keperawatan tahap akhir dari proses
keperawatan, meskipun evaluasi diletakkan pada akhir proses
keperawatan, evaluasi merupakan bagian integral pada setiap tahap
proses keperawatan. Pengumpulan data perlu direvisi untuk
menentukan apakah informasi yang telah dikumpulkan sudah
mencukupi dan apakah prilaku yang di observasi telah sesuai.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner and Suddarth. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, edisi
8 volume 2. Jakarta : EGC.
Lukman, dkk. (2009) Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan
Muskuloskeletal. Jilid 1. Jakarta : Salemba Medika.
Mansjoer , Arif. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi ke 3. Jakarta : Media
Aeusculapius.
Nurarif, Amin Huda dan Kusuma, Hardhi. 2015-2016. Aplikasi Asuhan
Keperawatan Berdasarkaan Diagnosa Medis dan Nanda Nic Noc.
Jogjakarta: Mediaction.
Suratun, 2008. Klien Gangguan sistem Muuskuloskeletal. Seri Asuhan
Keperawatan ; Editor Monika Ester, Jakarta: EGC
Wijaya, Beta. Laporan pendahuluan penyakit asam urat.
https://www.academia.edu/18899435/LAPORAN_PENDAHULUAN_P
ENYAKIT_ASAM_URAT. Diaksespada tanggal 19 desember 2018.