Anda di halaman 1dari 14

ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

KELOMPOK KHUSUS LANSIA

DI BANJAR BATAN POH DESA SANUR KAJA

WILAYAH KERJA PUSKESMAS II DENPASAR SELATAN

TANGGAL 28 JANUARI 2020

A. PENGKAJIAN
Pengkajian asuhan keperawatan komunitas bertempat di Banjar Batan Poh,
Desa Sanur Kaja.
1. Data Inti
Pada Banjar Batan Poh terdapat 162 KK sedangkan kurang lebih
terdapat 35 lansia aktif.
a. Usia
1. Lansia awal (45—55 tahun) : 8 orang
2. Lansia Akhir (56—60 tahun) : 18 orang
3. Manula (65—ke atas) : 9 orang
b. Pekerjaan
Sebagian besar lansia pada Banjar Batan Poh memiliki aktivitas
rutin seperti senam lansia ataupun kegiatan sederhana di ladang
bersama hewan peliharaannya.
c. Agama
Lansia di Banjar Batan Poh mayoritas beragama Hindu.
d. Data Statistik
Berdasarkan informasi dari kader setempat, bahwa sejak tahun
2012 dibentuknya posyandu lansia di Banjar Bartan Poh terdapat
20 lansia mengalami hipertensi, dan 21 orang lansia yang tidak
mengalami hipertensi. Terdapat pula 5 orang lansia yang
mengalami penurunan berjalan (tertatih) sehingga resiko tinggi
jatuh. Disamping penyakit hipertensi, terdapat penyakit asam urat
dengan jumlah lansia yang melapor sebanyak 3 orang.
2. Data Sub Sistem
a. Lingkungan Fisik
1. Perumahan dan lingkungan
Rumah antar lansia satu dengan yang lainnya berdekatan, tipe
rumah permanen, dengan terdapat pembuangan air di gorong-
gorong milik pemerintah. Rata-rata rumah lansia berada
dipinggir jalan Batan Poh. Pada area balai banjar masih banyak
pijakan tangga kecil tanpa gagang ramah lansia, sehingga
dikhawatirkan lansia akan jatuh.
2. Lingkungan Terbuka
Mayoritas lansia memiliki kebun kecil pada pekarangan
rumahnya.
3. Kebiasaan
Rata-rata kebiasaan lansia pada Banjar Batan Poh ini adalah
membeli makanan tinggi akan kolesterol seperti sate babi,
lawar secara diam-diam sehingga keluarga sulit mengontrol
asupan makanan tinggi kolesterol.
4. Transportasi
Sebagian besar lansia yang mengunjungi posyandu datang
dengan berjalan kaki sendirian. Ada beberapa lansia juga yang
datang ke posyandu menggunakan sepeda motor dan diantar
oleh keluarganya.
5. Pusat Pelayanan
Terdapat 1 posyandu pada Banjar Batan Poh, 3 Puskesmas
Pembantu yakni Pustu Renon, Pustu Sanur Kaja, Pustu Sanur
Kauh dan 1 Puskesmas induk yaitu pada Puskesmas II
Denpasar Selatan.
6. Tempat Belanja
Lansia biasa berbelanja pada warung makan dekat rumah
mereka, pasar tradisional dan mini market.
7. Tempat Ibadah
Terdapat Pura pada wilayah banjar Batan Poh sebagai tempat
beribadah.
8. Pelayanan Kesehatan dan Sosial
Pelayanan kesehatan terdapat 1 posyandu pada Banjar Batan
Poh, 3 Puskesmas Pembantu yakni Pustu Renon, Pustu Sanur
Kauh, Pustu Sanur Kaja dan 1 Puskesmas induk yaitu pada
Puskesmas 2 Denpasar Selatan.
9. Ekonomi
Berdasarkan hasil wawancara, rata-rata lansia tidak memiliki
penghasilan tetap. Sebagian besar lansia disediakan
kebutuhannya oleh keluarga termasuk pemberian bekal setiap
lansia meminta kepada keluarga mereka (anak).
10. Keamanan dan Transportasi
Bila terjadi suatu kerusuhan atau kejadian yang tidak
diinginkan maka garda terdepan adalah petugas keamanan dari
Banjar, para pecalang Banjar. Pos Polisi yang dekat dengan
banjar Batan Poh juga memudahkan pengamanan kejadian
oleh polisi. Sedangkan alat transportasi terbanyak yang
digunakan lansia adalah jalan kaki, sepeda gayung dan sepeda
motor.
11. Pemerintahan dan Politik
Posyandu Banjar Batan Poh merupakan posyandu yang
terletak di Banjar Batan Poh, Desa Sanur Kaja serta memiliki
kader kurang lebih 10 orang. Pemerintah melalui puskesmas
telah memberikan arahan dan edukasi kepada kader, untuk
dapat mengajarkan kepada lansia agar memperbaiki pola
makan, mengurangi stres dan mengatur aktivitas fisik agar
tidak berlebihan.
12. Komunikasi
Komunikasi yang dilakukan pada lansia dengan komunikasi
verbal, maupun informasi melalui kelian banjar yang dilakukan
pada saat pengarahan kepada kader.
13. Pendidikan
Tingkat pendidikan lansia rata-rata lulusan SMP dan SMA
serta beberapa lansia merupakan tamatan perguruan tinggi.
14. Rekreasi
Dari hasil wawancara, lansia biasa melakukan kegiatan
menghibur seperti adanya tontonan pada balai banjar (acara
tari-tarian), menonton tv bersama keluarga, ataupun bertemu
dan bercengkrama dengan lansia yang lainnya.

3. Analisa Data

No. Data Etiologi Masalah


1. - Data dari kader Kurangnya terpapar Resiko Perfusi
terdapat 20 orang informasi tentang faktor Miokard Tidak
yang mengalami resiko hipertensi yang Efektif
hipertensi dengan dapat diubah.
rata-rata tensi
160/90 mmHg.
- Lansia memiliki
kebiasaan untuk
makan-makanan
yang tidak sehat
secara berlebih
seperti lawar,
sate babi secara
diam-diam.
- Keluarga juga
terkadang lepas
pengawasan
pada kontrol
diet lansia
bahkan
memberikan
yang lansia
mau.
2. - Data dari kader Adanya penurunan Resiko Jatuh
menunjukkan fungsi eksteremitas pada Lansia
terdapat 5 orang pada usia lanjut.
lansia yang
mengalami
penurunan fungsi
ekstremitas bawah
(tertatih) sehingga
ada kecenderungan
lansia untuk
beresiko jatuh.
- Pada area balai
banjar masih
banyak pijakan
tangga kecil
tanpa gagang
ramah lansia,
sehingga
dikhawatirkan
lansia akan
jatuh.
- Lansia
mengunjungi
posyandu
datang dengan
berjalan kaki
sendirian tanpa
pendampingan.

B. DIAGNOSA KEPERWATAN

MasalahKeperawata A B C D E F G H Total
n
Resiko Perfusi 3 4 4 2 3 3 2 3 24
Miokard Tidak Efektif

Resiko Jatuh pada 4 1 4 2 3 1 4 3 22


Lansia

Keterangan :                                                    Pembobotan :
A.    Risiko keparahan                                       1. Sangat rendah
B.     Minat masyarakat                                      2. Rendah
C.     Kemungkinan diatasi                                 3. Cukup
D.    Waktu                                                      4. Tinggi
E.     Dana                                                       5. Sangat tinggi
F.     Fasilitas
G.    Sumber daya
H.    Tempat
Berdasarkan skor masalah keperawatan menurut Depkes (2003) maka prioritas
masalah keperawatan komunitas pada Banjar Batan Poh adalah:
1. Resiko Perfusi Miokard Tidak Efektif berhubungan dengan kurangnya
terpapar informasi tentang faktor resiko hipertensi yang dapat diubah.
2. Resiko Jatuh pada Lansia berhubungan dengan adanya penurunan fungsi
eksteremitas pada usia lanjut.
C. RENCANA KEPERAWATAN

No Diagnosa Tujuan dan kriteria hasil Intervensi Rasional


keperawatan
1. Resiko Setelah dilakukan 1 x a) Sediakan materi dan media a) Pelaksanaan edukasi efektif
Perfusi kunjungan diharapkan pengaturan aktivitas dan terhadap lansia dan keluarga untuk
Miokard komunitas lansia mampu istirahat mengeahui aktivitas dan istirahat
Tidak Efektif mengontrol resiko Perfusi b) Ajarkan cara mengidentfikasi yang baik.
miokard tidak efektif dengan target dan jenis aktivitas b) Agar dapat memandirikan
kriteria : sesuai kemampuan kelompok dengan pelayanan
a) Kelompok mampu c) Edukasi cara konsumsi obat optimal.
menjelaskan definisi anti hipertensi secara c) Untuk mengoptimalkan penekanan
hipertensi. berkesinambungan. lonjakan hipertensi.
b) Kelompok secara berkala d) Monitor TTV d) Untuk dapa tmengetahui
memeriksakan tekanan e) Dokumentasikan hasil perbaharuan tekanan darah
darahnya. pemantauan TTV kelompok
c) Kelompok secara rutin f) Ajarkan cara merencanakan e) Kelompok dapat memanagemenkan
mengikut isenam lansia. makanan sesuai program yang disarankan
d) Kelompok mampu g) Kolaborasi dan rujuk ke ahli f) Diet berfungsi untuk menyokong
menerapkan diet makanan gizi dan sertakan keluarga penyembuhan dan pemulihan
jika perlu. pasien hipertensi.
h) Kolaborasi pemberian obat
anti hipertensi

2. Resiko Jatuh Setelah dilakukan 1 x a) Identifikasi faktor a) Untuk dapat memonitoring lebih
pada Lansia kunjungan diharapkan lingkungan yang dapat khusus kelompok yang
kelompok lansia mampu meningkatkan resikojatuh mendapatkan skor resiko lebih
menurunkan resiko jatuh b) Pemasangan alat pengaman tinggi.
dengan kriteria hasil : sesuai kebutuhan. b) Untuk memudahkan kelompok
a) Terpasangnya pegangan c) Kolaborasi lintas sektoral berpindah dengan resiko jatuh yang
ramah lansia pada balai modifikasi lingkungan yang minimal.
Banjar. ramah lansia. c) Untuk membangun lingkungan
b) Adanya pendamping saat yang aman dan nyaman bagi
lansia melakukan aktivias. kelompok lansia
D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

No Hari/ Tanggal Diagnosakepe Implementasi Paraf


rawatan
1. Selasa, 28 Dx 1 1. Menyediakan materi dan media pengaturan aktivitas dan
Januari 2020 istirahat
pukul 08.30 2. Mengajarkan cara mengidentifikasi target dan jenis aktivitas
WITA sesuai kemampuan
3. Mengedukasi cara konsumsi obat anti hipertensi secara
berkesinambungan.
4. Mengukur TTV
5. Mendokumentasikan hasil pemantauan TTV
6. Mengajarkan cara merencanakan makanan sesuai program
7. Mengkolaborasi dan rujuk ke ahli gizi dan sertakan keluarga
jika perlu.
8. Mengkolaborasi pemberian obat anti hipertensi

2. Selasa, 28 Dx 2 a) Mengidentifikasi faktor lingkungan yang dapat meningkatkan


Januari 2020 resiko jatuh
pukul 09.00 b) Memasangkan alat pengaman sesuai kebutuhan.
WITA c) Mengkolaborasikan lintas sektoral modifikasi lingkungan yang
ramah lansia.
E. EVALUASI KEPERAWATAN

No Hari/Tanggal Diagnosa Evaluasi Paraf


keperawatan
1. Selasa, 28 Januari Dx 1 S : kelompok lansia mengatakan mampu mengatakan definisi
2020 pukul 09.30 hipertensi
WITA O :kelompok lansia tampak rutin memeriksakan tekanan darah, lansia
tampak mengerti dengan aturan diet hipertensi.
A : Masalah teratasi sebagian.
P : lanjutkan intervensi 3, 7, 8.

2. Selasa, 28 Januari Dx 2 S:-


2020 pukul 10.00 O :kelompok yang memiliki resiko paling tinggi tampak mendapat
WITA pendampingan khusus.
A :masalah teratasi sebagian.
P :lanjutkan intervensi 2 dan 3.
ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

KELOMPOK KHUSUS BALITA

DI BANJAR BLANJONG DESA SANUR KAUH

WILAYAH KERJA PUSKESMAS II DENPASAR SELATAN

TANGGAL 28 JANUARI 2020

Anda mungkin juga menyukai