Anda di halaman 1dari 9

KEPERAWATAN KELUARGA

Konsep Dasar Keluarga

Dosen Pengampu : Ns. Dewi Setyawati, MNS

Dibuat Oleh

FINAA IRFANA

(G2A017129)

PRODI S1 ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG

2020
A. Konsep Dasar Keluarga
1. Pengertian dan Sifat Keluarga
Keluarga merupakan unit pelayanan terkecil dari masyarakat
karena keluarga sebagai unit utama masyarakat dan menyangkut
kehidupan masyarakat (Effendy, 1998).
Keluarga adalah kumpulan dua orang manusia atau lebih, yang satu
sama lain saling terikat secara emosional, serta bertempat tinggal yang
sama dalam satu daerah yang berdekatan (Friedman, 2002).
Dalam hal ini keluarga merupakan suatu system yang mempunyai
anggota yaitu ayah, ibu, dan kakak atau semua individu yang tinggal
didalam rumah tangga tersebut (Harmoko, 2012).
Keluarga merupakan agen utama sosialisasi, sekaligus sebagai
microsystem yang membangun relasi anak dengan lingkungannya.
Keluarga sebagai tempat sosialisasi dapat didefinisikan menurut term
klasik. Definisi klasik (struktural-fungsional) tentang keluarga,
menurut sosiolog George Murdock2 adalah kelompok sosial yang
bercirikan dengan adanya kediaman, kerjasama ekonomi dan
reproduksi. Keluarga terdiri dari dua orang dewasa dari jenis kelamin
berbeda, setidaknya keduanya memelihara hubungan seksual yang
disepakati secara sosial, dan ada satu atau lebih anak-anak yaitu anak
kandung atau anak adopsi, dari hasil hubungan seksual secara dewasa.
(dalam Rohmad, 2013)
Biro Sensus AS (BPS) mendefinisikan keluarga sebagai ”dua orang
atau lebih yang berkaitan dengan kelahiran, perkawinan, atau adaptasi,
yang tinggal bersama-sama. Dengan demikian, sebuah keluarga dapat
terdiri dari dua atau lebih orang dewasa yang tinggal bersama dengan
saudara kandung, orangtua, anak-anak, atau dua orang dewasa yang
dihubungkan oleh tali perkawinan. Perubahan konsep struktur keluarga
memengaruhi fungsi-fungsi, peran dan hubungan para anggota
keluarga, dan akhirnya memengaruhi sosialisasi anak-anak. Konsep
struktur keluarga juga berimplikasi pada definisi keluarga(dalam
Rohmad, 2013)
2. Struktur dan Peran Keluarga
Pada umumnya, struktur dalam sebuah keluarga hanya memiliki
tiga posisi sosial, yaitu: suami-ayah, istri-ibu, dan anak-sibling (Lee,
1982). Hal ini menjadikan keluarga sebagai orientasi bagi anak, yaitu
keluarga tempat ia dilahirkan. Adapun orang tua menjadikan keluarga
sebagai wahana prokreasi, yang terbentuk setelah sepasang laki-laki
dan perempuan menikah dan memiliki anak (Berns, 2004). Hubungan
antara suami istri bersifat saling membutuhkan dan mendukung
layaknya persahabatan, sedangkan anak-anak tergantung pada orang
tuanya dalam hal pemenuhan kebutuhan afeksi dan sosialisasi (Lestari,
2012).
Sedangkan peranan adalah pola perilaku individu yang berulang
dan dijalankan sesuai dengan fungsi dalam kehidupan keluarga hari ke
hari. Peranan menggambarkan stuktur keluarga dan memelihara proses
interaksi dalam keluarga. Peran Keluarga meliputi :
a. Wujud diferensiasi yang jelas antara peranan orang tua, anak, dan
pasangan
b. Peranan mungkin dibagi, kebalikan atau perubahan, tergantung
pada situasi.
c. Peranan baru dapat dicoba dan peranan lama dimodifikasi
d. Peranan ini juga selaras merentasi situasi dan anggota-anggota
keluarga
e. Orang tua berbagi dalam perawatan dan pengasuhan anak
3. Fungsi Keluarga
Menurut Friedman (1986) mengidentifikasi lima fungsi keluarga,
sebagai berikut:
a. Fungsi Afektif
Fungsi afektif berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga,
yang merupakan basis kekuatan keluarga. Fungsi afektif berguna
untuk pemenuhan kebutuhan psikososial. Keberhasilan
melaksanakan fungsi afektif tampak pada kebahagiaan dan
kegembiraan dari seluruh anggota keluarga. Tiap anggota keluarga
saling mempertahankan iklim yang positif. Hal tersebut dapat
dipelajari dan dikembangkan melalui interaksi dan hubungan
dalam keluarga. Dengan demikian, keluarga yang berhasil
melaksanakan fungsi afektif, seluruh anggota keluarga dapat
mengembangkan konsep diri positif.
Komponen yang perlu dipenuhi oleh keluarga dalam
melaksanakan fungsi afektif adalah:
1) Saling mengasuh : cinta kasih, kehangatan, saling
menerima, saling mendukung antar anggota keluarga,
mendapatkan kasih sayang dan dukungan dari anggota yang
lain. Maka kemampuannya untuk memberikan kasih sayang
akan meningkat, yang pada akhirnya tercipta hubungan
yang hangat dan saling mendukung. Hubungan intim
didalam keluarga merupakan modal dasar dalam
memeberikan hubungan dengan orang lain diluar keluarga/
masyarakat.
2) Saling menghargai. Bila anggota keluarga saling
menghargai dan mengakui keberadaan dan hak setiap
anggota keluarga serta selalu mempertahankan iklim yang
positif, maka fungsi afektif akan tercapai.
3) Ikatan dan identifikasi ikatan keluarga dimulai sejak
pasangan sepakat memulai hidup baru. Ikatan antar anggota
keluarga dikembangkan melalui proses identifikasi dan
penyesuaian pada berbagai aspek kehidupan anggota
keluarga. Orang tua harus mengembangkan proses
identifikasi yang positif sehingga anak-anak dapat meniru
tingkah laku yang positif dari kedua orang tuanya.
Fungsi afektif merupakan “sumber energi” yang
menentukan kebahagiaan keluarga. Keretakan keluarga,
kenakalan anak atau masalah keluarga, timbul karena
fungsi afektif di dalam keluarga tidak dapat terpenuhi.
b. Fungsi Sosialisasi
Sosialisasi adalah proses perkembangan dan perubahan yang
dilalui individu, yang menghasilkan interaksi sosial dan belajar
berperan dalam lingkungan sosial.
Sosialisasi dimulai sejak manusia lahir. Keluarga merupakan
tempat individu untuk belajar bersosialisasi, misalnya anak yang
baru lahir dia akan menatap ayah, ibu, dan orang-orang yang ada di
sekitarnya Kemudian beranjak balita dia mulai belajar
bersosialisasi dengan lingkungan sekitar meskipun demikian
keluarga tetap berperan penting dalam bersosialisasi. Keberhasilan
perkembangan individu dan keluarga dicapai melalui interaksi atau
hubungan antar anggota keluarga yang diwujudkan dalam
sosialisasi.
c. Fungsi Reproduksi
Keluarga berfungsi untuk meneruskan keturunan dan menambah
sumber daya manusia. Maka dengan ikatan suatu perkawinan yang
sah, selain untuk memenuhi kebutuhan biologis pada pasangan
tujuan untuk membentuk keluarga adalah untuk meneruskan
keturunan.
d. Fungsi Ekonomi
Fungsi ekonomi merupakan fungsi keluarga untuk memenuhi
kebutuhan seluruh anggota keluarga seperti memenuhi kebutuhan
akan makanan, pakaian, dan tempat tinggal. Banyak pasangan
sekarang kita lihat dengan penghasilan yang tidak seimbang antara
suami dan istri, hal ini menjadikan permasalahan yang berujung
pada perceraian.
e. Fungsi Perawatan Kesehatan
Keluarga juga berperan atau berfungsi untuk melaksanakan praktek
asuhan kesehatan, yaitu untuk mencegah terjadinya gangguan
kesehatan dan atau merawat anggota keluarga yang sakit.
Kemampuan keluarga dalam memberikan asuhan kesehatan
mempengaruhi status kesehatan keluarga. Kesanggupan keluarga
melaksanakan pemeliharaan kesehatan dapat dilihat dari tugas
kesehatan keluarga yang dilaksanakan. Keluarga yang dapat
melaksanakana tugas kesehatan berarti sanggup menyelesaikan
masalah kesehatan.
4. Tumbuh Kembang Keluarga
Dimana tahap perkembangan dalam keluarga menurut Duvall dibagi
menjadi 8 tahapan yaitu:
1) Pasangan nikah (belum memiliki anak). Pada tahap ini individu
baru menikah.
2) Keluarga dengan anak usia bayi. Pada tahap ini individu yang
sebelumnya sudah menikah kemudian memililiki anak pertama
yang masih bayi.
3) Keluarga dengan anak usia pra-sekolah. Dimana pada keluarga
ini anak yang tadinya masih bayi mulai memasuki usia pra-
sekolah.
4) Keluarga dengan anak usia sekolah. Pada tahap ini keluarga
yang anak pertamanya mulai memasuki sekolah dasar.
5) Keluarga dengan anak usia remaja. Keluarga pada tahap ini
anak pertama dalam keluarga tersebut mulai beranjak remaja.
6) Keluarga yang anaknya dewasa. Pada tahap ini anak pertama
dalam keluarga tersebut yang sebelumnya masih remaja sudah
memasuki usia dewasa.
7) keluarga yang anaknya sudah mandiri dan meninggalkan
rumah. Pada tahap ini keluarga yang anaknya sudah dewasa
dan mandiri serta siap untuk menikah dan tinggal dengan
keluarga barunya sehingga anak tersebut meninggalkan rumah
orang tuanya
8) Pasangan orang tua manula. Keluarga pada tahap ini kedua
orang tuanya sudah tidak bekerja dan sudah tidak produktif,
tahap ini terjadi hingga kematian.

B. Konsep Keluarga Sehat


Keluarga sehat adalah adalah suatu kondisi atau keadaan sejahtera
baik secara fisik,mental, dan sosial yang kemudian memungkinkan
terciptanya keluarga utuh agar bisahidup normal secara sosial maupun
ekonomi. Didalam keluarga nantinya akan terjalinhubungan yang bersifat
multifungsional yang didalamnya akan terdapat banyak interkasi.Interasksi
tersebut adalah hubungan antara suami dan istri, orangtua dan anak, serta
adik dan kakak. (Notoatmodjo, 2010)
Ciri-ciri keluarga meliputi : sehat badan dan jiwa, tercukupinya
makanan bergizi, terciptanya lingkungan bersih, Interaksi sosial dengan
etika dan hukum (Achjar, 2011).
Indikator keluarga sehat rangka pelaksanaaan program Indonesia
sehat telah disepakati adanya 12 indikator utama untuk penanda status
kesehatan sebuah keluarga. Kedua belas indikator utama tersebut adalah
sebagai berikut:
1) Keluarga mengikuti program Keluarga Berencana (KB)
2) Ibu melakukan persalinan di fasilitas kesehatan
3) Bayi mendapat imunisasi dasar lengkap
4) Bayi mendapat air susu ibu eksklusif
5) Balita mendapatkan pemantauan pertumbuhan
6) Penderita tuberkulosis paru mendapatkan pengobatan sesuai standar
7) Penderita hipertensi meakukan pengobatan secara teratur
8) Penderita gangguan jiwa mendapatkan pengobatan dan tidak
ditelantarkan
9) Anggota keluarga tidak ada yang merokok
10) Keluarga sudah menjadi anggota Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
11) Keluarga mempunyi akses sarana air bersih
12) Keluarga mepunyai akses atau menggunakan jamban sehat (Depkes,
2017).

C. Pemberdayaan Keluarga
Pemberdayaan adalah sebuah proses dengan mana orang menjadi
cukup kuat untuk berpartisipasi dalam, berbagi pengontrolan atas, dan
mempengaruhi terhadap, kejadian- kejadian serta lembaga-lembaga yang
mempengaruhi kehidupannya. Pemberdayaan menekankan bahwa orang
memperoleh keterampilan, pengetahuan, dan kekuasaan yang cukup untuk
mempengaruhi kehidupannya dan kehidupan orang lain yang menjadi
perhatiannya (Parsons, et al., 1994:106).
Pemberdayaan menunjuk pada kemampuan orang, khususnya
kelompok rentan dan lemah, untuk (a) memiliki akses terhadap sumber-
sumber produktif yang memungkinkan mereka dapat meningkatkan
pendapatannya dan memperoleh barang-baran dan jasa-jasa yang mereka
perlukan; dan (b) berpartisipasi dalam proses pembangunan dan
keputusan- keputusan yang mempengaruhi mereka.
Tujuan Pemberdayaan meliputi 1) menciptakan suasana atau iklim
yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang. Hal ini dapat
dilakukan dengan cara membangun daya kreasi masyarakat dengan
mendorong , memotivasi, dan membangkitkan kesadaran akan potensi
yang dimiliki serta upaya untuk pengembangkannya. 2) Memperkuat
potensi atau daya yang dimiliki masyarakat melalui langkah – langkah
nyata dan menyakut penyedian input (berupa batuan dana ,pembangunan
prasarana dan sarana maupun sosial serta pengembangan lembaga
pendanaan ).Untuk itu perlu program – program khusus untuk masyarakat
yang kurang berdaya. 3) Melindungi agar yang lemah tidak menjadi
bertambah lemah, karena kurang berdaya dalam menghadapi yang
kuat.Melindungi harus dilihat sebagi upaya untuk mencegah terjadinya
persaingan yang tidak seimbang akibat eksploitasi oleh kelompok

Hal – hal yang perlu diperhatikan dalam program pemberdayaan keluarga


1) Dapat mengatsi masalah dan sesuai kebutuhannya
2) Mengikutsertakan masyarakat yang akan dibantu mulai dari
persiapan , pelaksanaan dan evaluasi
3) Harus terarah dalam arti di tunjukkan langsung kepada yang
memerlukan (sasaranya jelas)
4) Perlu adanya pendampingan

Sumber :

Fahrudin, a. (2012). KEBERFUNGSIAN KELUARGA: KONSEP DAN INDIKATOR


PENGUKURAN DALAM PENELITIAN. informasi , 02.

Nurjannah, m. (2019). Teori Keluarga: Studi Literatur. researchgate.

Rohmad. (2010). keluarga dan pola pengasuhan anak. JURNAL STUDI GENDER &
ANAK, 01.

Anda mungkin juga menyukai