Anda di halaman 1dari 25

KONSEP KELUARGA

A. Pengertian
Keluarga adalah sekumpulan dua atau lebih individu yang diikat oleh
hubungan darah, perkawinan atau adopsi, dan tiap-tiap anggota keluarga
selalu berinteraksi satu sama lain (Harmoko, 2012).
Menurut Departemen Kesehatan RI, 1998 keluarga adalah unit terkecil
dari suatu masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang
yang berkumpul dan tinggal disuatu tempat dibawah satu atap dalam
keadaan saling ketergantungan.
Menurut Sutanto (2012) yang dikutip dari Bailon dan Maglaya (1997)
keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang bergabung karena
hubungan darah, perkawinan atau adopsi, hidup dalam satu rumah tangga,
saling berinteraksi satu sama lainnya dalam perannya dan menciptakan dan
mempertahankan suatu budaya.

B. Struktur Keluarga
Struktur keluarga terdiri atas (Harnilawati, 2013):
1. Patrilineal, adalah keluarga sedarah yang terdiri atas sanak saudara
sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan ini disusun
melalui garis keturunan ayah.
2. Matrilineal, adalah keluarga sedarah yang terdiri atas sanak saudara
sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan ini disusun
melalui garis keturunan ibu.
3. Matrilokal, adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga
sedarah dari istri.
4. Patrilokal, adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga
sedarah dari suami.
5. Keluarga kawinan, adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi
pembinaan keluarga dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian
dari keluarga karena adanya hubungan dengan suami istri.
Ciri-ciri struktur keluarga:
1. Terorganisasi, yaitu saling berhubungan, saling ketergantungan antara
anggota keluarga.
2. Ada keterbatasan, dimana setiap anggota keluarga memiliki kebebasan
tetapi mereka juga mempunyai keterbatasan dalam menjalankan fungsi
dan tugas masing-masing.
3. Ada perbedaan dan kekhususan, yaitu setiap anggota keluarga
mempunyai peranan dan fungsinya masing-masing.
Friedman, Bowden, & Jones (2003) dalam Harmoko (2012) membagi
struktur keluarga menjadi empat elemen, yaitu komunikasi, peran keluarga,
nilai dan norma keluarga, dan kekuatan keluarga.
1. Struktur komunikasi keluarga
Komunikasi dalam keluarga dapat berupa komunikasi secara
emosional, komunikasi verbal dan non verbal, komunikasi sirkular.
Komunikasi emosional memungkinkan setiap individu dalam keluarga
dapat mengekspresikan perasaan seperti bahagia, sedih, atau marah
diantara para anggota keluarga. Pada komunikasi verbal anggota
keluarga dapat mengungkapkan apa yang diinginkan melalui kata-kata
yang diikuti dengan bahasa non verbal seperti gerakan tubuh.
Komunikasi sirkular mencakup sesuatu yang melingkar dua arah
dalam keluarga, misalnya pada saat istri marah pada suami, maka
suami akan mengklarifikasi kepada istri apa yang membuat istri marah.
2. Struktur peran keluarga
Peran masing – masing anggaota keluarga baik secara formal maupun
informal, model peran keluarga, konflik dalam pengaturan keluarga.
3. Struktur nilai dan norma keluarga.
Nilai merupakan persepsi seseorang terhadap sesuatu hal apakah baik
atau bermanfaat bagi dirinya. Norma adalah peran-peran yang
dilakukan manusia, berasal dari nilai budaya terkait. Norma mengarah
kepada nilai yang dianut masyarakat, dimana norma-norma dipelajari
sejak kecil. Nilai merupakan prilaku motivasi diekspresikan melalui
perasaan, tindakan dan pengetahuan. Nilai memberikan makna
kehidupan dan meningkatkan harga diri. Nilai merupakan suatu sistem,
sikap dan kepercayaan yang secara sadar atau tidak, mempersatukan
anggota keluarga dalam satu budaya. Nilai keluarga merupakan suatu
pedoman perilaku dan pedoman bagi perkembangan norma dan
peraturan. Norma adalah pola prilaku yang baik menurut masyarakat
berdasarkan sistem nilai dalam keluarga.
4. Struktur kekuatan keluarga
Kekuatan keluarga merupakan kemampuan baik aktual maupun
potensial dari individu untuk mengendalikan atau mempengaruhi
perilaku orang lain berubah kearah positif. Tipe struktur kekuatan
dalam keluarga antara lain: hak untuk mengontrol seperti orang tua
terhadap anak (legitimate power/outhority), seseorang yang ditiru
(referent power), pendapat, ahli dan lain-lain (resource or expert
power), pengaruh kekuatan karena adanya harapan yang akan diterima
(reward power), pengaruh yang dipaksakan sesuai keinginannya
(coercive power), pengaruh yang dilalui dengan persuasi
(informational power), pengaruh yang diberikan melalui manipulasi
dengan cinta kasih misalnya hubungan seksual (affective power).

C. Tugas Keluarga
Suharto (2007) membagi 5 peran kesehatan dalam keluarga yaitu:
1. Mengenal gangguan perkembangan kesehatan tiap anggotanya
2. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat
3. Menberikan keperawatan kepada anggota keluarganya yang sakit, dan
yang tidak dapat membantu dirinya sendiri karena cacat atau usianya
yang terlalu muda.
4. Mempertahankan suasana di rumah yang menguntungjan kesehatan
dan perkembangan kepribadian anggota keluarga.
5. Mempertahankan hubungan kepribadian anggota keluarga dan
lembaga-lembaga kesehatan, yang menunjukan pemanfaatan dengan
baik fasilitas-fasilitas kesehatan yang ada.
D. Tahap Perkembangan Keluarga
Perkembangan keluarga adalah proses perubahan yang terjadi pada
sistem keluarga yang meliputi perubahan pola interaksi dan hubungan antara
anggotanya disepanjang waktu.
Tahap perkembangan tersebut disertai dengan fungsi dan tugas
perawat pada setiap tahapan perkembangan (Harnilawati, 2013).
1. Tahap I pasangan baru atau keluarga baru (beginning family).
Keluarga baru dimulai saat masing-masing individu laki-laki (suami)
dan perempuan (istri) membentuk keluarga melalui perkawinan yang
sah dan meninggalkan keluarga masing-masing. Meninggalkan
keluarga bisa berarti psikologis karena kenyataannya banyak keluarga
baru yang masih tinggal dengan orang tuanya.
Dua orang yang membentuk keluarga baru membutuhkan penyesuaian
peran dan fungsi. Masing-masing belajar hidup bersama serta
beradaptasi dengan kebiasaan sendiri dan pasangannya, misalnya
makan, tidur, bangun pagi dan sebagainya.
Tugas perkembangan:
a) Membina hubungan intim dan memuaskan.
b) Membina hubungan dengan keluarga lain, teman dan kelompok
sosial.
c) Mendiskusikan rencana memiliki anak.
Keluarga baru ini merupakan anggota dari tiga keluarga ;
keluarga suami, keluarga istri dan keluarga sendiri.
2. Tahap II keluarga dengan kelahiran anak pertama (child bearing
family).
Dimulai sejak hamil sampai kelahiran anak pertama dan berlanjut
sampai anak berumur 30 bulan atau 2,5 tahun.
Tugas perkembangan:
a) Persiapan menjadi orang tua
b) Adaptasi dengan perubahan anggota keluarga, peran, interaksi,
hubungan sexual dan kegiatan.
c) Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan.
Peran utama perawat adalah mengkaji peran orang tua;
bagaimana orang tua berinteraksi dan merawat bayi. Perawat
perlu menfasilitasi hubungan orang tua dan bayi yang positif dan
hangat sehingga jalinan kasih sayang antara bayi dan orang tua
dapat tercapai.
3. Tahap III keluarga dengan anak prasekolah (families with preschool).
Tahap ini dimulai saat anak pertama berumur 2,5 tahun dan berakhir
saat anak berusia 5 tahun.
Tugas perkembangan:
a) Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti kebutuhan tempat
tinggal, privasi dan rasa aman.
b) Membantu anak untuk bersosialisasi
c) Beradaptasi dengan anak baru lahir, sementara kebutuhan anak
lain juga harus terpenuhi.
d) Mempertahankan hubungan yang sehat baik didalam keluarga
maupun dengan masyarakat.
e) Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak.
f) Pembagian tanggung jawab anggota keluarga.
g) Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh kembang.
4. Tahap IV keluarga dengan anak usia sekolah (families with children).
Tahap ini dimulai saat anak berumur 6 tahun (mulai sekolah ) dan
berakhir pada saat anak berumur 12 tahun. Pada tahap ini biasanya
keluarga mencapai jumlah maksimal sehingga keluarga sangat sibuk.
Selain aktivitas di sekolah, masing-masing anak memiliki minat
sendiri. Dmikian pula orang tua mempunyai aktivitas yang berbeda
dengan anak.
Tugas perkembangan:
a) Membantu sosialisasi anak dengan tetangga, sekolah dan
lingkungan.
b) Mempertahankan keintiman pasangan.
c) Memenuhi kebutuhan dan biaya kehidupan yang semakin
meningkat, termasuk kebutuhan untuk meningkatkan kesehatan
anggota keluarga.
Pada tahap ini anak perlu berpisah dengan orang tua, memberi
kesempatan pada anak untuk nbersosialisasi dalam aktivitas baik di
sekolah maupun di luar sekolah.
5. Tahap V keluarga dengan anak remaja (families with teenagers).
Dimulai saat anak berumur 13 tahun dan berakhir 6 sampai 7 tahun
kemudian. Tujuannya untuk memberikan tanggung jawab serta
kebebasan yang lebih besar untuk mempersiapkan diri menjadi orang
dewasa.
Tugas perkembangan:
a) Memberikan kebebasan yang seimbnag dengan tanggung jawab.
b) Mempertahankan hubungan yang intim dengan keluarga.
c) Mempertahankan komunikasi yang terbuka antara anak dan
orang tua. Hindari perdebatan, kecurigaan dan permusuhan.
d) Perubahan sistem peran dan peraturan untuk tumbuh kembang
keluarga.
Merupakan tahap paling sulit karena orang tua melepas otoritasnya dan
membimbing anak untuk bertanggung jawab. Seringkali muncul
konflik orang tua dan remaja.
6. Tahap VI keluarga dengan anak dewasa atau pelepasan (launching
center family).
Dimulai pada saat anak pertama meninggalkan rumah dan berakhir
pada saat anak terakhir meninggalkan rumah. Lamanya tahapan ini
tergantung jumlah anak dan ada atau tidaknya anak yang belum
berkeluarga dan tetap tinggal bersama orang tua.
Tugas perkembangan:
a) Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar.
b) Mempertahankan keintiman pasangan.
c) Membantu orang tua memasuki masa tua.
d) Membantu anak untuk mandiri di masyarakat.
e) Penataan kembali peran dan kegiatan rumah tangga.
7. Tahap VII keluarga usia pertengahan (middle age families).
Tahap ini dimulai pada saat anak yang terakhir meninggalkan rumah
dan berakhir saat pensiun atau salah satu pasangan meninggal. Pada
beberapa pasangan fase ini dianggap sulit karena masa usia lanjut,
perpisahan dengan anak dan perasaan gagal sebagai orang tua.
Tugas perkembangan:
a) Mempertahankan kesehatan.
b) Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan teman
sebaya dan anak- anak.
c) Meningkatkan keakraban pasangan.
d) Fokus mempertahankan kesehatan pada pola hidup sehat, diet
seimbang, olah raga rutin, menikmati hidup, pekerjaan dan lain
sebagainya.
8. Tahap VIII keluarga usia lanjut
Dimulai saat pensiun sampai dengan salah satu pasangan meninggal
dan keduanya meninggal.
Tugas Perkembangan:
a) Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan.
b) Adaptasi dengan perubahan kehilangan pasangan, teman,
kekuatan fisik dan pendapatan.
c) Mempertahankan keakraban suami/istri dan saling merawat.
d) Mempertahankan hubungan dengan anak dan sosial masyarakat.
e) Melakukan life review.
f) Mempertahankan penataan yang memuaskan merupakan tugas
utama keluarga pada tahap ini.

E. Fungsi Keluarga
Ada beberapa fungsi keluarga antara lain (Suprajitno, 2004)
1. Fungsi biologis, kebutuhan meliputi:
a) Sandang, Pangan dan papan
b) Hubungan seksual suami istri
c) Reproduksi atau pengembangan keturunan
2. Fungsi ekonomi: Keluarga (dalam hal ini ayah) mempunyai kewajiban
menafkahi  keluarganya (istri dan anaknya)
3. Fungsi pendidikan: keluarga berfungsi sebagai (transmiter budaya atau
mediator sosial budaya bagi anak)
4. Fungsi sosialisasi: Keluarga merupakan penyamaan  bagi masyarakat
masa depan dan lingkungan keluarga merupakan faktor penentu yang
sangat mempengaruhi kualitas generasi yang akan datang
5. Fungsi perlindungan: Keluarga sebagai pelindung bagi para anggota
keluarga dari gangguan, ancaman, atau kondisi yang menimbulkan
ketidaknyamanan (fisik, psikologis) para anggotanya,
6. Fungsi rekreasi: Keluarga diciptakan sebagai lingkungan yang
memberi kenyamanan, keceriaan, kehangatan dan penuh semangat
bagi anggotanya        
7. Fungsi agama (religius): keluarga berfungsi sebagai penanam nilai-
nilai agama kepada anak agar mereka memiliki pedoman hidup yang
benar.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

A. Pengkajian
Pengkajian dimaksudkan untuk mendapatkan data yang dilakukan
secara terus-menerus terhadap anggota keluarga yang dibina. Sumber data
pengkajian dapat dilakukan dengan metode wawancara, observasi,
pemeriksaan fisik, atau melalui data sekunder seperti data di puskesmas,
desa, bidan, hasil pemeriksaan laboratorium, dan lain sebagainya. Adapun
data yang harus dikaji dalam keluarga yaitu (Widyanto, 2014):
1. Identitas Umum Keluarga
Pengkajian data umum keluarga meliputi:
a) Nama Kepala Keluarga (KK)
b) Umur dan Jenis Kelamin KK
c) Pendidikan KK
d) Pekerjaan KK
e) Alamat
f) Komposisi keluarga yang berisi mengenai riwayat anggota
keluarga
g) Genogram/ Silsilah keluarga
Data genogram berisi silsilah keluarga yang minimal terdiri dari
tiga generasi disajikan dalam bentuk bagan dengan menggunakan
symbol-simbol atau sesuai format pengkajian yang dipakai.
h) Tipe Keluarga
Data ini menjelaskan mengenai tipe keluarga saat ini berdasarkan
tipe pembagian keluarga tradisional dan non tradisional.
i) Suku bangsa
Data ini menjelaskan mengenai suku bangsa anggota keluarga
serta budaya yang terkait dengan kesehatan. Suku bangsa yang
dimaksud seperti jawa, sunda, batak, dan lain sebagainya.
j) Agama
Data ini menjelaskan mengenai agama yang dianut masing-
masing anggota keluarga serta aturan agama yang dianut
keluarga terkait dengan kesehatan.
k) Status social ekonomi
Data ini emnjelaskan mengenai pen dapatan KK maupun
anggota keluarga yang sudah bekerja, kebutuhan sehari-hari serta
kekayaan atau barang-barang yang dimiliki keluarga.
l) Aktivitas rekreasi keluarga
Data ini menjelaskan mengenai kebiasan keluarga dalam rekreasi
atau refreshing. Rekreasi tidak harus ke tempat wisata, namun
menonton TV, mendengarkan radio juga merupakan aktivitas
rekreasi keluarga.
2. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga
a) Tahap Perkembangan Keluarga Saat ini
Data ini ditentukan oleh anak tertua dari keluarga inti. Misalnya
anak tertua Tn. K berusia 2 tahun maka keluarga tersebut masuk
dalam tahap perkembangan anak usia pra sekolah.
b) Tahap Perkembangan Keluarga yang Belum Terpenuhi
Data ini menjelaskan mengenai tugas dan tahap perkembangan
keluarga saat ini yang belum terpenuhi dan mengapa belum
terpenuhi.
c) Riwayat keluarga Inti
Data ini menjelaskan mengenai penyakit keturunan, riwayat
kesehatan masing-masing anggota keluarga, status imunisasi,
sumber kesehatan yang biasa digunakan serta pengalamanya
menggunakan pelayanan kesehatan.
d) Riwayat keluarga Sebelumnya
Data ini menjelaskan riwayat kesehatan dari pihak suami dan
istri.
3. Pengkajian Lingkungan
a) Karakteristik Rumah
Data ini menjelaskan mengenai luas rumah, tipe, jumlah ruangan,
jumlah jendela, pemanfaatan ruangan, penempatan perabot
rumah tangga, jenis WC, serta jarak WC ke sumber air. Data
karakteristik rumah disajikan dalam bentuk denah.
b) Karakteristik Tetangga dan Komunitas Setempat
Data ini menjelaskan mengenai lingkungan fisik setempat,
kebiasaan, budaya yang mempengaruhi kesehatan.
c) Mobilitas Geografis keluarga
Data ini menjelaskan mengenai kebiasaan keluarga berpindah
tempat.
d) Perkumpulan Keluarga dan Interaksi dengan Masyarakat
Data ini menjelaskan mengenai kebiasaan keluarga berkumpul,
sejauh mana keterlibatan keluarga dalam pertemuan dengan
masyarakat.
e) System Pendukung Keluarga
Data ini menjelaskan mengenai jumlah anggota yang sehat,
fasilitas keluarga, dukungan keluarga dan masyarakat sekitar
terkait dengan kesehatan, dan lain sebagainya.
4. Struktur Keluarga
a) Pola Komunikasi Keluarga
Data ini menjelaskan mengenai cara komunikasi sengan keluarga
serta frekuensinya.
b) Struktur Kekuatan Keluarga
Data ini menjelaskan mengenai kemampuan keluarga untuk
merubah perilaku antara anggota keluarga.
c) Struktur Peran
Data ini menjelaskan mengenai peran anggota keluarga dalam
keluarga dan masyarakat yang terbagi menjadi peran formal dan
peran informal.
d) Nilai/Norma Keluarga
Data ini menjelaskan mengenai nilai dan norma yang dianut
keluarga terkait dengan kesehatan.
5. Fungsi keluarga
a) Fungsi afektif
Perasaan memiliki, dukungan, kehangatan kasih saying, sling
menghargai, dan sebagainya.
b) Fungsi Sosialisasi
Interaksi dan hubungan dengan anggota keluarga, proses
mendidik anak, disipli, norma, budaya, perilaku.
c) Fungsi Perawatan Kesehatan
Sejauh mana keluarga mengetahui fakta kesehatan meliputi
pengertian, tanda dan gejala, penyebab, serta persepsi keluarga
tentang masalah kesehatan yang dialami keluarga.
d) Fungsi Reproduksi
Bagaimana keluarga merencanakan jumlah anak, hubungan
seksual suami istri, masalah yang muncul jika ada.
e) Fungsi ekonomi
Kemampuan keluarga memenuhi sandang, pangan, papan,
menabung, kemampuan peningkatan status kesehatan.
6. Stress dan Koping Keluarga
a) Stressor Jangka Pendek
Stressor yang dialami keluarga yang memerlukan penyelesaian
dalam waktu tidak lebih dari 6 bulan.
b) Stresor Jangka Panjang
Stressor yang dialami keluarga yang memerlukan penyelesaian
dalam waktu lebih dari 6 bulan.
c) Kemampuan Keluarga Merespon Stresor
Hal yang perlu dikaji adalah sejauh mana keluarga berespon
terhadap situasi atau stresor yang ada saat ini.
d) Strategi Koping yang Digunakan
Hal yang perlu dikaji adalah strategi koping atau pemecahan
masalah seperti apa yang digunakan keluarga dalam menghadapi
stresor yang terjadi.
e) Strategi Koping Disfungsional
Data ini menjelaskan koping disfungsional yang digunakan
ketika keluarga menghadapi masalah misalnya marah-marah,
merusak alat rumah tangga, pelarian dengan melakukan aktivitas
yang tidak bermanfaat, dan lain sebagainya.
7. Pemeriksaan fisik
Semua anggota keluarga diperiksa secara lengkap seperti prosedur
pemeriksaan fisik di tempat pelayanan kesehatan. Seperti dilakukan
inspeksi, palpasi, perkusi, maupun auskultasi dari ujung kepala sampai
ujung kaki.
8. Harapan Keluarga
Pada akhir pengkajian perawat menanyakan harapan keluarga terhadap
petugas kesehatan atau sarana pelayanan kesehatan yang ada.

B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosis keperawatan dirumuskan berdasarkan data yang diperoleh
pada pengkajian. Proses perumusan diagnosis diawali dengan melakukan
analisis data, penentuan diagnosis, kemudian penentuan prioritas diagnosis.
Analisis data dilakukan dengan mengelompokkan data hasil pengkajian
menjadi data subjektif (DS) dan data objektif (DO). Pernyataan langsung
dari keluarga termasuk dalam DS, sedangkan data yang diambil dengan
observasi, data sekunder, atau data selain pernyataan langsung dari keluarga
termasuk dalam DO.
Rumusan masalah berdasarkan NANDA dan etiologi berdasarkan hasil
pengkajian dari tugas perawatan keluarga yang terdiri dari 5 tugas yaitu
mengenal masalah kesehatan, mengambil keputusan untuk melakukan
tindakan, merawat anggota keluarga yang sakit, menciptakan lingkungan
yang dapat meningkatkan kesehatan dan memanfaatkan fasilitas kesehatan
yang ada. Tipologi diagnosis keperawatan keluarga dapat berupa kasus
aktual, risiko dan potensial (sejahtera atau weliness). Khusus untuk
diagnosis keperawatan potensial boleh menggunakan atau tidak
menggunakan etiologi dalam penulisan diagnosisnya. Adapun penjelasan
tipologi sari diagnosis keperawatan keluarga:
1. Aktual (deficit atau gangguan kesehatan)
Diagnosis aktual diangkat jika dari pengkajian didapatkan data
mengenai tanda dan gejala gangguan kesehatan.
Contoh:
Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan kekurangefektifan keluarga dalam membantu
memenuhi kebutuhan nutrisi keluarga yang sakit
2. Resiko (ancaman kesehatan)
Diagnosis resiko diangkat jika sudah ada data yang menunjang namun
belum terjadi gangguan.
Contoh:
Risiko terjadi konflik pada keluarga berhubungan dengan
ketidaktahuan keluarga mengenal masalah komunikasi
3. Potensial (keadaan sejahtera atau wellness)
Suatu keadaan dimana keluarga dalam keadaan sejahtera sehingga
kesehatan keluarga dapat ditingkatkan.
Contoh:
Potensial peningkatan status kesehatan pada bayi

C. Penentuan Prioritas
Dalam satu keluarga, perawat dapat menemukan lebih dari satu
diagnosis keperawatan keluarga. Dalam setiap diagnosis, terdapat 4 kriteria
yang akan menentukan prioritas diagnosis. Setiap kriteria memiliki bobotnya
masing-masing. Kriteria tersebut terdiri dari:
1. Sifat masalah
2. Kemungkinan masalah untuk dirubah
3. Potensial dicegah
4. Menonjolnya masalah
Setiap kriteria memiliki 3 skala yang memiliki skor masing-masing.
penentuan skala dari setiap kriteria ditentukan dengan mempertimbangkan
komponen pembenaran atau rasional sesuai dengan kondisi terkini yang ada
dalam keluarga.
Kriteria Penentuan Prioritas Diagnosis
Kriteria Skor Bobot Pembenaran
Sifat Masalah Aktual bobot tinggi karena memerlukan
tindakan yang segera, potensial bobot
a.    Aktual 3 1 sedikit karena perilaku keluarga dalam
b.    Resiko 2 transisi dari tingkat kesejahteraan
c.    Potensial 1 tertentu ke tingkat kesejahteraan yang
lebih tinggi
Kemungkinan Pengetahuan dan tekhnologi untuk
masalah dapat menangani masalah, sumber daya
diubah keluarga, perawat dan masyarakat.

a.    Mudah 3 2
b.    Sebagian 2
c.    Tidak 1
dapat diubah
Potensi Beratnya penyakit, prognosa penyakit
Masalah atau kemungkinan untuk mencegah,
untuk lamanya masalah, adanya kelompok
Dicegah resiko tinggi atau rawan.

a.    Tinggi 3 1
b.    Sedang 2
c.    Rendah 1
Menonjolnya Persepsi keluarga melihat masalah. Jika
masalah keluarga menyadari masalah dan merasa
perlu ditangani segera skornya tinggi.
a. Masalah 2 1
Berat harus
segera
ditangani
b. Ada 1
masalah
tetapi tidak
perlu
ditangani
c. Masalah 0
Tidak
dirasakan

Berdasarkan tabel diatas, untuk menentukan prioritas terhadap


diagnosis keperawatan keluarga yang ditemukan daapat dihitung dengan
menggunakan cara sebagai berikut:
1. Menentukan skor setiap criteria
Misalnya pada criteria sifat masalah dengan pertimbangan pembenaran
ditentukanlah skala potensial yang memiliki skor 1.
2. Skor dibagi dengan angka tertinggi dan kalikanlah dengan bobot
Skor X bobot
Rumus :
Angka Tertinggi
Misalnya untuk kriteria potensial dicegah memiliki skala tinggi yang
berarti skornya adalah 3. Kriteria potensial memiliki bobot 1 dan skor
tertinggi adalah 3. Maka jika dimasukkan ke dalam rumus dapat
dituliskan:
3X1
= 1
3
3. Jumlahkan skor untuk semua kriteria
Misalnya telah ditentukan diagnosis yang diangkat adalah dx.Y. hasil
perhitungan kriteria sifat, kemungkinan untuk diubah, potensial
dicegah, dan menonjolnya masalah secara berturut-turut adalah 1, ½, 1,
dan ½. Maka jumlah skor untuk semua kriteria adalah 1+ ½ + 1 + ½
sama dengan 3. Sehingga skor untuk diagnosis dx. Y adalah 3.
Kemudian skor tersebut dibandingkan dengan perhitungan diagnosis
yang lain. Diagnosis yang memiliki nilai paling tinggi merupakan
diagnosis prioritas yang terlebih dahulu dilakukan intervensi keluarga.

D. Rencana Keperawatan
Rencana keperawatan keluarga terdiri dari penetapan tujuan, yang
meliputi tujuan jangka panjang (tujuan umum), tujuan jangka pendek
(tujuan khusus), kriteria dan standar serta intervensi. Kriteria dan standar
merupakan pernyataan spesifik tentang hasil yang diharapkan dari setiap
tindakan keperawatan berdasarkan tujuan khusus atau tujuan jangka pendek
yang ditetapkan. Tujuan jangka panjang mengacu pada problem, sedangkan
tujuan jangka pendek mengacu pada etiologi.

E. Implementasi
Pada kegiatan implementasi, terlebih dahulu perawat perlu melakukan
kontrak sebelumnya agar keluarga lebih siap fisik maupun psikologis dalam
menerima asuhan keperawatan. Kontrak meliputi waktu pelaksanaan, materi,
siapa yang melaksanakan, siapa anggota keluarga yang perlu mendapat
pelayanan, serta peralatan yang dibutuhka jika ada. Kegiatan selanjutnya
adalah implementasi sesuai dengan rencana keperawatan yang talah disusun
berdasarkan diagnosis yang diangka. Implementasi keperawatan terhadap
keluarga mencakup hal-hal dibawah ini:
1. Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai masalah
dan kebutuhan kesehatan dengan cara:
a) Memberikan informasi
b) Mengidentifikasi kebutuhan dan harapan tentang kesehatan
c) Mendorong sikap emosi yang sehat terhadap masalah
2. Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat,
dengan cara:
a) Mengidentifikasi konsekuensi tidak melakukan tindakan
b) Mengidentifikasi sumber-sumber yang dimiliki keluarga
c) Mendiskusikan tentang konsekuensi tiap tindakan
3. Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga yang
sakit, dengan cara:
a) Mendemonstrasikan cara perawatan
b) Menggunakan alat dan fasilitas yang ada dirumah
c) Mengawasi keluarga melakukan tindakan keperawatan
4. Membantu keluarga untuk menemukan cara bagaimana membuat
lingkungan menjadi sehat, dengan cara:
a) Menemukan sumber-sumber yang dapat digunakan keluarga
b) Melakukan perubahan lingkungan keluarga seoptimal mungkin.
5. Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang
ada, dengan cara:
a) Mengenalkan fasilitas kesehatan yang ada dilingkungan keluarga
b) Membantu keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang ada
Contoh Tabel Implementasi
No Diagnosa Keperawatan Pukul Tindakan Keparawatan Paraf

F. Evaluasi
Evaluasi merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menilai
keberhasilan rencana tindakan yang telah dilaksanakan. Apabila tidak/belum
berhasil perlu disusun rencana baru yang sesuai. Semua tindakan
keperawatan mungkin tidak dapat dilaksanakan dalam satu kali kunjungan
rumah ke keluarga. Untuk itu dapat dilaksanakan secara bertahap sesuai
dengan waktu dan kesediaan keluarga yang telah disepakati bersama.

Evaluasi dapat dibagi menjadi 2 jenis yaitu:


1. Evaluasi berjalan (formatif)
Evaluasi yang dikerjakan dalam bentuk pengisian catatan
perkembangan berorientasi pada masalah yang dialami klien. Format
yang digunakan dalam evaluasi formatif adalah SOAP.
2. Evaluasi akhir (sumatif)
Evaluasi yang dikerjakan dengan membandingkan antara tindakan
yang telah dikerjakan dengan tujuan yang ingin dicapai. Jika terjadi
kesenjangan, maka proses keperawatan dapat ditinjau kembali untuk
mendapatkan dataguna memodifikasi perencanaan. Format yang
digunakan dalam evaluasi sumatif adalah SOAPIER.
Penjelasan Evaluasi Sumatif dan Formatif
E S Data Subjektif Perkembangan keadaan yang didasarkan
V pada apa yang dirasakan, dikeluhkan, dan
E A dikemukakan klien.
V L
O Data objektif Perkembangan yang dapat diamati dan
A U
diukur oleh perawat atau petugas
L A
kesehatan lain.
U S
A I
A Analisis Penilaian dari kedua jenis data (DS
S
maupun DO), apakah kearah perbaikan
I F
atau kemunduran.
O
S R P Perencanaan Rencana penanganan klien yang
U M didasarkan pada hasil analisis yang berisi
R A lanjutan perencanaan sebelumnya jika
M T masih ada keadaan atau masalah yang
A I belum teratasi.
T F
I I Implementasi Tindakan yang dilakukan berdasarkan

F rencana.
E Evaluasi Penilaian tentang sejauh mana rencana
tindakan dan evaluasi telah dilaksanakan
dan sejauh mana maslah klien teratasi.
R Reassessment Jika hasil evaluasi menunjukkan maslah
belum teratasi, maka pengkajian ulang
perlu dilakukan melalui proses
pengumpulan DS dan DO serta proses
analisisnya.
Diagnosa
No Tujuan Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan
1. Gangguan Umum: Khusus: - Klien dan keluarga bisa 1. Memberitahu klien dan keluarga
pemenuhan nutrisi Setelah dilakukan - Setelah dilakukan memahami materi yang betapa pentingnya untuk tetap
kurang dari tindakan tindakan diberikan menjaga kebutuhan nutrisi walau
kebutuhan tubuh diharapkan keperawatan sampai - Klien mampu makan dan sakit
berhubungan dengan kebutuhan nutrisi 1 hari selama 1x30 minum secara seimbang R/ nutrisi merupakan sumber
kekurangefektifan terpenuhi menit diharapkan energi dan elemen penting untuk
keluarga dalam kliaen dan keluarga proses dan fungsi tubuh
membantu memenuhi mampu memahami 2. Memberitahu keluarga dan klien
kebutuhan nutrisi tentang pentingnya tentang komposisi nutrisi yang
keluarga yang sakit nutrisi seimbang
- Setelah dilakukan R/ nutrisi yang tidak seimbang
tindakan dapat menyebabkan berbagai
keperawatan 1-2 penyakit
hari selama 30 3. Memberitahu keluarga supaya
menit diharapkan lebih aktif dalam membantu klien
klien mampu makan dalam pemenuhan kebutuhan
3x/hari porsi habis nutrisinya secara parsial,
dan minum 8 gelas perlahan-lahan sambil melatih
air/hari klien agar mampu
melaksanakannya secara mandiri
R/ dengan diberikan penjelasan
keluarga mampu menyajikan
makanan yang bernutrisi
2. Resiko terjadinya Umum: Khusus: 1. Jelaskan komunikasi yang baik
konflik pada keluarga Keluarga Setelah dilakukan - Keluarga dapat R/ komunikasi yang baik
berhubungan dengan memahami tindakan keperawatan memahami pentingnya merupakan landasan utama
ketidaktahuan tentang perlunya selama beberapa hari berkomunikasi yang baik hubungan dalam keluarga
mengenal masalah komunikasi yang keluarga dapat: - Membina rasa saling 2. Jelaskan pentingnya komunikasi
komunikasi pada baik - Mengenal masalah percara dan lebih saling dalam keluarga
keluarga komunikasi dalam menyayangi R/ komunikasi dapat menjaga
keluarga keharmonisan dan kehangatan
- Membuat keluarga dalam keluarga
saling memahami 3. Jelaskan keutuhan keluarga itu
dan mengerti serta penting untuk tugas
lebih bersabar perkembangan keluarga nantinya
dengan keadaan R/ komunikasi merupakan
yang kadang tidak peranan penting untuk
memihak mempertahankan keutuhan
keluarga

3. Potensial peningkatan Umum: Khusus: - Keluarga dapat 1. Kaji pengetahuan keluarga tetang
status kesehatan Status kesehatan Setelah dilakukan memahami masalah perawatan pada balita
balita balita pada tindakan keperawatan kesehatan pada balita R/ memberikan informasi tentang
keluarga selama 3 minggu, - Keluarga dapat pengetahuan keluarga
meningkat keluarga dapat: meningkatkan status 2. Kaji sumber daya, tenaga,
- Mengenal masalah kesehatan pada balita biaya,dan fasilitas yang dimiliki
kesehatan pada keluarga untuk melakukan
balita perawatan pada balita
- Memahami R/ untuk mengevaluasi
pentingnya perkembangan kesehatan pada
kesehatan pada balita
balita 3. Beri penekanan ulang kepada
keluarga pentingnya melakukan
perawatan pada balita
R/ agar keluarga paham
pentingnya perawatan bagi
kesehatan balita
DAFTAR PUSTAKA

Harnilawati (2013). Konsep dan Proses Keperawatan Keluarga. Jakarta: Pustaka


As Salam
Harmoko. (2012 ). Asuhan Keperawatan Keluarga. Yogjakarta: Pustaka Pelajar.
Suharto, (2007). Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Pendekatan
Keperawatan Transkurtural. Jakarta : EGC
Susanto, T. (2012). Buku Ajar Keperawatan Keluarga: Aplikasi Teori Pada
Praktik asuhan keperawatan Keluarga. Jakarta: Trans Info Media.
Suprajitno, (2004). Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta : EGC
Widyanto, F. (2014). Keperawatan Komunitas Dengan Pendekatan Praktis.
Yogyakarta: Nuha Medika

Anda mungkin juga menyukai