Oleh:
NAMA : RAMA JUAN BAGUS YUSNANDA P
NIM : P17230201015
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN BLITAR
TAHUN 2022
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Pendahuluan ini telah di responsi dan disetujui pembimbing pada:
Hari :
Tanggal :
Judul : Laporan Pendahuluan Asuhan Keperaatan Pada Pasien Asam Urat (Gout)
BAB I
KONSEP DASAR KELUARGA
1.1 Konsep Keluarga
1.1.1 Pengertian Keluarga
Keluarga adalah dua orang atau lebih yang disatukan oleh ikatan-
ikatan kebersamaan dan ikatan emosional dan mengidentifikasian diri mereka
sebagai bagian dari keluarga (Zakaria, 2017). Sedangkan menurut Depkes RI
tahun 2000, keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari
kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu
tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling kebergantungan. Duval dan
Logan (1986 dalam Zakaria, 2017)mengatakan keluarga adalah sekumpulan
orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran dan adopsi yang bertujuan
menciptakan, mempertahankan budaya dan meningkatkan pertumbuhan fisik,
mental, emosional serta sosial dari tiap anggota keluarganya.Dari hasil analisa
Walls, 1986 (dalam Zakaria, 2017) keluarga sebagai unit yang perlu dirawat,
boleh jadi tidak diikat oleh hubungan darah atau hukum, tetapi berfungsi
sedemikian rupa sehingga mereka menganggap diri mereka sebagai suatu
keluarga. Jadi, dapat disimpulkan bahwa keluarga adalah dua orang atau lebih
yang disatukan oleh ikatan perkawinan, kelahiran, adopsi dan boleh jadi tidak
diikat oleh hubungan darah dan hukum yang tinggal di suatu tempat di bawah
satu atap dengan keadaan saling ketergantungan dan memiliki kedekatan
emosional yang memiliki tujuan mempertahankan budaya, 7 meingkatkan
pertumbuhan fisik, mental, emosional serta sosial sehingga menganggap diri
mereka sebagai suatu keluarga.
4.) Tahap IV keluarga dengan anak usia sekolah (families with children).
Tahap ini dimulai saat anak berumur 6 tahun (mulai sekolah ) dan
berakhir pada saat anak berumur 12 tahun. Pada tahap ini biasanya keluarga
mencapai jumlah maksimal sehingga keluarga sangat sibuk. Selain aktivitas di
sekolah, masingmasing anak memiliki minat sendiri. Dmikian pula orang tua
mempunyai aktivitas yang berbeda dengan anak.
Tugas perkembangan keluarga.
a. Membantu sosialisasi anak dengan tetangga, sekolah dan lingkungan.
b. Mempertahankan keintiman pasangan.
c. Memenuhi kebutuhan dan biaya kehidupan yang semakin meningkat,
termasuk kebutuhan untuk meningkatkan kesehatan anggota keluarga.
Pada tahap ini anak perlu berpisah dengan orang tua, memberi kesempatan
pada anak untuk nbersosialisasi dalam aktivitas baik di sekolah maupun di luar
sekolah.
5.) Tahap V keluarga dengan anak remaja (families with teenagers).
Dimulai saat anak berumur 13 tahun dan berakhir 6 sampai 7 tahun
kemudian. Tujuannya untuk memberikan tanggung jawab serta kebebasan
yang lebih besar untuk mempersiapkan diri menjadi orang dewasa.
Tugas perkembangan
a. Memberikan kebebasan yang seimbnag dengan tanggung jawab.
b. Mempertahankan hubungan yang intim dengan keluarga.
c. Mempertahankan komunikasi yang terbuka antara anak dan orang tua.
Hindari perdebatan, kecurigaan dan permusuhan.
d. Perubahan sistem peran dan peraturan untuk tumbuh kembang
keluarga. Merupakan tahap paling sulit karena orang tua melepas
otoritasnya dan membimbing anak untuk bertanggung jawab.
Seringkali muncul konflik orang tua dan remaja.
6.) Tahap VI keluarga dengan anak dewasa atau pelepasan (launching center
family).
Dimulai pada saat anak pertama meninggalkan rumah dan berakhir
pada saat anak terakhir meninggalkan rumah. Lamanya tahapan ini tergantung
jumlah anak dan ada atau tidaknya anak yang belum berkeluarga dan tetap
tinggal bersama orang tua. Tugas perkembangan :
a. Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar.
b. Mempertahankan keintiman pasangan.
c. Membantu orang tua memasuki masa tua.
d. Membantu anak untuk mandiri di masyarakat.
e. Penataan kembali peran dan kegiatan rumah tangga.
7.) Tahap VII keluarga usia pertengahan (middle age families).
Tahap ini dimulai pada saat anak yang terakhir meninggalkan rumah
dan berakhir saat pensiun atau salah satu pasangan meninggal. Pada beberapa
pasangan fase ini dianggap sulit karena masa usia lanjut, perpisahan dengan
anak dan perasaan gagal sebagai orang tua.
Tugas perkembangan
a. Mempertahankan kesehatan.
b. Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan teman sebaya
dan anakanak.
c. Meningkatkan keakraban pasangan. Fokus mempertahankan kesehatan
pada pola hidup sehat, diet seimbang, olah raga rutin, menikmati
hidup, pekerjaan dan lain sebagainya.
8.) Tahap VIII keluarga usia lanjut Dimulai saat pensiun sampai dengan salah
satu pasangan meninggal dan keduanya meninggal.
Tugas perkembangan
a. Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan.
b. Adaptasi dengan perubahan kehilangan pasangan, teman, kekuatan
fisik dan pendapatan.
c. Mempertahankan keakraban suami/istri dan saling merawat.
d. Mempertahankan hubungan dengan anak dan sosial masyarakat.
e. Melakukan life review.
f. Mempertahankan penataan yang memuaskan merupakan tugas utama
keluarga pada tahap ini.
Pengambilan Keputusan dalam Perawatan Kesehatan Keluarga Dalam
mengatasi masalah kesehatan yang terjadi pada keluarga, yang mengambil
keputusan dalam pemecahannya adalah tetap kepala keluarga atau anggota
keluarga yang di tuakan, merekalah yang menentukan masalah dan kebutuhan
keluarga.
Dasar pegambilan keputusan tersebut adalah :
1. Hak dan Tanggung jawabnya sebagai kepala keluarga
2. Kewenangan dan otoritas yang telah diakui oleh masing-masing anggota
keluarga
3. Hak dalam menentukan masalah dan kebutuhan pelayanan terhadap keluarga
atau anggota keluarga yang bermasalah.
1.1.5 Fungsi Keluarga
Ada beberapa fungsi keluarga antara lain (Suprajitno, 2004)
1. Fungsi biologis, kebutuhan meliputi:
a. Sandang, Pangan dan papan
b. Hubungan seksual suami istri
c. Reproduksi atau pengembangan keturunan
d. Fungsi ekonomi: Keluarga (dalam hal ini ayah) mempunyai kewajiban
menafkahi keluarganya (istri dan anaknya).
2. Fungsi pendidikan: keluarga berfungsi sebagai (transmiter budaya atau
mediator sosial budaya bagi anak).
3. Fungsi sosialisasi: Keluarga merupakan penyamaan bagi masyarakat masa
depan dan lingkungan keluarga merupakan faktor penentu yang sangat
mempengaruhi kualitas generasi yang akan datang.
4. Fungsi perlindungan: Keluarga sebagai pelindung bagi para anggota keluarga
dari gangguan, ancaman atau kondisi yang menimbulkan ketidaknyamanan
(fisik, psikologis) para anggotanya.
5. Fungsi rekreasi: Keluarga diciptakan sebagai lingkungan yang memberi
kenyamanan, keceriaan, kehangatan dan penuh semangat bagi anggotanya
6. Fungsi agama (religius): keluarga berfungsi sebagai penanam nilai-nilai
agama kepada anak agar mereka memiliki pedoman hidup yang benar.
1.1.6 Keluarga Kelompok Risiko Tinggi Dalam melaksanakan asuhan keperawatan
kesehatan keluarga, yang menjadi prioritas utama adalah keluarga-keluarga
yang risiko tinggi dalam bidang kesehatan, meliputi:
1.) Keluarga dengan anggota keluarga dalam masa usia subur dengan masalah
sebagai berikut:
a. Tingkat sosial ekonomi keluarga rendah.
b. Keluarga kurang atau tidak mampu mengatasi masalah kesehatan sendiri.
c. Kelurga dengan keturunan yang kurang baik atau keluarga dengan penyakit
keturunan.
2.) Keluarga dengan ibu risiko tinggi kebidanan.
Waktu hamil:
a. Umur ibu (kurang 16 tahun atau lebih 35 tahun).
b. Menderita kekurangan gizi atau anemia.
c. Menderita hipertensi.
d. Primipara atau multipara.
e. Riwayat persalinan dengan komplikasi.
2.2.2 Etiologi
Penyebab utama dari penyakit asam urat adalah kadar asam urat (uric acid)
yang terlalu tinggi dalam tubuh. Seseorang dikatakan memiliki kadar uric acid
tinggi bila hasil tes asam urat yang dilakukannya mencapai 6,0 mg/dL pada wanita
dan 7,0 mg/dL pada pria. Adapun kadar asam urat normal berada di bawah angka
tersebut.
Asam urat sebenarnya adalah zat yang terbentuk ketika tubuh memecah
purin.Purin merupakan senyawa alami yang ada di tubuh dan dapat pula ditemukan
di berbagai makanan dan minuman. Pada kondisi normal, zat asam urat larut dalam
darah serta diproses dan dikeluarkan oleh ginjal dalam bentuk urine. Namun, kadar
asam urat yang melebihi normal bisa menumpuk dan membentuk kristal, yang
disebut dengan monosodium urate, di persendian. Kristal asam urat inilah yang
kemudian menyebabkan peradangan dan rasa nyeri pada sendi.
Ada berbagai hal yang dapat menyebabkan kadar asam urat yang tinggi.
Namun, faktor utama yang menjadi pemicu kondisi tersebut adalah gaya hidup
yang tidak sehat, terutama mengonsumsi terlalu banyak makanan yang
mengandung purin.
2.2.3 Patofisiologi
Dalam keadaan normal, kadar asam urat di dalam darah pada pria dewasa
kurang dari 7 mg/dl, dan pada wanita kurang dari 6 mg/dl. Apabila konsentrasi
asam urat dalam serum lebih besar dari 7 mg/dl dapat menyebabkan penumpukan
kristal monosodium urat. Serangan gout tampaknya berhubungan dengan
peningkatan atau penurunan secara mendadak kadar asam urat dalam serum. Jika
kristal asam urat mengendap dalam sendi, akan terjadi respon inflamasi dan
diteruskan dengan terjadinya serangan gout. Dengan adanya serangan yang
berulang – ulang, penumpukan kristal monosodium urat yang dinamakan thopi
akan mengendap dibagian perifer tubuh seperti ibu jari kaki, tangan dan telinga.
Penurunan urat serum dapat mencetuskan pelepasan kristal monosodium urat
dari depositnya dalam tofi (crystals shedding). Pada beberapa pasien gout atau
dengan hiperurisemia asimptomatik kristal uratditemukan pada sendi
metatarsofalangeal dan patella yang sebelumnya tidakpernah mendapat serangan
akut. Dengan demikian, gout dapat timbul pada keadaan asimptomatik. Terdapat
peranan temperatur, pH, dan kelarutan urat untuk timbul serangan gout.
Penyakit dan
Makanan Obat – obatan
GOUT
Pembentukan
Eritma, Panas tukak pada sendi
Tofus – tofus
Nyeri mengering
Kekakuan pd Sendi
I. ASUHAN KEPERAWATAN
a. Pengkajian
Meliputi nama, umur, pendidikan, suku bangsa, pekrjaan, agama, alamat, status
perkawinan, ruang rawat, nomor medical record.
b. Riwayat kesehatan dahulu
Meliputi penyakit berat yang pernah diderita, obat obatan yang pernah
dikonsumsi, kebiasaan berobat, alergi makanan/obat, dan alat bantu yang
digunakan
c. Riwayat kesehatan sekarang
Meliputi keluhan utama pasien, tanggal mulai sakit, proses terjadinya sakit,
upaya yang telah dilakukan, dan observasi tanda-tanda vital seperti suhu tekanan
d. Pola aktivitas dan latihan
Meliputi kemampuan merawat diri
e. Pola eliminasi
Meliputi kebiasaan berkemih, masalah berkemih, kesukaran menahan, warna urine,
kebiasaan defekasi, pola defekasi, kesukaran menahan
f. Pola istirahat dan tidur
Meliputi kebiasaan saat tidur, masalah tidur
g. Pola kognitif spiritual
Meliputi keadaan mental, berbicara, Bahasa yang dikuasai, pendengaran,
penglihatan, vertigo, nyeri,
h. Pemeriksaan fisik
Meliputi keadaan umum pasien, tanda tanda vital pasien, pemeriksaan inspeksi,
palpasi, perkusi, auskultasi yang dilakukan secara head to toe mulai dari pemeriksaan
kepala dan leher, pemeriksaan wajah, pemeriksaan mata, pemeriksaan telinga,
pemeriksaan hidung, pemeriksaan mulut dan bibir, pemeriksaan kuku dan kulit,
pemeriksaan dada dan thorax, pemeriksaan jantung, pemeriksaan payudara dan
aksilla, pemeriksaan abdomen, pemeriksaan musculoskeletal, pemeriksaan genetalia,
rektum dan anus, pemeriksaan neurologis
II. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri Akut
a) Definisi :
Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan
aktual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lamat dan berintensitas ringan
hingga berat yang berlangsung kurang 3 bulan.
b) Penyebab
1. Agen pencedera fisiologis (mis. infarmasi, lakemia, neoplasma)
2. Agen pencedera kimiawi (mis. terbakar, bahan kimia iritan)
3. Agen pencedera fisik (mis.abses, amputasi, terbakar, terpotong, mengangkat
berat, prosedur operasi, trauma, latihan fisik berlebihan)
c) Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif (tidak tersedia)
Objektif
1. Tampak meringis
2. Bersikap protektif (mis. waspada, posisi menghindari nyeri)
3. Gelisah
4. Frekuensi nadi meningkat
5. Sulit tidur
Faktor Risiko:Penyebab :
1. Keteratasan kognitif
2. Gangguan fungsi kognitif
3. Kekeliruan mengikuti anjuran
4. Kurang terpapar informasi
5. Kurang minta dalam belajar
6. Kurang mampu mengingat
7. Ketidaktahuan menemukan informasi
Riwayat jatuh.
Anggota gerak bawah prostesis (buatan).
Penggunaan alat bantu berjalan.
Penurunan tingkat kesadaran.
Perubahan fungsi kognitif.
Lingkungan tidak aman (mis. licin, gelap, lingkungan asing).
Kondisi pasca operasi.
Hipotensi ortostatik.
Perubahan kadar glukosa darah.
Anemia.
Kekuatan otot menurun.
Gangguan pendengaran.
Gangguan keseimbangan.
Gangguan penglihatan (mis. glaukoma, katarak, ablasio, retina, neuritis
optikus).Neuropati.
Efek agen farmakologis (mis. sedasi, alkohol, anastesi umum).
Kondisi Klinis Terkait
1. Kondisi klinis yang baru dihadapi oleh klien
2. Penyakit akut
3. Penyakit kronis
1) Osteoporosis.
2) Kejang.
3) Penyakit sebrovaskuler.
4) Katarak.
5) Glaukoma.
6) Demensia.
7) Hipotensi.
8) Amputasi.
9) Intoksikasi.
10) Preeklampsi.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), Edisi 1,
Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), Edisi
1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
https://hpu.ugm.ac.id/wp-content/uploads/sites/1261/2021/02/HDSS-Sleman-_Buku-Saku-
Kader-Pengontrolan-Asam-Urat-di-Masyarakat-_cetakan-II.pdf
http://eprints.kertacendekia.ac.id/id/eprint/502/1/KTI%20SALASA%20KHAJARUL
%20KARIMAH%201801130.pdf
http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id/2365/3/BAB%20II_1.pdf
http://repository.stikesdrsoebandi.ac.id/293/1/EBN%20ASAM%20URAT
%20PROBOLINGGO.pdf