Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA TN.S DENGAN


MASALAH ASAM URAT (GOUT) DI KELURAHAN KEPANJEN KIDUL

Untuk memenuhi tugas


Praktik Klinik Keperawatan Keluarga

Oleh:
NAMA : RAMA JUAN BAGUS YUSNANDA P
NIM : P17230201015

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN BLITAR
TAHUN 2022
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Pendahuluan ini telah di responsi dan disetujui pembimbing pada:

Hari :
Tanggal :
Judul : Laporan Pendahuluan Asuhan Keperaatan Pada Pasien Asam Urat (Gout)

Pembimbing Institusi Pembimbing Ruangan

( Danang Candra W S.Kep., Ns)


NIP NIP. 198410152009011004

Laporan Pendahuluan
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Asam urat (Gout)

BAB I
KONSEP DASAR KELUARGA
1.1 Konsep Keluarga
1.1.1 Pengertian Keluarga
Keluarga adalah dua orang atau lebih yang disatukan oleh ikatan-
ikatan kebersamaan dan ikatan emosional dan mengidentifikasian diri mereka
sebagai bagian dari keluarga (Zakaria, 2017). Sedangkan menurut Depkes RI
tahun 2000, keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari
kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu
tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling kebergantungan. Duval dan
Logan (1986 dalam Zakaria, 2017)mengatakan keluarga adalah sekumpulan
orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran dan adopsi yang bertujuan
menciptakan, mempertahankan budaya dan meningkatkan pertumbuhan fisik,
mental, emosional serta sosial dari tiap anggota keluarganya.Dari hasil analisa
Walls, 1986 (dalam Zakaria, 2017) keluarga sebagai unit yang perlu dirawat,
boleh jadi tidak diikat oleh hubungan darah atau hukum, tetapi berfungsi
sedemikian rupa sehingga mereka menganggap diri mereka sebagai suatu
keluarga. Jadi, dapat disimpulkan bahwa keluarga adalah dua orang atau lebih
yang disatukan oleh ikatan perkawinan, kelahiran, adopsi dan boleh jadi tidak
diikat oleh hubungan darah dan hukum yang tinggal di suatu tempat di bawah
satu atap dengan keadaan saling ketergantungan dan memiliki kedekatan
emosional yang memiliki tujuan mempertahankan budaya, 7 meingkatkan
pertumbuhan fisik, mental, emosional serta sosial sehingga menganggap diri
mereka sebagai suatu keluarga.

1.1.2 Struktur keluarga


1.) Struktur keluarga terdiri atas:
a. Patrilineal, adalah keluarga sedarah yang terdiri atas sanak saudara sedarah
dalam beberapa generasi, dimana hubungan ini disusun melalui garis
keturunan ayah.
b. Matrilineal, adalah keluarga sedarah yang terdiri atas sanak saudara sedarah
dalam beberapa generasi, dimana hubungan ini disusun melalui garis
keturunan ibu.
c. Matrilokal, adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga
sedarah dari istri.
d. Patrilokal, adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah
dari suami.
e. Keluarga kawinan, adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi
pembinaan keluarga dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian dari
keluarga karena adanya hubungan dengan suami istri.
Ciri-ciri struktur keluarga:
- Terorganisasi, yaitu saling berhubungan, saling ketergantungan antara
anggota keluarga.
- Ada keterbatasan, dimana setiap anggota keluarga memiliki kebebasan
tetapi mereka juga mempunyai keterbatasan dalam menjalankan fungsi
dan tugas masing-masing.
- Ada perbedaan dan kekhususan, yaitu setiap anggota keluarga mempunyai
peranan dan fungsinya masing-masing.
Friedman, Bowden, & Jones (2003) dalam Harmoko (2012) membagi
struktur keluarga menjadi empat elemen, yaitu komunikasi, peran keluarga,
nilai dan norma keluarga, dan kekuatan keluarga.

2.) Struktur komunikasi keluarga.


Komunikasi dalam keluarga dapat berupa komunikasi secara
emosional, komunikasi verbal dan non verbal, komunikasi sirkular. Komunikasi
emosional memungkinkan setiap individu dalam keluarga dapat
mengekspresikan perasaan seperti bahagia, sedih, atau marah diantara para
anggota keluarga. Pada komunikasi verbal anggota keluarga dapat
mengungkapkan apa yang diinginkan melalui katakata yang diikuti dengan
bahasa non verbal seperti gerakan tubuh. Komunikasi sirkular mencakup
sesuatu yang melingkar dua arah dalam keluarga, misalnya pada saat istri marah
pada suami, maka suami akan mengklarifikasi kepada istri apa yang membuat
istri marah.
3.) Struktur peran keluarga.
Peran masing – masing anggaota keluarga baik secara formal maupun
informal, model peran keluarga, konflik dalam pengaturan keluarga.
4.) Struktur nilai dan norma keluarga.
Nilai merupakan persepsi seseorang terhadap sesuatu hal apakah baik
atau bermanfaat bagi dirinya. Norma adalah peran-peran yang dilakukan
manusia, berasal dari nilai budaya terkait. Norma mengarah kepada nilai yang
dianut masyarakat, dimana norma-norma dipelajari sejak kecil. Nilai
merupakan prilaku motivasi diekspresikan melalui perasaan, tindakan dan
pengetahuan. Nilai memberikan makna kehidupan dan meningkatkan harga
diri (Susanto, 2012, dikutip dari Delaune, 2002). Nilai merupakan suatu
sistem, sikap dan kepercayaan yang secara sadar atau tidak, mempersatukan
anggota keluarga dalam satu budaya. Nilai keluarga merupakan suatu
pedoman perilaku dan pedoman bagi perkembangan norma dan peraturan.
Norma adalah pola prilaku yang baik menurut masyarakat berdasarkan sistem
nilai dalam keluarga.
5.) Struktur kekuatan keluarga
Kekuatan keluarga merupakan kemampuan baik aktual maupun
potensial dari individu untuk mengendalikan atau mempengaruhi perilaku
orang lain berubah kearah positif. Tipe struktur kekuatan dalam keluarga
antara lain: hak untuk mengontrol seperti orang tua terhadap anak (legitimate
power/outhority), seseorang yang ditiru (referent power), pendapat, ahli dan
lain-lain (resource or expert power), pengaruh kekuatan karena adanya
harapan yang akan diterima (reward power), pengaruh yang dipaksakan sesuai
keinginannya (coercive power), pengaruh yang dilalui dengan persuasi
(informational power), pengaruh yang diberikan melalui manipulasi dengan
cinta kasih misalnya hubungan seksual (affective power).

1.1.3 Tugas Keluarga


Friedman (2002) membagi 5 peran kesehatan dalam keluarga yaitu:
1. Mengenal gangguan perkembangan kesehatan tiap anggotanya
2. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat
3. Menberikan keperawatan kepada anggota keluarganya yang sakit, dan yang
tidak dapat membantu dirinya sendiri karena cacat atau usianya yang terlalu
muda.
4. Mempertahankan suasana di rumah yang menguntungjan kesehatan dan
perkembangan kepribadian anggota keluarga.
5. Mempertahankan hubungan kepribadian anggota keluarga dan lembaga-
lembaga kesehatan, yang menunjukan pemanfaatan dengan baik fasilitas-
fasilitas kesehatan yang ada

1.1.4 Tahap perkembangan keluarga


Perkembangan keluarga adalah proses perubahan yang terjadi pada
sistem keluarga yang meliputi perubahan pola interaksi dan hubungan antara
anggotanya disepanjang waktu. Tahap perkembangan tersebut disertai dengan
fungsi dan tugas perawat pada setiap tahapan perkembangan.
1.) Tahap I pasangan baru atau keluarga baru (beginning family).
Keluarga baru dimulai saat masing-masing individu laki-laki (suami)
dan perempuan (istri) membentuk keluarga melalui perkawinan yang sah dan
meninggalkan keluarga masing-masing. Meninggalkan keluarga bisa berarti
psikologis karena kenyataannya banyak keluarga baru yang masih tinggal
dengan orang tuanya. Dua orang yang membentuk keluarga baru
membutuhkan penyesuaian peran dan fungsi. Masing-masing belajar hidup
bersama serta beradaptasi dengan kebiasaan sendiri dan pasangannya,
misalnya makan, tidur, bangun pagi dan sebagainya.
Tugas perkembangan
a. Membina hubungan intim dan memuaskan.
b. Membina hubungan dengan keluarga lain, teman dan kelompok sosial.
c. Mendiskusikan rencana memiliki anak.
Keluarga baru ini merupakan anggota dari tiga keluarga ; keluarga
suami, keluarga istri dan keluarga sendiri.
2.) Tahap II keluarga dengan kelahiran anak pertama (child bearing family).
Dimulai sejak hamil sampai kelahiran anak pertama dan berlanjut
sampai anak berumur 30 bulan atau 2,5 tahun.
Tugas perkembangan kelurga yang penting pada tahap ini adalah:
a. Persiapan menjadi orang tua
b. Adaptasi dengan perubahan anggota keluarga, peran, interaksi,
hubungan sexual dan kegiatan.
c. Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan. Peran
utama perawat adalah mengkaji peran orang tua; bagaimana orang tua
berinteraksi dan merawat bayi. Perawat perlu menfasilitasi hubungan
orang tua dan bayi yang positif dan hangat sehingga jalinan kasih
sayang antara bayi dan orang tua dapat tercapai.
3.) Tahap III keluarga dengan anak prasekolah (families with preschool).
Tahap ini dimulai saat anak pertama berumur 2,5 tahun dan berakhir
saat anak berusia 5 tahun.
Tugas perkembangan
a. Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti kebutuhan tempat
tinggal, privasi dan rasa aman.
b. Membantu anak untuk bersosialisasi
c. Beradaptasi dengan anaky baru lahir, sementara kebutuhan anak lain
juga harus terpenuhi.
d. Mempertahankan hubungan yang sehat baik didalam keluarga maupun
dengan masyarakat.
e. Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak.
f. Pembagian tanggung jawab anggota keluarga.
g. Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh kembang.

4.) Tahap IV keluarga dengan anak usia sekolah (families with children).
Tahap ini dimulai saat anak berumur 6 tahun (mulai sekolah ) dan
berakhir pada saat anak berumur 12 tahun. Pada tahap ini biasanya keluarga
mencapai jumlah maksimal sehingga keluarga sangat sibuk. Selain aktivitas di
sekolah, masingmasing anak memiliki minat sendiri. Dmikian pula orang tua
mempunyai aktivitas yang berbeda dengan anak.
Tugas perkembangan keluarga.
a. Membantu sosialisasi anak dengan tetangga, sekolah dan lingkungan.
b. Mempertahankan keintiman pasangan.
c. Memenuhi kebutuhan dan biaya kehidupan yang semakin meningkat,
termasuk kebutuhan untuk meningkatkan kesehatan anggota keluarga.
Pada tahap ini anak perlu berpisah dengan orang tua, memberi kesempatan
pada anak untuk nbersosialisasi dalam aktivitas baik di sekolah maupun di luar
sekolah.
5.) Tahap V keluarga dengan anak remaja (families with teenagers).
Dimulai saat anak berumur 13 tahun dan berakhir 6 sampai 7 tahun
kemudian. Tujuannya untuk memberikan tanggung jawab serta kebebasan
yang lebih besar untuk mempersiapkan diri menjadi orang dewasa.
Tugas perkembangan
a. Memberikan kebebasan yang seimbnag dengan tanggung jawab.
b. Mempertahankan hubungan yang intim dengan keluarga.
c. Mempertahankan komunikasi yang terbuka antara anak dan orang tua.
Hindari perdebatan, kecurigaan dan permusuhan.
d. Perubahan sistem peran dan peraturan untuk tumbuh kembang
keluarga. Merupakan tahap paling sulit karena orang tua melepas
otoritasnya dan membimbing anak untuk bertanggung jawab.
Seringkali muncul konflik orang tua dan remaja.
6.) Tahap VI keluarga dengan anak dewasa atau pelepasan (launching center
family).
Dimulai pada saat anak pertama meninggalkan rumah dan berakhir
pada saat anak terakhir meninggalkan rumah. Lamanya tahapan ini tergantung
jumlah anak dan ada atau tidaknya anak yang belum berkeluarga dan tetap
tinggal bersama orang tua. Tugas perkembangan :
a. Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar.
b. Mempertahankan keintiman pasangan.
c. Membantu orang tua memasuki masa tua.
d. Membantu anak untuk mandiri di masyarakat.
e. Penataan kembali peran dan kegiatan rumah tangga.
7.) Tahap VII keluarga usia pertengahan (middle age families).
Tahap ini dimulai pada saat anak yang terakhir meninggalkan rumah
dan berakhir saat pensiun atau salah satu pasangan meninggal. Pada beberapa
pasangan fase ini dianggap sulit karena masa usia lanjut, perpisahan dengan
anak dan perasaan gagal sebagai orang tua.
Tugas perkembangan
a. Mempertahankan kesehatan.
b. Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan teman sebaya
dan anakanak.
c. Meningkatkan keakraban pasangan. Fokus mempertahankan kesehatan
pada pola hidup sehat, diet seimbang, olah raga rutin, menikmati
hidup, pekerjaan dan lain sebagainya.
8.) Tahap VIII keluarga usia lanjut Dimulai saat pensiun sampai dengan salah
satu pasangan meninggal dan keduanya meninggal.
Tugas perkembangan
a. Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan.
b. Adaptasi dengan perubahan kehilangan pasangan, teman, kekuatan
fisik dan pendapatan.
c. Mempertahankan keakraban suami/istri dan saling merawat.
d. Mempertahankan hubungan dengan anak dan sosial masyarakat.
e. Melakukan life review.
f. Mempertahankan penataan yang memuaskan merupakan tugas utama
keluarga pada tahap ini.
Pengambilan Keputusan dalam Perawatan Kesehatan Keluarga Dalam
mengatasi masalah kesehatan yang terjadi pada keluarga, yang mengambil
keputusan dalam pemecahannya adalah tetap kepala keluarga atau anggota
keluarga yang di tuakan, merekalah yang menentukan masalah dan kebutuhan
keluarga.
Dasar pegambilan keputusan tersebut adalah :
1. Hak dan Tanggung jawabnya sebagai kepala keluarga
2. Kewenangan dan otoritas yang telah diakui oleh masing-masing anggota
keluarga
3. Hak dalam menentukan masalah dan kebutuhan pelayanan terhadap keluarga
atau anggota keluarga yang bermasalah.
1.1.5 Fungsi Keluarga
Ada beberapa fungsi keluarga antara lain (Suprajitno, 2004)
1. Fungsi biologis, kebutuhan meliputi:
a. Sandang, Pangan dan papan
b. Hubungan seksual suami istri
c. Reproduksi atau pengembangan keturunan
d. Fungsi ekonomi: Keluarga (dalam hal ini ayah) mempunyai kewajiban
menafkahi keluarganya (istri dan anaknya).
2. Fungsi pendidikan: keluarga berfungsi sebagai (transmiter budaya atau
mediator sosial budaya bagi anak).
3. Fungsi sosialisasi: Keluarga merupakan penyamaan bagi masyarakat masa
depan dan lingkungan keluarga merupakan faktor penentu yang sangat
mempengaruhi kualitas generasi yang akan datang.
4. Fungsi perlindungan: Keluarga sebagai pelindung bagi para anggota keluarga
dari gangguan, ancaman atau kondisi yang menimbulkan ketidaknyamanan
(fisik, psikologis) para anggotanya.
5. Fungsi rekreasi: Keluarga diciptakan sebagai lingkungan yang memberi
kenyamanan, keceriaan, kehangatan dan penuh semangat bagi anggotanya
6. Fungsi agama (religius): keluarga berfungsi sebagai penanam nilai-nilai
agama kepada anak agar mereka memiliki pedoman hidup yang benar.
1.1.6 Keluarga Kelompok Risiko Tinggi Dalam melaksanakan asuhan keperawatan
kesehatan keluarga, yang menjadi prioritas utama adalah keluarga-keluarga
yang risiko tinggi dalam bidang kesehatan, meliputi:
1.) Keluarga dengan anggota keluarga dalam masa usia subur dengan masalah
sebagai berikut:
a. Tingkat sosial ekonomi keluarga rendah.
b. Keluarga kurang atau tidak mampu mengatasi masalah kesehatan sendiri.
c. Kelurga dengan keturunan yang kurang baik atau keluarga dengan penyakit
keturunan.
2.) Keluarga dengan ibu risiko tinggi kebidanan.
Waktu hamil:
a. Umur ibu (kurang 16 tahun atau lebih 35 tahun).
b. Menderita kekurangan gizi atau anemia.
c. Menderita hipertensi.
d. Primipara atau multipara.
e. Riwayat persalinan dengan komplikasi.

3.) Keluarga dimana anak menjadi risiko tinggi, karena:


a. Lahir prematur atau BBLR.
b. Lahir dengan cacat bawaan.
c. ASI ibu kurang sehingga tidak mencukupi kebutuhan bayi.
d. Ibu menderita penyakit menular yang dapat mengancam bayi atau anaknya.
4.) Keluarga mempunyai masalah dalam hubungan antara anggota keluarga:
a. Anak yang tidak dikehendaki dan pernah dicoba untuk digugurkan
b. Tidak ada kesesuaiana pendapat antara anggota keluarga dan sering cekcok
dan tegang.
c. Ada anggota keluarga yang sering sakit.
d. Salah satu orang tua (suami atau istri) meninggal, atau lari meninggalkan
keluarga.
BAB II
KONSEP DASAR ASAM URAT (GOUT)

2.1 Konsep Asam Urat (Gout)


2.2.1 Definisi Asam Urat (Gout)
Asam urat adalah senyawa nitrogen yang dihasilkan dari proses katabolisme
purin baik dari diet maupun dari asam nukleat endogen (asam deoksiribonukleat
DNA ). Asam urat sebagian besar dieksresi melalui ginjal dan hanya sebagian kecil
melalui saluran cerna. Ketika kadar asam urat meningkat, disebut hiperuresemia,
penderita akan mengalami pirai (gout). Penyebab hiperuresemia karena produksi
yang berlebihan atau ekresi yang menurun (seperti pada gagal ginjal). Produksi
yang berlebihan didapatkan pada penderita dengan keganasan, terjadi turnover
purin dan DNA sangat tinggi. Penyebab lain hiperuresemia adalah alkohol,
leukemia, karsinoma metastatik, multiple myeloma, hiperlipoproteinemia, diabetes
mellitus, gagal ginjal, stress, keracunan timbal, dan dehidrasi akibat pemakaian
diuretik.

2.2.2 Etiologi
Penyebab utama dari penyakit asam urat adalah kadar asam urat (uric acid)
yang terlalu tinggi dalam tubuh. Seseorang dikatakan memiliki kadar uric acid
tinggi bila hasil tes asam urat yang dilakukannya mencapai 6,0 mg/dL pada wanita
dan 7,0 mg/dL pada pria. Adapun kadar asam urat normal berada di bawah angka
tersebut.
Asam urat sebenarnya adalah zat yang terbentuk ketika tubuh memecah
purin.Purin merupakan senyawa alami yang ada di tubuh dan dapat pula ditemukan
di berbagai makanan dan minuman. Pada kondisi normal, zat asam urat larut dalam
darah serta diproses dan dikeluarkan oleh ginjal dalam bentuk urine. Namun, kadar
asam urat yang melebihi normal bisa menumpuk dan membentuk kristal, yang
disebut dengan monosodium urate, di persendian. Kristal asam urat inilah yang
kemudian menyebabkan peradangan dan rasa nyeri pada sendi.
Ada berbagai hal yang dapat menyebabkan kadar asam urat yang tinggi.
Namun, faktor utama yang menjadi pemicu kondisi tersebut adalah gaya hidup
yang tidak sehat, terutama mengonsumsi terlalu banyak makanan yang
mengandung purin.
2.2.3 Patofisiologi
Dalam keadaan normal, kadar asam urat di dalam darah pada pria dewasa
kurang dari 7 mg/dl, dan pada wanita kurang dari 6 mg/dl. Apabila konsentrasi
asam urat dalam serum lebih besar dari 7 mg/dl dapat menyebabkan penumpukan
kristal monosodium urat. Serangan gout tampaknya berhubungan dengan
peningkatan atau penurunan secara mendadak kadar asam urat dalam serum. Jika
kristal asam urat mengendap dalam sendi, akan terjadi respon inflamasi dan
diteruskan dengan terjadinya serangan gout. Dengan adanya serangan yang
berulang – ulang, penumpukan kristal monosodium urat yang dinamakan thopi
akan mengendap dibagian perifer tubuh seperti ibu jari kaki, tangan dan telinga.
Penurunan urat serum dapat mencetuskan pelepasan kristal monosodium urat
dari depositnya dalam tofi (crystals shedding). Pada beberapa pasien gout atau
dengan hiperurisemia asimptomatik kristal uratditemukan pada sendi
metatarsofalangeal dan patella yang sebelumnya tidakpernah mendapat serangan
akut. Dengan demikian, gout dapat timbul pada keadaan asimptomatik. Terdapat
peranan temperatur, pH, dan kelarutan urat untuk timbul serangan gout.

2.2.4 Tanda Dan Gejala


Gejala dan keluhan gout akut, timbul gejala tanpa ada tanda sebelumnya.
Gejala yang timbul berawal dari trauma kecil dan terlalu banyak makan kesukaan,
makanan yang tinggi purin, minum alkohol, dan kurang olahraga. Tiba-tiba timbul
nyeri sendi pada suatu persendian biasanya awal sakit terjadi pada malam hari.
Penyakit ini semakin hari semakin berat. Sendi antara jari kaki dan telapak kaki
sering diserang sakit gout dan di sebut podagra (pod=kaki, agra=serangan berarti
serangan pada ibu jari kaki).
Tetapi gout tidak hanya menyerang pada area jari kaki atau telapak kaki, bisa
saja sendi yang diserang seperti sendi pada lutut, tumit, pergelangan tangan, dan
siku. nyeri sendi tersebut disertai gejala antara lain: demam,menggigil, denyut
jantung cepat, badan lemah, jumlah sel darah putih meningkat. Pada minggu
pertama serangan biasanya mengenai satu sendi dan berakhir dalam beberapa hari.
Tetapi semakin lama menyerang sendi secara bersamaan. Mungkin serangan ini
bisa berlalu dalam beberapa minggu dengan gejala lokal berkurang dan sendi mulai
tidak sakit serta bisa digerakkan kembali meskipun tanpa pengobatan.
2.2.5 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan diagnostik pada artritis gout ada 4 yaitu:
1. Laboratorium
a. Pemeriksaan cairan sinovia didapatkan adanya kristal monosodium
intraseluler
b. Analisis cairan sendi merupakan pemeriksaan cairan sendi dibawah adanya
peradangan, infeksi bakteri, dan kristal asam urat.
c. Pemeriksaan serum asam urat meningkat >7 mg/dl.
d. Pemeriksaan kadar asam urat dalam urin per 24 jam
Kadar asam urat dalam urin berlebihan jika kadarnya >800 mg pada diit biasa
atau lebih dari 600 mg/24 jam pada diit bebas urine. Urinalis untuk mendeteksi
resiko batu asam urat. Pemeriksaan kimia darah untuk mendeteksi fungsi ginjal,
hati, hipertrigliseridemia, tingginya LDL, dan
adanya diabetes mellitus.
2. Leukositosis didapatkan pada fase akut
3. Radiodiagnostik
a. Radiografi untuk mendeteksi adanya klasifikasi sendi
b. Radiografi didapatkan adanya erosi pada permukaan sendi
4. Pemeriksaan lain
Jenis pemeriksaan lain adalah MRI (magnetic resonance imaging) dan computer
tomograpy scan (CT Scan) yang dapat menggambarkan anatomi tubuh sehingga
dapat mendeteksi kelainan dan ketidak normalan organ dan jaringan tubuh secara
terperinci adalah arthrograpy, biopsi dan arthroskopi.
2.2.6 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan asam urat secara umum menurut Noviyanti (2015), dapat
diatasi dengan menggunakan terapi farmakologi dan terapi nonfarmakologi
1. Farmakologi
Pengobatan modern ini biasa diperoleh dengan mengunakan resep dokter. Obat-
obatannya antara lain:
a. Obat Anti Inflamasi Non-Steroid (OAINS), yang berfungsi untuk mengatasi
nyeri sendi akibat proses peradangan.
b. Kortikosteroid, yang berfungsi sebagai obat anti radang dan menekan reaksi
imun.
c. Suplemen antioksidan yang diperoleh dari asupan vitamin dan mineral yang
berkhasiat untuk mengobati asam urat. Asupan vitamin danmineral dapat
diperoleh dengan mengkonsumsi buah atau sayuran segar atau orange, seperti
wortel.
d. Alopurinol: Obat yang paling umum digunakan untuk menghambat produkasi
asam uraty dengan menghambat xanthine oksidase, mencegah peningkatan
kadar asam urat.
2. Non-Farmakologi
a. Pola hidup sehat: makan makanan yang mengandung rendah purin, olahraga
3. Komplementer
a. Terapi akupuntur, akupresure, dan terapi bekam.
Pathway

Penyakit dan
Makanan Obat – obatan

Menghambat ekresi asam urat


Kadar Protein di tubulus ginjal

Sekresi asam Produksi Asam


urat Gangguan Urat
Metabolism purin

GOUT

Pelepasan Kristal monosodium urat (crytal shedding)

Penimbunan Kristal Urat Di dalam di sekitar sendi

Pengendapan Kristal urat Penimbunan pada membrane synoval dan


tulang rawan articular

Lekosit menekan Kristal urat


Erosi tulang rawan dan pembentukan
panus
Mekanisme peradangan
Degenerasi tulang rawan
sendi
Sirkulasi darah daerah \Er
radang
Terbentuk topus , fibrosis,
akilosis pada tulang
Vasodilatasi dari kapiler

Pembentukan
Eritma, Panas tukak pada sendi

Tofus – tofus
Nyeri mengering

Kekakuan pd Sendi

Gangguan Membatasi pergerakan


Mobilisasi Fisik pd sendi
BAB III
KONSEP DASAR PROSES KEPERAWATA KELUARGA
N GERONTIK DENGAN ASAM URAT (GOUT)

I. ASUHAN KEPERAWATAN
a. Pengkajian
Meliputi nama, umur, pendidikan, suku bangsa, pekrjaan, agama, alamat, status
perkawinan, ruang rawat, nomor medical record.
b. Riwayat kesehatan dahulu
Meliputi penyakit berat yang pernah diderita, obat obatan yang pernah
dikonsumsi, kebiasaan berobat, alergi makanan/obat, dan alat bantu yang
digunakan
c. Riwayat kesehatan sekarang
Meliputi keluhan utama pasien, tanggal mulai sakit, proses terjadinya sakit,
upaya yang telah dilakukan, dan observasi tanda-tanda vital seperti suhu tekanan
d. Pola aktivitas dan latihan
Meliputi kemampuan merawat diri
e. Pola eliminasi
Meliputi kebiasaan berkemih, masalah berkemih, kesukaran menahan, warna urine,
kebiasaan defekasi, pola defekasi, kesukaran menahan
f. Pola istirahat dan tidur
Meliputi kebiasaan saat tidur, masalah tidur
g. Pola kognitif spiritual
Meliputi keadaan mental, berbicara, Bahasa yang dikuasai, pendengaran,
penglihatan, vertigo, nyeri,
h. Pemeriksaan fisik
Meliputi keadaan umum pasien, tanda tanda vital pasien, pemeriksaan inspeksi,
palpasi, perkusi, auskultasi yang dilakukan secara head to toe mulai dari pemeriksaan
kepala dan leher, pemeriksaan wajah, pemeriksaan mata, pemeriksaan telinga,
pemeriksaan hidung, pemeriksaan mulut dan bibir, pemeriksaan kuku dan kulit,
pemeriksaan dada dan thorax, pemeriksaan jantung, pemeriksaan payudara dan
aksilla, pemeriksaan abdomen, pemeriksaan musculoskeletal, pemeriksaan genetalia,
rektum dan anus, pemeriksaan neurologis
II. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri Akut
a) Definisi :
Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan
aktual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lamat dan berintensitas ringan
hingga berat yang berlangsung kurang 3 bulan.
b) Penyebab
1. Agen pencedera fisiologis (mis. infarmasi, lakemia, neoplasma)
2. Agen pencedera kimiawi (mis. terbakar, bahan kimia iritan)
3. Agen pencedera fisik (mis.abses, amputasi, terbakar, terpotong, mengangkat
berat, prosedur operasi, trauma, latihan fisik berlebihan)
c) Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif (tidak tersedia)
Objektif
1. Tampak meringis
2. Bersikap protektif (mis. waspada, posisi menghindari nyeri)
3. Gelisah
4. Frekuensi nadi meningkat
5. Sulit tidur

d) Gejala dan Minor


Subjektif (tidak tersedia)
Objektif
1. Tekanan darah meningkat
2. pola napas berubah
3. nafsu makan berubah
4. proses berpikir terganggu
5. Menarik diri
6. Berfokus pada diri sendiri
7. Diaforesis
2. Defisit PengetahuanRisiko Jatuh
Definisi :
Berisiko mengalami kerusakan fisik dan gangguan kesehatan akibat terjatuh.Ketiadaan atau
kurangnya informasi kognitif yang berkaitan dengan topik tertentu.

Faktor Risiko:Penyebab :
1. Keteratasan kognitif
2. Gangguan fungsi kognitif
3. Kekeliruan mengikuti anjuran
4. Kurang terpapar informasi
5. Kurang minta dalam belajar
6. Kurang mampu mengingat
7. Ketidaktahuan menemukan informasi

Gejala dan Tanda Mayor


Subjektif
1. Menanyakan masalah yang dihadapi
Objektif
1. Menunjukan perilaku tidak sesuai anjuran
2. Menunjukan presepsi keliru terhadap masalah
Gejala dan Minor
Subjektif (tidak tersedia)
Objektif
1. Menjalani pemeriksaan yang tiddak tepat
2. Menunjukan perilaku yang berlebihan
Usia >65 tahun (pada dewasa) atau <2 tahun (pada anak).

Riwayat jatuh.
Anggota gerak bawah prostesis (buatan).
Penggunaan alat bantu berjalan.
Penurunan tingkat kesadaran.
Perubahan fungsi kognitif.
Lingkungan tidak aman (mis. licin, gelap, lingkungan asing).
Kondisi pasca operasi.
Hipotensi ortostatik.
Perubahan kadar glukosa darah.
Anemia.
Kekuatan otot menurun.
Gangguan pendengaran.
Gangguan keseimbangan.
Gangguan penglihatan (mis. glaukoma, katarak, ablasio, retina, neuritis
optikus).Neuropati.
Efek agen farmakologis (mis. sedasi, alkohol, anastesi umum).
Kondisi Klinis Terkait
1. Kondisi klinis yang baru dihadapi oleh klien
2. Penyakit akut
3. Penyakit kronis
1) Osteoporosis.
2) Kejang.
3) Penyakit sebrovaskuler.
4) Katarak.
5) Glaukoma.
6) Demensia.
7) Hipotensi.
8) Amputasi.
9) Intoksikasi.
10) Preeklampsi.

III. INTERVENSI KEPERAWATAN

No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Rencana Tindakan


. Hasil
DX
1. Nyeri akut b.d agen Setelah dilakukan Manajemen Nyeri
pencedera fisiologis d.d tindakan keperawatan 1.) Observasi
mengeluh nyeri, tampak selama 1x 24 jam, maka  Identifikasi lokasi,
meringis,bersikap tingkat nyeri menurun, karakteristik, durasi
protektif,gelisah,frekuensi dengan kriteria hasil : frekuensi, kualitas, intensitas
nadi meningkat, sulit a) Keluhan nyeri nyeri
tidur, tekanan darah menurun  Identifikasi skala nyeri
meningkat, pola nafas b) Meringis menurun  Identifikasi faktor yang
berubah, nafsu makan c) Sikap protektif memperberat dan
menurun menurun memperingan nyeri
d) Gelisah menurun 2.) Terapeutik
e) Kesulitan tidur  Berikan teknik
menurun nonfarmakologis untuk
f) Mual menurun mengurangi rasa nyeri (mis.
g) Frekuensi nadi Hipnotis, terapi music,
membaik terapi pijat, imajinasi
h) Tekanan darah terbimbing, kompres
membaik hangat/dingin)
i) Nafsu makan  Kontrol ruangan yang
membaik memperberat rasa nyeri
(mis. Suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
 Fasilitasi istirahat dan tidur
3.) Edukasi
 Jelaskan strategi meredakan
nyeri
 Anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri
4.) Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu

2. Defisit Pengetahuan Setelah dilakukan Edukasi Kesehatan


Tentang Hipertensi b.d pendidikan kesehatan 1x 1) Observasi
Kurangnya informasi 20 menit Tingkat  Identifikasi kesiapan dan
tentang Hipertensi d.d Pengetahuan meningkat kemampuan untuk
konsumsi makanan yang dengan kriteria hasil : menrima informasi
asin, dan selalu bertanya a) Perilaku sesuai  Identifikasi faktor –
tentang masalah yang anjuran meningkat. faktor yang dapat
dihadapi. b) Perilaku sesuai meningkatkan dan
dengan pengetahuan menurunkan motivasi
meningkat. perilaku hidup bersih dan
c) Pertanyaan tentang sehat.
masalah yang 2) Terapeutik
dihadapi menurun.  Sediakan materi dan
d) Persepesi terhadapa media pendidikan
masalah yang di kesehatan.
hadapi menurun.  Jadwalkan pendidikan
e) Perilaku membaik. kesehatan sesuai
kesepakatan.
 Berikan kesempatan
untuk bertanya.
3) Edukasi
 Jelaskan faktor risiko
yang dapat
mempengaruhi
kesehatan.
 Ajarkan perilaku hidup
bersih dan sehat.
 Ajarkan strategi yang
dapat digunakan untuk
meningkatkan perilaku
hidup bersih dan sehat.
DAFTAR PUSTAKA

Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), Edisi 1,
Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), Edisi
1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
https://hpu.ugm.ac.id/wp-content/uploads/sites/1261/2021/02/HDSS-Sleman-_Buku-Saku-
Kader-Pengontrolan-Asam-Urat-di-Masyarakat-_cetakan-II.pdf
http://eprints.kertacendekia.ac.id/id/eprint/502/1/KTI%20SALASA%20KHAJARUL
%20KARIMAH%201801130.pdf
http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id/2365/3/BAB%20II_1.pdf
http://repository.stikesdrsoebandi.ac.id/293/1/EBN%20ASAM%20URAT
%20PROBOLINGGO.pdf

Anda mungkin juga menyukai