Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KELUARGA TN. A


DENGAN PERILAKU KECANDUAN HANDPHONE
DAN RISIKO GANGGUAN KESEHATAN
DI KELURAHAN TANGGUNG PUSKESMAS KEPANJEN KIDUL

Untuk memenuhi tugas


Praktik Klinik Keperawatan Keluarga

Oleh:
NAMA : FINIDA RAMADHANI
NIM : P17230203062

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN BLITAR
TAHUN 2022
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan ini telah diresponsi dan disetujui pembimbing pada :


Hari :
Tanggal :
Judul : Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Pada Keluarga Tn. A dengan
Perilaku Kecanduan Handphone dan Risiko Gangguan Kesehatan di Kelurahan Tanggung
Puskesmas Kepanjen Kidul

Pembimbing Institusi Pembimbing Ruangan

Dr. Ns. Sri Mugianti., M.Kep Eltrik Setiawan

NIP.196609031988032002 NIP.
Laporan Pendahuluan
Asuhan Keperawatan Pada Keluarga Tn. A dengan Perilaku Kecanduan Handphone dan Risiko
Gangguan Kesehatan di Kelurahan Tanggung Puskesmas Kepanjen Kidul

BAB I
KONSEP DASAR KELUARGA
1.1 Konsep Keluarga
1.1.1 Pengertian Keluarga
Keluarga adalah dua orang atau lebih yang disatukan oleh ikatan-ikatan
kebersamaan dan ikatan emosional dan mengidentifikasian diri mereka sebagai
bagian dari keluarga (Zakaria, 2017). Sedangkan menurut Depkes RI tahun 2000,
keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan
beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah satu atap
dalam keadaan saling kebergantungan. Duval dan Logan (1986 dalam Zakaria,
2017) mengatakan keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan,
kelahiran dan adopsi yang bertujuan menciptakan, mempertahankan budaya dan
meningkatkan pertumbuhan fisik, mental, emosional serta sosial dari tiap anggota
keluarganya. Dari hasil analisa Walls, 1986 (dalam Zakaria, 2017) keluarga
sebagai unit yang perlu dirawat, boleh jadi tidak diikat oleh hubungan darah atau
hukum, tetapi berfungsi sedemikian rupa sehingga mereka menganggap diri
mereka sebagai suatu keluarga. Jadi, dapat disimpulkan bahwa keluarga adalah
dua orang atau lebih yang disatukan oleh ikatan perkawinan, kelahiran, adopsi
dan boleh jadi tidak diikat oleh hubungan darah dan hukum yang tinggal di suatu
tempat di bawah satu atap dengan keadaan saling ketergantungan dan memiliki
kedekatan emosional yang memiliki tujuan mempertahankan budaya,
meningkatkan pertumbuhan fisik, mental, emosional serta sosial sehingga
menganggap diri mereka sebagai suatu keluarga.

1.1.2 Struktur keluarga


1.) Struktur keluarga terdiri atas:
a. Patrilineal, adalah keluarga sedarah yang terdiri atas sanak saudara sedarah
dalam beberapa generasi, dimana hubungan ini disusun melalui garis keturunan
ayah.
b. Matrilineal, adalah keluarga sedarah yang terdiri atas sanak saudara sedarah
dalam beberapa generasi, dimana hubungan ini disusun melalui garis keturunan
ibu.
c. Matrilokal, adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah
dari istri.
d. Patrilokal, adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah
dari suami.
e. Keluarga kawinan, adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan
keluarga dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian dari keluarga karena
adanya hubungan dengan suami istri.
Ciri-ciri struktur keluarga:
- Terorganisasi, yaitu saling berhubungan, saling ketergantungan antara
anggota keluarga.
- Ada keterbatasan, dimana setiap anggota keluarga memiliki kebebasan tetapi
mereka juga mempunyai keterbatasan dalam menjalankan fungsi dan tugas
masing-masing.
- Ada perbedaan dan kekhususan, yaitu setiap anggota keluarga mempunyai
peranan dan fungsinya masing-masing.
Friedman, Bowden, & Jones (2003) dalam Harmoko (2012) membagi struktur
keluarga menjadi empat elemen, yaitu komunikasi, peran keluarga, nilai dan
norma keluarga, dan kekuatan keluarga.

2.) Struktur komunikasi keluarga.


Komunikasi dalam keluarga dapat berupa komunikasi secara emosional,
komunikasi verbal dan non verbal, komunikasi sirkular. Komunikasi emosional
memungkinkan setiap individu dalam keluarga dapat mengekspresikan perasaan
seperti bahagia, sedih, atau marah diantara para anggota keluarga. Pada komunikasi
verbal anggota keluarga dapat mengungkapkan apa yang diinginkan melalui
katakata yang diikuti dengan bahasa non verbal seperti gerakan tubuh. Komunikasi
sirkular mencakup sesuatu yang melingkar dua arah dalam keluarga, misalnya pada
saat istri marah pada suami, maka suami akan mengklarifikasi kepada istri apa yang
membuat istri marah.
3.) Struktur peran keluarga.
Peran masing – masing anggaota keluarga baik secara formal maupun
informal, model peran keluarga, konflik dalam pengaturan keluarga.
4.) Struktur nilai dan norma keluarga.
Nilai merupakan persepsi seseorang terhadap sesuatu hal apakah baik atau
bermanfaat bagi dirinya. Norma adalah peran-peran yang dilakukan manusia,
berasal dari nilai budaya terkait. Norma mengarah kepada nilai yang dianut
masyarakat, dimana norma-norma dipelajari sejak kecil. Nilai merupakan prilaku
motivasi diekspresikan melalui perasaan, tindakan dan pengetahuan. Nilai
memberikan makna kehidupan dan meningkatkan harga diri (Susanto, 2012, dikutip
dari Delaune, 2002). Nilai merupakan suatu sistem, sikap dan kepercayaan yang
secara sadar atau tidak, mempersatukan anggota keluarga dalam satu budaya. Nilai
keluarga merupakan suatu pedoman perilaku dan pedoman bagi perkembangan
norma dan peraturan. Norma adalah pola prilaku yang baik menurut masyarakat
berdasarkan sistem nilai dalam keluarga.
5.) Struktur kekuatan keluarga
Kekuatan keluarga merupakan kemampuan baik aktual maupun potensial
dari individu untuk mengendalikan atau mempengaruhi perilaku orang lain berubah
kearah positif. Tipe struktur kekuatan dalam keluarga antara lain: hak untuk
mengontrol seperti orang tua terhadap anak (legitimate power/outhority), seseorang
yang ditiru (referent power), pendapat, ahli dan lain-lain (resource or expert power),
pengaruh kekuatan karena adanya harapan yang akan diterima (reward power),
pengaruh yang dipaksakan sesuai keinginannya (coercive power), pengaruh yang
dilalui dengan persuasi (informational power), pengaruh yang diberikan melalui
manipulasi dengan cinta kasih misalnya hubungan seksual (affective power).

1.1.3 Tugas Keluarga


Friedman (2002) membagi 5 peran kesehatan dalam keluarga yaitu:
1. Mengenal gangguan perkembangan kesehatan tiap anggotanya
2. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat
3. Memberikan keperawatan kepada anggota keluarganya yang sakit, dan yang
tidak dapat membantu dirinya sendiri karena cacat atau usianya yang terlalu
muda.
4. Mempertahankan suasana di rumah yang menguntungjan kesehatan dan
perkembangan kepribadian anggota keluarga.
5. Mempertahankan hubungan kepribadian anggota keluarga dan lembaga-lembaga
kesehatan, yang menunjukan pemanfaatan dengan baik fasilitas-fasilitas
kesehatan yang ada

1.1.4 Tahap perkembangan keluarga


Perkembangan keluarga adalah proses perubahan yang terjadi pada sistem
keluarga yang meliputi perubahan pola interaksi dan hubungan antara anggotanya
disepanjang waktu. Tahap perkembangan tersebut disertai dengan fungsi dan tugas
perawat pada setiap tahapan perkembangan.
1.) Tahap I pasangan baru atau keluarga baru (beginning family).
Keluarga baru dimulai saat masing-masing individu laki-laki (suami) dan
perempuan (istri) membentuk keluarga melalui perkawinan yang sah dan
meninggalkan keluarga masing-masing. Meninggalkan keluarga bisa berarti
psikologis karena kenyataannya banyak keluarga baru yang masih tinggal dengan
orang tuanya. Dua orang yang membentuk keluarga baru membutuhkan
penyesuaian peran dan fungsi. Masing-masing belajar hidup bersama serta
beradaptasi dengan kebiasaan sendiri dan pasangannya, misalnya makan, tidur,
bangun pagi dan sebagainya.
Tugas perkembangan
a. Membina hubungan intim dan memuaskan.
b. Membina hubungan dengan keluarga lain, teman dan kelompok sosial.
c. Mendiskusikan rencana memiliki anak.
Keluarga baru ini merupakan anggota dari tiga keluarga ; keluarga suami,
keluarga istri dan keluarga sendiri.
2.) Tahap II keluarga dengan kelahiran anak pertama (child bearing family).
Dimulai sejak hamil sampai kelahiran anak pertama dan berlanjut sampai
anak berumur 30 bulan atau 2,5 tahun.
Tugas perkembangan kelurga yang penting pada tahap ini adalah:
a. Persiapan menjadi orang tua
b. Adaptasi dengan perubahan anggota keluarga, peran, interaksi, hubungan
sexual dan kegiatan.
c. Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan. Peran
utama perawat adalah mengkaji peran orang tua; bagaimana orang tua
berinteraksi dan merawat bayi. Perawat perlu menfasilitasi hubungan
orang tua dan bayi yang positif dan hangat sehingga jalinan kasih sayang
antara bayi dan orang tua dapat tercapai.
3.) Tahap III keluarga dengan anak prasekolah (families with preschool).
Tahap ini dimulai saat anak pertama berumur 2,5 tahun dan berakhir saat
anak berusia 5 tahun.
Tugas perkembangan
a. Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti kebutuhan tempat tinggal,
privasi dan rasa aman.
b. Membantu anak untuk bersosialisasi
c. Beradaptasi dengan anak yang baru lahir, sementara kebutuhan anak lain
juga harus terpenuhi.
d. Mempertahankan hubungan yang sehat baik didalam keluarga maupun
dengan masyarakat.
e. Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak.
f. Pembagian tanggung jawab anggota keluarga.
g. Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh kembang.

4.) Tahap IV keluarga dengan anak usia sekolah (families with children).
Tahap ini dimulai saat anak berumur 6 tahun (mulai sekolah ) dan berakhir
pada saat anak berumur 12 tahun. Pada tahap ini biasanya keluarga mencapai
jumlah maksimal sehingga keluarga sangat sibuk. Selain aktivitas di sekolah,
masing-masing anak memiliki minat sendiri. Demikian pula orang tua mempunyai
aktivitas yang berbeda dengan anak.
Tugas perkembangan keluarga.
a. Membantu sosialisasi anak dengan tetangga, sekolah dan lingkungan.
b. Mempertahankan keintiman pasangan.
c. Memenuhi kebutuhan dan biaya kehidupan yang semakin meningkat,
termasuk kebutuhan untuk meningkatkan kesehatan anggota keluarga.
Pada tahap ini anak perlu berpisah dengan orang tua, memberi kesempatan pada
anak untuk bersosialisasi dalam aktivitas baik di sekolah maupun di luar sekolah.
5.) Tahap V keluarga dengan anak remaja (families with teenagers).
Dimulai saat anak berumur 13 tahun dan berakhir 6 sampai 7 tahun
kemudian. Tujuannya untuk memberikan tanggung jawab serta kebebasan yang
lebih besar untuk mempersiapkan diri menjadi orang dewasa.
Tugas perkembangan
a. Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung jawab.
b. Mempertahankan hubungan yang intim dengan keluarga.
c. Mempertahankan komunikasi yang terbuka antara anak dan orang tua.
Hindari perdebatan, kecurigaan dan permusuhan.
d. Perubahan sistem peran dan peraturan untuk tumbuh kembang keluarga.
Merupakan tahap paling sulit karena orang tua melepas otoritasnya dan
membimbing anak untuk bertanggung jawab. Seringkali muncul konflik
orang tua dan remaja.
6.) Tahap VI keluarga dengan anak dewasa atau pelepasan (launching center family).
Dimulai pada saat anak pertama meninggalkan rumah dan berakhir pada
saat anak terakhir meninggalkan rumah. Lamanya tahapan ini tergantung jumlah
anak dan ada atau tidaknya anak yang belum berkeluarga dan tetap tinggal
bersama orang tua. Tugas perkembangan :
a. Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar.
b. Mempertahankan keintiman pasangan.
c. Membantu orang tua memasuki masa tua.
d. Membantu anak untuk mandiri di masyarakat.
e. Penataan kembali peran dan kegiatan rumah tangga.
7.) Tahap VII keluarga usia pertengahan (middle age families).
Tahap ini dimulai pada saat anak yang terakhir meninggalkan rumah dan
berakhir saat pensiun atau salah satu pasangan meninggal. Pada beberapa
pasangan fase ini dianggap sulit karena masa usia lanjut, perpisahan dengan anak
dan perasaan gagal sebagai orang tua.
Tugas perkembangan
a. Mempertahankan kesehatan.
b. Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan teman sebaya dan
anakanak.
c. Meningkatkan keakraban pasangan. Fokus mempertahankan kesehatan
pada pola hidup sehat, diet seimbang, olah raga rutin, menikmati hidup,
pekerjaan dan lain sebagainya.
8.) Tahap VIII keluarga usia lanjut
Dimulai saat pensiun sampai dengan salah satu pasangan meninggal dan
keduanya meninggal.
Tugas perkembangan
a. Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan.
b. Adaptasi dengan perubahan kehilangan pasangan, teman, kekuatan fisik
dan pendapatan.
c. Mempertahankan keakraban suami/istri dan saling merawat.
d. Mempertahankan hubungan dengan anak dan sosial masyarakat.
e. Melakukan life review.
f. Mempertahankan penataan yang memuaskan merupakan tugas utama
keluarga pada tahap ini.
Pengambilan Keputusan dalam Perawatan Kesehatan Keluarga Dalam mengatasi
masalah kesehatan yang terjadi pada keluarga, yang mengambil keputusan dalam
pemecahannya adalah tetap kepala keluarga atau anggota keluarga yang di tuakan,
merekalah yang menentukan masalah dan kebutuhan keluarga.
Dasar pegambilan keputusan tersebut adalah :
1. Hak dan tanggung jawabnya sebagai kepala keluarga
2. Kewenangan dan otoritas yang telah diakui oleh masing-masing anggota
keluarga
3. Hak dalam menentukan masalah dan kebutuhan pelayanan terhadap keluarga
atau anggota keluarga yang bermasalah.
1.1.5 Fungsi Keluarga
Ada beberapa fungsi keluarga antara lain (Suprajitno, 2004)
1. Fungsi biologis, kebutuhan meliputi:
a. Sandang, pangan, dan papan
b. Hubungan seksual suami istri
c. Reproduksi atau pengembangan keturunan
d. Fungsi ekonomi: keluarga (dalam hal ini ayah) mempunyai kewajiban
menafkahi keluarganya (istri dan anaknya).
2. Fungsi pendidikan: keluarga berfungsi sebagai (transmiter budaya atau mediator
sosial budaya bagi anak).
3. Fungsi sosialisasi: Keluarga merupakan penyamaan bagi masyarakat masa depan
dan lingkungan keluarga merupakan faktor penentu yang sangat mempengaruhi
kualitas generasi yang akan datang.
4. Fungsi perlindungan: Keluarga sebagai pelindung bagi para anggota keluarga
dari gangguan, ancaman atau kondisi yang menimbulkan ketidaknyamanan
(fisik, psikologis) para anggotanya.
5. Fungsi rekreasi: Keluarga diciptakan sebagai lingkungan yang memberi
kenyamanan, keceriaan, kehangatan dan penuh semangat bagi anggotanya
6. Fungsi agama (religius): keluarga berfungsi sebagai penanam nilai-nilai agama
kepada anak agar mereka memiliki pedoman hidup yang benar.
1.1.6 Keluarga Kelompok Risiko Tinggi Dalam melaksanakan asuhan keperawatan
kesehatan keluarga, yang menjadi prioritas utama adalah keluarga-keluarga yang
risiko tinggi dalam bidang kesehatan, meliputi:
1.) Keluarga dengan anggota keluarga dalam masa usia subur dengan masalah
sebagai berikut:
a. Tingkat sosial ekonomi keluarga rendah.
b. Keluarga kurang atau tidak mampu mengatasi masalah kesehatan sendiri.
c. Keluarga dengan keturunan yang kurang baik atau keluarga dengan penyakit
keturunan.
2.) Keluarga dengan ibu risiko tinggi kebidanan.
Waktu hamil:
a. Umur ibu (kurang 16 tahun atau lebih 35 tahun).
b. Menderita kekurangan gizi atau anemia.
c. Menderita hipertensi.
d. Primipara atau multipara.
e. Riwayat persalinan dengan komplikasi.
3.) Keluarga dimana anak menjadi risiko tinggi, karena:
a. Lahir prematur atau BBLR.
b. Lahir dengan cacat bawaan.
c. ASI ibu kurang sehingga tidak mencukupi kebutuhan bayi.
d. Ibu menderita penyakit menular yang dapat mengancam bayi atau anaknya.
4.) Keluarga mempunyai masalah dalam hubungan antara anggota keluarga:
a. Anak yang tidak dikehendaki dan pernah dicoba untuk digugurkan
b. Tidak ada kesesuaiana pendapat antara anggota keluarga dan sering cekcok dan
tegang.
c. Ada anggota keluarga yang sering sakit.
d. Salah satu orang tua (suami atau istri) meninggal, atau lari meninggalkan
keluarga.
BAB II
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
PADA KELUARGA TN. A DENGAN PERILAKU KECANDUAN HANDPHONE DAN
RISIKO GANGGUAN KESEHATAN
DI KELURAHAN TANGGUNG PUSKESMAS KEPANJEN KIDUL

1.1 Konsep Dasar Perilaku Kecanduan Handphone dan Risiko Gangguan Kesehatan
1) Pengertian
Handphone atau smartphone kini sudah menjadi nyawa benda yang sangat berarti
dalam kehidupan karena sangat bermanfaat. Selain memudahkan seseorang dalam
berkomunikasi, smartphone ini mampu mendekatkan yang jauh, meski tanpa disadari
sebetulnya smartphone menjauhkan yang dekat. Dampak positif dan negatif sangat
dirasakan oleh masyarakat. Selain teknologi itu memang dirasa sangat memudahkan
pekerjaan, namun dampak negatif yang muncul yaitu maraknya pornografi, penculikan,
pemerkosaan, transaksi narkoba, bahkan transaksi prostitusi kini ikut meramaikan
pemberitaan di Indonesia. Bahaya yang sangat mengancam anak-anak saat ini adalah
pornografi dan pelecehan seksual. Oleh karena itu perlu adanya pengawasan dari orang
tua selaku madrasah pertama bagi anak agar penggunaan smartphone menjadi lebih
bertanggungjawab.
Beberapa penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya menunjukkan bahwa
kelainan mata yang terjadi pada anak sekolah dasar akibat dari kebiasaan buruk yang
dilakukan setiap hari. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Jurisna Maria Pangemanan,
dkk tahun 2014 pada anak sekolah di SMP Kr. Eben Heazer hasil menunjukkan bahwa
responden terbanyak tidak menggunakan kacamata, tidak semua menggunakan tablet
computer, perbandingan sama pada posisi menggunakan tablet computer yaitu posisi
duduk dan tidur tengkurap memiliki jumlah yang sama sebanyak 14 responden (50.0%),
dari 28 responden, kebanyakkan memilih untuk mengistirahatkan mata atau
menggunakan jeda saat menggunakan tablet computer yaitu rata-rata terbanyak 15-20
menit saat menggunakan tablet computer dengan waktu 2-3 jam rata-rata responden
sudah mulai mengalami keluhan penglihatan pada mata, responden memiliki keluhan
keseimbangan pencahayaan terhadap pencahayaan ruangan dengan pencahayaan tablet
computer dan kebanyakkan responden memakai pencahayaan ruangan lebih dari 20 wat.
Dari keluhan penglihatan yang ada, kebanyakkan responden mengalami lebih dari 1
keluhan.
2) Penyebab
Penyebab dari banyaknya anak sekolah dasar yang sudah menggunakan
handphone karena orang tua yang sibuk dengan pekerjaannya sehingga anak kurang
perhatian dari orang tua dan bagi orang tua yang menyadari bahwa kurang perhatian dan
kurangnya waktu bersama anak menimbulkan inisiatif orang tua untuk membelikan
handphone dengan tujuan anak akan mencari hiburan sendiri seperti bermain game di
handphone. Adapun penyebab lain yaitu pemikiran anak bahwa anak sekolah dasar yang
memiliki handphone adalah golongan ekonomi menengah keatas, hal ini yang
mengakibatkan banyaknya anak sekolah dasar yang meminta handphone pada orang
tuanya dan lebih memprihatinkan lagi orang tua pun mengabulkan permintaan anaknya
tanpa harus berpikir panjang apa dampak buruk yang ditimbulkan akibat dari radiasi
handphone.
3) Risiko Gangguan Kesehatan
1. Trigger thumb (jempol menekuk)

Trigger thumb terjadi akibat penebalan pada pembungkus tendon ibu jari. Pada kondisi
ini, ibu jari menjadi kaku dan tetap dalam keadaan bengkok meski sedang tidak
menggunakan HP.

Jika dipaksa untuk kembali pada posisi lurus, ibu jari yang kaku ini akan menimbulkan
bunyi gemeretak dan rasa sakit pada sendi.

2. Cubital tunnel syndrome

Memainkan HP bisa membuat kamu sering menekuk siku atau bertumpu pada siku, baik
itu saat bermain game, menjelajah media sosial, ataupun menelepon. Jika ini terlalu
sering dilakukan, ada risiko saraf ulnaris di bagian sikutmu akan terganggu.

Akibatnya, kamu bisa mengalami mati rasa, kesemutan, atau nyeri yang menjalar, mulai
dari siku hingga kelingking dan jari manis.

3. Text neck syndrome

Menggunakan HP secara berlebihan cenderung membuatmu terlalu banyak menengok ke


bawah. Kebiasaan ini lama-kelamaan dapat menyebabkan ketegangan pada otot-otot
leher, sehingga leher terasa kaku dan sakit. Nyeri yang ditimbulkan bahkan bisa menjalar
hingga bahu dan lengan.

4. Merusak penglihatan
HP atau komputer tablet dirancang untuk penggunaan jarak dekat. Hal ini memaksa mata
penggunanya terus-menerus fokus untuk membaca teks di layar HP. Kebiasaan ini
kemudian bisa menyebabkan mata lelah, apalagi jika kamu menghabiskan waktu 4–6 jam
bermain HP.

Gejala mata lelah antara lain mata merah atau iritasi, mata kering, dan penglihatan
menjadi kabur.

5. Gangguan tidur

Dampak negatif HP yang juga umum dirasakan adalah gangguan tidur, apalagi pada
orang-orang yang sudah kecanduan gadget ini. Selama ada HP di sekitar kita, sering kali
kita ingin memeriksa atau menanggapi chat dan membaca atau memposting sesuatu,
hingga waktu tidur pun terlupakan.

Selain itu, sinar biru (bluelight) yang dipancarkan layar HP dapat menahan produksi
melatonin, yaitu hormon yang mengontrol siklus tidur seseorang, sehingga memulai tidur
jadi terasa lebih susah.

Selain membuat badan tidak segar di pagi hari, kualitas tidur yang buruk dapat
menyebabkan berbagai gangguan kesehatan, seperti diabetes, obesitas, dan penyakit
jantung.

6. Kanker

Penelitian menunjukkan bahwa radiasi HP bisa bersifat karsinogenik, sehingga


meningkatkan risiko kanker. Salah satunya adalah kanker otak glioblastoma. Meski
begitu, belum didapatkan bukti klinis yang cukup kuat untuk mendukung teori ini,
sehingga masih perlu dilakukan penelitian lebih lanjut.

Yang tidak kalah penting untuk diingat adalah meningkatnya risiko kecelakaan lalu
lintas akibat penggunaan HP pada saat mengemudi. Risiko kecelakaan lalu lintas
meningkat hingga 3–4 kali lebih besar ketika menggunakan HP sambil menyetir, baik
dipegang maupun menggunakan hands-free.
4) Pathway

Faktor Kepribadian Faktor Sosio Demografi Faktor Masalah


Psikologis

Penggunaan handphone
terlalu sering

Emosi tidak stabil Ekstrovesi


Cemas

Aktivitas perilaku dan Mencari sensasi


social terganggu Ketergantuangan akan pujian

Risiko depresi Perilaku beresiko


BAB III

KONSEP DASAR PROSES KEPERAWATAN


PADA KELUARGA DENGAN PERILAKU KECANDUAN HANDPHONE
DAN RISIKO GANGGUAN KESEHATAN

I. PENGKAJIAN
I.2 Pengkajian
a. Identitas Klien
Identitas pasien meliputi Nama pasien, Umur, Alamat, Nomor Registrasi, Jenis
Kelamin, No.Telp, diagnosa medis, tanggal masuk rs, orang yang bisa dihubungi.
b. Status kesehatan
Meliputi keluhan utama, alas an masuk rumah sakit, riwayat kesehatan masa lalu,
Riwayat penyakit keluarga, penatalaksanaan medis
c. Pola persepsi – pengelolaan pemeliharaan kesehatan
Meliputi merokok, konsumsi alkohol, alergi obat/makanan, pengetahuan tentang
penyakit, pengetahuan tentang cara pencegahan penyakit
d. Pola aktivitas dan latihan
Meliputi kemampuan merawat diri
e. Pola eliminasi
Meliputi kebiasaan berkemih, masalah berkemih, kesukaran menahan, warna
urine, kebiasaan defekasi, pola defekasi, kesukaran menahan
f. Pola istirahat dan tidur
Meliputi kebiasaan saat tidur, masalah tidur
g. Pola kognitif spiritual
Meliputi keadaan mental, berbicara, Bahasa yang dikuasai, pendengaran,
penglihatan, vertigo, nyeri,
h. Pemeriksaan fisik
Meliputi keadaan umum pasien, tanda tanda vital pasien, pemeriksaan inspeksi,
palpasi, perkusi, auskultasi yang dilakukan secara head to toe mulai dari
pemeriksaan kepala dan leher, pemeriksaan wajah, pemeriksaan mata,
pemeriksaan telinga, pemeriksaan hidung, pemeriksaan mulut dan bibir,
pemeriksaan kuku dan kulit, pemeriksaan dada dan thorax, pemeriksaan jantung,
pemeriksaan payudara dan aksilla, pemeriksaan abdomen, pemeriksaan
muskuloskeletal, pemeriksaan genetalia, rektum dan anus, pemeriksaan
neurologis
i. Pemeriksaan penunjang/ diagnostik
Meliputi hasil laboratorium, rontgent, EKG, USG, dll
II. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Defisit Pengetahuan
Definisi
Ketiadaan atau kurangnya informasi kognitif yang berkaitan dengan topik tertentu
Penyebab
1. Keteratasan kognitif
2. Gangguan fungsi kognitif
3. Kekeliruan mengikuti anjuran
4. Kurang terpapar informasi
5. Kurang minat dalam belajar
6. Kurang mampu mengingat
7. Ketidaktahuan menemukan sumber informasi
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif
1. Menanyakan masalah yang dihadapi
Objektif
1. Menunjukkan perilaku tidak sesuai anjuran
2. Menunjukkan persepsi yang keliru terhadap masalah
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif
(tidak tersedia)
Objektif
1. Menjalani pemeriksaan yang tidak tepat
2. Menunjukkan perilaku berlebihan
Kondisi Klinis Terkait
1. Kondisi klinis yang baru dihadapi oleh klien
2. Penyakit akut
3. Penyakit kronis

Kesiapan Peningkatan Proses Keluarga


Definisi
Pola fungsi keluarga yang cukup untuk mendukung kesejahteraan anggota keluarga
dan dapat ditingkatkan
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif
1. Mengekspresikan keinginan untuk meningkatkan dinamika keluarga
Objektif
1. Menunjukkan fungsi keluarga dalam memenuhi kebutuhan fisik, sosial, dan
psikologis anggota keluarga
2. Menunjukkan aktivitas untuk mendukung keselamatan dan pertumbuhan anggota
keluarga
3. Peran keluarga fleksibel dan tepat dengan tahap perkembangan
4. Terlihat adanya respek dengan anggota keluarga
Subjektif
(tidak tersedia)
Objektif
1. Keluarga menunjukkan minat melakukan aktifitas hidup sehari-hari yang positif
2. Terlihat adanya kemampuan keluarga untuk pulih dari kondisi sulit
3. Tampak keseimbangan antara otonomi dan kebersamaan
4. Batasan-batasan anggota keluarga dipertahankan
5. Hubungan dengan masyarakat terjalin positif
6. Keluarga beradaptasi dengan perubahan
Kondisi Klinis Terkait
1. Kondisi kesehatan kronis (mis. Asma, diabetes mellitus, lupus sistemik, sclerosis
multiple, AIDS)
2. Gangguan jiwa (mis. Gangguan afektif, gangguan perhatian, sindrom down)
III. INTERVENSI KEPERAWATAN
No.Dx Diagnosa Tujuan & Kriteria Hasil Rencana Tindakan
Keperawatan

D.0111 Defisit pengetahuan Setelah dilakukan intervensi Edukasi Kesehatan


b.d kurang terpapar keperawatan selama 2x24 jam Observasi:
informasi d.d maka tingkat pengetahuan 1. Identifikasi
menanyakan masalah meningkat dengan kriteria hasil: kesiapan dan kemampuan
yang dihadapi, menerima informasi
-Perilaku sesuai anjuran
menunjukkan 2. Identifikasi
meningkat (5)
perilaku tidak sesuai faktor-faktor yang dapat
anjuran -Pertanyaan tentang masalah yang meningkatkan dan
dihadapi menurun (5) menurunkan motivasi
perilaku hidup bersih dan
sehat
Terapeutik:
3. Sediakan materi
dan media pendidikan
kesehatan
4. Jadwalkan
Pendidikan kesehatan
sesuai kesepakatan
5. Berikan
kesempatan untuk
bertanya
Edukasi:
6. Jelaskan faktor
risiko yang dapat
mempengaruhi kesehatan
7. Ajarkan perilaku
hidup bersih dan sehat
8. Ajarkan strategi
yang dapat digunakan
untuk meningkatkan
perilaku hidup bersih dan
sehat
D.0123 Kesiapan Setelah dilakukan intervensi Promosi Proses Efektif
peningkatan proses keperawatan selama 3x24 jam Keluarga
keluarga d.d maka proses keluarga membaik
mengekspresikan dengan kriteria hasil: Observasi:
keinginan untuk 1.Identifikasi tipe proses
-Adaptasi keluarga terhadap
meningkatkan keluarga
situasi meningkat (5)
dinamika keluarga 2.Identifikasi masalah atau
dan Menunjukkan -Kemampuan keluarga gangguan dalam proses
fungsi keluarga berkomunikasi secara terbuka di keluarga
dalam memenuhi antara anggota keluarga Terapeutik

kebutuhan fisik, meningkat (5) 3.Pertahankan interaksi yang


sosial, dan psikologis -Kemampuan keluarga memenuhi berkelanjutan dengan
anggota keluarga kebutuhan fisik anggota keluarga anggota keluarga

meningkat (5) 4. Motivasi anggota


keluarga untuk melakukan
aktivitas bersama seperti
makan bersama, diskusi
bersama keluarga
Edukasi
5.Diskusikan dukungan
sosial dari sekitar keluarga
DAFTAR PUSTAKA

Ayu, Rinta Intan. Susilowati, Tri. (2021). Gambaran Karakteristik Anak yang Mengalami
Kecanduan Bermain Game Online. Aisyiyah Surakarta Journal Of Nursing, 2 (2)
Hartinah, Siti dkk. (2019). Gambaran Tingkat Gejala Kecanduan Media Sosial pada Mahasiswa
Keperawatan Universitas Padjadjaran. Jurnal Keperawatan BSI, 7 (1)
PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik,
Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik,
Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik, Edisi
1. Jakarta: DPP PPNI.
Widiastuti, Novi. Elshap, Dewi Safitri. (2015). Pola Asuh Orang Tua Sebagai Upaya
Menumbuhkan Sikap Tanggung Jawab Pada Anak Dalam Menggunakan Teknologi
Komunikasi. Jurnal Ilmiah UPT P2M STKIP Siliwangi, 2 (2)

Anda mungkin juga menyukai