Anda di halaman 1dari 56

LAPORAN PENDAHULUAN DAN

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Tn.S


DENGAN SALAH SATU ANGGOTA KELUARGA
YANG MENDERITA ARTRITIS REMATOID DI DESA
RINGINANOM KECAMATAN UDANAWU KABUPATEN BLITAR

Oleh
Rahmat Yusuf Darmawan
NIM. 201803050

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN


STIKES KARYA HUSADA KEDIRI
TAHUN AKADEMIK 2021
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Keluarga Tn. S dengan salah satu anggota
keluarga yang menderita Artritis Rematoid di Desa Ringinanom Kecamatan Udanawu
Kabupaten Blitar. Pada tanggal 15 Maret – 27 Maret 2021 oleh Mahasiswa D3 Keperawatan
Stikes Karya Husada Kediri.
Nama : Rahmat Yusuf Darmawan
Nim : 201803050
Judul : Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Keluarga Tn. S
dengan salah satu anggota keluarga yang menderita Artritis Rematoid
di Desa Ringinanom Kecamatan Udanawu Kabupaten Blitar
Laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan keluarga ini telah di evaluasi
dan di setujui oleh Pembimbing Institusi Program Studi D3 Keperawatan Stikes Karya
Husada Kediri.

Mengetahui,

Pembimbing Institusi Mahasiswa

Sutiyah Heni, S.Kep.Ns., M.Kes Rahmat Yusuf Darmawan


NIK. 073128-03-10-2-11 NIM. 201803050
LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN
KELUARGA Tn.S DENGAN SALAH SATU ANGGOTA
KELUARGA YANG MENDERITA ARTRITIS REMATOID DI
DESA RINGINANOM KECAMATAN UDANAWU KABUPATEN BLITAR

A. Definisi Keluarga
Keluarga berasal dari bahasa Sansekerta yaitu kula dan warga "kulawarga"
yang berarti "anggota, kelompok atau kerabat". Keluarga adalah lingkungan dimana
beberapa orang yang masih memiliki hubungan darah. Keluarga sebagai kelompok sosial
terdiri dari sejumlah individu, memiliki hubungan antar individu, terdapat ikatan,
kewajiban, tanggungjawab diantara individu tersebut. Keluarga dan beberapa orang yang
terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling
ketergantungan ( L, Jhonson dan R, Leny, 2010).
Menurut Salvicion dan Celis (1998 ) di dalam keluarga terdapat dua atau lebih
dari dua pribadi yang tergabung karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau
penangkatan, di hidupnya dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan
didalam perannya masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu
kebudayaan. Banyak ahli menguraikan pengertian keluarga sesuai dengan perkembangan
sosial masyarakat. Berikut akan dikemukakan beberapa pengertian keluarga.
1. Raisner (1980)
Keluarga adalah sebuah kelompok yang terdiri dari dua orang atau lebih yang
masing-masing mempunyai hubungan kekerabatan yang terdiri dari bapak, ibu, adik,
kakak dan nenek.
2. Logan's (1979)
Keluarga adalah sebuah sistem sosial dan kumpulan dari beberapa komponen
yang saling berinteraksi satu dengan lainnya.
3. Gillis (1983)
Keluarga adalah sebagaimana sebuah kesatuan yang kompleks dengan atribut
yang dimiliki tetapi terdiri dari beberapa komponen yang
masing-masing mempunyai sebagaimana individu.
4. Duvall (1986)
Menguraikan bahwa keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan
perkawinan, kelahiran dan adopsi yang bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan
budaya dan meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional serta sosial dari
setiap anggota keluarga
5. Departemen Kesehatan RI (1988)
Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala
keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal disuatu tempat dibawah 1
atap.
Dapat disimpulkan bahwa karakteristik keluarga adalah :
1.Terdiri dari dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan darah, perkawinan atau
adopsi.
2. Anggota keluarga biasanya hidup bersama atau jika terpisah mereka tetap
memperhatikan satu sama lain.
3.Anggota keluarga berinteraksi satu sama lain dan masing-masing mempunyai peran
sosial : suami, istri, anak, kakak dan adik.
4.Mempunyai tujuan : menciptakan dan mempertahankan budaya, meningkatkan
perkembangan fisik, psikologis dan sosial anggota.
Dari uraian di atas menunjukkan bahwa keluarga juga merupakan suatu sistem. Sebagai
sistem keluarga mempunyai anggota yaitu : ayah, ibu dan anak atau semua individu yang
tinggal di dalam rumah tangga tersebut. Anggota keluarga saling berinteraksi, interelasi
dan interdependensi untuk mencapai tujuan bersama. Keluarga merupakan sistem yang
terbuka sehingga dapat dipengaruhi oleh sistemnya yaitu masyarakat dan sebaliknya
sebagai subsistem dari lingkungan (masyarakat) keluarga dapat mempengaruhi masyarakat
(supra
sistem). Oleh karena itu betapa pentingnya peran dan fungsi keluarga dalam membentuk
manusia sebagai anggota masyarakat yang sehat biopsikososial spiritual ( L, Johnson dan
R, Leny, 2010).
B. Tipe Keluarga
Ada beberapa tipe keluarga yaitu :
1. Keluarga inti, yang terdiri dari suami, istri dan anak atau anak-anak.
2. Keluarga konjugal, yang terdiri dari pasangan dewasa (ibu dan ayah) dan anak-anak
mereka dimana terdapat interaksi dengan kerabat dari salah satu atau dua pihak orang
tua.
3. Selain itu terdapat juga keluarga luas yang di tarik atas dasar garis keturunan diatas
keluarga aslinya. Keluarga luas ini meliputi hubungan antara paman, bibi, keluarga
kakek dan nenek.
C. Peranan Keluarga
Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku antar pribadi, sifat,
kegiatan yang berhubungan dengan pribadi dalam keluarga di sadari oleh harapan dan pola
perilaku dari keluarga, kelompok dan masyarakat. Berbagai peranan yang terdapat di
dalam keluarga adalah sebagai berikut :
1. Ayah sebagau suami dari istri dan ayah bagi anak-anak, berperan sebagai pencari
nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai
anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya.
2. Ibu sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai peranan untuk mengurus
rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya, pelindung dan sebagai
salah satukelompok dari peranan sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari
lingkungannya, disamping itu juga ibu dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan
dalam keluarganya.
3. Anak-anak melaksanakan peranan psikososial sesuai dengan tingkat perkembangannya
baik fisik, mental, sosial dan spiritual.
D. Tugas Keluarga
Pada dasarnya tugas keluarga ada delapan tugas pokok sebagai berikut :
1. Pemeliharaan fisik keluarga dan para anggotanya
2. Pemeliharaan sumber-sumber daya yang ada dalam keluarga
3. Pembagian tugas masing-masing anggotanya sesuai dengan kedudukannya masing-
masing
4. Sosialisasi antar anggota keluarga.
5. Pengaturan jumlah anggota keluarga
6. Pemeliharaan ketertiban anggota keluarga
7. Membangkitkan dorongan dan semangat para anggotanya.
E. Tugas Keluarga di bidang Kesehatan
1. Keluarga mampu mengenal masalah kesehatan
2. Keluarga mampu mengambil keputusan untuk melakukan tindakan
3. Keluarga mampu melakukan perawatan terhadap anggota keluarga yang sakit
4. Keluarga mampu menciptakan lingkungan yang dapat meningkatkan kesehatan
5. Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan yang terdapat di lingkungan
setempat
F. Fungsi Keluarga
Dalam kehidupan sehari-hari fungsi keluarga dapat kita lihat dan sekaligus
sudah dapat di terapkan oleh masyarakat atau kelompok keluarga. Adapun fungsi yang di
jalankan keluarga adalah sebagai berikut :
1. Fungsi pendidikan dilihat dari bagaimana keluarga mendidik dan menyekolahkan
anak untuk mempersiapkan kedewasaan dan masa depan anak.
2. Fungsi sosialisasi anak dilihat dari bagaimana keluarga mempersiapkan anak menjadi
anggota masyarakat yang baik.
3. Fungsi perlindungan dilihat dari bagaimana keluarga melindungi anak sehingga
anggota keluarga merasa dan merasa aman.
4. Fungsi perasaan dilihat dari bagaimana keluarga secara instuitif merasakan perasaan
dan suasana anak dan anggota yang lain dalam berkomunikasi dan berinteraksi antar
sesame anggota keluarga.
5. Fungsi agama dilihat dari bagaimana keluarga memperkenalkan dan mengajak anak
dan anggota keluarga lain melalui kepala keluarga menanamkan keyakinan ynag
mengtaur kehidupan kini dan kehidupan lain setelah dunia.
6. Fungsi ekonomi dilihat dari bagaimana kepala keluarga mencari penghasilan,
mengatur penghasilan sedemikian rupa sehingga dapat memenuhi kebutuhan-
kebutuhan keluarga.
7. Fungsi rekreatif dilihat dari bagaimana menciptakan suasana yang menenangkan
dalam keluarga, seperti acra nonton tv bersama, bercerita tentang pengalaman masing-
masing dan lainnya.
8. Fungsi biologis dilihat dari bagaimana keluarga meneruskan keturunan sebagai
generasi selanjutnya, memberikan kasih sayang, perhatian dan rasa aman diantara
keluarga.
G. Bentuk Keluarga
Ada dua macam bentuk keluarga dilihat dari bagaimana keputusan diambil,
yaitu berdasrkan lokasi dan berdasarkan pola otoritas.
1. Berdasarkan lokasi
a) Adat utrolokal, yaitu otot yang memberikan kebebasan kepada sepasang suami istri
untuk memilih tempat tinggal, baik itu di sekitar kediaman kaum kerabat suami
ataupun disekitar kediaman kaum kerabat istri.
b) Adat virilokal, yaitu adat yang menentukan bahwa sepasang suami istri di haruskan
menetap disekitar pusat kediaman kaum kerabat suami.
c) Adat uxurilokal, yaitu adat yang menentukan bahwa sepasang suami istri harus
tinggal disekitar kediaman kaum kerabat istri.
d) Adat bilokal, yaitu adat yang menentukan babhwa sepasang suami itri dapat tinggal
disekitar pusat kediaman kerabat suami pada masa tertentu pula (bergantian).
e) Adat neolokal, yaitu adat ynag menentukan bahwa sepasang suami istri dapat
menempati tempat yang baru, dalam arti kata tidak berkelompok bersama kaum
kerabat suami maupun istri.
f) Adat avunkulokal, yaitu adat yang mengharuskan sepasang suami istri untuk
menetap disekitar tempat kediaman saudara laki-laki inu (avunculus) dari pihak
suami.
g) Adat natalokal, yaitu adat yang menentukan bahwa suami dan istri masing-masing
dari mereka juga tinggal disekitar pusat kaum kerabatnya sendiri.
2. Berdasarkan pola otoritas
a) Patriarkal, yaitu otoritas di dalam keluarga dimiliki oleh laki-laki (laki-laki tertua,
umumnya ayah)’
b) Matriarkal, yaitu otoritas didalam keluarga dimiliki oleh perempuan (perempuan
tertua, umumnya ibu).
c) Equalitarian, suami dan istri berbagi otoritas secara seimbang.
H. Struktur Keluarga
Ada beberapa struktur keluarga yang ada di Indonesia, diantaranya yaitu :
1. Patrilineal : keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa
generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur ayah.
2. Matrilineal : keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa
generasi dimana hubunga itu di susun melalui jalur garis ibu.
3. Matrilokal : sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah suami.
4. Keluarga kawinan : hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga, dan
beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga Karena adanya hubungan
dengan suami atau istri.
Macam-macam struktur keluarga :
1. Tradisional
a) The Nuclear Family ( keluarga inti) yaitu keluarga yang terdiri dari suami,istri dan
anak.
b) The dyad family, yaitu keluarga yang terdiri dari suami dan istri (tanpa anak) yang
hidup bersama dalam satu rumah.
c) Keluarga usila, yaitu keluarga yang terdiri dari suami istri yang sudah tua dengan
anak sudah memisahkan diri.
d) The childless family, yaitu keluarga tanpa anak Karena terlambat menikah dan
untuk mendapatkan anak terlambat waktunya, yang disebabkan Karena mengejar
karier atau pendidikan yang terjadi pada wanita.
e) The extended family (keluarga las/besar), yaitu keluarga yang terdiri dari 3
generasi yang hidup bersama dala satu rumah seperti nuclear family, disertai
paman, tante, orang tua (kakek, nenek), keponakan dll
f) The single parent family (keluarga duda atau janda), yaitu keluarga yang terdiri
dari 1 orangtua (ayah atau ibu) dengan anak, hal ini terjadi biasanya melalui
proses perceraian, kematian dan ditinggalkan (menyalahi hokum pernikahan).
g) Commuter family, yaitu kedua orang tua bekerja dikota yang berbeda, tetapi salah
satu kota tersebut sebagai tempat tinggal dan dan orangtua yang bekerja diluar
kota bias kumpul pada anggota keluarga pada saat akhir pecan.
h) Multigenerational family, yaitu keluarga dengan beberapa generasi atau kelompok
umur yang yang tinggal bersama dalam satu rumah.
i) Blended family, yaitu keluarga yang dibentuk oleh duda atau janda yang menikah
kembali dan membesarkan anak dari perkawinan sebelumnya.
j) The single adult living alone/ single-adult family, yaitu keluarga yang terdiri dari
orang dewasa yang hidup sendiri Karena pilihannya atau perpisahan (separasi),
seperti : perceraian atau di tinggal mati.
2. Non Tradisional
a) The unmarried teenage mother, yaitu keluarga yang terdiri dari orang tua (terutama
ibu) dengan anak dari hubungan tanpa nikah.
b) The stepparent family, yaitu keluarga dengan orangtua tiri.
c) Commune amily, yaitu beberapa pasnagan keluarga (dengan anaknya) yang tida
ada hubungan saudara, yang hidup bersamama dalam satu rumah.
d) The nonmarital heterosexual cohabiting family, yaitu keluarga yang hidup bersama
berganti-ganti pasangan tanpa melalui pernikahan.
e) Gay and lesbian families, yaitu seseorang yang mempunyai persamaan sex hidup
bersama sebagaimana pasangan suami istri.
f) Cohabitating family, yaitu orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan
perkawinan Karena beberapa alasan tertentu.
g) Group-marriage family, yaitu beberapa orang dewasa yang menggunakan alat-alat
rumah tangga bersama, yang merasa telah saling menikah satu dengan yang
lainnya,berbagi sesuatu, termasuk sexual dan membesarkan anak.
Ciri-ciri struktur keluarga :
a) Terorganisasi : saling berhubungan, saling ketergantungan antara angggota
keluarga.
b) Ada keterbatasan : setiap anggota memiliki kebebasan, tetapi mereka juga
mempunyai keterbatasan dalam menjalankan fungsi dan tugasnya masing-masing.
c) Ada perbedaan dan kekhususan : setiap anggota keluarga mempunyai peranan dan
fungsinya masing-masing.
Ciri-ciri keluarga Indonesia :
a) Suami sebagai pengambil keputusan.
b) Merupakan suatu kesatuan yang utuh.
c) Berbentuk monogram.
d) Bertanggungjawab
e) Meneruskan nilai-nilai budaya bangsa
f) Ikatan kekeluargaan sangat erat
g) Mempunyai semangat gotong royong.
(L. Jhonson dan R. Leny, 2010)
I. Tingkat Kemandirian Keluarga
Keberhasilan asuhan keperawatan yang dilakukan perawat keluarga,
dapat dinilai dari seberapa tingkat kemadirian keluarga dengan mengetahui kriteria atau
ciri-ciri yang menjadi ketentuan tingkatan mulai dari tingkat kemandirian I sampai tingkat
kemandirian IV, menurut Dep-Kes (2006), sebagai berikut :
1. Tingkat kemandirian 1 (keluarga tingkat mandiri I/KM-I)
a) Menerima petugas perawatan kesehatan masyarakat.
b) Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan rencana
keperawatan.
2. Tingkat kemandirian II (keluarga mandiri tingkat II/ KM-II)
a) Menerima petugas perawatan kesehatan masyarakat.
b) Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan rencana
keperawatan.
c) Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatan secara benar.
d) Melakukan tindakan keperawatan sederhana sesuai yang dianjurkan.
e) Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan secara aktif.
3. Tingkat kemandirian III (keluarga mandiri tingkat III/ KM III)
a) Menerima petugas Perawatan Kesehatan Masyarakat
b) Menerima pelayanna keperawatan yang diberikan sesuai dengan rencana
keperawatan.
c) Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatan secara benar.
d) Melakukan tindakan keperawatan sederhana sesuai dengan yang dianjurkan.
e) Memafaatkan fasilitas pelayanan kesehatan secara aktif.
f) Melaksanakan tindakan pencegahan sesuai anjuran.
4. Tingkat kemandirian IV (keluarga mandiri tingkat IV/ KM-IV)
a) Menerima petugas perawatan kesehatan
b) Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan rencana
keperawatan,
c) Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatan secara benar.
d) Melakukan tindakan keperawatan sederhana sesuai yang dianjurkan.
e) Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan secara aktif.
f) Melaksanakan tindkana pencegahan sesuai anjuran.
g) Melakukan tindakan promotif secara aktif.
J. Tahapan Kesejahteraan Keluarga
1. Keluarga Pra-Sejahtera
Keluarga yang belum dapat memenuhi kebutuhan dasar minimal, yaitu kebutuhan
pengajaran agama, pangan, sandang, papan, dan kesehatan.
2. Keluarga Sejahtera Tahap I (Ks I)
Indikator :
a) Melaksanankan ibadah menurut agama masing-masing.
b) Makan dua kali sehari atau lebih.
c) Pakaian yang berbeda untuk berbagai keperluan.
d) Lantai rumah bukan dari tanah
e) Dapat memanfaatkan sarana kesehatan yang ada.
3. Keluarga Sejahtera Tahap Ii (Ks Ii)
Indikator :
a) Seluruh Indikator KS I
b) Anggota keluarga melaksanankan ibadah secara teratur.
c) Makan daging/ikan/telur sebagai lauk-pauk minimal sekali seminggu.
d) Memperoleh pakaian baru minimal setahu sekali.
e) Anggota keluarga sehat dalam tiga bulan terakhir.
f) Keluarga berusia minimal 15 tahun dapat memiliki penghasilan sendiri.
g) Bisa baca-tulis bagi anggota keluarga berusia 10 tahun keatas.
h) Anak usia sekolah bersekolah.
i) Anak hidup 2 atau lebih, keluarga masih PUS, saat ini memakai kontrasepsi.
4. Keluarga Sejahtera Tahap Iii (Ks Iii)
Indikator :
a) Seluruh Indikator KS II
b) Keluarga berupaya menambah pengetahuan agama.
c) Memiliki tabungan.
d) Makan bersama minimal sehari sekali.
e) Ikut serta dalam kegiatan masyarakat.
f) Rekreasi bersama minmal 6 bulan sekali.
g) Menggunakan media untuk menerima berita.
h) Anggota keluarga mampu menggunakan sarana transportasi.
5. Keluarga Sejahtera Tahap Iii Plus (Ks Iii Plus)
Indikator :
a) Indikator KS III
b) Memberikan sumbangan secara teratur dan suka rela dalam bentuk material kepada
masyarakat.
c) Aktif sebagai pengurus yayasan/panti.
K. Tahap Perkembangan Keluarga
Siklus kehidupan setiap keluarga mempunyai tahapan-tahapan.Seperti individu-
individu yang mengalami tahap pertumbuhan dan perkembangan yang berturut-turut,
keluarga juga mengalami tahap perkembangan yang berturut-turut. Adapun tahap-tahap
perkembangan menurut Duvall dan Miller dalam Friedman (1998) adalah :
a. Tahap I : keluarga pemula
Perkawinan dari sepasang insan menandai bermulanya sebuah keluarga baru dan
perpindahan dari keluarga asal atau status lajang ke hubungan baru yang intim.
b. Tahap II : keluarga sedang mengasuh anak
Dimulai dengan kelahiran anak pertama hingga bayi berusia 30 bulan.
c. Tahap III : keluarga dengan anak usia pra sekolah
Dimulai ketika anak pertama berusia dua setengah tahun, dan berakhir ketika anak
berusia lima tahun.
d. Tahap IV : keluarga dengan anak usia sekolah
Dimulai ketika anak pertama telah berusia enam tahun dan mulai masuk sekolah dasar
dan berakhir pada usia 13 tahun, awal dari masa remaja.

e. Tahap V : keluarga dengan anak remaja


Dimulai ketika anak pertama melewati umur 13 tahun, berlangsung selama enam
hingga tujuh tahun.Tahap ini dapat lebih singkat jika anak meninggalkan keluarga lebih
awal atau lebih lama jika anak masih tinggal di rumah hingga berumur 19 atau 20
tahun.
f. Tahap VI : keluarga yang melepas anak usia dewasa muda
Ditandai oleh anak pertama meninggalkan rumah orang tua dan berakhir dengan
“rumah kosong,” ketika anak terakhir meninggalkan rumah.Tahap ini dapat singkat
atau agak panjang, tergantung pada berapa banyak anak yang belum menikah yang
masih tinggal di rumah.Fase ini ditandai oleh tahun-tahun puncak persiapan dari dan
oleh anak -anak untuk kehidupan dewasa yang mandiri.
g. Tahap VII : orangtua usia pertengahan
Dimulai ketika anak terakhir meninggalkan rumah dan berakhir pada saat pensiun atau
kematian salah satu pasangan.
h. Tahap VIII : keluarga dalam masa pensiun dan lansia
Dimulai dengan salah satu atau kedua pasangan memasuki masa pensiun, hingga salah
satu pasangan meninggal dan berakhir dengan pasangan lainnya meninggal. Sedangkan
tugas-tugas perkembangan keluarga dengan anak usia sekolah menurut Duvall dan
Miller, Carter dan McGoldrik dalam Friedman (1998) yaitu :
1) Mensosialisasikan anak-anak, termasuk meningkatkan prestasi sekolah dan
mengembangkan hubungan dengan teman seba ya yang sehat
2) Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan
3) Kebutuhan kesehatan fisik anggota keluarga.
LAPORAN PENDAHULUAN
ARTRITIS REMATOID PADA KELUARGA Tn.S
DI DESA RINGINANOM KECAMATAN UDANAWU KABUPATEN BLITAR

A. Definisi
Artritis Rematoid adalah suatu penyakit auto imun dimana secara sumetris
persendian (biasanya sendi tangan dan kaki) mengalami peradangan sehingga
menyebabkan terjadinya pembengkakan, nyeri, dan sering kali menyebabkan
kerusakan pada bagian dalam sendi. Karakteristik artritis rematoid adalah cairan sendi
(sinovitis inflamatior) yang persisten, biasanya menyerang sendi-sendi perifer dengan
penyebaran yang sistematis (Junaidi, 2013).
Artritis Rematoid adalah gangguan berupa kekakuan, pembengkakan, nyeri,
dan kemerahan pada daerah persendian dan jaringan sekitarnya (Adellia, 2011).
B. Etiologi
Penyebab Artritis Rematoid belum diketahui dengan pasti, namun
kejadianmya dikorelasikan dengan interaksi yang kompleks antara faktor genetik dan
lingkungan (Suarjana, 2009).
a. Genetik, faktor ini memiliki angka kepekaan dan ekspresi penyakit sebesar 60%
b. Hormon Sex, pada Artritis Rematoid respon imun selular (TH1) lebih dominan
sehingga estrogen dan progesteron mempunyai efek yang berlawanan terhadap
penyakit ini
c. Faktor Infeksi, beberapa agen infeksi diduga bisa menimbulkan munculnya
penyakit Artritis Rematoid

C. Tanda dan Gejala


Gambaran klinis Artritis Rematoid adalah sebagai berikut:
a. Kekakuan dipagi hari: biasanya kurang lebih berlangsung selama 1 jam
b. Pembengkakan 3 sendi atau lebih: pembengkakan sendi objektif
c. Pembengkaan sendi pergelangan tangan, MCP, atau PIP
d. Gambaran radiologi yang khas: gambaran yang paling lazim adalah osteopenia
peri artikular
e. Nodul Subkutan: pada permukaan ekstensor siku, tonjolan tulang pada punggung
atau bahkan disepanjang perjalanan tendo archiles
D. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis ditentukan oleh stadium dan tingkat keparahan penyakit
a. Nyeri, pembengkakan, sensasi hangat, eritema, dan kurangnya fungsi pada sendi
adalah gejala klasik
b. Palpasi sendi mengungkapkan adanya jaringan yang menyerupai spons atau lunak
c. Cairan biasanya dapat di aspirasi dari sendi yang meradang (inflamasi)
E. Komplikasi
a. Kerusakan pada sendi
b. Peradangan pada otot jantung
c. Gagal pernafasan
d. Gagal ginjal
e. Penyakit saluran cerna
f. Osteoporosis
F. Penatalaksanaan
a. Memberikan edukasi tentang Artritis Rematoid
b. Istirahat yang cukup
c. Latihan fisik dan fisioterapi
d. Kompres hangat pada daerah sendi yang sakit
e. Diet seimbang, kurangi makanan yang banyak mengandung kolesterol
f. Terapi pengobatan
g. Penggunaan OAINS (Obat Anti Inflamasi Non Steroid) (untuk menghambat
migrasi sel ke tempat peradangan)
h. DMARD (Disease Modifying Anti-Rheumatic Drugs) berguna untuk melindungi
rawan sendi dan tulang dari proses destruksi akibat Artritis Rematoid, jenis-jenis
yang dugunakan adalah
1. Klorokuin fosfat 250 mg/Hari
2. Sulfasalazin dalam dosis 1x500 mg/Hari
3. D-oenisilamin disusnya 250-300 mg/Hari
4. Kortikosteroid: dosis rendah 5-7,5 mg (dosis tunggal perhari)
5. Rehabilitasi: bertujuan meningkatkan kualitas hidup pasien caranya dengan
mengistirahatkan sendi yang sakit
G. Patofisiologi
Pemahaman mengenai anatomi normal dan fisiologi persendian diartodial atau
sinovyal merupakan kunci untuk memahami patofisiologi penyakit reumatik, fungsi
persendian sinovial memiliki kisaran gerak yang sama pada sendi-sendi yang dapat
digerakkan pada sendi sinovial yang normal kartilago artikultural membungkus ujung
tulang pada sendi dan menghasilkan permukaan yang licin serta ulet untuk
digerakkan. Membran sinovial melapisi dinding dalam kapsula fibrosa dan
mengsecresi cairan kedalam ruang antar tulang.
Fungsi cairan sinovial ini yaitu peredam kejut (syok absorber) dan pelumas
yang memungkinkan sendi untuk bergerak secara bebas dalam arah yang tepat,
sebaliknya pada penyakit rematik degeneratif dapat terjadi proses inflamasi yang
sekunder sinovitis ini biasanya lebih ringan serta menggambarkan suatu proses
reaktif, dan lebih besar kemungkinannya untuk terlihat penyakit lanjut, pelepasan
ptoteoglikan tulang rawan yang bebas dari kartilago artikuler yang mengalami
degenerasi dapat berhubungan dengan sinovitis kendati faktor-faktor imunologi dapat
pula terlibat. (Smelezer dan Bare,2002)
Kerusakan sendi mulai terjadi dari proliferasi makrofag dan fibrolas sinovial.
Limfosit mengfiltrasi daerah perivaskuler dan terjadi proliferasi sel-sel endotel
kemudian terjadi neovaskulerisasi pembuluh darah pada sendi yang terlibat
mengalami oklusi ileh bekuan kecil atau sel-sel infamasi. Tebentuknya pannus akibat
terjadinya pertumbuhan irreguler pada jaringan sinovial yang mengalami inflamasi,
Pannus kemudian menginvasi dan merusak rawan sendi dan tulang respon imunologi
melibatkan peran sitokin, interleukin, proteinase dan faktor pertumbuhan. Respon ini
mengakibatkan destruksi sendi dan komplikasi sistemik. (Surjana,2009).
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
ARTRITIS REMATOID PADA KELUARGA Tn. S DI DESA
RINGINANOM KECAMATAN UDANAWU KABUPATEN BLITAR

A. Pengkajian

Pengkajian merupakan langkah awal pelaksanaan asuhan keperawatan, agar


diperoleh data pengkajian yang akurat dan sesuai dengan keadaan keluarga. Sumber
informasi dari tahapan pengkaajian dapat menggunakan metode wawancara keluarga,
observasi fasilitas rumah, pemeriksaan fisik pada anggota keluarga dan data sekunder.
Hal-hal yang perlu dikaji dalam keluarga adalah :
1. Data Umum
Pengkajian terhadap data umum keluarga meliputi :
a. Nama kepala keluarga
b. Alamat dan telepon
c. Pekerjaan kepala keluarga
d. Pendidikan kepala keluarga
e. Komposisi keluarga dan genogram
f. Tipe keluarga
g. Suku bangsa
h. Agama
i. Status sosial ekonomi keluarga
j. Aktifitas rekreasi keluarga
2. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga meliputi :
a. Tahap perkembangan keluarga saat ini ditentukan dengan anak tertua dari
keluarga inti.
b. Tahap keluarga yang belum terpenuhi yaitu menjelaskan mengenai tugas
perkembangan yang belum terpenuhi oleh keluarga serta kendala mengapa tugas
perkembangan tersebut belum terpenuhi.
c. Riwayat keluarga inti yaitu menjelaskan mengenai riwayat kesehatan pada
keluarga inti yang meliputi riwayat penyakit keturunan, riwayat kesehatan
masing-masing anggota keluarga, perhatian terhadap pencegahan penyakit,
sumber pelayanan kesehatan yang biasa digunakan keluarga serta
pengalamanpengalaman terhadap pelayanan kesehatan.
d. Riwayat keluarga sebelumnya yaitu dijelaskan mengenai riwayat kesehatan pada
keluarga dari pihak suami dan istri.
3. Pengkajian Lingkungan
a. Karakteristik rumah
b. Karakteristik tetangga dan komunitas RW
c. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
d. Sistem pendukung keluarga
4. Struktur keluarga
a. Pola komunikasi keluarga yaitu menjelaskan mengenai cara berkomunikasi antar
anggota keluarga.
b. Struktur kekuatan keluarga yaitu kemampuan anggota keluarga mengendalikan
dan mempengaruhi orang lain untuk merubah perilaku.
c. Struktur peran yaitu menjelaskan peran dari masing-masing anggota keluarga baik
secara formal maupun informal.
d. Nilai atau norma keluarga yaitu menjelaskan mengenai nilai dan norma yang
dianut oleh keluarga yang berhubungan dengaan kesehatan.
e. Fungsi keluarga :
1. Fungsi afèktif, yaitu perlu dikaji gambaran diri anggota keluarga, perasaan
memiliki dan dimiliki dalam keluarga, dukungan keluarga terhadap anggota
keluarga lain, bagaimana kehangatan tercipta pada anggota keluarga dan
bagaimana keluarga mengembangkan sikap saling menghargai.
2. Fungsi sosialisai, yaitu perlu mengkaji bagaimana berinteraksi atau hubungan
dalam keluarga, sejauh mana anggota keluarga belajar disiplin, norma, budaya
dan perilaku.
3. Fungsi perawatan kesehatan, yaitu meenjelaskan sejauh mana keluarga
menyediakan makanan, pakaian, perlu dukungan serta merawat anggota
keluarga yang sakit. Sejauh mana pengetahuan keluarga mengenal sehat sakit.
Kesanggupan keluarga dalam melaksanakan perawatan kesehatan dapat dilihat
dari kemampuan keluarga dalam melaksanakan tugas kesehatan keluarga,
yaitu mampu mengenal masalah kesehatan, mengambil keputusan untuk
melakukan tindakan, melakukan perawatan kesehatan pada anggota keluarga
yang sakit, menciptakan lingkungan yang dapat meningkatan kesehatan dan
keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan yang terdapat di
lingkungan setempat.
4. Pemenuhan tugas keluarga. Hal yang perlu dikaji adalah sejauh mana
kemampuan keluarga dalam mengenal, mengambil keputusan dalam tindakan,
merawat anggota keluarga yang sakit, menciptakan lingkungan yang
mendukung kesehatan dan memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang
ada.
f. Stres dan koping keluarga
1. Stressor jangka pendek dan panjang
a. Stressor jangka pendek yaitu stressor yang dialami keluarga yang
memerlukan penyelesaian dalam waktu kurang dari 5 bulan.
b. Stressor jangka panjang yaitu stressor yang dialami keluarga yang
memerlukan penyelesaian dalam waktu lebih dari 6 bulan.
2. Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi/ stressor
3. Strategi koping yang digunakan keluarga bila menghadapi permasalahan.
4. Strategi adaptasi fungsional yang divunakan bila menghadapi permasalah
5. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan terhadap semua anggotaa keluarga. Metode
yang digunakan pada pemeriksaan fisik tidak berbeda dengan pemeriksaan
fisik di klinik. Harapan keluarga yang dilakukan pada akhir pengkajian,
menanyakan harapan keluarga terhadap petugas kesehatan yang ada.
g. Harapan keluarga
1. Terhadap masalah kesehatan keluarga.
2. Terhadap petugas kesehatan yang ada
Ada beberapa tahap yang perlu dilakukan saat pengkajian menurut Supraji (2004) yaitu:
a. Membina hubungan baik
Dalam membina hubungan yang baik, hal yang perlu dilakukan antara lain,
perawat memperkenalkan diri dengan sopan dan ramah tamah, menjelaskan tujuan
kunjungan, meyakinkan keluarga bahwa kehadiran perawat adalah menyelesaikan
masalah kesehatan yang ada di keluarga, menjelaskan luas kesanggupan bantuan perawat
yang dapat dilakukan, menjelaskan kepada keluarga siapa tim kesehatan lain yang ada di
keluarga.
b. Pengkajian awal
Pengkajian ini terfokus sesuai data yang diperoleh dari unit pelayanan
kesehatan yang dilakukan.
c. Pengkajian lanjutan (tahap kedua)
Pengkajian lanjutan adalah tahap pengkajian untuk memperoleh data yang
lebih lengkap sesuai masalah kesehatan keluarga yang berorientasi pada pengkajian
awal. Disini perawat perlu mengungkapkan keadaan keluarga hingga penyebab dari
masalah kesehatan yang penting dan paling dasar.
B. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menggunakan dan


menggambarkan respons manuasia. Dimana keadaan sehat atau perubahan
pola interaksi potensial/actual dari individu atau kelompok dimana perawat dapat
menyusun intervensi-intervensi definitive untuk mempertahankan status kesehatan atau
untuk mencegah perubahan (Carpenito, 2000).
Untuk Menegakkan diagnosa dilakukan 2 hal, yaitu:
a. Anallisa data
Mengelompokkan data subjektif dan objektif, kemudian dibandingkan dengan standar
normal sehingga didapatkan masalah keperawatan.
b. Perumusan diagnosa keperawatan
Komponen rumusan diagnosa keperawatan meliputi:
a) Masalah (problem) adalah suatu pernyataan tidak terpenuhinya kebutuhan dasar
manusia yang dialami oleh keluarga atau anggota keluarga.
b) Penyebab (etiologi) adalah kumpulan data subjektif dan objektif.
c) Tanda (sign) adalah sekumpulan data subjektif dan objektif yang diperoleh perawat
dari keluarga secara langsung atau tidak langsung atau tidak yang emndukung
masalah dan penyebab.
Dalam penyusunan masalah kesehatan dalam perawatan keluarga mengacu pada
tipologi diagnosis keperawatan keluarga yang dibedakan menjadi 3 kelompok, yaitu:
a. Diagnosa sehat/Wellness/potensial
Yaitu keadaan sejahtera dari keluarga ketika telah mampu memenuhi kebutuhan
kesehatannya dan mempunyai sumber penunjang kesehatan yang memungkinkan
dapat digunakan. Perumusan diagnosa potensial ini hanya terdiri dari komponen
Problem (P) saja dan sign /symptom (S) tanpa etiologi (E).
b. Diagnosa ancaman/risiko
Yaitu masalah keperawatan yang belum terjadi. Diagnosa ini dapat menjadi
masalah actual bila tidak segera ditanggulangi. Perumusan diagnosa risiko ini
terdiri dari komponen problem (P), etiologi (E), sign/symptom (S).
c. Diagnosa nyata/actual/gangguan
Yaitu masalah keperawatan yang sedang dijalani oleh keluarga dan memerlukn
bantuan dengan cepat. Perumusan diagnosa actual terdiri dari problem (P), etiologi
(E), dan sign/symptom (S).
Perumusan problem (P) merupakan respons terhadap gangguan pemenuhan kebutuhan
dasar. Sedangkan etiologi mengacu pada 5 tugas keluarga.
Dalam Friedman (1998) diagnosa-diagnosa keperawatan pilihan NANDA yang cocok
untuk praktek keperawatan keluarga seperti tabel dibawah ini:
Kategori Diagnosa NANDA Diagnosa Keperawatan

Persepsi kesehatan-pola Manajemen kesehatan yang dapat di ubah


manajemen kesehatan Perilaku mencari sehat
Kognitif-pola latihan Kerusakan penatalaksanaan lingkungan rumah
Peran-pola persepsi Kurang pengetahuan
Konflik keputusan
Peran-pola hubungan Berduka antisipasi
Berduka disfungsional
Konflik peran orang tua isolasi social
Perubahan dalam proses keluarga
Perubahan penampilan peran
Risiko perubahan dalam menjadi orang tua
Perubahan menjadi orang tua
Risiko terhadap kekerasan
Koping pola – pola toleransi Koping keluarga potensial terhadap pertumbuhan
terhadap stress Koping keluarga tidak efektif : menurun
Koping keluarga tidak efektif : kecacatan
Dari pengkajian asuhan keperawatan keluarga di atas maka diagnosa keperawatan
keluarga yang mungkin muncul adalah :
1. Defisit pengetahuan (D.0111)
Definisi : ketiadaan atau kurangnya informasi kognitif yang berkaitan dengan topik
tertentu.
Penyebab ;
1) Keteratasan kognitif
2) Gangguan fungsi kognitif
3) Kekeliruan mengikuti anjuran
4) Kurang terpapar informasi
5) Kurang minat dalam belajar
6) Kurang mampu mengingat
7) Ketidaktauan menemukan sumber informasi
Gejala dan Tanda Mayor :
Subjektif
1) Menanyakan maslaah yang di hadapi
Objektif
1) Menunjukkan perilaku tidak sesuai anjuran
2) Menunjukkan persepsi yang keliru terhadapa maslaah
Gejala dan Tanda Minor :
Subjektif (tidak tersedia)
Objektif
1) Menjalani pemeriksaan yang tidak tepat
2) Menunjukkan perilaku berlebihan
Kondisi klinis terkait :
1) Kondisi klinis yang baru dihadapi oleh klien
2) Penyakit akut
3) Penyakit kronis
2. Gangguan Rasa Nyaman (D.0074)
Definisi : Perasaan kurang senang, lega dan sempurna dalam dimensi fisik,
psikospiritual, lingkungan dan sosial.
Penyebab :
1) Gejala penyakit
2) Kurang pengendalian situasional/lingkungan
3) Ketidakadekuatan sumberdaya (mis. Dukungan finansial,sosial dan pengetahuan)
4) Kurangnya privasi
5) Gangguan stimulus lingkungan
6) Efek samping terapi (mis. Medikasi, radiasi, kemoterapi)
7) Gangguan adaptasi kehamilan

Gejala dan Tanda Mayor :


Subjektif Objektif
1) Mengeluh tidak nyaman 1) gelisah
Gejala dan Tanda Minor :
Subjektif Objektif
1) Mengeluh sulit tidur 1) menunjukkan gejala distres
2) Tidak mampu rileks 2) tampak merintih/ menangis
3) Mengeluh kedinginan/kepanasan 3) pola eliminasi berubah
4) Merasa gatal 4) postur tubuh berubah
5) Mengeluh mual 5) iritabilitas
6) Mengeluh Lelah
Kondisi Klinis Terkait :
1) Penyakit kronis
2) Keganasan
3) Distress psikologis
4) Kehamilan
3. Manajemen kesehatan keluarga tidak efektif (D.0115)
Definisi : pola penanganan masalah kesehatan dalam keluarga tidak memuaskan
untuk memulihkan kondiis kesehatan anggota keluarga
Penyebab :
1) Kompleksitas system pelayanan kesehatan
2) Kompleksitas program perawatan atau pengobatan
3) Konflik pengambilan keputusan
4) Kesulitan ekonomi
5) Banyak tuntutan
6) Konflik keluarga
Gejala dan Tanda mayor :
Subjektif
1) Mengungkapkan tidak memahami maslaah kesehatan yang diderita
2) Mengungkapkan kesulitan perawtan yang di tetapkan
Objektif
1) Gejala penyakit anggota keluarga semakin memberat
2) Aktivitas keluarga untuyk mengatasi masalah kesehatan tidak tepat
Gejala dan Tanda Minor :
Subjektif (tidak tersedia)
Objektif
1) Gagal melakukan tindakan untuk mengurangi faktor resiko
Kondisi klinis terkait :
1) PPOK
2) Sclerosis multiple
3) Arthritis rheumatoid
4) Nyeri kronis
5) Penyalahgunaan zat
4. Gangguan proses keluarga (D.0120)
Definisi:
Perubahan dalam hubungan atau fungsi kelarga
Penyebab:
1) Perubahan status kesehatan anggota keluarga
2) Perubahan finansial keluarga
3) Perubahan status social keluarga
4) Perubahan interaksi dengan masyarakat
5) Krisis perkembangan
6) Transisi perkembangan
7) Perubahan peran keluarga
8) Perubahan peran keluarga
9) Krisis situasional
10) Transisi situasional
Gejala dan tanda mayor:
Subjektif
(tidak tersedia)
Objektif
1) Keluarga tidak mampu beradaptasi terhadap situasi
2) Tidak mampu berkomunikasi secara terbuka diantara anggota keluarga
Gejala dan tanda minor:
Subjektif:
1) Keluarga tidak mampu mengungkapkan perasaan secara leluasa
Objektif:
1) Keluarga tidak mampu memenuhi kebutuhan fisik/emosional/spiritual anggota
keluarga
2) Keluarga tidak mampu mencari atau menerima bantuan secara tepat.
Kondisi Klinis Terkait
1) Hospitalisasi
2) Kondisi penyakit kronis
3) Cedera traumatis
4) Penyalah gunaan zat
5) Kehamilan
5. Kesiapan peningkatan proses keluarga (D.0123)
Definisi : Pola fungsi keluarga yang cukup untuk mendukung kesejahteraan anggota
keluarga dan dapat ditingkatkan.
Gejala dan tanda mayor:
Subjektif
1) Mengekspresikan keinginan untuk meningkatkan dinamika keluarga
Objektif
1) Menunjukkan fungsi keluarga dalam memenuhi kebutuhan fisik, social dan
psikologis anggota keluarga
2) Menunjukkan aktivitas untuk mendukung keselamatan dan pertumbuhan
anggota keluarga
3) Peran keluarga fleksibel dan tepat dengan tahap perkembangan
4) Terlihat adanya respek dengan anggota keluarga
Gejala dan tanda minor:
Subjektif:
(tidak tersedia)
Objektif
1) Keluarga menunjukkan minat melkaukan aktivitas hidup sehari-hari yang positif
2) Terlihat adanya kemampuan keluarga untuk pulih dari kondisi sulit
3) Tampak keseimbangan antara otonomi dan kebersamaan
4) Batasan batasan anggota keluarga dipertahankan
5) Hubungan dengan masyarakat terjalin positif
6) Keluarga beradaptasi dengan perubahan
Kondisi klinis terkait:
1) Kondisi kesehatan kronis
2) Gangguan jiwa
6. Ketidakpatuhan (D.0114)
Definisi: Perilaku individu dan/atau pemberi asuhan tidak mengikuti rencana
keperawatan/pengobatan yang disepakati dengan tenaga kesehatan, sehingga
menyebabkan hasil perawatan/ pengobatan tidak efektif
Penyebab:
1) Disabilitas (mis. Penurunan daya ingat)
2) Efek samping program perawatan/ pengobatan
3) Beban pembiayaan program perawatan/ pengobatan
4) Lingkungan tidak terapeutik
5) Program terapi kompleks dan/ atau lama
6) Hambatan mengakses pelayanan kesehatan
7) Program terapi tidak ditanggung asuransi
8) Ketidak adekuatan pemahaman
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif
1) Menolak menjalani perawatan/pengobatan
2) Menolak mengikuti anjuran

Objektif
1) Perilaku tidak mengikuti program perawatan/ pengobatan
2) Perilaku tidak menjalankan anjuran

Gejala dan Tanda Minor


Subjektif
(Tidak tersedia)
Objektif
1) Tampak tanda/gejala penyakit/ masalah kesehatan masih ada atau meningkat
2) Tampak komplikasi penyakit/ masalah kesehatan menetap atau meningkat

Kondisi klinis terkait


1. Kondisi baru terdiagnosis penyakit
2. Kondisi penyakit kronis
3. Masalah kesehatan yang membutuhkan perubahan pola hidup
Yang menjadi etiologi atau penyebab dari masalah keperawatan yang muncul adalah
hasil dari pengkajian tentang tugas kesehatan keluarga yang meliputi 5 unsur sebagai
berikut :

a. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah Artritis Rematoid yang terjadi


pada anggota keluarga.
b. Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan yang tepat untuk
mengatasi penyakit Artritis Rematoid .
c. Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan
Artritis Rematoid.
d. Ketidakmampuan keluarga dalam memelihara atau memodifikasi
lingkungan yang dapat mempengaruhi penyakit Artritis Rematoid.
e. Ketidakmampuan keluarga menggunakan fasilitas pelayanan
kesehatan guna perawatan dan pengobatan Artritis Rematoid.

C. Intervensi Keperawatan

Perencanaan adalah sekumpulan tindakan yang ditentukan perawat untuk


dilaporkan dalam memecahkan masalah kesehatan dan keperawatan yang telah
diidentifikasi (Efendy,1998).
Penyusunan rencana perawatan dilakukan dalam 2 tahap yaitu pemenuhan
skala prioritas dan rencana perawatan (Suprajitmo, 2004).
a. Skala prioritas
Prioritas didasarkan pada diagnosis keperawatan yang mempunyai skor tinggi
dan disusun berurutan sampai yang mempunyai skor terendah. Dalam menyusun
prioritas masalah kesehatan dan keperawatan keluarga harus didasarkan beberapa
criteria sebagai berikut :
1. Sifat masalah (actual, risiko, potensial).
2. Kemungkinan masalah dapat diubah.
3. Potensi masalah untuk dicegah.
4. Menonjolnya masalah
Skoring dilakukan bila perawat merumuskan diagnosa keperawatan telah dari
satu proses skoring menggunakan skala yang telah dirumuskan oleh Bailon dan
Maglay (1978) dalam Effendy (1998).
Kriteria Bobot Skor
Sifat masalah 1 Aktual/ancaman =3
Risiko =2
Potensial =1
Kemungkinan 2 Mudah =2
masalah untuk Sebagian =1
dipecahkan Tidak dapat = 0
Potensi masalah 1 Tinggi =3
untuk dicegah Cukup =2
Rendah =1
Menonjolnya masalah 1 Segera diatasi = 2
Tidak segera diatasi = 1
Tidak dirasakan adanya masalah = 0

Proses scoring dilakukan untuk setiap diagnosa keperawatan :


1. Tentukan skornya sesuai dengan kriteria yang dibuat perawat.
2. Skor dibagi dengan angka tertinggi dan dikaitkan dengan bobot.
3. Jumlahkan skor untuk semua criteria.
4. Skor tertinggi berarti prioritas (skor tertinggi 5)
5. Kriteria yang dapat mempengaruhi penentuan prioritas masalah :
1. Sifat masalah
Sifat masalah dapat dikelompokkan kedalam tidak atau kurang sehat
diberikan bobot yang lebih tinggi karena masalah tersebut memerlukan tindakan
yang segera dan biasanya masalahnya dirasakan atau disadari oleh keluarga.
Krisis atau keadaan sejahtera diberikan yang paling sedikit atau rendah karena
faktor-faktor kebudayaan biasanya dapat memberikan dukungan bagi keluarga
untuk mengatasi masalahnya dengan baik.
2. Kemungkinan masalah dapat dicegah
Adalah kemungkinan berhasilnya mengurangi atau mencegah masalah
jika ada tindakan (intervensi). Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam
menentukan skor kemungkinan masalah dapat dicegah :
a. Pengetahuan dan tekhnologi serta tindakan yang dapat dilakukan untuk
menangani masalah.
b. Sumber-sumber yang ada pada keluarga baik dalam bentuk fisik, keuangan
atau tenaga.
c. Sumber-sumber dari keperawatan misalnya : dalam bentuk pengetahuan,
keterampilan dan waktu.
d. Sumber-sumber di masyarakat misalnya : dalam bentuk fasilitas kesehatan,
organisasi masyarakat, dukungan sosial masyarakat
3. Potensi masalah dapat dicegah
Adalah sifat dan beratnya masalah yang akan timbul yang dapat
dikurangi atau dicegah. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan adalah :
a. Kepelikan dari masalah
Yaitu berkaitan dengan beratnya penyakit atau masalah,prognosa penyakit
atau kemungkinan merubah masalah.
b. Lamanya masalah
Hal ini berkaitan dengan jangka waktu terjadinya masalah tersebut. Biasanya
lamanya masalah mempunyai dukungan langsung dengan potensi masalah
bila dicegah.
c. Adanya kelompok high risk atau kelompok yang peka atau rawan
Adanya kelompok atau individu tersebut pada keluarga akan menambah
potensi masalah bila dicegah
4. Menonjolnya masalah
Adalah merupakan cara keluarga melihat dan menilai masalah tentang
beratnya masalah serta mendeksaknya masalah untuk diatasi. Hal yang perlu
diperhatikan dalam memberikan skor pada criteria ini adalah perawat perlu
menilai persepsi atau bagaimana keluarga tersebut melihat masalah. Dalam hal
ini jika keluarga menyadari masalah dan merasa perlu untuk menangani segera
maka harus diberikan skor yang tinggi.
5. Rencana

Langkah pertama yang dilakukan adalah merumuskan tujuan


keperawatan. Tujuan dirumuskan untuk mengetahui atau mengatasi serta
meminimalkan stressor dan intervensi dirancang berdasarkan tiga tingkat
pencegahan. Pencegahan primer untuk memperkuat garis pertahanan fleksibel,
pencegahan sekunder untuk memperkuat garis pertahanan sekunder, dan
pencegahan tersier untuk memperkuat garis pertahanan tersier (Anderson &
Fallune, 2000).
Tujuan terdiri dari tujuan jangka panjang dan tujuan jangka pendek.
Tujuan jangka panjang mengacu pada bagaimana mengatasi problem/masalah (P)
di keluarga. Sedangkan penetapan tujuan jangka pendek mengacu pada
bagaimana mengatasi etiologi yang berorientasi pada lima tugas keluarga.
Adapun bentuk tindakan yang akan dilakukan dalam intervensi nantinya
adalah sebagai berikut :
1. Menggali tingkat pengetahuan atau pemahaman keluarga mengenai masalah.
2. Mendiskusikan dengan keluarga mengenai hal-hal yang belum diketahui dan
meluruskan mengenai intervensi/interpretasi yang salah.
3. Memberikan penyuluhan atau menjelaskan dengan keluarga tentang faktor-
faktor penyebab, tanda dan gejala, cara menangani, cara perawatan, cara
mendapatkan pelayanan kesehatan dan pentingnya pengobatan secara teratur.
4. Memotivasi keluarga untuk melakukan hal-hal positif untuk kesehatan.
5. Memberikan pujian dan penguatan kepada keluarga atas apa yang telah
diketahui dan apa yang telah dilaksanakan.
Perencanaan yang dapat dilakukan pada asuhan keperawatan keluarga dengan
Artritis Rematoid ini adalah sebagai berikut :
1. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah Artritis Rematoid yang terjadi pada
keluarga.
Sasaran : Setelah tindakan keperawatan keluarga dapat mengenal dan mengerti
tentang penyakit Artritis Rematoid.
Tujuan : Keluarga mengenal masalah penyakit Artritis Rematoid setelah tiga
kali kunjungan rumah.
Kriteria : Keluarga dapat menjelaskan secara lisan tentang penyakit Artritis
Rematoid.
Standar : Keluarga dapat menjelaskan pengertian, penyebab, tanda dan gejala
penyakit Artritis Rematoid serta pencegahan dan pengobatan penyakit
Artritis Rematoid secara lisan.
Intervensi :
1) Bina hubungan saling percaya
2) Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
3) Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan
4) Jelaskan arti penyakit Artritis Rematoid
5) Diskusikan tanda-tanda dan penyebab penyakit Artritis Rematoid
6) Menjelaskan faktor risiko yang dapat mempengaruhi kesehatan
7) Mengajarkan perilaku hidup bersih dan sehat
8) Tanyakan kembali apa yang telah di diskusikan.

2. Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan yang tepat untuk mengatasi


penyakit Artritis Rematoid.
Sasaran : Setelah tindakan keperawatan keluarga dapat mengetahui akibat lebih lanjut
dari penyakit Artritis Rematoid.
Tujuan : Keluarga dapat mengambil keputusan untuk merawat anggota keluarga
dengan Artritis Rematoid setelah tiga kali kunjungan rumah.
Kriteria : Keluarga dapat menjelaskan secara lisan dan dapat mengambil tindakan
yang tepat dalam merawat anggota keluarga yang sakit.
Standar : Keluarga dapat menjelaskan dengan benar bagaimana akibat Artritis
Rematoid dan dapat mengambil keputusan yang tepat.
Intervensi:
1) Diskusikan tentang akibat penyakit Artritis Rematoid.
2) Tanyakan bagaimana keputusan keluarga untuk merawat anggota keluarga yang
menderita Artritis Rematoid.

3. Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan Artritis Rematoid


Sasaran : Setelah tindakan keperawatan keluarga mampu merawat anggota keluarga
yang menderita penyakit Artritis Rematoid.
Tujuan : Keluarga dapat melakukan perawatan yang tepat terhadap anggota
keluarga yang menderita Artritis Rematoid setelah tiga kali kunjungan
rumah.
Kriteria : Keluarga dapat menjelaskan secara lisan cara pencegahan dan perawatan
penyakit Artritis Rematoid
Standar : Keluarga dapat melakukan perawatan anggota keluarga yang menderita
penyakit Artritis Rematoid secara tepat.
Intervensi:
1) Jelaskan pada keluarga cara-cara pencegahan penyakit Artritis Rematoid.
2) Jelaskan pada keluarga tentang manfaat istirahat, diet yang tepat dan olah raga
khususnya untuk anggota keluarga yang menderita Artritis Rematoid.

4. Ketidakmampuan keluarga dalam memelihara atau memodifikasi lingkungan yang


dapat mempengaruhi penyakit Artritis Rematoid berhubungan.
Sasaran : Setelah tindakan keperawatan keluarga mengerti tentang pengaruh
lingkungan terhadap penyakit Artritis Rematoid.
Tujuan : Keluarga dapat memodifikasi lingkungan yang dapat menunjang
penyembuhan dan pencegahan setelah tiga kali kunjungan rumah.
Kriteria : Keluarga dapat menjelaskan secara lisan tentang pengaruh lingkungan
terhadap proses penyakit Artritis Rematoid
Standar : Keluarga dapat memodifikasi lingkungan yang dapat mempengaruhi
penyakit Artritis Rematoid.
Intervensi :
Ajarkan cara memodifikasi lingkungan untuk mencegah dan mengatasi penyakit
Artritis Rematoid misalnya :
a. Jaga lingkungan rumah agar bebas dari resiko kecelakaan misalnya benda yang
tajam.
b. Gunakan alat pelindung bila bekerja Misalnya sarung tangan.
c. Gunakan bahan yang lembut untuk pakaian untuk mengurangi terjadinya
iritasi.
d. Motivasi keluarga untuk melakukan apa yang telah dijelaskan.

5. Ketidakmampuan keluarga menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan guna


perawatan dan pengobatan Artritis Rematoid.
Sasaran : Setelah tindakan keperawatan keluarga dapat menggunakan fasilitas
pelayanan kesehatan sesuai kebutuhan.
Tujuan : Keluarga dapat menggunakan tempat pelayanan kesehatan yang tepat
untuk mengatasi penyakit Artritis Rematoid setelah dua kali kunjungan
rumah.
Kriteria : Keluarga dapat menjelaskan secara lisan ke mana mereka harus meminta
pertolongan untuk perawatan dan pengobatan penyakit Artritis
Rematoid.
Standar : Keluarga dapat menggunakan fasilitas pelayanan secara tepat.
Intervensi :Jelaskan pada keluarga ke mana mereka dapat meminta pertolongan
untuk perawatan dan pengobatan Artritis Rematoid.

D. Implementasi Keperawatan

Pelaksanaan dilaksanakan berdasarkan pada rencana yang telah disusun. Hal-


hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan tindakan keperawatan terhadap keluarga
yaitu :
a. Sumber daya keluarga
b. Tingkat pendidikan keluarga
c. Adat istiadat yang berlaku
d. Respon dan penerimaan keluarga
e. Sarana dan prasarana yang ada pada keluarga.
E. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi merupakan kegiatan membandingkan antara hasil implementasi


dengan kriteria dan standar yang telah ditetapkan untuk melihat keberhasilannya.
Kerangka kerja evaluasi sudah terkandung dalam rencana perawatan jika secara jelas
telah digambarkan tujuan perilaku yang spesifik maka hal ini dapat berfungsi sebagai
criteria evaluasi bagi tingkat aktivitas yang telah dicapai (Friedman,1998)
Evaluasi disusun mnggunakan SOAP dimana :
S : ungkapan perasaan atau keluhan yang dikeluhkan secara subyektif oleh keluarga
setelah diberikan implementasi keperawatan.
O : keadaan obyektif yang dapat diidentifikasi oleh perawat menggunakan pengamatan
yang obyektif.
A : merupakan analisis perawat setelah mengetahui respon subyektif dan obyektif.
P : perencanaan selanjutnya setelah perawat melakukan analisis (Suprajitno,2004).
Dokumentasi
Hari Kamis, Tanggal 18 Maret 2021
(Kunjungan Pertama)
Melakukan Inform Consent, Bina hubungan
saling percaya, dan kontrak waktu kepada
salah satu anggota Keluarga Tn.S

Hari Jumat, Tanggal 19 Maret 2021


(Kunjungan Kedua)
Melakukan Inform Consent dan menanyakan
riwayat penyakit keluarga, dan riwayat
penyakit

Melakukan Pengkajian dan mengumpulkan


data kepada salah satu anggota keluarga Tn.S
Hari Minggu, Tanggal 21 Maret 2021
(Kunjungan ketiga)
Melakukan Pengkajian dan mendiskusikan
Problem masalah kepada salah satu anggota
Keluarga Tn.S

Hari Senin, Tanggal 22 Maret 2021


(Kunjungan Ketiga)
Melakukan Pemeriksaan Fisik terhadap salah
satu anggota keluarga Tn.S dan menanyakan

Memberikan Edukasi dan Materi kepada salah


satu anggota keluarga Tn. S dengan
menggunakan Media Leaflet

Anda mungkin juga menyukai