Oleh
Rahmat Yusuf Darmawan
NIM. 201803050
Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Keluarga Tn. S dengan salah satu anggota
keluarga yang menderita Artritis Rematoid di Desa Ringinanom Kecamatan Udanawu
Kabupaten Blitar. Pada tanggal 15 Maret – 27 Maret 2021 oleh Mahasiswa D3 Keperawatan
Stikes Karya Husada Kediri.
Nama : Rahmat Yusuf Darmawan
Nim : 201803050
Judul : Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Keluarga Tn. S
dengan salah satu anggota keluarga yang menderita Artritis Rematoid
di Desa Ringinanom Kecamatan Udanawu Kabupaten Blitar
Laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan keluarga ini telah di evaluasi
dan di setujui oleh Pembimbing Institusi Program Studi D3 Keperawatan Stikes Karya
Husada Kediri.
Mengetahui,
A. Definisi Keluarga
Keluarga berasal dari bahasa Sansekerta yaitu kula dan warga "kulawarga"
yang berarti "anggota, kelompok atau kerabat". Keluarga adalah lingkungan dimana
beberapa orang yang masih memiliki hubungan darah. Keluarga sebagai kelompok sosial
terdiri dari sejumlah individu, memiliki hubungan antar individu, terdapat ikatan,
kewajiban, tanggungjawab diantara individu tersebut. Keluarga dan beberapa orang yang
terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling
ketergantungan ( L, Jhonson dan R, Leny, 2010).
Menurut Salvicion dan Celis (1998 ) di dalam keluarga terdapat dua atau lebih
dari dua pribadi yang tergabung karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau
penangkatan, di hidupnya dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan
didalam perannya masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu
kebudayaan. Banyak ahli menguraikan pengertian keluarga sesuai dengan perkembangan
sosial masyarakat. Berikut akan dikemukakan beberapa pengertian keluarga.
1. Raisner (1980)
Keluarga adalah sebuah kelompok yang terdiri dari dua orang atau lebih yang
masing-masing mempunyai hubungan kekerabatan yang terdiri dari bapak, ibu, adik,
kakak dan nenek.
2. Logan's (1979)
Keluarga adalah sebuah sistem sosial dan kumpulan dari beberapa komponen
yang saling berinteraksi satu dengan lainnya.
3. Gillis (1983)
Keluarga adalah sebagaimana sebuah kesatuan yang kompleks dengan atribut
yang dimiliki tetapi terdiri dari beberapa komponen yang
masing-masing mempunyai sebagaimana individu.
4. Duvall (1986)
Menguraikan bahwa keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan
perkawinan, kelahiran dan adopsi yang bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan
budaya dan meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional serta sosial dari
setiap anggota keluarga
5. Departemen Kesehatan RI (1988)
Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala
keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal disuatu tempat dibawah 1
atap.
Dapat disimpulkan bahwa karakteristik keluarga adalah :
1.Terdiri dari dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan darah, perkawinan atau
adopsi.
2. Anggota keluarga biasanya hidup bersama atau jika terpisah mereka tetap
memperhatikan satu sama lain.
3.Anggota keluarga berinteraksi satu sama lain dan masing-masing mempunyai peran
sosial : suami, istri, anak, kakak dan adik.
4.Mempunyai tujuan : menciptakan dan mempertahankan budaya, meningkatkan
perkembangan fisik, psikologis dan sosial anggota.
Dari uraian di atas menunjukkan bahwa keluarga juga merupakan suatu sistem. Sebagai
sistem keluarga mempunyai anggota yaitu : ayah, ibu dan anak atau semua individu yang
tinggal di dalam rumah tangga tersebut. Anggota keluarga saling berinteraksi, interelasi
dan interdependensi untuk mencapai tujuan bersama. Keluarga merupakan sistem yang
terbuka sehingga dapat dipengaruhi oleh sistemnya yaitu masyarakat dan sebaliknya
sebagai subsistem dari lingkungan (masyarakat) keluarga dapat mempengaruhi masyarakat
(supra
sistem). Oleh karena itu betapa pentingnya peran dan fungsi keluarga dalam membentuk
manusia sebagai anggota masyarakat yang sehat biopsikososial spiritual ( L, Johnson dan
R, Leny, 2010).
B. Tipe Keluarga
Ada beberapa tipe keluarga yaitu :
1. Keluarga inti, yang terdiri dari suami, istri dan anak atau anak-anak.
2. Keluarga konjugal, yang terdiri dari pasangan dewasa (ibu dan ayah) dan anak-anak
mereka dimana terdapat interaksi dengan kerabat dari salah satu atau dua pihak orang
tua.
3. Selain itu terdapat juga keluarga luas yang di tarik atas dasar garis keturunan diatas
keluarga aslinya. Keluarga luas ini meliputi hubungan antara paman, bibi, keluarga
kakek dan nenek.
C. Peranan Keluarga
Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku antar pribadi, sifat,
kegiatan yang berhubungan dengan pribadi dalam keluarga di sadari oleh harapan dan pola
perilaku dari keluarga, kelompok dan masyarakat. Berbagai peranan yang terdapat di
dalam keluarga adalah sebagai berikut :
1. Ayah sebagau suami dari istri dan ayah bagi anak-anak, berperan sebagai pencari
nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai
anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya.
2. Ibu sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai peranan untuk mengurus
rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya, pelindung dan sebagai
salah satukelompok dari peranan sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari
lingkungannya, disamping itu juga ibu dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan
dalam keluarganya.
3. Anak-anak melaksanakan peranan psikososial sesuai dengan tingkat perkembangannya
baik fisik, mental, sosial dan spiritual.
D. Tugas Keluarga
Pada dasarnya tugas keluarga ada delapan tugas pokok sebagai berikut :
1. Pemeliharaan fisik keluarga dan para anggotanya
2. Pemeliharaan sumber-sumber daya yang ada dalam keluarga
3. Pembagian tugas masing-masing anggotanya sesuai dengan kedudukannya masing-
masing
4. Sosialisasi antar anggota keluarga.
5. Pengaturan jumlah anggota keluarga
6. Pemeliharaan ketertiban anggota keluarga
7. Membangkitkan dorongan dan semangat para anggotanya.
E. Tugas Keluarga di bidang Kesehatan
1. Keluarga mampu mengenal masalah kesehatan
2. Keluarga mampu mengambil keputusan untuk melakukan tindakan
3. Keluarga mampu melakukan perawatan terhadap anggota keluarga yang sakit
4. Keluarga mampu menciptakan lingkungan yang dapat meningkatkan kesehatan
5. Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan yang terdapat di lingkungan
setempat
F. Fungsi Keluarga
Dalam kehidupan sehari-hari fungsi keluarga dapat kita lihat dan sekaligus
sudah dapat di terapkan oleh masyarakat atau kelompok keluarga. Adapun fungsi yang di
jalankan keluarga adalah sebagai berikut :
1. Fungsi pendidikan dilihat dari bagaimana keluarga mendidik dan menyekolahkan
anak untuk mempersiapkan kedewasaan dan masa depan anak.
2. Fungsi sosialisasi anak dilihat dari bagaimana keluarga mempersiapkan anak menjadi
anggota masyarakat yang baik.
3. Fungsi perlindungan dilihat dari bagaimana keluarga melindungi anak sehingga
anggota keluarga merasa dan merasa aman.
4. Fungsi perasaan dilihat dari bagaimana keluarga secara instuitif merasakan perasaan
dan suasana anak dan anggota yang lain dalam berkomunikasi dan berinteraksi antar
sesame anggota keluarga.
5. Fungsi agama dilihat dari bagaimana keluarga memperkenalkan dan mengajak anak
dan anggota keluarga lain melalui kepala keluarga menanamkan keyakinan ynag
mengtaur kehidupan kini dan kehidupan lain setelah dunia.
6. Fungsi ekonomi dilihat dari bagaimana kepala keluarga mencari penghasilan,
mengatur penghasilan sedemikian rupa sehingga dapat memenuhi kebutuhan-
kebutuhan keluarga.
7. Fungsi rekreatif dilihat dari bagaimana menciptakan suasana yang menenangkan
dalam keluarga, seperti acra nonton tv bersama, bercerita tentang pengalaman masing-
masing dan lainnya.
8. Fungsi biologis dilihat dari bagaimana keluarga meneruskan keturunan sebagai
generasi selanjutnya, memberikan kasih sayang, perhatian dan rasa aman diantara
keluarga.
G. Bentuk Keluarga
Ada dua macam bentuk keluarga dilihat dari bagaimana keputusan diambil,
yaitu berdasrkan lokasi dan berdasarkan pola otoritas.
1. Berdasarkan lokasi
a) Adat utrolokal, yaitu otot yang memberikan kebebasan kepada sepasang suami istri
untuk memilih tempat tinggal, baik itu di sekitar kediaman kaum kerabat suami
ataupun disekitar kediaman kaum kerabat istri.
b) Adat virilokal, yaitu adat yang menentukan bahwa sepasang suami istri di haruskan
menetap disekitar pusat kediaman kaum kerabat suami.
c) Adat uxurilokal, yaitu adat yang menentukan bahwa sepasang suami istri harus
tinggal disekitar kediaman kaum kerabat istri.
d) Adat bilokal, yaitu adat yang menentukan babhwa sepasang suami itri dapat tinggal
disekitar pusat kediaman kerabat suami pada masa tertentu pula (bergantian).
e) Adat neolokal, yaitu adat ynag menentukan bahwa sepasang suami istri dapat
menempati tempat yang baru, dalam arti kata tidak berkelompok bersama kaum
kerabat suami maupun istri.
f) Adat avunkulokal, yaitu adat yang mengharuskan sepasang suami istri untuk
menetap disekitar tempat kediaman saudara laki-laki inu (avunculus) dari pihak
suami.
g) Adat natalokal, yaitu adat yang menentukan bahwa suami dan istri masing-masing
dari mereka juga tinggal disekitar pusat kaum kerabatnya sendiri.
2. Berdasarkan pola otoritas
a) Patriarkal, yaitu otoritas di dalam keluarga dimiliki oleh laki-laki (laki-laki tertua,
umumnya ayah)’
b) Matriarkal, yaitu otoritas didalam keluarga dimiliki oleh perempuan (perempuan
tertua, umumnya ibu).
c) Equalitarian, suami dan istri berbagi otoritas secara seimbang.
H. Struktur Keluarga
Ada beberapa struktur keluarga yang ada di Indonesia, diantaranya yaitu :
1. Patrilineal : keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa
generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur ayah.
2. Matrilineal : keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa
generasi dimana hubunga itu di susun melalui jalur garis ibu.
3. Matrilokal : sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah suami.
4. Keluarga kawinan : hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga, dan
beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga Karena adanya hubungan
dengan suami atau istri.
Macam-macam struktur keluarga :
1. Tradisional
a) The Nuclear Family ( keluarga inti) yaitu keluarga yang terdiri dari suami,istri dan
anak.
b) The dyad family, yaitu keluarga yang terdiri dari suami dan istri (tanpa anak) yang
hidup bersama dalam satu rumah.
c) Keluarga usila, yaitu keluarga yang terdiri dari suami istri yang sudah tua dengan
anak sudah memisahkan diri.
d) The childless family, yaitu keluarga tanpa anak Karena terlambat menikah dan
untuk mendapatkan anak terlambat waktunya, yang disebabkan Karena mengejar
karier atau pendidikan yang terjadi pada wanita.
e) The extended family (keluarga las/besar), yaitu keluarga yang terdiri dari 3
generasi yang hidup bersama dala satu rumah seperti nuclear family, disertai
paman, tante, orang tua (kakek, nenek), keponakan dll
f) The single parent family (keluarga duda atau janda), yaitu keluarga yang terdiri
dari 1 orangtua (ayah atau ibu) dengan anak, hal ini terjadi biasanya melalui
proses perceraian, kematian dan ditinggalkan (menyalahi hokum pernikahan).
g) Commuter family, yaitu kedua orang tua bekerja dikota yang berbeda, tetapi salah
satu kota tersebut sebagai tempat tinggal dan dan orangtua yang bekerja diluar
kota bias kumpul pada anggota keluarga pada saat akhir pecan.
h) Multigenerational family, yaitu keluarga dengan beberapa generasi atau kelompok
umur yang yang tinggal bersama dalam satu rumah.
i) Blended family, yaitu keluarga yang dibentuk oleh duda atau janda yang menikah
kembali dan membesarkan anak dari perkawinan sebelumnya.
j) The single adult living alone/ single-adult family, yaitu keluarga yang terdiri dari
orang dewasa yang hidup sendiri Karena pilihannya atau perpisahan (separasi),
seperti : perceraian atau di tinggal mati.
2. Non Tradisional
a) The unmarried teenage mother, yaitu keluarga yang terdiri dari orang tua (terutama
ibu) dengan anak dari hubungan tanpa nikah.
b) The stepparent family, yaitu keluarga dengan orangtua tiri.
c) Commune amily, yaitu beberapa pasnagan keluarga (dengan anaknya) yang tida
ada hubungan saudara, yang hidup bersamama dalam satu rumah.
d) The nonmarital heterosexual cohabiting family, yaitu keluarga yang hidup bersama
berganti-ganti pasangan tanpa melalui pernikahan.
e) Gay and lesbian families, yaitu seseorang yang mempunyai persamaan sex hidup
bersama sebagaimana pasangan suami istri.
f) Cohabitating family, yaitu orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan
perkawinan Karena beberapa alasan tertentu.
g) Group-marriage family, yaitu beberapa orang dewasa yang menggunakan alat-alat
rumah tangga bersama, yang merasa telah saling menikah satu dengan yang
lainnya,berbagi sesuatu, termasuk sexual dan membesarkan anak.
Ciri-ciri struktur keluarga :
a) Terorganisasi : saling berhubungan, saling ketergantungan antara angggota
keluarga.
b) Ada keterbatasan : setiap anggota memiliki kebebasan, tetapi mereka juga
mempunyai keterbatasan dalam menjalankan fungsi dan tugasnya masing-masing.
c) Ada perbedaan dan kekhususan : setiap anggota keluarga mempunyai peranan dan
fungsinya masing-masing.
Ciri-ciri keluarga Indonesia :
a) Suami sebagai pengambil keputusan.
b) Merupakan suatu kesatuan yang utuh.
c) Berbentuk monogram.
d) Bertanggungjawab
e) Meneruskan nilai-nilai budaya bangsa
f) Ikatan kekeluargaan sangat erat
g) Mempunyai semangat gotong royong.
(L. Jhonson dan R. Leny, 2010)
I. Tingkat Kemandirian Keluarga
Keberhasilan asuhan keperawatan yang dilakukan perawat keluarga,
dapat dinilai dari seberapa tingkat kemadirian keluarga dengan mengetahui kriteria atau
ciri-ciri yang menjadi ketentuan tingkatan mulai dari tingkat kemandirian I sampai tingkat
kemandirian IV, menurut Dep-Kes (2006), sebagai berikut :
1. Tingkat kemandirian 1 (keluarga tingkat mandiri I/KM-I)
a) Menerima petugas perawatan kesehatan masyarakat.
b) Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan rencana
keperawatan.
2. Tingkat kemandirian II (keluarga mandiri tingkat II/ KM-II)
a) Menerima petugas perawatan kesehatan masyarakat.
b) Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan rencana
keperawatan.
c) Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatan secara benar.
d) Melakukan tindakan keperawatan sederhana sesuai yang dianjurkan.
e) Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan secara aktif.
3. Tingkat kemandirian III (keluarga mandiri tingkat III/ KM III)
a) Menerima petugas Perawatan Kesehatan Masyarakat
b) Menerima pelayanna keperawatan yang diberikan sesuai dengan rencana
keperawatan.
c) Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatan secara benar.
d) Melakukan tindakan keperawatan sederhana sesuai dengan yang dianjurkan.
e) Memafaatkan fasilitas pelayanan kesehatan secara aktif.
f) Melaksanakan tindakan pencegahan sesuai anjuran.
4. Tingkat kemandirian IV (keluarga mandiri tingkat IV/ KM-IV)
a) Menerima petugas perawatan kesehatan
b) Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan rencana
keperawatan,
c) Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatan secara benar.
d) Melakukan tindakan keperawatan sederhana sesuai yang dianjurkan.
e) Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan secara aktif.
f) Melaksanakan tindkana pencegahan sesuai anjuran.
g) Melakukan tindakan promotif secara aktif.
J. Tahapan Kesejahteraan Keluarga
1. Keluarga Pra-Sejahtera
Keluarga yang belum dapat memenuhi kebutuhan dasar minimal, yaitu kebutuhan
pengajaran agama, pangan, sandang, papan, dan kesehatan.
2. Keluarga Sejahtera Tahap I (Ks I)
Indikator :
a) Melaksanankan ibadah menurut agama masing-masing.
b) Makan dua kali sehari atau lebih.
c) Pakaian yang berbeda untuk berbagai keperluan.
d) Lantai rumah bukan dari tanah
e) Dapat memanfaatkan sarana kesehatan yang ada.
3. Keluarga Sejahtera Tahap Ii (Ks Ii)
Indikator :
a) Seluruh Indikator KS I
b) Anggota keluarga melaksanankan ibadah secara teratur.
c) Makan daging/ikan/telur sebagai lauk-pauk minimal sekali seminggu.
d) Memperoleh pakaian baru minimal setahu sekali.
e) Anggota keluarga sehat dalam tiga bulan terakhir.
f) Keluarga berusia minimal 15 tahun dapat memiliki penghasilan sendiri.
g) Bisa baca-tulis bagi anggota keluarga berusia 10 tahun keatas.
h) Anak usia sekolah bersekolah.
i) Anak hidup 2 atau lebih, keluarga masih PUS, saat ini memakai kontrasepsi.
4. Keluarga Sejahtera Tahap Iii (Ks Iii)
Indikator :
a) Seluruh Indikator KS II
b) Keluarga berupaya menambah pengetahuan agama.
c) Memiliki tabungan.
d) Makan bersama minimal sehari sekali.
e) Ikut serta dalam kegiatan masyarakat.
f) Rekreasi bersama minmal 6 bulan sekali.
g) Menggunakan media untuk menerima berita.
h) Anggota keluarga mampu menggunakan sarana transportasi.
5. Keluarga Sejahtera Tahap Iii Plus (Ks Iii Plus)
Indikator :
a) Indikator KS III
b) Memberikan sumbangan secara teratur dan suka rela dalam bentuk material kepada
masyarakat.
c) Aktif sebagai pengurus yayasan/panti.
K. Tahap Perkembangan Keluarga
Siklus kehidupan setiap keluarga mempunyai tahapan-tahapan.Seperti individu-
individu yang mengalami tahap pertumbuhan dan perkembangan yang berturut-turut,
keluarga juga mengalami tahap perkembangan yang berturut-turut. Adapun tahap-tahap
perkembangan menurut Duvall dan Miller dalam Friedman (1998) adalah :
a. Tahap I : keluarga pemula
Perkawinan dari sepasang insan menandai bermulanya sebuah keluarga baru dan
perpindahan dari keluarga asal atau status lajang ke hubungan baru yang intim.
b. Tahap II : keluarga sedang mengasuh anak
Dimulai dengan kelahiran anak pertama hingga bayi berusia 30 bulan.
c. Tahap III : keluarga dengan anak usia pra sekolah
Dimulai ketika anak pertama berusia dua setengah tahun, dan berakhir ketika anak
berusia lima tahun.
d. Tahap IV : keluarga dengan anak usia sekolah
Dimulai ketika anak pertama telah berusia enam tahun dan mulai masuk sekolah dasar
dan berakhir pada usia 13 tahun, awal dari masa remaja.
A. Definisi
Artritis Rematoid adalah suatu penyakit auto imun dimana secara sumetris
persendian (biasanya sendi tangan dan kaki) mengalami peradangan sehingga
menyebabkan terjadinya pembengkakan, nyeri, dan sering kali menyebabkan
kerusakan pada bagian dalam sendi. Karakteristik artritis rematoid adalah cairan sendi
(sinovitis inflamatior) yang persisten, biasanya menyerang sendi-sendi perifer dengan
penyebaran yang sistematis (Junaidi, 2013).
Artritis Rematoid adalah gangguan berupa kekakuan, pembengkakan, nyeri,
dan kemerahan pada daerah persendian dan jaringan sekitarnya (Adellia, 2011).
B. Etiologi
Penyebab Artritis Rematoid belum diketahui dengan pasti, namun
kejadianmya dikorelasikan dengan interaksi yang kompleks antara faktor genetik dan
lingkungan (Suarjana, 2009).
a. Genetik, faktor ini memiliki angka kepekaan dan ekspresi penyakit sebesar 60%
b. Hormon Sex, pada Artritis Rematoid respon imun selular (TH1) lebih dominan
sehingga estrogen dan progesteron mempunyai efek yang berlawanan terhadap
penyakit ini
c. Faktor Infeksi, beberapa agen infeksi diduga bisa menimbulkan munculnya
penyakit Artritis Rematoid
A. Pengkajian
Objektif
1) Perilaku tidak mengikuti program perawatan/ pengobatan
2) Perilaku tidak menjalankan anjuran
C. Intervensi Keperawatan
D. Implementasi Keperawatan