Disusun Oleh :
MUHAMMAT LUTFI NURIL ANWAR
NIM.201803037
PRODI D3 KEPERAWATAN
STIKES KARYA HUSADA KEDIRI
TAHUN AJARAN 2019/2020
Lembar Pengesahan
Laporan penugasan UAP di Rumah Sakit Ngudi Waluyo Wlingi pada tanggal 2
September 2020 -17 oktober 2020 di Ruang Perawatan telah diperiksa,dievaluasi dan
disetujui pembimbing Ruang Perawatan Dahlia Blitar, serta dosen pembimbing
akademik program studi D3 Keperawtan Stikes Karya Husada Kediri.
Mengetahui
C. Manifestasi Klinis
1. Nyeri yang menetap atau setempat.
2. Bengkak pada sekitar fraktur sampai pada fraktur kubah cranial.
3. Fraktur dasar tengkorak: hemorasi dari hidung, faring atau telinga dan darah terlihat di
bawah konjungtiva, memar diatas mastoid (tanda battle), otoreaserebro spiral ( cairan
cerebros piral keluar dari
4. telinga ), minoreaserebrospiral (les keluar dari hidung).
5. Laserasi atau kontusio otak ditandai oleh cairan spinal berdarah.
6. Penurunan kesadaran.
7. Pusing / berkunang-kunang.Absorbsi cepat les dan penurunan volume intravaskuler
8. Peningkatan TIK
9. Dilatasi dan fiksasi pupil atau paralysis edkstremita.
10. Peningkatan TD, penurunan frek. Nadi, peningkatan pernafasan
D. Patofisiologi Cedera Kepala
Pathways
Kelainan metabolisme
Cidera otak primer Cidera otak sekunder
Kontusio
Laserasi Kerusakan Sel otak
( gambar patofisologi Dari jurnal Triyono, Ahmad, 2017 Patofisologi Cedera kepala )
E. Klasifikasi Cedera Kepala
Cedera kepala dapat diklasifikasikan dalam berbagai aspek yang secara deskripsi dapat
dikelompokkan berdasar mekanisme, morfologi, dan beratnya cedera kepala. (IKABI, 2004).
1. Berdasarkan mekanismenya cedera kepala dikelompokkan menjadi dua yaitu
a. cedera kepala tumpul.
Cedera kepala tumpul biasanya berkaitan dengan kecelakaan lalu lintas,
jatuh/pukulan benda tumpul. Pada cedera tumpul terjadi akselerasi 7 dan
decelerasi yang menyebabkan otak bergerak didalam rongga kranial dan
melakukan kontak pada protuberas tulang tengkorak.
b. Cedera tembus
Cedera tembus disebabkan oleh luka tembak atau tusukan.
(IKABI, 2004)
2. Berdasarkan morfologi cedera kepala
Cedera kepala menurut (Tandian, 2011). Dapat terjadi diarea tulang tengkorak yang
meliputi
a. Laserasi kulit kepala
Laserasi kulit kepala sering didapatkan pada pasien cedera kepala. Kulit
kepala/scalp terdiri dari lima lapisan (dengan akronim SCALP) yaitu skin,
connective tissue dan perikranii. Diantara galea aponeurosis dan periosteum
terdapat jaringan ikat longgar yang memungkinkan kulit bergerak terhadap tulang.
Pada fraktur tulang kepala, sering terjadi robekan pada lapisan ini. Lapisan ini
banyak mengandung pembuluh darah dan jaringan ikat longgar, maka perlukaan
yang terjadi dapat mengakibatkan perdarahan yang cukup banyak.
b. Fraktur tulang kepala
Fraktur tulang tengkorak berdasarkan pada garis fraktur dibagi menjadi
1) Fraktur linier
Fraktur linier merupakan fraktur dengan bentuk garis tunggal atau stellata
pada tulang tengkorak yang mengenai seluruh ketebalan tulang kepala. Fraktur
lenier dapat terjadi jika gaya langsung yang bekerja pada tulang kepala cukup
besar tetapi tidak menyebabkan tulang kepala bending dan tidak terdapat
fragmen fraktur yang masuk kedalam rongga intrakranial.
2) Fraktur diastasis
Fraktur diastasis adalah jenis fraktur yang terjadi pada sutura tulamg
tengkorak yang mengababkan pelebaran sutura-sutura tulang 8 kepala. Jenis
fraktur ini sering terjadi pada bayi dan balita karena sutura-sutura
belum menyatu dengan erat. Fraktur diastasis pada usia dewasa sering terjadi
pada sutura lambdoid dan dapat mengakibatkan terjadinya hematum epidural.
3) Fraktur kominutif
Fraktur kominutif adalah jenis fraktur tulang kepala yang meiliki lebih dari
satu fragmen dalam satu area fraktur.
4) Fraktur impresi
Fraktur impresi tulang kepala terjadi akibat benturan dengan tenaga besar yang
langsung mengenai tulang kepala dan pada area yang kecal. Fraktur impresi
pada tulang kepala dapat menyebabkan penekanan atau laserasi pada duremater
dan jaringan otak, fraktur impresi dianggap bermakna terjadi, jika tabula
eksterna segmen yang impresi masuk dibawah tabula interna segmen tulang
yang sehat.
5) Fraktur basis kranii
Fraktur basis kranii adalah suatu fraktur linier yang terjadi pada dasar
tulang tengkorak, fraktur ini seringkali diertai dengan robekan pada durameter
yang merekat erat pada dasar tengkorak. Fraktur basis kranii berdasarkan letak
anatomi di bagi menjadi fraktur fossa anterior, fraktur fossa media dan fraktur
fossa posterior. Secara anatomi ada perbedaan struktur di daerah basis kranii
dan tulang kalfaria. Durameter daerah basis krani lebih tipis dibandingkan
daerah kalfaria dan durameter daerah basis melekat lebih erat pada tulang
dibandingkan daerah kalfaria. Sehingga bila terjadi fraktur daerah basis dapat
menyebabkan robekan durameter. Hal ini dapat menyebabkan kebocoran cairan
cerebrospinal yang menimbulkan resiko terjadinya infeksi selaput otak
(meningitis).
Pada pemeriksaan klinis dapat ditemukan rhinorrhea dan raccon eyes
sign (fraktur basis kranii fossa anterior), atau ottorhea dan batle’s sign (fraktur
basis kranii fossa media). Kondisi ini juga 9 dapat menyebabkan lesi saraf
kranial yang paling sering terjadi adalah gangguan saraf penciuman
(N,olfactorius). Saraf wajah (N.facialis) dan saraf pendengaran
(N.vestibulokokhlearis). Penanganan dari fraktur basis kranii meliputi
pencegahan peningkatan tekanan intrakranial yang mendadak misalnya dengan
mencegah batuk, mengejan, dan makanan yang tidak menyebabkan sembelit.
Jaga kebersihan sekitar lubang hidung dan telinga, jika perlu dilakukan tampon
steril (konsultasi ahli THT) pada tanda bloody/ otorrhea/otoliquorrhea. Pada
penderita dengan tanda-tanda bloody/otorrhea/otoliquorrhea penderita tidur
dengan posisi terlentang dan kepala miring ke posisi yang sehat.
c. Cedera kepala di area intrakranial
Menurut (Tobing, 2011) yang diklasifikasikan menjadi cedera otak fokal dan cedera
otak difus Cedera otak fokal yang meliputi.
1) Perdarahan epidural atau epidural hematoma (EDH) Epidural hematom
(EDH) adalah adanya darah di ruang epidural yitu ruang potensial antara
tabula interna tulangtengkorak dan durameter. Epidural hematom dapat
menimbulkan penurunan kesadaran adanya interval lusid selama
beberapa jam dan kemudian terjadi defisit neorologis berupa hemiparesis
kontralateral dan gelatasi pupil itsilateral. Gejala lain yang ditimbulkan antara
lain sakit kepala, muntah, kejang dan hemiparesis.
2) Perdarahan subdural akut atau subdural hematom (SDH) akut
Perdarahan subdural akut adalah terkumpulnya darah di ruang subdural yang
terjadi akut (6-3 hari). Perdarahan ini terjadi akibat robeknya vena-vena kecil
dipermukaan korteks cerebri. Perdarahan subdural biasanya menutupi seluruh
hemisfir otak. Biasanya kerusakan otak dibawahnya lebih berat dan 10
prognosisnya jauh lebih buruk dibanding pada perdarahan epidural.
3) Perdarahan subdural kronik atau SDH kronik
Subdural hematom kronik adalah terkumpulnya darah diruang subdural lebih
dari 3 minggu setelah trauma. Subdural hematom kronik diawali dari SDH
akut dengan jumlah darah yang sedikit. Darah di ruang subdural akan memicu
terjadinya inflamasi sehingga akan terbentuk bekuan darah atau clot yang
bersifat tamponade. Dalam beberapa hari akan terjadi infasi fibroblast ke
dalam clot dan membentuk noumembran pada lapisan dalam (korteks) dan
lapisan luar (durameter). Pembentukan neomembran tersebut akan di ikuti
dengan pembentukan kapiler baru dan terjadi fibrinolitik sehingga terjadi
proses degradasi atau likoefaksi bekuan darah sehingga terakumulasinya
cairan hipertonis yang dilapisi membran semi permeabel. Jika keadaan ini
terjadi maka akan menarik likuor diluar membran masuk kedalam membran
sehingga cairan subdural bertambah banyak. Gejala klinis yang dapat
ditimbulkan oleh SDH kronis antara lain sakit kepala, bingung, kesulitan
berbahasa dan gejala yang menyerupai TIA (transient ischemic
attack).disamping itu dapat terjadi defisit neorologi yang berfariasi seperti
kelemahan otorik dan kejang.
4) Perdarahan intra cerebral atau intracerebral hematom (ICH)
Intra cerebral hematom adalah area perdarahan yang homogen dan konfluen
yang terdapat didalam parenkim otak. Intra cerebral hematom bukan
disebabkan oleh benturan antara parenkim otak dengan tulang
tengkorak, tetapi disebabkan oleh gaya akselerasi dan deselerasi akibat
trauma yang menyebabkan pecahnya pembuluh darah yang terletak lebih
dalam, yaitu di parenkim otak atau pembuluh darah kortikal dan subkortikal.
Gejala klinis yang ditimbulkan oleh ICH antara lain adanya 11 penurunan
kesadaran. Derajat penurunan kesadarannya dipengaruhi oleh mekanisme dan
energi dari trauma yang dialami.
5) Perdarahan subarahnoit traumatika (SAH)
Perdarahan subarahnoit diakibatkan oleh pecahnya pembuluh darah kortikal
baik arteri maupun vena dalam jumlah tertentu akibat trauma dapat memasuki
ruang subarahnoit dan disebut sebagai perdarahan subarahnoit (PSA).
Luasnya PSA menggambarkan luasnya kerusakan pembuluh darah, juga
menggambarkan burukna prognosa. PSA yang luas akan memicu terjadinya
vasospasme pembuluh darah dan menyebabkan iskemia akut luas dengan
manifestasi edema cerebri.
3. Klasifikasi cedera kepala berdasarkan beratnya
Cedera kepala berdasarkan beratnya cedera, menurut (Mansjoer, 2000) dapat
diklasifikasikan penilaiannya berdasarkan skor GCS dan dikelompokkan menjadi
Pasien bisa atau tidak bisa menuruti perintah, namun tidak memberi respon yang
sesuai dengan pernyataan yang di berikan
1) Amnesia paska trauma
2) Muntah
3) Tanda kemungkinan fraktur cranium (tanda Battle, mata rabun,
hemotimpanum, otorea atau rinorea cairan serebro spinal)
4) Kejang
c. Cedera kepala berat dengan nilai GCS sama atau kurang dari 8.
F. Komplikasi Cedera Kepala
Komplikasi yang sering dijumpai dan berbahaya menurut (Markam, 1999) pada cedera
kepala meliputi
1. Koma
Penderita tidak sadar dan tidak memberikan respon disebut koma. Pada situasi ini
secara khas berlangsung hanya beberapa hari atau minggu, setelah 16 masa ini
penderita akan terbangun, sedangkan beberapa kasus lainnya memasuki vegetatife
state. Walaupun demikian penderita masih tidak sadar dan tidak menyadari
lingkungan sekitarnya. Penderita pada vegetatife state lebih dari satu tahun jarang
sembuh.
2. Kejang/Seizure
Penderita yang mengalami cedera kepala akan mengalami sekurang-kurangnya sekali
kejang pada masa minggu pertama setelah cedera. Meskipun demikian, keadaan ini
berkembang menjadi epilepsy
3. Infeksi
Fraktur tulang tengkorak atau luka terbuka dapat merobekkan membran (meningen)
sehingga kuman dapat masuk infeksi meningen ini biasanya berbahaya karena
keadaan ini memiliki potensial untuk menyebar ke system saraf yang lain.
4. Hilangnya kemampuan kognitif
Berfikir, akal sehat, penyelesaian masalah, proses informasi dan memori merupakan
kemampuan kognitif. Banyak penderita dengan cedera kepala mengalami masalah
kesadaran.
5. Penyakit Alzheimer dan Parkinson
Pada khasus cedera kepala resiko perkembangan terjadinya penyakit Alzheimer
tinggi dan sedikit terjadi Parkinson. Resiko akan semakin tinggi tergantung frekuensi
dan keparahan cedera.
G. Penatalaksanaan Cedera Kepala
Pada cedera kulit kepala, suntikan prokain melalui sub kutan membuatluka mudah
dibersihkan dan diobati. Daerah luka diirigasi untuk mengeluarkan benda asing dan
miminimalkan masuknya infeksi sebelumlaserasi ditutup.
1. .Menilai jalan nafas : bersihkan jalan nafas dari debris dan muntahan;lepaskan gigi
palsu,pertahankan tulang servikal segaris dgn badan dgnmemasang collar
cervikal,pasang guedel/mayo bila dpt ditolerir. Jikacedera orofasial mengganggu
jalan nafas,maka pasien harus diintubasi.
2. Menilai pernafasan : tentukan apakah pasien bernafas spontan/tidak. Jikatidak beri
O2 melalui masker O2. Jika pasien bernafas spontan selidiki danatasi cedera dada
berat spt pneumotoraks tensif,hemopneumotoraks.Pasang oksimeter nadi untuk
menjaga saturasi O2minimum 95%. Jika jalan nafas pasien tidak terlindung bahkan
terancan/memperoleh O2 ygadekuat ( Pa O2 >95% dan Pa CO2<40% mmHg serta
saturasi O2 >95%)atau muntah maka pasien harus diintubasi serta diventilasi oleh
ahlianestesi.
3. Menilai sirkulasi : otak yg rusak tdk mentolerir hipotensi. Hentikan
semua perdarahan dengan menekan arterinya. Perhatikan adanya cedera
intraabdomen/dada.Ukur dan catat frekuensidenyut jantung dan tekanan
darah pasang EKG.Pasang jalur intravena yg besar.Berikan larutan koloidsedangkan
larutan kristaloid menimbulkan eksaserbasi edema.
4. Obati kejang : Kejang konvulsif dpt terjadi setelah cedera kepala dan harusdiobati
mula-mula diberikan diazepam 10mg intravena perlahan-lahan dandpt diulangi 2x
jika masih kejang. Bila tidak berhasil diberikan fenitoin15mg/kgBB.
5. Menilai tingkat keparahan : CKR,CKS,CKB6.Pada semua pasien dengan cedera
kepala dan/atau leher,lakukan fototulang belakang servikal ( proyeksi A-P,lateral dan
odontoid ),kolar servikal baru dilepas setelah dipastikan bahwa seluruh keservikal
C1-C7normal7.Pada semua pasien dg cedera kepala sedang dan berat :- Pasang infus
dgn larutan normal salin ( Nacl 0,9% ) atau RL cairanisotonis lebih efektif mengganti
volume intravaskular daripada cairanhipotonis dan larutan ini tdk menambah edema
cerebri- Lakukan pemeriksaan : Ht, periksa darah perifer lengkap, trombosit, kimia
darah. Lakukan CT scanPasien dgn CKR, CKS, CKB harusn dievaluasi adanya :
1.Hematoma epidural2.Darah dalam sub arachnoid dan intraventrikel3.Kontusio dan
perdarahan jaringan otak 4.Edema cerebri5.Pergeseran garis tengah6.Fraktur
kranium8.Pada pasien yg koma ( skor GCS <8) atau pasien dgn tanda-tanda
herniasilakukan : Elevasi kepala 30, Hiperventilasi, Berikan manitol 20% 1gr/kgBB
intravena dlm 20-30 menit. Dosis ulangan dapat diberikan 4-6 jam kemudian yaitu
sebesar ¼ dosis semulasetiap 6 jam sampai maksimal 48 jam I- Pasang kateter foley-
Konsul bedah saraf bila terdapat indikasi opoerasi (hematom epidural besar,hematom
sub dural,cedera kepala terbuka,fraktur impresi >1 diplo).
H. Nursing Care Plaing
Data dasar pengkajian pasien tergantung tipe,lokasi dan keparahan cederadan mungkin di
persulit oleh cedera tambahan pada organ vitala.
1. Aktifitas dan istirahat
Gejala : merasa lemah,lelah,kaku hilang keseimbangan
Tanda :
a. Perubahan kesadaran, letargi
b. Hemiparese
c. ataksia cara berjalan tidak tegap
d. masalah dlm keseimbangan
e. cedera/trauma ortopedi
f. kehilangan tonus otot
2. Sirkulasi
Gejala : Perubahan tekanan darah atau normal, Perubahan frekuensi jantung
(bradikardia, takikardia yg diselingi bradikardia disritmiac.
3. Integritas ego
Gejala : Perubahan tingkah laku atau kepribadian
Tanda : Cemas, mudah tersinggung, delirium, agitasi, bingung, depresid.
4. Eliminasi
Gejala : Inkontensia kandung kemih/usus mengalami gangguanfungsie.
5. Makanan/cairan
Gejala : mual, muntah dan mengalami perubahan selera.
Tanda : muntah, gangguan menelanf.
6. Neurosensori
Gejala : Kehilangan kesadaran sementara, amnesia seputar kejadian, vertigo,
sinkope, tinitus, kehilangan pendengaran, Perubahan dalam penglihatan seperti
ketajamannya, diplopia, kehilangan sebagain lapang pandang, gangguan
pengecapan dan penciuman
Tanda : Perubahan kesadran bisa sampai koma, Perubahan status mental, Perubahan
pupil, Kehilangan penginderaan, Wajah tdk simetris, Genggaman lemah tidak
seimbang, Kehilangfan sensasi sebagian tubuhg.
7. Nyeri/kenyamanan
Gejala : sakit kepala dengan intensitas dan lokasi yg berbeda biasanya lama
Tanda : Wajah menyeringai,respon menarik pada ransangan nyeri yg hebat, merintihh.
8. Pernafasan
Tanda : Perubahan pola nafas, nafas berbunyi, stridor, tersedak,ronkhi,mengii.
9. Keamanan
Gejala : Trauma baru/trauma karena kecelakaan
Tanda : Fraktur/dislokasi,gangguan penglihatan
10. Kulit : laserasi,abrasi,perubahan warna, tanda batledi sekitar telinga, adanya aliran
cairan dari telinga atau hidung, Gangguan kognitif, Gangguan rentang gerak, Demam
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
DENGAN KASUS COB
PADA PASIEN Tn.S
DI RUANG RSUD. NGUDI WALUYO BLITAR
1. Pengkajian
a. Identitas
Biodata klien yang penting meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, suku dan
gaya hidup.
1. Identitas Pasien
b. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan utama
Keluhan utama adalah keluhan yang dirasakan klien pada saat dikaji. Pada
umumnya akan ditemukan klien merasakan nyeri pada abdomennya biasanya terus
menerus, demam, nyeri tekan dan nyeri lepas, abdomen tegang dan kaku.
2. Riwayat kesehatan sekarang
Mengungkapkan hal-hal yang menyebabkan klien mencari pertolonganRiwayat
kesehatan dahulu
Apakah klien sebelumnya pernah mengalami penyakit pada sistem pencernaan, atau
adanya riwayat operasi pada sistem pencernaan.
3. Riwayat kesehatan keluarga
Apakah ada anggota keluarga yang mempunyai penyakit yang sama dengan klien.
c. Pemeriksaan fisik
1. Status kesehatan umum
Tingkat kesadaran pasien perlu dikaji, bagaimana penampilan pasien secara umum,
ekspresi wajah pasien selama dilakukan anamnesa, sikap dan perilaku pasien terhadap
petugas, bagaimana mood pasien.
2. Sistem pernafasan
Peningkatan frekuensi napas, napas pendek dan dangkal
3. Sistem kardiovaskuler
Takikardi, pucat, hipotensi (tanda syok)
4. Sistem persarafan
Tidak ada gangguan pada sistem persyarafan
5. Sistem perkemihan
Retensio urine akibat tekanan distensi abdomen, anuria/oliguria, jika syok
hipovolemik
6. Sistem pencernaan
Distensi abdomen, muntah, bising usus meningkat, lemah atau tidak ada,
ketidakmampuan defekasi dan flatus.
7. Sistem muskuloskeletal
Kelelahan, kesulitan ambulansi
8. Sistem integumen
Turgor kulit buruk, membran mukosa pecah-pecah (syok)
9. Sistem endokrin
Tidak ada gangguan pada sistem endokrin
10. Sistem reproduksi
Tidak ada gangguan pada sistem reproduksi
a. Ortopneu
Objektif
1) Pernafasan pursedlip
2) Pernafasan cuping hidung
3) Diameter thorak
4) Ventilasi semenit menurun
5) Kapasitas vital menurun
6) Tekanan ekspirasi menurun
7) Tekanan inspirasi menurun
Definisi
Mengalami penurunan sirkulasi darah ke otak
Faktor resiko
1) Keabnormalan masa protombin
2) Penurunan kerja ventrikel kiri
3) Diseksi artei
4) Tumor otak
5) IMA
6) Cedera kepala
7) Hipertensi
Definisi
Kerusakan kulit dermis dan epidermis atau jaringan membran mukosa Kornea Fasia otot
tendon tulang kartilago kapsul sendi atau ligament.
Penyebab
a) Perubahan sirkulasi
b) Perubahan status nutrisi
c) Kekurangan atau kelebihan volume cairan
d) Penurunan mobilitas
e) Bahan kimia iritatif
f) Suhu lingkungan yang ekstrem
g) Faktor mekanis
h) Traktor elektrik
i) Efek samping terapi radiasi
j) Kelembaban
k) Proses penuaan
l) Neuropati perifer
m) Perubahan pigmentasi
n) Perubahan hormonal
o) Kurang terpapar informasi
Tindakan
a. Monitor pola nafas (frekuensi,kedalaman)
b. Monitor bunyi nafas tambahan
c. Monitor sputum
d. Pertahankan kepatenan kalan nafas
e. Lakukan penghisapan lendir < 15 detik (suction)
f. Berikan oksigenasi
g. Pantau adanya tanda dan gejala sesak nafas
2) Pemantauan respirasi
Definisi
Mengumpulkan dan menganalisis data terkait peningkatan TIK.
Tindakan
Observasi
a. Identifikasi frekuensi pola nafas
b. Monitor adanya produksi sputum
c. Monitor adanya sumbatan jalan nafas
d. Auskultasi bunyi nafas
e. Monitor hasil x ray thorak
Terapeutik
f. Atur interval waktu pemantauan
g. Dokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi
h. Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
i. Informasikan hasil pemantauan
2) Pemantauan TIK
Definisi
Mengidentifikasi dan memantau peningkatan TIK
Tindakan
Observasi
a) Monitor tekanan darah
b) Monitor penurunan frekuensi jantung
c) Monitor penurunan tingkat kesadaran
d) Monitor ketidak simesitrisan respon pupil
e) Monito CO2
f) Jadwalkan waktu defekasi bersama pasien
g) Monitor tekanan perfusi serebral
3) Pemantauan Neurologis
Definisi :
Mengumpulkan dan menganalisis data untuk mencegah atau meminimalkan kom[plikasi
neuroligis
Tindakan
Evaluasi
1. Pola nafas tidak efektif (L.01004)
Definisi :
Inspirasi dan atau ekspirasi yang memberikan ventilasi adekuat
Ekspektasi : Membaik
Kriteria Hasil :
Menurun Cukup Sedang Cukup Meningkat
menurun Meningkat
Kapasitas vital 1 2 3 4 5
Tekanan
ekspirasi 1 2 3 4 5
Tekanan inspirasi
Penggunaan otot 1 2 3 4 5
bantu nafas
Pemanjangan fase 1 2 3 4 5
ekspirasi
Ortopneu 1 2 3 4 5
Pernafasan 1 2 3 4 5
puersed lip
Pernafasan cuping 1 2 3 4 5
hidung
Memburuk Cukup Sedang Cukup membaik
memburuk membaik
Frekuensi nafas 1 2 3 4 5
Kedalaman nafas 1 2 3 4 5
Ekskursi dada 1 2 3 4 5
Tingkat kesadaran 1 2 3 4 5
Kogastrif 1 2 3 4 5
Definisi :
Keutuhan kulit dermis dan epidermis atau jaringan membran mukosa Kornea Fasia
otot tendon tulang kartilago kapsul sendi dan ligamen
Ekspektasi : Menurun
Kriteria Hasil :
Menurun Cukup sedang Cukup Meningkat
menurun Meningkat
Elastisitas 1 2 3 4 5
Hidrasi 1 2 3 4 5
1
Perfusi jaringan 2 3 4 5
Meningakat Cukup Sedang Cukup menurun
meningkat menurun
Kerusakan 1 2 3 4 5
jaringan
Kerusakan lapisan 1 2 3 4 5
kulit
Nyeri 1 2 3 4 5
Perdarahan 1 2 3 4 5
Kemerahan 1 2 3 4 5
Hematoma 1 2 3 4 5
Jaringan nekrosis 1 2 3 4 5
Memburuk Cukup Sedang Cukup membaik
memburuk membaik
Suhu kulit 1 2 3 4 5
Sensasi 1 2 3 4 5
Tekstur 1 2 3 4 5
Pertumbuhan 1 2 3 4 5
rambut
R Y
A H U SA
D
Jl. Soekarno Hatta Nomor 07, Kotak Pos 153, Telp/Fax. (0354) 391867 Pare Kediri
Website : www.stikes-khkediri.ac.id
FORMAT PENGKAJIAN UMUM
1. BIODATA
2. KELUHAN UTAMA
mengalami penurunan kesadaran , adanya darah di hidung keluar darah ditelinga dan pasien mengalami
sobek pada bagian kepala bagian kiri dengan lebar 2 cm.
5. RIWAYAT PSIKOSOSIAL
Sosial/interaksi : menurut ortu baik
Situasi rumah : menurut ortu Baik
Kehidupan sehari hari : menurut ortu Baik
Cara dibesarkan : menurut ortu dibesarkan dengan baik oleh ortu
Masa sekolah : menurut ortu Sampai sma
Status finansial : menurut ortu cukup
Perkawinan : menurut ortu sudah kawin
Spirutual : Baik
Paru
Frekuensi nafas : 24x/menit
Irama nafas ireguler
f. Pemeriksaan Jantung
Auskultasi : Bunyi jantung 1 di katub medial trikuspidalis
Bunyi jantung 2 di katub aorta pulmonal
Mur mur tidak ada
g. Pemeriksaan Abdomen
Inspeksi :
Inpseksi : Bentuk si metris, tidak ada jejas
Auskultasi : bsing usus 10x/menit
Palpasi : Turgor kulit elastis ada nyri tekan
Perkusi tympani
i. Pemeriksaan Muskuloskeletal
Ada luka/sobek pada bagian kepala oksipital
(Ekstermitas)
Atas : reflek bidsep dan trisep normal,tidak ada kelainan fleksi ekstensi
Bawah : tidak ada kelainan
ROM 2 2
22
j. Pemeriksaan Neurologi
Tingkat kesadaran Kuantitatif : GCS 2 3 2
Tingkat kesdaran kualitatif : Sopor
k. Pemeriksaan Integumen
Keadaan kulit : Kotor
Kelainan kulit : tidak ada
Tampak jejas :dikulit tangan dan kepala
Turgor kulit elastis
Akral : dingin
CRT > 3 detik
………………………………………………………………………………………………………..
………………………………………………………………………………………………………..
………………………………………………………………………………………………………..
………………………………………………………………………………………………………..
………………………………………………………………………………………………………..
………………………………………………………………………………………………………..
Nama Pasien : Tn S
Umur : 23 Tahun
No. Register :123xxx
3 27-09-20
Gangguan integrits kulit
INTERVENSI KEPERAWATAN
(NURSING INTERVENTION CLASSIFICATION)
3. Pemantauan
Mengumpulkan dan menganalisis data untuk mencegah atau
neurologis
meminimalkan kom[plikasi neuroligis
Aktivitas-aktivitas
(rencana tindakan):
3. Pemantauan
Neurologis
INTERVENSI KEPERAWATAN
(NURSING INTERVENTION CLASSIFICATION)
Intervensi keperawatan
yang disarankan untuk
menyelesaikan masalah
INTERVENSI KEPERAWATAN
(NURSING INTERVENTION CLASSIFICATION)
Diagnosa Keperawatan Definisi
Gangguan Integritas Kerusakan kulit dermis dan epidermis atau jaringan membran mukosa
jaringan kulit Kornea Fasia otot tendon tulang kartilago kapsul sendi atau ligament.
Intervensi keperawatan
yang disarankan untuk
menyelesaikan masalah
13.00
14.00
EVALUASI KEPERAWATAN
Subyektif
Gcs 2-3-2
Tingkat kesadaran - Tingkat kesadaran, (2)
Akral dingin - Nilai TD, (3)
CRT > 3 detik - Kesdaran , (2)
Ttv :
TD: 100/60 mmHg
N : 80x/mnt
S : 36oC
RR: 22x/mnt
Planning (NIC)
Lanjutkan intervensi:
1. Managemen TIK
2. Pemantauan Neurologis
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
13.00
14.00
EVALUASI KEPERAWATAN
Subyektif
Gcs 3-3-3
Tingkat kesadaran - Tingkat kesadaran, (3)
Akral dingin - Nilai TD, (4)
CRT > 3 detik - Kesdaran , (3)
Ttv :
TD: 110/70 mmHg
N : 80x/mnt
S : 36oC
RR: 22x/mnt
Planning (NIC)
Lanjutkan intervensi:
1. Managemen TIK
2. Pemantauan Neurologis
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
14.00
EVALUASI KEPERAWATAN
Subyektif
Gcs 4-4-6
Tingkat kesadaran : composmentis - Tingkat kesadaran, (5)
Akral hangat - Nilai TD, (4)
CRT < 3 detik - Kesdaran , (5)
Ttv :
TD: 110/90 mmHg
N : 80x/mnt
S : 36oC
RR: 22x/mnt
Planning (NIC)
Intervensi dihentikan
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
14.00
EVALUASI KEPERAWATAN
Subyektif
Gcs 2-3-2
Auskultasi suara nafas reguler - Tekanan ekspirasi, (3)
Frekuensi nafas 27x/menit - Tekanan inspirasi, (3)
Pemeriksaan Analisa gas darah -
kekurangan O2 nilai PH 6,38
Ttv :
TD: 100/60 mmHg
N : 80x/mnt
S : 36oC
RR: 22x/mnt
Planning (NIC)
Lanjutkan intervensi:
1. Management jalan nafas
2. Pemantauan respirasi
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
08.25 N : 70x/mnt
S : 36oC
08.45
RR: 24x/mnt
09.00 - Monitor adanya produksi sputum
- Monitor adanya sumbatan jalan nafas
09.15 - Auskultasi bunyi nafas
09.30
- Atur interval waktu pemantauan
10.00 - Memonitor saturasi oksigen sp02 dan Co2
- Lakukan penghisapan lendir < 15 detik (suction
10.15 - Berikan oksigenasi
- Pantau adanya tanda dan gejala sesak nafas
10.30 - Memonitor TTV
TD: 100/60 mmHg
10.45 N : 80x/mnt
S : 36oC
12.00 RR: 20x/mnt
- Memberikan injeksi obat
- RL : 30 tpm
- Dexa metson : 3x 1 amp
- Ceticolin : 3x 1 amp
13.00 - Cefotaxim : 2x1 gr
14.00
EVALUASI KEPERAWATAN
Subyektif
Gcs 2-3-2
Auskultasi suara nafas reguler - Tekanan ekspirasi, (5)
Frekuensi nafas 27x/menit - Tekanan inspirasi, (5)
Pemeriksaan Analisa gas darah Sudah -
sudah normal pH7,39
Ttv :
TD: 100/60 mmHg
N : 80x/mnt
S : 36oC
RR: 22x/mnt
Planning (NIC)
Intervensi dihentikan
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
08.15 S : 36oC
RR: 20x/mnt
08.25
-Identifikasi penyebab gangguan integritas kulit
08.45
Monitor karakteristik luka
-Monitor tanda-tanda infeksi
09.00
Lepaskan balutan dan plester secara perlahan
Bersihkan perineal dengan air hangat
10.00 Cukur rambut di sekitar daerah luka
Bersihkan dengan cairan NaCl
10.15 Bersihkan jaringan nekrotik
Memberikan salep
Pasang balutan sesuai jenis luka
10.30
- Monitor tandat-tanda vital
- Memonitor TTV
12.00 TD: 140/90 mmHg
N : 80x/mnt
S : 36oC
13.00 RR: 20x/mnt
- Memberikan injeksi obat
Inj.reguler insulin 3x14 Ui untuk menurunkan kadar gula
dalam darah
EVALUASI KEPERAWATAN
Diagnosa Keperawatan : Gangguan integritas kulit dan jaringan (D.0077)
Waktu (Tanggal, Jam) : 27-09-2020, jam 14.00
NOC (Nursing Outcomes Classification) Integritas kulit dan jaringan
(L.14125)
Subyektif
.
Obyektif
Skala Outcome:
Gcs 2-3-3
Terdapat luka sobek pada bagian kepala
nagian samping kiri dengan lebar 2 cm - Keusakan jaringan, (3)
- Kerusakan lapisan kulit, (3)
Assesment (Pengkajian lanjutan) - kemerahan,(3)
- perdarahan,(3)
Masalah belum teratasi
Planning (NIC)
Lanjutkan intervensi:
Perawatan luka
Perawatan integritas jaringan dan kulit
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
08.15 S : 36oC
RR: 20x/mnt
08.25
-Identifikasi penyebab gangguan integritas kulit
08.45
Monitor karakteristik luka
-Monitor tanda-tanda infeksi
09.00
Lepaskan balutan dan plester secara perlahan
Bersihkan perineal dengan air hangat
10.00 Cukur rambut di sekitar daerah luka
Bersihkan dengan cairan NaCl
10.15 Bersihkan jaringan nekrotik
Memberikan salep
Pasang balutan sesuai jenis luka
10.30
- Monitor tandat-tanda vital
- Memonitor TTV
TD: 140/90 mmHg
12.00
N : 80x/mnt
S : 36oC
EVALUASI KEPERAWATAN
Diagnosa Keperawatan : Gangguan integritas kulit dan jaringan (D.0077)
Waktu (Tanggal, Jam) : 28-09-2020, jam 14.00
NOC (Nursing Outcomes Classification) Integritas kulit dan jaringan
(L.14125)
Subyektif
.
Obyektif
Skala Outcome:
Gcs 2-3-3
Planning (NIC)
Lanjutkan intervensi:
Perawatan luka
Perawatan integritas jaringan dan kulit
DISUSUN OLEH :
Muhammat Lutfi nuril Anwar
201803037
LEMBAR PENGESAHAN
Satuan Acara Penyuluhan ini dibuat dalam rangka memenuhi Tugas Promosi Kesehatan pada tanggal
27 Oktober 2020 oleh mahasiswa Prodi D3 Keperawatan STIKES KARYA HUSADA KEDIRI :
Mengetahui
a. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM
Pada akhir proses penyuluhan, pasien dan keluarga pasien dapat mengetahui dan memahami tentang
Cedera Kepala
b. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS
Setelah mengikuti penyuluhan selama 1x30 menit, maka diharapkan pasien dan keluarga pasien:
1. Memahami pengertian Cedera Kepala .
2. Memahami penyebab Cedera Kepala .
3. Memahami klasifikasi Cedera Kepala .
4. Memahami tanda dan gejala Cedera Kepala .
5. Memahamipertolongan pertama pada Cedera Kepala .
c. SASARAN
F. PEMBAHASAN MATERI
a) PengertianCederaKepala .
b) PenyebabCederaKepala .
c) KlasifikasiCederaKepala.
d) TandadangejalaCederaKepala.
e) PertolonganpertamapadaCederaKepala.
G. METODE
a. Ceramah
b. Tanya Jawab / Diskusi
H. MEDIA
p) Leaflet
q) Laptop
J. KEGIATAN PENYULUHAN
NO WAKTU KEGIATAN PENYULUH KEGIATAN PESERTA METODE
1 3 menit Pembukaan:
o Membuka kegiatan dengan Menjawab salam Ceramah
mengucapkan salam.
o Kontrakwaktu
o Menjelaskantujuan dari Menyetujui
penyuluhan Mendengarkan
o Appersepsi
(menggalisejauhmanamasyarak Menjawabsesuaipengetahuanaudienten
atmengetahuiCedera Kepala tangCedera Kepala.
Belakang)
2 15 menit Pelaksanaan :
a. Menjelaskan materitentangCed Memperhatikan/ Ceramahdenganmeng
era Kepala. Mendengarkan unakan leaflet
a. Pengertian Cedera
Kepala
b. Penyebab Cedera
Kepala
c. Klasifikasi Cedera
Kepala
d. Tanda dan Tanya jawabdandisku
gejala Cedera Kepala Menanyakanmateri yang belumjelas
e. Pertolongan
pertama Cedera Kepala Menjawabpertanyaan
b. Memeberikankesempatanuntuk
bertanya
c. Melakukan evaluasi :
a. menanyakankepadapesertate
ntangmateri yang Mendengarkan
telahdiberikan
b. Reinforcement
kepadaparapeserta yang
dapatmenjawabpertanyaan Mendengarkan
c. Menyimpulkan materi
CederaKepala.
3 4 menit Penutup
o Rencanatindaklanjutuntukperte Mendengarkan Ceramah dan
muanselanjutnya membagikan leaflet
o Mengucapkansalampenutup
Menjawab salam
MATERI PENYULUHAN
2. Pengertian
Cedera kepala adalah suatu trauma yang mengenai daerah kulit kepala tulang tengkorak atau
cedera kepala adalah suatu trauma yang mengenai daerah kulit kepala tulang tengkorak atau
otak yang terjadi akibat injury baik secara langsung maupun tidak langsung pada kepala
(MasjoerArif,dkk,2000)
3. Penyebab
1. Cedera akselerasi : terjadijikaobjekbergerakmenghantamkepala (terpukul dan tertembak)
2. Cedera deselerasi : terjadijikakepalamembentur objekdiam (terbentur)
3. Cedera coupcounter-coup : terjadijikabenturanataupukulanmenyebabkanotakbergerak
4. Cederarotasional : terjadijikabenturanataupukulanmenyebabkanotakberputar
5. Traumasaatlahir
4. Klasifilasi (Berdasarkan GCS (Glasgown coma scale))
a) Cedera Kepala Ringan:
I. GCS 13-15
II. Dapat terjadi kehilangan kesadaran
III. Amnesia kurang dari 30 menit
b) Cedera kepala sedang:
a. GCS9-12
b. Kehilangan kesadarankurang dari 24jam
c. Amnesia lebih dari 30 menit
c) Cedera kepala berat
GCS 3-8
Kehilangan kesadaran lebih dari 24 jam
Skala GCS
Membuka mata saat diajak Bingung, bicara kacau, Melokalisir nyeri (5)
bicara/diberi sentuhan (3) disorientasi tempat dan
waktu (4)
Tidak Membuka Mata (1) Hanya mengerang (2) Menjauhi rangsangan nyeri
(3)
CEDERA KEPALA
Disusun Oleh :
Muhammat Lutfi Nuril Anwar
Nim : 201803037