Anda di halaman 1dari 102

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

DENGAN KASUS PERTUSIS (BATUK REJAN)


PADA PASIEN An.S USIA 4 TAHUN
DI RUANG RSUD. NGUDI WALUYO BLITAR

Disusun Oleh :
MUHAMMAT LUTFI NURIL ANWAR
NIM.201803037

PRODI D3 KEPERAWATAN
STIKES KARYA HUSADA KEDIRI
TAHUN AJARAN 2019/2020
Lembar Pengesahan

Laporan penugasan UAP di Rumah Sakit Ngudi Waluyo Wlingi pada tanggal 2 September 2020 -17
oktober 2020 di Ruang Perawatan telah diperiksa,dievaluasi dan disetujui pembimbing Ruang
Perawatan Blitar, serta dosen pembimbing akademik program studi D3 Keperawtan Stikes Karya
Husada Kediri.

Nama :Muhammat Lutfi Nuril Anwar


NIM : 201803037
Judul : Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan dengan Diagnosa Medis Pertusis Pada
Pasien An. S Usia 4 Tahun di Rumah Sakit Blitar

Mengetahui

Pembimbing Institusi Mahasiswa

( Muhammat Lutfi Nuril Anwar)


(Enur Nurhayati M, SST.M.Kes) ( NIM 201803037)
LAPORAN PENDAHULUAN
KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK

A. Definisi

Pertumbuhan merupakan bertambahbjumlah dan besarnya sel di seluruh bagian tubuh yang
secara kuantitatif dapat diukur, sedangkan perkembangan merupakan bertambah sempurnanya
fungsi alat tubuh yang dapat dicapai melalui tumbuh kematangan dan belajar (Wong, 2000)

B. Prinsip Pertumbuhan dan Perkembangan

Secara umum pertumbuhan dan perkembangan memiliki beberapa prinsip dalam prosesnya.
Prinsip tersebut dapat menentukan ciri atau pola dari pertumbuhan dan perkembangan setiap
anak. Prinsip-prinsip tersebut antara lain sebagai berikut.
1. Proses pertumbuhan dan perkembangan sangat bergantung pada aspek kematangan susunan
saraf pada manusia, di mana semakin sempurna atau kompleks kematangan saraf maka
semakin sempurna pula proses pertumbuhan dan perkembangan yang terjadi mulai dari proses
konsepsi sampai dengan dewasa.
2. Proses pertumbuhan dan perkembangan setiap individu adalah sama, yaitu mencapai proses
kematangan, meskipun dalam proses pencapaian tersebut tidak memiliki kecepatan yang sama
antara individu yang satu dengan yang lain.

3. Proses pertumbuhan dan perkembangan memiliki pola khas yang dapat terjadi mulai dari
kepala hingga ke seluruh bagian tubuh atau juga mulai dari kemampuan yang sederhana
hingga mencapai kemampuan yang lebih kompleks sampai mencapai kesempurnaan dari
tahap pertumbuhan dan perkembangan (Narendra, 2002).

C. Pola Pertumbuhan dan Perkembangan

1. Pola pertumbuhan fisik yang terarah

Pola ini memiliki dua prinsip atau hukum perkembangan, yaitu prinsip cephalocaudal dan
prinsip proximodistal

a. Cephalocaudal atau head to fail direction (dari arah kepala kemudian ke kaki). Pola
pertumbuhan dan perkembangan ini dimulai dari kepala yang ditandai dengan perubahan
ukuran kepala yang lebih besar, kemudian berkembang kemampuan untuk menggerakkan
lebih cepat dengan menggelengkan kepala dan dilanjutkan ke bagian ekstremitas bawah
lengan, tangan, dan kaki. Hal tersebut merupakan pola searah dalam pertumbuhan dan
perkembangan
b. Proximodistal atau near for direction. Pola ini dimulai dengan menggerakkan anggota
gerak yang paling dekat dengan pusat sumbu tengah kemudian menggerakkan anggota
gerak yang lebih jauh atau ke arah bagian tepi, seperti menggerakkan bahu terlebih
dahulu lalu jari-jari. Hal tersebut juga dapat dilihat pada perkembangan berbagai organ
yang ada
di tengah, seperti jantung, paru, pencernaan, dan yang lain akan lebih dahulu mencapai
kematangan.
2. Pola perkembangan dari umum ke khusus

Pola ini dikenal dengan nama pola mass to specific atau to complex. Pola pertumbuhan dan
perkembangan ini dapat dimulai dengan menggerakkan daerah yang lebih umum (sederhana)
dahulu baru kemudian daerah yang lebih kompleks (khusus), seperti melambaikan tangan
kemudian baru memainkan jarinya atau menggerakkan lengan atas, bawah telapak tangan
sebelum menggerakkan jari tangan atau menggerakkan badan atau tubuhnya sebelum
mempergunakan kedua tungkainya untuk menyangga, melangkah dan/atau mampu berjalan
3. Pola perkembangan berlangsung dalam tahapan perkembangan

Pola ini mencerminkan ciri khusus dalam setiap tahapan perkembangan yang dapat digunakan
untuk mendeteksi perkembangan selanjutnya, seperti seorang anak pada usia empat tahun
mengalami kesulitan dalam berbicara atau mengemukakan sesuatu, atau terbatas dalam
perbendaharaan kata, maka dapat diramalkan akan mengalami kelambatan pada seluruh aspek
perkembangan. Pada pola ini tahapan perkembangan dibagi menjadi lima bagian yang
tentunya memiliki prinsip atau ciri khusus dalam setiap perkembangannya sebagai berikut.
a. Masa pralahir, terjadi pertumbuhan yang sangat cepat pada alat dan jaringan tubuh.

b. Masa neonatus, terjadi proses penyesuaian dengan kehidupan di luar rahim dan hampir
sedikit aspek pertumbuhan fisik dalam perubahan.

c. Masa bayi, terjadi perkembangan sesuai dengan lingkungan yang mempengaruhinya serta
memiliki kemampuan untuk melindungi dan menghindar dari hal yang mengancam
dirinya.

d. Masa anak, terjadi perkembangan yang cepat dalam aspek sifat, sikap, minat, dan cara
penyesuaian dengan lingkungan, dalam hal ini keluarga dan teman sebaya.

e. Masa remaja, terjadi perubahan ke arah dewasa sehingga kematangan ditandai dengan
tanda-tanda pubertas

4. Pola perkembangan dipengaruhi oleh kematangan dan latihan (belajar)

Proses kematangan dan belajar selalu memengaruhi perubahan dalam perkembangan anak.
Terdapat saat yang siap untuk menerima sesuatu dari luar untuk mencapai proses kematangan.
Kematangan yang dicapainya dapat disempurnakan melalui rangsangan yang tepat, masa
itulah dikatakan sebagai masa kritis yang harus dirangsang agar mengalami pencapaian
perkembangan selanjutnya melalui proses belajar.

D. Ciri-Ciri Pertumbuhan dan Perkembangan Anak

Pertumbuhan memiliki ciri-ciri sebagai berikut.

1. Dalam pertumbuhan akan terjadi perubahan ukuran dalam hal bertambahnya ukuran fisik,
seperti berat badan, tinggi badan, lingkar kepala, lingkar lengan, lingkar dada, dan lain-lain.
2. Dalam pertumbuhan dapat terjadi perubahan proporsi yang dapat terlihat pada proporsi fisik
atau organ manusia yang muncul mulai dari masa konsepsi hingga dewasa.
3. Pada pertumbuhan dan perkembangan terjadi hilangnya ciri-ciri lama yang ada selama masa
pertumbuhan, seperti hilangnya kelenjar timus, lepasnya gigi susu, atau hilangnya refleks
refleks tertentu.
4. Dalam pertumbuhan terdapat ciri baru yang secara perlahan mengikuti proses kematangan
seperti adanya rambut pada daerah aksila, pubis, atau dada.
Perkembangan memiliki ciri-ciri sebagai berikut.

1. Perkembangan selalu melibatkan proses pertumbuhan yang diikuti dari perubahan fungsi,
seperti perkembangan sistem reproduksi akan diikuti perubahan pada fungsi alat kelamin.
2. Perkembangan memiliki pola yang konstan dengan hukum tetap, yaitu perkembangan dapat
terjadi dari daerah kepala menuju ke arah kaudal atau dari bagian proksimal kebagian distal.
3. Perkembangan memiliki tahapan yang berurutan mulai dari kemampuan melakukan hal yang
sederhana menuju kemampuan melakukan hal yang sempurna.
4. Perkembangan setiap individu memiliki kecepatan pencapaian perkembangan yang berbeda.

5. Perkembangan dapat menentukan pertumbuhan tahap selanjutnya, di mana tahapan


perkembangan harus dilewati tahap demi tahap (Narendra, 2002).

E. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang Anak

1. Faktor Herediter

Faktor herediter merupakan faktor yang dapat diturunkan sebagai dasar dalam mencapai
tumbuh kembang anak di samping faktor-faktor lain. Faktor herediter meliputi bawaan, jenis
kelamin, ras, dan suku bangsa. Faktor ini dapat ditentukan dengan intensitas, kecepatan dalam
pembelahan sel telur, tingkat sensitivitas jaringan terhadap rangsangan, usia pubertas, dan
berhentinya pertumbuhan tulang.

2. Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan merupakan faktor yang memegang peranan penting dalam menentukan
tercapai dan tidaknya potensi yang sudah dimiliki. Faktor lingkungan ini dapat meliputi
lingkungan prenatal (yaitu, lingkungan dalam kandungan) dan lingkungan postnatal (yaitu,
lingkungan setelah bayi lahir).
a. Lingkungan Prenatal

Lingkungan prenatal merupakan lingkungan dalam kandungan, mulai dari konsepsi


sampai lahir yang meliputi gizi pada waktu ibu hamil, lingkungan mekanis, zat kimia atau
toksin, dan hormonal.
- Lingkungan mekanis

Lingkungan mekanis adalah segala hal yang memengaruhi janin atau posisi janin
dalam uterus.

 Radiasi dapat menyebabkan kerusakan pada organ otak janin.

 Infeksi dalam kandungan memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan janin.

 Kekurangan oksigen pada janin mengakibatkan gangguan dalam plasenta sehingga


kemungkinan bayi lahir dengan berat badan yang kurang

 Faktor imunitas dapat memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan janin karena


menyebabkan terjadinya abortus atau karena ikterus.

 Stres dapat memengaruhi kegagalan tumbuh kembang janin.

- Zat kimia atau toksin

Hal ini berkaitan dengan penggunaan obat-obatan, alkohol, atau kebiasaan merokok
oleh ibu hamil.
- Hormonal

Hormon-hormon ini mencakup hormon somatotropin, plasenta, tiroid, dan insulin.


Peran hormon somatotropin (growth Hormone), yaitu disekresi kelenjar hipofisis janin
sekitar minggu ke-9 dan produksinya meningkat pada minggu ke-20. Hormon plasenta
(human placental lactogen) berperan dalam nutrisi plasenta.
b. Lingkungan Postnatal

Selain Faktor lingkungan intrauteri terdapat lingkungan setelah lahir yang juga dapat
memengaruhi tumbuh kembang anak, seperti budaya lingkungan, sosial ekonomi
keluarga, nutrisi, iklim atau cuaca, olahraga, posisi anak dalam keluarga, dan status
kesehatan.

1) Budaya lingkungan

Budaya lingkungan dalam hal ini adalah budaya di masyarakat yang memengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan anak. Budaya lingkungan dapat menentukan
bagaimana seseorang atau masyarakat mempersepsikan pola hidup sehat, hal ini dapat
terlihat apabila kehidupan atau perilaku mengikuti budaya yang ada sehingga
kemungkinan besar dapat menghambat dalam aspek pertumbuhan dan perkembangan.
Sebagai contoh, anak yang dalam usia tumbuh kembang membutuhkan makanan yang
bergizi, namun karena terdapat adat atau budaya tertentu yang melarang makan dalam
masa tertentu padahal makanan tersebut dibutuhkan untuk perbaikan gizi, maka tentu
akan mengganggu atau menghambat masa tumbuh kembang.
2) Status sosial ekonomi
Status sosial ekonomi juga dapat memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak.
Anak dengan keluarga yang memiliki sosial ekonomi tinggi umumnya pemenuhan
kebutuhan gizinya cukup baik dibandingkan dengan anak dengan sosial ekonomi
rendah. Demikian juga dengan anak berpendidikan rendah, tentu akan sulit untuk
menerima arahan dalam pemenuhan gizi dan mereka sering tidak mau atau tidak
meyakini pentingnya pemenuhan kebutuhan gizi atau pentingnya pelayanan kesehatan
lain yang menunjang dalam membantu pertumbuhan dan perkembangan anak.

3) Nutrisi

Nutrisi adalah salah satu komponen yang penting dalam menunjang keberlangsungan
proses pertumbuhan dan perkembangan. Nutrisi menjadi kebutuhan untuk tumbuh dan
berkembang selama masa pertumbuhan. Dalam nutrisi terdapat kebutuhan zat gizi
yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan seperti protein, karbohidrat,
lemak mineral, vitamin, dan air. Apabila kebutuhan nutrisi seseorang tidak atau
kurang terpenuhi maka dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangannya.
4) Iklim dan Cuaca

Iklim dan cuaca dapat berperan dalam pertumbuhan dan perkembangan. Misalnya
pada saat musim tertentu kebutuhan gizi dapat dengan mudah diperoleh, namun pada
saat musim yang lain justru sebaliknya. Sebagai contoh, saat musim kemarau
penyediaan air bersih atau sumber makanan sangatlah sulit.
5) Olahraga atau latihan fisik

Olahraga atau latihan fisik dapat memacu perkembangan anak karena dapat
meningkatkan sirkulasi darah sehingga suplai oksigen ke seluruh tubuh dapat teratur
serta dapat meningkatkan stimulasi perkembangan tulang otot dan pertumbuhan sel
lainnya. Dari Aspek sosial, anak menjadi mudah berinteraksi dengan teman sesuai
dengan jenis olahraganya.

6) Posisi anak dalam keluarga

Posisi anak dalam keluarga dapat memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan.s


Secara umum, anak pertama atau tunggal memiliki kemampuan intelektual lebih
menonjol dan cepat berkembang karena sering berinteraksi dengan orang dewasa,
namun dalam perkembangan motoriknya kadang-kadang terlambat karena tidak ada
stimulasi yang biasanya dilakukan saudara kandungnya. Sedangkan pada anak kedua
atau anak tengah, kecenderungan orang tua yang merasa sudah biasa dalam merawat
anak lebih percaya diri sehingga kemampuan anak untuk beradaptasi lebih cepat dan
mudah, meskipun dalam perkembangan intelektual biasanya kurang apabila
dibandingkan dengan anak pertamanya, kecenderungan tersebut juga bergantung pada
keluarga.
7) Status kesehatan
Status kesehatan anak dapat berpengaruh pada pencapaian pertumbuhan dan
perkembangan. Hal ini dapat terlihat apabila anak berada dalam kondisi sehat dan
sejahtera, maka percepatan untuk tumbuh kembang menjadi sangat mudah dan
sebaliknya. Sebagai contoh, pada saat tertentu anak seharusnya mencapai puncak
dalam pertumbuhan dan perkembangan namun apabila saat itu pula terjadi penyakit
kronis yang ada pada diri anak maka pencapaian kemampuan untuk maksimal dalam
tumbuh kembang akan terhambat karena anak memiliki masa kritis. Beberapa kondisi
yang dapat memengaruhi tumbuh kembang anak misalnya adanya kelainan
perkembangan fisik atau disebut cacat fisik (bibir sumbing, strabismus atau juling,
kaki bengkok, dan lain-lain), adanya kelainan dalam perkembangan saraf (seperti
gangguan motorik, gangguan bicara, atau gangguan personal sosial), adanya kelainan
perkembangan mental (seperti retardasi mental), adanya kelainan perkembangan
perilaku (seperti hiperaktif, gangguan belajar, atau depresi), dan lain-lain

3. Faktor Hormonal

Faktor hormonal yang berperan dalam tumbuh kembang anak antara lain hormon
somatotropin tiroid, dan glukokortikoid. Hormon somatotropin (growth hormone) berperan
dalam memengaruhi pertumbuhan tinggi badan dengan menstimulasi terjadinya proliferasi sel
kartilago dan sistem skeletal. Hormon tiroid berperan menstimulasi metabolisme tubuh.
Hormon glukokortikoid mempunyai fungsi menstimulasi pertumbuhan sel interstisial dari
testis (untuk memproduksi testoteron) dan ovarium (untuk memproduksi estrogen),
selanjutnya hormon tersebut akan menstimulasi perkembangan seks, baik pada anak laki-laki
maupun perempuan yang sesuai dengan peran hormonnya (Wong, 2000).

F. TAHAP TUMBUH KEMBANG ANAK

Tahapan pertumbuhan dan perkembangan anak dapat ditentukan oleh masa atau waktu kehidupan
anak. Secara umum terdiri atas masa prenatal dan masa postnatal.
1. Masa Prenatal

Masa prenatal terdiri atas dua fase, yaitu fase embrio dan fase fetus. Pada fase embrio
pertumbuhan dapat diawali mulai dari konsepsi hingga 8 minggu pertama yang dapat terjadi
perubahan yang cepat dari ovum menjadi suatu organisme dan terbentuknya manusia. Pada
minggu ke-2, terjadi pembelahan sel dan pemisahan jaringan antara endoterm dan ektoderm.
Pada minggu terbentuk lapisan mesoderm. Pada masa ini sampai usia 7 minggu belum
tampak adanya gerakan yang berarti melainkan hanya terdapat denyut jantung janin, yaitu
sudah mulai dapat berdenyut sejak 4 minggu. Pada fase fetus terjadi sejak usia 9 minggu
hingga kelahiran, sedangkan minggu ke-12 sampai ke-40 terjadi peningkatan fungsi organ,
yaitu bertambah ukuran panjang dan berat badan terutama pertumbuhan serta penambahan
jaringan subkutan dan jaringan otot.
2. Masa Postnatal
Masa postnatal terdiri atas masa neonatus, masa bayi, masa prasekolah, masa sekolah, dan
masa remaja.
a. Masa Neonatus (0-28 hari)

Pertumbuhan dan perkembangan postnatal atau dikenal dengan pertumbuhan dan


perkembangan setelah lahir ini diawali dengan masa neonatus (0-28 hari). Masa ini
merupakan masa terjadinya kehidupan yang baru dalam ekstrauteri, yaitu adanya proses
adaptasi semua sistem organ tubuh. Proses adaptasi dari organ tersebut dimulai dari
aktivitas pernapasan yang disertai pertukaran gas dengan frekuensi pernapasan antara 35-
50 kali per menit, penyesuaian denyut jantung antara 120-160 kali per menit dengan
ukuran jantung lebih besar apabila dibandingkan dengan rongga dada. Selanjutnya terjadi
aktivitas (pergerakan) bayi yang mulai meningkat untuk memenuhi kebutuhan gizi, seperti
menangis, memutar-mutar kepala, mengisap rooting reflex), dan menelan. Perubahan
selanjutnya sudah dimulai proses pengeluaran tinja yang terjadi dalam waktu 24 jam yang
di dalamnya terdapat mekonium. Hal tersebut akan dilanjutkan dengan proses defekasi,
seperti dari proses ekskresi dari apa yang dimakan (ASI). Frekuensi defekasi tersebut
dapat berkisar antara 3-5 kali seminggu (bergantung pada kondisi bayi dan susu yang
dikonsumsi, apakah ASI atau susu formula), namun banyak juga dijumpai bayi yang
mengalami konstipasi pada bayi dengan PASI.
Perubahan pada fungsi organ yang lainnya adalah ginjal yang belum sempurna, urine
masih mengandung sedikit protein dan pada minggu pertama akan dijumpai urine warna
merah muda karena banyak mengandung senyawa urat, kemudian kadar hemoglobin
darah tepi pada neonatus berkisar antara 17-19 g/dl, kadar hematokrit saat lahir adalah
52%, terjadi peningkatan kadar leukosit sekitar 2500030000 /ul, dan setelah usia satu
minggu akan terjadi penurunan hingga kurang dari 14.000/ul. Keadaan fungsi hati pun
masih relatif imatur dalam memproduksi faktor pembekuan, sebab belum terbentuknya
flora usus yang akan berperan dalam absorpsi vitamin K dan imunoglobulin untuk
kekebalan bayi.
b. Masa Bayi

Masa bayi ini dibagi menjadi dua tahap perkembangan. Tahap pertama (antara usia 1-12
bulan): pertumbuhan dan perkembangan pada masa ini dapat berlangsung secara terus.
menerus, khususnya dalam peningkatan susunan saraf. Tahap kedua (usia 1-2 tahun):
kecepatan pertumbuhan pada masa ini mulai menurun dan terdapat percepatan pada
perkembangan motorik

c. Masa Prasekolah

Perkembangan pada masa ini dapat berlangsung stabil dan masih terjadi peningkatan
pertumbuhan serta perkembangan, khususnya pada aktivitas fisik dan kemampuan
kognitif.
d. Masa Sekolah
Perkembangan masa sekolah ini lebih cepat dalam kemampuan fisik dan kognitif
dibandingkan dengan masa prasekolah.
e. Masa Remaja

Pada tahap perkembangan remaja terjadi perbedaan pada perempuan dan laki-laki. Pada
umumnya wanita 2 tahun lebih cepat untuk masuk ke dalam tahap remaja/pubertas
dibandingkan dengan anak laki-laki dan perkembangan ini ditunjukkan pada
perkembangan pubertas.

G. PERTUMBUHAN PADA ANAK

Pertumbuhan pada anak dilihat dari pertumbuhan berat badan, tinggi badan, lingkar kepala, gigi,
organ penglihatan, organ pendengaran, dan organ seksual.
1. Berat badan

Pada masa pertumbuhan berat badan bayi dibagi menjadi dua, yaitu usia 0-6 bulan dan usia 6-
12 bulan. Untuk usia 0-6 bulan pertumbuhan berat badan akan mengalami penambahan setiap
minggu sekitar 140-200 gram dan berat badannya akan menjadi dua kali berat badan lahir
pada akhir bulan ke-6. Sedangkan pada usia 6-12 bulan terjadi penambahan setiap minggu
sekitar 25- 40 gram dan pada akhir bulan ke-12 akan terjadi penambahan tiga kali lipat berat
badan lahir. Pada masa bermain, terjadi penambahan berat badan sekitar empat kali lipat dari
berat badan lahir pada usia kurang lebih 25 tahun serta penambahan berat badan setiap
tahunnya adalah 2-3 kg
Pada masa prasekolah dan sekolah akan terjadi penambahan berat badan setiap tahunnya
kurang lebih 2-3 kg.

2. Tinggi badan

Pada usia 0-6 bulan bayi akan mengalami penambahan tinggi badan sekitar 2,5 cm setiap
bulannya. Pada usia 6-12 bulan mengalami penambahan tinggi badan hanya sekitar 1,25 cm
setiap bulannya Pada akhir tahun pertama akan meningkat kira-kira 50% dari tinggi badan
waktu lahir.
Pada masa bermain penambahan selama tahun ke-2 kurang lebih 12 cm, sedangkan
penambahan untuk tahun ke-3 rata-rata 4-6 cm.
Pada masa prasekolah, khususnya di akhir usia 4 tahun, terjadi penambahan rata-rata dua kali
lipat dan tinggi badan waktu lahir dan mengalami penambahan setiap tahunnya kurang lebih
6- 8 cm
Pada masa sekolah akan mengalami penambahan setiap tahunnya. Setelah usia 6 tahun tinggi
badan bertambah rata-rata 5 cm, kemudian pada usia 13 tahun bertambah lagi menjadi rata-
rata tiga kali lipat dari tinggi badan waktu lahir.
3. Lingkar kepala
Pertumbuhan pada lingkar kepala ini terjadi dengan sangat cepat sekitar enam bulan pertama,
yaitu dari 35-43 cm. Pada usia usia selanjutnya pertumbuhan lingkar kepala mengalami
perlambatan Pada usia 1 tahun hanya mengalami pertumbuhan kurang lebih 46,5 cm. Pada
usia 2 tahun mengalami pertumbuhan kurang lebih 49 cm, kemudian akan bertambah 1 cm
sampai dengan usia tahun ke-3 dan bertambah lagi kurang lebih 5 cm sampai dengan usia
remaja.
4. Gigi

Pertumbuhan gigi pada masa tumbuh kembang banyak mengalami perubahan mulai, dari
pertumbuhan hingga penanggalan. Pertumbuhan gigi terjadi di dua bagian, yaitu bagian
rahang atas dan bagian rahang bawah.
a. Pertumbuhan gigi bagian rahang atas:

 gigi insisi sentral pada usia 8-12 bulan

 gigi insisi lateral pada usia 9-13 bulan;

 gigi taring (caninus) pada usia 16-22 bulan

 molar pertama anak laki-laki pada usia 13-19 bulan

 molar pertama anak perempuan pada usia 14-18 bulan, sedangkan molar kedua
pada usia 25-33 bulan.

b. Pertumbuhan gigi bagian rahang bawah:

 gigi insisi sentral pada usia 6-10 bulan;

 gigi insisi lateral pada usia 10-16 bulan;

 gigi taring (caninus) pada usia 17-23 bulan

 molar pertama pada usia 14-18 bulan:

 molar kedua anak perempuan pada usia 24-30 bulan, sedangkan anak laki-laki
pada usia 29-31.

Perubahan selanjutnya adalah adanya beberapa gigi yang mengalami penanggalan. Seperti
halnya pertumbuhan gigi, penanggalan gigi juga terjadi di bagian rahang atas dan bagian
rahang bawah.
a. Penanggalan gigi bagian rahang atas:

 gigi insisi pertama pada usia 7 tahun;

 gigi insisi kedua pada usia 8 tahun

 gigi taring pada usia 11 tahun;

 gigi molar pertama pada usia 9 tahun;


 gigi molar kedua pada usia 11 tahun

b. Penanggalan gigi bagian rahang bawah:

 gigi insisi pertama pada usia 6 tahun

 gigi insisi kedua pada usia 7 tahun

 gigi taring pada usia 10 tahun;

 gigi molar pertama pada usia 9 tahun

 gigi molar kedua pada usia 10 tahun.

5. Organ penglihatan

Perkembangan organ penglihatan dapat dimulai pada saat lahir. Sudah terjadi perkembangan
ketajaman penglihatan antara 20/100, adanya refleks pupil dan kornea, memiliki kemampuan
fiksasi pada objek yang bergerak dalam rentang 45 derajat dan bila tidak bergerak sejauh 20-
25 cm. Pada usia 1 bulan bayi memiliki perkembangan, yaitu adanya kemampuan melihat
untuk mengikuti gerakan dalam rentang 90 derajat dapat melihat orang secara terus menerus,
dan kelenjar air mata sudah mulai berfungsi. Pada usia 2-3 bulan memiliki penglihatan perifer
hingga 180 derajat. Pada usia 4-5 bulan kemampuan bayi untuk memfiksasi sudah mulai pada
hambatan 1,25 cm, dapat mengenali botol susu, melihat tangan saat duduk atau berbaring,
melihat bayangan di cermin dan mampu mengakomodasi objek. Usia 5-7 bulan dapat
menyesuaikan postur untuk melihat objek, mampu mengembangkan warna kesukaan kuning
dan merah, menyukai rangsangan visual kompleks, serta mengembangkan koordinasi mata
dan tangan. Pada usia 7-11 bulan mampu memfiksasi objek yang sangat kecil. Pada usia 11-
12 bulan ketajaman penglihatan mendekati 20/20, dapat mengikuti objek yang dapat bergerak.
Pada usia 12-14 bulan mampu mengidentifikasi bentuk geometri Pada usia 18-24 bulan
mampu berakomodasi dengan baik.
6. Organ pendengaran

Perkembangan pada pendengaran dapat dimulai pada saat lahir. Setelah lahir, bayi sudah
dapat berespons terhadap bunyi yang keras dengan refleks. Pada usia 2-3 bulan mampu
memalingkan kepala ke samping bila bunyi dibuat setinggi telinga. Pada usia 34 bulan anak
memiliki kemampuan dalam melokalisasi bunyi dengan memalingkan kepala ke arah bunyi.
Pada usia 4-6 bulan kemampuan melokalisasi bunyi makin kuat dan mulai mampu membuat
bunyi firuan. Pada usia 6-8 bulan mampu berespons pada nama sendiri. Pada usia 10-12 bulan
mampu mengenal beberapa kata dan artinya. Pada usia 18 bulan mulai dapat membedakan
bunyi. Pada usia 36 bulan mampu membedakan bunyi yang halus dalam bicara. Pada usia 48
bulan mulai membedakan bunyi yang serupa dan mampu mendengarkan yang lebih halus.
7. Organ seksual

Perkembangan organ seksual antara laki-laki dan perempuan terdapat beberapa perbedaan.
Pertumbuhan organ seksual laki-laki antara lain terjadinya pertumbuhan yang cepat pada
penis
pada usia 12-15 tahun, testis pada usia 11-15 tahun kemudian rambut pubis pada usia 12-15
tahun. Perkembangan pubertas diawali dengan beberapa tahap sebagai berikut (Soetjiningsih,
1998).
a. Tahap I (pra pubertas) pada dasarnya sama dengan masa anak-anak, tidak terdapat
rambut pubis.

b. Tahap Il (pubertas): masa pubertas.

c. Tahap III: terjadi pembesaran penis awal terutama dalam panjang, testis dan skrotum
terus membesar, serta rambut lebih lebat, kasar, keriting, dan merata pada seluruh
pubis.
d. Tahap IV: terjadi peningkatan ukuran penis dengan pertumbuhan diameter, glans
lebih besar dan lebih lebar, serta skrotum lebih gelap

Perkembangan organ seksual perempuan antara lain terjadinya pertumbuhan payudara antara
usia 10-15 tahun dan rambut pubis antara usia 11-14 tahun. Perkembangan payudara memiliki
tahap-tahap sebagai berikut.
a. Tahap I: tumbuhnya puting susu dengan area kecil, penonjolan di sekitar papila, dan
terjadinya pembesaran diameter areola
b. Tahap II: pembesaran lanjut dari payudara dan areola tanpa pemisahan konturnya.

c. Tahap III: terjadi proyeksi areola dan papila.

d. Tahap IV: tahap konfigurasi dewasa proyeksi papila yang hanya disebabkan oleh
resesi areola ke dalam kontur umum
Pertumbuhan rambut pubis memiliki tahap-tahap sebagai berikut (Wong, 1996).

a. Tahap I (pra pubertas): tidak terdapat rambut pubis.

b. Tahap II terjadi pertumbuhan rambut pubis yang jarang.

c. Tahap III: rambut pubis lebih hitam, kasar, keriting, dan merata pada seluruh pubis.

d. Tahap IV: rambut pubis lebih lebat dan keriting.

e. Tahap V:rambut pubis orang dewasa dalam penyebaran, baik kuantitas, jenis, maupun
pola penyebaran ke bagian dalam paha.

H. PERKEMBANGAN PADA ANAK

Perkembangan pada anak mencakup perkembangan motorik halus, perkembangan motorik


kasar, perkembangan bahasa, dan perkembangan perilaku/adaptasi sosial.
1. Perkembangan motorik halus
Perkembangan motorik halus pada tiap tahap perkembangan anak adalah sebagai berikut.

a. Masa Neonatus (0-28 hari)

Perkembangan motorik halus pada masa ini dimulai dengan adanya kemampuan untuk
mengikuti garis tengah bila kita memberikan respons terhadap gerakan jari atau
tangan.
b. Masa Bayi (28 hari-1 tahun)

1) Usia 14 Bulan

Perkembangan motorik halus pada usia ini adalah dapat melakukan hal-hal seperti
memegang suatu objek, mengikuti objek dari sisi ke sisi, mencoba memegang dan
memasukkan benda ke dalam mulut, memegang benda tapi terlepas, memerhatikan
tangan dan kaki, memegang benda dengan kedua tangan, serta menahan benda di
tangan walaupun hanya sebentar.
2) Usia 4-8 Bulan

Perkembangan motorik halus pada usia ini adalah sudah mulai mengamati benda,
menggunakan ibu jari dan jari telunjuk untuk memegang, mengeksplorasi benda
yang sedang dipegang, mengambil objek dengan tangan tertangkup, mampu
menahan kedua benda di kedua tangan secara simultan, menggunakan bahu dan
tangan sebagai satu kesatuan, serta memindahkan objek dari satu tangan ke tangan
yang lain.
3) Usia 8-12 Bulan

Perkembangan motorik halus pada usia ini adalah mencari atau meraih benda
kecil; bila diberi kubus mampu memindahkan, mengambil, memegang dengan
telunjuk dan ibu jari, membenturkannya, serta meletakkan benda atau kubus ke
tempatnya.
c. Masa Anak (1-2 Tahun)

Perkembangan motorik halus pada usia ini dapat ditunjukkan dengan adanya
kemampuan dalam mencoba menyusun atau membuat menara pada kubus.
d. Masa Prasekolah

Perkembangan motorik halus dapat dilihat pada anak, yaitu mulai memiliki
kemampuan menggoyangkan jari-jari kaki, menggambar dua atau tiga bagian memilih
garis yang lebih panjang dan menggambar orang melepas objek dengan jari lurus
mampu menjepit benda, melambaikan tangan menggunakan tangannya untuk bermain,
menempatkan objek ke dalam wadah, makan sendiri, minum dari cangkir dengan
bantuan menggunakan sendok dengan bantuan, makan dengan jari, serta membuat
coretan di atas kertas (Wong. 200).
2. Perkembangan motorik kasar

Perkembangan motorik kasar pada tiap tahap perkembangan anak adalah sebagai berikut
a. Masa Neonatus (0-28 hari)

Perkembangan motorik kasar yang dapat dicapai pada usia ini diawali dengan tanda
gerakan seimbang pada tubuh dan mulai mengangkat kepala.

b. Masa Bayi (28 hari-1 tahun)

1) Usia 1-4 Bulan

Perkembangan motorik kasar pada usia ini dimulai dengan kemampuan


mengangkat kepala saat tengkurap, mencoba duduk sebentar dengan ditopang
mampu duduk dengan kepala tegak, jatuh terduduk di pangkuan ketika disokong
pada posisi berdiri, kontrol kepala sempuma, mengangkat kepala sambil berbaring
telentang, berguling dari telentang ke miring, posisi lengan dan tungkai kurang
fleksi, dan berusaha untuk merangkak.
2) Usia 4-8 Bulan

Perkembangan motorik kasar awal bulan ini dapat dilihat pada perubahan dalam
aktivitas seperti posisi telungkup pada alas dan sudah mulai mengangkat kepala
dengan melakukan gerakan menekan kedua tangannya. Pada bulan ke-4 sudah
mampu memalingkan kepala ke kanan dan ke kiri; duduk dengan kepala tegak;
membalikkan badan; bangkit dengan kepala tegak; menumpu beban pada kaki
dengan lengan berayun ke depan dan ke belakang; berguling dari telentang ke
tengkurap; serta duduk dengan bantuan dalam waktu yang singkat.
3) Usia 8-12 Bulan

Perkembangan motorik kasar dapat diawali dengan duduk tanpa pegangan, berdiri
dengan pegangan, bangkit lalu berdiri, berdiri 2 detik, dan berdiri sendiri
c. Masa Anak (1-2 Tahun)

Dalam perkembangan masa anak terjadi perkembangan motorik kasar secara


signifikan. Pada masa ini anak sudah mampu melangkah dan berjalan dengan tegak.
Sekitar usia 18 bulan anak mampu menaiki tangga dengan cara satu tangan dipegang.
Pada akhir tahun ke-2 sudah mampu berlari-lari kecil, menendang bola, dan mulai
mencoba melompat.
d. Masa Prasekolah

Perkembangan motorik kasar masa prasekolah ini dapat diawali dengan kemampuan
untuk berdiri dengan satu kaki selama 1-5 detik, melompat dengan satu kaki, berjalan
dengan tumit ke jari kaki, menjelajah, membuat posisi merangkak dan berjalan dengan
bantuan (Wong, 2000).
3. Perkembangan bahasa

Berikut ini akan disebutkan perkembangan bahasa pada tiap tahap usia anak.
a. Masa Neonatus (0-28 hari)

Perkembangan bahasa masa neonatus ini dapat ditunjukkan dengan adanya


kemampuan bersuara (menangis) dan bereaksi terhadap suara atau bel.

b. Masa Bayi (28 hari-1 tahun)

1) Usia 1-4 Bulan

Perkembangan bahasa pada usia ini ditandai dengan adanya kemampuan bersuara
dan tersenyum, mengucapkan huruf hidup, berceloteh, mengucapkan kata
"ooh/ahh", tertawa dan berteriak, mengoceh spontan, serta bereaksi dengan
mengoceh.
2) Usia 4-8 Bulan

Perkembangan bahasa pada usia ini adalah dapat menirukan bunyi atau kata-kata,
menoleh ke arah suara atau sumber bunyi, tertawa, menjerit, menggunakan
vokalisasi semakin banyak, serta menggunakan kata yang terdiri atas dua suku
kata dan dapat membuat dua bunyi vokal yang bersamaan seperti "ba-ba".
3) Usia 8-12 Bulan

Perkembangan bahasa pada usia ini adalah mampu mengucapkan kata "papa" dan
"mama" yang belum spesifik, mengoceh hingga mengatakannya secara spesifik,
serta dapat mengucapkan 1-2 kata
c. Masa Anak (1-2 Tahun)

Perkembangan bahasa masa anak ini adalah dicapainya kemampuan bahasa pada anak
yang mulai ditandai dengan anak mampu memiliki sepuluh perbendaharaan kata;
tingginya kemampuan meniru, mengenal, dan responsif terhadap orang lain; mampu
menunjukkan dua gambar; mampu mengombinasikan kata; serta mulai mampu
menunjukan lambaian anggota badan.
d. Masa Prasekolah

Perkembangan bahasa diawali dengan adanya kemampuan menyebutkan hingga


empat gambar menyebutkan satu hingga dua warna menyebutkan kegunaan benda;
menghitung: mengartikan dua kata; mengerti empat kata depan; mengerti beberapa
kata sifat dan jenis kata lainnya menggunakan bunyi untuk mengidentifikasi objek
orang, dan aktivitas, menirukan berbagai bunyi kata memahami arti larangan serta
merespons panggilan orang dan anggota keluarga dekat.
4. Perkembangan perilaku/adaptasi sosial

Perkembangan perilaku pada tahap tumbuh kembang tiap usia adalah sebagai berikut.

a. Masa Neonatus (0-28 hari)


Perkembangan adaptasi sosial atau perilaku masa neonatus ini dapat ditunjukkan dengan
adanya tanda-tanda tersenyum dan mulai menatap muka untuk mengenali seseorang.
b. Masa Bayi (28 hari-1 tahun)

1) Usia 1-4 Bulan

Perkembangan adaptasi sosial pada usia ini dapat diawali dengan kemampuan
mengamati tangannya tersenyum spontan dan membalas senyum bila diajak
tersenyum mengenal ibunya dengan penglihatan, penciuman pendengaran dan
kontak; tersenyum pada wajah manusia; waktu tidur dalam sehari lebih sedikit
daripada waktu terjaga; membentuk siklus tidur bangun; menangis bila terjadi
sesuatu yang aneh membedakan wajah-wajah yang dikenal dan tidak dikenal;
senang menatap wajah-wajah yang dikenalnya: serta terdiam bila ada orang yang
tak dikenal (asing).
2) Usia 4-8 Bulan

Perkembangan adaptasi sosial pada usia ini antara lain anak merasa takut dan
terganggu dengan keberadaan orang asing, mulai bermain dengan mainan, mudah
frustasi, serta memukul-mukul lengan dan kaki jika sedang kesal
3) Usia 8-12 Bulan

Perkembangan adaptasi sosial pada usia ini dimulai dengan kemampuan bertepuk
tangan, menyatakan keinginan, sudah mulai minum dengan cangkir, menirukan
kegiatan orang, bermain bola atau lainnya dengan orang lain
c. Masa Anak (1-2 Tahun)

Perkembangan adaptasi sosial masa anak dapat ditunjukkan dengan adanya


kemampuan membantu kegiatan di rumah, menyuapi boneka, mulai menggosok gigi,
serta mencoba mengenakan baju sendiri.
d. Masa Prasekolah

Perkembangan adaptasi sosial pada masa prasekolah adalah adanya kemampuan


bermain dengan permainan sederhana, menangis jika dimarahi, membuat permintaan
sederhana dengan gaya tubuh, menunjukkan peningkatan kecemasan terhadap
perpisahan, serta mengenali anggota keluarga (Wong, 2000).
LAPORAN PENDAHULUAN
KONSEP IMUNISASI

A. PENGERTIAN
Imunisasi adalah pemberian kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit dengan
memasukkan sesuatu ke dalam tubuh agar tubuh tahan terhadap penyakit yang sedang
mewabah atau berbahaya bagi seseorang.Imunisasi berasal dari kata imun yang berarti kebal
atau resisten. Imunisasi terhadap suatu penyakit hanya akan memberikan kekebalan atau
resistensi pada penyakit itu saja, sehingga untuk terhindar dari penyakit lain diperlukan
imunisasi lainnya.
Imunisasi adalah usaha memberikan kekebalan kepada bayi dan anak dengan memasukkan
vaksin ke dalam tubuh agar tubuh membuat zat anti bodi untuk mencegah terhadap penyakit
tertentu.
Imunisasi adalah upaya yang dilakukan dengan sengaja memberikan kekebalan atau
imunitas pada bayi dan anak sehingga terhindar dari penyakit .
Imunisasi adalah pemberian satu atau lebih anti gen yang infeksius pada seorang individu untuk
merangsang system imun dan memproduksi anti bodi yang akan mencegah infeksi.
Imunisasi adalah proses yang menginduksi imunitas secara artifisial dengan pemberian bahan
antigenic dan penggunaan agen infeksi hidup yang dilemahkan atau diinaktifkan.
Imunisasi adalah pemberian antigen untuk memicu imunitas seseorang sehingga memiliki
kemampuan untuk bertahan terhadap infeksi.
Imunisasi biasanya lebih fokus diberikan kepada anak-anak karena sistem kekebalan
tubuh mereka masih belum sebaik orang dewasa, sehingga rentan terhadap serangan penyakit
berbahaya.Imunisasi tidak cukup hanya dilakukan satu kali, tetapi harus dilakukan secara
bertahap dan lengkap terhadap berbagai penyakit yang sangat membahayakan kesehatan dan
hidup anak
.

B. TUJUAN

Secara umum tujuan imunisasi antara lain:


1. Tujuan diberikan imunisasi adalah diharapkan anak menjadi kebal terhadap penyakit
sehingga dapat menurunkan angka morbiditas dan mortalitas serta dapat mengurangi
kecacatan akibat penyakit tertentu.
2. Melalui imunisasi, tubuh tidak mudah terserang penyakit menular
3. Imunisasi sangat efektif mencegah penyakit menular
4. Imunisasi menurunkan angka mordibitas (angka kesakitan) dan Mortalitas (angka
kematian) pada balita
C. MANFAAT IMUNISASI

1). Manfaat dari imunisasi diantaranya :

1. Untuk anak
mencegah penderitaan yang disebabkan oeh penyakit, dan kemungkinan cacat atau kematian.
2. Untuk keuarga
Menghilangkan kecemasan dan psikoogis pengobatan bila anak sakit.
3. Untuk Negara
Memperbaiki tingkat kesehatan, menciptakan bangsa yang kuat dan beraka untuk
melanjutkan pembangunan Negara.
2). Manfaat 5 imunisasi dasar

1. menetrakan bahnnya sebeum bisa memasuki sel


2. mengenali dan menghancurkan sel yang telah terinfeksi sebelum agen ini dapat berbiak
3. pertahanan imun non spesifik
4. menguatkan atau meningkatkan system imun alami yang dihasikan tubuh
5. mencegah penyakit infeksi

D. SASARAN IMUNISASI
Sasaran imunisasi untuk anak-anak adalah:
1. Semua anak di bawah usia 1 tahun
2. Anak-anak lain yang belummendapa timunisasi lengkap
3. Anak usia sekolah (imunisasi booster/ ulangan)
4. Calon pengantin dan ibu hamil untuk imunisasi TT.

E. JENIS IMUNISASI

Imunisasi sebagai salah satu cara untuk menjadikan kebal pada bayi dan anak dari
berbagai penyakit, diharapkan bayi atau anak tetap tumbuh dalam keadaan sehat. Pada
dasarnya dalam tubuh sudah memiliki pertahanan secara sendiri agar berbagai kuman yang
masuk dapat dicegah, pertahan tubuh tersebut meliputi pertahanan nonspesifik dan pertahanan
spesifik, proses mekanisme pertahanan dalam tubuh pertama kali adalah pertahanan
nonspesifik seperti complemen dan makrofag dimana complemen dan makrofag ini yang
pertama kali a3kan memberikan peran ketika ada kuman yang masuk ke dalam tubuh. Setelah
itu maka kuman harus melawan pertahanan tubuh yang kedua yaitu pertahanan tubuh spesifik
terdiri dari system humoral dan seluler. System pertahanan tersebut hanya bereaksi terhadap
kuman yang mirip dengan bentuknya. System pertahanan humoral akan menghasilkan zat
yang disebut imonuglobulin (IgA, IgM, IgG, IgE, IgD) dan system pertahanan seluler terdiri
dari limfosit B dan limfosit T, dalam pertahanan spesifik selanjutnya akan menghasilkan satu
sel yang disebut sel memori, sel ini akan berguna atau sangat cepat dalam bereaksi apabila
sudah pernah masuk ke dalam tubuh, kondisi ini yang digunakan dalam prinsip imunisasi.
Berdasarkan proses tersebut diatas maka imunisasi dibagi menjadi dua yaitu imunisasi aktif
dan imunisasi pasif.
1. Imunisasi aktif

Merupakan pemberian zat sebagai antigen yang diharapkan akan terjadi suatu proses
infeksi buatan sehingga tubuh mengalami reaksi imonologi spesifik yang menghasilkan
respons seluler dan humoral serta sel memori, sehingga apabila benar-benar terjadi infeksi
maka tubuh secara cepat dapat merespons. Dalam imunisasi aktif terdapat empat macam
kandungan dalam setiap vaksinnya antara lain :

1. Antigen merupakan bagian dari vaksin yang berfungsi sebagai zat atau mikroba guna
terjadinya semacam infeksi buatan dapat berupa poli sakarida, toksoid atau virus
dilemahkan atau bakteri dimatikan.
2. Pelarut dapat berupa air steril atau juga berupa cairan kultur jaringan.
3. Preservatif, stabilizer, dan antibiotika yang berguna untuk menhindari tubuhnya
mikroba dan sekaligus untuk stabilisasi antigen.
4. Adjuvant yang terdiri dari garam aluminium yang berfungsi untuk meningkatkan
imonogenitas antigen.
2. Imunisasi pasif

Merupakan pemberian zat (immunoglobulin) yaitu suatu zat yang dihasilkan melalui
suatu proses infeksi yang dapat berasal dari plasma manusia atau binatang yang
digunakan untuk mengatasi mikroba yang diduga sudah masuk di dalam tubuh yang
terinfeksi. Dalam pemberian imunisasi pada anak dapat dilakukan dengan beberapa
imunisasi yang dianjurkan diantaranya:
1). Imunisasi DPT (Diphteri, Pertusis, dan Tetanus)

Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit


diphteri,pertussis dan tetanus. Imunisasi DPT ini merupakan vaksin yang mengandung
racun kuman diphteri yang telah dihilangkan sifat racunnya akan tetapi masih dapat
merangsang pembentukan zat anti (Toxoid). Frekuensi pemberian imunisasi DPT
adalah 3 kali dengan maksud pemberian pertama zat anti terbentuk masih sangat
sedikit (tahap pengenalan) terhadap vaksin dan mengaktifkan organ – organ tubuh
membuat zat anti, kedua dan ketiga terbentuk zat anti yang cukup. Waktu pemberian
imunisasi DPT antara umur 2 – 11 bulan dengan interval 4 minggu. Cara pemberian
imunisasi DPT melalui intramuscular. Efek samping pada DPT mempunyai efek
ringan dan efek berat, efek ringan seperti pembengkakan dan nyeri pada tempat
penyuntikan, demam sedangkan efek berat dapat menangis hebat kesakitan kurang
lebih 4 jam, kesadaran menurun, terjadi kejang, enchefalopati, dan syok.
2). Imunisasi Polio

Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit


poliomyelitis yang dapat menyebabkan kelumpuhan pada anak. Kandungan vaksin ini
adalah virus yang dilemahkan. Frekuensi pemberian imunisasi Polio adalah 4 kali.
Waktu pemberian imunisasi Polio antara umur 0 – 11 bulan dengan interval 4 minggu.
Cara pemberian imunisasi Polio melalui oral.
3). Imunisasi Hepatitis B

Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya hepatitis


yang kandungannya adalah HbsAg dalam bentuk cair. Frekuensi pemberian imunisasi
hepatitis 3 kali. Waktu pemberian imunisasi hepatitis B pada umur 0 – 11 bulan. Cara
pemberian imunisasi hepatitis ini adalah intramuscular.
4).Imunisasi HiB (Haemophilus influenza tipe B)

Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit


influenza tipe B. Vaksin ini adalah bentuk polisakarida murbi (PRP: Purified Capsular
Polysacharide) kuman H. Influenza tipe B antigen dalam vaksin tersebut dapat
dikonjugasi dengan protein – protein lain seperti Toxoid tetanus (PRP – T), Toxoid
diphteri (PRP – D atau PRP – CR 50), atau dengan kuman monongokokus. Pada
pemberian imunisasi awal dengan PRP – T dilakukan dengan 3 suntikan dengan
interval 2 bulan kemudian vaksin PRP – OMPC dilakukan dengan 2 suntikan dengan
interval 2 bulan, kemudian boosternya dapat diberkan pada usia 18 bulan.

F. CARA DAN WAKTU PEMBERIAAN IMUNISASI

Berikut ini adalah cara pemberiaan dan waktu yang tepat untuk pemberian imunisasi. Cara
Pemberiaan Imunisasi Dasar. (Petunjuk Pelaksanaan Program Imunisasi di Indonesia, DepKes
2000, hlm. 40)

Dosis Selang Cara Pemberian


Pemberian Waktu Umur
Vaksin Imunisasi Pemberiaan
Pemberiaan

0,05 Intrakutan tepat di


BCG 1 kali 0-11 bulan insersio muskulus
cc
deltoideus kanan.

DPT 3 kali 0,5 cc 4 minggu 2-11 bulan Intramuskular.

2tetes Di teteskan ke
Polio 4 kali 4 minggu 0-11 bulan mulut.

0,5 cc Subkutan,
Campak 1 kali 4 minggu 9-11 bulan biasanya di lengan
kiri atas.

Hepatitis 0,5 cc Intrmuskular pada


B 3 kali 4 minggu 0-11 bulan paha bagian luar.

TT 3 kali 0,5 cc Intramuskulus

G. PEMBERIAN IMUNISASI

Apapun imunisasi yang diberikan, ada beberapa hal penting yang harus diperhatikan perawat,
yaitu sebagai berikut.
1. Orang tua anak harus ditanyakan aspek berikut.
1) Status kesehatan anak saat ini, apakah dalam kondisi sehat atau sakit,
2) Pengalaman/reaksi terhadap imunisasi yang pernah didapat sebelumnya,
3) Penyakit yang dialami di masa lalu dan sekarang.
2. Orang tua harus mengerti tentang hal-hal yang berkaitan dengan penyakit yang dapat
dicegah dengan imunisasi (PD3I) terlebih dahulu sebelum menerima imunisasi

(informed consent). Pengertian mencakup jenis imunisasi, alasan diimunisasi, manfaat


imunisasi, dan efek sampingnya.
3. Catatan imunisasi yang lalu (apabila sudah pernah mendapat imunisasi sebelumnya),
pentingnya menjaga kesehatan melalui tindakan imunisasi.
4. Pendidikan kesehatan untuk orang tua. Pemberian imunisasi pada anak harus didasari
pada adanya pemahaman yang baik dari orang tua tentang imunisasi sebagai upaya
pencegahan penyakit. Pada akhirnya diharapkan adanya kesadaran orang tua untuk
memelihara kesehatan anak sebagai upaya meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan
anak.
5. Kontraindikasi pemberiaan imunisasi. Ada beberapa kondisi yang menjadi pertimbangan
untuk tidak memberikan imunisasi pada anak, yaitu:
1. Flu berat atau panas tinggi dengan penyebab yang serius
2. Perubahan pada system imun yang tidak dapat member vaksin virus hidup
3. Sedang dalam pemberian obat-obat yang menekan system imun, seperti sitostatika,
transfuse darah, dan imonoglobulin
4. Riwayat alergi terhadap alergi terhadap pemberian vaksin sebelumnya seperti pertusis.

Sumber :
https://www.academia.edu/12969002/LP_imunisasi
http://indoaskep.blogspot.com/2015/12/laporan-pendahuluan-imunisasi.html
LAPORAN PENDAHULUAN
KONSEP HOSPITALISASI PADA ANAK

1. PENGERTIAN
Hospitalisasi adalah penempatan pasien di rumah sakit untuk penelitian, diagnosis dan
pengobatan (Scott, 2010).
Hospitalisasi adalah suatu proses karena alasan berencana atau darurat yang mengharuskan anak
untuk tinggal di rumah sakit untuk menjalani terapi dan perawatan (Supartini, 2004).
Hospitalisasi adalah suatu keadaan krisis pada anak saat anak sakit dan dirawat di rumah
sakit. Keadaan ini terjadi karena anak berusaha untuk beradaptasi dengan lingkungan baru dan
asing, yaitu rumah sakit, sehingga kondisi tersebut menjadi faktor stressor bagi anak, orang tua,
maupun keluarga (Whaley&Wong,2002).

Menurut WHO Hospitalisasi merupakan pengalaman yang mengancam bagi individu


karena stressor yang dihadapi dapat menimbulkan perasaan tidak aman, seperti:
1. Lingkungan yang asing
2. Berpisah dengan orang yang berarti
3. Kurang informasi
4. Kehilangan kebebasan dan kemandirian
5. Pengalaman yang berkaitan dengan pelayanan kesehatan, semakin sering berhubungan
dengan rumah sakit, maka bentuk kecemasan semakin kecil atau malah sebaliknya.
6. Perilaku petugas Rumah Sakit.

Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa hospitalisasi adalah suatu


proses karena alasan berencana atau darurat yang ditandai dengan adanya beberapa perubahan
psikis yang mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit untuk menjalani perawatan dan
dapat menimbulkan ketakutan dan kecemasan pada anak dan orang tua.

2. GAMBARAN HOSPITALISASI
Dirawat di rumah sakit adalah kondisi yang tidak menyenangkan bagi anak. Wong, et. al
.(2009) menyebutkan bahwa saat berada di rumah sakit, anak berada di lingkungan yang asing
dengan berbagai peralatan kedokteran yang menakutkan, bertemu dengan orang-orang asing,
menjalani prosedur medis yang menyakitkan sering membuat anak cemas dan ketakutan.

3. DAMPAK HOSPITALISASI BAGI ANAK DAN ORANG TUA


Hospitalisasi merupakan pengalaman yang mengancam bagi setiap orang. Khususnya
hospitalisasi pada anak merupakan stressor bagi anak itu sendiri maupun terhadap orang tua atau
keluarga. Stress pada anak disebabkan karena mereka tidak mengerti mengapa mereka di rawat
atau mengapa mereka terluka. Lingkungan yang asing, kebiasaan-kebiasaan yang berbeda,
perpisahan dengan keluarga merupakan pengalaman yang dapat mempengaruhi perkembangan
anak. Stress akibat hospitalisasi akan menimbulkan perasaan yang tidak nyaman baik pada anak
maupun pada keluarga, hal ini akan memacu anak untuk menggunakan mekanisme koping dalam
mengatasi stress. Jika anak tidak dapat menangani stress dapat berkembang menjadi krisis.
(Supartini, 2004).
Dengan mengerti kebutuhan anak sesuai dengan tahap perkembangannya dan mampu
memenuhi kebutuhan tersebut, perawat mampu mengurangi stress akibat hospitalisasi dan dapat
meningkatkan perkembangan anak ke arah yang normal (Nursalam, 2005).

a. Reaksi anak terhadap hospitalisasi


Anak akan menunjukkan berbagai perilaku sebagai reaksi terhadap pengalaman
hospitalisasi. Reksi tersebut bersifat individual, dan sangat bergantung pada tahapan usia
perkembangan anak, pengalaman sebelumnya terhadap sakit, sistem pendukung yang tersedia, dan
kemampuan koping yang dimilikinya. Pada umumnya, reaksi anak terhadap sakit adalah
kecemasan karena perpisahan, kehilangan, perlukaan tubuh, dan rasa nyeri. Berikut ini reaksi anak
terhadap sakit dan hospitalisasi sesuai dengan tahapan perkembangan anak :

1) Masa Bayi (0 - 1 Tahun)


Masalah yang utama terjadi adalah karena dampak dari perpisahan dengan orang tua
sehingga ada gangguan pembentukan rasa percaya dan kasih sayang. Pada bayi usia 6 bulan
sulit untuk memahami secara maksimal bagaimana reaksi bayi bila dirawat, karena bayi belum
dapat mengungkapkan apa yang dirasakannya. Pada bayi yang usianya lebih dari 6 bulan
terjadi stranger anxiety atau cemas apabila berhadapan dengan orang yang tidak dikenal.
Reaksi yang sering muncul pada anak usia ini adalah menangis, marah, dan banyak melakukan
gerakan sebagai sikap stranger anxiety.
Disamping itu bayi juga telah merasa memiliki ibunya, sehingga bila berpisah dengan
ibunya akan menimbulkan separation anxiety (cemas akan berpisah). Hal ini akan kelihatan
jika bayi ditinggalkan oleh ibunya, maka akan menangis dan sangat ketergantungan pada
ibunya. Respons terhadap nyeri atau adanya luka biasanya menangis keras, pergerakan tubuh
yang banyak, dan ekspresi wajah yang tidak menyenangkan.

2) Masa Todler (2 - 3 tahun)


Anak usia todler belum mampu berkomunikasi dengan menggunakan bahasa yang
memadai dan pengertian terhadap realita terbatas. Pada usia ini anak akan bereaksi terhadap
hospitalisasi sesuai dengan sumber stressnya. Sumber stress yang utama adalah analityc
depresion (cemas akibat perpisahan). Terdapat 3 tahap respons perilaku pada anak ditahap ini,
yaitu tahap protes (Protest), putus asa (Despair), dan penolakan/denial (Detachment).
Pada tahap protes, perilaku yang ditunjukkan adalah menangis kuat, menjerit
memanggil orang tua atau menolak perhatian yang diberikan orang lain. Pada tahap putus asa,
perilaku yang ditunjukkan adalah menangis berkurang, anak tidak aktif, kurang menunjukkan
minat untuk bermain dan makan, sedih, dan apatis. Pada tahap penolakan/Denial, perilaku
yang ditunjukkan adalah secara samar mulai menerima perpisahan, membina hubungan secara
dangkal, dan anak mulai terlihat menyukai lingkungannya.
Oleh karena adanya pembatasan terhadap pergerakannya, anak akan kehilangan
kemampuannya untuk mengontrol diri dan anak menjadi tergantung pada lingkungannya.
Akhirnya, anak akan kembali mundur pada kemampuan sebelumnya atau regresi. Terhadap
perlukaan yang dialami atau nyeri yang dirasakan karena mendapatkan tindakan inpasive,
seperti injeksi, infus, pengambilan darah, anak akan meringis, menggigit bibirnya, dan
memukul. Walaupun demikian, anak dapat menunjukkan lokasi rasa nyeri dan
mengkomunikasikan rasa nyerinya.

3) Masa Prasekolah (3 – 6 Tahun)


Anak usia Prasekolah telah dapat menerima perpisahan dengan orang tuanya dan juga
telah dapat membentuk rasa percayaan dengan orang lain. Walaupun demikian anak tetap
membutuhkan perlindungan dari keluarganya. Reaksi terhadap perpisahan yang ditunjukkan
anak usia prasekolah adalah dengan menolak makan, sering bertanya, menangis walaupun
secara perlahan, dan tidak kooperatif terhadap petugas kesehatan.
Perawatan di rumah sakit juga membuat anak kehilangan kontrol terhadap dirinya, hal
ini terjadi karena adanya pembatas aktivitas sehari-hari dan karena kehilangan kekuatan diri.
Perawatan di rumah sakit sering kali dipersepsikan anak prasekolah sebagai hukuman sehingga
anak akan merasa malu, bersalah, atau takut. Ketakutan anak terhadap perlukaan muncul
karena anak menganggap tindakan dan prosedurnya mengancam integritas tubuhnya. Oleh
karena itu, hal ini menimbulkan reaksi agresif dengan marah dan berontak, ekspresi verbal
dengan mengucapkan kata-kata marah, tidak mau bekerja sama dengan perawat, dan
ketergantungan pada orang tua.

4) Masa Sekolah (6 – 12 Tahun)


Anak usia sekolah yang dirawat di rumah sakit akan merasa perpisahan dengan sekolah
dan teman sebayanya, takut kehilangan keterampilan merasa kesepian dan sendiri. Anak
membutuhkan rasa aman dan perlindungan dari orang tua namun tidak selalu ditemani oleh
orang tua.
Pada usia ini anak akan berusaha Independen dan Produktif. Akibat dirawat di rumah
sakit akan menyebabkan perasaan kehilangan kontrol dan kekuatan. Hal ini terjadi karena
adanya perubahan dalam peran, kelemahan fisik, takut mati dan kehilangan kegiatan dalam
kelompok serta akibat kegiatan rutin rumah sakit seperti bedrest, penggunaan pispot,
kurangnya privacy, pemakaian kursi roda, dll.
Pada usia ini anak telah dapat mengekspresikan perasaannya dan mampu bertoleransi
terhadap rasa nyeri. Anak akan berusaha mengontrol tingkah lakunya pada waktu merasa
nyeri/sakit dengan cara menggigit bibir atau menggenggam sesuatu dengan erat. Anak ingin
tahu alasan tindakan yang dilakukan pada dirinya, sehingga ia selalu mengamati apa yang
dikatakan perawat.

5) Masa Remaja (12 – 18 Tahun)


Anak usia remaja memersepsikan perawatan di rumah sakit sebagai suatu penyebab
timbulnya perasaan cemas karena harus berpisah dengan teman sebayanya.
Sakit dan dirawat merupakan ancaman terhadap identitas diri, perkembangan dan
kemampuan anak. Reaksi yang timbul bila anak remaja dirawat ia akan merasa kebebasannya
terancam sehingga anak tidak kooperatif, menarik diri, marah dan frustasi.
Remaja sangat cepat mengalami perubahan body image selama perkembangannya.
Adanya perubahan dalam body image akibat penyakit/pembedahan dapat menimbulkan stress
atau perasaan tidak aman, cemas akan berespon dengan banyak bertanya, menarik diri dan
menolak kehadiran orang lain (Supartini, 2004).

b. Reaksi Orang Tua Terhadap Hospitalisasi


Perawatan anak di rumah sakit tidak hanya menimbulkan masalah bagi anak, tetapi juga
bagi orang tua (Supartini, 2004). Hospitalisasi merupakan situasi yang kurang nyaman bagi orang
tua. Mereka dihadapkan pada lingkungan yang asing sehingga berbagai reaksi akan muncul.
Reaksi orang tua ketika anak yang dirawat di rumah sakit menurut Nursalam, dkk (2005) yaitu:

1) Penolakan/Ketidak Percayaan (denial/disbelief)


Secara umum reaksi pertama yang akan diperlihatkan orang tua adalah menolak dan
tidak percaya. Reaksi ini akan muncul ketika pertama kali mengetahui anak yang harus
dirawat di rumah sakit dan hal ini terjadi terutama bila anak tiba-tiba sakit serius.

2) Marah dan rasa bersalah


Setelah mengetahui bahwa anaknya sakit, maka reaksi orang tua adalah marah dan
menyalahkan dirinya sendiri. Mereka merasa tidak merawat anaknya dengan benar, mereka
mengingat-ingat kembali mengenai hal yang telah mereka lakukan yang kemungkinan dapat
mencegah anaknya agar tidak jatuh sakit, atau mengingat kembali tentang hal-hal yang
menyebabkan anaknya sakit.
Dilain pihak, orang tua merasa bersalah dan bertanggung jawab atau merasa sebagai
penyebab sakit pada anak sehingga harus dirawat. Mereka merasa kurang waspada saat anak
sakit sehingga terlambat untuk membawa ke rumah sakit yang menyebabkan anak harus
dirawat dengan penyakit yang lebih berat dan waktu perawatan yang lama.

3) Ketakutan, cemas, dan frustasi


Ketakutan dan rasa cemas dihubungkan dengan seriusnya penyakit dan tipe prosedur
medis. Frustasi dihubungkan dengan kurangnya informasi mengenai prosedur dan pengobatan,
atau tidak familiar dengan peraturan rumah sakit.

4) Depresi
Biasanya depresi ini terjadi setelah masa krisis anak berlalu. Ibu sering mengeluh
merasa lelah baik secara fisik maupun mental. Orang tua mulai merasa khawatir terhadap
anak-anak mereka yang lain, yang dirawat oleh anggota keluarga lainnya, oleh teman atau
tetangga. Hal- hal lain yang membuat orang tua cemas dan depresi adalah kesehatan anaknya
di masa-masa akan datang, misalnya efek dari prosedur pengobatan dan juga biaya
pengobatan.
Selain itu dalam penelitian Hallstrom dan Elander (1997) sebagaimana dikutip oleh
Supartini (2004), menunjukkan bahwa orang tua mengalami kecemasan yang tinggi saat
perawatan anaknya di rumah sakit walaupun beberapa orang tua juga dilaporkan ada yang
tidak mengalami cemas karena perawatan anaknya dirasakan dapat mengatasi
permasalahannya. Bahkan dalam penelitian Tiedeman (1997) sebagaimana dikutip oleh
Supartini (2004), menunjukkan bahwa pada saat mendengarkan keputusan dokter tentang
diagnosa penyakit anaknya merupakan kejadian yang sangat membuat stress dan cemas orang
tua. Brewis dalam Supartini (2004), menambahkan bahwa rasa takut pada orang tua selama
perawatan anak di rumah sakit, disebabkan terutama pada kondisi sakit anak yang terminal
karena takut akan kehilangan anak yang dicintainya dan juga adanya perasaan berduka.

4. PENCEGAHAN DAMPAK HOSPITALISASI


Dirawat di rumah sakit bisa menjadi sesuatu yang menakutkan dan pengalaman yang
mengerikan bagi anak-anak. Anak seringkali mengalami hal-hal yang tidak menyenangkan selama
di rumah sakit, mulai dari lingkungan rumah sakit yang asing, serta pengobatan maupun
pemeriksaan yang kadang kala menyakitkan bagi si anak. Oleh karena itu, peran perawat sangat
diperlukan dalam upaya pencegahan dampak tersebut.

1) Menurunkan atau mencegah dampak perpisahan dari keluarga


Dampak perpisahan dari keluarga, anak mengalami gangguan psikologis seperti
kecemasan, ketakutan, kurangnya kasih sayang, gangguan ini akan menghambat proses
penyembuhan anak dan dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan anak.
2) Meningkatkan kemampuan orang tua dalam mengontrol perawatan pada anak
Melalui peningkatan kontrol orang tua pada diri anak diharapkan anak mampu mandiri
dalam kehidupannya. Anak akan selalu berhati-hati dalam melakukan aktivitas sehari-hari, selalu
bersikap waspada dalam segala hal. Serta pendidikan terhadap kemampuan dan keterampilan
orang tua dalam mengawasi perawatan anak.

3) Mencegah atau mengurangi cedera (injury) dan nyeri (dampak psikologis)


Mengurangi nyeri merupakan tindakan yang harus dilakukan dalam keperawatan anak.
Proses pengurangan rasa nyeri sering tidak bisa dihilangkan secara cepat akan tetapi dapat
dikurangi melalui berbagai teknik misalnya distraksi, relaksasi, imaginary. Apabila tindakan
pencegahan tidak dilakukan maka cedera dan nyeri akan berlangsung lama pada anak sehingga
dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan anak.
4) Tidak melakukan kekerasan pada anak
Kekerasan pada anak akan menimbulkan gangguan psikologis yang sangat berarti dalam
kehidupan anak. Apabila ini terjadi pada saat anak dalam proses tumbuh kembang maka
kemungkinan pencapaian kematangan akan terhambat, dengan demikian tindakan kekerasan
pada anak sangat tidak dianjurkan karena akan memperberat kondisi anak.
5) Modifikasi Lingkungan Fisik
Melalui modifikasi lingkungan fisik yang bernuansa anak dapat meningkatkan keceriaan,
perasaan aman, dan nyaman bagi lingkungan anak sehingga anak selalu berkembang dan merasa
nyaman di lingkungannya (Aziz, 2005).

Sumber :
http://www.akuperawat.me/2017/12/hospitalisasi-pada-anak.html
LAPORAN PENDAHULUAN
KONSEP BERMAIN PADA ANAK

Stimulasi tumbuh kembang anak dapat dilakukan dengan cara memberikan permainan atau
bermain, mengingat dengan bermain anak akan belajar dari kehidupan. Ketika anak sudah memasuki
masa bermain atau disebut juga sebagai masa toddler , maka anak selalu membutuhkan kesenangan
pada dirinya, sehingga anak membutuhkan suatu permainan yang akan memberikan kesenangan pada
dirinya. Oleh karena itu, tidak terlalu heran apabila masa anak-anak sangat identic dengan masa
bermain, sebab pada masa tersebut perkembangan anak akan mulai diasah sesuai dengan
kebutuhannya. Namun banyak orang yang menganggap masa bermain pada anak tidak perlu
mendapat suatu perhatian secara khusus, sehingga banyak orang tua yang membiarkan anak bermain
tanpa memerhatikan unsur pendidikan terhadap permainan yang dilakukan oleh anak. Oleh karena
itu, sebelum memahami alat permainan pada anak secara khusus maka terlebih dahulu harus
mengenal pengertian bermain pada anak.
A. DEFINISI
Bermain merupakan suatu aktifitas dimana anak dapat melakukan atau mempraktikkan
keterampilan, memberikan ekspresi terhadap pemikiran, menjadi kreatif, serta mempersiapkan
diri untuk berperan dan berperilaku dewasa. Sebagai suatu aktifitas yang memberikan stimulasi
dalam kemampuan ketrampilan, kognitif, dan afektif maka seharusnya diperlukan suatu
bimbingan, mengingat bermain bagi anak merupakan suatu kebutuhan bagi dirinya sebagaimana
kebutuhan lainnya, seperti halnya kebutuhan makan, kebutuhan rasa aman, kebutuhan kasih
saying, dan lain-lain. Dengan bermain, anak akan selalu mengenal dunia, mampu
mengembangkan kematangan fisik, emosional, dan mental sehingga akan membuat anak tumbuh
menjadi anak yang kreatif, cerdas, penuh inovatif.
Banyak ditemukan anak pada masa tumbuh kembangnya mengalami keterlambatan yang
dapat disebabkan oleh kurangnya pemenuhan kebutuhan pada diri anak, termasuk didalamnya
adalah kebutuhan bermain. Masa kanak-kanak seharusnya merupakan masa bermain yang
diharapkan dapat menumbuhkan kematangan dalam pertumbuhan dan perkembangan , sehingga
apabila masa tersebut tidak digunakan sebaik mungkin maka tentu akhirnya akan mengganggu
tumbuh kembang anak.
Selama anak bermain perlu diperhatikan kekurangan dan kelebihan permainan yang
dilakukan anak. Permainan harus dapat menstimulasi perkembagan kreativitas anak serta
perkembangan mental dan emosional, sehingga orang tua harus mengarahkan agar sesuai dengan
proses kematangan perkembangan tersebut. Pada anak yang mendapatkan atau terpenuhi
kebutuhan bermainnya dapat terlihat pula adanya suatu pola perkembangan yang baik.
B. FUNGSI BERMAIN PADA ANAK
1. Membantu perkembangan sensorik dan motoric
Fungsi bermain pada anak dapat dikembangkan dengan melakukan rangsangan pada
sensorik dan motorik, melalui rangsangan ini aktifitas anak dapat mengeksplorasi alam
disekitarnya. Sebagai contoh, bayi dapat dilakukan dengan rangsangan taktil, audio, dan
visual. Hal tersebut dapat dicontohkan apabila sejak lahir anak yang telah dikenalkan atau
dirangsang visualnya, maka dikemudian hari kemampuan visual anak akan lebih menonjol,
misalnya lebih cepat mengenal sesuatu yang baru dilihatnya. Demikian juga pendengaran,
apabila sejak bayi dikenalkan atau dirangsang melalui suara-suara maka daya
pendengarannya dikemudian hari lebih cepat berkembang dibandingkan dengan anak yang
tidak diberi stimulasi sejak dini. Pada perkembangan motorik, apabila sejak usia bayi
kemampuan motorik sudah dilakukan rangsangan maka kemampuan motorik akan cepat
berkembang dibandingkan dengan tanpa stimulasi, seperti rangsangan kemampuan
menggenggam dan kemampuan ini akan memberikan dasar dalam perkembangan motorik
selanjutnya. Rangsangan atau stimulasi yang dimaksud tersebut dapat diberikan melalui
suatu permainan.
2. Membantu perkembangan kognitif

Perkembangan kognitif dapat dirangsang melalui permainan, hal ini dapat terlihat
pada saar anak bermain. Anak akan mencoba melakukan komunikasi dengan bahasa anak;
mampu memahami objek permainan, seperti dunia tempat tinggal; mampu membedakan
khayalan dan kenyataan; mampu belajar warna, memahami bentuk, ukuran, dan berbagai
manfaat benda yang digunakan dalam permainan. Fungsi bermain pada model tersebut akan
meningkatkan perkembangan kognitif selanjutnya.

3. Meningkatkan kemampuan sosialisasi anak


Proses sosialisasi dapat terjadi melalui permainan, misalny pada saat anak akan
merasakan kesenangan terhadap kehadiran orang lain dan merasakan ada teman yang
dunianya sama. Pada usia toddler anak sudah mencoba bermain dengan sesamanya dan ini
merupakan proses sosialisasi satu dengan yang lain, kemudian bermain peran, misalnya pura-
pura menjadi seorang guru, menjadi seorang anak, menjadi seorang bapak atau ibu, dan lain-
lain. Kemudian pada usia prasekolah anak sudah mulai menyadari keberadaan teman sebaya,
sehingga diharapkan anak mampu melakukan sosialisasi dengan teman dan orang lain.

4. Meningkatkan kreatifitas
Bermain juga dapat berfungsi dalam peningkatan kreatifitas, diamana anak mulai
belajar menciptakan sesuatu dari permainan yang ada dan mampu memodifikasi objek yang
digunakan dalam permainan sehingga anak akan lebih kreatif melaui model permainan ini,
seperti bermain bongkar pasang mobil-mobilan.

5. Meningkatkan kesadaran diri


Bermain pada anak dapat memberikan kemampuan untuk mengeksplorasi tubuh dan
merasakan dirinya sadar dengan orang lain yang merupakan bagian dari individu yang saling
berhubungan, anak mau belajar mengatur perilaku, serta membandingkan dengan perilaku
orang lain.
6. Mempunyai nilai terapeutik
Bermain dapat menjadikan diri anak lebih senang dan nyaman sehingga adanya stress
dan ketegangan dapat dihindari, mengingat bermain dapat menghibur diri anak terhadap
dunianya.

7. Mempunyai nilai moral pada anak


Bermain juga dapat meberikan nilai moral tersendiri pada anak, hal ini dapat dijumpai
ketika anak sudah mampu belajar benar atau salah dari budaya dirumah, disekolah, dan
ketika berinteraksi dengan temannya. Di samping itu, ada beberapa permainan yang
memiliki aturan-aturan yang harus dilakukan dan tidak boleh dilanggar.

C. JENIS-JENIS STIMULASI PERMAINAN BERDASARKAN SIFAT


Beberapa sifat bermain pada anak, diantaranya bersifat aktif dan pasif. Sifat demikian akan
memberikan jenis permainan yang berbeda. Dikatakan bermain aktif jika anak berperan secara
aktif dalam permainan, selalu memberikan rangsangan, dan melaksanakannya. Akan tetapi, jika
sifat bermain tersebut adalah pasif, maka anak akan memberikan respons secara pasif terhadap
pemainan dan sebaliknya, orang atau lingkungan yang memberikan respons secara aktif.
Berdasardakan sifat-sifat tersebut kita dapat mengenal beberapa macam permainan yang akan
dijelaskan sebagai berikut.
1. Bermain afektif sosial
Model bermain ini menunjukkan adanya perasaan senang dalam berhubungan dengan
orang lain. Hal ini dapat dilakukan misalnya dengan cara orang tua memeluk anaknya
sambil berbicara, bersenandung, kemudian anak akan memberikan respons seperti
tersenyum, tertawa, bergembira dan lain-lain. Sifat dari bermain ini adalah orang lain
yang berperan aktif dan anak hanya berespons terhadap stimulasi sehingga akan
memberikan kepuasan dan kesenangan bagi anak

2. Bermain bersenang-senang
Model bermain ini hanya memberikan kesenangan pada anak melalui objek yang ada,
sehingga anak merasa senang dan bergembira tanpa adanya kehadiran orang lain. Sifat
bermain ini adalah bergantung pada stimulasi yang diberikan pada anak, mengingat sifat
dari bermain ini hanya memberikan kesenangan pada anak tanpa memedulikan aspek
kehadiran orang lain, misalnya bermain boneka, binatang-binatangan, dan lain-lain.

3. Bermain keterampilan
Bermain keterampilan dilakukan dengan menggunakan objek yang dapat melatih
kemampuan ketrampilan anak yang diharapkan mampu untuk berkreasi dan terampil
daam segala hal. Permainan ini bersifat aktif, dimana anak selalu ingin mencoba
kemampuan dalam keterampilan tertentu, misalnya bermain bongkar pasang gambar
(anak selalu dipacu untuk selalu terampil dalam meletakkan gambar yang telah
dibongkar), latihan memakai baju, dan lain-lain.
4. Bermain drama
Model bermain ini dapat dilakukan anak dengan mencoba berpura-pura dalam
berperilaku, misalnya anak berpura-pura menjadi dewasa, seorang ibu, atau guru dalam
kehidupan sehari-hari. Sifat dari permainan ini adalah anak dituntut aktif dalam
memerankan sesuatu. Bermain drama ini dapat dilakukan apabila anak sudah mampu
berkomunikasi dan mengenal kehidupan sosial.

5. Bermain menyelidiki
Model bermain ini dilakukan dengan memberikan sentuhan pada anak untuk berperan
dalam menyelidiki sesuatu atau memeriksa alat permainan, misalnya mengocok untuk
mengetahui isi suatu benda. Permainan ini bersifat aktif pada anak dan dapat digunakan
untuk mengembangkan kemampuan kecerdasan pada anak. Sifat permainan tersebut
adalah harus selalu diberikan stimulasi dari orang lain agar senantiasa dapat menambah
kemampuan kecerdasan anak.

6. Bermain kontruksi
Model bermain ini bertujuan untuk menyusun suatu objek permainan agar menjadi sebuah
kontruksi yang benar, misalnya permainan menyusun balok. Permainan ini bersifta aktif,
dimana anak selalu ingin menyelesaikan tugas-tugas yang ada dalam permainan dan
mampu membangun kecerdasan pada anak.

7. Bermain onlooker
Model bermain ini adalah dengan melihat apa yang dilakukan oleh anak lain yang sedang
bermain, tetapi tidak ikut bermain. Permainan ini bersifat pasif, namun anak akan
mempunyai kesenangan atau kepuasan sendiri dengan melihatnya.

8. Bermain soliter/mandiri
Model bermain ini merupakan bermain yang dilakukan sendiri dan hanya berpusat pada
permainannya tanpa memedulikan orang lain. Permainan ini bersifat aktif dan bentuk
stimulasi tambahan kurang, namun dapat membantu untuk menciptakan kemandirian pada
anak.

9. Bermain paralel
Model bermain ini adalah bermain sendiri ditengah-tengah anak lain yang sedang
melakukan permainan yang berbeda atau tidak ikut bergabung dalam permainan.
Permainan ini bersifat aktif secara mandiri, tetapi masih dalam satu kelompok, dengan
harapan kemampuan anak dalam menyelesaikan tugas mandiri dalam kelompok tersebut
terlatih dengan baik.

10. Bermain asosiatif


Bermain asosiatif merupakan bermain bersama dengan tidak terikat pada aturan yang ada,
semuanya bermain tanpa memedulikan teman yang lain dalam sebuah aturan main.
Bermain ini akan menumbuhkan kreativitas anak karena adanya stimulasi dari anak lain,
namun belum dilatih untuk mengikuti peraturan dalam kelompok.

11. Bermain kooperatif


Bermain kooperatif merupakan bermain bersama-sama dengan adanya aturan yang jelas,
sehingga terbentuk perasaan kebersamaan dan terbentuk hubungan antara pemimpin dan
pengikut. Permainan ini bersifat aktif, dimana anak akan selalu menumbuhkan
kreativitasnya. Selain itu, jenis permainan juga dapat melatih anak pada peraturan
kelompok sehingga anak dituntut selalu mengikuti peraturan.

D. JENIS-JENIS STIMULASI PERMAINAN BERDASARKAN KELOMPOK USIA


Penggunaan alat permainan pada anak tidak selalu sama dalam setiap usia tumbuh
kembang,
hal ini dikarenakan setiap tahap usia tumbuh kembang anak selalu mempunyai tugas-tugas
perkembangan yang berbeda sehingga dalam penggunaan alat selalu memerhatikan tugas masing-
masing usia tumbuh kembang. Di bawah ini terdapat jenis permainan yang dapat digunakan
untuk anak dalam setiap tahap tumbuh kembang anak.
1. Usia 0-1 tahun
Pada usia ini perkembangan anak mulai dapat dilatih dengan adanya refleks: melatih
kerja sama antara mata dan tangan atau mata dan telinga dalam berkoordinasi; melatih
mencari objek yang ada tetapi tidak kelihatan; serta melatih mengenal asal suara,
kepekaan perabaan, dan keterampilan dengan gerakan yang berulang. Fungsi bermain
pada usia ini adalah untuk memperbaiki pertumbuhan dan perkembangan.

Jenis permainan yang dianjurkan pada usia ini antara lain benda (permainan) yang
aman sehingga dapat dimasukkan ke dalam mulut, misalnya gambar bentuk muka, boneka
orang dan binatang, alat permainan yang dapat digoyang dan menimbulka suara, alat
permainan yang berupa boneka, selimut, dan lain-lain.

2. Usia 1-2 tahun


Jenis permainan yang dapat digunakan pada usia 1-2 tahun pada dasarnya bertujuan
untuk melatih anak melakukan gerakan mendorong atau menarik, melatih melakukan
imajinasi, melatih anak melakukan kegiatan sehari-hari, serta memperkenalkan beberapa
bunyi dan mampu membedakannya. Jenis permainan ini menggunakan semua alat
permainan yang dapat didorong dan ditarik, misalnya alat rumah tangga, balok-balok,
buku bergambar, kertas, pensil berwarna, dan lain-lain.

3. Usia 2-3 tahun


Pada usia ini anak dianjurkan untuk bermain dengan tujuan menyalurkan perasaan
atau emosinya anak, mengembangkan keterampilan berbahasa, melatih motorik kasar dan
halus, mengembangkan kecerdasan, melatih daya imajinasi, serta melatih kemampuan
membedakan permukaan dan warna benda.
Adapun alat permainan pada usia ini yang dapat
digunakan antara lain peralatan menggambar,
puzzle sederhana, manik-manik ukuran besar, serta
berbagai benda yang mempunyai permukaan dan
warna yang berbeda-beda.

4. Usia 3-6 tahun


Pada usia 3-6 tahun anak sudah mulai mampu
mengembangkan kreativitas dan sosialisasinya,
sehingga sangat diperlukan permainan yang dapat
mengembangkan kemampuan menyamakan dan
membedakan; kemampuan berbahasa;
mengembangkan kecerdasan; menumbuhkan
sportivitas; mengembangkan koordinasi motorik;
mengembangkan dalam mengontrol emosi, motorik
kasar dan halus; memperkenalkan pengertian yang
bersifat ilmu pengetahuan; serta memperkenalkan
suasana kompetisi dan gotong royong

Alat permainan yang dapat digunakan pada


anak usia ini misalnya benda-benda disekitar
rumah, buku gambar, majalah anak-anak, alat
gambar, kertas untuk belajar melipat, gunting
dan air.
LAPORAN PENDAHULUAN PERTUSIS
TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi
Pertusis (batuk rejan) adalah suatu infeksi akut saluran nafas yang mengenai
setiap pejamu yang rentan, tetapi paling sering dan serius pada anak-anak. (Behrman,
1992).
Definisi Pertusis lainnya adalah penyakit infeksi akut pada saluran pernafasan
yang sangat menular dengan ditandai oleh suatu sindrom yang terdiri dari batuk yang
bersifat spasmodic dan paroksismal disertai nada yang meninggi. (Rampengan,
1993).
Penyakit ini ditandai dengan demam dan perkembangan batuk semakin berat.
Batuk adalah gejala khas  dari batuk rejan atau pertusis. Seranagn batuk terjadi tiba-
tiba dan berlanjut terus tanpa henti hingga seluruh udara di dalam paru-paru terbuang
keluar. Akibatnya saat napas berikutnya pasien pertusis telah kekurangan udara
shingga bernapas dengan cepat, suara pernapasan berbunyi separti pada bayi yang
baru lahir berumur kurang dari 6 bulan dan pada orang dewasa bunyi ini sering tidak
terdengar. Batuk pada pertusis biasanya sangat parah hingga muntah-muntah dan
penderita sangat kelelahan setelah serangan batuk.

2.2 Etiologi
Pertusis biasanya disebabkan diantaranya Bordetella pertussis (Hemophilis pertusis).
Suatu penyakit sejenis telah dihubungkan dengan infeksi oleh bordetella para
pertusis, B. Bronchiseptiea dan virus.
Adapun ciri-ciri organisme ini antara lain :
1. Berbentuk batang (coccobacilus)
2. Tidak dapat bergerak
3. Bersifat gram negative.
4. Tidak berspora, mempunyai kapsul
5. Mati pada suhu 55 º C selama ½ jam, dan tahan pada suhu rendah (0º- 10º C)
6. Dengan pewarnaan Toluidin blue, dapat terlihat granula bipolar metakromatik
7. Tidak sensitive terhadap tetrasiklin, ampicillin, eritomisisn, tetapi resisten
terhdap penicillin
8. Menghasilkan 2 macam toksin antara lain :
a. Toksin tidak yahan panas (Heat Labile Toxin)
b. Endotoksin (lipopolisakarida)

2.3 Patofisiologi
Peradangan terjadi pada lapisan mukosa saluran nafas. Dan organisme hanya
akan berkembang biak jika terdapat kongesti dan infiltrasi mukosa berhubungan
dengan epitel bersilia dan menghasilkan toksisn seperti endotoksin, perttusinogen,
toxin heat labile, dan kapsul antifagositik, oleh limfosist dan leukosit untuk
polimorfonuklir serta penimbunan debrit peradangan di dalam lumen bronkus. Pada
awal penyakit terjadi hyperplasia limfoid penbronklas yang disusun dengan nekrosis
yang mengenai lapisan tegah bronkus, tetapi bronkopnemonia disertai nekrosis dan
pengelupasan epitel permukaan bronkus. Obstruksi bronkhiolus dan atelaktasis terjadi
akibat dari penimbunan mucus. Akhirnya terjadi bronkiektasis yang bersifat menetap.
Cara penularan: Penyakit ini dapat ditularkan penderita kepada orang lain
melalui percikan-percikan ludah penderita pada saat batuk dan bersin. Dapat pula
melalui sapu tangan, handuk dan alat-alat makan yang dicemari kuman-kuman
penyakit tersebut. Tanpa dilakukan perawatan, orang yang menderita pertusis dapat
menularkannya kepada orang lain selama sampai 3 minggu setelah batuk dimulai.
2.4 PATHWAY
(Sumber : Fatoni, Ahmad (2018), Patway Pertusis)
2.5 Manifestasi Klinis
Pada Pertusis, masa inkubasi 7-14 hari, penyakit berlangsung 6-8 minggu atau lebih
dan berlangsung dalam 3 stadium yaitu :
1. Stadium kataralis / stadium prodomal / stadium pro paroksimal
a. Lamanya 1-2 minggu
b. Gejala permulaannya yaitu timbulnya gejala infeksi saluran pernafasan
bagian atas, yaitu timbulnya rinore dengan lender yang jernih:
1) Kemerahan konjungtiva, lakrimasi
2) Batuk dan panas ringan
3) Anoreksia kongesti nasalis
c. Selama masa ini penyakit sulit dibedakan dengan common cold
d. Batuk yang timbul mula-mula malam hari, siang hari menjadi semakin
hebat, sekret pun banyak dan menjadi kental dan lengket

2. Stadium paroksimal / stadium spasmodic


a. Lamanya 2-4 minggu
b. Selama stadium ini batuk menjadi hebat ditandai oleh whoop (batuk
yang bunyinya nyaring) sering terdengar pada saat penderita menarik
nafas pada akhir serangan batuk. Batuk dengan sering 5 – 10 kali,
selama batuk anak tak dapat bernafas dan pada akhir serangan batuk
anak mulai menarik nafas denagn cepat dan dalam. Sehingga terdengar
bunyi melengking (whoop) dan diakhiri dengan muntah.
c. Batuk ini dapat berlangsung terus menerus, selama beberapa bulan tanpa
adanya infeksi aktif dan dapat menjadi lebih berat.
d. Selama serangan, wajah merah, sianosis, mata tampak menonjol, lidah
terjulur, lakrimasi, salvias dan pelebaran vena leher.
e. Batuk mudah dibangkitkan oleh stress emosional missal menangis dan
aktifitas fisik (makan, minum, bersin dll).

3. Stadium konvaresens
a. Terjadi pada minggu ke 4 – 6 setelah gejala awal
b. Gejala yang muncul antara lain : Batuk berkurang
c. Nafsu makan timbul kembali, muntah berkurang
d. Anak merasa lebih baik
e. Pada beberapa penderita batuk terjadi selama berbulan-bulan akibat
gangguan pada saluran pernafasan.

2.6 Penatalaksanaan
Anti mikroba Pemakai obat-obatan ini di anjurkan pada stadium kataralis yang
dini. Eritromisin merupakan anti mikroba yang sampai saat ini dianggap paling
efektif dibandingkan dengan amoxilin, kloramphenikol ataupun tetrasiklin. Dosis
yang dianjurkan 50mg/kg BB/hari, terjadi dalam 4 dosis selama 5-7 hari.
Kortikosteroid
1. Betametason oral dosis 0,075 mg/lb BB/hari
2. Hidrokortison suksinat (sulokortef) I.M dosis 30 mg/kg BB/ hari kemudian
diturunkan perlahan dan dihentikan pada hari ke-8
3. Prednisone oral 2,5 – 5 mg/hari Berguna dalam pengobatan pertusis terutama
pada bayi muda dengan seragan proksimal.Salbutamol

2.7 Pencegahan
Diberikan vaksin pertusis yang terdiri dari kuman bordetella pertusis yang telah
dimatikan untuk mendapatkan imunitas aktif. Vaksin ini diberikan bersama vaksin
difteri dan tetanus. Dosis yang dianjurkan 12 unit diberikan pada umur 2 bulan.
Kontra indikasi pemberian vaksin pertusis :
1. Panas lebih dari 33ºC
2. Riwayat kejang
3. Reaksi berlebihan setelah imunisasi DPT sebelumnya misalnya: suhu tinggi
dengan kejang, penurunan kesadaran, syok atau reaksi anafilatik lainnya.

2.8 Komplikasi
1. Pada saluran pernafasan
a. Bronkopnemonia
Infeksi saluran nafas atas yang menyebar ke bawah dan menyebabkan
timbulnya pus dan bronki, kental sulit dikeluarkan, berbentuk gumpalan
yang menyumbat satu atau lebih bronki besar, udara tidak dapat masuk
kemudian terinfeksi dengan bakteri. Paling sering terjadi dan
menyebabkan kematian pada anak dibawah usia 3 tahun terutama bayi
yang lebih muda dari 1 tahun. Gejala ditandai dengan batuk, sesak
nafas, panas, pada foto thoraks terlihat bercak-bercak infiltrate tersebar.
b. Otitis media / radang rongga gendang telinga
Karena batuk hebat kuman masuk melalui tuba eustaki yang
menghubungkan dengan nasofaring, kemudian masuk telinga tengah
sehingga menyebabkan otitis media. Jika saluran terbuka maka saluran
eustaki menjadi tertutup dan jika penyumbat tidak dihilangkan pus dapat
terbentuk yang dapat dipecah melalui gendang telinga yang akan
meninggalkan lubang dan menyebabkan infeksi tulang mastoid yang
terletak di belakang telinga.
c. Bronkhitis
Batuk mula-mula kering, setelah beberapa hari timbul lender jernih yang
kemudian berubah menjadi purulen.
d. Atelaktasis
Timbul akibat lender kental yang dapat menyumbat bronkioli.
e. Emphisema Pulmonum
Terjadi karena batuk yang hebat sehingga alveoli pecah dan
menyebabkan adanya pus pada rongga pleura.
f. Bronkhiektasis
Terjadi pelebaran bronkus akibat tersumbat oleh lender yang kental dan
disertai infeksi sekunder.
g. Aktifitas Tuberkulosa
h. Kolaps alveoli paru akibat batuk proksimal yang lama pada anak-anak
sehingga dapat menebabklan hipoksia berat dan pada bayi dapat
menyebabkan kematian mendadak.
2. Pada saluran pencernaan
a. Emasiasi dikarenakan oleh muntah-muntah berat.
b. Prolapsus rectum / hernia dikarenakan tingginya tekanan intra abdomen.
c. Ulkus pada ujung lidah karena tergosok pada gigi atau tergigit pada saat
batuk.
d. Stomatitis.
3. Pada system syaraf pusat Terjadi karena kejang :
a. Hipoksia dan anoksia akibat apneu yang lama
b. Perdarahan sub arcknoid yang massif
c. Ensefalopat, akibat atrof, kortika yang difus
d. Gangguan elektrolit karena muntah
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
DENGAN KASUS PERTUSIS
PADA PASIEN An.S
DI RUANG RSUD. NGUDI WALUYO BLITAR

1. Pengkajian
a. Identitas
Biodata klien yang penting meliputi nama, umur, jenis kelamin,
agama, suku dan gaya hidup.
1. Identitas Pasien

Nama : Tanggal masuk :


Umur : No. Registrasi :
Jenis kelamin : Jam :
Alamat :
Nama ayah dan Ibu
Pendidikan :
Pekerjaan :
Bahasa :
Suku/Bangsa :
Diagnosa medis :

b. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan utama
Keluhan utama adalah keluhan yang dirasakan klien pada saat
dikaji. Pada
2. Riwayat kesehatan sekarang
Mengungkapkan hal-hal yang menyebabkan klien mencari
pertolonganRiwayat kesehatan dahulu
Apakah klien sebelumnya pernah mengalami penyakit pada sistem
pencernaan, atau adanya riwayat operasi pada sistem pencernaan.
3. Riwayat kesehatan keluarga
Apakah ada anggota keluarga yang mempunyai penyakit yang sama
dengan klien.
c. Pemeriksaan fisik
1. Status kesehatan umum
Tingkat kesadaran pasien perlu dikaji, bagaimana penampilan pasien
secara umum, ekspresi wajah pasien selama dilakukan anamnesa, sikap
dan perilaku pasien terhadap petugas, bagaimana mood pasien.
2. Sistem pernafasan
Peningkatan frekuensi napas, napas pendek dan dangkal
3. Sistem kardiovaskuler
Takikardi, pucat, hipotensi (tanda syok)
4. Sistem persarafan
Tidak ada gangguan pada sistem persyarafan
5. Sistem perkemihan
Retensio urine akibat tekanan distensi abdomen, anuria/oliguria, jika
syok hipovolemik
6. Sistem pencernaan
Distensi abdomen, muntah, bising usus meningkat, lemah atau
tidak ada, ketidakmampuan defekasi dan flatus.
7. Sistem muskuloskeletal
Kelelahan, kesulitan ambulansi
8. Sistem integumen
Turgor kulit buruk, membran mukosa pecah-pecah (syok)
9. Sistem endokrin
Tidak ada gangguan pada sistem endokrin
10. Sistem reproduksi
Tidak ada gangguan pada sistem reproduksi
2. Diagnosa Keperawatan yang muncul
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif (D.0001)

Definisi
Ketidakmampuan membersihkan sekretatau obstruksi jalan nafas untuk
mempertahankan jalan nafas tetap paten.
Penyebab
Fisiologis
1) Spasme jalan nafas
2) Hipersekresi jalan nafas
3) Disfungsi neuromuskuler
4) Benda asing dalam jalan nafas
5) Adanya jalan nafas buatan
6) Sekresi yang tertahan
7) Hiperplasia dinding jalan nafas
8) Proses infeksi
Situasional
1) Merokok aktif
2) Merokok pasif
3) Terpajan polutan

Gejala dan Tanda Mayor


Subjektif
(tidak tersedia)
Objektif
Batuk tidak efektif
Tidak mampu batuk
Sputum berlebih
Mengi/ronchi

Gejala dan Tanda Minor


Subjektif
1) Dispneu
2) Sulit berbicara
Objektif
1) Gelisah
2) Sianosis
3) Bunyi nafas menurun
4) Frekuensi nafas berubah
5) Pola nafas berubah
Kondisi klinis terkait
1) Cedera kepalal

2. Hipertermia
Hipertermia
Definisi
Suhu tubuh meningkat di atas rentang normal tubuh
Penyebab
1.Dehidrasi
2.Terkapar lingkungan panas
3.Proses penyakit
4.Ketidak sesuaian pakaian dengan suhu lingkungan
5.Peningkatan laju metabolisme
6.Respon trauma
7.Aktivitas berlebihan
8.Penggunaan inkubator
Gejala dan tanda mayor
Subjective objective
Suhu tubuh diatas nilai normal
Gejala dan tanda minor
Subjective objective.
Kulit merah kejang takikardi takipnea kulit terasa
hangat
Kondisi klinis terkait
1.Proses infeksi
2.Hipertiroid
3.Stroke
4.Dehidrasi
5.Trauma
6.Prematuritas
2.

3. Defisit nutrisi
Definisi
Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolisme
Penyebab
1.Ketidakmampuan menelan makanan
2.Ketidakmampuan mencerna makanan
3.Ketidakmampuan mengabsorbsi makanan
4.Faktor peningkatan kebutuhan metabolisme
Gejala dan tanda mayor
Subjektif objektif
Berat badan menurun minimal 10% dibawah rentang ideal
Gejala dan tanda minor
Subjektif objektif
1.Cepat kenyang setelah makan bising usus hiperaktif
2.Kram atau nyeri abdomen otot pengunyah
lemah
3.Nafsu makan menurun otot menelan lemah
membran mukosa pucat

Kondisi klinis terkait


1.Stroke Parkinson kerusakan neuromuskular
2.Kanker
3.Luka bakar
4.Infeksi
INTERVENSI DAN IMPLEMENTASI

1. Bersihan Jalan nafas tidak efektif

1). Latihan Batuk efektif


Definisi
Melatih pasien yang tidak memiliki kemampuan batuk secara efektif untuk
membersihkan laring, trakea dan bronkiolus, dari sekret atau benda asing di
jalan nafas.
Tindakan
Observasi
a. identifikasi kemampuan batuk

b. monitor adanya restensi sputum


c. monitor tanda infeksi pernafasn
d. monitor input dan output cairan
Terapeutik
e. Atur posisi semifowler

f. Buang sekret pada tempat sputum


Edukasi
a. Jelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif
b. Anjurkan tarik nafas dalam melalui hidung selama 4 detik,ditahan
selama 2 detik, kemudian keluarkan dari mulut
c. Anjurkan batuk dengan kuat langsng setelah nafas ditarik dalam
Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian muktilik atau ekspektoran.
2.)Managemen Jalan nafas
Definisi
Meningkatkan keseimbangan sirkulasi Tekanan darah ke otak
Tindakan
a. Monitor pola nafas (frekuensi,kedalaman)
b. Monitor bunyi nafas tambahan
c. Monitor sputum
d. Pertahankan kepatenan kalan nafas
e. Lakukan penghisapan lendir < 15 detik (suction)
f. Berikan oksigenasi
g. Pantau adanya tanda dan gejala sesak nafas

3).Pemantauan respirasi
Definisi
Mengumpulkan dan menganalisis data terkait peningkatan TIK.
Tindakan
Observasi
a. Identifikasi frekuensi pola nafas
b. Monitor adanya produksi sputum
c. Monitor adanya sumbatan jalan nafas
d. Auskultasi bunyi nafas
e. Monitor hasil x ray thorak

Terapeutik
f. Atur interval waktu pemantauan
g. Dokumentasikan hasil pemantauan

Edukasi
h. Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
i. Informasikan hasil pemantauan

2. Hipertermia
Manajemen hipertermi
Definisi
Mengidentifikasi dan mengelola peningkatan suhu tubuh akibat
disfungsi termoregulasi
Tindakan
Observasi
-Identifikasi penyebab hipertermia
-Monitor suhu tubuh
-Monitor kadar elektrolit
-Monitor he luaran urine
Terapeutik
-mnyediakan lingkungan yang dingin
-Hindarkan atau lepaskan pakaian
-Bahasa hidan kipas si permukaan tubuh
-Ganti linen setiap hari
-Berikan oksigen
Edukasi
-Anjurkan tira baring
Kolaborasi
-Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena
3. Defisit Nutrisi
1). Manajemen nutrisi
Definisi
Mengidentifikasi dan mengelola asupan nutrisi yang seimbang
Tindakan
Observasi
-Identifikasi status nutrisi
-Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
-Identifikasi makan yang disukai
-Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrisi
-Identifikasi perlunya menggunakan selang naso gestrek
-Monitor asupan makanan
-Monitor berat badan
-Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
Terapeutik
-Lakukan oral hygiene sebelum makan
-Fasilitasi pedoman diet
-Sajikan makanan dan su yang sesuai
-Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
-Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
-Berikan suplemen makanan
Edukasi
-Anjurkan posisi duduk
-Ajarkan diet yang di program kan
Kolaborasi
-Kolaborasi pemberian me dikasih sebelum makan
-kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrisi yang dibutuhkan
Evaluasi
1. Bersihan Jalan Nafas (L.01001)
Definisi :
Kemampian membersihkan sekret atau obstruksi jalan nafas untuk
mempertahankan jalan nafas tetap paten.
Ekspektasi : Meningkat
Kriteria Hasil :
Menurun Cukup Sedang Cukup Meningkat
menurun Meningkat

Batuk efektif 1 2 3 4 5

Meningkat Cukup Sedang Cukup menurun


meningkat menurun
Produksi sputum 1 2 3 4 5

mengi 1 2 3 4 5

weezing 1 2 3 4 5

mekonium 1 2 3 4 5
dispneu 1 2 3 4 5

Ortopneu 1 2 3 4 5

Sulit berbicara 1 2 3 4 5

gelisah
Memburuk Cukup Sedang Cukup membaik
memburuk membaik
Frekuensi nafas 1 2 3 4 5

Kedalaman nafas 1 2 3 4 5

Pola nafas 1 2 3 4 5

2. Hipertermia (L.01004)
Definisi :
Pengaturan suhu tubuh agar tetap berada di rentan normal
Ekspektasi : Membaik
Kriteria Hasil :
Menurun Cukup Sedang Cukup Meningkat
menurun Meningkat

menggigil 1 2 3 4 5

kulit merah
1 2 3 4 5
kejang

Meningkat Cukup Sedang Cukup menurun


meningkat menurun
Dispneu 1 2 3 4 5

Penggunaan otot 1 2 3 4 5
bantu nafas

Pemanjangan fase 1 2 3 4 5
ekspirasi

Ortopneu 1 2 3 4 5
Pernafasan 1 2 3 4 5
puersed lip

Pernafasan cuping 1 2 3 4 5
hidung
Memburuk Cukup Sedang Cukup membaik
memburuk membaik
Suhu tubuh 1 2 3 4 5

Suhu kulit 1 2 3 4 5

Pengisisan kapiler 1 2 3 4 5

3. Status Nutrisi

Definisi :
Keadekuatan asupan nutrisi untuk memenuhi kebutuhan
metabolisme.
Ekspektasi : Membaik
Kriteria Hasil :
Menurun Cukup Sedang Cukup Meningkat
menurun Meningkat

Porsi dihabiskan 1 2 3 4 5
Kekuatan 1 2 3 4 5
menelan
1
2 3 4 5
Serum albumin

Meningakat Cukup Sedang Cukup menurun


meningkat menurun
Perasaan cepat 1 2 3 4 5
kenyang
Sariawan 1 2 3 4 5
Nyeri abdomen 1 2 3 4 5
Rambut rontok 1 2 3 4 5
Diare 1 2 3 4 5
Memburuk Cukup Sedang Cukup membaik
memburuk membaik
Berat badan 1 2 3 4 5
IMT 1 2 3 4 5
Bising usus 1 2 3 4 5
Membran mukosa 1 2 3 4 5
AS
Y A YE D I R AI N
K

FORMAT PENGKAJIAN ANAK

K A

A
R Y
A H U SA

D
Nama Mahasiswa : Muhammat Lutfi Nuril Anwar
Nomor Ujian : 201803037
Tempat Ujian : Ruang __________________________________
Tanggal Ujian : ________________________________________

1. BIODATA
A. Identitas Pasien

Nama : An.S
Nama Panggilan : Samuel
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur / Tgl. Lahir : 4 tahun/ 04 05 2016
Diagnosa Medis : Pertusis ( Batuk rejan)
Tgl MRS : 5 Oktober 2020

Tgl. Pengkajian : 5 oktober 2020

B. Identitas Orang Tua


Nama Ayah : Tn Z Nama Ibu : Ny M
Umur : 35 tahun Umur : 29 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku : Jawa Suku : Jawa
Bahasa : Indonesia Bahasa : Indonesia
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Tani Pekerjaan : IRT
Penghasilan : 700 Penghasilan :-
Alamat : Jln Melati no 08 Blitar

2. KELUHAN UTAMA
Keluarga Px mengatakan batuk-batuk terus menerus disertai muntah dan badannya panas
3. ALASAN KUNJUNGAN
Keluarga px mengatakan keluarga tinggal di lingkungan padat penduduk. Satu minggu yang lalu
An S mengeluh pusing kepada ibunya. Ibu mengetahui anknya demam dan batuk yang timbul
mula-mula di malam hari.Nafsu makan An S menurun . Hingga batuknya semakin hebat ibunya
memutuskan untuk membawa dia ke RS terdekat

4. RIWAYAT KEHAMILAN DAN KELAHIRAN


A. Prenatal : Ibu px mengatakan tidak ada keluhan saat hamil anak pertama.

B. Natal : Ibu px mengatakan persalinan anak ke 2 normal

C. Postnatal :
Riwayat persalianan partus spontans, penolong bidan
Ibu mengatakan kondisi bayi saat lahir normar : berat badan 3,4 kg, panjang 49 cm,bayi langsung
minum ASI.
APGAR Score
1. Activity
Skor 2 bergerak aktif dan kuat
2. Pulse
Skor 2 berdetak lebih dari 100 detik per menit
3. Grimance
Skor 2 menunjukan res[pons rangsangan
4. Apearance
Skor 2 warna kemerahan
5. Respiration
Bayi menangis kuat

5. RIWAYAT MASA LAMPAU


A. Penyakit-penyakit waktu kecil :
Keluraga px mengatkan penyait waktu kecil biasanya demam dan pilek

B. Pernah dirawat di rumah sakit :


Keluarga px mengatkan px tidak pernah dirawat di RS

C. Penggunaan obat-obatan :
Keluarga px mengatakan ketika anak demam diberikan bodrexcin

D. Tindakan (misalnya operasi atau tindakan lain) :


Keluarga px mengatakan px tidak pernah melakukan operasi

E. A l l e r g i :
Keluarga px mengatakan Tidak ada alergi
F. Kecelakaan :
Keluarga px mengatakan tidak pernah kecelakaan

G. Imunisasi :
Keluarga px mengatakan imunisasi pada px kurang lengkap yaitu imunisasi DPT

6. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA


Keluarga mengatakan tidak ada penyakit keturunan, seperti hipertensi

7. RIWAYAT SOSIAL
A. Yang mengasuh anak :
Orang tua : ayah dan ibu

B. Hubungan dengan anggota keluarga :


Anak ke 2 dari Tn Z dan Ny M

C. Hubungan dengan teman sebaya :


Keluarga px mengatakan sosial baik

D. Pembawaan secara umum :


Pasien sekarang tampak takut dan menangis

8. KEBUTUHAN DASAR
A. Makanan yang disukai/tidak disukai:
Makanan yang disukai : Makanan yang tidak disukai :
Telur dan tempe Ikan Gurame
Selera makan :
Waktu dirumah : Waktu di Rs :
Selalu habis porsinya tidak habis dan ada pantangannya

Alat makan yang digunakan :


Sendok dan piring
Jam makan :
Pagi siang dan Malam
B. Pola tidur :
Kebiasaan-kebiasaan sebelum tidur (apakah perlu mainan, perlu dibacakan cerita yang dibawa
tidur).
Kebiasaan sebelum tidur px dengan nonton video upin dan ipin
C. Mandi :
Dirumah : Di rs :
2x sehari diseka saja
D. Aktivitas/bermain :
Di rumah : Di RS :
Asyik bermain dengan temannya dan kaknya main hp dan nonton upin ipin

E. Eliminasi :
Di rumah : DI RS :
BAK 5x seharii BAK 3x sehari
BAB 1x sehari BAB -

9. KEADAAN KESEHATAN SAAT INI


A. Diagnosa Medis : Pertusis ( Batuk Rejan )

B. Tindakan operasi : Tidak ada tndakan operasi

C. Status nutrisi :
nafsu makan hilang, mual muntah
penurunan massa otot

D. Status hidrasi :
Turgor kulit buruk
E. Aktivitas :
Pasien hanya berbaring di tempat tidur ketika mau BAK memakai pisfot dan biasanya
ke kamar mandi diangkat sama ortunya

10. PEMERIKSAAN FISIK


A. Keadaan Umum :
KU pasien kesadaran composmentis,nafsu makan hilang, turgor kulit jelek

B. Tanda-tanda Vital : - Tekanan darah : 90/80 mmHg


- Nadi : 102 x/menit
- Respirasi Rate : 30 x/menit
- Suhu : 38,4  C

C. Tinggi badan : 125 Cm


Berat badan : 30 Kg

D. Kepala dan leher :


Inspeki dan palpasi
warna rambut hitam, tidak ada luka, tidak ada jejas, tidak ada pembengkakan,
persebaran rambut merata, kepala dan rambut bersih.

E. Pemeriksaan thorak / dada :


Inspeksi :
Bentuk dada normal
Pola nafas tidak teratur
Ada sekret ( iya ) Pada ICS 3 dan 4
Nyeri dada (tidak )
Auskultasi :
b)Suara Jantung: redup, S1, S2 tunggal, jelas; irama jantung iriguler
c)Suara napas : ronchi

F. Pemeriksaan Abdomen :
Inspeksi : Warna kulit sama dengan sekitarnya, perut datar, tidak buncit, tidak ada benjolan,
dan tidak terdapat massa.
Auskultasi : bising usus 25 x/menit
Perkusi : bunyi timpani
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan pada abdomen

G. Pemeriksaan genetalia dan anus :


Inspeksi
Kebersihan Bersih
Bentuk alat kelamin normal
Uretra normal

H. Punggung :
Tidak ada kelainan seperti lordosis, kifosis,skoliosis
I. Pemeriksaan Muskuluskeletal (Ekstremitas) :
tidak ada luka/jejas, warna kulit sama dengan sekitarnya,
Kemampuan pergerakan sendi normal/bebas
J. Pemeriksaan Integumen :
.kuku bersih, pendek, warna kulit sama dengan sekitarnya, tidak terdat nyeri tekan.
K. Pemeriksaan Neurologi :
Pusing +
Gangguan tidur +
Penglihatan mata : Anemia
Pendengaran : tidak ada kelainan
Penciuman : Tidak kelainan

11. LABORATORIUM
DARAH LENGKAP HASIL NORMAL
WBC 7.662 % 3.70 – 10.1%
Netrofil 5.1
Limfosit 1.8
Monosit 0.5
Eosinofil 0.1
Basofil 0.1
Neutrofil % 66.8 39.3 – 73.7%
Limfosit % 23.6 18.0 – 48.3 %
Monosit% 7.1 4.40 – 12.7 %
Eosinofil % 1.8 0.600 – 7.30 %
Basofil % 0.7 0.00 – 1.70 %
Eritrosit (RBC) 6.679 4.6 – 6.2
Hemoglobin 10.05 13.5 – 18.0
Hematocrit 56 40 – 54
MCV 90.96 81.1 – 96.0
MCH 26,5FI 27.0 – 31.2
MCHC 35.37 31.8 – 35.4
RDW L 9.15 11.5 – 14.5
PLT 222 115 – 366
MPV 9.093 6.90 – 10.6
FAAL HEMOSTASIS
APTT 30.00
Protombine Time 12.50
INR 0.91
KIMIA KLINIK
GDA - < 200

12. X – RAY
Adanya sekret di jalan pernafasan di ICS 3 dan 4
13. OBAT-OBATAN
Eradikasi bakteri :
Eritromisin 2 gram/hari
Klaritomisin 1 gram/hari
Azitromisin 10 mg/berat badan

14. PEMERIKSAAN TINGKAT PERKEMBANGAN


A. Adaptasi Sosial :
Waktu dirumah :
Mengambil Makan (L), Gosok Gigi tanpa bantuan(L), Berpakaian tanpa bantuan (L), Menyebut
nama teman (L)
DI RS : tidak mau
B. Bahasa :
Mengartikan 7 kata (l), menghitung 6 kubus (L), mengetahui 3 kata sifat (L),mengartikan 5 kata
(L), menyebut 4 warna (L)
C. Motorik Halus :
Menconyoh kotak (L), menggambar orang 6 bagian (L), mencontohkan kotak ditunujukakn (L),
mencontoh titik (L)
D. Motorik Kasar :
Berdiri satu kaki 5 detik (L), berjalan dengan tumit (L), dan melompat (L)

Kesimpulan dari pemeriksaan tumbuh kembang :


Perkembangan anak normal.

15. INFORMASI LAIN


Keluarga berharap pasien segera sembuh

Pare, 6 Oktober 2020

Tanda Tangan Perawat,

( Lutfi Nuril Anwar)


ANALISA DATA

Nama Pasien : An S
Umur : 4 Tahun
No. Register :123xxx

Analisa Masalah (P) Penyebab (E)


Ds : Bersihan jalan nafas 1. Brodetella Pertusis
 Keluarga pasien tidak efektif 2. Akumulasi sekret
(D.0001)
mengatakan px di saluran
batuk terus pernafasan
menerus 3. Obstruksi saluran
Do : pernafasan
 Terdapat sekret 4. Menurunnya
dijalan nafas fungsi pernafasan
 Tidak ada nyeri 5. Sesak nafas
dada 6. Bersihan jalan afas
tidak efektif

DS : Keluarga pasien Hipertermia 1. Brodetella Pertusis


mengatakan pasien 2. Respons panas
badannya panas 3. Respons infeksi
4. Hipertermia
DO :
Suhu kulit hangat
Suhu tubuh 38 C
DS : keluarga Defisit nutrisi 1. Brodetella pertusis
mengatakan Nafsu 2. Proses infeksi
3. Penurunan aktivitas
makan berkurang dan 4. Peningkatan
lemah metabolisme
DO : 5. Pemecahan
 Turgor kulit karbohidrat,protein,le
jelek mak
 Berat badan 6. Penurunan nafsu
turun 4 kg makan
 Porsi makan 7. Intake makanan
tidak habis menurun
8. Penurunan berat
bedan
9. Defisit nutrisi
DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN
Nama Pasien :An S
Umur :4 tahun
No. Register :123xxx

No. Tanggal Diagnosa Keperawatan


1 5-10-20 Bersihan jalan nafas tidak efektif

2 5-10-20 Hipertermia

3 5-10-20
Defisit Nutrisi
INTERVENSI KEPERAWATAN
(NURSING INTERVENTION CLASSIFICATION)

Diagnosa Keperawatan Definisi


Ketidakmampuan membersihkan sekretatau obstruksi
Bersihan jalan nafas
jalan nafas untuk mempertahankan jalan nafas tetap
tidak efektif
paten.

Intervensi keperawatan
yang disarankan untuk
menyelesaikan masalah

Melatih pasien yang tidak memiliki kemampuan batuk


1. Latihan batuk
secara efektif untuk membersihkan laring, trakea dan
efektif
bronkiolus, dari sekret atau benda asing di jalan nafas.
2. Managemen jalan
nafas Mengidentifikasi dan mengelola jalan nafas

3. Pemantauan
respirasi
Mengumulkan dan menganalisis data untuk memastikan
kepatnenan jalan nafas dan keefektifan pertukaran gas
Aktivitas-aktivitas
(rencana tindakan):
1. Manajemen a. Monitor pola nafas (frekuensi,kedalaman)
b. Monitor bunyi nafas tambahan
jalan nafas
c. Monitor sputum
d. Pertahankan kepatenan kalan nafas
e. Lakukan penghisapan lendir < 15 detik (suction)
f. Berikan oksigenasi
g. Pantau adanya tanda dan gejala sesak nafas
Observasi
2. Pemantauan - identifikasi kemampuan batuk
respirasi
- monitor adanya restensi sputum
- monitor tanda infeksi pernafasn
3. Latiham batuk
efektif - monitor input dan output cairan
Terapeutik
- Atur posisi semifowler

- Buang sekret pada tempat sputum


Edukasi
d. Jelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif
e. Anjurkan tarik nafas dalam melalui hidung selama 4
detik,ditahan selama 2 detik, kemudian keluarkan dari
mulut
f. Anjurkan batuk dengan kuat langsng setelah nafas
ditarik dalam
Kolaborasi
b. Kolaborasi pemberian muktilik atau ekspektoran.
INTERVENSI KEPERAWATAN
(NURSING INTERVENTION CLASSIFICATION)

Diagnosa Keperawatan Definisi


Hipertermia Pengaturan suhu tubuh agar rentang suhu tubuh
tetap normal

Intervensi keperawatan
yang disarankan untuk
menyelesaikan masalah

1. Manajemen Mengidentifikasi dan mengelola peningkatan suhu tubuh


Hipertermia akibat disfungsi termoregulasi
Aktivitas-aktivitas
(rencana tindakan):
1. Manajemen -Identifikasi penyebab hipertermia
Hipertermia -Monitor suhu tubuh
-Monitor kadar elektrolit
-Monitor he luaran urine
Terapeutik
-mnyediakan lingkungan yang dingin
-Hindarkan atau lepaskan pakaian
-Bahasa hidan kipas si permukaan tubuh
-Ganti linen setiap hari
-Berikan oksigen
Edukasi
-Anjurkan tira baring
Kolaborasi
-Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena
INTERVENSI KEPERAWATAN
(NURSING INTERVENTIONS CLASSIFICATION)
Definisi:

Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan


Defisit nutrisi metabolisme

Intervensi keperawatan
yang disarankan untuk
menyelesaikan masalah:

Managemen nutrisi Mengidentifikasi dan mengelola asupan nutrisi yang seimbang


Aktivitas-aktivitas
(rencana tindakan):

Managemen nutrisi Observasi


-Identifikasi status nutrisi
-Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
-Identifikasi makan yang disukai
-Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrisi
-Identifikasi perlunya menggunakan selang naso gestrek
-Monitor asupan makanan
-Monitor berat badan
-Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
Terapeutik
-Lakukan oral hygiene sebelum makan
-Fasilitasi pedoman diet
-Sajikan makanan dan su yang sesuai
-Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
-Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
-Berikan suplemen makanan
Edukasi
-Anjurkan posisi duduk
-Ajarkan diet yang di program kan
Kolaborasi
-Kolaborasi pemberian me dikasih sebelum makan
-kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori
dan jenis nutrisi yang dibutuhkan
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Diagnosa Tanggal, Jam Tindakan


Keperawatan
- BHSP
Bersihan 5/10/20
jalan nafas 08.00 - identifikasi kemampuan batuk
tidak efektif
- monitor adanya restensi sputum
08.15 - monitor tanda infeksi pernafasn
- monitor input dan output cairan
08.25
- Atur posisi semifowler
08.45
- Monitor pola nafas (frekuensi,kedalaman)
- Identifikasi frekuensi pola nafas
09.00 - Monitor bunyi nafas tambahan
- Memonitor TTV
09.15 TD: 110/90 mmHg
09.30
N : 102x/mnt
10.00 S : 36oC
RR: 30 x/mnt
10.15
- Monitor adanya produksi sputum
10.30 - Monitor adanya sumbatan jalan nafas
- Auskultasi bunyi nafas
- Atur interval waktu pemantauan
10.45
- Memonitor saturasi oksigen sp02 dan Co2
- Lakukan penghisapan lendir < 15 detik (suction
12.00 - Berikan oksigenasi
- Pantau adanya tanda dan gejala sesak nafas
- Memonitor TTV
TD: 110/80 mmHg
N : 90x/mnt
13.00
S : 36,7oC
RR: 28x/mnt
- Memberikan injeksi obat
Eritromisin 2 gram/hari
Klaritomisin 1 gram/hari
Azitromisin 10 mg/berat badan
- RL : 30 tpm
14.00
Memfasilitas istirahat dan tidur

EVALUASI KEPERAWATAN

Diagnosa Keperawatan : Bersihan Jalan nafas tidak efektif (D.0001)


Waktu (Tanggal, Jam) : 5-10-2020, jam 14.00

NOC (Nursing Outcomes Bersihan jalan nafas


Classification) (L.08066)
Definisi : Kemampian membersihkan sekret atau
obstruksi jalan nafas untuk
mempertahankan jalan nafas tetap paten.

Subyektif

Keluarga Px mengatakan px masih batuk2


keras

Obyektif
Skala Outcome:
 Pengeluaran sekret atau sputum 20 ml
 Nyeri dada (-)
- Batuk efektif, (2)
 Ttv : - Pola nafas, (3)
TD: 120/80 mmHg - Ronchi , (2)
N : 100x/mnt
S : 37oC
RR: 29x/mnt

Assesment (Pengkajian lanjutan)

Masalah belum teratasi

Planning (NIC)

Lanjutkan intervensi:
1. Managemen jalan nafas
2. Latiahn batuk efektif

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Diagnosa Tanggal, Jam Tindakan


Keperawatan
- BHSP
Bersihan 6/10/20
jalan nafas 08.00 - identifikasi kemampuan batuk
tidak efektif
- monitor adanya restensi sputum
- monitor tanda infeksi pernafasn
08.15
- monitor input dan output cairan
08.25
- Atur posisi semifowler
08.45 - Monitor pola nafas (frekuensi,kedalaman)
- Identifikasi frekuensi pola nafas
- Monitor bunyi nafas tambahan
09.00
- Memonitor TTV
09.15 TD: 120/90 mmHg
09.30 N : 102x/mnt

10.00 S : 36,5oC
RR: 31 x/mnt
10.15
- Monitor adanya produksi sputum
10.30 - Monitor adanya sumbatan jalan nafas
- Auskultasi bunyi nafas
- Atur interval waktu pemantauan
10.45
- Memonitor saturasi oksigen sp02 dan Co2
- Lakukan penghisapan lendir < 15 detik (suction
- Berikan oksigenasi
12.00
- Pantau adanya tanda dan gejala sesak nafas
- Memonitor TTV
TD: 110/80 mmHg
N : 90x/mnt
13.00 S : 36,7oC
RR: 28x/mnt
- Memberikan injeksi obat
Eritromisin 2 gram/hari
Klaritomisin 1 gram/hari
Azitromisin 10 mg/berat badan
- RL : 30 tpm
14.00 Memfasilitas istirahat dan tidur
EVALUASI KEPERAWATAN

Diagnosa Keperawatan : Bersihan Jalan nafas tidak efektif (D.0001)


Waktu (Tanggal, Jam) : 6-10-2020, jam 14.00

NOC (Nursing Outcomes Bersihan jalan nafas


Classification) (L.08066)

Definisi : Kemampian membersihkan sekret atau


obstruksi jalan nafas untuk
mempertahankan jalan nafas tetap paten.

Subyektif

Keluarga Px mengatakan px sudah tidak


batuk2

Obyektif
Skala Outcome:
 Pengeluaran sekret atau sputum 25 ml
 Nyeri dada (-)
- Batuk efektif, (5)
 Ttv : - Pola nafas, (5)
TD: 120/80 mmHg - Ronchi , (5)
N : 100x/mnt
S : 37oC
RR: 29x/mnt

Assesment (Pengkajian lanjutan)

Masalah belum teratasi

Planning (NIC)

Lanjutkan intervensi:
3. Managemen jalan nafas
4. Latiahn batuk efektif

DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN


Nama Pasien :An S
Umur :4 tahun
No. Register :123xxx

No. Tanggal Diagnosa Keperawatan


1 5-10-20 Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif

2 5-10-20 Hipertermia

3 5-10-20 Defisi Nutrisi


IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Diagnosa Tanggal, Jam Tindakan


Keperawatan
- BHSP
Hipertermia 5/10/20
-Identifikasi penyebab hipertermia
08.00
-Monitor suhu tubuh
-Monitor kadar elektrolit
-Monitor he luaran urine
- Memonitor TTV
08.15
TD: 100/80 mmHg
N : 102x/mnt
08.25
S : 38,7oC
RR: 30x/mnt
08.45
-mnyediakan lingkungan yang dingin
-Hindarkan atau lepaskan pakaian
09.00
-Bahasa hidan kipas si permukaan tubuh
09.15
09.30
-Ganti linen setiap hari
-Berikan oksigen
10.00
-Anjurkan tira baring
10.15
-Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit
10.30
intravena
-
- Memonitor TTV
10.45
TD: 110/90 mmHg
N : 100x/mnt
12.00
S : 38,5oC
RR: 29x/mnt
- Memberikan injeksi obat
- RL : 30 tpm
13.00 - Dexa metson : 3x 1 amp
- Ceticolin : 3x 1 amp
- Cefotaxim : 2x1 gr
Memfasilitas istirahat dan tidur

14.00

EVALUASI KEPERAWATAN

Diagnosa Keperawatan : Hipertermia(D.0017)


Waktu (Tanggal, Jam) : 5-10-2020, jam 14.00

NOC (Nursing Outcomes Termogulasi


Classification) (L.08066)

Definisi : Pengaturan suhu tubuh agar tetap persada


pada rentang normal

Subyektif

Keluarga Px mengatakan px badannya


masih panas

Obyektif Skala Outcome:

 Suhu tubuh 38
 Menggigil, suhu kulit hangat - Suhu kulit, (3)
 Ttv : - Suhu tubuh, (3)
TD: 100/80 mmHg -
N : 100x/mnt
S : 38,2oC
RR: 30x/mnt

Assesment (Pengkajian lanjutan)

Masalah belum teratasi

Planning (NIC)

Lanjutkan intervensi:
1. Management hipertermia

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Diagnosa Tanggal, Jam Tindakan


Keperawatan
- BHSP
Hipertermia 5/10/20
-Identifikasi penyebab hipertermia
08.00
-Monitor suhu tubuh
-Monitor kadar elektrolit
-Monitor he luaran urine
- Memonitor TTV
08.15
TD: 100/80 mmHg
N : 102x/mnt
08.25
S : 38,7oC
RR: 30x/mnt
08.45
-mnyediakan lingkungan yang dingin
-Hindarkan atau lepaskan pakaian
09.00
-Bahasa hidan kipas si permukaan tubuh
09.15
09.30
-Ganti linen setiap hari
-Berikan oksigen
10.00
-Anjurkan tira baring
10.15
-Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit
10.30
intravena
-
10.45 - Memonitor TTV
TD: 110/90 mmHg
12.00 N : 100x/mnt
S : 38,5oC
RR: 29x/mnt
- Memberikan injeksi obat
- RL : 30 tpm
13.00
- Dexa metson : 3x 1 amp
- Ceticolin : 3x 1 amp
- Cefotaxim : 2x1 gr

Memfasilitas istirahat dan tidur

14.00

EVALUASI KEPERAWATAN

Diagnosa Keperawatan : Hipertermia(D.0017)


Waktu (Tanggal, Jam) : 5-10-2020, jam 14.00
NOC (Nursing Outcomes Termogulasi
Classification) (L.08066)

Definisi : Pengaturan suhu tubuh agar tetap persada


pada rentang normal

Subyektif

Keluarga Px mengatakan px badannya


sudah tidak panas

Obyektif Skala Outcome:

 Suhu tubuh 36
 suhu kulit hangat - Suhu kulit, (5)
 Ttv : - Suhu tubuh, (5)
TD: 100/80 mmHg -
N : 100x/mnt
S : 36,2oC
RR: 30x/mnt

Assesment (Pengkajian lanjutan)

Masalah sudah teratasi

Planning (NIC)

Intervensi dihentikan

DEFISIT NUTRISI

Diagnosa Tanggal, Jam Tindakan


Keperawatan
- BHSP
defisit nutrisi 5/10/20
08.00 - Memonitor TTV
TD: 90/80 mmHg
N : 80x/mnt
08.15 S : 36oC
RR: 30x/mnt
08.25

08.45 -Identifikasi status nutrisi

-Identifikasi alergi dan intoleransi makanan


09.00 -Identifikasi makan yang disukai

-Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrisi


10.00

10.15 -Identifikasi perlunya menggunakan selang naso


gestrek

10.30
-Monitor asupan makanan
-Monitor berat badan

12.00
- Monitor tandat-tanda vital
- Memonitor TTV

13.00 TD: 100/90 mmHg


N : 80x/mnt
S : 36,9oC

14.00 RR: 29x/mnt

-Memfasilitas istirahat dan tidur


EVALUASI KEPERAWATAN
Diagnosa Keperawatan : defisit nutrisi (nutrisi kurang dari kebutuhan)
Waktu (Tanggal, Jam) : 5-10-2020, jam 14.00
NOC (Nursing Outcomes Status nutrisi (L.14125)
Classification)

Definisi : Keadekuatn asupan nutrisi untuk memenuhi


kebutuhan metabolisme

Subyektif

Keluarga Px mengatakan tidak mau


makan dan mual kadang muntah

.
Obyektif Skala Outcome:

Lemah
- Berat badan, (3)
Turgor kulit jelek - Nafsu makan (3)
Berat badan turun 3 kg - porsi dihabiskan,(3)
 Ttv :
TD: 90/80 mmHg
N : 80x/mnt
S : 36oC
RR: 29x/mnt

Assesment (Pengkajian lanjutan)

Masalah belum teratasi

Planning (NIC)

Lanjutkan intervensi:
Managemen nutr

Diagnosa Tanggal, Jam Tindakan


Keperawatan
- BHSP
defisit nutrisi 6/10/20
- Memonitor TTV
08.00
TD: 100/80 mmHg
N : 80x/mnt

08.15 S : 36oC
RR: 30x/mnt
08.25
-Identifikasi status nutrisi
08.45
-Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
09.00 -Identifikasi makan yang disukai

-Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrisi


10.00

10.15 -Identifikasi perlunya menggunakan selang naso


gestrek

10.30

-Monitor asupan makanan


-Monitor berat badan

12.00
- Monitor tandat-tanda vital
- Memonitor TTV
13.00 TD: 100/90 mmHg
N : 80x/mnt
S : 36,9oC
14.00 RR: 29x/mnt

-Memfasilitas istirahat dan tidur


EVALUASI KEPERAWATAN
Diagnosa Keperawatan : defisit nutrisi
Waktu (Tanggal, Jam) : 6-10-2020, jam 14.00
NOC (Nursing Outcomes Status nutrisi (L.14125)
Classification)

Definisi : Keadekuatn asupan nutrisi untuk memenuhi


kebutuhan metabolisme

Subyektif

Keluarga Px mengatakan tidak mau


makan dan mual kadang muntah

.
Obyektif Skala Outcome:

Lemah
- Berat badan, (5)
Turgor kulit jelek - Nafsu makan (5)
Berat badan naik 2 kg - porsi dihabiskan,(5)
 Ttv :
TD: 90/80 mmHg
N : 80x/mnt
S : 36oC
RR: 29x/mnt
Assesment (Pengkajian lanjutan)

Masalah sudah teratasi

Planning (NIC)

Intervensi dihentikan

SATUAN ACARA PENYULUHAN


PADA PASIEN PERTUSIS(BATUK REJAN)
DI RS Ngudi Waluyo
DISUSUN OLEH :
Muhammat Lutfi nuril Anwar
201803037

STIKES KARYA HUSADA KEDIRI


TAHUN AKADEMIK
2019/2020

LEMBAR PENGESAHAN

Satuan Acara Penyuluhan ini dibuat dalam rangka memenuhi Tugas Promosi
Kesehatan pada tanggal 27 Oktober 2020 oleh mahasiswa Prodi D3 Keperawatan
STIKES KARYA HUSADA KEDIRI :

Nama : Muhammat lutfi nuril anwar


NIM : 201803037
Judul : SAP Pertusis
Sasaran : pasien Rs Ngudi Waluto

Satuan Acara Penyuluhan ini disetujui oleh :

Mengetahui
Pembimbing Institusi Mahasiswa

( Muhammat Lutfi Nuril Anwar)


(Enur Nurhayati M, SST.M.Kes) ( NIM 201803037)

ATUAN ACARA PENYULUHAN


KESEHATAN TENTANG PERTUSIS DI RS NGUDI WALUYO BLITAR

Topik : Pertusis
Sub Topik :Mengenal danMemahami tentang Pertusis
Sasaran : Pasien pertusis
Tempat : RS Ngudi waluyo Blitar
Hari/Tanggal : 8 Oktober 2020
Penyuluh : Lutfi nuril anwar

1. Topik
“Pertusis (Batuk Rejan)”

2. Sub Topik
“Menngenal dan Memahami Tentanng Pertusis”

A. Tujuan
a. Tujuan Instruksional Umum
Setelah diberikan penyuluhan selama+30 menit diharapkan peserta
Mampu memahami tentang Pertusis.
b. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan diharapkan peserta mampu:
1) Menjelaskan Pengertian Pertusis.
2) Menjelaskan Penyebab Pertusis.
3) Menyebutkan Penyebaran Pertusis.
4) Menyebutka Tanda Gejala Pertusis.
5) Menyebutkan Komplikasi Pertusis.
6) Menjelaskan Pencegahan Pertusis.

B. Tempat
RS Ngudi Waluyo Blitar

C. Waktu
Kegiatan penyuluhan dilakukan pada :
Hari/tanggal :5 Oktober 2020
Waktu : Pukul 16.00 WIB

D. Sasaran
a. Peserta : keluarga di RS Ngudi Waluyo
b. Jumlah : - orang

E. Metode
Metode yang digunakan adalah ceramah dan diskusi.

F. Media
Media yang digunakan adalah leaflet dan power point. Alat yang digunakan adalah LCD
dan leptop

G. Pengorganisasian :
Penyuluh : Lutfi Nuril Anwar
H. Kegiatan penyuluhan
Tahap Waktu KegiatanPenyuluhan KegiatanPeserta Media
Kegiatan
Pendahuluan 5menit 1. Memperkenalkan diri 1. Mendengar kan Leaflet
dan
2. Memberikan penjelasan memperhatikan
mengenai topik penyuluhan
kepada peserta 2. Mendengarkan
3. Menanyakan kepada peserta dan
apakah ada yang sudah tahu memperhatikan
atau belum tentang Pertusis 3. Menjawab
(Batuk Rejan). pertanyaan yang
diajukan penyaji
Penyajian 15 menit 1. Penyuluhan Leaflet
a. Menjelaskan 1. Mendengarkandan
PengertianPertusis. memperhatikan
b. Menjelaskan Penyebab
Pertusis. 2. Mendengarkandan
c. Menyebutkan memperhatikan
Penyebaran Pertusis.
d. MenyebutkaTanda 3.Mendengarkandanm
Gejala Pertusis. emperhatikan
e. Menyebutkan
Komplikasi Pertusis. 4. Mendengarkandan
f. Menjelaskan memperhatikan
Pencegahan Pertusis.
2. Diskusi dan Tanya
jawab

Penutup 10 menit 1. Melakukan evaluasi dengan 1. Memperhatikan Leaflet


cara menanyakan kepada dan menjawab
peserta mengenai Pertusis. pertanyaan
2. Memberikan re inforcement
kepada peserta yang 2. Mendengarkan dan
menjawab pertanyaan memperhartikan
3. Menyimpulkan materi yang
telah disampaikan 3. Mendengarkan dan
4. Mengakhiri kegiatan dengan memperhatikan
salam
4. Mendengarkan dan
memperhatikan
I. KriteriaEvaluasi
a. Evaluasi struktur :penyuluh dating sebelum waktu yang ditetapkan untuk mempersiapkan kegiatan
penkes. Peserta telah siap untuk dilaksanakannya penkes.
b. Evaluasi proses :Pelaksanaan penyuluhan berjalansesuairencana.Peserta antusias mendengarkan
materi penkes dan menjawab pertanyaan yang diajukan penyaji. Penyuluhan dimulai tepat waktu.
c. Evaluasi hasil :
1) Peseta dapat memahami tentang Pertusis.
2) Pesertadapat mengajukan pertanyaandan mampumenjawab pertanyaan yang diajukanpenyaji.
3) 80% pertanyaan yang diajukan dapat dijawab dengan benarolehpeserta. Pertanyaan yang akan
diajukan berupa :
a. Menjelaskan PengertianPertusis.
b. MenjelaskanPenyebabPertusis.
c. MenyebutkanPenyebaranPertusis.
d. MenyebutkaTandaGejalaPertusis.
e. MenyebutkanKomplikasiPertusis.
f. MenjelaskanPencegahanPertusis.

J. Materi Penyuluhan :

 Pengertian Batuk Rejan (pertusis)

Nama lain dari Batuk Rejan yaitu pertusis, batuk 100 hari, batuk anjing, whooping cough dan

tussis quinta. Batuk Rejan yaitu merupakan penyakit infeksi akut pada saluran pernapasan yang sangat

menular, ditandai oleh suatu sindrom yang terdiri dari batuk yang bersifat spasmodik (penyempitan

saluran pernapasan) dan paroksimal (kekambuhan/parahnya gejala secara tiba-tiba) yang disertai nada

yang meninggi, karena penderita berupaya keras untuk menarik napas sehingga pada akhir batuk

sering disertai bunyi khas (whoop) sehingga penyakit ini disebut whooping cough.  Penyakit ini

terutama menyerang pada anak-anak yang berusia dibawah umur 5 tahun, akan tetapi bisa menyerang

pada semua umur, mulai dari bayi sampai dewasa. Batuk ini sifatnya  lama dan khas, selain itu

biasanya disertai suara batuk gonggong atau suara melengking dan dapat berlangsung cukup lama

sekitar 6 minggu atau lebih.

2.      Penyebab (etiologi)

Batuk Rejan (pertusis) disebabkan oleh bakteri bordetella pertussis (haemophilus pertussis),

yang merupakan  suatu batang gram-negatif dan terkadang disebabkan oleh bordetella parapertussis.

Bakteri bordetella parapertusis menyebabkan parapertusis, yaitu penyakit sejenis batuk rejan (pertusis)

yang gejalanya lebih ringan dan biasanya menyerang pada anak usia sekolah dan relatif jarang terjadi.

Perbedaan kedua penyakit tersebut adalah dalam hal pemeriksaan kultur, biokimia, dan tes imunologi.

Bakteri inilah yang akan menempel pada silia epitel saluran pernapasan, sehingga akan fungsi silia
menjadi terganggu sehingga aliran mukus atau lendir atau sekret terhambat dan terjadi pengumpulan

sekret. Hal inilah yang mengganggu / menyumbat saluran pernapasan.

3.      Penyebaran

            Batuk rejan dapat ditularkan melalui udara secara :

a.   Droplet (percikan) dari orang ke orang ketika batuk, bersin, atau berbicara.

b.                   Bahan droplet

c.                   Memegang benda-benda yang terkontaminasi dengan sekret atau riak.

4.      Tanda dan gejala

Batuk rejan merupakan toxin-mediated disease, yaitu toksinnya/racun melekat dan melumpuhkan

bulu getar saluran nafas (silia). Hal ini akan mengganggu aliran sekret/riak. Sehingga akan terjadi batuk

terus-menerus yang diakhiri dengan whoop (inspirasi/menghirup nafas panjang dan melengking) yang

bisa berlangsung 1-10 minggu. Gejala dan tanda pertama dari batuk rejan muncul sesudah 7-14 hari atau

disebut juga masa inkubasi/masa tunas. Batuk rejan berlangsung dalam 3 stadium dengan masing-

masing stadium berakhir 2 minggu, yang meliputi:

a.                   Stadium kataralis, lamanya 1-2 minggu

Pada permulaan hanya batuk-batuk ringan, terutama pada malam hari dimana batu kini semakin

lama semakin bertambah berat dan terjadi serangan pada malam hari .Gejala lainnya adalah flu/pilek

serak dan anoreksia.Stadium ini menyerupai influenza.

b.                   Stadium spasmodic, lamanya 2-4 minggu

Batuk semakin bertambah berat dan terjadi paroksimal ditandai batuk yang berbunyi nyaring dan

terdengar menarik nafas pada akhir serangan batuk.Penderita tampak berkeringat, pembuluh darah leher

dan muka melebar. Batuk yang sedemikian beratnya sehingga penderita tampak gelisah.Pada awal nya

anak yang terinfeksi terlihat seperi terkena flu biasadenganhidungmengeluarkan lender.Mata berair,

bersin, demam dan batuk ringan. Batuk inilah yang menjadi parah dan sering. Batuk akan semakin

panjang dan seringkali berakhir dengan suara seperti orang menarik nafas (melengking).penderita akan

berubah menjadi biru karena tidak mendapatkan oksigen yang cukup selama rangkaian batuk. Pada

waktu serangan batuk, anak-anak bisa terkencing-kencing, mata terlihat seperti perdarahan sub

konjungtiva dan epistaksis (perdarahan pada hidung). Selamamasapenyembuhan,

batukakanberkurangsecarabertahap.

c.                   Stadium konvalesensi/penyembuhan, lamanya kira-kira 4-6 mingguBeratnya

serangan batuk berkurang, begitu juga muntah. Dan nafsu makan pun timbul kembali.Infeksi semacam

“common cold” dapat menimbulkan serangan batuk lagi.

 
5.      Kompilkasi

a.       Pneumonia, terkadang sebagian lendir  yang kental menyumbat salah satu bronkus kecil pada

anak sehingga dapat menyebabkan pneumonia. Jika tidak diobati dengan tepat, dapat terjadi

kerusakan paru yang menetap.

b.     Malnutrisi, lamanya penyakit ini disertai muntah-muntah akan menyebabkan penurunan berat

badan anak. Jika anak sudah mulai kurang gizi ketika terserang batuk rejan, mungkin menjadi

sangat kurang gizi setelah 2-3 bulan menderita penyakit ini.

c.       Kejang, terkadang anak menjadi kejang pada akhir rangkaian batuk tersebut. Jika terjadi kejang,

berikan paraldehid. Hal ini terjadi akibat ketidakseimbangan cairan elektrolit akibat muntah-

muntah dan kadang-kadang terdapat kongesti dan edema otak, mungkin dapat pula terjadi

perdarahan otak. Bisa juga diakibatkan karena hipoksia dan anoksia akibat penghentian pernapasan

yang lama.

d.      Gagal jantung, terkadang dapat terjadi gagal jantung pada batuk rejan yang berat.

e.       Batuk yang hebat(berhubungan dengan tekanan) dapat menyebabkan perdarahan hidung

(epistaksis), ulkus di bawah lidah/ ujung lidah karena tergosok pada gigi atau tergigit pada waktu

serangan batuk , perdarahan subkonjungtiva, edema pada kelopak mata, prolaps rectum akibat dari

diare.

f.       Batuk rejan akan memperburuk tuberkulosis primer karena daya tahan tubuhnya terhadap

tuberkulosisn sangat menurun, sehingga akan memperburuk.  

6.      Pencegahan

           Berikut beberapa petunjuk untuk mencegah penyebaran batuk rejan (pertusis) :

a.       Pencegahan utama dari pertusis (batuk rejan) yaitu Imunisasi pada usia 2, 4, 6, dan 18 bulan dan

4-6 tahun. Vaksin yang direkomendasikan  adalah 3 dosis vaksin yang mengandung suspensi

bakteri yang telh dimatikan, biasanya dikombinasikan dengan diphtheria dan tetanus toxoid yang

diserap dalam garam aluminium (vaksin absorbs diphtheria dan tetanus toxoid dan pertusis, USP,

DPT, DTwPatauDTaP). Pada bayiusia 2 minggu diberikan imunisasi sebanyak tiga kali, dengan

interval empat minggu. Vaksinasi tidak boleh diberikan kepada anak-anak berumur 6 tahun ke atas

karena dapat menyebabakan demam yang parah. Sehingga diharapkan kemingkinan terinfeksi

pertusi s akan semakin rendah dengan diberikannya imunisasi, dan gejala penyakit pun tidakakan

seberat kalautan padi berikan imunisasi.

b.      Isolasi, jagalah penderita batuk rejan jauh dari anak-anak. Anak yang baru sembuh dari batuk

rejan, tidak boleh kembali bersekolah sampai 3 minggu setelah dimulai batuk dengan “whoop”.
c.       Melakukan penyuluhan kepada masyarakat terutama orangtua bayi, meliputi pendidikan

bahayanya penyakit ini serta keuntungan imunisasi pertama pada anak berusia tidak lebih dari dua

bulan.
BATUK REJAN APA
APA ITU
ITU PERTUSIS
PERTUSIS
(PERTUSIS) (BATUK
(BATUK REJAN).....?
REJAN).....?

Disusun Oleh :
Batuk Rejan/ Pertusis yaitu
Muhammat Lutfi Nuril Anwar
Nim : 201803037
merupakan penyakit infeksi akut
pada saluran pernapasan yang
sangat menular, ditandai oleh suatu
sindrom yang terdiri dari batuk
yang bersifat spasmodik
(penyempitan saluran pernapasan)
dan paroksimal
PROGRAM STUDI D3 (kekambuhan/parahnya gejala
KEPERAWATAN secara tiba-tiba)
STIKES KARYA HUSADA KEDIRI
TAHUN 2019/2020
PENYEBAB DAN
PENYEBAB TANDA GEJALA NYA
PENYEBAB
APA APA
APA SIH...?
SIH...?

Batuk rejan dapat ditularkan melalui udara


Batuk Rejan (pertusis) secara :
disebabkan oleh bakteri a.   Droplet (percikan) dari orang ke orang
bordetella pertussis ketika batuk, bersin, atau berbicara.
(haemophilus pertussis), yang b.  Bahan droplet
merupakan  suatu batang gram- c.  Memegang benda-benda yang
negatif dan terkadang terkontaminasi dengan sekret atau riak.
disebabkan oleh bordetella TANDA DAN GEJALA
parapertussis Batuk rejan merupakan toxin-mediated
disease, yaitu toksinnya/racun melekat dan
melumpuhkan bulu getar saluran nafas (silia).
Stadium kataralis, lamanya 1-2
minggu
Stadium spasmodic, lamanya 2-4
minggu
Stadiumkonvalesensi/penyembuhan,
lamanya kira-kira 4-6
PENCEGAHAN
PENCEGAHAN
KOMPLIKA
SI

KOMPLIKASI DARI BATUK 1.Pencegahan utama dari pertusis


REJAN JIKA TIDAK SEGERA (batuk rejan) yaitu
DITANGANI IMUNISASI DPT
Merupakan imunisasi yang digunakan
Pneumonia. untuk mencegah terjadinya penyakit
Malnutrisi. diphteri,pertussis dan tetanus.
Efek samping pada DPT mempunyai efek
Kejang. ringan dan efek berat, efek ringan seperti
Gagal jantung. pembengkakan dan nyeri pada tempat
Batuk yang hebat. penyuntikan, demam sedangkan efek
Batuk rejan akan berat dapat menangis hebat kesakitan
memperburuk tuberkulosis kurang lebih 4 jam, kesadaran menurun, t
primer.

Anda mungkin juga menyukai