Disusun Oleh :
MUHAMMAT LUTFI NURIL ANWAR
NIM.201803037
PRODI D3 KEPERAWATAN
STIKES KARYA HUSADA KEDIRI
TAHUN AJARAN 2019/2020
Lembar Pengesahan
Laporan penugasan UAP di Rumah Sakit Ngudi Waluyo Wlingi pada tanggal 2 September 2020 -17
oktober 2020 di Ruang Perawatan telah diperiksa,dievaluasi dan disetujui pembimbing Ruang
Perawatan Blitar, serta dosen pembimbing akademik program studi D3 Keperawtan Stikes Karya
Husada Kediri.
Mengetahui
A. Definisi
Pertumbuhan merupakan bertambahbjumlah dan besarnya sel di seluruh bagian tubuh yang
secara kuantitatif dapat diukur, sedangkan perkembangan merupakan bertambah sempurnanya
fungsi alat tubuh yang dapat dicapai melalui tumbuh kematangan dan belajar (Wong, 2000)
Secara umum pertumbuhan dan perkembangan memiliki beberapa prinsip dalam prosesnya.
Prinsip tersebut dapat menentukan ciri atau pola dari pertumbuhan dan perkembangan setiap
anak. Prinsip-prinsip tersebut antara lain sebagai berikut.
1. Proses pertumbuhan dan perkembangan sangat bergantung pada aspek kematangan susunan
saraf pada manusia, di mana semakin sempurna atau kompleks kematangan saraf maka
semakin sempurna pula proses pertumbuhan dan perkembangan yang terjadi mulai dari proses
konsepsi sampai dengan dewasa.
2. Proses pertumbuhan dan perkembangan setiap individu adalah sama, yaitu mencapai proses
kematangan, meskipun dalam proses pencapaian tersebut tidak memiliki kecepatan yang sama
antara individu yang satu dengan yang lain.
3. Proses pertumbuhan dan perkembangan memiliki pola khas yang dapat terjadi mulai dari
kepala hingga ke seluruh bagian tubuh atau juga mulai dari kemampuan yang sederhana
hingga mencapai kemampuan yang lebih kompleks sampai mencapai kesempurnaan dari
tahap pertumbuhan dan perkembangan (Narendra, 2002).
Pola ini memiliki dua prinsip atau hukum perkembangan, yaitu prinsip cephalocaudal dan
prinsip proximodistal
a. Cephalocaudal atau head to fail direction (dari arah kepala kemudian ke kaki). Pola
pertumbuhan dan perkembangan ini dimulai dari kepala yang ditandai dengan perubahan
ukuran kepala yang lebih besar, kemudian berkembang kemampuan untuk menggerakkan
lebih cepat dengan menggelengkan kepala dan dilanjutkan ke bagian ekstremitas bawah
lengan, tangan, dan kaki. Hal tersebut merupakan pola searah dalam pertumbuhan dan
perkembangan
b. Proximodistal atau near for direction. Pola ini dimulai dengan menggerakkan anggota
gerak yang paling dekat dengan pusat sumbu tengah kemudian menggerakkan anggota
gerak yang lebih jauh atau ke arah bagian tepi, seperti menggerakkan bahu terlebih
dahulu lalu jari-jari. Hal tersebut juga dapat dilihat pada perkembangan berbagai organ
yang ada
di tengah, seperti jantung, paru, pencernaan, dan yang lain akan lebih dahulu mencapai
kematangan.
2. Pola perkembangan dari umum ke khusus
Pola ini dikenal dengan nama pola mass to specific atau to complex. Pola pertumbuhan dan
perkembangan ini dapat dimulai dengan menggerakkan daerah yang lebih umum (sederhana)
dahulu baru kemudian daerah yang lebih kompleks (khusus), seperti melambaikan tangan
kemudian baru memainkan jarinya atau menggerakkan lengan atas, bawah telapak tangan
sebelum menggerakkan jari tangan atau menggerakkan badan atau tubuhnya sebelum
mempergunakan kedua tungkainya untuk menyangga, melangkah dan/atau mampu berjalan
3. Pola perkembangan berlangsung dalam tahapan perkembangan
Pola ini mencerminkan ciri khusus dalam setiap tahapan perkembangan yang dapat digunakan
untuk mendeteksi perkembangan selanjutnya, seperti seorang anak pada usia empat tahun
mengalami kesulitan dalam berbicara atau mengemukakan sesuatu, atau terbatas dalam
perbendaharaan kata, maka dapat diramalkan akan mengalami kelambatan pada seluruh aspek
perkembangan. Pada pola ini tahapan perkembangan dibagi menjadi lima bagian yang
tentunya memiliki prinsip atau ciri khusus dalam setiap perkembangannya sebagai berikut.
a. Masa pralahir, terjadi pertumbuhan yang sangat cepat pada alat dan jaringan tubuh.
b. Masa neonatus, terjadi proses penyesuaian dengan kehidupan di luar rahim dan hampir
sedikit aspek pertumbuhan fisik dalam perubahan.
c. Masa bayi, terjadi perkembangan sesuai dengan lingkungan yang mempengaruhinya serta
memiliki kemampuan untuk melindungi dan menghindar dari hal yang mengancam
dirinya.
d. Masa anak, terjadi perkembangan yang cepat dalam aspek sifat, sikap, minat, dan cara
penyesuaian dengan lingkungan, dalam hal ini keluarga dan teman sebaya.
e. Masa remaja, terjadi perubahan ke arah dewasa sehingga kematangan ditandai dengan
tanda-tanda pubertas
Proses kematangan dan belajar selalu memengaruhi perubahan dalam perkembangan anak.
Terdapat saat yang siap untuk menerima sesuatu dari luar untuk mencapai proses kematangan.
Kematangan yang dicapainya dapat disempurnakan melalui rangsangan yang tepat, masa
itulah dikatakan sebagai masa kritis yang harus dirangsang agar mengalami pencapaian
perkembangan selanjutnya melalui proses belajar.
1. Dalam pertumbuhan akan terjadi perubahan ukuran dalam hal bertambahnya ukuran fisik,
seperti berat badan, tinggi badan, lingkar kepala, lingkar lengan, lingkar dada, dan lain-lain.
2. Dalam pertumbuhan dapat terjadi perubahan proporsi yang dapat terlihat pada proporsi fisik
atau organ manusia yang muncul mulai dari masa konsepsi hingga dewasa.
3. Pada pertumbuhan dan perkembangan terjadi hilangnya ciri-ciri lama yang ada selama masa
pertumbuhan, seperti hilangnya kelenjar timus, lepasnya gigi susu, atau hilangnya refleks
refleks tertentu.
4. Dalam pertumbuhan terdapat ciri baru yang secara perlahan mengikuti proses kematangan
seperti adanya rambut pada daerah aksila, pubis, atau dada.
Perkembangan memiliki ciri-ciri sebagai berikut.
1. Perkembangan selalu melibatkan proses pertumbuhan yang diikuti dari perubahan fungsi,
seperti perkembangan sistem reproduksi akan diikuti perubahan pada fungsi alat kelamin.
2. Perkembangan memiliki pola yang konstan dengan hukum tetap, yaitu perkembangan dapat
terjadi dari daerah kepala menuju ke arah kaudal atau dari bagian proksimal kebagian distal.
3. Perkembangan memiliki tahapan yang berurutan mulai dari kemampuan melakukan hal yang
sederhana menuju kemampuan melakukan hal yang sempurna.
4. Perkembangan setiap individu memiliki kecepatan pencapaian perkembangan yang berbeda.
1. Faktor Herediter
Faktor herediter merupakan faktor yang dapat diturunkan sebagai dasar dalam mencapai
tumbuh kembang anak di samping faktor-faktor lain. Faktor herediter meliputi bawaan, jenis
kelamin, ras, dan suku bangsa. Faktor ini dapat ditentukan dengan intensitas, kecepatan dalam
pembelahan sel telur, tingkat sensitivitas jaringan terhadap rangsangan, usia pubertas, dan
berhentinya pertumbuhan tulang.
2. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan merupakan faktor yang memegang peranan penting dalam menentukan
tercapai dan tidaknya potensi yang sudah dimiliki. Faktor lingkungan ini dapat meliputi
lingkungan prenatal (yaitu, lingkungan dalam kandungan) dan lingkungan postnatal (yaitu,
lingkungan setelah bayi lahir).
a. Lingkungan Prenatal
Lingkungan mekanis adalah segala hal yang memengaruhi janin atau posisi janin
dalam uterus.
Hal ini berkaitan dengan penggunaan obat-obatan, alkohol, atau kebiasaan merokok
oleh ibu hamil.
- Hormonal
Selain Faktor lingkungan intrauteri terdapat lingkungan setelah lahir yang juga dapat
memengaruhi tumbuh kembang anak, seperti budaya lingkungan, sosial ekonomi
keluarga, nutrisi, iklim atau cuaca, olahraga, posisi anak dalam keluarga, dan status
kesehatan.
1) Budaya lingkungan
Budaya lingkungan dalam hal ini adalah budaya di masyarakat yang memengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan anak. Budaya lingkungan dapat menentukan
bagaimana seseorang atau masyarakat mempersepsikan pola hidup sehat, hal ini dapat
terlihat apabila kehidupan atau perilaku mengikuti budaya yang ada sehingga
kemungkinan besar dapat menghambat dalam aspek pertumbuhan dan perkembangan.
Sebagai contoh, anak yang dalam usia tumbuh kembang membutuhkan makanan yang
bergizi, namun karena terdapat adat atau budaya tertentu yang melarang makan dalam
masa tertentu padahal makanan tersebut dibutuhkan untuk perbaikan gizi, maka tentu
akan mengganggu atau menghambat masa tumbuh kembang.
2) Status sosial ekonomi
Status sosial ekonomi juga dapat memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak.
Anak dengan keluarga yang memiliki sosial ekonomi tinggi umumnya pemenuhan
kebutuhan gizinya cukup baik dibandingkan dengan anak dengan sosial ekonomi
rendah. Demikian juga dengan anak berpendidikan rendah, tentu akan sulit untuk
menerima arahan dalam pemenuhan gizi dan mereka sering tidak mau atau tidak
meyakini pentingnya pemenuhan kebutuhan gizi atau pentingnya pelayanan kesehatan
lain yang menunjang dalam membantu pertumbuhan dan perkembangan anak.
3) Nutrisi
Nutrisi adalah salah satu komponen yang penting dalam menunjang keberlangsungan
proses pertumbuhan dan perkembangan. Nutrisi menjadi kebutuhan untuk tumbuh dan
berkembang selama masa pertumbuhan. Dalam nutrisi terdapat kebutuhan zat gizi
yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan seperti protein, karbohidrat,
lemak mineral, vitamin, dan air. Apabila kebutuhan nutrisi seseorang tidak atau
kurang terpenuhi maka dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangannya.
4) Iklim dan Cuaca
Iklim dan cuaca dapat berperan dalam pertumbuhan dan perkembangan. Misalnya
pada saat musim tertentu kebutuhan gizi dapat dengan mudah diperoleh, namun pada
saat musim yang lain justru sebaliknya. Sebagai contoh, saat musim kemarau
penyediaan air bersih atau sumber makanan sangatlah sulit.
5) Olahraga atau latihan fisik
Olahraga atau latihan fisik dapat memacu perkembangan anak karena dapat
meningkatkan sirkulasi darah sehingga suplai oksigen ke seluruh tubuh dapat teratur
serta dapat meningkatkan stimulasi perkembangan tulang otot dan pertumbuhan sel
lainnya. Dari Aspek sosial, anak menjadi mudah berinteraksi dengan teman sesuai
dengan jenis olahraganya.
3. Faktor Hormonal
Faktor hormonal yang berperan dalam tumbuh kembang anak antara lain hormon
somatotropin tiroid, dan glukokortikoid. Hormon somatotropin (growth hormone) berperan
dalam memengaruhi pertumbuhan tinggi badan dengan menstimulasi terjadinya proliferasi sel
kartilago dan sistem skeletal. Hormon tiroid berperan menstimulasi metabolisme tubuh.
Hormon glukokortikoid mempunyai fungsi menstimulasi pertumbuhan sel interstisial dari
testis (untuk memproduksi testoteron) dan ovarium (untuk memproduksi estrogen),
selanjutnya hormon tersebut akan menstimulasi perkembangan seks, baik pada anak laki-laki
maupun perempuan yang sesuai dengan peran hormonnya (Wong, 2000).
Tahapan pertumbuhan dan perkembangan anak dapat ditentukan oleh masa atau waktu kehidupan
anak. Secara umum terdiri atas masa prenatal dan masa postnatal.
1. Masa Prenatal
Masa prenatal terdiri atas dua fase, yaitu fase embrio dan fase fetus. Pada fase embrio
pertumbuhan dapat diawali mulai dari konsepsi hingga 8 minggu pertama yang dapat terjadi
perubahan yang cepat dari ovum menjadi suatu organisme dan terbentuknya manusia. Pada
minggu ke-2, terjadi pembelahan sel dan pemisahan jaringan antara endoterm dan ektoderm.
Pada minggu terbentuk lapisan mesoderm. Pada masa ini sampai usia 7 minggu belum
tampak adanya gerakan yang berarti melainkan hanya terdapat denyut jantung janin, yaitu
sudah mulai dapat berdenyut sejak 4 minggu. Pada fase fetus terjadi sejak usia 9 minggu
hingga kelahiran, sedangkan minggu ke-12 sampai ke-40 terjadi peningkatan fungsi organ,
yaitu bertambah ukuran panjang dan berat badan terutama pertumbuhan serta penambahan
jaringan subkutan dan jaringan otot.
2. Masa Postnatal
Masa postnatal terdiri atas masa neonatus, masa bayi, masa prasekolah, masa sekolah, dan
masa remaja.
a. Masa Neonatus (0-28 hari)
Masa bayi ini dibagi menjadi dua tahap perkembangan. Tahap pertama (antara usia 1-12
bulan): pertumbuhan dan perkembangan pada masa ini dapat berlangsung secara terus.
menerus, khususnya dalam peningkatan susunan saraf. Tahap kedua (usia 1-2 tahun):
kecepatan pertumbuhan pada masa ini mulai menurun dan terdapat percepatan pada
perkembangan motorik
c. Masa Prasekolah
Perkembangan pada masa ini dapat berlangsung stabil dan masih terjadi peningkatan
pertumbuhan serta perkembangan, khususnya pada aktivitas fisik dan kemampuan
kognitif.
d. Masa Sekolah
Perkembangan masa sekolah ini lebih cepat dalam kemampuan fisik dan kognitif
dibandingkan dengan masa prasekolah.
e. Masa Remaja
Pada tahap perkembangan remaja terjadi perbedaan pada perempuan dan laki-laki. Pada
umumnya wanita 2 tahun lebih cepat untuk masuk ke dalam tahap remaja/pubertas
dibandingkan dengan anak laki-laki dan perkembangan ini ditunjukkan pada
perkembangan pubertas.
Pertumbuhan pada anak dilihat dari pertumbuhan berat badan, tinggi badan, lingkar kepala, gigi,
organ penglihatan, organ pendengaran, dan organ seksual.
1. Berat badan
Pada masa pertumbuhan berat badan bayi dibagi menjadi dua, yaitu usia 0-6 bulan dan usia 6-
12 bulan. Untuk usia 0-6 bulan pertumbuhan berat badan akan mengalami penambahan setiap
minggu sekitar 140-200 gram dan berat badannya akan menjadi dua kali berat badan lahir
pada akhir bulan ke-6. Sedangkan pada usia 6-12 bulan terjadi penambahan setiap minggu
sekitar 25- 40 gram dan pada akhir bulan ke-12 akan terjadi penambahan tiga kali lipat berat
badan lahir. Pada masa bermain, terjadi penambahan berat badan sekitar empat kali lipat dari
berat badan lahir pada usia kurang lebih 25 tahun serta penambahan berat badan setiap
tahunnya adalah 2-3 kg
Pada masa prasekolah dan sekolah akan terjadi penambahan berat badan setiap tahunnya
kurang lebih 2-3 kg.
2. Tinggi badan
Pada usia 0-6 bulan bayi akan mengalami penambahan tinggi badan sekitar 2,5 cm setiap
bulannya. Pada usia 6-12 bulan mengalami penambahan tinggi badan hanya sekitar 1,25 cm
setiap bulannya Pada akhir tahun pertama akan meningkat kira-kira 50% dari tinggi badan
waktu lahir.
Pada masa bermain penambahan selama tahun ke-2 kurang lebih 12 cm, sedangkan
penambahan untuk tahun ke-3 rata-rata 4-6 cm.
Pada masa prasekolah, khususnya di akhir usia 4 tahun, terjadi penambahan rata-rata dua kali
lipat dan tinggi badan waktu lahir dan mengalami penambahan setiap tahunnya kurang lebih
6- 8 cm
Pada masa sekolah akan mengalami penambahan setiap tahunnya. Setelah usia 6 tahun tinggi
badan bertambah rata-rata 5 cm, kemudian pada usia 13 tahun bertambah lagi menjadi rata-
rata tiga kali lipat dari tinggi badan waktu lahir.
3. Lingkar kepala
Pertumbuhan pada lingkar kepala ini terjadi dengan sangat cepat sekitar enam bulan pertama,
yaitu dari 35-43 cm. Pada usia usia selanjutnya pertumbuhan lingkar kepala mengalami
perlambatan Pada usia 1 tahun hanya mengalami pertumbuhan kurang lebih 46,5 cm. Pada
usia 2 tahun mengalami pertumbuhan kurang lebih 49 cm, kemudian akan bertambah 1 cm
sampai dengan usia tahun ke-3 dan bertambah lagi kurang lebih 5 cm sampai dengan usia
remaja.
4. Gigi
Pertumbuhan gigi pada masa tumbuh kembang banyak mengalami perubahan mulai, dari
pertumbuhan hingga penanggalan. Pertumbuhan gigi terjadi di dua bagian, yaitu bagian
rahang atas dan bagian rahang bawah.
a. Pertumbuhan gigi bagian rahang atas:
molar pertama anak perempuan pada usia 14-18 bulan, sedangkan molar kedua
pada usia 25-33 bulan.
molar kedua anak perempuan pada usia 24-30 bulan, sedangkan anak laki-laki
pada usia 29-31.
Perubahan selanjutnya adalah adanya beberapa gigi yang mengalami penanggalan. Seperti
halnya pertumbuhan gigi, penanggalan gigi juga terjadi di bagian rahang atas dan bagian
rahang bawah.
a. Penanggalan gigi bagian rahang atas:
5. Organ penglihatan
Perkembangan organ penglihatan dapat dimulai pada saat lahir. Sudah terjadi perkembangan
ketajaman penglihatan antara 20/100, adanya refleks pupil dan kornea, memiliki kemampuan
fiksasi pada objek yang bergerak dalam rentang 45 derajat dan bila tidak bergerak sejauh 20-
25 cm. Pada usia 1 bulan bayi memiliki perkembangan, yaitu adanya kemampuan melihat
untuk mengikuti gerakan dalam rentang 90 derajat dapat melihat orang secara terus menerus,
dan kelenjar air mata sudah mulai berfungsi. Pada usia 2-3 bulan memiliki penglihatan perifer
hingga 180 derajat. Pada usia 4-5 bulan kemampuan bayi untuk memfiksasi sudah mulai pada
hambatan 1,25 cm, dapat mengenali botol susu, melihat tangan saat duduk atau berbaring,
melihat bayangan di cermin dan mampu mengakomodasi objek. Usia 5-7 bulan dapat
menyesuaikan postur untuk melihat objek, mampu mengembangkan warna kesukaan kuning
dan merah, menyukai rangsangan visual kompleks, serta mengembangkan koordinasi mata
dan tangan. Pada usia 7-11 bulan mampu memfiksasi objek yang sangat kecil. Pada usia 11-
12 bulan ketajaman penglihatan mendekati 20/20, dapat mengikuti objek yang dapat bergerak.
Pada usia 12-14 bulan mampu mengidentifikasi bentuk geometri Pada usia 18-24 bulan
mampu berakomodasi dengan baik.
6. Organ pendengaran
Perkembangan pada pendengaran dapat dimulai pada saat lahir. Setelah lahir, bayi sudah
dapat berespons terhadap bunyi yang keras dengan refleks. Pada usia 2-3 bulan mampu
memalingkan kepala ke samping bila bunyi dibuat setinggi telinga. Pada usia 34 bulan anak
memiliki kemampuan dalam melokalisasi bunyi dengan memalingkan kepala ke arah bunyi.
Pada usia 4-6 bulan kemampuan melokalisasi bunyi makin kuat dan mulai mampu membuat
bunyi firuan. Pada usia 6-8 bulan mampu berespons pada nama sendiri. Pada usia 10-12 bulan
mampu mengenal beberapa kata dan artinya. Pada usia 18 bulan mulai dapat membedakan
bunyi. Pada usia 36 bulan mampu membedakan bunyi yang halus dalam bicara. Pada usia 48
bulan mulai membedakan bunyi yang serupa dan mampu mendengarkan yang lebih halus.
7. Organ seksual
Perkembangan organ seksual antara laki-laki dan perempuan terdapat beberapa perbedaan.
Pertumbuhan organ seksual laki-laki antara lain terjadinya pertumbuhan yang cepat pada
penis
pada usia 12-15 tahun, testis pada usia 11-15 tahun kemudian rambut pubis pada usia 12-15
tahun. Perkembangan pubertas diawali dengan beberapa tahap sebagai berikut (Soetjiningsih,
1998).
a. Tahap I (pra pubertas) pada dasarnya sama dengan masa anak-anak, tidak terdapat
rambut pubis.
c. Tahap III: terjadi pembesaran penis awal terutama dalam panjang, testis dan skrotum
terus membesar, serta rambut lebih lebat, kasar, keriting, dan merata pada seluruh
pubis.
d. Tahap IV: terjadi peningkatan ukuran penis dengan pertumbuhan diameter, glans
lebih besar dan lebih lebar, serta skrotum lebih gelap
Perkembangan organ seksual perempuan antara lain terjadinya pertumbuhan payudara antara
usia 10-15 tahun dan rambut pubis antara usia 11-14 tahun. Perkembangan payudara memiliki
tahap-tahap sebagai berikut.
a. Tahap I: tumbuhnya puting susu dengan area kecil, penonjolan di sekitar papila, dan
terjadinya pembesaran diameter areola
b. Tahap II: pembesaran lanjut dari payudara dan areola tanpa pemisahan konturnya.
d. Tahap IV: tahap konfigurasi dewasa proyeksi papila yang hanya disebabkan oleh
resesi areola ke dalam kontur umum
Pertumbuhan rambut pubis memiliki tahap-tahap sebagai berikut (Wong, 1996).
c. Tahap III: rambut pubis lebih hitam, kasar, keriting, dan merata pada seluruh pubis.
e. Tahap V:rambut pubis orang dewasa dalam penyebaran, baik kuantitas, jenis, maupun
pola penyebaran ke bagian dalam paha.
Perkembangan motorik halus pada masa ini dimulai dengan adanya kemampuan untuk
mengikuti garis tengah bila kita memberikan respons terhadap gerakan jari atau
tangan.
b. Masa Bayi (28 hari-1 tahun)
1) Usia 14 Bulan
Perkembangan motorik halus pada usia ini adalah dapat melakukan hal-hal seperti
memegang suatu objek, mengikuti objek dari sisi ke sisi, mencoba memegang dan
memasukkan benda ke dalam mulut, memegang benda tapi terlepas, memerhatikan
tangan dan kaki, memegang benda dengan kedua tangan, serta menahan benda di
tangan walaupun hanya sebentar.
2) Usia 4-8 Bulan
Perkembangan motorik halus pada usia ini adalah sudah mulai mengamati benda,
menggunakan ibu jari dan jari telunjuk untuk memegang, mengeksplorasi benda
yang sedang dipegang, mengambil objek dengan tangan tertangkup, mampu
menahan kedua benda di kedua tangan secara simultan, menggunakan bahu dan
tangan sebagai satu kesatuan, serta memindahkan objek dari satu tangan ke tangan
yang lain.
3) Usia 8-12 Bulan
Perkembangan motorik halus pada usia ini adalah mencari atau meraih benda
kecil; bila diberi kubus mampu memindahkan, mengambil, memegang dengan
telunjuk dan ibu jari, membenturkannya, serta meletakkan benda atau kubus ke
tempatnya.
c. Masa Anak (1-2 Tahun)
Perkembangan motorik halus pada usia ini dapat ditunjukkan dengan adanya
kemampuan dalam mencoba menyusun atau membuat menara pada kubus.
d. Masa Prasekolah
Perkembangan motorik halus dapat dilihat pada anak, yaitu mulai memiliki
kemampuan menggoyangkan jari-jari kaki, menggambar dua atau tiga bagian memilih
garis yang lebih panjang dan menggambar orang melepas objek dengan jari lurus
mampu menjepit benda, melambaikan tangan menggunakan tangannya untuk bermain,
menempatkan objek ke dalam wadah, makan sendiri, minum dari cangkir dengan
bantuan menggunakan sendok dengan bantuan, makan dengan jari, serta membuat
coretan di atas kertas (Wong. 200).
2. Perkembangan motorik kasar
Perkembangan motorik kasar pada tiap tahap perkembangan anak adalah sebagai berikut
a. Masa Neonatus (0-28 hari)
Perkembangan motorik kasar yang dapat dicapai pada usia ini diawali dengan tanda
gerakan seimbang pada tubuh dan mulai mengangkat kepala.
Perkembangan motorik kasar awal bulan ini dapat dilihat pada perubahan dalam
aktivitas seperti posisi telungkup pada alas dan sudah mulai mengangkat kepala
dengan melakukan gerakan menekan kedua tangannya. Pada bulan ke-4 sudah
mampu memalingkan kepala ke kanan dan ke kiri; duduk dengan kepala tegak;
membalikkan badan; bangkit dengan kepala tegak; menumpu beban pada kaki
dengan lengan berayun ke depan dan ke belakang; berguling dari telentang ke
tengkurap; serta duduk dengan bantuan dalam waktu yang singkat.
3) Usia 8-12 Bulan
Perkembangan motorik kasar dapat diawali dengan duduk tanpa pegangan, berdiri
dengan pegangan, bangkit lalu berdiri, berdiri 2 detik, dan berdiri sendiri
c. Masa Anak (1-2 Tahun)
Perkembangan motorik kasar masa prasekolah ini dapat diawali dengan kemampuan
untuk berdiri dengan satu kaki selama 1-5 detik, melompat dengan satu kaki, berjalan
dengan tumit ke jari kaki, menjelajah, membuat posisi merangkak dan berjalan dengan
bantuan (Wong, 2000).
3. Perkembangan bahasa
Berikut ini akan disebutkan perkembangan bahasa pada tiap tahap usia anak.
a. Masa Neonatus (0-28 hari)
Perkembangan bahasa pada usia ini ditandai dengan adanya kemampuan bersuara
dan tersenyum, mengucapkan huruf hidup, berceloteh, mengucapkan kata
"ooh/ahh", tertawa dan berteriak, mengoceh spontan, serta bereaksi dengan
mengoceh.
2) Usia 4-8 Bulan
Perkembangan bahasa pada usia ini adalah dapat menirukan bunyi atau kata-kata,
menoleh ke arah suara atau sumber bunyi, tertawa, menjerit, menggunakan
vokalisasi semakin banyak, serta menggunakan kata yang terdiri atas dua suku
kata dan dapat membuat dua bunyi vokal yang bersamaan seperti "ba-ba".
3) Usia 8-12 Bulan
Perkembangan bahasa pada usia ini adalah mampu mengucapkan kata "papa" dan
"mama" yang belum spesifik, mengoceh hingga mengatakannya secara spesifik,
serta dapat mengucapkan 1-2 kata
c. Masa Anak (1-2 Tahun)
Perkembangan bahasa masa anak ini adalah dicapainya kemampuan bahasa pada anak
yang mulai ditandai dengan anak mampu memiliki sepuluh perbendaharaan kata;
tingginya kemampuan meniru, mengenal, dan responsif terhadap orang lain; mampu
menunjukkan dua gambar; mampu mengombinasikan kata; serta mulai mampu
menunjukan lambaian anggota badan.
d. Masa Prasekolah
Perkembangan perilaku pada tahap tumbuh kembang tiap usia adalah sebagai berikut.
Perkembangan adaptasi sosial pada usia ini dapat diawali dengan kemampuan
mengamati tangannya tersenyum spontan dan membalas senyum bila diajak
tersenyum mengenal ibunya dengan penglihatan, penciuman pendengaran dan
kontak; tersenyum pada wajah manusia; waktu tidur dalam sehari lebih sedikit
daripada waktu terjaga; membentuk siklus tidur bangun; menangis bila terjadi
sesuatu yang aneh membedakan wajah-wajah yang dikenal dan tidak dikenal;
senang menatap wajah-wajah yang dikenalnya: serta terdiam bila ada orang yang
tak dikenal (asing).
2) Usia 4-8 Bulan
Perkembangan adaptasi sosial pada usia ini antara lain anak merasa takut dan
terganggu dengan keberadaan orang asing, mulai bermain dengan mainan, mudah
frustasi, serta memukul-mukul lengan dan kaki jika sedang kesal
3) Usia 8-12 Bulan
Perkembangan adaptasi sosial pada usia ini dimulai dengan kemampuan bertepuk
tangan, menyatakan keinginan, sudah mulai minum dengan cangkir, menirukan
kegiatan orang, bermain bola atau lainnya dengan orang lain
c. Masa Anak (1-2 Tahun)
A. PENGERTIAN
Imunisasi adalah pemberian kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit dengan
memasukkan sesuatu ke dalam tubuh agar tubuh tahan terhadap penyakit yang sedang
mewabah atau berbahaya bagi seseorang.Imunisasi berasal dari kata imun yang berarti kebal
atau resisten. Imunisasi terhadap suatu penyakit hanya akan memberikan kekebalan atau
resistensi pada penyakit itu saja, sehingga untuk terhindar dari penyakit lain diperlukan
imunisasi lainnya.
Imunisasi adalah usaha memberikan kekebalan kepada bayi dan anak dengan memasukkan
vaksin ke dalam tubuh agar tubuh membuat zat anti bodi untuk mencegah terhadap penyakit
tertentu.
Imunisasi adalah upaya yang dilakukan dengan sengaja memberikan kekebalan atau
imunitas pada bayi dan anak sehingga terhindar dari penyakit .
Imunisasi adalah pemberian satu atau lebih anti gen yang infeksius pada seorang individu untuk
merangsang system imun dan memproduksi anti bodi yang akan mencegah infeksi.
Imunisasi adalah proses yang menginduksi imunitas secara artifisial dengan pemberian bahan
antigenic dan penggunaan agen infeksi hidup yang dilemahkan atau diinaktifkan.
Imunisasi adalah pemberian antigen untuk memicu imunitas seseorang sehingga memiliki
kemampuan untuk bertahan terhadap infeksi.
Imunisasi biasanya lebih fokus diberikan kepada anak-anak karena sistem kekebalan
tubuh mereka masih belum sebaik orang dewasa, sehingga rentan terhadap serangan penyakit
berbahaya.Imunisasi tidak cukup hanya dilakukan satu kali, tetapi harus dilakukan secara
bertahap dan lengkap terhadap berbagai penyakit yang sangat membahayakan kesehatan dan
hidup anak
.
B. TUJUAN
1. Untuk anak
mencegah penderitaan yang disebabkan oeh penyakit, dan kemungkinan cacat atau kematian.
2. Untuk keuarga
Menghilangkan kecemasan dan psikoogis pengobatan bila anak sakit.
3. Untuk Negara
Memperbaiki tingkat kesehatan, menciptakan bangsa yang kuat dan beraka untuk
melanjutkan pembangunan Negara.
2). Manfaat 5 imunisasi dasar
D. SASARAN IMUNISASI
Sasaran imunisasi untuk anak-anak adalah:
1. Semua anak di bawah usia 1 tahun
2. Anak-anak lain yang belummendapa timunisasi lengkap
3. Anak usia sekolah (imunisasi booster/ ulangan)
4. Calon pengantin dan ibu hamil untuk imunisasi TT.
E. JENIS IMUNISASI
Imunisasi sebagai salah satu cara untuk menjadikan kebal pada bayi dan anak dari
berbagai penyakit, diharapkan bayi atau anak tetap tumbuh dalam keadaan sehat. Pada
dasarnya dalam tubuh sudah memiliki pertahanan secara sendiri agar berbagai kuman yang
masuk dapat dicegah, pertahan tubuh tersebut meliputi pertahanan nonspesifik dan pertahanan
spesifik, proses mekanisme pertahanan dalam tubuh pertama kali adalah pertahanan
nonspesifik seperti complemen dan makrofag dimana complemen dan makrofag ini yang
pertama kali a3kan memberikan peran ketika ada kuman yang masuk ke dalam tubuh. Setelah
itu maka kuman harus melawan pertahanan tubuh yang kedua yaitu pertahanan tubuh spesifik
terdiri dari system humoral dan seluler. System pertahanan tersebut hanya bereaksi terhadap
kuman yang mirip dengan bentuknya. System pertahanan humoral akan menghasilkan zat
yang disebut imonuglobulin (IgA, IgM, IgG, IgE, IgD) dan system pertahanan seluler terdiri
dari limfosit B dan limfosit T, dalam pertahanan spesifik selanjutnya akan menghasilkan satu
sel yang disebut sel memori, sel ini akan berguna atau sangat cepat dalam bereaksi apabila
sudah pernah masuk ke dalam tubuh, kondisi ini yang digunakan dalam prinsip imunisasi.
Berdasarkan proses tersebut diatas maka imunisasi dibagi menjadi dua yaitu imunisasi aktif
dan imunisasi pasif.
1. Imunisasi aktif
Merupakan pemberian zat sebagai antigen yang diharapkan akan terjadi suatu proses
infeksi buatan sehingga tubuh mengalami reaksi imonologi spesifik yang menghasilkan
respons seluler dan humoral serta sel memori, sehingga apabila benar-benar terjadi infeksi
maka tubuh secara cepat dapat merespons. Dalam imunisasi aktif terdapat empat macam
kandungan dalam setiap vaksinnya antara lain :
1. Antigen merupakan bagian dari vaksin yang berfungsi sebagai zat atau mikroba guna
terjadinya semacam infeksi buatan dapat berupa poli sakarida, toksoid atau virus
dilemahkan atau bakteri dimatikan.
2. Pelarut dapat berupa air steril atau juga berupa cairan kultur jaringan.
3. Preservatif, stabilizer, dan antibiotika yang berguna untuk menhindari tubuhnya
mikroba dan sekaligus untuk stabilisasi antigen.
4. Adjuvant yang terdiri dari garam aluminium yang berfungsi untuk meningkatkan
imonogenitas antigen.
2. Imunisasi pasif
Merupakan pemberian zat (immunoglobulin) yaitu suatu zat yang dihasilkan melalui
suatu proses infeksi yang dapat berasal dari plasma manusia atau binatang yang
digunakan untuk mengatasi mikroba yang diduga sudah masuk di dalam tubuh yang
terinfeksi. Dalam pemberian imunisasi pada anak dapat dilakukan dengan beberapa
imunisasi yang dianjurkan diantaranya:
1). Imunisasi DPT (Diphteri, Pertusis, dan Tetanus)
Berikut ini adalah cara pemberiaan dan waktu yang tepat untuk pemberian imunisasi. Cara
Pemberiaan Imunisasi Dasar. (Petunjuk Pelaksanaan Program Imunisasi di Indonesia, DepKes
2000, hlm. 40)
2tetes Di teteskan ke
Polio 4 kali 4 minggu 0-11 bulan mulut.
0,5 cc Subkutan,
Campak 1 kali 4 minggu 9-11 bulan biasanya di lengan
kiri atas.
G. PEMBERIAN IMUNISASI
Apapun imunisasi yang diberikan, ada beberapa hal penting yang harus diperhatikan perawat,
yaitu sebagai berikut.
1. Orang tua anak harus ditanyakan aspek berikut.
1) Status kesehatan anak saat ini, apakah dalam kondisi sehat atau sakit,
2) Pengalaman/reaksi terhadap imunisasi yang pernah didapat sebelumnya,
3) Penyakit yang dialami di masa lalu dan sekarang.
2. Orang tua harus mengerti tentang hal-hal yang berkaitan dengan penyakit yang dapat
dicegah dengan imunisasi (PD3I) terlebih dahulu sebelum menerima imunisasi
Sumber :
https://www.academia.edu/12969002/LP_imunisasi
http://indoaskep.blogspot.com/2015/12/laporan-pendahuluan-imunisasi.html
LAPORAN PENDAHULUAN
KONSEP HOSPITALISASI PADA ANAK
1. PENGERTIAN
Hospitalisasi adalah penempatan pasien di rumah sakit untuk penelitian, diagnosis dan
pengobatan (Scott, 2010).
Hospitalisasi adalah suatu proses karena alasan berencana atau darurat yang mengharuskan anak
untuk tinggal di rumah sakit untuk menjalani terapi dan perawatan (Supartini, 2004).
Hospitalisasi adalah suatu keadaan krisis pada anak saat anak sakit dan dirawat di rumah
sakit. Keadaan ini terjadi karena anak berusaha untuk beradaptasi dengan lingkungan baru dan
asing, yaitu rumah sakit, sehingga kondisi tersebut menjadi faktor stressor bagi anak, orang tua,
maupun keluarga (Whaley&Wong,2002).
2. GAMBARAN HOSPITALISASI
Dirawat di rumah sakit adalah kondisi yang tidak menyenangkan bagi anak. Wong, et. al
.(2009) menyebutkan bahwa saat berada di rumah sakit, anak berada di lingkungan yang asing
dengan berbagai peralatan kedokteran yang menakutkan, bertemu dengan orang-orang asing,
menjalani prosedur medis yang menyakitkan sering membuat anak cemas dan ketakutan.
4) Depresi
Biasanya depresi ini terjadi setelah masa krisis anak berlalu. Ibu sering mengeluh
merasa lelah baik secara fisik maupun mental. Orang tua mulai merasa khawatir terhadap
anak-anak mereka yang lain, yang dirawat oleh anggota keluarga lainnya, oleh teman atau
tetangga. Hal- hal lain yang membuat orang tua cemas dan depresi adalah kesehatan anaknya
di masa-masa akan datang, misalnya efek dari prosedur pengobatan dan juga biaya
pengobatan.
Selain itu dalam penelitian Hallstrom dan Elander (1997) sebagaimana dikutip oleh
Supartini (2004), menunjukkan bahwa orang tua mengalami kecemasan yang tinggi saat
perawatan anaknya di rumah sakit walaupun beberapa orang tua juga dilaporkan ada yang
tidak mengalami cemas karena perawatan anaknya dirasakan dapat mengatasi
permasalahannya. Bahkan dalam penelitian Tiedeman (1997) sebagaimana dikutip oleh
Supartini (2004), menunjukkan bahwa pada saat mendengarkan keputusan dokter tentang
diagnosa penyakit anaknya merupakan kejadian yang sangat membuat stress dan cemas orang
tua. Brewis dalam Supartini (2004), menambahkan bahwa rasa takut pada orang tua selama
perawatan anak di rumah sakit, disebabkan terutama pada kondisi sakit anak yang terminal
karena takut akan kehilangan anak yang dicintainya dan juga adanya perasaan berduka.
Sumber :
http://www.akuperawat.me/2017/12/hospitalisasi-pada-anak.html
LAPORAN PENDAHULUAN
KONSEP BERMAIN PADA ANAK
Stimulasi tumbuh kembang anak dapat dilakukan dengan cara memberikan permainan atau
bermain, mengingat dengan bermain anak akan belajar dari kehidupan. Ketika anak sudah memasuki
masa bermain atau disebut juga sebagai masa toddler , maka anak selalu membutuhkan kesenangan
pada dirinya, sehingga anak membutuhkan suatu permainan yang akan memberikan kesenangan pada
dirinya. Oleh karena itu, tidak terlalu heran apabila masa anak-anak sangat identic dengan masa
bermain, sebab pada masa tersebut perkembangan anak akan mulai diasah sesuai dengan
kebutuhannya. Namun banyak orang yang menganggap masa bermain pada anak tidak perlu
mendapat suatu perhatian secara khusus, sehingga banyak orang tua yang membiarkan anak bermain
tanpa memerhatikan unsur pendidikan terhadap permainan yang dilakukan oleh anak. Oleh karena
itu, sebelum memahami alat permainan pada anak secara khusus maka terlebih dahulu harus
mengenal pengertian bermain pada anak.
A. DEFINISI
Bermain merupakan suatu aktifitas dimana anak dapat melakukan atau mempraktikkan
keterampilan, memberikan ekspresi terhadap pemikiran, menjadi kreatif, serta mempersiapkan
diri untuk berperan dan berperilaku dewasa. Sebagai suatu aktifitas yang memberikan stimulasi
dalam kemampuan ketrampilan, kognitif, dan afektif maka seharusnya diperlukan suatu
bimbingan, mengingat bermain bagi anak merupakan suatu kebutuhan bagi dirinya sebagaimana
kebutuhan lainnya, seperti halnya kebutuhan makan, kebutuhan rasa aman, kebutuhan kasih
saying, dan lain-lain. Dengan bermain, anak akan selalu mengenal dunia, mampu
mengembangkan kematangan fisik, emosional, dan mental sehingga akan membuat anak tumbuh
menjadi anak yang kreatif, cerdas, penuh inovatif.
Banyak ditemukan anak pada masa tumbuh kembangnya mengalami keterlambatan yang
dapat disebabkan oleh kurangnya pemenuhan kebutuhan pada diri anak, termasuk didalamnya
adalah kebutuhan bermain. Masa kanak-kanak seharusnya merupakan masa bermain yang
diharapkan dapat menumbuhkan kematangan dalam pertumbuhan dan perkembangan , sehingga
apabila masa tersebut tidak digunakan sebaik mungkin maka tentu akhirnya akan mengganggu
tumbuh kembang anak.
Selama anak bermain perlu diperhatikan kekurangan dan kelebihan permainan yang
dilakukan anak. Permainan harus dapat menstimulasi perkembagan kreativitas anak serta
perkembangan mental dan emosional, sehingga orang tua harus mengarahkan agar sesuai dengan
proses kematangan perkembangan tersebut. Pada anak yang mendapatkan atau terpenuhi
kebutuhan bermainnya dapat terlihat pula adanya suatu pola perkembangan yang baik.
B. FUNGSI BERMAIN PADA ANAK
1. Membantu perkembangan sensorik dan motoric
Fungsi bermain pada anak dapat dikembangkan dengan melakukan rangsangan pada
sensorik dan motorik, melalui rangsangan ini aktifitas anak dapat mengeksplorasi alam
disekitarnya. Sebagai contoh, bayi dapat dilakukan dengan rangsangan taktil, audio, dan
visual. Hal tersebut dapat dicontohkan apabila sejak lahir anak yang telah dikenalkan atau
dirangsang visualnya, maka dikemudian hari kemampuan visual anak akan lebih menonjol,
misalnya lebih cepat mengenal sesuatu yang baru dilihatnya. Demikian juga pendengaran,
apabila sejak bayi dikenalkan atau dirangsang melalui suara-suara maka daya
pendengarannya dikemudian hari lebih cepat berkembang dibandingkan dengan anak yang
tidak diberi stimulasi sejak dini. Pada perkembangan motorik, apabila sejak usia bayi
kemampuan motorik sudah dilakukan rangsangan maka kemampuan motorik akan cepat
berkembang dibandingkan dengan tanpa stimulasi, seperti rangsangan kemampuan
menggenggam dan kemampuan ini akan memberikan dasar dalam perkembangan motorik
selanjutnya. Rangsangan atau stimulasi yang dimaksud tersebut dapat diberikan melalui
suatu permainan.
2. Membantu perkembangan kognitif
Perkembangan kognitif dapat dirangsang melalui permainan, hal ini dapat terlihat
pada saar anak bermain. Anak akan mencoba melakukan komunikasi dengan bahasa anak;
mampu memahami objek permainan, seperti dunia tempat tinggal; mampu membedakan
khayalan dan kenyataan; mampu belajar warna, memahami bentuk, ukuran, dan berbagai
manfaat benda yang digunakan dalam permainan. Fungsi bermain pada model tersebut akan
meningkatkan perkembangan kognitif selanjutnya.
4. Meningkatkan kreatifitas
Bermain juga dapat berfungsi dalam peningkatan kreatifitas, diamana anak mulai
belajar menciptakan sesuatu dari permainan yang ada dan mampu memodifikasi objek yang
digunakan dalam permainan sehingga anak akan lebih kreatif melaui model permainan ini,
seperti bermain bongkar pasang mobil-mobilan.
2. Bermain bersenang-senang
Model bermain ini hanya memberikan kesenangan pada anak melalui objek yang ada,
sehingga anak merasa senang dan bergembira tanpa adanya kehadiran orang lain. Sifat
bermain ini adalah bergantung pada stimulasi yang diberikan pada anak, mengingat sifat
dari bermain ini hanya memberikan kesenangan pada anak tanpa memedulikan aspek
kehadiran orang lain, misalnya bermain boneka, binatang-binatangan, dan lain-lain.
3. Bermain keterampilan
Bermain keterampilan dilakukan dengan menggunakan objek yang dapat melatih
kemampuan ketrampilan anak yang diharapkan mampu untuk berkreasi dan terampil
daam segala hal. Permainan ini bersifat aktif, dimana anak selalu ingin mencoba
kemampuan dalam keterampilan tertentu, misalnya bermain bongkar pasang gambar
(anak selalu dipacu untuk selalu terampil dalam meletakkan gambar yang telah
dibongkar), latihan memakai baju, dan lain-lain.
4. Bermain drama
Model bermain ini dapat dilakukan anak dengan mencoba berpura-pura dalam
berperilaku, misalnya anak berpura-pura menjadi dewasa, seorang ibu, atau guru dalam
kehidupan sehari-hari. Sifat dari permainan ini adalah anak dituntut aktif dalam
memerankan sesuatu. Bermain drama ini dapat dilakukan apabila anak sudah mampu
berkomunikasi dan mengenal kehidupan sosial.
5. Bermain menyelidiki
Model bermain ini dilakukan dengan memberikan sentuhan pada anak untuk berperan
dalam menyelidiki sesuatu atau memeriksa alat permainan, misalnya mengocok untuk
mengetahui isi suatu benda. Permainan ini bersifat aktif pada anak dan dapat digunakan
untuk mengembangkan kemampuan kecerdasan pada anak. Sifat permainan tersebut
adalah harus selalu diberikan stimulasi dari orang lain agar senantiasa dapat menambah
kemampuan kecerdasan anak.
6. Bermain kontruksi
Model bermain ini bertujuan untuk menyusun suatu objek permainan agar menjadi sebuah
kontruksi yang benar, misalnya permainan menyusun balok. Permainan ini bersifta aktif,
dimana anak selalu ingin menyelesaikan tugas-tugas yang ada dalam permainan dan
mampu membangun kecerdasan pada anak.
7. Bermain onlooker
Model bermain ini adalah dengan melihat apa yang dilakukan oleh anak lain yang sedang
bermain, tetapi tidak ikut bermain. Permainan ini bersifat pasif, namun anak akan
mempunyai kesenangan atau kepuasan sendiri dengan melihatnya.
8. Bermain soliter/mandiri
Model bermain ini merupakan bermain yang dilakukan sendiri dan hanya berpusat pada
permainannya tanpa memedulikan orang lain. Permainan ini bersifat aktif dan bentuk
stimulasi tambahan kurang, namun dapat membantu untuk menciptakan kemandirian pada
anak.
9. Bermain paralel
Model bermain ini adalah bermain sendiri ditengah-tengah anak lain yang sedang
melakukan permainan yang berbeda atau tidak ikut bergabung dalam permainan.
Permainan ini bersifat aktif secara mandiri, tetapi masih dalam satu kelompok, dengan
harapan kemampuan anak dalam menyelesaikan tugas mandiri dalam kelompok tersebut
terlatih dengan baik.
Jenis permainan yang dianjurkan pada usia ini antara lain benda (permainan) yang
aman sehingga dapat dimasukkan ke dalam mulut, misalnya gambar bentuk muka, boneka
orang dan binatang, alat permainan yang dapat digoyang dan menimbulka suara, alat
permainan yang berupa boneka, selimut, dan lain-lain.
2.1 Definisi
Pertusis (batuk rejan) adalah suatu infeksi akut saluran nafas yang mengenai
setiap pejamu yang rentan, tetapi paling sering dan serius pada anak-anak. (Behrman,
1992).
Definisi Pertusis lainnya adalah penyakit infeksi akut pada saluran pernafasan
yang sangat menular dengan ditandai oleh suatu sindrom yang terdiri dari batuk yang
bersifat spasmodic dan paroksismal disertai nada yang meninggi. (Rampengan,
1993).
Penyakit ini ditandai dengan demam dan perkembangan batuk semakin berat.
Batuk adalah gejala khas dari batuk rejan atau pertusis. Seranagn batuk terjadi tiba-
tiba dan berlanjut terus tanpa henti hingga seluruh udara di dalam paru-paru terbuang
keluar. Akibatnya saat napas berikutnya pasien pertusis telah kekurangan udara
shingga bernapas dengan cepat, suara pernapasan berbunyi separti pada bayi yang
baru lahir berumur kurang dari 6 bulan dan pada orang dewasa bunyi ini sering tidak
terdengar. Batuk pada pertusis biasanya sangat parah hingga muntah-muntah dan
penderita sangat kelelahan setelah serangan batuk.
2.2 Etiologi
Pertusis biasanya disebabkan diantaranya Bordetella pertussis (Hemophilis pertusis).
Suatu penyakit sejenis telah dihubungkan dengan infeksi oleh bordetella para
pertusis, B. Bronchiseptiea dan virus.
Adapun ciri-ciri organisme ini antara lain :
1. Berbentuk batang (coccobacilus)
2. Tidak dapat bergerak
3. Bersifat gram negative.
4. Tidak berspora, mempunyai kapsul
5. Mati pada suhu 55 º C selama ½ jam, dan tahan pada suhu rendah (0º- 10º C)
6. Dengan pewarnaan Toluidin blue, dapat terlihat granula bipolar metakromatik
7. Tidak sensitive terhadap tetrasiklin, ampicillin, eritomisisn, tetapi resisten
terhdap penicillin
8. Menghasilkan 2 macam toksin antara lain :
a. Toksin tidak yahan panas (Heat Labile Toxin)
b. Endotoksin (lipopolisakarida)
2.3 Patofisiologi
Peradangan terjadi pada lapisan mukosa saluran nafas. Dan organisme hanya
akan berkembang biak jika terdapat kongesti dan infiltrasi mukosa berhubungan
dengan epitel bersilia dan menghasilkan toksisn seperti endotoksin, perttusinogen,
toxin heat labile, dan kapsul antifagositik, oleh limfosist dan leukosit untuk
polimorfonuklir serta penimbunan debrit peradangan di dalam lumen bronkus. Pada
awal penyakit terjadi hyperplasia limfoid penbronklas yang disusun dengan nekrosis
yang mengenai lapisan tegah bronkus, tetapi bronkopnemonia disertai nekrosis dan
pengelupasan epitel permukaan bronkus. Obstruksi bronkhiolus dan atelaktasis terjadi
akibat dari penimbunan mucus. Akhirnya terjadi bronkiektasis yang bersifat menetap.
Cara penularan: Penyakit ini dapat ditularkan penderita kepada orang lain
melalui percikan-percikan ludah penderita pada saat batuk dan bersin. Dapat pula
melalui sapu tangan, handuk dan alat-alat makan yang dicemari kuman-kuman
penyakit tersebut. Tanpa dilakukan perawatan, orang yang menderita pertusis dapat
menularkannya kepada orang lain selama sampai 3 minggu setelah batuk dimulai.
2.4 PATHWAY
(Sumber : Fatoni, Ahmad (2018), Patway Pertusis)
2.5 Manifestasi Klinis
Pada Pertusis, masa inkubasi 7-14 hari, penyakit berlangsung 6-8 minggu atau lebih
dan berlangsung dalam 3 stadium yaitu :
1. Stadium kataralis / stadium prodomal / stadium pro paroksimal
a. Lamanya 1-2 minggu
b. Gejala permulaannya yaitu timbulnya gejala infeksi saluran pernafasan
bagian atas, yaitu timbulnya rinore dengan lender yang jernih:
1) Kemerahan konjungtiva, lakrimasi
2) Batuk dan panas ringan
3) Anoreksia kongesti nasalis
c. Selama masa ini penyakit sulit dibedakan dengan common cold
d. Batuk yang timbul mula-mula malam hari, siang hari menjadi semakin
hebat, sekret pun banyak dan menjadi kental dan lengket
3. Stadium konvaresens
a. Terjadi pada minggu ke 4 – 6 setelah gejala awal
b. Gejala yang muncul antara lain : Batuk berkurang
c. Nafsu makan timbul kembali, muntah berkurang
d. Anak merasa lebih baik
e. Pada beberapa penderita batuk terjadi selama berbulan-bulan akibat
gangguan pada saluran pernafasan.
2.6 Penatalaksanaan
Anti mikroba Pemakai obat-obatan ini di anjurkan pada stadium kataralis yang
dini. Eritromisin merupakan anti mikroba yang sampai saat ini dianggap paling
efektif dibandingkan dengan amoxilin, kloramphenikol ataupun tetrasiklin. Dosis
yang dianjurkan 50mg/kg BB/hari, terjadi dalam 4 dosis selama 5-7 hari.
Kortikosteroid
1. Betametason oral dosis 0,075 mg/lb BB/hari
2. Hidrokortison suksinat (sulokortef) I.M dosis 30 mg/kg BB/ hari kemudian
diturunkan perlahan dan dihentikan pada hari ke-8
3. Prednisone oral 2,5 – 5 mg/hari Berguna dalam pengobatan pertusis terutama
pada bayi muda dengan seragan proksimal.Salbutamol
2.7 Pencegahan
Diberikan vaksin pertusis yang terdiri dari kuman bordetella pertusis yang telah
dimatikan untuk mendapatkan imunitas aktif. Vaksin ini diberikan bersama vaksin
difteri dan tetanus. Dosis yang dianjurkan 12 unit diberikan pada umur 2 bulan.
Kontra indikasi pemberian vaksin pertusis :
1. Panas lebih dari 33ºC
2. Riwayat kejang
3. Reaksi berlebihan setelah imunisasi DPT sebelumnya misalnya: suhu tinggi
dengan kejang, penurunan kesadaran, syok atau reaksi anafilatik lainnya.
2.8 Komplikasi
1. Pada saluran pernafasan
a. Bronkopnemonia
Infeksi saluran nafas atas yang menyebar ke bawah dan menyebabkan
timbulnya pus dan bronki, kental sulit dikeluarkan, berbentuk gumpalan
yang menyumbat satu atau lebih bronki besar, udara tidak dapat masuk
kemudian terinfeksi dengan bakteri. Paling sering terjadi dan
menyebabkan kematian pada anak dibawah usia 3 tahun terutama bayi
yang lebih muda dari 1 tahun. Gejala ditandai dengan batuk, sesak
nafas, panas, pada foto thoraks terlihat bercak-bercak infiltrate tersebar.
b. Otitis media / radang rongga gendang telinga
Karena batuk hebat kuman masuk melalui tuba eustaki yang
menghubungkan dengan nasofaring, kemudian masuk telinga tengah
sehingga menyebabkan otitis media. Jika saluran terbuka maka saluran
eustaki menjadi tertutup dan jika penyumbat tidak dihilangkan pus dapat
terbentuk yang dapat dipecah melalui gendang telinga yang akan
meninggalkan lubang dan menyebabkan infeksi tulang mastoid yang
terletak di belakang telinga.
c. Bronkhitis
Batuk mula-mula kering, setelah beberapa hari timbul lender jernih yang
kemudian berubah menjadi purulen.
d. Atelaktasis
Timbul akibat lender kental yang dapat menyumbat bronkioli.
e. Emphisema Pulmonum
Terjadi karena batuk yang hebat sehingga alveoli pecah dan
menyebabkan adanya pus pada rongga pleura.
f. Bronkhiektasis
Terjadi pelebaran bronkus akibat tersumbat oleh lender yang kental dan
disertai infeksi sekunder.
g. Aktifitas Tuberkulosa
h. Kolaps alveoli paru akibat batuk proksimal yang lama pada anak-anak
sehingga dapat menebabklan hipoksia berat dan pada bayi dapat
menyebabkan kematian mendadak.
2. Pada saluran pencernaan
a. Emasiasi dikarenakan oleh muntah-muntah berat.
b. Prolapsus rectum / hernia dikarenakan tingginya tekanan intra abdomen.
c. Ulkus pada ujung lidah karena tergosok pada gigi atau tergigit pada saat
batuk.
d. Stomatitis.
3. Pada system syaraf pusat Terjadi karena kejang :
a. Hipoksia dan anoksia akibat apneu yang lama
b. Perdarahan sub arcknoid yang massif
c. Ensefalopat, akibat atrof, kortika yang difus
d. Gangguan elektrolit karena muntah
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
DENGAN KASUS PERTUSIS
PADA PASIEN An.S
DI RUANG RSUD. NGUDI WALUYO BLITAR
1. Pengkajian
a. Identitas
Biodata klien yang penting meliputi nama, umur, jenis kelamin,
agama, suku dan gaya hidup.
1. Identitas Pasien
b. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan utama
Keluhan utama adalah keluhan yang dirasakan klien pada saat
dikaji. Pada
2. Riwayat kesehatan sekarang
Mengungkapkan hal-hal yang menyebabkan klien mencari
pertolonganRiwayat kesehatan dahulu
Apakah klien sebelumnya pernah mengalami penyakit pada sistem
pencernaan, atau adanya riwayat operasi pada sistem pencernaan.
3. Riwayat kesehatan keluarga
Apakah ada anggota keluarga yang mempunyai penyakit yang sama
dengan klien.
c. Pemeriksaan fisik
1. Status kesehatan umum
Tingkat kesadaran pasien perlu dikaji, bagaimana penampilan pasien
secara umum, ekspresi wajah pasien selama dilakukan anamnesa, sikap
dan perilaku pasien terhadap petugas, bagaimana mood pasien.
2. Sistem pernafasan
Peningkatan frekuensi napas, napas pendek dan dangkal
3. Sistem kardiovaskuler
Takikardi, pucat, hipotensi (tanda syok)
4. Sistem persarafan
Tidak ada gangguan pada sistem persyarafan
5. Sistem perkemihan
Retensio urine akibat tekanan distensi abdomen, anuria/oliguria, jika
syok hipovolemik
6. Sistem pencernaan
Distensi abdomen, muntah, bising usus meningkat, lemah atau
tidak ada, ketidakmampuan defekasi dan flatus.
7. Sistem muskuloskeletal
Kelelahan, kesulitan ambulansi
8. Sistem integumen
Turgor kulit buruk, membran mukosa pecah-pecah (syok)
9. Sistem endokrin
Tidak ada gangguan pada sistem endokrin
10. Sistem reproduksi
Tidak ada gangguan pada sistem reproduksi
2. Diagnosa Keperawatan yang muncul
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif (D.0001)
Definisi
Ketidakmampuan membersihkan sekretatau obstruksi jalan nafas untuk
mempertahankan jalan nafas tetap paten.
Penyebab
Fisiologis
1) Spasme jalan nafas
2) Hipersekresi jalan nafas
3) Disfungsi neuromuskuler
4) Benda asing dalam jalan nafas
5) Adanya jalan nafas buatan
6) Sekresi yang tertahan
7) Hiperplasia dinding jalan nafas
8) Proses infeksi
Situasional
1) Merokok aktif
2) Merokok pasif
3) Terpajan polutan
2. Hipertermia
Hipertermia
Definisi
Suhu tubuh meningkat di atas rentang normal tubuh
Penyebab
1.Dehidrasi
2.Terkapar lingkungan panas
3.Proses penyakit
4.Ketidak sesuaian pakaian dengan suhu lingkungan
5.Peningkatan laju metabolisme
6.Respon trauma
7.Aktivitas berlebihan
8.Penggunaan inkubator
Gejala dan tanda mayor
Subjective objective
Suhu tubuh diatas nilai normal
Gejala dan tanda minor
Subjective objective.
Kulit merah kejang takikardi takipnea kulit terasa
hangat
Kondisi klinis terkait
1.Proses infeksi
2.Hipertiroid
3.Stroke
4.Dehidrasi
5.Trauma
6.Prematuritas
2.
3. Defisit nutrisi
Definisi
Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolisme
Penyebab
1.Ketidakmampuan menelan makanan
2.Ketidakmampuan mencerna makanan
3.Ketidakmampuan mengabsorbsi makanan
4.Faktor peningkatan kebutuhan metabolisme
Gejala dan tanda mayor
Subjektif objektif
Berat badan menurun minimal 10% dibawah rentang ideal
Gejala dan tanda minor
Subjektif objektif
1.Cepat kenyang setelah makan bising usus hiperaktif
2.Kram atau nyeri abdomen otot pengunyah
lemah
3.Nafsu makan menurun otot menelan lemah
membran mukosa pucat
3).Pemantauan respirasi
Definisi
Mengumpulkan dan menganalisis data terkait peningkatan TIK.
Tindakan
Observasi
a. Identifikasi frekuensi pola nafas
b. Monitor adanya produksi sputum
c. Monitor adanya sumbatan jalan nafas
d. Auskultasi bunyi nafas
e. Monitor hasil x ray thorak
Terapeutik
f. Atur interval waktu pemantauan
g. Dokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi
h. Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
i. Informasikan hasil pemantauan
2. Hipertermia
Manajemen hipertermi
Definisi
Mengidentifikasi dan mengelola peningkatan suhu tubuh akibat
disfungsi termoregulasi
Tindakan
Observasi
-Identifikasi penyebab hipertermia
-Monitor suhu tubuh
-Monitor kadar elektrolit
-Monitor he luaran urine
Terapeutik
-mnyediakan lingkungan yang dingin
-Hindarkan atau lepaskan pakaian
-Bahasa hidan kipas si permukaan tubuh
-Ganti linen setiap hari
-Berikan oksigen
Edukasi
-Anjurkan tira baring
Kolaborasi
-Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena
3. Defisit Nutrisi
1). Manajemen nutrisi
Definisi
Mengidentifikasi dan mengelola asupan nutrisi yang seimbang
Tindakan
Observasi
-Identifikasi status nutrisi
-Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
-Identifikasi makan yang disukai
-Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrisi
-Identifikasi perlunya menggunakan selang naso gestrek
-Monitor asupan makanan
-Monitor berat badan
-Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
Terapeutik
-Lakukan oral hygiene sebelum makan
-Fasilitasi pedoman diet
-Sajikan makanan dan su yang sesuai
-Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
-Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
-Berikan suplemen makanan
Edukasi
-Anjurkan posisi duduk
-Ajarkan diet yang di program kan
Kolaborasi
-Kolaborasi pemberian me dikasih sebelum makan
-kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrisi yang dibutuhkan
Evaluasi
1. Bersihan Jalan Nafas (L.01001)
Definisi :
Kemampian membersihkan sekret atau obstruksi jalan nafas untuk
mempertahankan jalan nafas tetap paten.
Ekspektasi : Meningkat
Kriteria Hasil :
Menurun Cukup Sedang Cukup Meningkat
menurun Meningkat
Batuk efektif 1 2 3 4 5
mengi 1 2 3 4 5
weezing 1 2 3 4 5
mekonium 1 2 3 4 5
dispneu 1 2 3 4 5
Ortopneu 1 2 3 4 5
Sulit berbicara 1 2 3 4 5
gelisah
Memburuk Cukup Sedang Cukup membaik
memburuk membaik
Frekuensi nafas 1 2 3 4 5
Kedalaman nafas 1 2 3 4 5
Pola nafas 1 2 3 4 5
2. Hipertermia (L.01004)
Definisi :
Pengaturan suhu tubuh agar tetap berada di rentan normal
Ekspektasi : Membaik
Kriteria Hasil :
Menurun Cukup Sedang Cukup Meningkat
menurun Meningkat
menggigil 1 2 3 4 5
kulit merah
1 2 3 4 5
kejang
Penggunaan otot 1 2 3 4 5
bantu nafas
Pemanjangan fase 1 2 3 4 5
ekspirasi
Ortopneu 1 2 3 4 5
Pernafasan 1 2 3 4 5
puersed lip
Pernafasan cuping 1 2 3 4 5
hidung
Memburuk Cukup Sedang Cukup membaik
memburuk membaik
Suhu tubuh 1 2 3 4 5
Suhu kulit 1 2 3 4 5
Pengisisan kapiler 1 2 3 4 5
3. Status Nutrisi
Definisi :
Keadekuatan asupan nutrisi untuk memenuhi kebutuhan
metabolisme.
Ekspektasi : Membaik
Kriteria Hasil :
Menurun Cukup Sedang Cukup Meningkat
menurun Meningkat
Porsi dihabiskan 1 2 3 4 5
Kekuatan 1 2 3 4 5
menelan
1
2 3 4 5
Serum albumin
K A
A
R Y
A H U SA
D
Nama Mahasiswa : Muhammat Lutfi Nuril Anwar
Nomor Ujian : 201803037
Tempat Ujian : Ruang __________________________________
Tanggal Ujian : ________________________________________
1. BIODATA
A. Identitas Pasien
Nama : An.S
Nama Panggilan : Samuel
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur / Tgl. Lahir : 4 tahun/ 04 05 2016
Diagnosa Medis : Pertusis ( Batuk rejan)
Tgl MRS : 5 Oktober 2020
2. KELUHAN UTAMA
Keluarga Px mengatakan batuk-batuk terus menerus disertai muntah dan badannya panas
3. ALASAN KUNJUNGAN
Keluarga px mengatakan keluarga tinggal di lingkungan padat penduduk. Satu minggu yang lalu
An S mengeluh pusing kepada ibunya. Ibu mengetahui anknya demam dan batuk yang timbul
mula-mula di malam hari.Nafsu makan An S menurun . Hingga batuknya semakin hebat ibunya
memutuskan untuk membawa dia ke RS terdekat
C. Postnatal :
Riwayat persalianan partus spontans, penolong bidan
Ibu mengatakan kondisi bayi saat lahir normar : berat badan 3,4 kg, panjang 49 cm,bayi langsung
minum ASI.
APGAR Score
1. Activity
Skor 2 bergerak aktif dan kuat
2. Pulse
Skor 2 berdetak lebih dari 100 detik per menit
3. Grimance
Skor 2 menunjukan res[pons rangsangan
4. Apearance
Skor 2 warna kemerahan
5. Respiration
Bayi menangis kuat
C. Penggunaan obat-obatan :
Keluarga px mengatakan ketika anak demam diberikan bodrexcin
E. A l l e r g i :
Keluarga px mengatakan Tidak ada alergi
F. Kecelakaan :
Keluarga px mengatakan tidak pernah kecelakaan
G. Imunisasi :
Keluarga px mengatakan imunisasi pada px kurang lengkap yaitu imunisasi DPT
7. RIWAYAT SOSIAL
A. Yang mengasuh anak :
Orang tua : ayah dan ibu
8. KEBUTUHAN DASAR
A. Makanan yang disukai/tidak disukai:
Makanan yang disukai : Makanan yang tidak disukai :
Telur dan tempe Ikan Gurame
Selera makan :
Waktu dirumah : Waktu di Rs :
Selalu habis porsinya tidak habis dan ada pantangannya
E. Eliminasi :
Di rumah : DI RS :
BAK 5x seharii BAK 3x sehari
BAB 1x sehari BAB -
C. Status nutrisi :
nafsu makan hilang, mual muntah
penurunan massa otot
D. Status hidrasi :
Turgor kulit buruk
E. Aktivitas :
Pasien hanya berbaring di tempat tidur ketika mau BAK memakai pisfot dan biasanya
ke kamar mandi diangkat sama ortunya
F. Pemeriksaan Abdomen :
Inspeksi : Warna kulit sama dengan sekitarnya, perut datar, tidak buncit, tidak ada benjolan,
dan tidak terdapat massa.
Auskultasi : bising usus 25 x/menit
Perkusi : bunyi timpani
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan pada abdomen
H. Punggung :
Tidak ada kelainan seperti lordosis, kifosis,skoliosis
I. Pemeriksaan Muskuluskeletal (Ekstremitas) :
tidak ada luka/jejas, warna kulit sama dengan sekitarnya,
Kemampuan pergerakan sendi normal/bebas
J. Pemeriksaan Integumen :
.kuku bersih, pendek, warna kulit sama dengan sekitarnya, tidak terdat nyeri tekan.
K. Pemeriksaan Neurologi :
Pusing +
Gangguan tidur +
Penglihatan mata : Anemia
Pendengaran : tidak ada kelainan
Penciuman : Tidak kelainan
11. LABORATORIUM
DARAH LENGKAP HASIL NORMAL
WBC 7.662 % 3.70 – 10.1%
Netrofil 5.1
Limfosit 1.8
Monosit 0.5
Eosinofil 0.1
Basofil 0.1
Neutrofil % 66.8 39.3 – 73.7%
Limfosit % 23.6 18.0 – 48.3 %
Monosit% 7.1 4.40 – 12.7 %
Eosinofil % 1.8 0.600 – 7.30 %
Basofil % 0.7 0.00 – 1.70 %
Eritrosit (RBC) 6.679 4.6 – 6.2
Hemoglobin 10.05 13.5 – 18.0
Hematocrit 56 40 – 54
MCV 90.96 81.1 – 96.0
MCH 26,5FI 27.0 – 31.2
MCHC 35.37 31.8 – 35.4
RDW L 9.15 11.5 – 14.5
PLT 222 115 – 366
MPV 9.093 6.90 – 10.6
FAAL HEMOSTASIS
APTT 30.00
Protombine Time 12.50
INR 0.91
KIMIA KLINIK
GDA - < 200
12. X – RAY
Adanya sekret di jalan pernafasan di ICS 3 dan 4
13. OBAT-OBATAN
Eradikasi bakteri :
Eritromisin 2 gram/hari
Klaritomisin 1 gram/hari
Azitromisin 10 mg/berat badan
Nama Pasien : An S
Umur : 4 Tahun
No. Register :123xxx
2 5-10-20 Hipertermia
3 5-10-20
Defisit Nutrisi
INTERVENSI KEPERAWATAN
(NURSING INTERVENTION CLASSIFICATION)
Intervensi keperawatan
yang disarankan untuk
menyelesaikan masalah
3. Pemantauan
respirasi
Mengumulkan dan menganalisis data untuk memastikan
kepatnenan jalan nafas dan keefektifan pertukaran gas
Aktivitas-aktivitas
(rencana tindakan):
1. Manajemen a. Monitor pola nafas (frekuensi,kedalaman)
b. Monitor bunyi nafas tambahan
jalan nafas
c. Monitor sputum
d. Pertahankan kepatenan kalan nafas
e. Lakukan penghisapan lendir < 15 detik (suction)
f. Berikan oksigenasi
g. Pantau adanya tanda dan gejala sesak nafas
Observasi
2. Pemantauan - identifikasi kemampuan batuk
respirasi
- monitor adanya restensi sputum
- monitor tanda infeksi pernafasn
3. Latiham batuk
efektif - monitor input dan output cairan
Terapeutik
- Atur posisi semifowler
Intervensi keperawatan
yang disarankan untuk
menyelesaikan masalah
Intervensi keperawatan
yang disarankan untuk
menyelesaikan masalah:
EVALUASI KEPERAWATAN
Subyektif
Obyektif
Skala Outcome:
Pengeluaran sekret atau sputum 20 ml
Nyeri dada (-)
- Batuk efektif, (2)
Ttv : - Pola nafas, (3)
TD: 120/80 mmHg - Ronchi , (2)
N : 100x/mnt
S : 37oC
RR: 29x/mnt
Planning (NIC)
Lanjutkan intervensi:
1. Managemen jalan nafas
2. Latiahn batuk efektif
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
10.00 S : 36,5oC
RR: 31 x/mnt
10.15
- Monitor adanya produksi sputum
10.30 - Monitor adanya sumbatan jalan nafas
- Auskultasi bunyi nafas
- Atur interval waktu pemantauan
10.45
- Memonitor saturasi oksigen sp02 dan Co2
- Lakukan penghisapan lendir < 15 detik (suction
- Berikan oksigenasi
12.00
- Pantau adanya tanda dan gejala sesak nafas
- Memonitor TTV
TD: 110/80 mmHg
N : 90x/mnt
13.00 S : 36,7oC
RR: 28x/mnt
- Memberikan injeksi obat
Eritromisin 2 gram/hari
Klaritomisin 1 gram/hari
Azitromisin 10 mg/berat badan
- RL : 30 tpm
14.00 Memfasilitas istirahat dan tidur
EVALUASI KEPERAWATAN
Subyektif
Obyektif
Skala Outcome:
Pengeluaran sekret atau sputum 25 ml
Nyeri dada (-)
- Batuk efektif, (5)
Ttv : - Pola nafas, (5)
TD: 120/80 mmHg - Ronchi , (5)
N : 100x/mnt
S : 37oC
RR: 29x/mnt
Planning (NIC)
Lanjutkan intervensi:
3. Managemen jalan nafas
4. Latiahn batuk efektif
2 5-10-20 Hipertermia
14.00
EVALUASI KEPERAWATAN
Subyektif
Suhu tubuh 38
Menggigil, suhu kulit hangat - Suhu kulit, (3)
Ttv : - Suhu tubuh, (3)
TD: 100/80 mmHg -
N : 100x/mnt
S : 38,2oC
RR: 30x/mnt
Planning (NIC)
Lanjutkan intervensi:
1. Management hipertermia
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
14.00
EVALUASI KEPERAWATAN
Subyektif
Suhu tubuh 36
suhu kulit hangat - Suhu kulit, (5)
Ttv : - Suhu tubuh, (5)
TD: 100/80 mmHg -
N : 100x/mnt
S : 36,2oC
RR: 30x/mnt
Planning (NIC)
Intervensi dihentikan
DEFISIT NUTRISI
10.30
-Monitor asupan makanan
-Monitor berat badan
12.00
- Monitor tandat-tanda vital
- Memonitor TTV
Subyektif
.
Obyektif Skala Outcome:
Lemah
- Berat badan, (3)
Turgor kulit jelek - Nafsu makan (3)
Berat badan turun 3 kg - porsi dihabiskan,(3)
Ttv :
TD: 90/80 mmHg
N : 80x/mnt
S : 36oC
RR: 29x/mnt
Planning (NIC)
Lanjutkan intervensi:
Managemen nutr
08.15 S : 36oC
RR: 30x/mnt
08.25
-Identifikasi status nutrisi
08.45
-Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
09.00 -Identifikasi makan yang disukai
10.30
12.00
- Monitor tandat-tanda vital
- Memonitor TTV
13.00 TD: 100/90 mmHg
N : 80x/mnt
S : 36,9oC
14.00 RR: 29x/mnt
Subyektif
.
Obyektif Skala Outcome:
Lemah
- Berat badan, (5)
Turgor kulit jelek - Nafsu makan (5)
Berat badan naik 2 kg - porsi dihabiskan,(5)
Ttv :
TD: 90/80 mmHg
N : 80x/mnt
S : 36oC
RR: 29x/mnt
Assesment (Pengkajian lanjutan)
Planning (NIC)
Intervensi dihentikan
LEMBAR PENGESAHAN
Satuan Acara Penyuluhan ini dibuat dalam rangka memenuhi Tugas Promosi
Kesehatan pada tanggal 27 Oktober 2020 oleh mahasiswa Prodi D3 Keperawatan
STIKES KARYA HUSADA KEDIRI :
Mengetahui
Pembimbing Institusi Mahasiswa
Topik : Pertusis
Sub Topik :Mengenal danMemahami tentang Pertusis
Sasaran : Pasien pertusis
Tempat : RS Ngudi waluyo Blitar
Hari/Tanggal : 8 Oktober 2020
Penyuluh : Lutfi nuril anwar
1. Topik
“Pertusis (Batuk Rejan)”
2. Sub Topik
“Menngenal dan Memahami Tentanng Pertusis”
A. Tujuan
a. Tujuan Instruksional Umum
Setelah diberikan penyuluhan selama+30 menit diharapkan peserta
Mampu memahami tentang Pertusis.
b. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan diharapkan peserta mampu:
1) Menjelaskan Pengertian Pertusis.
2) Menjelaskan Penyebab Pertusis.
3) Menyebutkan Penyebaran Pertusis.
4) Menyebutka Tanda Gejala Pertusis.
5) Menyebutkan Komplikasi Pertusis.
6) Menjelaskan Pencegahan Pertusis.
B. Tempat
RS Ngudi Waluyo Blitar
C. Waktu
Kegiatan penyuluhan dilakukan pada :
Hari/tanggal :5 Oktober 2020
Waktu : Pukul 16.00 WIB
D. Sasaran
a. Peserta : keluarga di RS Ngudi Waluyo
b. Jumlah : - orang
E. Metode
Metode yang digunakan adalah ceramah dan diskusi.
F. Media
Media yang digunakan adalah leaflet dan power point. Alat yang digunakan adalah LCD
dan leptop
G. Pengorganisasian :
Penyuluh : Lutfi Nuril Anwar
H. Kegiatan penyuluhan
Tahap Waktu KegiatanPenyuluhan KegiatanPeserta Media
Kegiatan
Pendahuluan 5menit 1. Memperkenalkan diri 1. Mendengar kan Leaflet
dan
2. Memberikan penjelasan memperhatikan
mengenai topik penyuluhan
kepada peserta 2. Mendengarkan
3. Menanyakan kepada peserta dan
apakah ada yang sudah tahu memperhatikan
atau belum tentang Pertusis 3. Menjawab
(Batuk Rejan). pertanyaan yang
diajukan penyaji
Penyajian 15 menit 1. Penyuluhan Leaflet
a. Menjelaskan 1. Mendengarkandan
PengertianPertusis. memperhatikan
b. Menjelaskan Penyebab
Pertusis. 2. Mendengarkandan
c. Menyebutkan memperhatikan
Penyebaran Pertusis.
d. MenyebutkaTanda 3.Mendengarkandanm
Gejala Pertusis. emperhatikan
e. Menyebutkan
Komplikasi Pertusis. 4. Mendengarkandan
f. Menjelaskan memperhatikan
Pencegahan Pertusis.
2. Diskusi dan Tanya
jawab
J. Materi Penyuluhan :
Nama lain dari Batuk Rejan yaitu pertusis, batuk 100 hari, batuk anjing, whooping cough dan
tussis quinta. Batuk Rejan yaitu merupakan penyakit infeksi akut pada saluran pernapasan yang sangat
menular, ditandai oleh suatu sindrom yang terdiri dari batuk yang bersifat spasmodik (penyempitan
saluran pernapasan) dan paroksimal (kekambuhan/parahnya gejala secara tiba-tiba) yang disertai nada
yang meninggi, karena penderita berupaya keras untuk menarik napas sehingga pada akhir batuk
sering disertai bunyi khas (whoop) sehingga penyakit ini disebut whooping cough. Penyakit ini
terutama menyerang pada anak-anak yang berusia dibawah umur 5 tahun, akan tetapi bisa menyerang
pada semua umur, mulai dari bayi sampai dewasa. Batuk ini sifatnya lama dan khas, selain itu
biasanya disertai suara batuk gonggong atau suara melengking dan dapat berlangsung cukup lama
2. Penyebab (etiologi)
Batuk Rejan (pertusis) disebabkan oleh bakteri bordetella pertussis (haemophilus pertussis),
yang merupakan suatu batang gram-negatif dan terkadang disebabkan oleh bordetella parapertussis.
Bakteri bordetella parapertusis menyebabkan parapertusis, yaitu penyakit sejenis batuk rejan (pertusis)
yang gejalanya lebih ringan dan biasanya menyerang pada anak usia sekolah dan relatif jarang terjadi.
Perbedaan kedua penyakit tersebut adalah dalam hal pemeriksaan kultur, biokimia, dan tes imunologi.
Bakteri inilah yang akan menempel pada silia epitel saluran pernapasan, sehingga akan fungsi silia
menjadi terganggu sehingga aliran mukus atau lendir atau sekret terhambat dan terjadi pengumpulan
3. Penyebaran
a. Droplet (percikan) dari orang ke orang ketika batuk, bersin, atau berbicara.
b. Bahan droplet
Batuk rejan merupakan toxin-mediated disease, yaitu toksinnya/racun melekat dan melumpuhkan
bulu getar saluran nafas (silia). Hal ini akan mengganggu aliran sekret/riak. Sehingga akan terjadi batuk
terus-menerus yang diakhiri dengan whoop (inspirasi/menghirup nafas panjang dan melengking) yang
bisa berlangsung 1-10 minggu. Gejala dan tanda pertama dari batuk rejan muncul sesudah 7-14 hari atau
disebut juga masa inkubasi/masa tunas. Batuk rejan berlangsung dalam 3 stadium dengan masing-
Pada permulaan hanya batuk-batuk ringan, terutama pada malam hari dimana batu kini semakin
lama semakin bertambah berat dan terjadi serangan pada malam hari .Gejala lainnya adalah flu/pilek
Batuk semakin bertambah berat dan terjadi paroksimal ditandai batuk yang berbunyi nyaring dan
terdengar menarik nafas pada akhir serangan batuk.Penderita tampak berkeringat, pembuluh darah leher
dan muka melebar. Batuk yang sedemikian beratnya sehingga penderita tampak gelisah.Pada awal nya
anak yang terinfeksi terlihat seperi terkena flu biasadenganhidungmengeluarkan lender.Mata berair,
bersin, demam dan batuk ringan. Batuk inilah yang menjadi parah dan sering. Batuk akan semakin
panjang dan seringkali berakhir dengan suara seperti orang menarik nafas (melengking).penderita akan
berubah menjadi biru karena tidak mendapatkan oksigen yang cukup selama rangkaian batuk. Pada
waktu serangan batuk, anak-anak bisa terkencing-kencing, mata terlihat seperti perdarahan sub
batukakanberkurangsecarabertahap.
serangan batuk berkurang, begitu juga muntah. Dan nafsu makan pun timbul kembali.Infeksi semacam
5. Kompilkasi
a. Pneumonia, terkadang sebagian lendir yang kental menyumbat salah satu bronkus kecil pada
anak sehingga dapat menyebabkan pneumonia. Jika tidak diobati dengan tepat, dapat terjadi
b. Malnutrisi, lamanya penyakit ini disertai muntah-muntah akan menyebabkan penurunan berat
badan anak. Jika anak sudah mulai kurang gizi ketika terserang batuk rejan, mungkin menjadi
c. Kejang, terkadang anak menjadi kejang pada akhir rangkaian batuk tersebut. Jika terjadi kejang,
berikan paraldehid. Hal ini terjadi akibat ketidakseimbangan cairan elektrolit akibat muntah-
muntah dan kadang-kadang terdapat kongesti dan edema otak, mungkin dapat pula terjadi
perdarahan otak. Bisa juga diakibatkan karena hipoksia dan anoksia akibat penghentian pernapasan
yang lama.
d. Gagal jantung, terkadang dapat terjadi gagal jantung pada batuk rejan yang berat.
(epistaksis), ulkus di bawah lidah/ ujung lidah karena tergosok pada gigi atau tergigit pada waktu
serangan batuk , perdarahan subkonjungtiva, edema pada kelopak mata, prolaps rectum akibat dari
diare.
f. Batuk rejan akan memperburuk tuberkulosis primer karena daya tahan tubuhnya terhadap
6. Pencegahan
Berikut beberapa petunjuk untuk mencegah penyebaran batuk rejan (pertusis) :
a. Pencegahan utama dari pertusis (batuk rejan) yaitu Imunisasi pada usia 2, 4, 6, dan 18 bulan dan
4-6 tahun. Vaksin yang direkomendasikan adalah 3 dosis vaksin yang mengandung suspensi
bakteri yang telh dimatikan, biasanya dikombinasikan dengan diphtheria dan tetanus toxoid yang
diserap dalam garam aluminium (vaksin absorbs diphtheria dan tetanus toxoid dan pertusis, USP,
DPT, DTwPatauDTaP). Pada bayiusia 2 minggu diberikan imunisasi sebanyak tiga kali, dengan
interval empat minggu. Vaksinasi tidak boleh diberikan kepada anak-anak berumur 6 tahun ke atas
karena dapat menyebabakan demam yang parah. Sehingga diharapkan kemingkinan terinfeksi
pertusi s akan semakin rendah dengan diberikannya imunisasi, dan gejala penyakit pun tidakakan
b. Isolasi, jagalah penderita batuk rejan jauh dari anak-anak. Anak yang baru sembuh dari batuk
rejan, tidak boleh kembali bersekolah sampai 3 minggu setelah dimulai batuk dengan “whoop”.
c. Melakukan penyuluhan kepada masyarakat terutama orangtua bayi, meliputi pendidikan
bahayanya penyakit ini serta keuntungan imunisasi pertama pada anak berusia tidak lebih dari dua
bulan.
BATUK REJAN APA
APA ITU
ITU PERTUSIS
PERTUSIS
(PERTUSIS) (BATUK
(BATUK REJAN).....?
REJAN).....?
Disusun Oleh :
Batuk Rejan/ Pertusis yaitu
Muhammat Lutfi Nuril Anwar
Nim : 201803037
merupakan penyakit infeksi akut
pada saluran pernapasan yang
sangat menular, ditandai oleh suatu
sindrom yang terdiri dari batuk
yang bersifat spasmodik
(penyempitan saluran pernapasan)
dan paroksimal
PROGRAM STUDI D3 (kekambuhan/parahnya gejala
KEPERAWATAN secara tiba-tiba)
STIKES KARYA HUSADA KEDIRI
TAHUN 2019/2020
PENYEBAB DAN
PENYEBAB TANDA GEJALA NYA
PENYEBAB
APA APA
APA SIH...?
SIH...?