Oleh :
TIKA RETNOWATI
201703067
Mengetahui :
Mahasiswa
( Tika Retnowati )
Pembimbing Institusi
1. DEVINISI LANSIA
Pengertian lanjut usia adalah masa tua disertai dengan adanya kemunduran-
kemunduran kemampuan kerja panca indra, gangguan fungsi alat tubuh,
perubahan-perubahan secara psikologis seperti kelemahan, keterlambatan berpikir
serta kurangnya efisiensi mental dan perubahan-perubahan pada jaringan tubuh
(DepKes RI, 1998).
Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan
manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai
dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Menjadi tua
merupakan proses alamiah yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap
kehidupan, yaitu anak, dewasa, dan tua .Tiga tahap ini berbeda, baik secara
biologis maupun psikologis. Memasuki usia tua berarti mengalami kemunduran,
misalnya kemunduran fisik yang ditandai dengan kulit yang mengendur, rambut
memutih, gigi mulai ompong, pendengaran kurang jelas, pengelihatan semakin
memburuk, gerakan lambat dan figur tubuh yang tidak proporsional.
2. BATASAN LANSIA
Usia yang dijadikan patokan untuk lanjut usia berbeda-beda, umumnya berkisar
antara 60-65 tahun. Beberapa pendapat para ahli tentang batasan usia adalah
sebagai berikut 2.
1) Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), ada empat tahapan yaitu:
A. Usia pertengahan (middle age) usia 45-59 tahun.
B. Lanjut usia (elderly) usia 60-74 tahun.
C. Lanjut usia tua (old) usia 75-90 tahun.
D. Usia sangat tua (very old) usia > 90 tahun.
2) Menurut Prof. Dr. Ny. Sumiati Ahmad Mohammad (Alm.), Guru Besar
Universitas Gajah Mada Fakultas Kedokteran, periodisasi biologis
perkembangan manusia dibagi menjadi:
A. Masa bayi (usia 0-1 tahun)
B. Masa prasekolah (usia 1-6 tahun)
C. Masa sekolah (usia 6-10 tahun)
D. Masa pubertas (usia 10-20 tahun)
E. Masa setengah umur, prasenium (usia 40-65 tahun)
F. Masa lanjut usia, senium (usia >65 tahun)
3) Menurut Dra. Ny. Jos Masdani, psikolog dari universitas Indonesia,
kedewasaan dibagi empat bagian:
A. Fase iuventus (usia 25-40 tahun)
B. Fase verilitas (usia 40-50 tahun)
C. Fase prasenium (usia 55-65 tahun)
D. Fase senium (usia 65 tahun hingga tutup usia)
4) Menurut Prof. Dr. Koesoemanto Setyonegoro, Sp. Kj., batasan usia dewasa
sampai lanjut usia dikelompokkan menjadi:
A. Usia dewasa muda (elderly adulthood) usia 18/20-25 tahun
B. Usia dewasa penuh (middle years) atau maturitas usia 25-60/65 tahun
C. Lanjut usia (geriatric age) usia >65/70 tahun, terbagi atas:
a. Young old (usia 70-75 tahun)
b. Old (usia 75-80 tahun)
c. Very old (usia > 80 tahun)
Di Indonesia, batasan mengenai lanjut usia adalah 60 tahun ke atas, terdapat dalam
Undang-Undang Nomor 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia pada
Bab 1 pasal 1 Ayat 2.Menurut undang-undang tersebut di atas lanjut usia adalah
seorang yang mencapai usia 60 tahun ke atas, baik pria ataupun wanita.
3. PROSES MENUA ( AGING PROCESS )
Menua merupakan proses berulangnya daya tahan tubuh dalam menghadapi
rangsangan dari dalam maupun luar tubuh. Walaupun demikian memang harus
diakui bahwa memang penyakit sering di jumpai pada kaum lanjut usia. Tidak ada
batas yang tegas, usia berapa penampilan seseorang mulai menurun. Pada setiap
orang, fungsi fisiologis alat tubuhnya sangat berbeda, baik dalam hal pencapaian
puncak maupun saat menurunnya. Namun umumnya, fungsi fisiologis tubuh
mencapai puncaknya pada umur antara 20 dan 30 tahun. Setelah mencapai puncak,
fungsi alat tubuh akan berada dalam kondisi tetap utuh beberapa saat, kemudian
menurun sedikit demi sedikit sesuai bertambahnya umur.
Teori yang menerangkan ”Proses Menua”, mulai dari teori degeneratif yang
didasari oleh habisnya daya cadangan vital, teori terajadinya atrofi, yaitu teori
yang mengatakan bahwa proses menua adalah proses evolusi, dan teori
imunologik yaitu teori adanya produk sampah, produk dari tubuh sendiri, yang
makin bertumpuk. Tetapi seperti diketahui, lanjut usia akan selalu bergandengan
dengan perubahan fisiologik maupun psikologik. Penting untuk diketahui bahwa
aktivitas fisik dapat menghambat atau memperlambat kemunduran fungsi alat
tubuh yang disebabkan bertambahnya umur.
1. DEVINISI DIMENSIA
Demensia (pikun) merupakan kemunduran kognitif yang sedemikian beratnya
sehingga mengganggu aktivitas hidup sehari-hari dan aktivitas sosial. Kemunduran
kognitif pada demensia biasanya di awali dengan kemunduran memori/daya ingat
(pelupa) 3.
Demensia merupakan gangguan fungsi intelektual dan memori di dapat yang
disebabkan oleh penyakit otak, yang tidak berhubungan dengan gangguan tingkat
kesadaran, (Sudoyo, Uru W dkk, 2009).
2. ETIOLOGI DIMENSIA
Penyebab demensia adalah kematian sel sel saraf atau hilangya komunikasi
antar sel sel yang ada di otak. Otak manusia layaknya mesin yang sangat kompleks
dan rumit sehingga banyak faktor kompleks yang menggangu komunikasi anatr sel
saraf satu dan sel saraf lainnya. Peneliti menelti tentang penyakit ini telah
menemukan banyak faktor faktor yang mempengaruhi demensia salah satu
faktornya adalah karena pengunaan zat adiktif yang banyak.
Penyebab demensia antara lain 4.
1) Vaskular
Demensia vaskuler adalah istilah untuk demensia dengan masalah sirkulasi
darah ke otak dan bentuk paling umum kedua dari demensia. Ada beberapa
jenis demensia vaskuler. Dua jenis yang paling umum adalah demensia multi-
infarct dan penyakit binswanger. Demensia multi-infarct disebabkan oleh
sejumlah serangan otak (stroke) ringan, disebut ministroke atau Transient
Ischaemic Attack (TIA) dan mungkin merupakan jenis yang paling umum dari
demensia vaskuler. Penyakit binswanger (juga dikenal sebagai demensia
vaskuler subkortikal) dihubungkan dengan perubahan di otak yang disebabkan
oleh serangan otak. Penyakit ini disebabkan oleh tekanan darah tinggi,
penebalan pembuluh nadi dan aliran darah yang tidak cukup. Demensia
vaskuler mungkin tampak serupa dengan penyakit alzheimer, dan campuran
penyakit alzheimer dan demensia vaskuler dapat terjadi pada sejumlah orang.
2) Tipe lewy bodies.
Demensia dengan kumpulan lewy (lewy bodies) disebabkan oleh kemunduran
dan matinya sel-sel saraf di otak. Nama itu berasal dari adanya struktur-
struktur abnormal berbentuk bola, disebut kumpulan lewy, yang tumbuh di
dalam sel-sel saraf. Diduga struktur itu ikut menyebabkan kematian sel-sel
otak. Orang yang mempunyai demensia dengan kumpulan lewy cenderung
melihat sesuatu yang tidak ada (mengalami halusinasi visual), mengalami
kekakuan atau gemetar (parkinsonisme) dan kondisi mereka cenderung
berubah- ubah secara cepat, sering dari jam ke jam atau dari hari ke hari.
Gejala itu memungkinkan dibedakannya penyakit ini dari penyakit alzheimer.
Demensia dengan kumpulan lewy kadang-kadang muncul bersamaan dengan
penyakit alzheimer dan/atau demensia vaskuler. Mungkin sulit untuk
membedakan demensia dengan kumpulan lewy dari penyakit parkinson dan
orang dengan penyakit parkinson menderita demensia yang serupa dengan
yang terlihat pada demensia dengan kumpulan lewy.
3) Fronto Temporal Lobar Degeneration (FTLD)
Ini adalah nama yang diberikan kepada sebuah kelompok demensia jika
terjadi proses kemunduran dalam satu atau keduanya dari lobus frontal atau
lobus temporal otak. Termasuk dalam kelompok ini adalah fronto temporal
demensia (demensia pada lobus frontal dan lobus temporal), progressive non-
fluent aphasia (penderita secara berangsur-angsur kehilangan kemampuan
berbicara), semantic demensia (penderita tidak mengerti arti kata-kata) dan
penyakit pick. Lebih dari 50% orang penderita FTLD mempunyai riwayat
keluarga dengan penyakit tersebut. Mereka yang mewarisinya sering
mengalami mutasigen pada protein tau dalam kromosom 17 yang
menyebabkan diproduksinya protein tau yang abnormal. Tidak diketahui
adanya faktor risiko lain.
4) Penyakit Parkison
Penyakit parkinson adalah penyakit sistem saraf yang terjadi berangsur-
angsur, ditandai dengan gemetar, kaku pada anggota-anggota badan dan
persendian, kesulitan berbicara dan kesulitan memulai gerakan fisik. Pada
tahap lanjut dari penyakit ini sebagian orang akan terkena demensia. Obat-
obatan mungkin dapat meringankan gejala fisik, tetapi dapat menimbulkan
efek samping yang dapat termasuk halusinasi, delusi (anggapan yang salah),
kebingungan yang bertambah secara sementara dan gerakan-gerakan tidak
normal.
5) Penyakit Alzheimer
Penyakit alzheimer adalah bentuk demensia yang paling umum dan terdapat
pada 50% sampai 70% dari semua kasus demensia. Ini adalah penyakit
menurunnya kemampuan fungsi otak secara berangsur-angsur. Dengan
mengecilnya atau menghilangnya sel-sel otak, bahan-bahan abnormal
bertimbun membentuk “kekusutan” di tengah sel otak, dan sebagai “lapisan”
di luar sel otak. Sel-sel abnormal itu mengganggu jalannya pesan-pesan di
dalam otak danmerusak hubungan antar sel otak. Sel otak pada akhirnya mati
dan ini berarti informasi tidak dapat diterima atau dicerna. Penyakit alzheimer
berefek pada setiap area di otak, fungsi-fungsi atau kemampuan-kemampuan
tertentu hilang.
Gangguan mobilitas
Risiko cidera fisik
Kerusakan Memori
6. KLASIFIKASI DIMENSIA
Klasifikasi Demensia menurut Aspiani (2014) dapat dibagi dalam 3 tipe
1) Demensia Kortikal dan Sub Kortikal
A. Demensia Kortikal Merupakan demensia yang muncul dari kelainan yang
terjadi pada korteks serebri substansia grisea yang berperan penting terhadap
proses kognitif seperti daya ingat dan bahasa. Beberapa penyakit yang dapat
menyebabkan demensia kortikal adalah Penyakit Alzheimer, Penyakit
Vaskular, Penyakit Lewy Bodies, sindroma Korsakoff, ensefalopati
Wernicke, Penyakit Pick, Penyakit Creutzfelt- Jakob
B. Demensia Subkortikal Merupakan demensia yang termasuk non-Alzheimer,
muncul dari kelainan yang terjadi pada korteks serebri substansia alba.
Biasanya tidak didapatkan gangguan daya ingat dan bahasa. Beberapa
penyakit yang dapat menyebabkan demensia kortikal adalah penyakit
Huntington, hipotiroid, Parkinson, kekurangan vitamin B1, B12, Folate,
sifilis, hematoma subdural, hiperkalsemia, hipoglikemia, penyakit Coeliac,
AIDS, gagal hepar, ginjal, nafas, dll.
2) Demensia Reversibel dan Non reversible
A. Demensia Reversibel Merupakan demensia dengan faktor penyebab yang
dapat diobati. Yang termasuk faktor penyebab yang dapat bersifat reversibel
adalah keadaan/penyakit yang muncul dari proses inflamasi (ensefalopati
SLE, sifilis), atau dari proses keracunan (intoksikasi alkohol, bahan kimia
lainnya), gangguan metabolik dan nutrisi (hipo atau hipertiroid, defisiensi
vitamin B1, B12, dll).
B. Demensia Non Reversibel Merupakan demensia dengan faktor penyebab
yang tidak dapat diobati dan bersifat kronik progresif. Beberapa penyakit
dasar yang dapat menimbulkan demensia ini adalah penyakit Alzheimer,
Parkinson, Huntington, Pick, Creutzfelt- Jakob, serta vaskular. c.
3) Demensia Pre Senilis dan Senilis
A. Demensia Pre Senilis Merupakan demensia yang dapat terjadi pada golongan
umur lebih muda(onset dini) yaitu umur 40-50 tahun dan dapat disebabkan
oleh berbagai kondisi medis yang dapat mempengaruhi fungsi jaringan otak
(penyakit degeneratif pada sistem saraf pusat, penyebab intra kranial,
penyebab vaskular, gangguan metabolik dan endokrin, gangguan nutrisi,
penyebab trauma, infeksi dan kondisi lain yang berhubungan, penyebab
toksik (keracunan), anoksia).
B. Demensia Senilis Merupakan demensia yang muncul setelah umur 65 tahun.
Biasanya terjadi Akibat perubahan dan degenerasi jaringan otak yang diikuti
dengan adanya gambaran deteriorasi mental.
7. TINGKATAN DIMENSIA
1) Demensia Buruk
Demensia yang dikatakan buruk yang memiliki skor pemeriksaan MMSE
dibawah 17 seperti disorintasi, gangguan bahasa, mudah bingung, dan
penurunan fungsi memori lebih berat sehingga penderita pada kondisi ini tidak
dapat melakukan kegiatan sampai selesai, mengalami gangguan visuospasial,
tidak mengenali anggota keluarganya.
2) Demensia Sedang
Demensia yang dikatakan demensia sedang yaitu yang memiliki skor MMSE
18- 23 yang artinya fungsi memori yang terganggu bisa menyebabkan lupa
akan hal baru yang dialami.
3) Demensia dengan kondisi Baik
Demensia yang dikatakan demensia sedang yaitu yang memiliki skor MMSE
lebih 34 yang artinya lansia dalam kondisi ini masih mempunyai daya ingat
yang tinggi.
9. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Asosiasi Alzheimer Indonesia (2003) :
1) Pemeriksaan laboratorium rutin
A. Imaging : Computed Tomography (CT) scan dan MRI (Magnetic
Resonance Imaging)
B. Pemeriksaan EEG
C. Pemeriksaan cairan otak
D. Pemeriksaan genetika
E. Pemeriksaan neuropsikologis
11. PENATALAKSANAAN
1) Penatalaksanaan medis
Asosiasi Alzheimer Indonesia (2003) sebagian besar kasus demensia tidak
dapat disembuhkan.
A. Untuk mengobati demensia alzheimer digunakan obat - obatan
antikoliesterase seperti Donepezil , Rivastigmine , Galantamine ,
Memantine.
B. Dementia vaskuler membutuhkan obat -obatan anti platelet seperti Aspirin ,
Ticlopidine , Clopidogrel untuk melancarkan aliran darah ke otak sehingga
memperbaiki gangguan kognitif.
C. Demensia karena stroke yang berturut-turut tidak dapat diobati, tetapi
perkembangannya bisa diperlambat atau bahkan dihentikan dengan
mengobati tekanan darah tinggi atau kencing manis yang berhubungan
dengan stroke.
D. Jika hilangnya ingatan disebabakan oleh depresi, diberikan obat anti-
depresi seperti Sertraline dan Citalopram.
E. Untuk mengendalikan agitasi dan perilaku yang meledak-ledak, yang bisa
menyertai demensia stadium lanjut, sering digunakanobat anti-psikotik
(misalnya Haloperidol , Quetiapine dan Risperidone). Tetapi obat ini
kurang efektif dan menimbulkan efek samping yang serius. Obat anti-
psikotik efektif diberikan kepada penderita yang
mengalami halusinasi atau paranoid.
2) Focus Assesemen
Fokus assessment pada penderita demensia berupa riwayat keperawatan
dan pemeriksaan fisik klien. Riwayat keperawatan meliputi status kesehatan
masa lalu klien yang beresiko terhadap demensia, berupa penyakit-penyakit
yang pernah diderita klien yang bisa menyebabkan demensia seperti : penyakit
degenaratif, penyakit serebrovaskuler, gagal jantung, trauma otak, infeksi
(Aids, ensefalitis, sifilis), Hidrosefaulus normotensif, Tumor primer atau
metastasis, stress mental, heat stroke, whipple disease, diabetes.
Pemeriksaan fisik klien meliputi : ketidakmampuan melakukan tindakan
yang berarti, kerusakan fungsi tubuh, tidak dapat melakukan aktivitas sehari-
hari secara mandiri
3) Diet
4) Supportif
5) Medikamentosa
A. Prednisone
B. Ginko biloba
C. Huperzin A (suatu kolinetrase inhibitor)
D. Obat-obat neuroprotektif
E. Vaksinasi terhadap amyloid
12. KOMPLIKASI
Kushariyadi (2010) menyatakan koplikasi yang sering terjadi pada demensia
adalah:
1) Peningkatan resiko infeksi di seluruh bagian tubuh.
A. Ulkus diabetikus, Infeksi saluran kencing, Pneumonia.
2) Thromboemboli, infarkmiokardium
Kejang. Kontraktur sendi.
3) Kehilangan kemampuan untuk merawat diri.
4) Malnutrisi dan dehidrasi akibat nafsu makan dan kesulitan menggunakan
peralatan.
DAFTAR PUSTAKA
Kushariyadi (2010) Asuhan Keperawatan pada klien Lanjut Usia. Jakarta: Selemba
Medika.
Nuria, W. Faktor Risiko Gizi Terhadap Kejadian Demensia Pada Lanjut Usia Di
Panti Werda Elim Semarang. (2016).
1. PENGKAJIAN
Menurut Aspiani (2014) Pengertian pengkajian adalah langkah pertama pada
proses keperawatan, meliputi pengumpulan data, analisa data, dan menghasilkan
diagnosis keperawatan.
1) Identitas pasien
Identitas pasien meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku bangsa/latar
belakang kebudayaan, status sipil, pendidikan, pekerjaan dan alamat. Pada
pengkajian umur didapatkan data umur pasien memasuki usia lanjut
2) Keluhan utama
Keluhan Utama yang sering ditemukan pada klien dengan masalah psikososial
Demensia adalah klien kehilangan ingatan Pemeriksaan fungsi kognitif awal bia
menggunakan Minimental-state examination (MMSE) dari folstein dengan
skor/ angka maksimal 30. Jika mempunyai skor dibawah 24, pasien patut
dicurigai mengalami demensia. Minimental-state examination (MMSE)
mencangkup beberapa pertanyaan yang digunakan untuk mengukur tingkat
kemampuan orientasi, registrasi, perhatian dan kalkulasi, mengingingat, dan
bahasa pada lansia. Berikut table pengkajian MMSE (Aspiani, 2014).
Mini Mental Status Exam (MMSE)
TES PENILAIAN SKOR MAX SKOR
LANSIA
Orientasi Tanyakan kepada lansia tentang waktu : 5 0
1. Tahun
2. Hari
3. Tanggal
4. Bulan
5. Tahun
Tanyakan tentang tempat (dimana kita 5 5
sekarang).
1. Nama tempat
2. Kelurahan
3. Kecamatan
4. Kabupaten
5. Provinsi
Registrasi Pemeriksa membutuhkan 3 nama benda Meja 3 0
Kursi Lemari (Tiap benda disebutkan dalam
satu detik kemudian meminta pasien mengingat
dan mengulang kembali tiga objek yang
disebutkan pemeriksaan).
Perhatian Menghitung mundur mulai dari angka 100 5 3
dan dikurangi 7, berhenti setelah jawaban kelima
Perhitung 1. 100-7 = 93
an 2. 93-7 = 86
3. 86-7 = 79
4. 79-7 = 42
5. 42-7 = 65
Mengingat Pasien diminta kembali kembali mengulang 3 3 0
kembali nama yang tadi disebutkan dinomor
sebelumnya Meja Kursi Lemari
8. 0 =Tidak mampu
Transfer 1 = Butuh bantuan untuk bisa duduk (2
orang)
2 = Bantuan kecil (1 orang)
3 = Mandiri
Interpretasi hasil :
1) 20 : Mandiri
2) 12-19 : Ketergantungan Ringan
3) 9-11 : Ketergantungan Sedang
4) 5-8 : Ketergantungan Berat
5) 0-4 : Ketergantungan Total
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Kemampuan mandi 1 2 3 4 5
Kemampuan mengenakan pakaian 1 2 3 4 5
Kemampuan makan 1 2 3 4 5
Kemampuan ke toilet (BAB/BAK). 1 2 3 4 5
Minat melakukan perawatan diri 1 2 3 4 5
Mempertahankan kebersihan diri 1 2 3 4 5
Mempertahankan kebersihan mulut 1 2 3 4 5
Verbalisisasi keinginan melakukan 1 2 3 4 5
perawatan diri
DAFTAR PUSTAKA
PPNI (2018), Standart luaran keperawatan indonesia : Definii dan kriteria hasil,
Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI.
FORMAT PENGKAJIAN INDIVIDU
Keterangan :
: Pasien : Satu Rumah
: JK Perempuan : Perkawinan
: Lk Meninggal : Pr Meninggal
F. SISTEM PENDUKUNG
Perawat / Bidan / Dokter / Fisioterapi : Jika sakit pasien periksa ke Dokter
praktek
Jarak dari rumah : 4 Km
Rumah Sakit : Ada Jaraknya : 6 Km
Klinik : Ada Jaraknya : 8 Km
Pelayanan Kesehatan di rumah :-
Makanan yang dihantarkan :-
Perawatan sehari-hari yang dilakukan keluarga : Tidak Ada.
Lain – lain :
Pasien dan keluarga sangat jarang memagil petugas kesehatan ke rumah, jika
sakit paseien selaluminum pil keju linu. Jika berlanjut diantar ke dokter praktek
dan apabila sakitnya parah akan dibawa kerumah sakit.
G. DISKRIPSI KEKHUSUSAN
Kebiasaan ritual : Tidak ada ritual khusus yang bertentangan dengan kesehatan.
Yang lainnya :-
H. STATUS KESEHATAN
a. Status kesehatan umum selama setahun yang lalu :
Status kesehatan pasien selama 1 tahun terakhir baik, hanya keluhan linu
linu dan anaknya juga mengatakan pasien sering lupa dengan hal yang sudah
dilakukan.
b. Status kesehatan umum selama 5 tahun yang lalu :
Kurang lebih 5 tahun lalu pasien pernah masuk rumah sakit setelah
mengalami kecelakaan lalu lintas dan mengalami luka luka.
c. Keluhan Utama : Pasien mengatakan sering lupa
a) Provokative / Paliative :-
b) Quality / Quantity :-
c) Region :-
d) Severity Scale :-
e) Timming :-
d. Pemahaman & Penatalaksanaan Masalah Kesehatan :
Jika sakit, pasien akan meminum obat warung jika belum sembuh akan pergi
ke dokter dan jika sakitnya belum juga sembuhmaka akan pergi ke Rumah
Sakit.
Saat bercerita pasien sering menangis dan mengatakan kata anaknya beliau
sering pikun dan kadang dimarahi. Tidak ada tindakan pengobatan untuk
kepikunan pasien.
e. Obat-Obatan :
f. Status Immunisasi :
Keluarga pasien mengatakan. Ny.J tidak pernah mengikuti imunisasi.
g. Alergi : (catatan agen dan reaksi spesifik)
Obat-obatan : Tidak ada
Makanan : Tidak ada
Faktor Lingkungan : Tidak ada
h. Penyakit Yang Diderita :
Hipertensi Rheumatoid Asthma Dimensia
J. TINJAUAN SISTEM
a. Keadaan Umum : Pasien terlihat Kurang rapi, tidak terlihat kelainan
pada fisik pasien.
b. Tingkat Kesadaran : Composmentis, Apatis, Sumnolen, Suporus, Coma
c. Skala Koma Glasgow : Mata = 4 Verbal =5 Psikomotor =6
d. Tanda-Tanda Vital :
Pols = 76 x/mnt Temp= 36,8C
RR= 19 x/mnt Tensi= 130/90 Mmhg
1. Kepala
Inspeksi : Kepala simetris, Rambut terlihat acakan, beruban, terdapat
ketombe.
Palpasi : Rambut kumal, Tidak ada nyeri tekan, tidak terdapat lesi dan
benjolan
2. Mata, Telinga, Hidung
Inspeksi : Pada kornea mata pasien terlihat sedi tertutupi serabut putih
Pada telinga pasien terdapat sedikit penumpukan selumen
Pada hidung pasien terlihat besih, tidak terdat luka/ darah
Palpasi : Pada mata pasien tidak teraba penonjolan yang tidak normal
Pada telinga pasien saat dipalpasi tidak merasakan nyeri
Pada hidung pasien tidak terjadi sinusitis dan tidak ada
pembengkakan.
3. Leher
Inspeksi : tidak terdapat luka, tidak ada kelainan menelan
Palpasi : tidak teraba benjolan yang abnormal
4. Dada & Punggung :
Inspeksi : Pergerakan dada simetris, tidak terdapat luka dan lebam
Palpasi : Tidak terdapat benjolan dan massa, tidak terdapat nyeri tekan
Auskultasi : Tidak terdengar suara nafas tambahan
Perkusi : Terdengar suara paru resonan
5. Abdomen & Pinggang
Inspeksi : Perut terlihat normal, tidak ada pembesaran yang abnormal.
Terdapat luka bekas SC, Tidak terdapat memar
Auskultasi : Terdengar suara bising usus 8X/ Menit
Palpasi :Tidak ada pembesaran hati dan limpa, tidak ada penumpukan
massa di usus.
Perkusi : Terdengar suara perut tympani pada saat di palpasi.
6. Ekstremitas Atas & Bawah:
7. Sistem Immune : Baik
8. Genetalia : Tidak Terkaji
9. Sistem Reproduksi : Pasien sudah tidak haid ( Menepaus ).
10. Sistem Persyarafan :
Klien mengalami ganguan memori, kehilangan ingatan, gangguan
konsentrasi, kurang perhatian.
Pengakajian saraf ini meliputi pengkaijan saraf 1 sampai 12 :
a) Saraf I (Olfaktorius)
Pasien tidak memiliki kelaianan fungsi penciuman.
b) Saraf II (Optikus)
Pasien mengalami penurunan ketajaman penglihatan.
c) Saraf III (Okulomotorius), IV (Troklearis), VI (Abdusen)
Tidak ditemukan adanya kelainan pada Pasien.
d) Saraf V (Trigeminus)
Wajah simetris dan tidak ada kelaianan pada pasien.
e) Saraf VII (Fasialis)
Persepsi pengecapan dalam batas normal.
Status sosial lansia dapat diukur dengan menggunakan APGAR Keluarga. Penilaian:
jika pertanyaan-pertanyaan yang dijawab selalu (poin 2), kadang kadang (poin 1),
hampir tidak pernah (poin 0).
Penilaian :
0-3 : disfungsi keluarga tinggi
4-6 : disfungsi keluarga sedang
Dari hasil pemeriksaan APGAR Keluarga yang dilakukan pada ny.j
didapatkan hasil pasien mendapat total score 3 Maka pasien dapat
dikategorikan mengalami disfungsi keluarga yang Tinggi.
4. Inventaris Depresi Beck
INVENTARIS DEPRESI BECK
MENGETAHUI TINGKAT DEPRESI LANSIA
Skor U r a i a n
A. Kesedihan
3 Saya sangat sedih/tidak bahagia dimana saya tak dapat menghadapinya
2 Saya galau/sedih sepanjang waktu dan saya tidak dapat keluar darinya
1 Saya merasa sedih atau galau
0 Saya tidak merasa sedih
B. Pesimisme
3 Saya merasa bahwa masa depan adalah sia – sia dan sesuatu tidak dapat membaik
2 Saya merasa tidak mempunyai apa – apa untuk memandang ke depan
1 Saya merasa berkecil hati mengenai masa depan
0 Saya tidak begitu pesimis atau kecil hati tentang masa depan
C. Rasa kegagalan
3 Saya benar – benar gagal sebagai orang tua (suami/istri)
2 Bila melihat kehidupan ke belakang semua yang dapat saya lihat hanya kegagalan
1 Saya merasa telah gagal melebihi orang pada umumnya
0 Saya tidak merasa gagal
D. Ketidakpuasan
3 Saya tidak puas dengan segalanya
2 Saya tidak lagi mendapatkan kepuasan dari apapun
1 Saya tidak menyukai cara yang saya gunakan
0 Saya tidak merasa tidak puas
E. Rasa bersalah
3 Saya merasa seolah – olah sangat buruk atau tidak berharga
2 Saya merasa sangat bersalah
1 Saya merasa buruk/tak berharga sebagai bagian dari waktu yang baik
0 Saya tidak merasa benar – benar bersalah
F. TIdak menyukai diri sendiri
3 Saya benci diri saya sendiri
2 Saya muak dengan diri saya sendiri
1 Saya tidak suka dengan diri saya sendiri
0 Saya tidak merasa kecewa dengan diri sendiri
G. Membahayakan diri sendiri
3 Saya akan membunuh diri saya sendiri jika saya mempunyai kesempatan
2 Saya mempunyai rencana pasti tentang tujuan bunuh diri
1 Saya merasa lebih baik mati
0 Saya tidak mempunyai pikiran – pikiran mengenai membahayakan diri sendiri
H. Menarik diri dari social
3 Saya telah kehilangan semua minat saya pada orang lain dan tidak perduli pada
mereka
2 Saya telah kehilangan semua minat saya pada orang lain dan mempunyai sedikit
perasaan pada mereka
1 Saya kurang berminat pada orang lain dari pada sebelumnya
0 Saya tidak kehilangan minat pada orang lain
I. Keragu – raguan
3 Saya tidak dapat membuat keputusan sama sekali
2 Saya mempunyai banyak kesulitan dalam membuat keputusan
1 Saya berusaha mengambl keputusan
0 Saya membuat keputusan yang baik
J. Perubahan gambaran diri
3 Saya merasa bahwa saya jelek atau tampak menjijikan
2 Saya merasa bahwa ada perubahan permanent dalam penampilan saya dan in
membuat saya tidak tertarik
1 Saya kuatir bahwa saya tampak tua atau tidak menarik
0 Saya merasa bahwa saya tampak lebih buruk dari pada sebelumnya
K. Kesulian kerja
3 Saya tidak melakukan pekerjaan sama sekali
2 Saya telah mendorong diri saya sendiri dengan keras untuk melakukan sesuatu
1 Saya memerlukan upaya tambahan untuk memulai melakukan sesuatu
0 Saya dapat bekerja kira – kira sebaik sebelumnya
L. Keletihan
3 Saya sangat lelah untuk melakukan sesuatu
2 Saya merasa lelah untuk melakukan sesuatu
1 Saya merasa lelah dari yang biasanya
0 Saya tida merasa lebih lelah dari biasanya.
M. Anoreksia
3 Saya tidak mempunyai napsu makan sama sekali
2 Napsu makan saya sangat memburuk sekarang
1 Napsu makan saya tidak sebaik sebellumnya
0 Napsu makan saya tidak buruk dari yang biasanya.
Jumlah score 12
DO : Kesulitan neurofibrilar
Ny.J terlihat kurang rapi, rambut difus
acak acakan. Dan terlihat tidak Kelainan
menggunakan alas kaki. neurotransmiter
Terlihat minat Ny. J dalam Terjadi plak senilis
perawatan diri tidak maksimal
Ny.J terlihat lidak memakai Asetilkolin menurun
bedak dan tidak berhias. Aroma pada otak
tubuh Ny.J juga seperti belum
mandi, padahal saat ditanya pasien Terjadi dimensia
mengatakan sudah mandi.
Terlihat kancing baju pasien Perubahan
tidak terkancingkan dengan rapi. kemampuan merawat
diri sendiri
INTERVENSI RASIONAL
Health Education 1. Jelaskan tujuan dan prosedur latihan
2. Ajarkan teknik memori yang tepat (mis,
imajinasi visual, perangkat mnemonic,
permainan memori, teknik asosiasi,
membuat daftar, computer, papan nama)
INTERVENSI RASIONAL
Health Education 1. Anjurkan melakukan perawatan diri secara
konsisten sesuai kemampuan.
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
EVALUASI KEPERAWATAN
Planning :
Melanjutkan intervensi keperawatan.
EVALUASI KEPERAWATAN
Planning :
Subyektif :
Ny. J mengatakan masih sering
lupa dan bingung saat sudah keluar dari
rumah sudah berkurng.
Keluarga ny.j mengatakan sudah 2
tahunan terakhir Ny.J menjadi pikunan
dan selalu menangis terlebih tentang
uang yang disimpan. Tapi jika keluar Skala outcome :
sudah tidak kebingungan mencari Identifikasi diri sendiri……………….. 4
rumahnya lagi. Identifikasi orang terdekat …………… 4
Identifikasi tempat saat ini…………… 4
Objektif : Identifikasi hari ……………………… 4
Ingatan ny.j tentang hari, tanggal, Identifikasi bulan ……………………. 4
bulan dan peristiwa penting sudah Identifikasi tahun ……………………. 4
membaik.. Identifikasi peristiwa penting ……….. 3
Saat ditanya tanggal dan hari,
pasien sudah menjawab meski berfikir Ketentuan :
dulu beberapa menit. 1 : Menurun
Dari hasil pemeriksaan SPMSQ 2 : Cukup Menurun
yang dilakukan pada ny.j didapatkan 3 : Sedang
hasil pasien salah / tidak bias menjawab 4 : Cukup Meningkat
sebanyak 4 soal. Maka pasien dapat 5 : Meningkat
dikategorikan mengalami gangguan
fungsi intelektual ringan.
Planning :
Melanjutkan intervensi keperawatan.
EVALUASI KEPERAWATAN
Planning :
Subyektif :
Ny. J mengatakan masih terkadang
lupa dan bingung saat sudah keluar dari
rumah sudah berkurng.
Keluarga ny.j mengatakan sudah 2
tahunan terakhir Ny.J menjadi pikunan
dan selalu menangis terlebih tentang
uang yang disimpan. Tapi jika keluar Skala outcome :
sudah tidak kebingungan mencari Identifikasi diri sendiri……………….. 4
rumahnya lagi. Identifikasi orang terdekat …………… 4
Identifikasi tempat saat ini…………… 4
Objektif : Identifikasi hari ……………………… 4
Ingatan ny.j tentang hari, tanggal, Identifikasi bulan ……………………. 4
bulan dan peristiwa penting sudah Identifikasi tahun ……………………. 4
membaik.. Identifikasi peristiwa penting ……….. 3
Saat ditanya tanggal dan hari,
pasien sudah menjawab meski berfikir Ketentuan :
dulu beberapa menit. 1 : Menurun
Dari hasil pemeriksaan SPMSQ 2 : Cukup Menurun
yang dilakukan pada ny.j didapatkan 3 : Sedang
hasil pasien salah / tidak bias menjawab 4 : Cukup Meningkat
sebanyak 4 soal. Maka pasien dapat 5 : Meningkat
dikategorikan mengalami gangguan
fungsi intelektual ringan.
Planning :
Melanjutkan intervensi keperawatan.
EVALUASI KEPERAWATAN
Planning :
Interei keperawatan dihentikn,
memberikan pengertian pada pasien dan
keluarga agar tetap memantau tentang
kebutuhan perawatan diri pasien yang
sudah mulai membaik.
LAMPIRAN
1. daftar kunjungan
2. foto dokumentasi
DAFTAR KUNJUNGAN
FOTO DOKUMENTASI