Anda di halaman 1dari 87

ASUHAN KEPERAWATAN

DAN KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK


PADA NY. J DENGAN DIAGNOSA DIMENSIA
DI DUSUN SUMBERAGUNG BANGGLE KANIGORO BLITAR

( Laporan Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Gerontik )

Oleh :
TIKA RETNOWATI
201703067

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KARYA HUSADA KEDIRI
2020
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Asuhan Keperawatan Dan Konsep Asuhan Keperawatan Gerontik di


Dsn, Sumberagung Banggle Kanigoro Blitar Pada tanggal 06 sampai dengan 14April
2020 telah diperiksa dievaluasi, disetujui pembimbing akademik program studi D3
Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Karya Husada Pare Kediri. Dengan
Nama mahasiswa : Tika Retnowati
NIM : 201703067
Prodi : D3 Keperawatan
Judul : Asuhan Keperawatan Dan Konsep Asuhan Keperawatan
Gerontik Pada Ny. J Dengan Diagnosa Dimensia di Dusun
Sumberagung Banggle Kanigoro Blitar.

Mengetahui :
Mahasiswa

( Tika Retnowati )

Pembimbing Institusi

( Ns. Lilik Setiawan,S.Kep.,M.Kep )


LAPORAN PENDAHULUAN GERONTIK
PADA NY.J DENGAN DIAGNOSA DIMENSIA ( PIKUN )
DI DUSUN SUMBERAGUNG BANGGLE KANIGORO BLITAR

1. DEVINISI LANSIA
Pengertian lanjut usia adalah masa tua disertai dengan adanya kemunduran-
kemunduran kemampuan kerja panca indra, gangguan fungsi alat tubuh,
perubahan-perubahan secara psikologis seperti kelemahan, keterlambatan berpikir
serta kurangnya efisiensi mental dan perubahan-perubahan pada jaringan tubuh
(DepKes RI, 1998).
Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan
manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai
dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Menjadi tua
merupakan proses alamiah yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap
kehidupan, yaitu anak, dewasa, dan tua .Tiga tahap ini berbeda, baik secara
biologis maupun psikologis. Memasuki usia tua berarti mengalami kemunduran,
misalnya kemunduran fisik yang ditandai dengan kulit yang mengendur, rambut
memutih, gigi mulai ompong, pendengaran kurang jelas, pengelihatan semakin
memburuk, gerakan lambat dan figur tubuh yang tidak proporsional.

2. BATASAN LANSIA
Usia yang dijadikan patokan untuk lanjut usia berbeda-beda, umumnya berkisar
antara 60-65 tahun. Beberapa pendapat para ahli tentang batasan usia adalah
sebagai berikut 2.
1) Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), ada empat tahapan yaitu:
A. Usia pertengahan (middle age) usia 45-59 tahun.
B. Lanjut usia (elderly) usia 60-74 tahun.
C. Lanjut usia tua (old) usia 75-90 tahun.
D. Usia sangat tua (very old) usia > 90 tahun.
2) Menurut Prof. Dr. Ny. Sumiati Ahmad Mohammad (Alm.), Guru Besar
Universitas Gajah Mada Fakultas Kedokteran, periodisasi biologis
perkembangan manusia dibagi menjadi:
A. Masa bayi (usia 0-1 tahun)
B. Masa prasekolah (usia 1-6 tahun)
C. Masa sekolah (usia 6-10 tahun)
D. Masa pubertas (usia 10-20 tahun)
E. Masa setengah umur, prasenium (usia 40-65 tahun)
F. Masa lanjut usia, senium (usia >65 tahun)
3) Menurut Dra. Ny. Jos Masdani, psikolog dari universitas Indonesia,
kedewasaan dibagi empat bagian:
A. Fase iuventus (usia 25-40 tahun)
B. Fase verilitas (usia 40-50 tahun)
C. Fase prasenium (usia 55-65 tahun)
D. Fase senium (usia 65 tahun hingga tutup usia)
4) Menurut Prof. Dr. Koesoemanto Setyonegoro, Sp. Kj., batasan usia dewasa
sampai lanjut usia dikelompokkan menjadi:
A. Usia dewasa muda (elderly adulthood) usia 18/20-25 tahun
B. Usia dewasa penuh (middle years) atau maturitas usia 25-60/65 tahun
C. Lanjut usia (geriatric age) usia >65/70 tahun, terbagi atas:
a. Young old (usia 70-75 tahun)
b. Old (usia 75-80 tahun)
c. Very old (usia > 80 tahun)
Di Indonesia, batasan mengenai lanjut usia adalah 60 tahun ke atas, terdapat dalam
Undang-Undang Nomor 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia pada
Bab 1 pasal 1 Ayat 2.Menurut undang-undang tersebut di atas lanjut usia adalah
seorang yang mencapai usia 60 tahun ke atas, baik pria ataupun wanita.
3. PROSES MENUA ( AGING PROCESS )
Menua merupakan proses berulangnya daya tahan tubuh dalam menghadapi
rangsangan dari dalam maupun luar tubuh. Walaupun demikian memang harus
diakui bahwa memang penyakit sering di jumpai pada kaum lanjut usia. Tidak ada
batas yang tegas, usia berapa penampilan seseorang mulai menurun. Pada setiap
orang, fungsi fisiologis alat tubuhnya sangat berbeda, baik dalam hal pencapaian
puncak maupun saat menurunnya. Namun umumnya, fungsi fisiologis tubuh
mencapai puncaknya pada umur antara 20 dan 30 tahun. Setelah mencapai puncak,
fungsi alat tubuh akan berada dalam kondisi tetap utuh beberapa saat, kemudian
menurun sedikit demi sedikit sesuai bertambahnya umur.
Teori yang menerangkan ”Proses Menua”, mulai dari teori degeneratif yang
didasari oleh habisnya daya cadangan vital, teori terajadinya atrofi, yaitu teori
yang mengatakan bahwa proses menua adalah proses evolusi, dan teori
imunologik yaitu teori adanya produk sampah, produk dari tubuh sendiri, yang
makin bertumpuk. Tetapi seperti diketahui, lanjut usia akan selalu bergandengan
dengan perubahan fisiologik maupun psikologik. Penting untuk diketahui bahwa
aktivitas fisik dapat menghambat atau memperlambat kemunduran fungsi alat
tubuh yang disebabkan bertambahnya umur.

4. TEORI PROSES MENUA


1) Bedasarkan Biologi theory
A. Teori “Genetic Clock”;
Teori ini menyatakan bahwa proses menua terjadi akibat adanya
program jam genetik didalam nuklei. Jam ini akan berputar dalam jangka
waktu tertentu dan jika jam ini sudah habis putarannya maka, akan
menyebabkan berhentinya proses mitosis. Hal ini ditunjukkan oleh hasil
penelitian Haiflick, (1980) dikutif Darmojo dan Martono (1999) dari teori itu
dinyatakan adanya hubungan antara kemampuan membelah sel dalam kultur
dengan umur spesies Mutasisomatik (teori error catastrophe) hal penting
lainnya yang perlu diperhatikan dalam menganalisis faktor-aktor penyebab
terjadinya proses menua adalah faktor lingkungan yang menyebabkan
terjadinya mutasi somatik. Sekarang sudah umum diketahui bahwa radiasi
dan zat kimia dapat memperpendek umur. Menurut teori ini terjadinya
mutasi yang progresif pada DNA sel somatik, akan menyebabkan terjadinya
penurunan kemampuan fungsional sel tersebut.
B. Teori “Error”
Salah satu hipotesis yang yang berhubungan dengan mutasi sel
somatik adalah hipotesis “Error Castastrophe” (Darmojo dan Martono,
1999). Menurut teori tersebut menua diakibatkan oleh menumpuknya
berbagai macam kesalahan sepanjang kehidupan manusia. Akibat kesalahan
tersebut akan berakibat kesalahan metabolisme yang dapat mengakibatkan
kerusakan sel dan fungsi sel secara perlahan.
C. Teori “Autoimun”
Proses menua dapat terjadi akibat perubahan protein pasca tranlasi
yang dapat mengakibatkan berkurangnya kemampuan sistem imun tubuh
mengenali dirinya sendiri (Self recognition). Jika mutasi somatik
menyebabkan terjadinya kelainan pada permukaan sel, maka hal ini akan
mengakibatkan sistem imun tubuh menganggap sel yang mengalami
perubahan tersebut sebagai sel asing dan menghancurkannya
Goldstein(1989) dikutip dari Azis (1994). Hal ini dibuktikan dengan makin
bertambahnya prevalensi auto antibodi pada lansia (Brocklehurst,1987
dikutif dari Darmojo dan Martono, 1999). Dipihak lain sistem imun tubuh
sendiri daya pertahanannya mengalami penurunan pada proses menua, daya
serangnya terhadap antigen menjadi menurun, sehingga sel-sel patologis
meningkat sesuai dengan menigkatnya umur (Suhana,1994 dikutif dari
Nuryati, 1994)
D. Teori “Free Radical”
Penuaan dapat terjadi akibat interaksi dari komponen radikal bebas
dalam tubuh manusia. Radikal bebas dapat berupa : superoksida (O2),
Radikal Hidroksil (OH) dan Peroksida Hidrogen (H2O2). Radikal bebas
sangat merusak karena sangat reaktif , sehingga dapat bereaksi dengan DNA,
protein, dan asam lemak tak jenuh. Menurut Oen (1993) yang dikutif dari
Darmojo dan Martono (1999) menyatakan bahwa makin tua umur makin
banyak terbentuk radikal bebas, sehingga poses pengrusakan terus terjadi ,
kerusakan organel sel makin banyak akhirnya sel mati.
E. Wear &Tear Teori
Kelebihan usaha dan stress menyebaban sel tubuh rusak.
F. Teori kolagen
Peningkatan jumlah kolagen dalam jaringan menyebabkan kecepatan
kerusakan jaringan dan melambatnya perbaikan sel jaringan.
2) Teori Sosiologi
A. Activity theory, ketuaan akan menyebabkan penurunan jumlah kegiatan
secara langsung.
B. Teori kontinuitas, adanya suatu kepribadian berlanjut yang menyebabkan
adanya suatu pola prilaku yang meningkatkan stress.
C. Disengagement Theory, putusnya hubungan dengan dunia luar seperti
hubungan dengan masyarakat, hubungan dengan individu lain.
D. Teori Stratifikasi usia, karena orang yang digolongkan dalam usia tua akan
mempercepat proses penuaan.
3) Teori Psikologis
A. Teori kebutuhan manusia dari Maslow, orang yang bisa mencapai aktualisasi
menurut penelitian 5% dan tidak semua orang bisa mencapai kebutuhan
yang sempurna.
B. Teori Jung, terdapat tingkatan-tingkatan hidup yang mempunyai tugas dalam
perkembangan kehidupan.
C. Course of Human Life Theory, Seseorang dalam hubungan dengan
lingkungan ada tingkat maksimumnya.
D. Development Task Theory, Tiap tingkat kehidupan mempunyai tugas
perkembangan sesuai dengan usianya.
4) Penuaan Primer : perubahan pada tingkat sel (dimana sel yang mempunyai inti
DNA/RNA pada proses penuaan DNA tidak mampu membuat protein dan RNA
tidak lagi mampu mengambil oksigen, sehingga membran sel menjadi kisut dan
akibat kurang mampunya membuat protein maka akan terjadi penurunan
imunologi dan mudah terjadi infeksi.
5) Penuaan Skunder : Proses penuaan akibat dari faktor lingkungan, fisik, psikis
dan sosial .Stress fisik, psikis, gaya hidup dan diit dapat mempercepat proses
menjadi tua.Contoh diet ; suka memakan oksidator, yaitu makanan yang hampir
expired.Gairah hidup yang dapat mempercepat proses menjadi tua dikaitkan
dengan kepribadian seseorang, misal: pada kepribadian tipe A yang tidak
pernah puas dengan apa yang diperolehnya.

5. TIPE TIPE LANSIA


Tipe lansia yang paling menonjol :
1) Tipe arif dan bijaksana: lansia yang kaya akan hikmah pengalaman
2) Tipe mandiri: lansia akan mengganti kegiatan yang hilang dengan kegiatan
yang baru.
3) Tipe tidak puas: lansia menentang terjadinya proses penuaan
4) Tipe pasrah: selalu menerima dan menunggu nasib baik
5) Tipe bingung: lansia akan mengalami kehilangan kepribadian dan akan
mengasingkan diri.

6. CIRI CIRI LANSIA


Ciri-ciri lansia adalah sebagai berikut :
Lansia merupakan periode kemunduran
Kemunduran pada lansia sebagian datang dari faktor fisik dan faktor
psikologis.Motivasi memiliki peran yang penting dalam kemunduran pada lansia.
1) Lansia memiliki status kelompok minoritas
Kondisi ini sebagai akibat dari sikap sosial yang tidak menyenangkan terhadap
lansia dan diperkuat oleh pendapat yang kurang baik.
2) Menua membutuhkan perubahan peran
Perubahan peran dilakukan karena lansia mulai mengalami kemunduran dalam
segala hal.Perubahan peran pada lansia sebaiknya dilakukan atas dasar
keinginan sendiri bukan atas dasar tekanan dari lingkungan.
3) Penyesuaian yang buruk pada lansia
Perlakuan yang buruk terhadap lansia membuat mereka cenderung
mengembangkan konsep diri yang buruk sehingga dapat memperlihatkan
bentuk perilaku yang buruk.Akibat dari perlakuan yang buruk itu membuat
penyesuaian diri lansia menjadi buruk pula 1.

7. MITOS TENTANG LANSIA


1) Mitos kedamaian dan ketenangan
Kenyataan :
A. Sering ditemui stress karena kemiskinan dan berbagai keluhan serta
penderitaan karena penyakit
B. Depresi
C. Kekhawatiran
D. Paranoid
2) Masalah psikotik
A. Mitos konservatisme dan kemunduran
B. Konservatif
C. Tidak kreatif
D. Menolak inovasi
E. Berorientasi ke masa silam
F. Merindukan masa lalu
G. Kembali ke masa kanak-kanak
H. Susah berubah
I. Keras kepala
J. Cerewet
3) Mitos berpenyakitan
Lansia dipandang sebagai masa degenerasi biologis yang disertai oleh berbagai
penderitaan akibat bermacam penyakit yang menyertai proses manua.
4) Mitos semilitas
Lansia dipandang sebagai masa pikun yang disebabkan oleh kerusakan bagian
otak
5) Mitos tidak jatuh cinta
Lansia tidak lagi jatuh cinta dan gairah terhadap lawan jenis tidak ada atau
sudah berkurang
6) Mitos aseksualitas
Ada pandangan bahwa pada lansia, hubungan seksual itu menurun, minat,
dorongan, gairah, kebutuhan dan daya seks berkurang
7) Mitos ketidak produktifan
Lansia dipandang sebagai usia tidak produktif

8. PERUBAHAN YANG TERJADI PADA LANSIA


Semakin bertambahnya umur manusia, terjadi proses penuaan secara degeneratif
yang akan berdampak pada perubahan-perubahan pada diri manusia, tidak hanya
perubahan fisik, tetapi juga kognitif, perasaan sosial dan seksual.
1) Perubahan Fisik
A. Sistem Indra
Sistem pendengaran; Prebiakusis (gangguan pada pendengaran) oleh
karenahilangnya kemampuan (daya) pendengaran pada telinga dalam,
terutamaterhadap bunyi suara atau nada-nada yang tinggi, suara yang tidak
jelas, sulitdimengerti kata-kata, 50% terjadi pada usia diatas 60 tahun.
B. Sistem Integumen
Pada lansia kulit mengalami atropi, kendur, tidak elastis, kering dan
berkerut. Kulit akan kekurangan cairan sehingga menjadi tipis danberbercak.
Kekeringan kulit disebabkan atropi glandula sebasea dan glandulasudoritera,
timbul pigmen berwarna coklat pada kulit dikenal dengan liver spot.
C. Sistem Muskuloskeletal
Perubahan sistem muskuloskeletal pada lansia: Jaringan penghubung
(kolagendan elastin), kartilago, tulang, otot dan sendi. Kolagen sebagai
pendukungutama kulit, tendon, tulang, kartilago dan jaringan pengikat
mengalamiperubahan menjadi bentangan yang tidak teratur. Kartilago:
jaringan kartilagopada persendian menjadi lunak dan mengalami granulasi,
sehingga permukaansendi menjadi rata. Kemampuan kartilago untuk
regenerasi berkurang dandegenerasi yang terjadi cenderung kearah progresif,
konsekuensinya kartilagopada persendiaan menjadi rentan terhadap gesekan.
Tulang: berkurangnyakepadatan tulang setelah diamati adalah bagian dari
penuaan fisiologi, sehinggaakan mengakibatkan osteoporosis dan lebih
lanjut akan mengakibatkan nyeri,deformitas dan fraktur. Otot: perubahan
struktur otot pada penuaan sangatbervariasi,penurunan jumlah dan ukuran
serabut otot, peningkatan jaringanpenghubung dan jaringan lemak pada otot
mengakibatkan efek negatif. Sendi: pada lansia, jaringan ikat sekitar sendi
seperti tendon, ligamen dan fasiamengalami penuaan elastisitas.
D. Sistem Kardiovaskuler
Perubahan pada sistem kardiovaskuler pada lansia adalah massa
jantungbertambah, ventrikel kiri mengalami hipertropi sehingga peregangan
jantungberkurang, kondisi ini terjadi karena perubahan jaringan ikat.
Perubahan inidisebabkan oleh penumpukan lipofusin, klasifikasi SA Node
dan jaringankonduksi berubah menjadi jaringan ikat.
E. Sistem Respirasi
Pada proses penuaan terjadi perubahan jaringan ikat paru, kapasitas total
parutetap tetapi volume cadangan paru bertambah untuk mengkompensasi
kenaikanruang paru, udara yang mengalir ke paru berkurang. Perubahan
pada otot,kartilago dan sendi torak mengakibatkan gerakan pernapasan
terganggu dankemampuan peregangan toraks berkurang.
F. Pencernaan dan Metabolisme
Perubahan yang terjadi pada sistem pencernaan, seperti penurunan
produksisebagai kemunduran fungsi yang nyata karena kehilangan gigi,
indra pengecap menurun, rasa lapar menurun (kepekaan rasa lapar menurun),
liver (hati) makinmengecil dan menurunnya tempat penyimpanan, dan
berkurangnya aliran darah.
G. Sistem Perkemihan
Pada sistem perkemihan terjadi perubahan yang signifikan.Banyak fungsi
yangmengalami kemunduran, contohnya laju filtrasi, ekskresi, dan
reabsorpsi olehginjal.
H. Sistem Saraf
Sistem susunan saraf mengalami perubahan anatomi dan atropi yang
progresifpada serabut saraf lansia.Lansia mengalami penurunan koordinasi
dankemampuan dalam melakukan aktifitas sehari-hari.
I. Sistem Reproduksi
Perubahan sistem reproduksi lansia ditandai dengan menciutnya ovary
danuterus.Terjadi atropi payudara.Pada laki-laki testis masih dapat
memproduksispermatozoa, meskipun adanya penurunan secara berangsur-
angsur.
2) Perubahan Kognitif
A. Daya ingat, Ingatan (Memory)
B. IQ (Intellegent Quotient)
C. Kemampuan Belajar (Learning)
D. Kemampuan Pemahaman (Comprehension)
E. Pemecahan Masalah (Problem Solving)
F. Pengambilan Keputusan (Decision Making)
G. Kebijaksanaan (Wisdom)
H. Kinerja (Performance)
I. Motivasi
3) Perubahan mental
Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental :
A. Pertama-tama perubahan fisik, khususnya organ perasa
B. Kesehatan umum
C. Tingkat pendidikan
D. Keturunan (hereditas)
E. Lingkungan
F. Gangguan syaraf panca indera, timbul kebutaan dan ketulian
G. Gangguan konsep diri akibat kehilangan jabatan
H. Rangkaian dari kehilangan, yaitu kehilangan hubungan dengan teman dan
famili.
I. Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik, perubahan terhadap gambaran diri,
perubahan konsep diri.
4) Perubahan spiritual
Agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam kehidupannya. Lansia
semakin matang (mature) dalam kehidupan keagamaan, hal ini terlihat dalam
berfikir dan bertindak sehari-hari.
5) Perubahan Psikososial
A. Kesepian
Terjadi pada saat pasangan hidup atau teman dekat meninggal terutama jika
lansia mengalami penurunan kesehatan, seperti menderita penyakit fisik
berat, gangguan mobilitas atau gangguan sensorik terutama pendengaran.
B. Duka cita (Bereavement)
Meninggalnya pasangan hidup, teman dekat, atau bahkan hewan kesayangan
dapat meruntuhkan pertahanan jiwa yang telah rapuh pada lansia.Hal
tersebut dapat memicu terjadinya gangguan fisik dan kesehatan.
C. Depresi
Duka cita yang berlanjut akan menimbulkan perasaan kosong, lalu diikuti
dengan keinginan untuk menangis yang berlanjut menjadi suatu episode
depresi. Depresi juga dapat disebabkan karena stress lingkungan dan
menurunnya kemampuan adaptasi.
D. Gangguan cemas
Dibagi dalam beberapa golongan: fobia, panik, gangguan cemas umum,
gangguan stress setelah trauma dan gangguan obsesif kompulsif. Gangguan-
gangguan tersebut merupakan kelanjutan dari dewasa muda dan
berhubungan dengan sekunder akibat penyakit medis, depresi, efek samping
obat, atau gejala penghentian mendadak dari suatu obat.
E. Parafrenia
Suatu bentuk skizofrenia pada lansia, ditandai dengan waham (curiga), lansia
sering merasa tetangganya mencuri barang-barangnya atau berniat
membunuhnya.Biasanya terjadi pada lansia yang terisolasi/diisolasi atau
menarik diri dari kegiatan sosial.
F. Sindroma Diagnosis
Suatu kelainan dimana lansia menunjukkan penampilan perilaku sangat
mengganggu.Rumah atau kamar kotor dan bau karena lansia bermain-main
dengan feses dan urinnya, sering menumpuk barang dengan tidak
teratur.Walaupun telah dibersihkan, keadaan tersebut dapat terulang
kembali. (Kholifah, 2016).
LAPORAN PENDAHULUAN PENYAKIT
PADA LANSIA NY.J DENGAN DIAGNOSA DIMENSIA
DI DUSUN SUMBERAGUNG BANGGLE KANIGORO BLITAR

1. DEVINISI DIMENSIA
Demensia (pikun) merupakan kemunduran kognitif yang sedemikian beratnya
sehingga mengganggu aktivitas hidup sehari-hari dan aktivitas sosial. Kemunduran
kognitif pada demensia biasanya di awali dengan kemunduran memori/daya ingat
(pelupa) 3.
Demensia merupakan gangguan fungsi intelektual dan memori di dapat yang
disebabkan oleh penyakit otak, yang tidak berhubungan dengan gangguan tingkat
kesadaran, (Sudoyo, Uru W dkk, 2009).

2. ETIOLOGI DIMENSIA
Penyebab demensia adalah kematian sel sel saraf atau hilangya komunikasi
antar sel sel yang ada di otak. Otak manusia layaknya mesin yang sangat kompleks
dan rumit sehingga banyak faktor kompleks yang menggangu komunikasi anatr sel
saraf satu dan sel saraf lainnya. Peneliti menelti tentang penyakit ini telah
menemukan banyak faktor faktor yang mempengaruhi demensia salah satu
faktornya adalah karena pengunaan zat adiktif yang banyak.
Penyebab demensia antara lain 4.
1) Vaskular
Demensia vaskuler adalah istilah untuk demensia dengan masalah sirkulasi
darah ke otak dan bentuk paling umum kedua dari demensia. Ada beberapa
jenis demensia vaskuler. Dua jenis yang paling umum adalah demensia multi-
infarct dan penyakit binswanger. Demensia multi-infarct disebabkan oleh
sejumlah serangan otak (stroke) ringan, disebut ministroke atau Transient
Ischaemic Attack (TIA) dan mungkin merupakan jenis yang paling umum dari
demensia vaskuler. Penyakit binswanger (juga dikenal sebagai demensia
vaskuler subkortikal) dihubungkan dengan perubahan di otak yang disebabkan
oleh serangan otak. Penyakit ini disebabkan oleh tekanan darah tinggi,
penebalan pembuluh nadi dan aliran darah yang tidak cukup. Demensia
vaskuler mungkin tampak serupa dengan penyakit alzheimer, dan campuran
penyakit alzheimer dan demensia vaskuler dapat terjadi pada sejumlah orang.
2) Tipe lewy bodies.
Demensia dengan kumpulan lewy (lewy bodies) disebabkan oleh kemunduran
dan matinya sel-sel saraf di otak. Nama itu berasal dari adanya struktur-
struktur abnormal berbentuk bola, disebut kumpulan lewy, yang tumbuh di
dalam sel-sel saraf. Diduga struktur itu ikut menyebabkan kematian sel-sel
otak. Orang yang mempunyai demensia dengan kumpulan lewy cenderung
melihat sesuatu yang tidak ada (mengalami halusinasi visual), mengalami
kekakuan atau gemetar (parkinsonisme) dan kondisi mereka cenderung
berubah- ubah secara cepat, sering dari jam ke jam atau dari hari ke hari.
Gejala itu memungkinkan dibedakannya penyakit ini dari penyakit alzheimer.
Demensia dengan kumpulan lewy kadang-kadang muncul bersamaan dengan
penyakit alzheimer dan/atau demensia vaskuler. Mungkin sulit untuk
membedakan demensia dengan kumpulan lewy dari penyakit parkinson dan
orang dengan penyakit parkinson menderita demensia yang serupa dengan
yang terlihat pada demensia dengan kumpulan lewy.
3) Fronto Temporal Lobar Degeneration (FTLD)
Ini adalah nama yang diberikan kepada sebuah kelompok demensia jika
terjadi proses kemunduran dalam satu atau keduanya dari lobus frontal atau
lobus temporal otak. Termasuk dalam kelompok ini adalah fronto temporal
demensia (demensia pada lobus frontal dan lobus temporal), progressive non-
fluent aphasia (penderita secara berangsur-angsur kehilangan kemampuan
berbicara), semantic demensia (penderita tidak mengerti arti kata-kata) dan
penyakit pick. Lebih dari 50% orang penderita FTLD mempunyai riwayat
keluarga dengan penyakit tersebut. Mereka yang mewarisinya sering
mengalami mutasigen pada protein tau dalam kromosom 17 yang
menyebabkan diproduksinya protein tau yang abnormal. Tidak diketahui
adanya faktor risiko lain.
4) Penyakit Parkison
Penyakit parkinson adalah penyakit sistem saraf yang terjadi berangsur-
angsur, ditandai dengan gemetar, kaku pada anggota-anggota badan dan
persendian, kesulitan berbicara dan kesulitan memulai gerakan fisik. Pada
tahap lanjut dari penyakit ini sebagian orang akan terkena demensia. Obat-
obatan mungkin dapat meringankan gejala fisik, tetapi dapat menimbulkan
efek samping yang dapat termasuk halusinasi, delusi (anggapan yang salah),
kebingungan yang bertambah secara sementara dan gerakan-gerakan tidak
normal.
5) Penyakit Alzheimer
Penyakit alzheimer adalah bentuk demensia yang paling umum dan terdapat
pada 50% sampai 70% dari semua kasus demensia. Ini adalah penyakit
menurunnya kemampuan fungsi otak secara berangsur-angsur. Dengan
mengecilnya atau menghilangnya sel-sel otak, bahan-bahan abnormal
bertimbun membentuk “kekusutan” di tengah sel otak, dan sebagai “lapisan”
di luar sel otak. Sel-sel abnormal itu mengganggu jalannya pesan-pesan di
dalam otak danmerusak hubungan antar sel otak. Sel otak pada akhirnya mati
dan ini berarti informasi tidak dapat diterima atau dicerna. Penyakit alzheimer
berefek pada setiap area di otak, fungsi-fungsi atau kemampuan-kemampuan
tertentu hilang.

3. FAKTOF FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DIMENSIA


Faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya pada demensia yaitu usia, jenis
kelamin, genetik, pola makanan, aktivitas sehari-hari dan riwayat penyakit.
1) Umur
Umur merupakan faktor risiko utama terhadap kejadian demensiapada lanjut
usia. Hubungan ini sangat berbanding lurus yaitu bila semakin meningkatnya
umur, semakin tinggi pula risiko terjadinya demensia. Lanjut usia (lansia)
merupakan tahap akhir dalam kehidupan manusia. Manusia yang memasuki
tahap ini ditandai dengan menurunnya kemampuan kerja tubuh akibat
perubahan atau penurunan fungsi organ-organ tubuh, semakin usia yang
bertambah akan semakin rentan pula terkena penyakit.
2) Jenis Kelamin
Demensia lebih banyak dialami perempuan, bahkan saat populasiperempuan
lebih sedikit dari laki-laki, kejadian demensia pada perempuan lebih besar
dibandingkan laki-laki. Akan tetapi tidak ada perbedaan signifikan antara jenis
kelamin dengan kejadian demensia, hal ini menunjukkan bahwa laki-laki
maupun perempuan memiliki peluang yang sama untuk berkembangnya
demensia.
3) Genetik
Beberapa pasien demensia memiliki genetik demensia. Namun pada sebagian
orang yang memiliki gen demensia hanya sedikit yangberkembang gennya
menjadi demensia. Penyakit Alzheimer (AD)merupakan penyakit genetis
heterogen; dikaitkan dengan satu susceptibility (risk) gene dan tiga
determinative (disease) genes. Susceptibility (risk) gene yang diketahui ialah
alel apolipoprotein Eε4 (APOE ε4) di khromosom 19 pada q13. Hal ini harus
dilakukan pemeriksaan secara detail agar mengetahui faktor ini terjadi pada
lanjut usia.
4) Pola Makan
Kebutuhan lanjut usia semakin menurun seiring denganbertambahnya usia.
Pada usia 40-49 tahun menurun sekitar 5%, dan pada usia 50-69 tahun menurun
hingga 10%, sehingga jumlah makanan yang dikonsumsi akan berkurang dan
pola makan tidak teratur. Jika hal ini terjadi maka dapat menyebabkan berbagai
masalah, contohnya seperti berat badan akan menurun, dan kekurangan vitamin
dan mineral.
5) Aktivitas
Aktivitas lanjut usia sebenarnya sangat terbatas, karena faktor usia.Bahkan
lanjut usia ada yang tidak ingin melakukan apa-apa hanya berjalan dan duduk di
tempat tidur. Pada penelitian Verghese, et al., (2003) dilaporkan bahwa
kejadian demensia berhubungan dengan berkurangnya partisipasi dalam
mengisi waktu senggang. Jenis aktivitas yang harus dilakukan lanjut usia yang
melibatkan fungsi kognitif dan fisik. Hal ini akan mempengaruhi kondisi lanjut
usia seperti cepat terjadinya pikun, mudah terserang penyakit, otot-otot pada
alat gerak melemah. Lanjut usia yang melakukan latihan fisik olahraga dapat
menjaga tubuh tetap sehat, meningkatkan mobilitas, menghindari faktor resiko
tulang keropos, dan mengurangi stress5.

4. MANIFESTASI KLINIS DIMENSIA


1) Gejala.
Gejala demensia antara lain.
A. Normal
B. Forgetfulness subjective (mudah lupa)
C. Kesulitan dalam pekerjaan, berbicara, berpergian ke tempat baru, dilaporkan
oleh keluarga dan di ikuti gangguan memori ringan.
D. Penurunan kemampuan untuk berpergian, berhitung, mengingat kejadian dan
hal yang baru.
E. Membutuhkan bantuan pemilihan baju, disorientasi, waktu dan tempat,
ganggua kemampuan mengingat nama orang.
F. Membutuhkan bantuan untuk makan, defekasi/berkemih, inkontinensia,
disorientasi waktu, tempat dan orang.
G. Gangguan bicara yang parah, inkontinensia, gerakan yang kaku.
2) Tanda.
A. Bingang-bingung
B. Fungsi bicara hilang progresif
C. Kemampuan memori atau spasal
D. Prankinsonisme.
E. Kekakuan motoric pada aksial tubuh.
F. Hemiparesis
G. Mioklonus
H. Gelisah
I. Gangguan menyebut kata.

5. PATOFISIOLOGI DIMENSIA (Muttaqin, 2011).

Faktor predisposisi : Penurunan metabolism


virus lambat, proses dan aliran darah di Degenerasi neuron
autoimun, keracunan korteks parietalis kolinergik
alumunium dan genetik superior

Kesulitan neurofibrilar Hilangnya serat saraf


yang difus kolinergik di korteks
cerebellum

Terjadi plak senilis Penurunan sel neuron


kolinergik
Penurunan
yang berproyeksi ke
Asetilkolin pada
Kelainan hipotalamus dan
otak
neurotransmiter amigdala

Tingkah laku DIMENSIA Ketidak mampuan


aneh dan kacau dan rentan gerak
cenderung mengembara

Gangguan mobilitas
Risiko cidera fisik

Kehilangan kemampuan menyelesaika masalah Perubahan


kemampuan merawat diri
sendiri
Perubahan mengawasi keadaan kompleks dan
berfikir abstrak
Devisit perawatan diri

Emosi, labil, pelupa, apatis

Loos deep memory Hambatan


Komunikasi Verbal

Kerusakan Memori
6. KLASIFIKASI DIMENSIA
Klasifikasi Demensia menurut Aspiani (2014) dapat dibagi dalam 3 tipe
1) Demensia Kortikal dan Sub Kortikal
A. Demensia Kortikal Merupakan demensia yang muncul dari kelainan yang
terjadi pada korteks serebri substansia grisea yang berperan penting terhadap
proses kognitif seperti daya ingat dan bahasa. Beberapa penyakit yang dapat
menyebabkan demensia kortikal adalah Penyakit Alzheimer, Penyakit
Vaskular, Penyakit Lewy Bodies, sindroma Korsakoff, ensefalopati
Wernicke, Penyakit Pick, Penyakit Creutzfelt- Jakob
B. Demensia Subkortikal Merupakan demensia yang termasuk non-Alzheimer,
muncul dari kelainan yang terjadi pada korteks serebri substansia alba.
Biasanya tidak didapatkan gangguan daya ingat dan bahasa. Beberapa
penyakit yang dapat menyebabkan demensia kortikal adalah penyakit
Huntington, hipotiroid, Parkinson, kekurangan vitamin B1, B12, Folate,
sifilis, hematoma subdural, hiperkalsemia, hipoglikemia, penyakit Coeliac,
AIDS, gagal hepar, ginjal, nafas, dll.
2) Demensia Reversibel dan Non reversible
A. Demensia Reversibel Merupakan demensia dengan faktor penyebab yang
dapat diobati. Yang termasuk faktor penyebab yang dapat bersifat reversibel
adalah keadaan/penyakit yang muncul dari proses inflamasi (ensefalopati
SLE, sifilis), atau dari proses keracunan (intoksikasi alkohol, bahan kimia
lainnya), gangguan metabolik dan nutrisi (hipo atau hipertiroid, defisiensi
vitamin B1, B12, dll).
B. Demensia Non Reversibel Merupakan demensia dengan faktor penyebab
yang tidak dapat diobati dan bersifat kronik progresif. Beberapa penyakit
dasar yang dapat menimbulkan demensia ini adalah penyakit Alzheimer,
Parkinson, Huntington, Pick, Creutzfelt- Jakob, serta vaskular. c.
3) Demensia Pre Senilis dan Senilis
A. Demensia Pre Senilis Merupakan demensia yang dapat terjadi pada golongan
umur lebih muda(onset dini) yaitu umur 40-50 tahun dan dapat disebabkan
oleh berbagai kondisi medis yang dapat mempengaruhi fungsi jaringan otak
(penyakit degeneratif pada sistem saraf pusat, penyebab intra kranial,
penyebab vaskular, gangguan metabolik dan endokrin, gangguan nutrisi,
penyebab trauma, infeksi dan kondisi lain yang berhubungan, penyebab
toksik (keracunan), anoksia).
B. Demensia Senilis Merupakan demensia yang muncul setelah umur 65 tahun.
Biasanya terjadi Akibat perubahan dan degenerasi jaringan otak yang diikuti
dengan adanya gambaran deteriorasi mental.

7. TINGKATAN DIMENSIA
1) Demensia Buruk
Demensia yang dikatakan buruk yang memiliki skor pemeriksaan MMSE
dibawah 17 seperti disorintasi, gangguan bahasa, mudah bingung, dan
penurunan fungsi memori lebih berat sehingga penderita pada kondisi ini tidak
dapat melakukan kegiatan sampai selesai, mengalami gangguan visuospasial,
tidak mengenali anggota keluarganya.
2) Demensia Sedang
Demensia yang dikatakan demensia sedang yaitu yang memiliki skor MMSE
18- 23 yang artinya fungsi memori yang terganggu bisa menyebabkan lupa
akan hal baru yang dialami.
3) Demensia dengan kondisi Baik
Demensia yang dikatakan demensia sedang yaitu yang memiliki skor MMSE
lebih 34 yang artinya lansia dalam kondisi ini masih mempunyai daya ingat
yang tinggi.

8. CARA PENGUKURAN DIMENSIA


Instrumen penilain status mental menggunakan Mini Mental
StateExamination (MMSE) adalah tes kuesioner singkat 30 poin yang digunakan
untuk mengetahui adanya kerusakan kognitif. Tes ini biasa digunakan pada
screening demensia. Selain itu juga digunakan untuk memperkirakan keparahan
kerusakan kognitif di suatu titik waktu dan mengikuti bagian perubahan kognitif
dalam individu selama beberapa waktu, sehingga merupakan cara yang efektif
untuk mengetahui respon individu terhadap perawatan yang diberikan. MMSE ini
dilakukan dalam jangka waktu sekitar 10 menit. MMSE menanyakan pertanyaan
yang menilai lima wilayah yaitu: orientasi, retensi, perhatian, recall, dan bahasa.
Berikut adalah klasifikasi demensia menurut interpretasi MMSE yang dipakai
dalam penelitian ini: 1) Jika skor < 16 maka dinyatakan mengalami peningkatan
risiko demensia, 2) Jika skor 17-23 maka dinyatakan abnormal, 3) Jika skor 24-30
maka dinyatakan normal (Saryono, 2010)7.
PENGUKURAN TINGKAT DIMENSIA MENGUNAKAN SKALA Kuesioner
MMSE (Mini Mental State Exam)
No. Aspek Kognitif Nilai Nilai Klien Kriteria
Maksimal
1. Orientasi 5 Menyebutkan dengan benar:
1. Tahun
2. Musim
3. Tanggal
4. Hari
5. Bulan

2. Orientasi Registrasi 5 Dimana sekarang kita berada:


1. Negara
2. Propinsi
3. Kabupaten
4. Kecamatan
5. Desa
Sebutkan tiganama Objek (kursi, meja,
kertas) kemudian ditanyakan kepada
klien, menjawab :
1. Kursi
2. Meja
3. Kertas

3. Perhatian dan 5 Meminta klien berhitung dari 100,


Kalkulasi kemudian dikurangi 7 sampai lima
tingkat
100, 93, 86, 79, 72
4. Mengingat 3 Meminta klien untuk mengulangi 3
objek pada poin 2
1. Kursi
2. Meja
3. Kertas
5. Bahasa 9 Menanyakan kepada klien tentang
benda (sambil menunjuk benda tersebut)
1. Jendela
2. Jam dinding
Meminta klien untuk mengulangi
kata berikut “takada jika, dan, atau,
tetapi” klien menjawab “dan, atau,
tetapi”.
Minta klien untuk mengikuti perintah
berikut yang terdiri dari tiga langkah:
“ambil bulpoint di tangan anda, ambil
kertas, menulis saya mau tidur”.
1. Ambil bolpen
2. Ambil kertas
3. ...
Perintahkan klien untuk hal berikut (bila
aktifitas sesuai perintah nilai 1 poin)
”tutup mata anda”
1. Klien menutup mata
Perintahkan pada klien untuk menulis
kalimat atau menyalin gambar.
Total 30 ……
Interprestasi: Interpretasi hasil dari penilaian demensia:
1) Skor < 16 :Terdapat gangguan kognitif
2) Skor 17-23 :Kemungkinan terdapat gangguan kognitif
3) Skor 24-30 :Tidak ada gangguan kognitif

9. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Asosiasi Alzheimer Indonesia (2003) :
1) Pemeriksaan laboratorium rutin
A. Imaging : Computed Tomography (CT) scan dan MRI (Magnetic
Resonance Imaging)
B. Pemeriksaan EEG
C. Pemeriksaan cairan otak
D. Pemeriksaan genetika
E. Pemeriksaan neuropsikologis

10. PENCEGAHAN DIMENSIA


1) Menurut Munir (2015) Terapi Non Farmakologi yang dapat dilakukan sbb:
A. Memberikan program harian untuk pasien Kegiatan harian teratur dan
sistematis, yang meliputi latihan fisik yang dapat memacu aktifitas fisik dan
otak yang baik (brain-gym)
B. Asupan gizi yang berimbang, cukup serat, mengandung antioksidan(obat-
obat penangkal kerusakan dalam tubuh akibat pola hidup yang kurang sehat),
mudah dicerna, penyajian yang menarik dan praktis
C. Mencegah/mengelola faktor resiko yang dapat memberatkan penyakitnya,
misalnya hipertensi, kadar lemak yang meningkat dalam darah, diabetes, dan
merokok
D. Melaksanakan hobi dan aktifitas sosial sesuai dengan kemampuannya
2) Hal yang dapat kita lakukan untuk menurunkan resiko terjasinya demensia
diantaranya adalah menjaga ketajaman daya ingat dan senantiasa
mengoptimalkan fungsi otak seperti:
A. Mencegah masuknya zat zat yang dapat merusak sel sel otak seperti alcohol
dan zat adiktif yang berlebihan
B. Mambaca buku yang merangsang otak untuk berpikir hendaknya dilakukan
setiap hari
C. Melakukan kegiatan yang data membuat mental kita sehat dan aktif:
Kegiatan rohani & memperdalam ilmu agama
D. Tetep berinteraksi dengan lingkungan, berkumpul dengan teman yang
memiliki persamaan minat atau hobi
E. Mengurangi setress dalam pekerjaan dan berusaha untuk tetap relaks dalam
kehidupan sehari hari dapat membuat otak kita tetap sehat

11. PENATALAKSANAAN
1) Penatalaksanaan medis
Asosiasi Alzheimer Indonesia (2003) sebagian besar kasus demensia tidak
dapat disembuhkan.
A. Untuk mengobati demensia alzheimer digunakan obat - obatan
antikoliesterase seperti Donepezil , Rivastigmine , Galantamine ,
Memantine.
B. Dementia vaskuler membutuhkan obat -obatan anti platelet seperti Aspirin ,
Ticlopidine , Clopidogrel untuk melancarkan aliran darah ke otak sehingga
memperbaiki gangguan kognitif.
C. Demensia karena stroke yang berturut-turut tidak dapat diobati, tetapi
perkembangannya bisa diperlambat atau bahkan dihentikan dengan
mengobati tekanan darah tinggi atau kencing manis yang berhubungan
dengan stroke.
D. Jika hilangnya ingatan disebabakan oleh depresi, diberikan obat anti-
depresi seperti Sertraline dan Citalopram.
E. Untuk mengendalikan agitasi dan perilaku yang meledak-ledak, yang bisa
menyertai demensia stadium lanjut, sering digunakanobat anti-psikotik
(misalnya Haloperidol , Quetiapine dan Risperidone). Tetapi obat ini
kurang efektif dan menimbulkan efek samping yang serius. Obat anti-
psikotik efektif diberikan kepada penderita yang
mengalami halusinasi atau paranoid.

2) Focus Assesemen
Fokus assessment pada penderita demensia berupa riwayat keperawatan
dan pemeriksaan fisik klien. Riwayat keperawatan meliputi status kesehatan
masa lalu klien yang beresiko terhadap demensia, berupa penyakit-penyakit
yang pernah diderita klien yang bisa menyebabkan demensia seperti : penyakit
degenaratif, penyakit serebrovaskuler, gagal jantung, trauma otak, infeksi
(Aids, ensefalitis, sifilis), Hidrosefaulus normotensif, Tumor primer atau
metastasis, stress mental, heat stroke, whipple disease, diabetes.
Pemeriksaan fisik klien meliputi : ketidakmampuan melakukan tindakan
yang berarti, kerusakan fungsi tubuh, tidak dapat melakukan aktivitas sehari-
hari secara mandiri
3) Diet
4) Supportif
5) Medikamentosa
A. Prednisone
B. Ginko biloba
C. Huperzin A (suatu kolinetrase inhibitor)
D. Obat-obat neuroprotektif
E. Vaksinasi terhadap amyloid

12. KOMPLIKASI
Kushariyadi (2010) menyatakan koplikasi yang sering terjadi pada demensia
adalah:
1) Peningkatan resiko infeksi di seluruh bagian tubuh.
A. Ulkus diabetikus, Infeksi saluran kencing, Pneumonia.
2) Thromboemboli, infarkmiokardium
Kejang. Kontraktur sendi.
3) Kehilangan kemampuan untuk merawat diri.
4) Malnutrisi dan dehidrasi akibat nafsu makan dan kesulitan menggunakan
peralatan.
DAFTAR PUSTAKA

Kholifah, S. N. (2016) Keperawatan Gerontik. Jakarta: Pusdik SDM Kesehatan.

Kushariyadi (2010) Asuhan Keperawatan pada klien Lanjut Usia. Jakarta: Selemba
Medika.

Mubin, H. (2016) Ilmu Penyakit Dalam. EGC. Jakarta.

Nugroho, W. (2015) Keperawatan Gerontik & Geriatrik. Jakarta: EGC.

Nugroho, Wahyudi. (2000). Keperawatan Gerontik. Edisi: 2. Jakarta: EGC.

Kholifah, S. N. Keperawatan Gerontik. (Pusdik SDM Kesehatan, 2016).


Kushariyadi. Asuhan Keperawatan pada klien Lanjut Usia. (Selemba Medika, 2010).
Nugroho, W. Keperawatan Gerontik & Geriatrik. (EGC, 2015).

Mubin, H. Ilmu Penyakit Dalam. (2016).

Nuria, W. Faktor Risiko Gizi Terhadap Kejadian Demensia Pada Lanjut Usia Di
Panti Werda Elim Semarang. (2016).

Untari, I. Keperawatan Gerontik. (2018).

Tn, D. A. N., Mengalami, M. Y. & Pitaloka, M. D. DI UPT PSTW JEMBER


TAHUN 2019 DI UPT PSTW JEMBER. (2019).
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK
PADA NY. J DENGAN DIAGNOSA DIMENSIA
DI DUSUN SUMBERAGUNG BANGGLE KANIGORO BLITAR

1. PENGKAJIAN
Menurut Aspiani (2014) Pengertian pengkajian adalah langkah pertama pada
proses keperawatan, meliputi pengumpulan data, analisa data, dan menghasilkan
diagnosis keperawatan.
1) Identitas pasien
Identitas pasien meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku bangsa/latar
belakang kebudayaan, status sipil, pendidikan, pekerjaan dan alamat. Pada
pengkajian umur didapatkan data umur pasien memasuki usia lanjut
2) Keluhan utama
Keluhan Utama yang sering ditemukan pada klien dengan masalah psikososial
Demensia adalah klien kehilangan ingatan Pemeriksaan fungsi kognitif awal bia
menggunakan Minimental-state examination (MMSE) dari folstein dengan
skor/ angka maksimal 30. Jika mempunyai skor dibawah 24, pasien patut
dicurigai mengalami demensia. Minimental-state examination (MMSE)
mencangkup beberapa pertanyaan yang digunakan untuk mengukur tingkat
kemampuan orientasi, registrasi, perhatian dan kalkulasi, mengingingat, dan
bahasa pada lansia. Berikut table pengkajian MMSE (Aspiani, 2014).
Mini Mental Status Exam (MMSE)
TES PENILAIAN SKOR MAX SKOR
LANSIA
Orientasi Tanyakan kepada lansia tentang waktu : 5 0
1. Tahun
2. Hari
3. Tanggal
4. Bulan
5. Tahun
Tanyakan tentang tempat (dimana kita 5 5
sekarang).
1. Nama tempat
2. Kelurahan
3. Kecamatan
4. Kabupaten
5. Provinsi
Registrasi Pemeriksa membutuhkan 3 nama benda Meja 3 0
Kursi Lemari (Tiap benda disebutkan dalam
satu detik kemudian meminta pasien mengingat
dan mengulang kembali tiga objek yang
disebutkan pemeriksaan).
Perhatian Menghitung mundur mulai dari angka 100 5 3
dan dikurangi 7, berhenti setelah jawaban kelima
Perhitung 1. 100-7 = 93
an 2. 93-7 = 86
3. 86-7 = 79
4. 79-7 = 42
5. 42-7 = 65
Mengingat Pasien diminta kembali kembali mengulang 3 3 0
kembali nama yang tadi disebutkan dinomor
sebelumnya Meja Kursi Lemari

Bahasa Responden menyebutkan tiga benda yang 2 2


ditunjuk pemeriksa
Pengulang Responden mengulang kata-kata yang 1 1
an diucapkan pemeriksa : NAMUN JIKA AKAN
TETAPI
Pengertian Pemeriksa meminta pasien melakukan tiga 3 3
verbal perintah.
1. Ambil kertas dengan tangan kanan
2. Lipat kertas menjadi 2 bagian
3. Letakkan kertas dilantai.
Perintah Pemeriksa menulis satu kata “TUTUP MATA” 1 0
tertulis Minta responden melakukan perintah yang
ditulis pemeriksa
Menulis Pemeriksa meminta pasien menulis satu kalimat 1 0
kalimat yang bermakna (Subyek +Predikat +Obyek +
Keterangan)
Menggam Pasien diminta menirukan gambar dibawah ini 1 1
bar
konstruksi
TOTAL 15
Kesimpulan : Gangguan kognitif berat
Keterangan nilai total skor :
Total skor 24-30 = kognitif normal, 17-23 = gangguan kognitif ringan, 0- 16 = gangguan
kognitif berat.
3) Pemeriksaan fisik
A. Keadaan umum : Keadaan umum klien lansia yang mengalami masalah
psikososial demensia biasanya lemah.
B. Kesadaran : Biasanya Composmentis
C. Tanda-tanda Vital
a. Suhu dalam batas normal (37°.C)
b. Nadi normal (N: 70-82x/mnt).
c. Tekanan darah kadang meningkat atau menurun.
D. Pemeriksaan Review Of System (ROS)
a. Sistem pernafasan (B1: Breathing)
Dapat ditemukan peningkatan frekuensi nafas atau masih dalam batas
normal.
b. Sistem sirkulasi (B2: Bledding)
Tidak ditemukan adanya kelainan, frekuensi nadi masih dalam batas
normal.
c. Sistem persyarafan (B3: Brain)
Klien mengalami ganguan memori, kehilangan ingatan, gangguan
konsentrasi, kurang perhatian, gangguan persepsi sensori, insomnia.
d. Sistem Perkemihan (B4: Bledder)
Tidak ada keluhan terkait dengan pola berkemih.
e. Sistem pencernaan (B5: Bowel)
Klien makan berkurang atau berlebih karena kadang lupa apakah sudah
makan atau belum, penurunan berat badan kadang juga konstipasi.
f. Sistem muskuloskeletal (B6: Bone)
Klien mengalami gangguan dalam pemenuhan aktivitas.
E. Pengkajian saraf kranial
Pengakajian saraf ini meliputi pengkaijan saraf 1 sampai 12 :
a. Saraf I (Olfaktorius)
Biasanya pada klien penyakit alzheimer tidak ada kelaianan fungsi
penciuman.
b. Saraf II (Optikus)
Tes ketajaman penglihatan perubahan yaitu sesuai dengan keadaan usia
lanjut biasanya klien dengan demensi mengalami penurunan ketajaman
penglihatan.
c. Saraf III (Okulomotorius), IV (Troklearis), VI (Abdusen) Biasanayatidak
ada ditemukan adanya kelainan pada saraf ini.
d. Saraf V (Trigeminus)
Wajah simetris dan tidak ada kelaianan pada saraf ini.
e. Saraf VII (Fasialis)
Persepsi pengecapan dalam batas normal.
f. Saraf VIII (Vestibulokoklearis)
Adanya konduktif dan tuli persepsi berhubungan proses senilis serta
penurunan aliran darah regional.
g. Saraf IX (Glosofaringeal) dan X (Vagus)
Kesulitan dalam menelan makan yang berhubungan dengan perubahaan
status kognitif.
h. Saraf XI (Aksesorius)
Tidak atrofi otot strenokleidomastoideus dan trapezius.
i. Saraf XII (Hipoglossus)
Lidah simetris, tidak ada deviasi pada satu sisi dan idak ada vasikulasi
dan indera pengecapan normal.
F. Pola fungsi kesehatan
Pola fungsi kesehatan Yang perlu dikaji adalah aktivitas apa saja yang biasa
dilakukan sehubungan dengan adanya masalah psikososial demensia :
a. Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat Klien mengalami gangguan
persepsi, klien mengalami gangguan dalam memelihara dan menangani
masalah kesehatannya.
b. Pola tidur dan istirahat Klien mengalami insomnia.
c. Pola aktivitas Klien
Untuk menilai apakah pasien mengalami gangguan dalam pemenuhan
aktivitas sehari-hari karena penurunan minat. Pengkajian kemampuan
klien dalam memenuhi kebutuhan aktivitas sehari-hari dapat
menggunakan Indeks KATZ. Pengkajian Indeks KATZ (Aspiani, 2014)
SCORE KRITERIA
A Kemandirian dalam hal makan, kontinen, berpindah, ke kamar kecil,
beipakaian dan mandi
B Kemandirian dalam semua aktifitas hidup sehari-hari, kecuali satu dari
fungsi Tersebut
C Kemandirian dalam semua aktifitas hidup sehari-hari, kecuali mandi dan
satu fungsi tambahan

D Kemandirian dalam semua aktifitas hidup sehari-hari, kecuali mandi,


berpakaian dan satu fungsi tambahan
E Kemandirian dalam semua aktifitas hidup sehari-hari, kecuali mandi,
berpakaian, ke kamar kecil dan satu fungsi tambahan
F Kemandirian dalam semua aktifitas hidup sehari-hari, kecuali mandi,
berpakaian, berpindah dan satu fungsi tambahan
G Ketergantungan pada enam fungsi tersebut
Lain-lain Ketergantungan pada sedikitnya dua fungsi, tetapi tidak dapat
diklasifikasikan sebagai C, D, E, F dan G
Menurut Asyikah (2017) menyatakan bahwa kemandirian pada lansia
bergantung pada kemampuan individu dalam melakukan aktivitas harian.
d. Pola hubungan dan peran
Menggambarkan dan mengetahui hubungan dan peran klien terhadap
anggota keluarga dan masyarakat tempat tinggal, pekerjaan, tidak punya
rumah, dan masalah keuangan. Menggunakan pengkajian APGAR
Keluarga. Pengkajian APGAR Keluarga (Aspiani, 2014)
No. Fungsi Uraian Score
1. ( Adaptasi ) Saya puas bahwa saya dapat kembali
pada keluarga (teman-teman) saya untuk
membantu pada waktu sesuatu
menyusahkan saya

2. ( partnership ) Saya puas dengan cara keluarga (teman-


Hubungan teman) saya membicarakan sesuatu
dengan saya dan mengungkapkan
masalah dengan saya

3. ( growth ) Saya puas bahwa keluarga (teman-teman)


Pertumbuhan saya menerima dan mendukung keinginan
saya untuk melakukan aktivitas atau arah
baru

4. ( afek ) Saya puas dengan cara keluarga (teman-


Afeksi teman) saya mengekspresikan afek
dan berespons terhadap emosiemosi
saya, seperti marah, sedih atau mencintai

Saya puas dengan cara teman-teman saya


5. ( resolve ) dan saya menyediakan waktu bersama-
Pemecahan sama

Status sosial lansia dapat diukur dengan menggunakan APGAR


Keluarga. Penilaian: jika pertanyaan-pertanyaan yang dijawab selalu
(poin 2), kadangkadang (poin 1), hampir tidak pernah (poin 0).
Penilaian :
0-3 : disfungsi keluarga tinggi
4-6 : disfungsi keluarga sedang.
e. Pola sensori dan kognitif
Klien mengalami kebingungan, ketidakmampuan berkonsentrasi,
kehilangan minat dan motivasi, mudah lupa, gagal dalam melaksanakan
tugas, cepat marah, disorientasi. Untuk mengetahui status mental klien
dapat dilakuan pengkajian menggunakan tabel Short Portable Mental
Status Quesionere (SPSMQ).
No Uraian Score
- +
1. Tanggal berapa hari ini ?
2. Hari apa sekarang ini (hari, tanggal, tahun)
3. Apa nama tempat ini?
4. Berapa nomor telpon Anda?
Dimana alamat Anda? (tanyakan hanya bila klien
tidak mempunyai telepon)
5. Berapa umur Anda?
6. Kapan Anda lahir?
7. Siapa presiden Indonesia sekarang?
8. Siapa presiden sebelumnya?
9. Siapa nama kecil ibu Anda?
10. Kurangi 3 dari 20 dan tetap pengurangan 3 dari
setiap angka baru, semua secara menurun
Jumlah kesalahan total
Penilaian SPMSQ
(1) Kesalahan 0-2 fungsi intelektual utuh
(2) Kesalahan 3-4 fungsi intelektual ringan
(3) Kesalahan 5-7 fungsi intelektual sedang
(4) Kesalahan 8-10 fungsi intelektual berat
a. Bisa dimaklumi bila lebih dari satu kesalahan bila subjek hanya
berpendidikan sekolah dasar.
b. Bisa dimaklumi bila kurang dari satu kesalahan bila subjek
mempunyai pendidikan di atas sekolah menengah atas
c. Bisa dimaklumi bila lebih dari satu kesalahan untuk subjek kulit hitam
dengan menggunakan kriteria pendidikan yang sama.
f. Pola persepsi dan konsep diri
Klien dengan demensia umumnya mengalami gangguan depresi, tidak
mengalami gangguan kosep diri.
g. Pola mekanisme / penanggulangan stress dan koping
Klien menggunakan mekanisme koping yang tidak efektif dalam
menangani stress yang dialaminya.
h. Spiritual Keyakinan
Klien terhadap agama dan keyakinan masih kuat tetapi tidak atau kurang
mampu dalam melaksanakan ibadahnya sesuai dengan agama dan
kepercayaannya.
i. Personal Hygine
Biasanya pada demensia dalam melakukan personal Hygiene perlu
bantuan/tergantung orang lain. Tidak mampu mempertahankan
penampilan, kebiasaan personal yang kurang, kebiasaan pembersihan
buruk, lupa pergi untuk kekamar mandi, lupa langkah-langkah untuk
buang air, tidak dapat menemukan kamar mandi dan kurang berminat
pada atau lupa pada waktu makan dan menyiapkannya dimeja, makan,
menggunakan alat makan, berhias, maupun kemandirian dalam
kebersihan merawat tubuh. Untuk mengetahui tingkat ketergantungan
pola personal hygine klien dapat dilakukan dengan pengkajian Bathel
Index (Aspiani, 2014).
No Item yang di Score Nilai
. nilai
1. Makan(Feeding 0 = Tidak mampu
) 1 = Butuh bantuan memotong, mengoles
mentega dll.
2 = Mandiri

2. 0 = Tergantung orang lain


Mandi 1 = Mandiri
(Bathing)
3. 0 = Membutuhkan bantuan orang lain
Perawatan diri 1 = Mandiri dalam perawatan muka,
(Grooming) rambut, gigi, dan bercukur

4. 0 = Tergantung orang lain


Berpakaian 1 = Sebagian dibantu (misal mengancing
(Dressing) baju)
2 = Mandiri

5. 0 = Inkontinensiaatau pakai kateter dan


Buang air kecil tidak terkontrol
(Bowel) 1 = Kadang Inkontinensia (maks, 1x24 jam)
2 = Kontinensia(teratur untuk lebih dari 7
hari)

6. 0 = Inkontinensia(tidak teratur atau perlu


Buang air besar enema)
(Bladder) 1 = Kadang Inkontensia (sekali seminggu)
2 = Kontinensia (teratur)

7. 0 = Tergantung bantuan orang lain


Penggunaan 1 = Membutuhkan bantuan, tapi dapat
toilet melakukan beberapa hal sendiri
2 = Mandiri

8. 0 =Tidak mampu
Transfer 1 = Butuh bantuan untuk bisa duduk (2
orang)
2 = Bantuan kecil (1 orang)
3 = Mandiri

9. 0 = Immobile (tidak mampu)


Mobilitas 1 = Menggunakan kursi roda
2 = Berjalan dengan bantuan satu orang
3 = Mandiri (meskipun menggunakan alat
bantu seperti, tongkat)

10. 0 = Tidak mampu


Naik turun 1 = Membutuhkan bantuan (alat bantu)
tangga 2 = Mandiri

Interpretasi hasil :
1) 20 : Mandiri
2) 12-19 : Ketergantungan Ringan
3) 9-11 : Ketergantungan Sedang
4) 5-8 : Ketergantungan Berat
5) 0-4 : Ketergantungan Total
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1) Gangguan Memori (D.0062 ).


Kategori: Fisiologi
Subkategori: Neurosensori
A. Definisi
Ketidakmampuan mengingat beberapa informasi atau perilaku.
B. Penyebab
1. Ketidakadekuatan stimulasi intelektual
2. Gangguan sirkulasi ke otak
3. Gangguan volume cairan dan/atau elektrolit
4. Proses penuaan
5. Hipoksia
6. Gangguan neurologis (mis, EEG positif, cedera kepala, gangguan kejang)
7. Efek agen farmakologis
8. Penyalahgunaan zat
9. Faktor psikologis (mis, kecemasan, depresi, stress berlebihan, berduka,
gangguan tidur)
10. Distraksi lingkungan
C. Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif Subjektif :
1. Melaporkan pernah mengalami Pengalamn lupa . 1. Tidak mampu melakukan
2. Tidak mampu mempelajari Keterampilan baru. kemampuan yang dipelajari
3. Tidak mampu mengingat informasi Faktual. sebelumnya.
4. Tidak mampu mengingat perilaku Tertentu
yang pernah dilakukan.
5. Tidak mampu mengingat peristiwa.

D. Gejala dan Tanda Minor


Subjektif Subjektif :
1. Lupa melakukan perilaku pada (tidak tersedia)
Waktu yang telah dijadwalkan
2. Merasa mudah lupa
E. Kondisi Klinis Terkait
1. Stroke
2. Cedera kepala
3. Penyakit Alzheimer
4. Depresi
5. Intoksikasi alkohol

2) Defisit perawatan diri ( D.0109).


Kategori : Perilaku
Sub Kategori : Kebersihan diri
A. Definisi
Tidak mampu melakukan atau menyelesaikan aktifitas perawatan diri
B. Penyebab
1. Gangguan muskuloskeletal
2. Gangguan neuromuskular
3. Kelemahan
4. Gangguan psikologis dan/atau psikotik
5. Penurunan motivasi/minat
C. Gejala dan tanda mayor
Subjektif Objektif
1. Menolak melakukan perawatan diri 1. Tidak mampu
mandi/menggenakan pakaian/makam/ke toilte/
Berhias secara mandiri.
2. Minat melakukan perawatan diri kurang

D. Gejala dan tanda minor


Subjektif Objektif
(tidak tersedia) (tidak tersedia)
E. Kondisi klinis terkait
1. Stroke
2. Cedera medula spenalis
3. Depresi
4. Atritis neumatoid
5. Retardasi mental
6. Delirium
7. Demensia
8. Gangguan amnestik
9. Skizofrenia dan gangguan psikotik lain
10. Fungsi penilaian terganggu
3. INTERVENSI KEPERAWATAN
1) Gangguan Memori (D.0062 ).
Intervensi yang dipilih : Latihan Memori I.06188
A. Definisi
Mengajarkan kemampuan untuk meningkatkan daya ingatan.
B. Tindakan
Observasi
a. Identifikasi masalah memori yang dialami
b. Identifikasi kesalahan terhadap orientasi
c. Monitor perilaku dan perubahan memori selama terapi
Terapeutik
a. Rencanakan metode mengajar sesuai kemampuan pasien
b. Stimulasi memori dengan mengulang pikiran yang terakhir kali
diucapkan, jika perlu
c. Koreksi kesalahan orientasi
d. Fasilitasi mengingat kembali pengalaman masa lalu, jika perlu
e. Fasilitasi tugas pembelajaran (mis, mengingat informasi verbal dan
gambar)
f. Fasilitasi kemampuan konsentrasi (mis, bermain kartu pasangan ) , jika
perlu
g. Stimulasi menggunakan memori pada peristiwa yang baru terjadi ( mis
, bertanya ke mana saja ia pergi akhir akhir ini0, jika perlu
Edukasi
a. Jelaskan tujuan dan prosedur latihan
b. Ajarkan teknik memori yang tepat (mis, imajinasi visual, perangkat
mnemonic, permainan memori, teknik asosiasi, membuat daftar,
computer, papan nama)
Kolaborasi
a. Rujuk pada terapi okupasi, jika perlu
2) Defisit perawatan diri ( D.0109).
Intervensi yang dipilih : Dukungan perawatan diri
A. Definisi
Memfasilitasi pemenuhan dukungan perawatan diri
B. Tindakan
Observasi
a. Identifikasi Kegiatan Aktifitas Perawatan Diri Sesuai Usia
b. Monitor Tingkat Kemandirian
c. Identifikasi Kebutuhan Alat Bantu Kebersihan Diri, Berpakaian,
Berhias Dan makan
Terapiutik
a. Sediakan lingkungan yang terapiutik (mis. Suasana hangan, rileks,
privasi)
b. Siapkan keperluan pribadi (mis. Parfum, sikat gigi dan sabun mandi)
c. Dam pinggi perawatan diri sampai mandiri
d. Fasilitasi untuk menerima keadaan ketergantungan
e. Fasilitasi kemandirian, batu jika tidak mampu melakukan perawatan
diri
f. Jadwalkan rutinitas perawatan diri
Edukasi
a. Anjurkan melakukan perawatan diri secara konsisten sesuai
kemampuan

Intervensi yang dipilih : Managemen Dimensia


A. Definisi :
Mengidentifikasi dan mengelola pasien yang mengalami konfusi kronis
B. Tindakan
Observasi
a. Identifikasi riwayat fisik, sosial, psikologis, dan kebiasaan
b. Identifikasi pola aktifitas (mis tidur, minum obat, eliminasi, asupan
oral, perawatan diri)
Terapiutik
a. sediakan lingkungan aman, nyaman, konsisten, dan rendah stimulus
(mis musik tenang, dekorasi sederhanan, pencahayaan memadai,
makan bersama pasien lain)
b. orientasikan waktu, tempat dan orang
c. gunakan distraksi untuk mengatasi masalah perilaku
d. libatkan keluarga dalam merencanakan, menyediakan, dan
mengevaluasi perawatan
e. fasilitasi orientasi dengan symbol-symbol (mis dekorasi, papan
petunjuk, foto diberi nama, huruf besar)
f. libatkan kebiatan individu atau kelompok sesuai kemampuan kognitif
dan minat
Edukasi
a. anjurkan memperbanyak istirahat
b. anjarkan keluarga cara perawatan dimensia.
3. EVALUASI KEPERAWATAN
1) Gangguan Memori
Evaluasi yang dipilih : Orientasi Kognitif ( L. 09081 ).
A. Definisi
Kemampuan mengidentifikasi orang, tempat dan waktu secara akurat.
Ekspektasi : Meningkat
Menurun Cukup Sedang Cukup Meningkat
menurun meningkat

Identifikasi diri sendiri 1 2 3 4 5


Identifikasi orang terdekat 1 2 3 4 5
Identifikasi tempat saat ini 1 2 3 4 5
Identifikasi hari 1 2 3 4 5
Identifikasi bulan 1 2 3 4 5
Identifikasi tahun 1 2 3 4 5
Identifikasi peristiwa penting 1 2 3 4 5

2) Defisit Perawatan Diri


Evaluasi yang dipilih : Perawatan diri ( L.11103 ).
A. Definisi
Kemampuan melakukan atau menyesuaikan aktivitas perawtan diri.
Ekspektasi : Meningkat
Menurun Cukup Sedang Cukup Meningkat
menurun meningkat

Kemampuan mandi 1 2 3 4 5
Kemampuan mengenakan pakaian 1 2 3 4 5
Kemampuan makan 1 2 3 4 5
Kemampuan ke toilet (BAB/BAK). 1 2 3 4 5
Minat melakukan perawatan diri 1 2 3 4 5
Mempertahankan kebersihan diri 1 2 3 4 5
Mempertahankan kebersihan mulut 1 2 3 4 5
Verbalisisasi keinginan melakukan 1 2 3 4 5
perawatan diri
DAFTAR PUSTAKA

Tn, D. A. N., Mengalami, M. Y. & Pitaloka, M. D. DI UPT PSTW JEMBER


TAHUN 2019 DI UPT PSTW JEMBER. (2019).

PPNI (2016), Standart Diagnosis keperawatan indonesia , Edisi 1. Jakarta : DPP


PPNI.

PPNI (2018), Standart Intervensi keperawatan indonesia : Definii dan tindakan


keperawatan ,Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI.

PPNI (2018), Standart luaran keperawatan indonesia : Definii dan kriteria hasil,
Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI.
FORMAT PENGKAJIAN INDIVIDU

Tangal Pengkajian : Selasa, 07 april 2020.


A. DATA BIOGRAFI
Nama : Ny. J L / P
Tempat & Tgl Lahir : Blitar, Gol. Darah : O / A / B / AB
Pendidikan Terakhir : Tidak Sekolah
Agama : Islam / Protestan / Katolik / Hindu / Budha
Status Perkawinan : Kawin / Belum / Janda / Duda (Cerai : Hidup / Mati)
TB / BB : 156 Cm / 71 Kg
Penampilan : Kurang rapi, rambut acak acakan, kadang baju tidak
dikancing , tidak mengunakan alas kaki saat keluar
rumah.
Ciri Tubuh :Kulit Putih Tapi Kotor terdapat flek flek hitam, Badan
Gemuk , Rambut Putih, Mata sayu.
Alamat :Dsn. Sumberagung RT 03/RW 01 Banggle Kanigoro
Blitar
Telp. : - (Ny.J tidak memiliki nomor telfon).
Yang Dapat Dihubungi : 0895395023125 L/P
Hubungan dengan Usila : Istri Cucu Pasien.
Alamat : Dsn. Sumberagung RT 03/RW 01 Banggle Kanigoro
Blitar
Telp : 0895395023125
B. RIWAYAT KELUARGA
Genogram :

Keterangan :
: Pasien : Satu Rumah

: JK Laki - laki : Keturunan

: JK Perempuan : Perkawinan

: Lk Meninggal : Pr Meninggal

Ny.J tinggal sendirian didalam rumahnya. Ny.J memiliki 1 anak dari


pernikahan sebelumnya dan 4 orang anak dari pernikahanya yang ke 2 , Semua
anaknya sudah menikah dan tinggal dengan keluarga kecilnya masing masing.
My.J tinggal berdekatan dengan anak keduanya bernama Tn.R, Tn.R memiliki
satu anak angkat bernama Tn.R yang sudah menikah dengan Ny.N mereka
memiliki 1 orang anak yang sudah meninggal.
C. RIWAYAT PEKERJAAN
Pekerjaan saat ini : Pasien sudah tidak bekerja dan hanya tinggal dirumah.
Alamat Pekerjaan :-
Jarak Dari Rumah : - Km
Alat Tarnsportasi :-
Pekerjaan Sebelumnya : Pedagang jajan pasar.
Jarak Dari Rumah : 3 Km
Alat Tarnsportasi : Jalan Kaki
Sumber-Sumber Pendapatan & Kecukupan terhadap kebutuhan :
Pasien mendapatkan uang dan pendapatan untuk mencukupi kebutuhan
hidubnya dari anak anaknya yang berkunjung. Serta dari bantuan pemerintah.

D. RIWAYAT LINGKUNGAN HIDUP


Tipe Tempat Tinggal : Rumah pribadi di perkampungan dan dekat
dengan rumah anak ke tiganya. Rumah semi
permanen.
Jumlah Kamar :2 Jumlah Tongkat : -
Kondisi Tempat Tinggal : Rusuh dan kurang terurus dengan beberapa
genting yang hilang. Lantai plesteran, tembok
cor. Halaman rumah kandang sapi, halaman
belakang sungai, hanya ada 3 tetangga di area
rumah Ny.J.
Jumlah orang yang tinggal di rumah : Laki-laki = - orang
Perempuan = - orang
Derajat Privasi : Cukup Terjaga
Tetangga Terdekat : Jarak rumah antar tetangga 2 Meter
Alamat/Telepon : -
E. RIWAYAT REKREASI
Hobbi / Minat : Sebelumnya pasien gemar melakukan Ziarah wali
dan pengajian rutin.
Keanggotaan Organisasi : Sebelum sakit, pasien aktif mengukiti organisasi NU
didaerahnya.
Liburan / Perjalanan : Dahulu kira kira 4 tahun lalu masih sering melakukan
perjalanan keliling ziaroh wali jatim dan pergi ke
Kalimantan mengunjungi anaknya.

F. SISTEM PENDUKUNG
Perawat / Bidan / Dokter / Fisioterapi : Jika sakit pasien periksa ke Dokter
praktek
Jarak dari rumah : 4 Km
Rumah Sakit : Ada Jaraknya : 6 Km
Klinik : Ada Jaraknya : 8 Km
Pelayanan Kesehatan di rumah :-
Makanan yang dihantarkan :-
Perawatan sehari-hari yang dilakukan keluarga : Tidak Ada.
Lain – lain :
Pasien dan keluarga sangat jarang memagil petugas kesehatan ke rumah, jika
sakit paseien selaluminum pil keju linu. Jika berlanjut diantar ke dokter praktek
dan apabila sakitnya parah akan dibawa kerumah sakit.

G. DISKRIPSI KEKHUSUSAN
Kebiasaan ritual : Tidak ada ritual khusus yang bertentangan dengan kesehatan.
Yang lainnya :-
H. STATUS KESEHATAN
a. Status kesehatan umum selama setahun yang lalu :
Status kesehatan pasien selama 1 tahun terakhir baik, hanya keluhan linu
linu dan anaknya juga mengatakan pasien sering lupa dengan hal yang sudah
dilakukan.
b. Status kesehatan umum selama 5 tahun yang lalu :
Kurang lebih 5 tahun lalu pasien pernah masuk rumah sakit setelah
mengalami kecelakaan lalu lintas dan mengalami luka luka.
c. Keluhan Utama : Pasien mengatakan sering lupa
a) Provokative / Paliative :-
b) Quality / Quantity :-
c) Region :-
d) Severity Scale :-
e) Timming :-
d. Pemahaman & Penatalaksanaan Masalah Kesehatan :
Jika sakit, pasien akan meminum obat warung jika belum sembuh akan pergi
ke dokter dan jika sakitnya belum juga sembuhmaka akan pergi ke Rumah
Sakit.
Saat bercerita pasien sering menangis dan mengatakan kata anaknya beliau
sering pikun dan kadang dimarahi. Tidak ada tindakan pengobatan untuk
kepikunan pasien.
e. Obat-Obatan :

No. Nama Obat Dosis Keterangan


1. Pil setelan Tidak tentu Hanya diminum saat ada keluhan
linu.
Tidak ada obat yang selalu rutin
pasien gunakan.untuk kepikunanya

f. Status Immunisasi :
Keluarga pasien mengatakan. Ny.J tidak pernah mengikuti imunisasi.
g. Alergi : (catatan agen dan reaksi spesifik)
Obat-obatan : Tidak ada
Makanan : Tidak ada
Faktor Lingkungan : Tidak ada
h. Penyakit Yang Diderita :
Hipertensi Rheumatoid Asthma  Dimensia

I. AKTIVITAS HIDUP SEHARI-HARI (ADL)


Indeks Katz :A/B/C/D/E/F/G
a. Oksigenasi :Pasien tidak mengalami sesak nafas,Pernafasan normal
b. Cairan & Elektrolit: ± 6 gelas/hari, ± 250ml /gelas
c. Nutrisi : Keluarga pasien mengatakan pasien makan 2 kali
sehari, makanan sering habis jika menunya kesukaan Ny.J kadang juga tidak
dimakan sama sekali jika menu tidak disukai.
d. Eliminasi : Lancar tidak ada gangguan
e. Aktivitas : Pasien jarang melakukn aktifitas.
f. Istirahat & Tidur : Tidur siang ±2 jam
g. Personal Hygiene : Terlihat kurang baik, rambut pasien acak acakan dan
kancing baju kadang tidak rapi. Mandi 1 kali sehari kadang tidak mandi.
h. Seksual : Tidak ada keinginan untuk berhubungan lagi karena
merasa sudah tua.
i. Rekreasi : Sudah tidak pernah melakukan perjalanan jauh/
rekreasi. Pasien sering jalan jalan kerumah tetangga dan kadang bingung jalan
pulang.
j. Psikologis :
a) Persepsi Klien : Pasien tidak jarang salah menangkap persepsi
b) Konsep diri : Pasien sering merasa malu dan sedih karna pelupa
c) Emosi : Pasien Lebih sensitive dan kerap menangis
d) Adaptasi : Pasien sering bingung
e) Mekanisme Pertahanan Diri : Pasien sering bermain ke tetangga
untuk menghilangkan sepi.

J. TINJAUAN SISTEM
a. Keadaan Umum : Pasien terlihat Kurang rapi, tidak terlihat kelainan
pada fisik pasien.
b. Tingkat Kesadaran : Composmentis, Apatis, Sumnolen, Suporus, Coma
c. Skala Koma Glasgow : Mata = 4 Verbal =5 Psikomotor =6
d. Tanda-Tanda Vital :
Pols = 76 x/mnt Temp= 36,8C
RR= 19 x/mnt Tensi= 130/90 Mmhg
1. Kepala
Inspeksi : Kepala simetris, Rambut terlihat acakan, beruban, terdapat
ketombe.
Palpasi : Rambut kumal, Tidak ada nyeri tekan, tidak terdapat lesi dan
benjolan
2. Mata, Telinga, Hidung
Inspeksi : Pada kornea mata pasien terlihat sedi tertutupi serabut putih
Pada telinga pasien terdapat sedikit penumpukan selumen
Pada hidung pasien terlihat besih, tidak terdat luka/ darah
Palpasi : Pada mata pasien tidak teraba penonjolan yang tidak normal
Pada telinga pasien saat dipalpasi tidak merasakan nyeri
Pada hidung pasien tidak terjadi sinusitis dan tidak ada
pembengkakan.
3. Leher
Inspeksi : tidak terdapat luka, tidak ada kelainan menelan
Palpasi : tidak teraba benjolan yang abnormal
4. Dada & Punggung :
Inspeksi : Pergerakan dada simetris, tidak terdapat luka dan lebam
Palpasi : Tidak terdapat benjolan dan massa, tidak terdapat nyeri tekan
Auskultasi : Tidak terdengar suara nafas tambahan
Perkusi : Terdengar suara paru resonan
5. Abdomen & Pinggang
Inspeksi : Perut terlihat normal, tidak ada pembesaran yang abnormal.
Terdapat luka bekas SC, Tidak terdapat memar
Auskultasi : Terdengar suara bising usus 8X/ Menit
Palpasi :Tidak ada pembesaran hati dan limpa, tidak ada penumpukan
massa di usus.
Perkusi : Terdengar suara perut tympani pada saat di palpasi.
6. Ekstremitas Atas & Bawah:
7. Sistem Immune : Baik
8. Genetalia : Tidak Terkaji
9. Sistem Reproduksi : Pasien sudah tidak haid ( Menepaus ).
10. Sistem Persyarafan :
Klien mengalami ganguan memori, kehilangan ingatan, gangguan
konsentrasi, kurang perhatian.
Pengakajian saraf ini meliputi pengkaijan saraf 1 sampai 12 :
a) Saraf I (Olfaktorius)
Pasien tidak memiliki kelaianan fungsi penciuman.
b) Saraf II (Optikus)
Pasien mengalami penurunan ketajaman penglihatan.
c) Saraf III (Okulomotorius), IV (Troklearis), VI (Abdusen)
Tidak ditemukan adanya kelainan pada Pasien.
d) Saraf V (Trigeminus)
Wajah simetris dan tidak ada kelaianan pada pasien.
e) Saraf VII (Fasialis)
Persepsi pengecapan dalam batas normal.

f) Saraf VIII (Vestibulokoklearis)


Adanya konduktif dan tuli persepsi berhubungan proses senilis serta
penurunan aliran darah regional.
g) Saraf IX (Glosofaringeal) dan X (Vagus)
Pasien tidak mengalami kesulitan dalam menelan makanan.
h) Saraf XI (Aksesorius)
Tidak atrofi otot strenokleidomastoideus dan trapezius.
i) Saraf XII (Hipoglossus)
Lidah simetris, tidak ada deviasi pada satu sisi dan idak ada vasikulasi
dan indera pengecapan normal.
11. Sistem Pengecapan :pasien dapat mengecap dan merasakan
makanan dengan baik
12. Sistem Penciuman : pasien dapat mencium bau bauan dengan baik.
13. Tactil Respon : respon otot pasien baik.
K. STATUS KOGNITIF/AFEKTIF/SOSIAL
1. Short Porteble Mental Status Questionnaire (SPMSQ)
No Uraian Score
- +
1. Tanggal berapa hari ini ? 
2. Hari apa sekarang ini (hari, tanggal, tahun) 
3. Apa nama tempat ini? 
4. Berapa nomor telpon Anda? 
Dimana alamat Anda? (tanyakan hanya bila klien
tidak mempunyai telepon)
5. Berapa umur Anda? 
6. Kapan Anda lahir? 
7. Siapa presiden Indonesia sekarang? 
8. Siapa presiden sebelumnya? 
9. Siapa nama kecil ibu Anda? 
10. Kurangi 3 dari 20 dan tetap pengurangan 3 dari
setiap angka baru, semua secara menurun
Jumlah kesalahan total 5 4
(1) Kesalahan 0-2 fungsi intelektual utuh
(2) Kesalahan 3-4 fungsi intelektual ringan
(3) Kesalahan 5-7 fungsi intelektual sedang
(4) Kesalahan 8-10 fungsi intelektual berat
Dari hasil pemeriksaan SPMSQ yang dilakukan pada ny.j didapatkan
hasil pasien salah / tidak bias menjawab sebanyak 5 soal. Maka pasien
dapat dikategorikan mengalami gangguan fungsi intelektual sedang.
2. Mini-Mental State Exam (MMSE)
PENGUKURAN TINGKAT DIMENSIA MENGUNAKAN SKALA
Kuesioner MMSE (Mini Mental State Exam)
No Aspek Kognitif Nilai Nilai Klien Kriteria
. Maksimal
1. Orientasi 5 3 Menyebutkan dengan benar:
1. Tahun
2. Musim
3. Tanggal
4. Hari
5. Bulan

2. Orientasi Registrasi 5 3 Dimana sekarang kita berada:


1. Negara
2. Propinsi
3. Kabupaten
4. Kecamatan
5. Desa
3 Sebutkan tiganama Objek (kursi, meja,
kertas) kemudian ditanyakan kepada
klien, menjawab :
4. Kursi
5. Meja
6. Kertas

3. Perhatian dan 5 3 Meminta klien berhitung dari 100,


Kalkulasi kemudian dikurangi 7 sampai lima
tingkat
100, 93, 86, 79, 72
4. Mengingat 3 3 Meminta klien untuk mengulangi 3
objek pada poin 2
4. Kursi
5. Meja
6. Kertas
5. Bahasa 9 7 Menanyakan kepada klien tentang
benda (sambil menunjuk benda
tersebut)
3. Jendela
4. Jam dinding
Meminta klien untuk mengulangi kata
berikut “takada jika, dan, atau, tetapi”
klien menjawab “dan, atau, tetapi”.
Minta klien untuk mengikuti perintah
berikut yang terdiri dari tiga langkah:
“ambil bulpoint di tangan anda, ambil
kertas, menulis saya mau tidur”.
4. Ambil bolpen
5. Ambil kertas
6. ...
Perintahkan klien untuk hal berikut
(bila aktifitas sesuai perintah nilai 1
poin) ”tutup mata anda”
1. Klien menutup mata
Perintahkan pada klien untuk menulis
kalimat atau menyalin gambar.
Total 30 22
Interprestasi: Interpretasi hasil dari penilaian demensia:
4) Skor < 16 :Terdapat gangguan kognitif
5) Skor 17-23 :Kemungkinan terdapat gangguan kognitif
6) Skor 24-30 :Tidak ada gangguan kognitif
Dari Hasil Pengukuran Tingkat Dimensia Mengunakan Skala Kuesioner
MMSE (Mini Mental State Exam) didapatkan hasil akhir nilai pasien 22 yang
berarti Pasien masuk kedalam kriteria kemungkinan terdapat gangguan kognitif.
3. APGAR Keluarga
No. Fungsi Uraian Score
1. ( Adaptasi ) Saya puas bahwa saya dapat kembali Kadang
pada keluarga (teman-teman) saya untuk kadang
membantu pada waktu sesuatu 1
menyusahkan saya Kadang
kadang
2. ( partnership ) Saya puas dengan cara keluarga (teman- 1
Hubungan teman) saya membicarakan sesuatu
dengan saya dan mengungkapkan Tidak
masalah dengan saya
0
3. ( growth ) Saya puas bahwa keluarga (teman-teman)
Kadang
Pertumbuhan saya menerima dan mendukung keinginan
saya untuk melakukan aktivitas atau arah kadang
baru 1

4. ( afek ) Saya puas dengan cara keluarga (teman- Tidak


Afeksi teman) saya mengekspresikan afek 0
dan berespons terhadap emosiemosi
saya, seperti marah, sedih atau mencintai

5. ( resolve ) Saya puas dengan cara teman-teman saya


Pemecahan dan saya menyediakan waktu bersama-
sama

Status sosial lansia dapat diukur dengan menggunakan APGAR Keluarga. Penilaian:
jika pertanyaan-pertanyaan yang dijawab selalu (poin 2), kadang kadang (poin 1),
hampir tidak pernah (poin 0).
Penilaian :
0-3 : disfungsi keluarga tinggi
4-6 : disfungsi keluarga sedang
Dari hasil pemeriksaan APGAR Keluarga yang dilakukan pada ny.j
didapatkan hasil pasien mendapat total score 3 Maka pasien dapat
dikategorikan mengalami disfungsi keluarga yang Tinggi.
4. Inventaris Depresi Beck
INVENTARIS DEPRESI BECK
MENGETAHUI TINGKAT DEPRESI LANSIA
Skor U r a i a n
A. Kesedihan
3 Saya sangat sedih/tidak bahagia dimana saya tak dapat menghadapinya
2 Saya galau/sedih sepanjang waktu dan saya tidak dapat keluar darinya
1 Saya merasa sedih atau galau 
0 Saya tidak merasa sedih
B. Pesimisme
3 Saya merasa bahwa masa depan adalah sia – sia dan sesuatu tidak dapat membaik
2 Saya merasa tidak mempunyai apa – apa untuk memandang ke depan 
1 Saya merasa berkecil hati mengenai masa depan
0 Saya tidak begitu pesimis atau kecil hati tentang masa depan
C. Rasa kegagalan
3 Saya benar – benar gagal sebagai orang tua (suami/istri)
2 Bila melihat kehidupan ke belakang semua yang dapat saya lihat hanya kegagalan
1 Saya merasa telah gagal melebihi orang pada umumnya
0 Saya tidak merasa gagal 
D. Ketidakpuasan
3 Saya tidak puas dengan segalanya
2 Saya tidak lagi mendapatkan kepuasan dari apapun
1 Saya tidak menyukai cara yang saya gunakan
0 Saya tidak merasa tidak puas 
E. Rasa bersalah
3 Saya merasa seolah – olah sangat buruk atau tidak berharga
2 Saya merasa sangat bersalah
1 Saya merasa buruk/tak berharga sebagai bagian dari waktu yang baik 
0 Saya tidak merasa benar – benar bersalah
F. TIdak menyukai diri sendiri
3 Saya benci diri saya sendiri
2 Saya muak dengan diri saya sendiri
1 Saya tidak suka dengan diri saya sendiri
0 Saya tidak merasa kecewa dengan diri sendiri 
G. Membahayakan diri sendiri
3 Saya akan membunuh diri saya sendiri jika saya mempunyai kesempatan
2 Saya mempunyai rencana pasti tentang tujuan bunuh diri
1 Saya merasa lebih baik mati 
0 Saya tidak mempunyai pikiran – pikiran mengenai membahayakan diri sendiri
H. Menarik diri dari social
3 Saya telah kehilangan semua minat saya pada orang lain dan tidak perduli pada
mereka
2 Saya telah kehilangan semua minat saya pada orang lain dan mempunyai sedikit
perasaan pada mereka
1 Saya kurang berminat pada orang lain dari pada sebelumnya 
0 Saya tidak kehilangan minat pada orang lain
I. Keragu – raguan
3 Saya tidak dapat membuat keputusan sama sekali
2 Saya mempunyai banyak kesulitan dalam membuat keputusan 
1 Saya berusaha mengambl keputusan
0 Saya membuat keputusan yang baik
J. Perubahan gambaran diri
3 Saya merasa bahwa saya jelek atau tampak menjijikan
2 Saya merasa bahwa ada perubahan permanent dalam penampilan saya dan in
membuat saya tidak tertarik
1 Saya kuatir bahwa saya tampak tua atau tidak menarik
0 Saya merasa bahwa saya tampak lebih buruk dari pada sebelumnya 
K. Kesulian kerja
3 Saya tidak melakukan pekerjaan sama sekali
2 Saya telah mendorong diri saya sendiri dengan keras untuk melakukan sesuatu
1 Saya memerlukan upaya tambahan untuk memulai melakukan sesuatu
0 Saya dapat bekerja kira – kira sebaik sebelumnya 
L. Keletihan
3 Saya sangat lelah untuk melakukan sesuatu
2 Saya merasa lelah untuk melakukan sesuatu 
1 Saya merasa lelah dari yang biasanya
0 Saya tida merasa lebih lelah dari biasanya.
M. Anoreksia
3 Saya tidak mempunyai napsu makan sama sekali
2 Napsu makan saya sangat memburuk sekarang
1 Napsu makan saya tidak sebaik sebellumnya 
0 Napsu makan saya tidak buruk dari yang biasanya.
Jumlah score 12

Ketentuan score inventaris depresi back :


Skor 0 -10 : tidak depresi
Skor 11 - 20 : Depresi ringan
Skor 21 – 30 : Depresi berat
Dari hasil pemeriksaan Score Inventaris Depresi Back yang dilakukan
pada ny.j didapatkan hasil pasien mendapat total score 12 Maka pasien dapat
dikategorikan mengalami depresi ringan.
L. DATA PENUNJANG
1. LABORATORIUM
Keluarga pasien mengatakan belum pernah dilakukan pemeriksaan
laboratorium pada Ny.J.
2. RADIOLOGI
Keluarga pasien mengatakan belum pernah dilakukan pemeriksaan Ronsen
pada Ny.J.
3. EKG
Keluarga pasien mengatakan belum pernah dilakukan pemeriksaan rekam
jantung pada Ny.J.
4. USG
Keluarga pasien mengatakan belum pernah dilakukan pemeriksaan kandungan
pada Ny.J.
5. CT – Scan
Keluarga pasien mengatakan belum pernah dilakukan pemeriksaab scant pada
Ny.J.
6. Obat-Obatan :
Pasien hanya meminum obat yang dijual diwarung sesuai keluahan sakitnya.
ANALISA DATA

Data Masalah Interprestasi


No ( Sign / Symptom ) ( Problem) ( Etiologi )
1. DS : Gangguan Memori Faktor genetic
Ny. J mengtakan sering lupa ( D.0062 )
menaruh uangnya dan sering Penurunan
hilang. Ny.J juga mengatakan metabolism dan aliran
sering bingung saat sudah keluar darah di korteks
dari rumah. parietalis superior
Keluarga ny.j mengatakan Degenerasi neuron
sudah 2 tahunan terakhir Ny.J kolinergik
menjadi pikunan dan selalu
menangis terlebih tentang uang Kesulitan neurofibrilar
yang disimpan. difus
Kelainan
DO : neurotransmiter
Pesien kehilangan kemampuan Terjadi plak senilis
utuk mengenali wajah, tempat, dan
objek yang sudah dikenalnya dan Asetilkolin menurun
kehilangan suasana keluarganya pada otak
Saat cucunya tn.R baru
datang ,pasien ditanya dan Terjadi dimensia
menjawab dengan berfikir
beberapa menit baru ingat bahwa Perubahan mengawasi
itu cucunya. keadaan kompleks dan
Saat ditanya tanggal dan hari, berfikir abstrak
pasien tidak bias dan bingung
menjawab Emosi, labil, pelupa,
Saat ditanya nama presiden apatis
Indonesia sekarang dan presiden
pertama, pasien hanya bias Loos deep memory
menjawab nama presiden pertama
saja. Gangguan/ kerusakan
Dari hasil pemeriksaan memori
SPMSQ yang dilakukan pada ny.j ( D.0062 )
didapatkan hasil pasien salah /
tidak bias menjawab sebanyak 5
soal. Maka pasien dapat
dikategorikan mengalami
gangguan fungsi intelektual
sedang.
Dari Hasil Pengukuran Tingkat
Dimensia Mengunakan Skala
Kuesioner MMSE (Mini Mental
State Exam) didapatkan hasil akhir
nilai pasien 22 yang berarti Pasien
masuk kedalam kriteria
kemungkinan terdapat gangguan
kognitif.
Pasien mengulang ulang cerita
yang sama karena lupa telah
menceritakannya
ANALISA DATA

Data Masalah Interprestasi


No ( Sign / Symptom ) ( Problem) ( Etiologi )
2. DS : Defisit perawatan Faktor genetic
Keluarga Ny.J mengatakan, diri ( D.0109 )
pasien sering tidak mau mandi, Penurunan
katanya tadi sudah mandi. Ny. J metabolism dan aliran
juga jarang mau berganti baju darah di korteks
sampai 1 hari kadang 2 hari penuh, parietalis superior
katanya masih bersih dan nyaman Degenerasi neuron
dipakai. kolinergik

DO : Kesulitan neurofibrilar
Ny.J terlihat kurang rapi, rambut difus
acak acakan. Dan terlihat tidak Kelainan
menggunakan alas kaki. neurotransmiter
Terlihat minat Ny. J dalam Terjadi plak senilis
perawatan diri tidak maksimal
Ny.J terlihat lidak memakai Asetilkolin menurun
bedak dan tidak berhias. Aroma pada otak
tubuh Ny.J juga seperti belum
mandi, padahal saat ditanya pasien Terjadi dimensia
mengatakan sudah mandi.
Terlihat kancing baju pasien Perubahan
tidak terkancingkan dengan rapi. kemampuan merawat
diri sendiri

Defisit Perawatan Diri


( D.0109 )
PRIORITAS MASALAH

1. Gangguan memori ( D.0062 ).


2. Devisit perawatan diri ( D.0109 ).
INTERVENSI KEPERAWATAN

Dx. Kep. I : Gangguan memori ( D.0062 ).


Intervensi yang dipilih : Latihan Memori ( I.06188 ).
Tujuan : Mengajarkan kemampuan untuk meningkatkan daya
ingatan.
Kriteria : Meningkat

INTERVENSI RASIONAL
Health Education 1. Jelaskan tujuan dan prosedur latihan
2. Ajarkan teknik memori yang tepat (mis,
imajinasi visual, perangkat mnemonic,
permainan memori, teknik asosiasi,
membuat daftar, computer, papan nama)

Tindakan Keperawatan 1. Rencanakan metode mengajar sesuai


kemampuan pasien
2. Stimulasi memori dengan mengulang
pikiran yang terakhir kali diucapkan, jika
perlu
3. Koreksi kesalahan orientasi
4. Fasilitasi mengingat kembali pengalaman
masa lalu, jika perlu
5. Fasilitasi tugas pembelajaran (mis,
mengingat informasi verbal dan gambar)
6. Fasilitasi kemampuan konsentrasi (mis,
bermain kartu pasangan ) , jika perlu
Stimulasi menggunakan memori pada
peristiwa yang baru terjadi ( mis , bertanya
ke mana saja ia pergi akhir akhir ini .
Observasi Monitoring 1. Identifikasi masalah memori yang dialami
2. Identifikasi kesalahan terhadap orientasi
3. Monitor perilaku dan perubahan memori
selama terapi

Kolaborasi 1. Rujuk pada terapi okupasi, jika perlu


INTERVENSI KEPERAWATAN

Dx. Kep. II : Defisit perawatan diri ( D.0109).


Intervensi yang dipilih : 1. Dukungan perawatan diri
2. Managemen Dimensia.
Tujuan : 1. Memfasilitasi pemenuhan dukungan perawatan diri.
2.Mengidentifikasi dan mengelola pasien yang
mengalami konfusi kronis.
Kriteria :

INTERVENSI RASIONAL
Health Education 1. Anjurkan melakukan perawatan diri secara
konsisten sesuai kemampuan.

Tindakan Keperawatan 1. Sediakan lingkungan yang terapiutik (mis.


Suasana hangan, rileks, privasi)
2. Siapkan keperluan pribadi (mis. Parfum,
sikat gigi dan sabun mandi)
3. Dam pinggi perawatan diri sampai mandiri
4. Fasilitasi untuk menerima keadaan
ketergantungan
5. Fasilitasi kemandirian, batu jika tidak
mampu melakukan perawatan diri
6. Jadwalkan rutinitas perawatan diri

Observasi Monitoring 1. Identifikasi Kegiatan Aktifitas Perawatan


Diri Sesuai Usia
1. Monitor Tingkat Kemandirian Identifikasi
Kebutuhan Alat Bantu Kebersihan Diri,
Berpakaian, Berhias Dan makan
INTERVENSI RASIONAL
Health Education 1. anjurkan memperbanyak istirahat
2. anjarkan keluarga cara perawatan
dimensia.

Tindakan Keperawatan 1. sediakan lingkungan aman, nyaman,


konsisten, dan rendah stimulus (mis musik
tenang, dekorasi sederhanan, pencahayaan
memadai, makan bersama pasien lain)
2. orientasikan waktu, tempat dan orang
3. gunakan distraksi untuk mengatasi
masalah perilaku
4. libatkan keluarga dalam merencanakan,
menyediakan, dan mengevaluasi
perawatan
5. fasilitasi orientasi dengan symbol-symbol
(mis dekorasi, papan petunjuk, foto diberi
nama, huruf besar)
6. libatkan kebiatan individu atau kelompok
sesuai kemampuan kognitif dan minat

Observasi Monitoring 1. Identifikasi riwayat fisik, sosial,


psikologis, dan kebiasaan
2. Identifikasi pola aktifitas (mis tidur,
minum obat, eliminasi, asupan oral,
perawatan diri)
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Diagnosa Tanggal, Tindakan
keperawatan Jam
1. Gangguan Memori Selasa, 07 1. Melakukan informed contsen pada pasien dan
April 2020 keluarga.
2. Menjelaskan tujuan dan prosedur latihan
PUKUL 3. Mengajarkan teknik memori yang tepat (mis,
10.00 imajinasi visual, membuat daftar).
4. Menstimulasi memori dengan mengulang pikiran
yang terakhir kali diucapkan, jika perlu
10.20 5. Mengoreksi kesalahan orientasi ,mengisi format
pengkajian dan table perhitungan skala dimensia
dan lain lain.
10.25 6. Memfasilitasi mengingat kembali pengalaman
masa lalu, jika perlu
10.30 7. Memfasilitasi tugas pembelajaran (mis,
mengingat informasi verbal dan gambar)
10.40 8. Memfasilitasi kemampuan konsentrasi (mis,
bermain kartu pasangan ) , jika perlu
10.50 9. Menstimulasi menggunakan memori pada
peristiwa yang baru terjadi ( mis , bertanya ke
mana saja ia pergi akhir akhir ini .
11.00 10. Mengidentifikasi masalah memori yang dialami
11.05 11. Mengidentifikasi kesalahan terhadap orientasi
11.10 12. Memonitor perilaku dan perubahan memori
selama terapi
11.30 13. Membuat janji untuk pertemuan selanjutnya.

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Diagnosa Tanggal, Tindakan


keperawatan Jam
2. Devisit Perawatan Selasa, 07 1. Melakukan informed contsen pada pasien dan
Diri April 2020 keluarga.
2. Menganjurkan memperbanyak istirahat
PUKUL 3. Menganjarkan keluarga cara perawatan dimensia.
10.00 4. Menyediakan lingkungan aman, nyaman, konsisten,
dan rendah stimulus (mis musik tenang, dekorasi
sederhanan, pencahayaan memadai, makan
bersama pasien lain)
10.20 5. Mengorientasikan waktu, tempat dan orang
10.25 6. Menggunakan distraksi untuk mengatasi masalah
perilaku
10.30 7. Melibatkan keluarga dalam merencanakan,
menyediakan, dan mengevaluasi perawatan
10.40 8. Memfasilitasi orientasi dengan symbol-symbol
(mis dekorasi, papan petunjuk, foto diberi nama,
huruf besar)
10.50 9. Memelibatkan kebiatan individu atau kelompok
sesuai kemampuan kognitif dan minat
11.00 10.Mengidentifikasi riwayat fisik, sosial, psikologis,
dan kebiasaan
11.05 11.Mengidentifikasi pola aktifitas (mis tidur, minum
obat, eliminasi, asupan oral, perawatan diri)
11.30 12. Membuat janji untuk pertemuan selanjutnya.

Diagnosa Tanggal, Tindakan


keperawatan Jam
1. Gangguan Memori Rabu 08 1. Melakukan informed contsen pada pasien dan
April 2020 keluarga.
2. Menjelaskan tujuan dan prosedur latihan
PUKUL 3. Mengajarkan teknik memori yang tepat (mis,
08.00 imajinasi visual, membuat daftar).
4. Menstimulasi memori dengan mengulang pikiran
yang terakhir kali diucapkan, jika perlu
08.20 5. Mengoreksi kesalahan orientasi ,mengisi format
pengkajian dan table perhitungan skala dimensia
dan lain lain.
08.25 6. Memfasilitasi mengingat kembali pengalaman
masa lalu, jika perlu
08.30 7. Memfasilitasi tugas pembelajaran (mis, mengingat
informasi verbal dan gambar)
08.40 8. Memfasilitasi kemampuan konsentrasi (mis,
bermain kartu pasangan ) , jika perlu
08.50 9. Menstimulasi menggunakan memori pada peristiwa
yang baru terjadi ( mis , bertanya ke mana saja ia
pergi akhir akhir ini .
09.00 10. Mengidentifikasi masalah memori yang
dialami
09.05 11. Mengidentifikasi kesalahan terhadap orientasi
08.15 12. Memonitor perilaku dan perubahan memori
selama terapi
08.40 13. Membuat janji untuk pertemuan selanjutnya.
Diagnosa Tanggal, Tindakan
keperawatan Jam
2. Devisit Perawatan Rabu 08 1. Melakukan informed contsen pada pasien dan
Diri April 2020 keluarga.
2. Menganjurkan memperbanyak istirahat
PUKUL 3. Menganjarkan keluarga cara perawatan dimensia.
08.00 4. Menyediakan lingkungan aman, nyaman, konsisten,
dan rendah stimulus (mis musik tenang, dekorasi
sederhanan, pencahayaan memadai, makan
bersama pasien lain)
08.20 5. Mengorientasikan waktu, tempat dan orang
08.25 6. Menggunakan distraksi untuk mengatasi masalah
perilaku
08.30 7. Melibatkan keluarga dalam merencanakan,
menyediakan, dan mengevaluasi perawatan
08.40 8. Memfasilitasi orientasi dengan symbol-symbol
(mis dekorasi, papan petunjuk, foto diberi nama,
huruf besar)
08.50 9. Memelibatkan kebiatan individu atau kelompok
sesuai kemampuan kognitif dan minat
09.00 10. Mengidentifikasi riwayat fisik, sosial,
psikologis, dan kebiasaan
08.15 11. Mengidentifikasi pola aktifitas (mis tidur,
minum obat, eliminasi, asupan oral, perawatan diri)
08.40 12. Membuat janji untuk pertemuan selanjutnya.
Diagnosa Tanggal, Tindakan
keperawatan Jam
1. Gangguan Memori Kamis 09 1. Melakukan informed contsen pada pasien dan
April 2020 keluarga.
2. Menjelaskan tujuan dan prosedur latihan
PUKUL 3. Mengajarkan teknik memori yang tepat (mis,
10.00 imajinasi visual, membuat daftar).
4. Menstimulasi memori dengan mengulang pikiran
yang terakhir kali diucapkan, jika perlu
10.20 5. Mengoreksi kesalahan orientasi ,mengisi format
pengkajian dan table perhitungan skala dimensia
dan lain lain.
10.25 6. Memfasilitasi mengingat kembali pengalaman
masa lalu, jika perlu
10.30 7. Memfasilitasi tugas pembelajaran (mis, mengingat
informasi verbal dan gambar)
10.40 8. Memfasilitasi kemampuan konsentrasi (mis,
bermain kartu pasangan ) , jika perlu
10.50 9. Menstimulasi menggunakan memori pada peristiwa
yang baru terjadi ( mis , bertanya ke mana saja ia
pergi akhir akhir ini .
11.00 10.Mengidentifikasi masalah memori yang dialami
11.05 11.Mengidentifikasi kesalahan terhadap orientasi
11.10 12.Memonitor perilaku dan perubahan memori
selama terapi
11.30 13.Membuat janji untuk pertemuan selanjutnya.
Diagnosa Tanggal, Tindakan
keperawatan Jam
2. Devisit Perawatan Kamis 09 1. Melakukan informed contsen pada pasien dan
Diri April 2020 keluarga.
2. Menganjurkan memperbanyak istirahat
PUKUL 3. Menganjarkan keluarga cara perawatan dimensia.
10.00 4. Menyediakan lingkungan aman, nyaman, konsisten,
dan rendah stimulus (mis musik tenang, dekorasi
sederhanan, pencahayaan memadai, makan
bersama pasien lain)
10.20 5. Mengorientasikan waktu, tempat dan orang
10.25 6. Menggunakan distraksi untuk mengatasi masalah
perilaku
10.30 7. Melibatkan keluarga dalam merencanakan,
menyediakan, dan mengevaluasi perawatan
10.40 8. Memfasilitasi orientasi dengan symbol-symbol
(mis dekorasi, papan petunjuk, foto diberi nama,
huruf besar)
10.50 9. Memelibatkan kebiatan individu atau kelompok
sesuai kemampuan kognitif dan minat
11.00 10. Mengidentifikasi riwayat fisik, sosial,
psikologis, dan kebiasaan
11.05 11. Mengidentifikasi pola aktifitas (mis tidur,
minum obat, eliminasi, asupan oral, perawatan diri)
11.30 12. Membuat janji untuk pertemuan selanjutnya.

EVALUASI KEPERAWATAN

Diagnosa keperawatan : Gangguan Memori

Waktu ( Tanggal, jam ) : Selasa, 07 April 2020 . Pukul. 12.00 WIB.

Evaluasi yang dipilih


Standard Luaran Keperawatan Orientasi Kognitif ( L. 09081 ).
Indonesia ( SLKI)
Definisi: Kemampuan mengidentifikasi orang,
tempat dan waktu secara akurat.
Subyektif :
Ny. J mengatakan sering lupa
menaruh uangnya dan sering hilang.
Ny.J juga mengatakan sering bingung
saat sudah keluar dari rumah.
Keluarga ny.j mengatakan sudah 2
tahunan terakhir Ny.J menjadi pikunan
dan selalu menangis terlebih tentang Skala outcome :
uang yang disimpan. Identifikasi diri sendiri……………….. 4
Identifikasi orang terdekat …………… 3
Objektif : Identifikasi tempat saat ini…………… 3
Pesien kehilangan kemampuan utuk Identifikasi hari ……………………… 4
mengenali wajah, tempat, dan objek Identifikasi bulan ……………………. 4
yang sudah dikenalnya dan kehilangan Identifikasi tahun ……………………. 4
suasana keluarganya Identifikasi peristiwa penting ……….. 3
Saat cucunya tn.R baru datang
,pasien ditanya dan menjawab dengan Ketentuan :
berfikir beberapa menit baru ingat 1 : Menurun
bahwa itu cucunya. 2 : Cukup Menurun
Saat ditanya tanggal dan hari, 3 : Sedang
pasien tidak bias dan bingung 4 : Cukup Meningkat
menjawab 5 : Meningkat
Saat ditanya nama presiden
Indonesia sekarang dan presiden
pertama, pasien hanya bias menjawab
nama presiden pertama saja.
Dari hasil pemeriksaan SPMSQ
yang dilakukan pada ny.j didapatkan
hasil pasien salah / tidak bias menjawab
sebanyak 5 soal. Maka pasien dapat
dikategorikan mengalami gangguan
fungsi intelektual sedang.

Assesment ( Pengkajian Lanjut ) :

Masalah gangguan memori belum


teratasi.

Planning :
Melanjutkan intervensi keperawatan.
EVALUASI KEPERAWATAN

Diagnosa keperawatan : Devisit Perawatan Diri

Waktu ( Tanggal, jam ) : Selasa, 07 April 2020 . Pukul. 12.00 WIB.

Evaluasi yang dipilih


Standard Luaran Keperawatan Perawatan diri ( L.11103 ).
Indonesia ( SLKI)
Definisi: Kemampuan melakukan atau
menyesuaikan aktivitas perawtan diri.
Subyektif :
Keluarga Ny.J mengatakan, pasien Skala outcome :
sering tidak mau mandi, katanya tadi  Kemampuan mandi ………… 3
sudah mandi. Ny. J juga jarang mau  Kemampuan
berganti baju sampai 1 hari kadang 2 hari mengenakan pakaian ………. 3
penuh, katanya masih bersih dan nyaman  Kemampuan makan ….….... 4
dipakai.  Kemampuan ke
toilet (BAB/BAK) ……….….4
 Minat melakukan
Objektif : perawatan diri ……………... 3
Ny.J terlihat kurang rapi, rambut acak  Mempertahankan
acakan. Dan terlihat tidak menggunakan kebersihan diri ……………... 3
alas kaki.  Mempertahankan
Terlihat minat Ny. J dalam perawatan kebersihan mulut ………….. 4
diri tidak maksimal  Verbalisisasi
Ny.J terlihat lidak memakai bedak dan keinginan melakukan
tidak berhias. Aroma tubuh Ny.J juga perawatan diri …………….. 2
seperti belum mandi, padahal saat ditanya Ketentuan :
pasien mengatakan sudah mandi. 1 : Menurun
Terlihat kancing baju pasien tidak 2 : Cukup Menurun
terkancingkan dengan rapi. 3 : Sedang
4 : Cukup Meningkat
Assesment ( Pengkajian Lanjut ) : 5 : Meningkat.

Masalah deficit perawatan diri teratasi


sebagian.

Planning :

Melanjutkan intervensi keperawatan.


EVALUASI KEPERAWATAN

Diagnosa keperawatan : Gangguan Memori

Waktu ( Tanggal, jam ) : Rabu, 08 April 2020 . Pukul. 10.00 WIB.


Evaluasi yang dipilih
Standard Luaran Keperawatan Orientasi Kognitif ( L. 09081 ).
Indonesia ( SLKI)
Definisi: Kemampuan mengidentifikasi orang,
tempat dan waktu secara akurat.

Subyektif :
Ny. J mengatakan masih sering
lupa dan bingung saat sudah keluar dari
rumah sudah berkurng.
Keluarga ny.j mengatakan sudah 2
tahunan terakhir Ny.J menjadi pikunan
dan selalu menangis terlebih tentang
uang yang disimpan. Tapi jika keluar Skala outcome :
sudah tidak kebingungan mencari Identifikasi diri sendiri……………….. 4
rumahnya lagi. Identifikasi orang terdekat …………… 4
Identifikasi tempat saat ini…………… 4
Objektif : Identifikasi hari ……………………… 4
Ingatan ny.j tentang hari, tanggal, Identifikasi bulan ……………………. 4
bulan dan peristiwa penting sudah Identifikasi tahun ……………………. 4
membaik.. Identifikasi peristiwa penting ……….. 3
Saat ditanya tanggal dan hari,
pasien sudah menjawab meski berfikir Ketentuan :
dulu beberapa menit. 1 : Menurun
Dari hasil pemeriksaan SPMSQ 2 : Cukup Menurun
yang dilakukan pada ny.j didapatkan 3 : Sedang
hasil pasien salah / tidak bias menjawab 4 : Cukup Meningkat
sebanyak 4 soal. Maka pasien dapat 5 : Meningkat
dikategorikan mengalami gangguan
fungsi intelektual ringan.

Assesment ( Pengkajian Lanjut ) :

Masalah gangguan memori teratasi


sebagian.

Planning :
Melanjutkan intervensi keperawatan.
EVALUASI KEPERAWATAN

Diagnosa keperawatan : Devisit Perawatan Diri

Waktu ( Tanggal, jam ) : Rabu, 08 April 2020 . Pukul. 10.00 WIB.


Evaluasi yang dipilih
Standard Luaran Keperawatan Perawatan diri ( L.11103 ).
Indonesia ( SLKI)
Definisi: Kemampuan melakukan atau
menyesuaikan aktivitas perawtan diri.
Subyektif :
Ny. J mengatakan tadi barusan mandi. Skala outcome :
Keluarga juga mengatakan pagi tadi ny.Y  Kemampuan mandi ………… 4
sudah mau mandi dan mencuci  Kemampuan
rambutnya. mengenakan pakaian ……….. 4
 Kemampuan makan ….…...... 4
 Kemampuan ke
Objektif : toilet (BAB/BAK) ……….….4
Ny.J terlihat lebih rapi, rambut masih  Minat melakukan
basah sudah bersisir rapi. Masih terlihat perawatan diri ……………... 3
tidak mau menggunakan alas kaki.  Mempertahankan
Terlihat minat Ny. J dalam perawatan kebersihan diri ……………... 3
diri sudah membaik.  Mempertahankan
Ny.J terlihat lidak memakai bedak dan kebersihan mulut ………….. 4
tidak berhias. Aroma tubuh Ny.J sudah  Verbalisisasi
lebih wangi mandi. keinginan melakukan
Terlihat kancing baju pasien sudah perawatan diri …………….. 3
terkancingkan dengan rapi. Ketentuan :
1 : Menurun
2 : Cukup Menurun
3 : Sedang
4 : Cukup Meningkat
Assesment ( Pengkajian Lanjut ) : 5 : Meningkat.

Masalah deficit perawatan diri teratasi


sebagian.

Planning :

Melanjutkan intervensi keperawatan.


EVALUASI KEPERAWATAN

Diagnosa keperawatan : Gangguan Memori

Waktu ( Tanggal, jam ) : Kamis, 09 April 2020 . Pukul. 12.00 WIB.


Evaluasi yang dipilih
Standard Luaran Keperawatan Orientasi Kognitif ( L. 09081 ).
Indonesia ( SLKI)
Definisi: Kemampuan mengidentifikasi orang,
tempat dan waktu secara akurat.

Subyektif :
Ny. J mengatakan masih terkadang
lupa dan bingung saat sudah keluar dari
rumah sudah berkurng.
Keluarga ny.j mengatakan sudah 2
tahunan terakhir Ny.J menjadi pikunan
dan selalu menangis terlebih tentang
uang yang disimpan. Tapi jika keluar Skala outcome :
sudah tidak kebingungan mencari Identifikasi diri sendiri……………….. 4
rumahnya lagi. Identifikasi orang terdekat …………… 4
Identifikasi tempat saat ini…………… 4
Objektif : Identifikasi hari ……………………… 4
Ingatan ny.j tentang hari, tanggal, Identifikasi bulan ……………………. 4
bulan dan peristiwa penting sudah Identifikasi tahun ……………………. 4
membaik.. Identifikasi peristiwa penting ……….. 3
Saat ditanya tanggal dan hari,
pasien sudah menjawab meski berfikir Ketentuan :
dulu beberapa menit. 1 : Menurun
Dari hasil pemeriksaan SPMSQ 2 : Cukup Menurun
yang dilakukan pada ny.j didapatkan 3 : Sedang
hasil pasien salah / tidak bias menjawab 4 : Cukup Meningkat
sebanyak 4 soal. Maka pasien dapat 5 : Meningkat
dikategorikan mengalami gangguan
fungsi intelektual ringan.

Assesment ( Pengkajian Lanjut ) :

Masalah gangguan memori teratasi


sebagian.

Planning :
Melanjutkan intervensi keperawatan.
EVALUASI KEPERAWATAN

Diagnosa keperawatan : Devisit Perawatan Diri

Waktu ( Tanggal, jam ) : Kamis, 09 April 2020 . Pukul. 12.00 WIB.


Evaluasi yang dipilih
Standard Luaran Keperawatan Perawatan diri ( L.11103 ).
Indonesia ( SLKI)
Definisi: Kemampuan melakukan atau
menyesuaikan aktivitas perawtan diri.
Subyektif :
Ny. J mengatakan tadi pagi sudah Skala outcome :
mandi. Keluarga juga mengatakan pagi  Kemampuan mandi ……….… 5
tadi ny.Y sudah mau mandi dan mencuci  Kemampuan
rambutnya sudah mau sikat gigi, sisiran mengenakan pakaian ……….. 4
juga.  Kemampuan makan ….…...... 5
 Kemampuan ke
toilet (BAB/BAK) ……….….5
Objektif :  Minat melakukan
Ny.J terlihat lebih rapi, rambut sudah perawatan diri ……………... 4
bersisir rapi. Terlihat minat Ny. J dalam  Mempertahankan
perawatan diri membaik. kebersihan diri ……………... 4
Ny.J terlihat mau memakai bedak dan  Mempertahankan
tberhias seperti menguncir rapi kebersihan mulut ………….. 5
rambutnya. Aroma tubuh Ny.J sudah  Verbalisisasi
lebih wangi mandi. keinginan melakukan
Terlihat kancing baju pasien sudah perawatan diri …………….. 4
terkancingkan dengan rapi. Ketentuan :
1 : Menurun
2 : Cukup Menurun
Assesment ( Pengkajian Lanjut ) : 3 : Sedang
4 : Cukup Meningkat
Masalah deficit perawatan diri teratasi 5 : Meningkat.
sebagian.

Planning :
Interei keperawatan dihentikn,
memberikan pengertian pada pasien dan
keluarga agar tetap memantau tentang
kebutuhan perawatan diri pasien yang
sudah mulai membaik.
LAMPIRAN

1. daftar kunjungan

2. foto dokumentasi
DAFTAR KUNJUNGAN

PRAKTEK ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK


DI RUMAH NY. J DSN.SUMBERAGUNG BANGGLE KANIGORO BLITAR
NO. Hari, Jumlah Kegiatan yang dilakukan TTD pasien TTD
tanggal, kunjungan / anggota mahasiswa
jam keluarga

1. Selasa, 07 1 1. Melakukan informed contsen


April pada pasien dan keluarga.
2020 2. Menjelaskan tujuan dan
prosedur latihan
3. Mengajarkan teknik memori
yang tepat (mis, imajinasi
Pukul visual, membuat daftar).
10.00 4. Menstimulasi memori dengan
sampai mengulang pikiran yang
terakhir kali diucapkan, jika
dengan
perlu
12.00 5. Menjelskan pentingnya
prosedur perawatan diri
6. Menjelaskan daan
Mencontohkan perawatan diri
yang baik
7. Memonitor perilaku dan
perubahan memori selama
terapi
8. Membuat janji untuk
pertemuan selanjutnya.
NO. Hari, Jumlah Kegiatan yang dilakukan TTD pasien TTD
tanggal, kunjungan / anggota mahasiswa
jam keluarga

2. Rabu, 08 2 1. Melakukan informed contsen


April pada pasien dan keluarga.
2020 2. Menjelaskan tujuan dan
prosedur latihan
3. Mengajarkan teknik memori
yang tepat (mis, imajinasi
Pukul visual, membuat daftar).
08.00 4. Menstimulasi memori dengan
sampai mengulang pikiran yang
terakhir kali diucapkan, jika
dengan
perlu
10.00 5. Menjelskan pentingnya
prosedur perawatan diri
6. Menjelaskan daan
Mencontohkan perawatan
diri yang baik
7. Memonitor perilaku dan
perubahan memori selama
terapi
8. Membuat janji untuk
pertemuan selanjutnya.

NO. Hari, Jumlah Kegiatan yang dilakukan TTD pasien TTD


tanggal, kunjungan / anggota mahasiswa
jam keluarga

3. Kamis, 09 3. 1. Melakukan informed


April contsen pada pasien dan
2020 keluarga.
2. Menjelaskan tujuan dan
prosedur latihan
3. Mengajarkan teknik memori
Pukul yang tepat (mis, imajinasi
10.00 visual, membuat daftar).
sampai 4. Menstimulasi memori dengan
mengulang pikiran yang
dengan
terakhir kali diucapkan, jika
12.00 perlu
5. Menjelskan pentingnya
prosedur perawatan diri
6. Menjelaskan daan
Mencontohkan perawatan
diri yang baik
7. Memonitor perilaku dan
perubahan memori selama
terapi
8. mengAkhiri sesi kunjungan
dan memberikan pengertian
pada pasien dan keluarga
agar tetap memantau tentang
kebutuhan perawatan diri
pasien yang sudah mulai
membaik.
LAMPIRAN 2

FOTO DOKUMENTASI

Kunjungan hari pertama

Kunjungan hari berikutnya

Anda mungkin juga menyukai