PENDAHULUAN
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 PENGERTIAN
Proses menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan
kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti dan mempertahankan
fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki
2
kerusakan yang diderita (Nugroho, 2000). Proses menua merupakan suatu yang
fisiologis, yang akan dialami oleh setiap orang. Batasan orang dikatakan lanjut
usia berdasarkan UU No 13 tahun 1998 adalah 60 tahun.
Proses penuaan dipandang sebagai sebuah proses total dan sudah dimulai
saat masa konsepsi. Meskipun penuaan adalah sebuah proses berkelanjutan, belum
tentu seseorang meninggal hanya karena usia tua.
bisa melemahkan
akhirnya akan mempengaruhi tingkat perubahan pada sel , sel otak dan
saraf, gangguan otak , serta jaringan tubuh lainnya.
1. Teori Genetik dan Mutasi, Genetic Clock
Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan biokimia yang
diprogram
2.
Teori ERROR
Salah satu hipotesis yang berhubungan dengan mutasi sel somatik
adalah hipotesis "Error Castastrophe" (Darmojo dan Martono, 1999).
Menurut teori tersebut menua diakibatkan oleh menumpuknya
berbagai macam kesalahan
perubahan
tersebut
sebagai
sel
asing
dan
jaringan
tidak
dapat
mempertahankan
kestabilan
dipakai.
Teori Radikal Bebas
Tidak stabilnya redikal bebas mengakibatkan oksidasi-oksidasi
bahan bahan organik seperti karbohidrat dan protein . radikal ini
menyebabkan sel-sel tidak dapat regenerasi.
berupa :
b. Teori Sosial
1. Teori Aktifitas
Lanjut usia yang sukses adalah mereka yang aktif dan ikut banyak
dalam kegiatan social
2. Teori Pembebasan
Kehilangan peran
b)
c)
Berkurangnya komitmen
3. Teori Kesinambungan
proses
penuaan,
akan
tetapi
didasarkan
pada
b)
c)
Selain
hal
tersebut,
dari
pihak
masyarakat
juga
berkurang
misalnya
saat
anak
menginjak
dewasa
dan
2)
3)
b)
Duvall
menguraikan
tujuh
jenis
tugas
b)
c)
d)
e)
f)
g)
c. Teori Psikologi
1)
Jung
(1960)
menyusun
sebuah
teori
perkembangan
kepribadian dari seluruh fase kehidupan yaitu mulai dari masa kanakkanak, masa muda dan masa dewasa muda, usia pertengahan sampai
lansia. Kepribadian individu terdiri dari Ego, ketidaksadaran
seseorang dan ketidaksadaran bersama. Menurut teori ini kepribadian
digambarkan/diorientasikan terhadap dunia luar (ekstroverted) atau ke
arah subyektif, pengalaman-pengalaman dari dalam diri (introvert).
Keseimbangan antara kekuatan ini dapat dilihat pada setiap individu,
dan merupakan hal yang paling penting bagi kesehatan mental.
3)
Buhler
(1968)
menyusun
sebuah
teori
yang
mengkonsep
tujuan-tujuan
hidup
yang
spesifik
dan
10
menurunnya
aktifitas
silia.
Paru
kehilangan
Vesika
urinaria,
otot-ototnya
menjadi
melemah,
12
kebersihan
tubuh,
memakai
dan
menukar
pakaian,
b.
c.
hewani
Hidrat arang, gula murni dikurangi
Vitamin dan mineral harus cukup terutama vitamin B, Vitamin C,
asam folat, kalsium dan Fe
PRINSIP :
Sayur dan buah > protein, ikan, ayam, kacang-kacangan dan telur > nasi,
jagung, kentang > lemak > gula, garam
OLAHRAGA
Latihan olahraga yang baik dan benar serta teratur harus memenuhi
komponan sebagai berikut:
1.
Peregangan dan pemanasan 10 15 menit
2.
Latihan initi 15 60 menit
3.
Pendinginan 10 15 menit
Faktor yang diperhatikan :
1. Intensitas latihan pra usia lanjut 60 % - 80 % DNM
2. DNM (Denyut Nadi Maksimal ) : 220 usia x menit
3. Contoh : Bila usia 40 tahun DNM = 220 40 = 180 x / mnt
i. Batas atas 85 % = 85 % -x 180 x/mnt = 153 x/mnt
ii. Batas bawah 60 % = 60 % x 180 x/mnt = 108 x/mnt
4. Frekuensi latihan --------------------3 5 x seminggu
5. Lamanya latihan -------------------- 30 45 menit, tidak termasuk waktu
pemanasan dan pendinginan.
Toleransi terhadap kekurangan O2 sangat menurun pada klien lansia,
untuk itu kekurangan O2 yang mendadak harus dicegah dengan cara posisi
bersandar pada beberapa bantal, jangan makan terlalu banyak, jangan
melakukan gerak badan yang berlebihan dan sebagainya.
Seorang perawat harus dapat memotivasi para klien lansia agar mau dan
menerima makanan yang disajikan. Kurangnya kemampuan mengunyah
sering dapat menyebabkan hilangnya nafsu makan. Untuk mengatasi masalah
ini adalah dengan menghidangkan makanan lunak atau memakai gigi palsu.
14
Waktu makan yang teratur, menu bervariasi dan bergizi, makanan yang serasi,
serta suasana yang menyenangkan dapat menambah selera makan, bila ada
penyakit tertentu perawat harus mengatur makanan sesuai diet yang
dianjurkan.
Perawat perlu mengadakan pemeriksaan kesehatan terutama pada klien
lansia yang diduga menderita penyakit tertentu atau secara berkala dilakukan
bila terdapat kelainan tertentu misalnya batuk-batuk, pilek, (terutama klien
lansia yang tinggal di panti Werda ).
Perawat perlu memberikan penjelasan dan penyuluhan kesehatan,
mengkaji penyebab keluhan, kemudian mengkomunikasikan dengan klien
tentang cara pemecahannya.
Perawat harus mendekatkan diri dengan klien lansia, membimbing dengan
sabar dan ramah, sambil bertanya apa yang dirasakan, bagaimana tentang
tidur, makan, apakah obat sudah diminum, apakah mereka bisa melaksanakan
ibadah dan sebagainya. Sentuhan ( misalnya genggaman tangan ) terkadang
sangat berarti bagi mereka.
b. Tugas Perawat Dalam Teori Sosial
Perawat
sebaiknya
memfasilitasi
sosialisasi
antar
lansia
dengan
mengadakan diskusi dan tukar pikiran serta bercerita sebagai salah satu upaya
pendekatan sosial. Memberi kesempatan untuk berkumpul bersama berarti
menciptakan sosialisasi antar manusia, yang menjadi pegangan bagi perawat
bahwa orang yang dihadapinya adalah mahluk sosial yang membutuhkan
orang lain. Hubungan yang tercipta adalah hubungan sosial antara werda
dengan werda maupun werda dengan perawat sendiri.
Perawat memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada para werda
untuk mengadakan komunikasi, melakukan rekreasi seperti jalan pagi,
menonton film atau hiburan-hiburan lain karena mereka perlu diransang untuk
mengetahui dunia luar. Dapat disadari bahwa pendekatan komunikasi dalam
perawatan tidak kalah pentingnya dengan upaya pengobatan medis dalam
proses penyembuhan atau ketenangan para klien lansia.
Menurut Drs H. Mannan dalam bukunya Komunikasi dalam Perawatan
mengatakan : tidak sedikit klien tidak bisa tidur karena stres. Stres
memikirkan penyakitnya, biaya hidup, keluarga yang dirumah, sehingga
menimbulkan kekecewaan, rasa ketakutan atau kekhawatiran, rasa kecemasan
15
menanamkan
rasa
kesatuan
dan
persatuan,
senasib
dan
kegairahan
atau
keinginan,
peningkatan
kewaspadaan,
A. PENGERTIAN
Gerontologi adalah cabang ilmu yang mempelajari proses menua dan
masalahyang mungkin terjadi pada lanjut usia. Geriatri nursing adalah
spesiali keperawatan lanjut usia yang dapat menjalankan perannya pada tiap
peranan pelayanan dengan menggunakan pengetahuan, keahlian, dan
keterampilan merawat untuk meningkatkan fungsioptimal lanjut usia
secara komprehensif. Karena itu, perawatan lansia yang menderita
penyakit dan dirawat di RS merupakan bagian dari gerontic nursing.
17
mempunyai
peranan
yang
panjang
untuk
diskusi,
upaya perawatan
dalam
tukar
pikiran,
pendekatan
dan
bercerita
merupakan
sosial.
Memberi
kesempatan
18
mempertahankan
serta
membesarkan
daya
h i d u p / s e m a n g a t hidup lansia.
b. Menolong dan merawat klien yang menderita sakit
c. M e r a n g s a n g p e t u g a s k e s e h a t a n a g a r d a p a t m e n g e n a l d a n
m e n e g a k k a n diagnosa secara dini.
d. Mempertahankan
kebebasan
yang
maksimal
tanpa
perlu
Fisik : wawancara
Pemeriksaan fisik : Head to tea, sistem tubuh
Psikologi
Social ekonomi
Spiritual
Pengkajian dasar meliputi : Temperatur, nadi, pernafasan, tekanan
darah, berat
badan,
tingkat
orientasi,
memori,
pola
tidur,
penyesuaian psikososial.
Sistem tubuh: sistem persyarafan, kardiovaskuler,gastrointestinal,
genitovrinarius, sistem kulit, sistem musculoskeletal.
19
2. Perencanaan
Untuk menentukan apa yang dapat dilakukan perawat terhadap
pasien dan pemilihan intervensi keperawatan yang tepat
3. Pelaksanaan
Tah a p d i m a n a p e r a w a t m e l a k u k a n t i n d a k a n k e p e r a w a t a n
s e s u a i d e n g a n intervensi / perencanaan yang telah ditentukan.
4. Evaluasi
Penilaian terhadap tindakan keperawatan yang diberikan
20
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN KELOMPOK GERONTIK
DATA UMUM
Identitas panti werda
a.
Nama
: Panti Griya Asih Lawang
b.
Alamat
: Jl. Pramuka RT 06 RW 07 Ds.Ngamarto kec. lawang
3.2 DATA INTI
3.2.1 Sejarah berdirinya Panti Werda
3.1
lansia
dan
anak-anak
dengan
mengutamakan
yang
benar-benar
21
Sumber
Interpretasi
No
1
2
Sumber
Kategori
Islam
Kristen
Total
Frekuensi
1
23
24
%
4
95
100
Interpretsi
No
1
2
3
Umur
60-74
75-90
>90
Total
Frekuensi
6
17
1
%
25
70,8
4
24
100
22
Sumber
Interpretsi
No
Kategori
1
Tamat SD
2
Tamat SMP
3
Tamat SMA
Total
Frekuensi
%
10
41,7
8
33,3
6
25
24
100
23
Sumber
Interpretasi
Status
Freku
perkawinan
Tidak menikah
menikah
Tidak Terkaji
Total
Sumber
ensi
6
15
3
24
Mahasiswa
Keperawatan
%
25%
62,5%
12,5%
100%
D
III
Malang
Kategori
Tak Kerja
Mengajar
Swasta
Wiraswata
Buruh Pabrik
PRT
TOTAL
Frekuensi
16
1
3
2
1
1
24
%
66,7
4,17
12,5
8,3
4,17
4,17
100
Sumber
Interpretsi
NO
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Sumber
KATEGORI
Diabetes militus
Hipertensi
Osteoporosis
Dimensia
Stroke
Asam urat
Katarak
FREKUENSI
5
5
6
1
2
2
3
Kegiatan
Makan
Minum
Istirahat tidur
Eliminasi
5.
6.
Kebersihan diri
Kemandirian/ADL
Jumlah/Hari
3x sehari
3-5 gelas @ 120 ml
8-9 jam
BAK 5-6x/hari
BAB 1-2x/hari
Mandi 2x/hari
Aktivitas terbatas
Kelompok lansia mulai bangun pagi pukul 03.30 WIB, setelah itu mandi,
dan siap-siap untuk menunggu kegiatan senam pagi, sambil menikmati snack
kue dan segelas teh hangat. Setelah semua selesai mandi pukul 05.00 WIB
sekelompok lansia bergegas menuju aula untuk melakukan senam pagi. Setelah
selesai senam pukul 06.00 WIB lansia diantar untuk menuju ruang makan sambil
menunggu bel sarapan pagi dimulai. Pada jam 07.00 WIB lansia sarapan
bersama di ruang makan dan tak lupa untuk berdoa bersama. Bagi Lansia yang
tingkat kemandirian rendah atau bedrest biasanya dibantu perawat dalam hal
makan dan minum. Setelah makan, lansia melakukan ibadah bersama sampai
pukul 08.00. Setelah itu lansia keluar ruangan untuk berjemur sambil diukur
tanda-tanda vital oleh perawat . Pada jam 09.00 WIB setelah kegiatan berjemur ,
lansia biasanya duduk-duduk di teras ataupun bercengkrama dengan teman
sebaya. Setelah itu, pada jam 11.30 WIB lansia bersiap-siap untuk berkumpul di
ruang makan sambil menunggu bel makan siang berbunyi . Kemudian, setelah
selesai makan, lansia tidur siang sampai jam 15.30 WIB. Pukul 16.00 lansia
melakukan aktivitas mandi. Setelah mandi selesai, kira-kira pukul 17.00 WIB
saatnya lansia makan sore sampai jam 17.30. Setelah itu lansia kembali ke
kamar masing-masing untuk melakukan aktivitas ataupun istirahat.
Kebiasaan
Frek
Gula
Garam
Tidak ada
6
2
16
25%
8%
67%
24
100%
kebiasaan
tidak sehat
Jumlah
Sumber
3.3.1.2.
3.3.1.3.
3.3.1.4.
makan.
5) Bangunan aula atau tempat ibadah
6) Bangunan perkantoran
7) Bangunan rumah dinas.
Pekarangan
Luas pekarangan kurang lebih 20.000 m2
Pemanfaatan : taman, lapangan, lahan kebun sayur dan
buah.
Sarana sumber air bersih
Sumber air dari PDAM.
Sarana pembuangan sampah
Sampah dikumpulkan di tempat pembuangan sampah yang
3.3.1.5.
3.3.1.6.
berjarak 9 m.
Sarana mandi
Air bersih untuk mandi berasal dari air PDAM. Keadaan
kamar mandi bersih dan tidak licin. Terdapat pegangan
untuk mandi lansia. Setiap lansia mempunyai alat mandi
3.3.1.7.
3.3.2.
sendiri.
Sarana SPAL
Air limbah dialirkan melewati selokan yang dibuang juga
ke septictank.
Pelayanan kesehatan dan social
3.3.2.1.
3.3.5.
No
Kategori
1
Tamat SD
2
Tamat SMP
3
Tamat SMA
Total
Frekuensi
%
10
41,7
8
33,3
6
25
24
100
Transportasi,
Keamanan
dan keselamatan
3.3.5.1.
Sarana jalan dan transportasi di lingkungan kelompok
lansia : sarana jalan dari rumah ke lapangan tempat berjemur
menanjak. Transportasi milik panti berupa mobil dan sepeda
3.3.5.2.
3.3.5.3.
3.3.6
Majelis Sinode
GPIR
Badan Pembina Dan
YADIA GPIB
BPPG
YADIA GPIB
PERWAKILAN JATIM
Badan Pengawas
JEMAAT
GPIB
MASYARAKAT
3.3.6.2.
YADIA GPIB
PERWAKILAN JATIM
KETUA RAAL
SEKRETARI
WAKIL KETUA
RAAL
BENDAHARA
UNIT PENDAMPING
LANSIA
URUSAN UMUM/
LOGISTIK
UNIT
PENDAMPING
PENGASUH
LANSIA
BAG. DAPUR
SECURITY
PENGASUH
ANAK
KEBERSIHAN
TUKANG
KEBUN
3.3.6.3.
TUKANG CUCI
memberikan
kamar.
Menyediakan fasilitas hiburan yang cukup ( TV,
CD Player, dll)
Menyediakan konsumsi/ ekstra fooding dengan
menu makanan yang selalu dikoordinasikan
mahasiswa.
Konsultasi psikologi
bekerjasama
dengan
bekerja
sama
dengan
PGL
masyarakat sekitar.
Pembinaan olahraga senam bekerjasama dengan
masyarakat sekitar.
Fasilitas laundry untuk semua pakaian dengan
kerabat.
Menyusun jadwal waktu kegiata rutin secara
teratur.
b. Pelayanan rohani.
malam.
Kebaktian minggu dilayani oleh GPIB jemaat
3.3.6.2.
Kasih Lawang.
Kunjungan Gereja-gereja sesuai jadwal gereja
tersebut.
Program jangka menengah
a. Mengupayakan penambahan fasilitas alat tidur,
lemari dll.
b. Mengupayakan perbaikan perbaikan gedung
3.3.6.3.
asrama.
c. Memperbarui peralatan pendukung lainnya.
Program jangka panjang
a. Menambah bangun asrama agar dapat
menampung lebih banyak lansia dan anak anak
yang perlu mendapat pertolongan.
b. Mengupayakan pemanfaatan lahan
guna
3.3.7. Komunikasi
Sarana komunikasi yang digunakan
Sarana Komunikasi langsung menggunakan lonceng sebagai sarana
Korelasi dengan
Masalah
Proses Penuaan (Aging
DS:
Proscess) menoupuse
Kelompok
fisik
Jenis kelamin
wanita
Kekurangan protein
lansia
kurang
Kerusakan tulang
akibat kelelahan
Data fokus
Griya
Asih
Lawang
Defisiensi vit D
penurunan aktivitas
Reabsorbsi tulang
meningkat
belakang
pinggang
dan kalsium
Obat kortikosteroid
DO:
- Rata-rata skala nyeri
fraktur vertebrae
pergeseran fraktur
tulang
NYERI AKUT
Nama masalah
: Nyeri Akut
Intoleransi
aktivitas
Penurunan
kekuatan otot
Keterbatasan
Kerusakan
kelompok
Griya
Gangguan
muskuloskeletal
fibrosa)
Penurunan massa
otot
lansia
digantikan
Asih
mengatakan
dan
badan
kekuatan dan
lansia
tampak
lemah
kekuatan
pergerakan secara
lemah
keseluruhan.
otot
dengan
skala ekstremitas
atas dan bawah 4
Kelemahan secara
umum
dapat
melawan
tetapi
dengan
hambatan ringan
HAMBATAN
sampai
MOBILITAS FISIK
dengan
sedang.
lansia
menggunakan
alat
bantu
berjalan walker,
tongkat
Nama masalah
usia
diatas
tahun
riwayat jatuh
penggunaan
bantu
ekstremitas bawah
Kesulitan
gaya
berjalan
Gangguan
keseimbangan
Gangguan
mobilitas fisik
lansia
RAAL
Griya
Lawang
walker, tongkat)
Penurunan
kekuatan
kelompok
Asih
mengatakan
kalau
Gangguan
keseimbangan,
berdiri
sempoyongan,
kemampuan gerak cepat
RESIKO JATUH
Lansia
tampak
membungkuk
(kifosis)
Lansia
menggunakan
alat
bantu
(tongkat, walker)
untuk
beraktivitas
Nama masalah
: Resiko Jatuh
sehari-hari
kekuaran
Diagnosa
Keperawatan
Nyeri akut bd
fraktur vertebrae
(osteoporosis)
Tujuan
Kriteria Hasil
Setelah
a. Skala nyeri
diberikan
berkurang
tindakan
menjadi 0-1`
b.
Grimace
c.Mampu
keperawatan
selama 3x24
jam nyeri
mengontrol
klien
nyeri
d.
TTV
berkurang
dalam batas
normal
TD:
systol:
100-130
Diastole:
Intervensi
1. Monitor TTV
2. Lakukan pengkajian
nyeri padapada
punggung atau
menyebar pada
abdomen dan
pinggang,
karakteristik nyeri
dan kualitas nyeri
3. Observasi reaksi non
verbal dari
ketidaknyamanasn
4. Ajarkan pada klien
teknik nafas dalam
60-90
Nadi=
80-100
RR= 16-
mempengaruhi nyeri
20
S= 36,537,5
ruangan,
dan distraksi
5. Kontrol lingkungan
yang dapat
seperti suhu
pencahayaan, dan
kebisingan
6. Tingkatkan istirahat
2.
a. Cara
yang adekuat
1. Monitor TTV
Hambatan
Setelah
mobilitas fisik
diberikan
berjalan
berhubungan
tindakan
tidak
dengan
keperawatan
sempoyon
penurunan
selama 3x24
kekuatan otot
jam
gan
b. Meningkat
diharapkan
dalam
klien mampu
aktivitas
melakukan
mobilitas
fisik seharihari sesuai
dengan
kemampuann
ya dan secara
mandiri
fisik
c. Memperg
unakan
alat bantu
mobilisasi
d. Mamapu
mobilisasi
3. Latih pasien dalam
pemenuhan
kebutuhan ADLs
secara mandiri
sesuai kemampuan
4. Dampingi dan bantu
pasien saat
melakuka
n aktivitas
penuhi kebutuhan
fisik
sehari-hari
e. TTV
ADLs
5. Bantu klien untuk
menggunakan
dalam
batas
normal
cedera
6. Ajarkan pasien
bagaimana
mengubah posisi
No.
3.
Diagnosa
Tujuan
Keperawatan
Resiko jatuh Setelah
Kriteria Hasil
1. Dapat
Intervensi
Manajemen Lingkungan
meminimalkan
aktivitas
factor
resiko
yang
selama 24 jam
yang
dapat
pasien
klien
memicu jatuh
dan keperawatan
kekuatan otot
terhindar
dari jatuh/tidak
jatuh.
2. Keseimbangan
a. ciptakan
lingkungan
aman
bagi
b. identifilasi kebutuhan
rasa aman bagi pasien
: kemampuan
berdasarkan
untuk
fungsi
mempertahank
an ekuilibrum.
tingkat
fisik
dan
lingkungan
yang mengancam
dari
lingkungan
Mencegah Jatuh :
a. Kaji penyebab defisit
fisik pasien
b. Kaji
karakteristik
gaya
jalan
pasien, keseimbangan,
tingkat kelelahan
d. Berikan
penerangan
yang cukup
Tanggal
Diagnosa
1
16 Oktober
2015
Implementasi
1. Memonitor TTV
TD : 120/90 mmHg
N : 85x/m
S : 36,5c
RR : 23x/m
2. Melakukan pengkajian nyeri pada
punggung atau pada abdomen dan
pinggang, karakteristik nyeri dan
kualitas nyeri
3. Mengobservasi reaksi non verbal dari
ketidaknyamanan
4. Mengajarkan klien teknik nafas dalam
dan distraksi
5. Mengontrol lingkungan yang dapat
mempengaruhi nyeri, seperti suhu
ruangan, pencahayaan, dan kebisingan
6. Menganjurkan untuk istirahat yang
cukup
17 Oktober
1. Memonitor TTV
TD : 110/70 mmHg
N : 88x/m
S : 36,8c
RR : 20x/m
2. Melakukan pengkajian nyeri pada
punggung atau pada abdomen dan
pinggang, karakteristik nyeri dan
kualitas nyeri
3. Mengobservasi reaksi non verbal
4. Mengajarkan klien teknik nafas
dalam dan distraksi
5. Mengontrol lingkungan yang dapat
mempengaruhi nyeri, seperti suhu
ruangan, pencahayaan, dan
18 oktober
kebisingan
1. Memonitor TTV
Tanda Tangan
2015
TD : 110/70 mmHg
N : 88x/m
S : 36,8c
RR : 20x/m
2. Melakukan pengkajian nyeri pada
punggung atau pada abdomen dan
pinggang, karakteristik nyeri dan
kualitas nyeri
3. Mengontrol lingkungan yang dapat
mempengaruhi nyeri, seperti suhu
ruangan, pencahayaan, dan
kebisingan
No
Tanggal
Diagnosa
2
16 Oktober
2015
Implementasi
1.
Memonitor TTV
TD : 120/90 mmHg
N : 85x/m
S : 36,5c
RR : 23x/m
2. Mengobservasi kemampuan pasien
dalam mobilisasi
3. Melatih pasien dalam pemenuhan
kebutuhan ADLs secara mandiri sesuai
kemampuan
4. Mendampingi dan membantu pasien
saat mobilisasi dan memenuhi
kebutuhan ADLs
5. Membantu klien untuk menggunakan
tongkat saat berjalan dan cegah
terhadap cedera
6. Mengajarkan pasien bagaimana
17 oktober
2015
mengubah posisi
1. Memonitor TTV
TD : 110/70 mmHg
N : 88x/m
S : 36,8c
RR : 20x/m
2. Mengobservasi kemampuan pasien
Tanda Tangan
dalam mobilisasi
3. Melatih pasien dalam pemenuhan
kebutuhan ADLs secara mandiri sesuai
kemampuan
4. Mendampingi dan membantu pasien
saat mobilisasi dan memenuhi
kebutuhan ADLs
Membantu klien untuk menggunakan
tongkat saat berjalan dan cegah
18 Oktober
2015
terhadap cedera
1. Memonitor TTV
TD : 110/70 mmHg
N : 88x/m
S : 36,8c
RR : 20x/m
2. Melatih pasien dalam pemenuhan
kebutuhan ADLs secara mandiri sesuai
kemampuan
3. Mendampingi dan membantu pasien
saat mobilisasi dan memenuhi
kebutuhan ADLs
Membantu klien untuk menggunakan
tongkat saat berjalan dan cegah
terhadap cedera
No
Tanggal
Implementasi
Tanda Tangan
Diagnosa
3.
16 Oktober
Manajemen Lingkungan
2015
lingkungan
yang
mengancam
d. menjauhkan objek yang berbahaya dari
lingkungan
Mencegah Jatuh :
a. mengkaji penyebab defisit fisik pasien
b. mengkaji karakteristik lingkungan yang
dapat menyebabkan jatuh
c. memonitor
gaya
jalan
pasien,
17 oktober
2015
aman
bagi pasien
b. mengidentifilasi kebutuhan rasa aman
bagi pasien berdasarkan tingkat fungsi
fisik dan kognitif dan riwayat perilaku
masa lalu
c. menjauhkan objek yang berbahaya dari
lingkungan
Mencegah Jatuh :
a. mengkaji karakteristik lingkungan yang
dapat menyebabkan jatuh
b. memonitor
gaya
jalan
pasien,
18 oktober
2015
aman
bagi pasien
b. mengidentifilasi kebutuhan rasa aman
bagi pasien berdasarkan tingkat fungsi
fisik dan kognitif dan riwayat perilaku
masa lalu
c. menjauhkan objek yang berbahaya dari
lingkungan
Mencegah Jatuh :
a. memonitor
gaya
jalan
pasien,
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, L. 2000 . Diagnosa Keperawatan Aplikasi Pada Praktek Klinis,Edisi
ke-6. Jakarta:EGC
Gunawan S, Nardho, Dr, MPH. 1995. Upaya Kesehatan Usia Lanjut. Jakarta:
Dep Kes
Nugroho, Wahjudi. Keperawatan Gerontik. Edisi ke-2. Jakarta:EGC
Leeckenotte, Annete Glesler. 1997. Pengkajian Gerontologi. Edisi ke-2.
Jakarta:EGC.
Watson, Roger. 2003. Perawatan Lansia, Edisi ke-3. Jakarta:EGC.