Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

KONSEP DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN


DENGAN KISTA OVARIUM (CYSTOMA OVARI I )
Oleh: Jayanta Permana Hargi, S. Kep (072311101008)


1. Kasus
Kista ovarium atau cystoma ovarii

2. Proses terjadinya masalah
a. Pengertian
Kista adalah kantong berisi cairan yang berlapis jaringan epitel dan
mengandung cairan atau bahan stengah padat. Kista ovarium merupakan suatu
pengumpulan cairan yang terjadi pada indung telur atau ovarium. (Bobak,
2005). Kistoma ovari adalah kista yang permukaannya rata dan halus, biasanya
bertangkai, bilateral dan dapat menjadi besar. Dinding kista tipis berisi cairan
serosa dan berwarna kuning. Pengumpulan cairan tersebut terjadi pada indung
telur atau ovarium (Mansjoer, 2000).
b. Penyebab
Etiologi dari kista ovarium sampai sekarang belum diketahui secara pasti akan
tetapi dilihat menurut klasifikasinya yaitu tumor ovarium nonneoplastik dan
tumor ovarium neoplastik jinak maka penyebab kista ovarium adalah sebagai
berikut:
1) Kista non neoplasma
Tumor non neoplasma jinak disebabkan karena ketidakseimbangan
hormon progesteron dan estrogen diantaranya adalah:
a. Kista non fungsional
Kista serosa inklusi berasal dari permukaan epitelium yang berkurang
di dalam korteks.
b. Kista fungsional
- Kista folikel, disebabkan karena folikel yang matang menjadi
ruptur atau folikel yang tidak matang direabsorbsi cairan folikuler
diantara siklus menstruasi. Banyak terjadi pada wanita yang
menarche di usia kurang dari 12 tahun.
- Kista korpus luteum, terjadi karena bertambahnya sekresi
progesteron setelah ovulasi.
- Kista tuba lutein, disebabkan karena meningkatnya kadar HCG
(terdapat pada mola hidatidosa).
- Kista stein laventhal, disebabkan karena peningkatan kadar LH
yang menyebabkan hiperstimuli ovarium.
2) Kista neoplasma (Winjosastro, et al 2011)
a. Kistoma ovarii simpleks
Suatu jenis kista deroma serosum yang kehilangan epitel kelenjarnya
karena tekanan cairan dalam kista.


b. Kistadenoma ovarii musinosum
Kista ini belum pasti, mungkin berasal dari pertumbuhan satu elemn
mengalahkan elemen yang lainnya.
c. Kistadenoma ovarii serosum
Berasal dari epitel permukaan ovarium (germinal ovarium).
d. Kista endometreid
Belum diketahui penyebab dan tidak ada hubungannya dengan
endometreid.
e. Kista dermoid
Tumor yang berasal dari sel telur melalui proses patogenesis.
Penyebab dari kista belum diketahui secara pasti, kemungkinan disebabkan
oleh beberapa faktor pendukung, yaitu:
1. Ketidakseimbangan hormon progesteron dan estrogen
2. Pertumbuhan folikel yang tidak terkontrol
3. Degenerasi ovarium
4. Gaya hidup tidak sehat yakni dengan:
a. Konsumsi makanan yang tinggi lemak, kurang serat dan makanan
berpengawet
b. Penggunaan zat tambahan pada makanan
c. Kurang berolah raga
d. Merokok dan mengkonsumsi alkohol
e. Terpapar dengan polusi dan agen infeksius
f. Sering stress
5. Faktor genetik
c. Patofisiologi
Fungsi ovarium yang normal tergantung kepada sejumlah hormon dan
kegagalan pembentukan salah satu hormon tersebut bisa mempengaruhi fungsi
ovarium. Ovarium tidak akan berfungsi secara normal jika tubuh wanita tidak
menghasilkan hormon hipofisia dalam jumlah yang tepat. Fungsi ovarium yang
abnormal kadang menyebabkan penimbunan folikel yang terbentuk secara
tidak sempurna didalam ovarium, folikel tersebut gagal mengalami
pematangan dan gagal melepaskan sel telur, terbentuk secara tidak sempurna
didalam ovarium karena itu terbentuk kista didalam ovarium. Setiap hari
ovarium normal akan membentuk beberapa kista kecil yang disebut folikel de
graff. Pada pertengahan siklus, folikel dominan dengan diameter lebih dari 2,8
cm akan melepaskan oosit mature. Folikel yang rupture akan menjadi korpus
luteum, yang pada saat matang memiliki struktur 1,5-2 cm dengan kista di
tengah-tengah. Bila tidak terjadi fertilisasi pada oosit, korpus luteum akan
mengalami fibrosis dan pengerutan secara progresif. Namun bila terjadi
fertilisasi, korpus luteum mula-mula akan membesar kemudian secara gradual
akan mengecil selama kehamilan. Kista ovari yang berasal dari proses ovulasi
normal disebut kista fungsional dan selalu jinak.
Kista dapat berupa kista folikular dan luteal yang kadang-kadang disebut kista
thecalutein. Kista tersebut dapat distimulasi oleh gonadrotropin, termasuk FSH
dan HCG. Kista fungsional multiple dapat terbentuk karena stimulasi
gonadotropin atau sensitivitas terhadap gonadotropin yang berlebihan. Kista
folikel dan luteal, kelainan yang tidak berbahaya ini berasal dari folikel graff
yang tidak pecah/ folikel yang sudah pecah dan segera menutup kembali. Kista
demikian seringnya adalah multiple dan timbul langsung dibawah lapisan
serosa yang menutupi ovarium, biasanya kecil, dengan diameter 1-1,5 cm dan
berisi cairan serosa yang bening, tetapi ada kalanya penimbunan cairan cukup
banyak, sampai mencapai diameter 4-5 cm, sehingga sering teraba massa dan
menimbulkan sakit pada daerah pelvis.
d. Tanda dan gejala
1. Nyeri tekan pada perut bagian bawah
2. Perubahan pola eliminasi BAB dan BAK
3. Pembesaran jaringan ovarium
4. Kadang disertai pola menstruasi
5. Kadang disertai oedem
6. Cemas
e. Penanganan
Pada prinsipnya, tumor ovarium memerlukan pembedahan, tetapi ada beberapa
kista benigna yang pada umumnya tidak memerlukan pembedahan seperti kista
folikel de graf, kista korpus luteum dan kista endometrium. Penatalaksanaan
pada tumor berbeda-beda tergantung jenis tumor neoplastik ganas atau tidak.
1. Pengangkatan kista ovarium yang besar biasanya adalah melalui tindakan
bedah, misal laparatomi, kistektomi atau laparatomi salpingooferektomi.
2. Kontrasepsi oral dapat digunakan untuk menekan aktivitas ovarium dan
menghilangkan kista.
3. Perawatan pasca operasi setelah pembedahan untuk mengangkat kista
ovarium adalah serupa dengan perawatan setelah pembedahan abdomen
dengan satu pengecualian penurunan tekanan intra abdomen yang
diakibatkan oleh pengangkatan kista yang besar biasanya mengarah pad
distensi abdomen yang berat. Hal ini dapat dicegah dengan memberikan
gurita abdomen sebagai penyangga.
4. Tindakan keperawatan berikut pada pendidikan kepada klien tentang
pilihan pengobatan dan manajemen nyeri dengan analgetik/tindakan
kenyamanan seperti kompres hangat pada abdomen atau teknik relaksasi
napas dalam, informasikan tentang perubahan yang akan terjadi seperti
tanda-tanda infeksi, perawatan insisi luka operasi.












3. Pohon Masalah, Masalah Keperawatan dan Data yang Perlu Dikaji
a. Pohon Masalah












































Penyebab
- Ketidakseimbangan estrogen dan progesteron
- Pertumbuhan folikel yang tidak terkontrol
- Degenerasi ovarium
- Gaya hidup yang tidak sehat (konsumsi
alkohol, merokok, kurang olahraga)
Kista ovarium
Pembesaran
ovarium
Penekanan usus
dan anus
Nyeri Konstipasi
Jaringan saraf
terputus
Kurang
pengetahuan
Resiko tinggi
infeksi
Luka operasi
Merangsang area
sensorik
Nyeri
Port de entry
Jaringan terbuka
Ovarektomi
Kelemahan umum
Intoleransi
aktivitas
b. Masalah Keperawatan dan Data yang Perlu Dikaji
a. Masalah keperawatan
1) Pre operasi
a. Nyeri
1) PQRST
2) Melaporkan nyeri secara verbal amaupun isyarat
3) Indikasi nyeri dapat diamati
b. Konstipasi
Data yang perlu dikaji :
1) Nyeri abdomen
2) Perubahan pola defekasi
3) Distensi abdomen
4) Rasa rektal penuh
5) Rasa tekanan rektal
6) Bising usus
7) Peningkatan tekanan abdomen
8) Massa abdomen dapat teraba
9) Perkusi abdomen pekak
10) Feses keras dan berbentuk
2) Post operasi
a. Nyeri
1) PQRST
2) Melaporkan nyeri secara verbal amaupun isyarat
3) Indikasi nyeri dapat diamati
b. Intoleransi aktivitas
1) Penurunan waktu reaksi
2) Kesulitan membolak balik posisi
3) Keterbatasan rentang gerak sendi
c. Resiko infeksi
1) Pertahanan tubuh primer yang tidak adekuat (trauma jaringan)
2) Ketidak adekuatan pertahanan sekunder (penurunan
hemoglobin)
3) Pemajanan terhadap patogen

4. Diagnosis Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul adalah sebagai berikut:
Pre operasi
a. Nyeri berhubungan dengan penekanan saraf akibat pembesaran ovarium
b. Konstipasi berhubungan dengan tekanan pada usus dan anus oleh sel
tumor
Post operasi
a. Nyeri akut berhubungan dengan diskontinuitas jaringan (insisi pada
abdomen)
b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum
c. Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan post operasi

5. Rencana tindakan keperawatan
No. Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria
Hasil
Rencana Tindakan Rasional
1. Nyeri berhubungan dengan penekanan
saraf akibat pembesaran ovarium

Tujuan:
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
selama 1x24 jam nyeri
pasien dapat teratasi
Kriteria Hasil:
1. Pasien tidak meringis
kesakitan
2. Nyeri pasien
berkurang atau hilang
3. Skala nyeri berkurang
4. KU baik
1. Kaji tanda-tanda vital

2. Kaji skala nyeri (skala
PQRST)
3. Atur posisi pasien
senyaman mungkin
4. Anjurkan teknik
relaksasi (napas dalam)
5. Kolaborasi: pemberian
analgesik
1. Mengetahui kondisi umum
pasien
2. Mengetahui tingkat nyeri pasien

3. Mengurangi rasa nyeri

4. Mengurangi rasa nyeri

5. Analgesik dapat memblok
reseptor nyeri pada susunan
syaraf pusat
2. Konstipasi berhubungan dengan
tekanan pada usus dan anus oleh sel
tumor

Tujuan:
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
selama 1x24 jam pasien
dapat BAB dengan lancar
(1 kali sehari)
Kriteria Hasil:
1. Bebas dari
ketidaknyamanan
konstipasi
2. Feses lunak dan
berbentuk
3. Mengidentifikasi
indikator untuk
1. Monitor tanda dan
gejala konstipasi


2. Monitor bising usus


3. Monitor feses:
frekuensi, konsistensi,
dan volume

4. Ajarkan klien untuk
latihan defekasi secara
teratur


1. Intervensi dini perlu untuk
mengatasi konstipasi secara
efektif dan mngurangi
terjadinya komplikasi
2. Adanya bising usus
menandakan adanya peristaltik
usus
3. Gangguan eliminasi BAB
(konstipasi) bisa dilihat dari
frekuensi, konsistensi, dan
volume feses)
4. Membantu untuk mengeluarkan
feses dengan stimulasi manual



5. Anjurkan klien untuk
makan yang sehat
dengan banyak serat
dan pemasukan cairan
lebih banyak
6. Konsultasikan dengan
ahli gizi

7. Kolaborasikan
pemberian obat sesuai
indikasi

5. Meningkatkan konsistensi feses
untuk dapat melewati usus
dengan mudah


6. Membantu merencanakan
makan yang sesuai dengan
kebutuhan pasien
7. Menstiulasi peristaltik usus
dengan cara pemberian obat
3. Nyeri akut berhubungan dengan
diskontinuitas jaringan (insisi pada
abdomen)















Tujuan:
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
selama 1x24 nyeri
berkurang atau hilang
Kriteria Hasil:
1. Menyatakan rasa
nyaman setelah nyeri
berkurang
2. Mampu mengenali
nyeri (skala,
intensitas, frekuensi,
dan tanda nyeri)
3. Mampu mengontrol
nyeri




1. Kaji nyeri, catat lokasi,
karakteristik nyeri, dan
berat nyeri (skala 0-10)

2. Pertahankan istirahat
dengan posisi semi
fowler
3. Anjurkan klien untuk
mobilisasi dini

4. Ajarkan penggunaan
manjemen nyeri

5. Berikan analgetik sesuai
indikasi
1. Perubahan pada karakteristik
nyeri menunjukkan adanya
masalah, memerlukan evaluasi
medik dan intervensi
2. Menghilangkan tegangan
abdomen yang bertambah
dengan posisi telentang
3. Meningkatkan normalisasi fungsi
organ, menurunkan
ketidaknyamanan
4. Meningkatkan kontrol terhadap
nyeri dan meningkatkan
partisipasi pasien secara aktif
5. Menghilangkan nyeri,
mempermudah kerjasama
dengan terapi lain

4. Intoleransi aktivitas berhubungan
dengan kelemahan umum

Tujuan:
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
selama 2x24 jam dapat
melakukan ADL-nya
Kriteria Hasil:
1. Mampu melakukan
aktivitas sehari-hari
secara mandiri
2. Tanda-tanda vital
normal
3. Mampu berpindah
dengan atau tanpa
bantuan/alat

1. Bantu klien untuk
mengidentifikasi
aktivitas yang mampu
dilakukan
2. Latih klien untuk
pemenuhan ADL secara
mandiri
3. Dampingi dan bantu
klien saat memenuhi
kebutuhan ADL-nya
4. Berikan alat bantu jika
klien memerlukan


5. Kaji tanda-tanda vital
klien setelah melakukan
pemenuhan kebutuhan
sehari-hari
1. Mengetahui kemampuan klien
dalam melakukan aktivitas


2. Memandirikan klien untuk
melakuakan aktivitas

3. Mengontrol kemampuan klien
beraktivitas secara mandiri

4. Penggunaan alat bantu
mempermudah klien melakukan
ADL-nya

5. Mengetahui keadaan umum klien
setelah aktivitas

5. Risiko tinggi infeksi berhubungan
dengan luka post operasi

Tujuan:
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
selama 1x24 jam klien
tidak mengalami infeksi
Kriteria Hasil:
1. Proses
penyembuhan
luka berjalan
dengan baik
2. Bebas dari tanda
dan gejala infeksi
3. Tidak ada demam
1. Kaji tanda-tanda vital

2. Cuci tangan sebelum
dan sesudah meawat
luka post operasi klien
3. Observasi luka insisi
bekas operasi dan
kondisi balutan

4. Berikan informasi yang
tepat, jujur pada klien
terkait kondisi
sebenarnya
1. Mengetahui tanda-tanda infeksi
dari keadaan umum klien
2. Menurunkan resiko terkena
infeksi nosokomial

3. Membrikan deteksi dini
terjadinya proses infeksi dan
pengawasan terhadap
penyembuhan luka post operasi
4. Pengetahuan tentang kemajun
situasi/kondisi klien memberikan
dukungan emosi dan
menurunkan ansietas
5. Kolaborasi pemberian
antibiotik sesuai
indikasi
5. Menurnkan jumlah organisme
penyebab infeksi, menurunkan
penyebaran dan pertumbuhan
organisme oenyebab infeksi




Daftar Pustaka

Bobak, Lowdermik, Jensen. 2005. Buku Ajar Keperawatan Maternitas Edisi 4.
Jakarta : EGC
Joanne McCloskey Dochterman & Gloria M. Bulechek. 2004. Nursing
Interventions Classification (NIC) Fourth Edition. Mosby : United States
America.
Nanda International. 2011. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2012-
2014. Jakarta : EGC
Nurarif & Kusuma. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis & NANDA and NIC-NOC. Jakarta: Mediaction Publishing.
Mansjoer, Arif dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3. Jakarta : Media
Aesculapius FK UI
Sarwono, Wiknjosastro Hanifa. 2011. Pengantar Ilmu Kandungan Edisi 3.
Jakarta: Yayasan Pustaka
Smeltzer, Suzanna C. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta :
EGC

Anda mungkin juga menyukai