Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN KONSEP HEMODIALISA

DI RUANGAN HEMODIALISA
RSUD WONOSARI

Disusun Guna Untuk Memenuhi Tugas Stase Keperawatan Medikal Bedah

Disusun Oleh :

Nama : Tiana Putri Ladjamu


NIM : 24211490
Kelompok :IB

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SURYA GLOBAL
YOGYAKARTA
2021
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
SURYA GLOBAL YOGYAKARTA
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS ANGKATAN XXVII

LEMBAR PENGESAHAN

Telah disahkan “Laporan Pendahuluan Konsep Hemodialisa Di Ruangan Hemodialis Rsud


Wonosari” guna Memenuhi Tugas Mandiri Stase (Keperawatan Medikal Bedah) Ners STIKes Surya
Global Yogyakarta Tahun 2021.

Yogyakarta, 2021

Diajukan Oleh :

Tiana Putri Ladjamu


NIM: 24211490

Mengetahui,

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

(Muskhab Eko Riyadi, S.Kep., Ns., M.Kep) ( )


LAPORAN PENDAHULUAN
“KONSEP HEMODIALISA”

A. Pengertian
Hemodialisa adalah proses pembersihan darah dari zat-zat sampah, melalui proses
penyaringan di luar tubuh. Hemodialisa menggunakan ginjal buatan berupa dialyzer.
Hemodialisa dikenal secara awam dengan istilah cuci darah. Hemodialisa adalah suatu
prosedur dimana darah dikeluarkan dari tubuh penderita dan beredar dalam sebuah mesin
melalui dialyzer. Prosedur ini memerlukan jalan masuk ke aliran darah. Untuk memenuhi
kebutuhan ini, maka dibuat suatu hubungan buatan diantara arteri dan vena (fistula
arteriovenosa) melalui pembedahan (Jaya,Indra 2019).
B. Tujuan hemodialisa
Hemodialisa adalah suatu prosedur dimana darah dikeluarkan dari tubuh penderita
dan beredar dalam sebuah mesin di luar tubuh yang disebut dialiser (Young et al., 2011
dalam Pande Ketut Adi Wiarta, 2021). Selain itu HD juga bertujuan untuk menggantikan
fungsi ginjal mengeluarkan cairan tubuh yang seharusnya dikeluarkan sebagai urin (Adi
Wiarta ,Pande Ketut 2021).
C. Prinsip
Prinsip dari Hemodialisis adalah dengan menerapkan proses osmotis dan
ultrafiltrasi pada ginjal buatan, dalam membuang sisa-sisa metabolisme tubuh Pada
hemodialisis, darah dipompa keluar dari tubuh lalu masuk kedalam mesin dializer (yang
berfungsi sebagai ginjal buatan) untuk dibersihkan dari zat-zat racun melalui proses
difusi dan ultrafiltrasi oleh cairan khusus untuk dialisis (dialisat) (Indra Jaya, 2019).
D. Indikasi
Menurut (Zasra, Radias : 2018) Kidney Disease Outcome Quality Initiative (KDOQI)
merekomendasikan untuk mempertimbangkan manfaat dan risiko memulai terapi
pengganti ginjal (TPG) pada pasien dengan perkiraan laju filtrasi glomerulus (eLFG)
kurang dari 15 mL/menit/1,73 m2 (PGK tahap 5). Akan tetapi kemudian terdapat bukti –
bukti penelitian baru bahwa tidak terdapat perbedaan hasil antara yang memulai dialisis
dini dengan yang terlambat memulai dialisis. Oleh karena itu pada PGK tahap 5, inisiasi
HD dilakukan apabila ada keadaan sebagai berikut :
1. Kelebihan (overload) cairan ekstraseluler yang sulit dikendalikan dan / atau
hipertensi.
2. Hiperkalemia yang refrakter terhadap restriksi diit dan terapi farmakologis.
3. Asidosis metabolik yang refrakter terhadap pemberian terapi bikarbonat.
4. Hiperfosfatemia yang refrakter terhadap restriksi diit dan terapi pengikat fosfat.
5. Anemia yang refrakter terhadap pemberian eritropoietin dan besi.
6. Adanya penurunan kapasitas fungsional atau kualitas hidup tanpa penyebab yang
jelas.
7. Penurunan berat badan atau malnutrisi, terutama apabila disertai gejala mual, muntah,
atau adanya bukti lain gastroduodenitis.
8. Selain itu indikasi segera untuk dilakukanya hemodialisis adalah adanya gangguan
neurologis (seperti neuropati, ensefalopati, gangguan psikiatri), pleuritis atau
perikarditis yang tidak disebabkan oleh penyebab lain,serta diatesis hemoragik
dengan pemanjangan waktu perdarahan.
E. Kontraindikasi
Menurut Thiser dan Wilcox (1997) kontra indikasi dari hemodialisa adalah hipotensi
yang tidak responsif terhadap presor, penyakit stadium terminal, dan sindrom otak
organik. Sedangkan menurut PERNEFRI (2003) kontra indikasi dari hemodialisa adalah
tidak mungkin didapatkan akses vaskuler pada hemodialisa, akses vaskuler sulit,
instabilitas hemodinamik dan koagulasi. Kontra indikasi hemodialisa yang lain
diantaranya adalah penyakit alzheimer, demensia multi infark, sindrom hepatorenal,
sirosis hati lanjut dengan ensefalopati dan keganasan lanjut (Sitanggang, Antonij
Edimarta 2020).
F. Durasi
Frekuensi tindakan HD bervariasi tergantung banyaknya fungsi ginjal yang tersisa,rata-
rata penderita menjalani tiga kali dalam seminggu, sedangkan lama pelaksanaan
hemodialisa paling sedikit tiga sampai empat jam tiap sekali tindakan terapi (Young et
al., 2011 dalam Pande Ketut Adi Wiarta, 2021).
G. Komplikasi
Komplikasi dari Pasien hemodialisa adalah berupa gatal , sakit kepala, kram otot, mual,
hipertensi intradialisis, hipotensi intradialisis, muntah, menggigil, nyeri dada, dan demam
(Hibatullah, Guti Farid : 2019).
H. Peralatan hemodialisa
1. Arterial – Venouse Blood Line (AVBL) AVBL terdiri dari :
a. Arterial Blood Line (ABL) Adalah tubing tubing/line plastic yang
menghubungkan darah dari tubing akses vaskular tubuh pasien menuju dialiser,
disebut Inlet ditandai dengan warna merah.
b. Venouse Blood Line Adalah tubing/line plastic yang menghubungkan darah dari
dialiser dengan tubing akses vascular menuju tubuh pasien disebut outlet ditandai
dengan warna biru. Priming volume AVBL antara 100-500 ml. Priming volume
adalah volume cairan yang diisikan pertama kali pada AVBL dan kompartemen
dialiser. Bagian-bagian dari AVBL dan kopartemen adalah konektor, ujung
runcing,segmen pump,tubing arterial/venouse pressure,tubing udara,bubble
trap,tubing infuse/transfuse set, port biru obat ,port darah/merah herah
heparin,tubing heparin dan ujung tumpul.
2. Dializer /ginjal buatan (artificial kidney)
Dializer /ginjal buatan (artificial kidney) adalah suatu alat dimana proses dialisis
terjadi dan inti dari alat hemodialysis terdiri dari 2 ruang atau kompartemen,yaitu:
a. Kompartemen darah yaitu ruangan yang berisi darah
b. Kompartemen dialisat yaitu ruangan yang berisi dialisat

Proses ini berfungsi menggantikan cairan dalam darah yang sudah terbuang /
tersaring oleh membrane dializer,kedua kompartemen dipisahkan oleh membran
semipermiabel. Dialiser mempunyai 4 lubang yaitu dua ujung untuk keluar masuk
darah dan dua samping untuk keluar masuk dialisat. Dializer ini berfungsi menyaring
racun racun / sisa sisa metabolism dalam tubuh dalam darah kita dan akan di
strelirkan kembali sebelum masuk ke dalam tubuh pasien. Dializer ini memiliki
membrane-membrane kecil yang digunakan untuk menyaring, Biasa nya 500mmHg
tergantung spesifikasi.
Cara kerja Dializer

3. Bagian Dializer
Dialyzer ini seharusnya setiap penggantian pasien harus diganti karena sudah
terdapat racun – racun yang telah di keluarkan oleh tubuh. Tetapi keadaan di rumah
sakit rumah sakit kecil dialyzer ini bisa di pakai untuk 6x penyaringan pada setiap
pasien, dengan syarat dialyzer ini tidak boleh di pakai kepada pasien yang berbeda,
biasanya tidakan seperti itu hanya dilakukan di rumah sakit / pasien menengah
kebawah karena harga dialyzer ini cukup mahal.
4. Air Water Treatment
Air dalam tindakan hemodialis dipakai sebagai pencampur dialisat peka
(diasol). Air ini dapat berasal dari berbagai sumber, seperti air PAM dan air sumur,
yang harus dimurnikan dulu dengan cara “water treatment” sehingga memenuhi
standar AAMI (Association for the Advancement of Medical Instrument). Jumlah air
yang dibutuhkan untuk satu session hemodilaisis seorang pasien adalah sekitar 120
Liter.
5. Larutan Dialisat
Dialisat adalah larutan yang mengandung elektrolit dalam komposisi
tertentu. Dipasaran beredar dua macam dialisat yaitu dialisat asetat dan dialisat
bicarbonate. Dialisat asetat menurut komposisinya ada beberapa macam yaitu : jenis
standart, free potassium, low calsium dan lain-lain. Bentuk bicarbonate ada yang
powder, sehingga sebelum dipakai perlu dilarutkan dalam air murni/air water
treatment sebanyak 9,5 liter dan ada yang bentuk cair (siap pakai). Larutan pengganti
dalam darah ini harus di panaskan antara 34 - 39°C sebelum di alirkan didalam
dialyzer.
6. Mesin Hemodialisis
Ada bermacam-macam mesin haemodilisis sesuai dengan merek nya. Tetapi
prinsipnya sama yaitu blood pump, system pengaturan larutan dilisat, system
pemantauan mesin terdiri dari blood circuit dan dillisat circuit dan bebagai monitor
sebagai deteksi adanya kesalahan. Dan komponen tambahan seperti heparin pump,
tombol bicarbonate, control ultrafiltrasi, program ultrafiltrasi, kateter vena, blood
volume monitor, settingan disesuaikan dengan kemampuan pasien biasanya diantara
300 – 400 ml/menit

Cara kerja
Cara Kerja Hemodialisa :
Pada proses hemodialisa, darah dialirkan ke luar tubuh dan disaring di dalam
ginjal buatan (dialyzer). Darah yang telah disaring kemudian dialirkan kembali ke
dalam tubuh. Rata – rata manusia mempunyai sekitar 5,6 s/d 6,8 liter darah, dan
selama proses hemodialisa hanya sekitar 0,5 liter yang berada di luar tubuh. Untuk
proses hemodialisa dibutuhkan pintu masuk atau akses agar darah dari tubuh dapat
keluar dan disaring oleh dialyzer kemudian kembali ke dalam tubuh. Terdapat 3 jenis
akses yaitu arteriovenous (AV) fistula, AV graft dan central venous catheter.
AV fistula adalah akses vaskular yang paling direkomendasikan karena
cenderung lebih aman dan juga nyaman untuk pasien. Sebelum melakukan proses
hemodialisa (HD), perawat akan memeriksa tanda – tanda vital pasien untuk
memastikan apakah pasien layak untuk menjalani Hemodialysis. Selain itu pasien
melakukan timbang badan untuk menentukan jumlah cairan didalam tubuh yang
harus dibuang pada saat terapi.
Langkah berikutnya adalah menghubungkan pasien ke mesin cuci darah
dengan memasang blod line (selang darah) dan jarum ke akses vaskular pasien, yaitu
akses untuk jalan keluar darah ke dialyzer dan akses untuk jalan masuk darah ke
dalam tubuh. Setelah semua terpasang maka proses terapi hemodialisa dapat dimulai.
Pada proses hemodialisa, darah sebenarnya tidak mengalir melalui mesin HD,
melainkan hanya melalui selang darah dan dialyzer ( Ginjal Buatan ) dan darah akan
dipisahkan dari sisa sisa metabolisme / racun didalam darah melalui membrane dan
cairan dalam darah akan digantikan dengan cairan dialisat.
Mesin HD sendiri merupakan perpaduan dari komputer dan pompa, dimana
mesin HD mempunyai fungsi untuk mengatur dan memonitor aliran darah, tekanan
darah, dan memberikan informasi jumlah cairan yang dikeluarkan serta informasi
vital lainnya. Mesin HD juga mengatur cairan dialisat yang masuk ke dialyzer,
dimana cairan tersebut membantu mengumpulkan racun – racun dari darah. Pompa
yang ada dalam mesin HD berfungsi untuk mengalirkan darah dari tubuh ke dialyzer
dan mengembalikan kembali ke dalam tubuh.
I. S.O.P ( Standart Opersional Peralatan )
Sebelum dilakukan punksi dan memulai hemodialisa, ukur tanda-tanda vital
dan berat badan pre hemodialisa.
1. Setelah selesai punksi, sirkulasi dihentikan, pompa dimatikan, ujung AV blood line
diklem.
2. Lakukan reset data untuk menghapus program yang telah dibuat, mesin otomatis
menunjukkan angka nol (0) pada UV, UFR, UFG dan time left.
3. Tentukan program pasien dengan menghitung BB datang – BB standar + jumlah
makan saat hemodialisa.
4. Tekan tombol UFG = target cairan yang akan ditarik.
5. Tekan tombol time left = waktu yang akan diprogram.
6. Atur concentrate sesuai kebutuhan pasien (jangan merubah Base Na + karena teknisi
sudah mengatur sesuai dengan angka yang berada di gallon. Na = 140 mmol).
7. Tekan tombol temperatur (suhu mesin = 360C – 370C). h. Buatlah profil yang sesuai
dengan keadaan pasien.
8. Berikan kecepatan aliran darah 100 rpm.
9. Menyambung selang fistula inlet dengan selang darah arteri :
a. Matikan (klem) selang infus)
b. Sambungkan selang arteri dengan fistula arteri (inlet)
c. Masing-masing kedua ujung selang darah arteri dan fistula di-swab dengan kassa
betadine sebagai desinfektan
d. Ujung selang darah venous masukkan dalam gelas ukur
e. Hidupkan pompa darah dan tekan tombol V atau Λ 100 rpm
f. Perhatikan aliran cimino apakah lancar, fixasi dengan micropore. Jika aliran tidak
lancar, rubahlah posisi jarum fistula
g. Perhatikan darah, buble trap tidak boleh penuh (kosong), sebaiknya terisi ¾
bagian
h. Cairan normal saline yang tersisa ditampung dalam gelas ukur namanya cairan
sisa priming
i. Setelah darah mengisi semua selang darah dan dialyzer, matikan pompa darah.
10. Menyambung selang darah venous dengan fistula outlet
a. Sambung selang darah venous ke ujung AV fistula outlet (kedua ujungnya diberi
kassa betadine sebagai desinfektan). Masing-masing sambungan dikencangkan)
b. Klem pada selang arteri dan venous dibuka, sedangkan klem infus ditutup
c. Pastikan pada selang venous tidak ada udara, lalu hidupkan pompa darah dari 100
rpm sampai dengan yang diinginkan
d. Tekan tombol UF pada layar monitor terbaca “dialysis”
e. Selama proses hemodialisa ada 7 lampu hijau yang menyala (lampu monitor, on,
dialysis start, pompa, heparin, UF dan Flow)
f. Rapikan peralatan
DAFTAR PUSTAKA

Adi Wiarta ,Pande Ketut dkk. (2021). Studi Literatur Konsep Diri Pada Pasien Ggk (Gagal
Ginjal Kronik) Yang Sedang Menjalani Hemodialisa : Pendekatan Systematic
Review Program Studi S1 Keperawatan Fakultas Kesehatan Universitas Ngudi
Waluyo : Ungaran . pp. 2.
Hibatullah,Guti Farid (2019). Gambaran Kejadian Komplikasi Hemodialisis Di Instalasi
Hemodialisis Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad Hoesin Palembang
Desember 2019, Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya : Palembang.
Jaya Indra, dkk. (2019). Sistem Monitoring Supply Air Pada Alat Hemodialisa Berbasis
Arduiono Uno Atmega 328. Program Studi Teknologi Elektromedis STIKes
Muhammadiyah : Aceh. JURNAL LITEK : Jurnal Listrik Telekomunikasi
Elektronika, Vol.16, No.2, September 2019, pp. 48 pISSN: 1693-8097; eISSN:
2549-8762
Zasra,Radias dkk. (2018). Indikasi Dan Persiapan Hemodialis Pada Penyakit Ginjal Kronis.
Jurnal Kesehatan Andalas. 2018; 7(Supplement 2) http://jurnal.fk.unand.ac.id
pp.183-184.

Anda mungkin juga menyukai