Anda di halaman 1dari 79

BAB I

PENDHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia dinyatakan sebagai pengonsumsi rokok terbesar se-Asia
Tenggara. Selain itu, berdasarkan data yang diterbitkan oleh lembaga
Demografi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Southeast Asia
Tobacco Control Alliance, beserta Komisi Pengendalian Tembakau,
Indonesia menduduki urutan ketiga dengan jumlah perokok terbanyak di
dunia setelah China dan India (Sholeh, 2017).

Prevalensi merokok di Indonesia termasuk tinggi, terutama pada


laki- laki lebih cenderung untuk merokok dibandingkan dengan perempuan.
Dari data Riskesdas 2018 sendiri persentase perokok diatas 15 tahun
sebanyak 33,8%. Persentase jumlah keseluruhan perokok laki-laki sebesar
62,9% dan sedangkan peresentase jumlah keseluruhan perokok perempuan
sebesar 4,8% (Riskesdas, 2018).

Persentase Penduduk Yogyakarta 5 Tahun ke Atas yang Merokok


Tembakau dalam Sebulan Terakhir Menurut Kabupaten/Kota serta
Kebiasaan Merokok pada tahun 2017 yang setiap hari merokok tercatat
(16,94 %) dan merokok tidak setiap hari sebesar 2,46 %. Khusus perilaku
merokok setiap hari di wilayah kabupaten Bantul, berkisar (16,55%) dan
tidak merokok setiap hari (3,02%) (Susenas, 2017 dalam Profil Kesehatan
Provinsi di Yogyakarta Tahun 2017).

Remaja adalah suatu tahap dimana terjadi perkembangan manusia


dalam kehidupannya. Kata remaja berasal dari bahasa latin yang artinya
adolescene dimana mengandung makna to grow atau to grow maturity yaitu
tumbuh ke arah kematangan. Kematangan dalam hal ini tidak hanya pada
kematangan fisik tapi juga pada kematangan sosial-psikologis (Sarwono,
Wirawan 2013:11 dalam Putri, Ika Kesaktian, 2018).

1
2

Pada era zaman seperti sekarang ini remaja tidak hanya hidup di
rumah tinggalnya sendiri karena banyak sekolah-sekolah yang maju serta
modern yang mempunyai berbagai fasilitasnya masing-masing. Oleh karena
itu remaja bisa saja bertempat tinggal di rumahnya sendiri, bisa tinggal di
asrama, atau tinggal di pesantren. (Safitri, Maicke Ratna Diliana. 2019 : 3).
Mugiono, S. (2007) Pondok pesantren adalah tempat berjalannya
proses belajar mengajar dan tempat ibadah yang termasuk dalam kawasan
tanpa rokok. Tetapi pada kenyataannya masih banyak dijumpai aktifitas
merokok di lingkungan pesantren termasuk di dalam pondok pesantren.
Merokok sudah menjadi kebiasaan dalam kehidupan sehari-hari bagi semua
kalangan khususnya remaja. Masa remaja identik dengan perilaku merokok.
Berdasarkan penelitian terdahulu, di Ponpes Roudlatut Thalibin Kelurahan
Leteh Rembang terdapat 77,7% santri yang merokok, hal ini disebabkan
oleh dua faktor utama yaitu lingkungan pergaulan dan kyai serta pengurus
ponpes yang juga merokok serta tidak adanya peraturan atau komitmen
pondok tentang kebiasaan merokok di dalam ponpes (Khoirunnisa, Arifiana
dkk. 2019: 431)

Fatmawati, M (2014) Pesantren merupakan lembaga pendidikan


islam yang berfungsi sebagai lembaga sosial serta memiliki progam
pendidikan yang disusun secara mandiri. Penghuni pesantren yang mayoritas
adalah usia remaja merupakan usia yang sedang mengalami masa
pertumbuhan dan perkembangan yang relatif sangat cepat. Pola hubungan
pergaulan sangat terlihat pada situasi pesantren karena kebanyakan santri
merupakan usia remaja (Khoirunnisa, Arifiana dkk. 2019 : 431)

Menurut Penelitian Ika, Kesaktian Putri (2018 : 2) masa remaja


seringkali mengalami masa transisi yang melibatkan perubahan
biologis/fisik, dan kognitif serta sosio-emosional. Masa perubahan
biologis/fisik ini dapat dilihat dari perubahan yang terjadi pada tubuh remaja
yaitu bertambahnya tinggi badan, perubahan hormon serta kematangan
seksual. Selanjutnya masa perubahan kognitif pada remaja dinilai dengan
3

meningkatnya pola pemikiran yang abstrak dan logis (John W. Santrok,


2007 : 22).
Perilaku merokok yaitu masalah yang serius, mengingat dampaknya
yang sangat buruk atau bahaya yang diakibatkan darinya. Seperti yang kita
ketahui bahwa merokok dapat menyebabkan beberapa penyakit serius dan
berbahaya seperti penyakit paru-paru, kanker, penyakit impotensi,
reproduksi, penyakit lambung, dan penyakit stroke karena merokok dapat
memperlemah pembuluh darah manusia. Pada perokok pasif dewasa, asap
rokok dapat menyebabkan beberapa jenis penyakit serius, contohnya
penyakit kardiovaskuler dan pernafasan yang serius, penyakit jantung
koroner (PJK) serta kanker paru-paru (Kemenkes RI, 2015).

Menurut Penelitian Fathin Faridah ,2015:887 ada banyak faktor yang


melatarbelakangi remaja menjadi perokok, antara lain faktor internal yang
meliputi jenis kelamin, kepribadian, dan pekerjaan serta kepercayaan.
Faktor eksternal meliputi pengaruh keluarga serta lingkungan sekitar,
pengaruh teman sebaya, pengaruh iklim, iklan rokok, kemudahan dalam
memperoleh rokok, tidak adanya peraturan, dan sikap petugas kesehatan
(Deputi Bidang Pencegahan BNN. Rokok dalam Kehidupan Remaja. 2012).

Asap rokok yang dihasilkan dari rokok dapat menyebabkan berbagai


penyakit yang sangat membahayakan seperti kanker paru-paru, asma,
penyakit jantung iskemik, kanker saluran pernafasan, kanker tenggorokan,
insomnia, impoten, dan sebagainya (Riskesdas, 2010). Paparan asap rokok
menewaskan lebih dari 600.000 non-perokok pada tahun 2010 (Eriksen. et
al, 2015). Besarnya risiko perilaku merokok, Indonesia berupaya untuk
menekan tingginya angka prevalensi merokok pada usia muda, yaitu dengan
mengeluarkan aturan mengenai pengamanan bahan yang mengandung zat
adiktif berupa produk tembakau bagi kesehatan. Sala h satu isinya yaitu
seluruh rokok yang beredar di Indonesia harus menyertakan peringatan
bahaya rokok, dan disertai gambar menyeramkan akibat merokok pada
bungkus rokok (Peraturan Pemerintah Republik Indonesia, 2012).
4

Menurut Penelitian yang dilakukan oleh Afria Tantri dkk, (2018)


Persepsi keseriusan, persepsi manfaat, dan persepsi hambatan adalah risiko
penyebab dari perilaku merokok remaja laki-laki di Palembang. Dimana ada
berbagai alasan yang membuat remaja laki-laki tersebut merokok antara lain
ingin mengetahui rasanya seperti apa, dipengaruhi oleh teman sebaya, dan
untuk menghilangkan rasa stress yang dirasakan. Hasilnya terdapat
hubungan antara persepsi kerentanan, keseriusan, manfaat, hambatan dan
isyarat untuk bertindak (0,050) dengan perilaku merokok di Kota
Palembang. Hasil juga menunjukan bahwa remaja laki-laki yang memiliki
persepsi kerentanan yang rendah berpeluang 25 kali lebih besar untuk
berperilaku merokok di Kota Palembang. Maka dari itu perhatian dari
keluarga sangat di perlukan untuk mengurangi perilaku merokok terutama di
kalangan remaja (Tantri, Afria dkk, 2018).
Berdasarkan pra penelitian yang dilakukan secara online yang
dilakukan oleh peneliti pada tanggal 9 Januari 2021 di Pesantren Stikes
Surya Global Yogyakarta dimana terdapat 995 santri dengan 78 santri laki-
laki dan 885 santri perempuan, maka diperoleh beberapa informasi untuk
santri semester IV berjumlah 4 santri dan VI berjumlah 4 orang yang masuk
kategori remaja dengan jumlah keseluruhan 8 santri.
3 santri dari semester IV dan 3 santri semester VI mengatakan
pernah merokok, 1 santri semester IV dan 1 santri semester VI belum
pernah merokok. Dengan rincian sebagai berikut : 8 santri semester IV dan
VI mengatakan lebih baik peringatan bahaya merokok dengan bentuk
gambar dibanding dengan tulisan, 2 santri semester IV mengatakan merasa
ragu untuk merokok setelah melihat peringatan bahaya merokok dalam
bentuk gambar pada kemasan rokok dan 2 santri lainnya merasa tidak ragu.
1 santri semester IV merasa tidak jijik ketika melihat gambar penyakit
akibat rokok pada kemasan rokok dan 3 santri lainnya merasa jijik. 2 santri
semester IV mengatakan orang akan terkena penyakit seperti yang tertera
digambar kemasan rokok jika dia tetap merokok dan 2 lainnya mengatakan
tidak akan terkena penyakit demikian. 1 santri semester IV mengatakan
5

kadang-kadang menghabiskan antara 1-10 batang dalam sehari, 1 santri


semester IV mengatan selalu dan 1 santri mengatakan tidak pernah antara 1-
10 batang sehari. 2 santri semester IV mengatakan waktu merokok yang
paling pas adalah saat senang, 1 santri selalu saat sedih, 2 santri tidak saat
sedih dan senang, 1 santri semester IV mengatakan kadang-kadang merokok
dikamar dan 1 santri selalu dikamar, 2 santri mengatakan tidak pernah
dikamar, 1 santri semester IV mengatakan selalu merokok dikamar dan 1
lainnya kadang-kadang serta 2 lainnya mengatakan tidak pernah dikamar. 1
santri mengatakan selalu merokok saat bangun tidur dipagi hari dan 3
lainnya mengatakan tidak pernah.
3 santri semester VI mengatakan merasa ragu untuk merokok setelah
melihat peringatan bahaya merokok pada kemasan rokok dan 1 lainnya
mengatakan tidak ragu. 3 santri semester VI mengatakan merasa jijik
melihat gambar penyakit pada kemasan rokok dan 1 lainnya mengatakan
tidak merasa jijik. 3 santri semester VI mengatakan seseorang akan terkena
penyakit ketika dia tetap merokok dan 1 lainnya mengatakan tidak akan
terkena penyakit. 2 santri semester VI mengatakan kadang-kadang
mengkonsumsi antara 1-10 batang dalam sehari sedangkan 2 lainnya
mengatakan tidak pernah. 2 orang santri semester VI mengatakan waktu
yang pas untuk merokok adalah kadang- kadang saat sedih, 1 santri sering di
waktu senang, 1 santri tidak saat sedih, 1 santri kadang-kadang diwaktu
senang.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan di atas, maka


muncul suatu permasalahan yaitu :
“Adakah hubungan persepsi peringatan bahaya merokok pada kemasan
rokok dengan perilaku merokok remaja laki-laki Semester IV dan VI?”
6

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui hubungan persepsi peringatan bahaya merokok pada


kemasan rokok dengan perilaku merokok remaja laki-laki semester IV
dan VI.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui persepsi remaja laki-laki semester IV dan VI
tentang peringatan bahaya merokok pada kemasan rokok di Pesantren
Stikes Surya Global Yogyakarta.
b. Untuk mengetahui perilaku merokok remaja laki-laki semester IV dan
VI di Pesantren Stikes Surya Global Yogyakarta.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Sebagai bahan masukan dalam pengembangan ilmu pengetahuan di


bidang keperawatan komunitas dan keperawatan keluarga yaitu
kesehatan individu dalam lingkup kelompok masyarakat dan
kesehatan keluarga dalam hal ini persepsi yang berhubungan dengan
perilaku remaja dalam melihat peringatan kesehatan di kemasan
rokok.
2. Manfaat Praktis

a. Bagi Santri Pesantren Stikes Surya Global Yogyakarta.

Sebagai penambah ilmu pengetahuan, pengingat, dan bahan


pertimbangan untuk berhenti merokok.
b. Bagi Pengasuh Pesantren Stikes Surya Global Yogyakarta

Dapat menjadi bahan masukan yang membangun untuk


pengembangan proses bimbingan untuk pengaruh persantren
dan santri.
7

c. Bagi Institusi Stikes Surya Global Yogyakarta

Dapat menjadi bahan masukan yang membangun untuk


pengembangan wawasan akademik program studi keperawatan
untuk kedepannya.

d. Bagi Penelitian Selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat di manfaatkan dan dikembangkan


sebagai landasan teori keperawatan komunitas dan keperawatan
keluarga dalam penelitian selanjutnya.

E. Ruang Lingkup Penelitian

1. Variabel Penelitian

a. Variabel Bebas (Independent), yaitu Persepsi.

b. Variabel Terikat (Dependent), yaitu Perilaku Merokok.

2. Lingkup Responden

a. Penelitian ini dilakukan pada remaja santri laki-laki Semester IV


dan VI di Pesantren Stikes Surya Global Yogyakarta.
b. Lingkup Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Pesantren Stikes Surya Global


Yogyakarta.
c. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 2021.


F. Keaslian Penelitian
Penelitian sebelumnya terkait dengan penelitian ini yaitu sebagai berikut :
1. Sarifah, Siti (2020)

Penelitian ini berjudul “Hubungan Persepsi Remaja Tentang


Gambar Peringatan Kesehatan Pada Kemasan Rokok Dengan
Perilaku Merokok Remaja Laki - Laki Di Smk Negeri 01
8

Bangkalan”. Desain penelitian ini adalah cross sectional, dengan


menggunakan teknik simple random sampling. Hasil penelitian ini
menyimpulkan bahwa ada hubungan persepsi remaja tentang
gambar peringatan kesehatan pada kemasan rokok dengan perilaku
merokok remaja laki – laki di SMK Negeri 01 Bangkalan.
Persamaan dalam penelitian ini adalah sama-sama menggunakan
desain penelitian cross selectional. Perbedaan dalam penelitian ini
adalah lokasi penelitian dan teknik simple random sampling.
2. Tantri, Afria dkk (2018)

Penelitian ini berjudul “Hubungan Persepsi Terhadap Peringatan


Bahaya Merokok Pada Kemasan Rokok Dengan Perilaku Merokok
Pada Remaja Laki-Laki Di Kota Palembang”. Desain penelitian ini
adalah cross sectional, dengan menggunakan teknik multistage
random sampling. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa
Statistik menunjukkan bahwa variabel yang berhubungan dengan
perilaku merokok adalah persepsi kerentanan, persepsi keseriusan,
persespi manfaat, persepsi hambatan, dan isyarat untuk
bertindak, sementara variabel yang tidak berhubungan dengan
perilaku merokok adalah variabel efikasi diri. Hasil analisis
multivariate didapatkan bahwa variabel yang paling berpengaruh
terhadap perilaku merokok adalah persepsi kerentanan. Persamaan
dalam penelitian ini adalah sama-sama menggunakan desain
penelitian cross selectional. Perbedaan dalam penelitian ini adalah
teknik pengambilan sampling dan lokasi penelitian.
3. Dwi, Adhek dan Roziana (2018)

Penelitian ini berjudul “Hubungan Persepsi Dan Identitas Diri


Dengan Perilaku Merokok Remaja Laki-Laki Di Desa Began
Kecamatan Glagah Kabupaten Lamongan”. Desain penelitian ini
adalah cross sectional, dengan menggunakan teknik total sampling.
Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa ada hubungan persepsi
9

dengan perilaku merokok remaja laki-laki di Desa Began


Kecamatan Glagah Kabupaten Lamongan Tahun 2019 dan ada
hubungan identitas diri dengan perilaku merokok remaja laki-laki
di Desa Began Kecamatan Glagah Kabupaten Lamongan Tahun
2019. Persamaan dalam penelitian ini adalah sama-sama
menggunakan desain penelitian cross selectional, teknik sampling.
Perbedaan dalam penelitian ini adalah lokasi penelitian.
10

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Persepsi

a. Pengertian Persepsi

Bimo Walgito (2008: 70) menyatakan bahwa persepsi adalah


suatu proses pengorganisasian, penginterpretasian terhadap stimulus
yang diterima oleh organisme atau individu sehingga menjadi
sesuatu yang berarti, dan merupakan aktivitas yang integrated dalam
diri seseorang. Respon sebagai akibat dari persepsi dapat diambil
oleh individu dengan berbagai macam bentuk. Stimulus mana yang
akan mendapatkan respon dari individu tergantung pada perhatian
individu masing-masing. Berdasarkan hal itu perasaan, kemampuan
berfikir, pengalaman- pengalaman yang dimiliki oleh individu tidak
sama, maka dari itu dalam mempersepsi sesuatu stimulus, hasil
persepsi mungkin akan berbeda antar individu satu dengan yang
lainnya. Setiap orang mempunyai kecenderungan dalam melihat
benda yang sama dengan cara yang berbeda. Perbedaan itu bisa
dipengaruhi oleh banyak faktor, mulai dari pengetahuan, pengalaman
dan sudut pandang (Waidi, 2006: 118 dalam Fitri Jayanti, Nanda
Tika Arista, 2018: 208).

(Waidi, 2006: 118) menggambarkan bahwa Persepsi juga


bertautan dengan cara pandang seseorang terhadap suatu objek
tertentu dengan cara yang berbeda-beda dengan menggunakan alat
indera yang dimilikinya, kemudian individu tersebut berusaha untuk
menafsirkannya. Persepsi baik positif maupun negatif ibarat file yang
sudah tersimpan rapi di dalam alam pikiran bawah sadar tiap
individu. File itu akan segera muncul ketika ada stimulus yang

10
11

memicunya, dan ada kejadian yang membukanya. Persepsi


merupakan hasil kerja otak dalam memahami atau menilai suatu hal
yang terjadi di sekitarnya (Waidi, 2006: 118 dalam Fitri Jayanti,
Nanda Tika Arista, 2018: 208).
Lebih lanjut, Miftah Thoha (2009: 28) menyatakan bahwa
faktor yang mempengaruhi proses persepsi yaitu: proses belajar
(learning), motivasi dan kepribadian (Miftah Thoha 2009: 28 dalam
Fitri Jayanti, Nanda Tika Arista, 2018: 209).
Berdasarkan beberapa definisi di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa persepsi adalah penginterpretasian setiap
individu akan suatu hal dan berhubungan dengan bagian internal diri
dimana respon yang ditunjukan tidak sama satu dengan yang lainnya
tergantung dari cara pandang dan pengalaman yang pernah dilalui
tiap individu itu sendiri.
b. Jenis-jenis Persepsi

Menurut maramis (2005) ada dua jenis persepsi yaitu :

1. External Perception, yaitu persepsi dimana terjadi saat adanya


rangsangan yang datang dari luar diri seseorang.
2. Self-perception, yaitu persepsi yang terjadi saat adanya
rangsangan yang berasal dari dalam diri seseorang (I Wayan
Candra, dkk. 2017:66).
c. Proses Terbentuknya Persepsi

Proses Terbentuknya Persepsi Ada tiga komponen utama dalam


proses persepsi (Sobur, 2003: 447 dalam Yanti Dwi Astuti,
2020), yaitu:
1. Seleksi adalah proses penyaringan oleh indra terhadap
rangsangan dari luar, intensitas dan jenisnya dapat
banyak atau sedikit.
2. Interpretasi, yaitu proses mengorganisasikan informasi
sehingga mempunyai arti bagi seseorang.
12

3. Evaluasi dan penafsiran terhadap informasi, yaitu


Interpretasi dan persepsi yang kemudian diterjemahkan
dalam bentuk tingkah laku sebagai reaksi.

Gambar 2.1. Proses Persepsi

Stimulasi alat Stimulasi alat


Stimulasi alat
indra di atur indra dievaluasi
indra
– ditafsirkan

Sumber: Joseph A Devito,2011. Komunikasi antar manusia

d. Faktor-faktor yang mempengaruhi Persepsi

Persepsi dalam prosesnya sendiri,sangat dipengaruhi oleh


rangsangan yang sampai melalui panca indra namun tidak semua dari
rangsangan itu mempunyai daya tarik yang sama. Setiap individu akan
mempersepsikan sesuatu dengan cara yang berbeda berdasarkan latar
belakang, pengalaman, budaya dan suasana psikologis (Mulyana,
2008). Menurut (Kasali (2008:23) dalam Yanti Dwi Astuti, 2020)
persepsi ditentukan oleh factor-faktor seperti :
1) Latar belakang budaya

2) Pengalaman masa lalu

3) Nilai-nilai yang dianut

4) Berita yang berkembang

Menurut (Fitri Jayanti, dkk.2018 :212) Faktor lainnya yang


mempengaruhi persepsi adalah kejelasan stimulus (contohnya suara
yang jernih, dan gambar yang jelas), kekayaan sumber stimulus
(contohnya media multichanel, seperti audio-visual), persepsi juga
13

dipengaruhi oleh faktor-faktor psikologis. Faktor psikologis bahkan


terkadang lebih menentukan bagaimana informasi (pesan/stimulus)
dipersepsikan oleh seseorang. Faktor yang sangat dominan yaitu faktor
ekspektasi dari si penerima informasi itu sendiri. Ekspektasi ini
memberikan kerangka berpikir atau perceptuaal set atau mental set
tertentu yang menyiapkan seseorang untuk mempersepsikan dengan
cara tertentu. Mental set dipengaruhi beberapa hal berikut yaitu :

1. Ketersediaan informasi sebelumnya

Ketiadaan informasi yang diterima oleh akan menyebabkan stimulus


kekacauan dalam memersepsikan sesuatu. Oleh karenanya , dalam
bidang pendidikan contohnya, ada materi pelajaran yang harus terlebih
dahulu disampikan sebelum materi tertentu. Seseorang yang datang
ditengah- tengah diskusi, mungkin akan menangkap dan memahami hal
yang tidak tepat karena dia tidak memiliki informasi yang sama dengan
peserta lainnya. Informasi juga dapat menjadi cues untuk
memersepsikan sesuatu.
2. Kebutuhan

Seorang individu cenderung memersepsikan sesuatu berdasarkan


kebutuhannya saat itu. Misalnya seseorang lebih peka mencium bau
masakan saat lapar daripada orang lain yang baru saja makan.
3. Pengalaman masa lalu

Sebagai hasil dari proses belajar, pengalaman sangat memengaruhi


cara seseorang memersepsikan sesuatu. Pengalaman yang menyakitkan,
misalnya ditipu oleh mantan pacar akan mengarahkan seseorang untuk
memersepsikan orang lain yang mendekatinya dengan kecurigaan
teretntu. Contoh lain yang lebih ektrem, ada orang yang tidak bisa
melihat warna merah (dia melihatnya sebagai warna gelap), contohnya
hitam atau abu-abu tua) karena pernah menyaksikan pembunuhan.
Disisi yang lain ketika seseorang memiliki pengalaman yang baik
dengan bos, maka dia akan cenderung memersepsikan bosnya itu
14

sebagai orang baik, walaupun semua anak buahnya yang lain tidak
senang dengan bos.

Faktor psikologis lain juga penting dalam persepsi adalah berturut-


turut:

1. Emosi

Emosi mempengarui seseorang saat dia menerima dan mengolah


informasi, ini semua terjadi karena sebagian energi dan perhatiannya
(menjadi figure) saat ada emosinya. Sebagai contoh seseorang yang
sedang tertekan mungkin akan memersipkan lelucon temannya
sebagai penghinaan.
2. Stimulus

Stimulus yang salient atau menonjol, akan lebih dahulu


memengaruhi persepsi seseorang, sebagai contoh gambar yang besar,
warna kontras, dan suara yang kuat dengan pitch tertentu, akan lebih
menarik perhatian seseorang untuk memerhatikan dan menjadi fokus
dari persepsinya. Contohnya seseorang yang memperkenalkan diri
dengan secara positif, dan persepsi ini akan memengaruhi cara
dipandang selanjutnya.

3. Konteks

Walaupun disebut terakhir, tidak berarti faktor ini tidak terlalu


penting dalam pembentukan persepsi, bahkan terkadang yang paling
penting. Konteks bisa secara sosial, budaya, dan lingkungan fisik.
Konteks memberikan ground yang sangat menentukan cara figure
dipandang. Fokus pada figure yang sama, tapi dalam ground yang
berbeda, mungkin akan memberikan makna yang berbeda.
e. Syarat-syarat terjadinya persepsi

Syarat terjadinya persepsi yaitu sebagai berikut :

1. Adanya objek yang dipersepsikan.


15

2. Adanya perhatian yang merupakan langkah pertama sebagai suatu


persiapan dalam mengadakan persepsi.

3. Adanya alat indera/reseptor dimana alat untuk menerima stimulus


tersebut.
Saraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan stimulus ke otak, yang
kemudian sebagai alat untuk mengadakan respon (Muhammad Dimas
Pangestu, 2018).
f. Organisasi Persepsi

Jika informasi berasal dari suatu situasi yang telah diketahui oleh
seseorang, maka informasi yang datang tersebut akan mempengaruhi
cara seseorang mengorganisasikan persepsinya tersebut. Hasil dari
pengorganisasian persepsinya tersebut akan mengenai suatu informasi
berupa pengertian tentang obyek yang diketahuinya. Pengorganisasian
persepsi itu meliput tiga hal , yaitu sebagai berikut :
1. Kesamaan dan Ketidaksamaan, adalah sesuatu obyek atau
peristiwa yang mempunyai kesamaan dan ketidaksamaan ciri
akan dipersepsikan sebagai suatu obyek yang berhubungan dan
ketidakberhubungan. Artinya obyek yang mempunyai ciri yang
sama dipersepsikan ada hubungannya, sedangkan obyek yang
tidak mempunyai ciri adalah terpisah.
2. Kedekatan dalam ruang, adalah obyek atau peristiwa yang dilihat
oleh seseorang karena adanya kedekatan di dalam ruang yang
digunakannya, dimana akan lebih mudah diartikan sebagai obyek
atau peristiwa yang ada hubungannya.
3. Kedekatan dalam waktu, adalah obyek atau peristiwa juga dilihat
sebagai hal yang mempunyai suatu hubungan karena terdapat
kedekatan atau kesamaan dalam waktu. Dari tiga hal diatas maka
dapat dipahami suatu proses pengorganisasian persepsi. Setiap
obyek yang diketahui adanya suatu kesamaan dan ketidaksamaan,
kedekatan dalam ruang, dan kedekatan dalam waktu. Suatu
16

individu akan mengorganisasikan sedemikian rupa sehingga


menciptakan suatu persepsi tertentu (Muhammad Dimas
Pangestu, 2018).

Menurut (Sarwono (2010) dalam Yusup (2017)) , organisasi dalam


persepsi terdiri dari beberapa prinsip yaitu sebagai berikut :

1. Wujud dan latar


2. Pola pengelompokkan
3. ketetapan
g. Pengukuran persepsi
Menurut (Hidayat 2007 dalam Yusup 2017), menerangkan bahwa
pengukuran sikap, persepsi dan pendapat dapat dilakukan dengan cara
Skala Likert dengan kategori sebagai berikut :
1. Pernyataan positif
a. Sangat Setuju (SS) :4

b. Setuju (S) :3
c. Tidak Setuju (ST) :2
d. Sangat Tidak Setuju (STS) :1
2. Pernyataan negative
a. Sangat Setuju (SS) :1
b. Setuju (S) :2
c. Tidak Setuju (ST) :3
d. Sangat Tidak Setuju (STS) :4

Kriteria skor persepsi ini dibagi menjadi dua kategori yang dapat
dilakukan dengan menggunakan cut of point dari presentase, mean,
median (Riyanto 2011 dalam Yusup 2017). Menurut (Najmah 2011
dalam Yusup 2017) pada data normal dikatakan persepsi positif jika
skor ≥ mean dan persepsi negative jika skor < mean.
17

2. Rokok
a. Pengertian
1. Rokok
Rokok merupakan hasil olahan dari tembakau yang terbungkus
cerutu atau bentuk lainnya yang dihasilkan dari tanaman nicotiana
tobacum, nicotiana rustica, serta spesies lainnya atau sintesisnya
yang mengandung nikotin dan tar dengan atau tanpa zat tambahan
lainnya. Unsur utama dari rokok yaitu tembakau. Kebiasaan
menghisap tembakau telah dikenal sejak lama dan pada dasarnya
rokok merupakan pabrik bahan kimia. Dalam setiap satu batang
rokok yang dibakar akan mengeluarkan 4000 bahan kimia berbentuk
padat maupun gas, diantaranya nikotin, tar, aseton, DDT, arsenik,
kadmium, formaldehid, ammonia, carbonmonoksida atau CO, dan
lainnya (Thabrani, 2013 dalam Muhammad Dimas Pangestu, 2018 :
25).

2. Perilaku Merokok
Perilaku Merokok merupakan suatu kegiatan dimana seseorang
membakar tembakau dan menghisap asap yang dihasilkannya.
Rokok yaitu hasil olahan tembakau yang terbungkus, sejenis cerutu
atau bentuk lainnya yang dihasilkan dari tanaman nicotina tabacum,
nicotinarustica dan sejenisnya. Seperti yang diungkapkan Husaini
(2006: 17) bahwa rokok adalah “kumpulan tembakau yang
dibungkus oleh dedaunan dan terkadang dibungkus pula dengan kulit
jagung”. Jenis rokok yang banyak beredar pada masa kini adalah
rokok yang dibungkus kemudian di bakar dan dihisap. Sejalan
dengan hal tersebut, Pusat Data dan Informasi Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia (2014: 1) menjelaskan bahwa “rokok
adalah produk tembakau yang secara keseluruhan atau sebagian
terbuat dari daun tembakau yang diolah untuk dikonsumsi dengan
cara dibakar, dihisap, dan dihirup, atau dikunyah”.
Menurut para ahli setiap perokok dapat dibagi menjadi beberapa
18

tingkatan tergantung pada jumlah rokok yang dia


konsumsi(Rosmawati, 2010). Berikut merupakan tingkatan jenis
perokok: Perokok ringan (1-10 batang), Perokok sedang (11-20
batang), Perokok berat (>20 batang) (Elsy Putri Parwati, dkk. 2018 :
4).
a. Perokok Aktif
Rokok aktif adalah asap rokok yang berasal dari hisapan
perokok atau asap utama pada rokok yang dihisap secara
langsung oleh perokok. Jadi, perokok aktif adalah seseorang yang
merokok dan langsung menghisap rokok maupun menghirup asap
rokoknya sehingga sangat berdampak pada kesehatan serta
lingkungan sekitar. Jadi, seorang perokok aktif adalah individu
yang memiliki kebiasaan merokok didalam hidupnya
(Bustan,1997 dalam Elsy Putri Parwati, dkk. 2018 : 3).
b. Perokok Pasif
Menurut Wardoyo (1996) dalam Elsy Putri Parwati, dkk.
2018 : 4 bahwa perokok pasif adalah asap rokok yang dihirup oleh
seseorang yang tidak merokok(Pasive smoker). Asap adalah
polutan bagi setiap orang dan lingkungan sekitarnya. Dikatakan
bahwa lebih berbahaya perokok pasif daripada perokok aktif.
Dimana Asap rokok yang dihembuskan oleh perokok aktif dan
terhirup oleh perokok pasif, lima kali lebih banyak mengandung zat
karbon monoksida, empat kali lebih banyak mengandung tar dan
nikotin. Jadi,seorang perokok pasif adalah individu yang tidak
memiliki kebiasaan merokok, tetapi harus menghirup asap rokok
yang dihembuskan oleh orang disekitarnya yang merokok.
c. Klasifikasi Merokok berdasarkan intensitas merokok Menurut
(Mu’tadin (2002) dalam Yusup Robiansyah 2017 :15) klasifikasi
merokok dibedakan menjadi 4 yaitu :

1. Perokok sangat berat : mengkonsumsi rokok lebih dari 31


batang perhari pada 5 menit setelah bagun tidur di pagi hari.
19

2. Perokok berat : mengkonsumsi rokok sekitar 21-30 batang


perhari pada 6-30 menit setalah bangun tidur di pagi hari.
3. Perokok sedang : mengkonsumsi rokok sekitar 11-21 batang
perhari pada 31-60 menit setelah bangun tidur di pagi hari.
4. Perokok ringan : mengkonsumsi rokok sekitar 11-21 batang
perhari pada 60 menit setelah bangun tidur di pagi hari.

d. Tipe-Tipe Perilaku Merokok


(Silvan Tomskin dalam karangan Tarwoto dkk,2012 dalam
Yusup Robiansyah 2017 : 16) mengemukakan bahwa tipe- tipe
perilaku merokok terbagi dalam 4 perilaku yaitu sebagai berikut :
1. Perilaku merokok yang dipengaruhi oleh suasana perasaan
positif
2. Perilaku merokok yang dipengaruhi oleh suasana perasaan
negatif
3. Perilaku merokok adiktif (menambah dosis saat efeknya
hisapnya berkurang)
4. Perilaku merokok yang sudah menjadi kebiasaan (rutinitas).
2. Kandungan dalam Rokok
Rokok mengandung zat dimana 50% diantaranya telah
diklasifikasikan sebagai zat yang memiliki dampak buruk bagi
kesehatan setiap orang. Bahan yang terkandung didalamnya yaitu
radioaktif Polonium-201, Acetone (bahan dalam cat), Amonia
(pembersih toilet), Naphthalence, DDT (pestisida), serta racun arsenic
lainnya. Ketika rokok dibakar, rokok mengeluarkan gas hydrogen
sianida. Jika pembakaran rokok tidak sempurna dapat menghasilkan gas
karbon monoksida (CO) yang membuat darah sulit untuk mengambil
oksigen dari paru-paru (Nururrahmah, 2014 dalam Muhammad Dimas
Pangestu, 2018 : 25).
Zat lain yang berbahaya yaitu Tar dan Nikotin. Nikotin dapat
menyebabkan seseorang ketagihan seperti pada heroin atau kokain.
20

Nikotin memerlukan sedikit waktu sampai ke otak manusia dan


menjadikan badan serta pikiran. Nikotin merangsang otak agar perokok
merasa cerdas pada awalnya dan selanjutnya akan melemahkan
kecerdasan otak. Nikotin dapat menyebabkan jantung berdenyut lebih
cepat dan bekerja lebih kuat sehingga jantung memerlukan lebih banyak
oksigen untuk berdenyut. Nikotin juga menyebabkan darah lebih cepat
membeku daripada biasanya, sehingga perokok berisiko tinggi terkena
serangan jantung (Thabrani, 2013). Tar sendiri terdiri dari ribuan bahan
kimia yang digunakan untuk mengaspal jalan raya. Kebanyakan bahan-
bahan yang penyebab kanker terdapat dalam asap rokok, yakni benzo(a)
pyrene, nitrosamine, B- naphthylamine, kadmium, dan nikel (Thabrani,
2013 dalam Muhammad Dimas Pangestu, 2018 : 26).

3. Pengukuran perilaku merokok


Pengukuran perilaku merokok ini berisikan pertanyaan-
pertanyaan terpilih yang dapat dilakukan dengan menggunakan Skala
Likers dengan kategori (Hidayat, 2007) :
a. Pernyataan positif
:4
Selalu (SL)
Sering (SR) :3
Kadang-Kadang :2
(KK)
Tidak Pernah :1
(TP)

b. Pernyataan negative
:1
Selalu (SL)
Sering (SR) :2
Kadang-Kadang :3
(KK)
Tidak Pernah :4
(TP)
Menurut Azwar (2012), Pada data normal pembagian skor
21

perilaku merokok dibagi menjadi 3 kategori dan dapat


digunakan kriteria sebagai berikut :
1. Perilaku merokok berat : skor ≥ (µ + ϭ)
2. Perilaku merokok sedang : (µ - ϭ) ≤ skor < (µ + ϭ)
3. Perilaku merokok ringan : skor < (µ - ϭ)
Keterangan :
µ : mean teoritik (rata-rata teoritis dari skor
maksimum dan minimum)
ϭ : standard deviasi populasi (luas jarak
rentang yang dibagi dalam 6 satuan
standard deviasi)
jarak : skor maksimum – skor minimum

4. Bahaya Merokok bagi remaja


Masa remaja, dimana pada masa tersebut remaja mencari
sesuatu yang dapat dipandang bernilai, pantas, dijunjung tinggi,
dan dipuja-puja. Salah satu bentuk manifestasi perilaku di masa
ini yaitu siswa mencoba untuk merokok, tanpa mereka paham
bahayanya bagi kesehatan (Jahya, 2011). Merokok saat remaja
sangat berisiko pada kesehatan yang serius karena remaja masih
berada pada usia pertumbuhan. Rokok tidak hanya
menyebabkan masalah kesehatan pada tingkat fisik saja, namun
juga pada emosionalnya. Para ahli mengungkapkan risiko
kesehatan remaja yang merokok jauh lebih buruk dibanding
dengan orang dewasa yang merokok (Thabrani, 2013). Di
bawah ini beberapa masalah yang muncul jika remaja merokok
dan bisa terlihat dari penampilannya:
a. Mengganggu performa remaja, Remaja yang merokok
akan mengalami penurunan dalam hal nilai olahraganya
karena tidak bisa berjalan jauh atau berlari cepat seperti
22

sebelum merokok. Jika remaja tersebut ikut ekstrakulikuler


musik akan membuatnya tidak maksimal saat main musik,
dan menurunkan kemampuan memori otaknya dalam
belajar yang mana bisa juga mempengaruhi nilai-nilai
mata pelajaran lainnya.
b. Perkembangan paru-paru terganggu, tubuh remaja dalam
tahap tumbuh kembangnya dimana apabila seseorang
merokok pada

periode ini bisa mengganggu perkembangan paru-parunya.


Terlebih jika remaja merokok setiap hari maka bisa
membuatnya sesak napas, dan batuk yang terus menerus,
dahak berlebihan, serta lebih mudah terkena pilek berkali-
kali.
c. Lebih sulit sembuh saat sakit, saat remaja sakit maka akan
lebih sulit baginya untuk bisa kembali sehat seperti
sediakala karena rokok sangat mempengaruhi sistem imun
di dalam tubuh. Rokok juga memicu masalah jantung di
usia muda serta mengurangi kekuatan tulang.
d. Kecanduan, Remaja yang merokok cenderung jauh lebih
mungkin menjadikan kecanduan terhadap nikotin yang
membuatnya lebih sulit untuk berhenti. Saat ia
memutuskan untuk berhenti merokok, maka gejala
penarikan seperti depresi, insomnia, mudah marah, serta
masalah mentalnya bisa berdampak negatif pada kinerja
sekolah serta perilakunya.

5. Gambar Bahaya Kemasan Rokok


Menurut Kamus Besar bahasa Indonesia, gambar merupakan
tiruan barang (orang, binatang, tumbuhan, dan sebagainya) yang
dibuat dengan coretan pensil pada kertas dan sebagainya (Tim
Penyusun Kamus Besar bahasa Indonesia Edisi Ketiga,2005).
23

Pada dasarnya kemasan berfungsi untuk mencegah kerusakan


secara fisik pada suatu produk, di samping itu juga kemasan
dapat berfungsi sebagai alat komunikasi dengan memberikan
keterangan pada kemasan itu tentang cara penggunaan, cara
penyimpanan, komposisi isi produk dan lain sebagainya (Sofyan
Assauri,2002). Gambar kemasan rokok merupakan gambar yang
terdapat pada kemasan rokok, yang bertujuan untuk memberikan
peringatan atau informasi kepada pengkonsumsi rokok.

Pemerintah sudah berulang kali mengubah kalimat


himbauan bahaya merokok pada setiap bungkus rokok atau di
setiap iklan yang awalnya peringatan bertuliskan “Merokok
dapat menyebabkan serangan jantung, impotensi, gangguan
kesehatan dan janin”, kalimat tersebut sepertinya juga tidak
berpengaruh terhadap perokok maka Pemerintah mengganti
kalimat tersebut dengan tulisan “merokok membunuhmu”
kalimat tersebut juga tidak cukup efektif. Pemerintah kemudian
mengeluarkan kembali peraturan baru mengenai peringatan
bahaya merokok, selain tulisan peringatan bahaya merokok juga
ditampilkan gambar serta peringatan beberapa jenis penyakit
yang diakibatkan oleh merokok dalam bentuk gambar/ilustrasi
pada kemasan bungkus rokok yang diharapkan dapat
menimbulkan rasa takut (fear arousing) pada individu yang akan
mengkonsumsi rokok tersebut, dan menimbulkan kesan bahwa
bahaya merokok itu memang nyata adanya dapat membunuh
perokok serta berbahaya bagi lingkungan sekitar (I Adiayatama,
dkk. 2016).
3. Remaja
Menurut WHO, remaja ialah penduduk dalam rentang usia
10-19 tahun, menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor
25 tahaun 2014, remaja ialah penduduk dalam rentang usia 10-
18 tahun dan menurut Badan Kependudukan serta Keluarga
24

Berencana (BKKBN) rentang usia remaja adalah 10-24 tahun


dan belum menikah. Masa remaja yaitu masa peralihan dari
anak menuju masa dewasa. Pada masa ini remaja begitu pesat
mengalami pertumbuhan serta perkembangan baik pada fisik
maupun mentalnya. Sehingga menurut (Alex Sobur 2003 dalam
Amita Diananda 2018: 117) remaja dapat dikelompokkan dalam
tahapan berikut ini :
1. Pra Remaja (11 atau 12-13 atau 14 tahun)
Pra remaja adalah masa yang sangat pendek, kurang
lebih hanya satu tahun; untuk laki-laki usia 12 atau 13
tahun - 13 atau 14 tahun. Dikatakan juga fase ini yaitu
fase negatif, dimana terlihat tingkah laku yang cenderung
negatif. Fase yang sukar untuk hubungan komunikasi
antara anak dengan orang tua. Perkembangan fungsi-
fungsi tubuh juga terganggu karena mengalami perubahan-
perubahan termasuk didalamnya perubahan hormonal
yang dapat menyebabkan perubahan suasana hati yang tak
terduga. Remaja menunjukkan peningkatan reflektivenes
tentang diri mereka yang berubah dan meningkat
berkenaan dengan apa yang orang pikirkan tentang
mereka. Seperti pertanyaan: Apa yang mereka pikirkan
tentang aku ? Mengapa mereka menatapku? Bagaimana
tampilan rambut aku? Apakah aku salah satu anak
“keren”? dan lain sebagainya.
2. Remaja Awal (13 atau 14 tahun - 17 tahun)
Pada fase ini perubahan-perubahan terjadi sangat
cepat dan mencapai puncaknya, dimana
ketidakseimbangan emosional dan ketidakstabilan dalam
banyak hal terdapat pada usia ini. Remaja mencari
identitas diri karena masa ini, statusnya tidak jelas. Pola-
pola hubungan sosial mulai berubah. Menyerupai orang
25

dewasa muda, dan remaja sering merasa berhak untuk


membuat keputusan sendiri. Pada masa perkembangan ini,
pencapaian kemandirian dan identitas sangat menonjol,
pemikiran semakin logis, abstrak dan idealistis dan
semakin banyak waktu diluangkan diluar keluarga
(Teressa M. Mc Devitt, dkk 2002:17 dalam Amita
Diananda 2018: 118).
3. Remaja Lanjut (17-20 atau 21 tahun)
Remaja lanjut ingin menjadi pusat perhatian; ingin
menonjolkan dirinya; caranya lain dengan remaja awal.
Remaja lanjut adalah dia yang idealis, mempunyai cita-
cita tinggi, bersemangat serta mempunyai energi yang
besar. Remaja lanjut juga berusaha memantapkan identitas
diri, dan ingin mencapai ketidaktergantungan emosional.
Ada perubahan fisik yang terjadi pada fase remaja yang
begitu cepat, contohnya perubahan pada karakteristik
seksual seperti pembesaran buah dada, perkembangan
pinggang untuk anak perempuan sedangkan pada anak
laki-laki tumbuhnya kumis, jenggot serta perubahan suara
yang semakin dalam. Perubahan mentalpun mengalami
perkembangan. Pada fase ini pencapaian identitas diri
sangat menonjol, pemikiran semakin logis, abstrak, dan
idealistis, serta semakin banyak waktu diluangkan di luar
keluarga (John W Santrock, 2002 : 23 dalam Amita
Diananda 2018: 118). Selanjutnya, perkembangan tersebut
diatas disebut fase pubertas (puberty) yaitu suatu periode
dimana kematangan fisik tubuh seperti proporsi tubuh,
berat dan tinggi badan mengalami perubahan serta
kematanagan fungsi seksual yang terjadi secara pesat
terutama pada awal masa remaja. Akan tetapi, pubertas
bukanlah peristiwa tunggal yang tiba-tiba terjadi. Pubertas
26

merupakan bagian dari suatu proses yang terjadi


berangsur-angsur (gradual). Pada fase ini kita banyak
melihat fenomena remaja yang duduk berjam-jam didepan
kaca untuk penampilan yang sempurna untuk meyakinkan
bahwa dirinya menarik. Terkadang juga remaja
berpenampilan yang aneh-aneh supaya mendapat
perhatian dan diakui keberadaannya. Contohnya, tentang
model rambut, model baju, model assesoris yang selalu
mengikuti perkembangan jaman serta tingkah laku lain
yang kadang kita anggap tidak sewajarnya dan lain
sebagainya.
Karena pada remaja hormon-hormon sexnya sudah
bekerja dan berfungsi, maka remaja sudah mempunyai
rasa ketertarikan dengan lawan jenisnya sehingga remaja
begitu sangat cemas dan tertekan apabila ada yang kurang
pada penampilan dirinya. Mereka akan berusaha untuk
menutupi kekurangananya dengan berbagai cara. Dalam
masa pubertas ini remaja berusaha tampil secara
meyakinkan dan tanpa rasa minder ketika mereka bergaul
dengan teman-teman sebayanya. Preokupasi (perhatian)
terhadap citra tubuh itu cukup kuat di masa remaja, secara
khusus kecenderungan ini menjadi akut di masa pubertas.
Sekalipun demikian, mimik keraguan seringkali terlihat
pada raut wajahnya, terutama ketika berbicara dengan
orang-orang yang lebih dewasa.

Pada tahun 1904, psikolog Amerika, G Stanly Hall


menulis buku ilmiah pertama tentang hakekat masa
remaja. G. Stanly Hall mengupas mengenai masalah
“pergolakan dan stres” (strorm-and-stress). Hall
mengatakan bahwa masa remaja merupakan masa-masa
pergolakan yang penuh dengan konflik, buaian suasana
27

hati dimana pikiran dengan perasaan, tindakan bergerak


pada kisaran antara kesombongan dengan kerendahan hati,
kebaikan dengan godaan, serta kegembiraan dengan
kesedihan. Anak remaja mungkin nakal kepada teman
sebayanya pada suatu saat dan baik hati pada saat
berikutnya, atau mungkin ia ingin dalam kesendiriannya,
tetapi beberapa detik kemudian ingin bersama-sama
dengan sahabatnya (Amita Diananda 2018: 120)

4. Santri di Pondok Pesantren


a. Pengertian Santri
Kamus Bahasa Indonesia (2008) mengemukakan
bahwa kata santri memiliki arti orang yang mendalami
agama Islam. Istilah santri berasal dari kata “shastri” yang
dalam bahasa India merupakan orang-orang yang tahu
kitab suci agama Hindu atau seorang sarjana ahli kitab
suci agama Hindu. Kata shastri sendiri memiliki arti
makna yang sama dengan kata shastra yang berarti buku-
buku suci, agama, atau pengetahuan. Santri berasal dari
kata “santri” dari bahasa sansekerta yang artinya melek
huruf (Hidayat, 2016). Secara terminology sendiri kata
santri memiliki dua makna yaitu secara sempit santri
artinya seseorang yang masih belajar di pesantren dengan
mengecualikan para guru sebagai pembantu kyai.
Sedangkan secara luas santri adalah seseorang yang masih
belajar di pesantren serta para alumni yang sudah tinggal
di luar pesantren (Mughtis, 2008). Santri yang belajar
agama Islam di pondok pesantren serta tinggal di asrama
pesantren sering disebut dengan santri mukim (Safitri,
Maicke Ratna Diliana. 2019 : 35).
Hidayat (2016) mengatakan, santri mukim adalah
28

santri yang berdatangan dari tempat-tempat yang jauh


yang tidak memungkinkan dia untuk pulang ke rumahnya,
maka dia tinggal di pesantren dan memiliki kewajiban-
kewajiban tertentu.Berdasarkan uraian di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa santri adalah seseorang yang masih
belajar mendalami agama Islam di pondok pesantren dan
memiliki kewajiban-kewajiban tertentu (Safitri, Maicke
Ratna Diliana. 2019 : 35).
b. Pengertian Pondok Pesantren
Pondok pesantren menurut Kamus Bahasa
Indonesia (2008) istilah “pondok” secara etimologis
berarti bangunan tempat tinggal sementara; rumah;
bangunan tempat tinggal yang berpetak-petak yang
berdinding bilik dan beratap rumbia; madrasah dan asrama
(tempat mengaji dan belajat agama islam). Menurut
Pranata dkk., (2013) pondok pesantren secara harafiah
dapat diartikan sebagai tempat tinggal untuk para santri
yang sedang menempuh pendidikan agama islam di
pesantren. Sedangkan kata “pesantren” adalah asrama
tempat santri atau tempat murid-murid belajar mengaji.
Istilah ''pesantren'' berasal dari kata pe-''santri''-an, dimana
kata "santri" berarti murid dalam bahasa Jawa. Istilah
''pondok'' berasal dari bahasa Arab ''funduuq'' ‫ ف ندوق‬yang
berarti penginapan. Khusus di Aceh sendiri, pesantren
disebut dengan nama ''dayah'' (Setianingrum, 2017 dalam
Safitri, Maicke Ratna Diliana. 2019 : 36).

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan


bahwa pondok pesantren adalah tempat tinggal sementara
yang ditempati oleh santri yang sedang belajar agama
islam. Tipe Pondok Pesantren Pada era modern saat ini
ada pondok pesantren yang mengalami
29

perubahanperubahan, dengan menyesuaikan kebutuhan


yang dibutuhkan di era sekarang ini sehingga ada sedikit
modivikasi yang berbeda dengan pondok pesantren
dahulu.
Menurut Ziemek dalam Syafe’i (2017) Safitri,
Maicke Ratna Diliana. 2019 : 37-38), ada enam tipe
pondok pesantren di Indonesia yang dapat digolongkan
sebagai berikut :
Pesantren tipe A, yaitu pesantren yang sangat
tradisional. Masjid digunakan untuk pembelajaran Agama
Islam disamping tempat shalat. Namun mereka tidak
tinggal dimasjid yang dijadikan pesantren. Para santri pada
umumnya tinggal di asrama yang terletak di sekitar rumah
kyai atau dirumah kyai. Tipe pesantren ini sarana fisiknya
terdiri dari masjid dan rumah kyai, yang pada umumnya
dijumpai pada awal-awal berdirinya sebuah pesantren
(Ziemek, 1986).
Pesantren tipe B, yaitu pesantren yang memiliki
sarana fisik, seperti; masjid, rumah kyai, pondok atau
asrama yang disediakan bagi para santri, utamanya adalah
bagi santri yang datang dari daerah jauh, sekaligus
menjadi ruangan belajar. Pesantren ini biasanya adalah
pesantren tradisional yang sangat sederhana sekaligus
merupakan ciri pesantren tradisional (Ziemek, 1986).
Pesantren tipe C, atau pesantren salafi ditambah
dengan lembaga sekolah (madrasah, SMU atau kejuruan)
yang merupakan karakteristik pembaharuan dan
modernisasi dalam pendidikan Islam di pesantren.
Pesantren tipe D, yaitu pesantren modern, pesantren ini
terbuka untuk umum, corak pesantren ini telah
mengalami transformasi yang sangat signifikan baik
30

dalam sistem pendidikan maupun unsur-unsur


kelembagaannya.
Pesantren tipe E,yaitu pesantren yang
tidak memiliki lembaga pendidikan formal, tetapi
memberikan kesempatan kepada santri untuk belajar pada
jenjang pendidikan formal di luar pesantren.
Pesantren tipe F, atau ma’had ‘aly, tipe ini,
biasanya ada pada perguruan tinggi agama atau perguruan
tinggi bercorak agama. Berdasarkan uraian di atas, dapat
disimpulkan bahwa ada enam tipe pondok pesantren di
Indonesia yaitu pesantren tipe A (pesantren yang sangat
tradisional), pesantren tipe B (pesantren tradisional yang
memiliki sarana fisik), pesantren tipe C (pesantren salafi
yang adanya lembaga sekolah kejuruan), pesantren tipe D
(pesantren modern), pesantren tipe E (pesantren yang tidak
memiliki lembaga pendidikan formal), dan pesantren tipe
F (pesantren yang ada lembaga perguruan tinggi agama).
4. Faktor Penyebab Merokok pada Remaja
Faktor penyebab merokok pada Remaja yaitu meliputi:
faktor- faktor sosiodemografis, contohnya kebiasaan merokok
pada keluarga dan teman-teman dekat, dan faktor pribadi
lainnya. Selain itu, faktor lingkungan juga sangatlah berperan
contohnya kemudahan akses mendapatkan rokok, harganya yang
murah dan ketersediaannya dimana-mana, kurangnya
pengetahuan tentang bahaya merokok, adanya anggapan bahwa
merokok dapat mengatasi kesepian, kesedihan, kemarahan, dan
frustasi juga dapat mendorong orang untuk merokok, khususnya
remaja untuk mulai merokok (Thabrani, 2013).

Penelitian menunjukkan bahwa faktor teman serta latar


belakang keluarga ikut berperan memberikan kontribusi pada
perilaku merokok remaja. Hasil penelitian juga menunjukkan
31

bahwa sebagian besar remaja merokok melakukan kegiatan


merokok dengan alasan kebersamaan, dan mereka merasa
senang serta puas apabila dapat merokok secara bersama-sama
dengan teman-temannya (Yulianto, 2015 dalam Muhammad
Dimas Pangestu,2018:35).
5. Hubungan Persepsi Peringatan Bahaya Merokok Pada Kemasan
Rokok Dengan Perilaku Merokok Remaja
Penelitian yang dilakukan oleh Diyono dan Anggraeni
(2016) dengan judul Hubungan Persepsi terhadap Label
Peringatan Bahaya Rokok pada Kemasan Rokok dengan
Kebiasaan Merokok dikelurahan Nusukan Kecamatan Banjarsari
Kota Surakarta, menyatakan bahwa sebagian besar responden
memperhatikan label peringatan bahaya rokok dalam bentuk
gambar dan hanya sebagian kecil yang memperhatikan label
peringatan bahaya rokok dalam bentuk tulisan. Hasil penelitian
tersebut menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan
antara persepsi terhadap label peringatan bahaya rokok pada
kemasan rokok dengan kebiasaan merokok.
Penelitian yang dilakukan Yusuf (2017) dengan judul
Hubungan Persepsi Visual Gambar Kesehatan pada Kemasan
Rokok dengan Perilaku Merokok Remaja, menyatakan Persepsi
visual gambar kesehatan pada kemasan rokok di SMK Dwija
Bhakti 1 Jombang kelas X program Keahlian Teknik Komputer
dan Jaringan sebagian besar negative dan untuk perilaku
merokok remajanya sebagian besar ringan. Hasil Penelitian
tersebut menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan
antara persepsi gambar kesehatan pada kemasan rokok dengan
perilaku merokok remaja.
Penelitian yang dilakukan Ucu Wandi Somantri (2020)
dengan judul Hubungan Tingkat Pengetahuan, Jenis Kelamin
Dan Persepsi Gambar Kemasan Rokok Dengan Perilaku
32

Merokok, menyatakan

bahwa hasil penelitiannya adalah terdapat hubungan yang


signifikan antara tingkat pengetahuan tentang bahaya merokok
dengan perilaku merokok pada siswa Madrasah Aliyah RM
Fatahillah Cimarga Kabupaten Lebak dan tidak terdapat
hubungan yang signifikan antara jenis kelamin tentang bahaya
merokok dengan perilaku merokok pada siswa Madrasah
Aliyah RM Fatahillah Cimarga Kabupaten Lebak serta terdapat
hubungan yang signifikan antara persepsi tentang gambar
kemasan rokok dengan perilaku merokok pada siswa Madrasah
Aliyah RM Fatahillah Cimarga Kabupaten Lebak.
33

B. Kerangka Teori

Persepsi : Perilaku merokok

Faktor Penyebab Merokok pada


Jenis – jenis Persepsi : Remaja :
- Sosiodemografis, ( kebiasaan
merokok pada keluarga dan
External Perception
teman-teman dekat)
Self-perception
- Faktor lingkungan,
(kemudahan akses
mendapatkan rokok, harganya
yang murah dan
Faktor-Faktor yang
ketersediaannya dimana-mana
mempengaruhi Persepsi :
- Kurangnya pengetahuan
1. Latar belakang budaya
tentang bahaya merokok
2. Pengalaman masa lalu
- Anggapan merokok dapat
3. Nilai-nilai yang dianut mengatasi kesepian,
4. Berita yang kesedihan, kemarahan, dan
berkembang frustasi

Gambar. 2.2
Kerangka Teori
Sumber : Waidi, (2006: 118) dalam Jayanti, Fitri dkk (2018: 208); (Candra, I
Wayan dkk (2017:66); Kasali (2008:23) dalam Astuti, Yanti Dwi (2020);
(Yulianto, 2015 dalam Pangestu, Muhammad Dimas 2018:35).
34

C. Kerangka Penelitian

Faktor - Faktor yang


mempengaruhi Persepsi : Positif
1. Latar belakang budaya
2. Pengalaman masa lalu
3. Nilai-nilai yang dianut Persepsi
4. Berita yang berkembang
Negatif

Faktor Penyebab Merokok


pada Remaja :
- Sosiodemografis, (
-Sosiodemografis, (
kebiasaan merokok pada
kebiasaan merokok pada
keluarga dan teman- teman
keluarga dan teman-
dekat)
teman dekat)
- Faktor lingkungan, Ringan
- Faktor lingkungan,
(kemudahan akses
(kemudahan akses
mendapatkan rokok,
mendapatkan rokok, Perilaku merokok
harganya yang murah dan Sedang
harganya yang murah
ketersediaannya
dan ketersediaannya
dimana-mana
dimana-manatentang bahaya
merokok Berat
- Kurangnya pengetahuan

- Anggapan merokok dapat


mengatasi kesepian,
kesedihan, kemarahan, dan
frustasi

Gambar 2.3 Kerangka Penelitian

Keterangan :

: yang diteliti
: yang tidak diteliti
: yang dikendalikan
: arah yang diteliti
35

D. Hipotesis
Ha : Ada hubungan persepsi gambar berbahaya pada kemasan rokok
dengan perilaku merokok pada remaja.
Ho : Tidak ada hubungan persepsi gambar berbahaya pada kemasan
rokok dengan perilaku merokok pada remaja.
36

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah kuantitatif (non eksperimen) yaitu
dengan rancangan penelitian deskriptif korelasional dimana penelitian ini
mengkaji hubungan antar variabel. Pendekatan penelitian ini
menggunakan pendekatan cross sectional dimana melakukan observasi
atau pengukuran pada dua variabel, yaitu variabel independent dan
variabel dependent secara bersamaan dengan hanya satu kali pengukuran
pada satu waktu, jadi tidak ada tindak lanjut (Nursalam, 2017).
Penelitian kuantitatif digunakan untuk melihat hubungan persepsi
gambar berbahaya pada kemasan rokok dengan perilaku merokok pada
remaja laki-laki di Pesantren Stikes Surya Global Yogyakarta. Untuk
penelitian ini dilakukan pengukuran persepsi peringatan bahaya merokok
pada kemasan rokok dengan perilaku merokok remaja semester IV dan VI
di Pesantren Stikes Surya Global Yogyakarta.

B. Populasi dan Sampel Penelitian


a. Populasi
Populasi pada penelitian ini yaitu subjek yang memenuhi kriteria
yang telah ditetapkan (Nursalam, 2017). Populasi dalam penelitian ini
adalah remaja santri laki-laki semester IV dan VI yang berjumlah 54
santri (Data Santri Pesantren Stikes Surya Global Yogyakarta tahun
ajaran 2020/2021).
b. Sampel
Sampel yaitu populasi yang mudah dijangkau dan dapat
dipergunakan sebagai subjek penelitian (Nursalam, 2017). Teknik
pengambilan sampel ini menggunakan sampling total. Dimana seluruh
populasi dijadikan sampel penelitian (Sugiyono,2019). Sampel dalam
penelitian ini adalah remaja santri laki-laki semester IV dan VI di
Pesantren Stikes Surya Global Yogyakarta .

36
37

Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah total


sampling, yaitu teknik pengambilan sampel dimana seluruh anggota
populasi dijadikan sampel penelitian (Sugiyono, 2019). Jumlah sampel
pada penelitian ini adalah 54 remaja.
C. Lokasi dan Waktu Penelitian

a. Tempat penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Pesantren Stikes Surya Global


Yogyakarta.
b. Waktu pelaksanaan penelitian

Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Maret 2021.


D. Variable Penelitian

1. Variabel Independent atau variabel bebas

Variabel independent ataupun umumnya disebut variabel


bebas ialah variabel yang mempengaruhi ataupun nilainya hendak
memastikan variabel lain. Variabel bebas umumnya dimanipulasi,
diamati, serta diukur untuk diketahui hubungannya ataupun
pengaruhnya terhadap variabel lain. Dalam ilmu keperawatan, variabel
bebas umumnya ialah stimulasi ataupun intervensi keperawatan yang
diberikan kepada klien untuk mempengaruhi tingkah laku klien
(Nursalam, 2017). Variabel independent dalam penelitian ini
merupakan persepsi remaja santri Semester IV dan VI di Pesantren
Stikes Surya Global Yogyakarta.
2. Variabel Dependent atau variabel terikat
Variabel terikat merupakan factor-faktor yang diamati serta diukur
untuk memastikan terdapat tidaknya hubungan ataupun pengaruh dari
variabel leluasa (Nursalam, 2017). Variabel dependent dalam
penelitian ini merupakan perilaku merokok remaja laki-laki Semester
IV dan VI di Pesantren Stikes Surya Global Yogyakarta.
38

3. Variabel Pengganggu
Variabel pengganggu atau biasanya disebut confounding variable
merupakan variabel yang mengganggu terhadap hubungan antara
variabel independen dengan variabel dependen (Notoatmodjo, 2014).
Variabel pengganggu dalam penelitian ini semuanya dikendalikan.
Variabel pengganggu dari penelitian ini adalah faktor - faktor yang
mempengaruhi Persepsi dan faktor penyebab merokok pada remaja
laki-laki.

4. Hubungan antar Variabel


Variabel adalah indicator terpenting yang menentukan
keberhasilan dari sebuah penelitian, sebab variable penelitian adalah
objek penelitian atau menjadi titik perhatian suatu penelitian.

Berdasarkan judul penelitian hubungan persepsi peringatan


bahaya merokok pada kemasan rokok dengan perilaku merokok
remaja laki-laki, maka variable dalam penelitian ini dibedakan
menjadi dua variable yaitu hubungan persepsi (X) dengan perilaku
merokok (Y). adapun hubungan antar variable penelitian
digambarkan dengan skema sebagai berikut :
Gambar 3.1

Hubungan antar variabel

Persepsi Perilaku Merokok

Keterangan :

Persepsi : Variabel Independen

Perilaku Merokok : Variabel Dependen

: Hubungan Parsial
39

F. Definisi Operasional

Definisi Operasional adalah variabel-variabel yang diamati, dengan


diberi batasan pada setiap variabelnya. Definisi operasional juga sangat
bermanfaat untuk mengarahkan pada pengukuran terhadap variabel- variabel
yang bersangkutan serta dalam pengembangan suatu isntrumen (alat ukur)
(Notoatmodjo, 2018). Definisi operasional dari setiap variabel dalam penelitian
ini dijelaskan pada tabel 3.1. berikut :

Tabel 3.1. Definisi Operasional Hubungan Persepsi Peringatan Bahaya


Merokok pada Kemasan Rokok Dengan Perilaku Merokok Remaja di
Pesantren X di Insititusi Perguruan Tinggi Yogyakarta.

Skor
Variabel Definisi Alat ukur skala dan
operasional kriteria
Persepsi Suatu proses kuesioner ordinal Pernyataan
pengorganisasian, posistif :
penginterpretasian
1. Sangat
terhadap stimulus
yang diterima setuju : 4
oleh organisme
2. Setuju :3
atau
Individu sehingga 3. Tidak
menjadi sesuatu
setuju :2
yang berarti, dan
merupakan 4. Sangat
aktivitas yang tidak setuju
integrated dalam :1
diri seseorang. Pernyataan
negative :
1. Sangat
setuju : 1
2. Setuju : 2
3. Tidak
setuju : 3
4. Sangat
tidak
40

setuju
:4

Kriteria
menggunakan
cut of point
mean :
1. Persepsi
Positif >
mean
2. Persepsi
Negatif <
mean
(Najmah,2011)
Perilaku suatu kegiatan kuesioner ordinal Pernyataan
merokok dimana seseorang Negatif :
membakar
1. Selalu : 1
tembakau dan
menghisap asap 2. Sering : 2
yang
3. Kadang-
dihasilkannya
Kadang: 3
4. Tidak
pernah :4
Kriteria :
1. Berat
: skor >
48
2. Sedang
: skor 32
<
3. Ringan
: skor <32
(azwar,2012)
G. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subjek
dan proses pengumpulan karakteristik subjek yang diperlukan dalam suatu
penelitian (Nursalam, 2017). Jenis data yang dikumpulkan dalam
penelitian ini adalah data primer dan data sekunder:
41

a. Data Primer
Data primer merupakan data yang langsung diberikan oleh
sumber data untuk pengumpul data (Sugiyono, 2016). Data primer
penelitian ini diambil langsung dari responden remaja santri laki-laki
semester IV dan VI di Pesantren Stikes Surya Global Yogyakarta, data
yang dikumpulkan dari remaja santri merupakan skor persepsi dan
perilaku merokok . Teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti
yaitu pengisian menggunakan media Google Form untuk responden
berdasarkan pertanyaan-pertanyaan yang ada di kuesioner tersebut.
b. Data Sekunder
Data sekunder biasa disebut juga data kedua. Data sekunder
merupakan data yang diberikan sumber secara tidak langsung kepada
pengumpul data (Sugiyono, 2016). Data sekunder berupa data
dokumentasi atau data laporan yang tersedia (Saryono, 2011). Data
sekunder yang diperoleh dari penelitian ini yaitu data dari bagian
Pengasuh Ustad dan Uastadzah Pengasuh Pesantren Stikes Surya
Global Yogyakarta tersebut, serta data yang berkaitan dengan masalah
landasan teori, skripsi, naskah publikasi, studi pustaka dan lain
sebagainya.
H. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan
data (Notoatmodjo, 2018). Penelitian ini menggunakan instrumen penelitian
yaitu kuesioner.
a. Kuesioner persepsi
Kuesioner persepsi dalam penelitian ini diadopsi dari Robiansyah
(2017). Kuesioner ini akan disebar dengan berisikan 20 butir
pertanyaan mengenai persepsi. Skor yang digunakan dalam kuesioner
ini menggunakan skala Likers dengan Pernyataan positif : Sangat
Setuju (SS) = 4, Setuju (S) = 3, Tidak Setuju (ST) = 2, Sangat Tidak
Setuju (STS) =1 dan Pernyataan Negatif : Sangat Setuju (SS) = 4,
Setuju (S) = 3, Tidak Setuju (ST) = 2, Sangat Tidak Setuju (STS) =1
42

dan Pernyataan Negatif : Sangat Setuju (SS) = 1, Setuju (S) = 2, Tidak


Setuju (ST) = 3, Sangat Tidak Setuju (STS) = 4. Pada data normal
dikatakan persepsi positif jika skor ≥ mean ( dan persepsi negative jika
skor < mean.
Menurut Sugiyono (2010 : 43) rumus rata-rata (mean) adalah :

b. Kuesioner perilaku merokok


Kuesioner perilaku merokok dalam penelitian ini diadopsi dari
Robiansyah (2017) dengan r =0,390 dengan tingkat hubungan berada
pada kisaran 0,21 – 0,40. Kuesioner ini akan disebar dengan berisikan
16 butir pertanyaan mengenai perilaku merokok. Skor yang digunakan
dalam kuesioner ini menggunakan skala Likers dengan Pernyataan
positif : Selalu (SL) = 4, Sering (SR) = 3, Kadang-Kadang (KK) = 2,
Tidak Pernah (TP) = 1 dan Pernyataan negative : Selalu (SL) = 1,
Sering (SR) = 2, Kadang-Kadang (KK) = 3, Tidak Pernah (TP) = 4 .

Menurut Azwar (2012) pembagian skor perilaku merokok menjadi


3 kategori dapat dilakukan dengan menggunakan kriteria sebagai
berikut :

i. Perilaku merokok berat : skor ≥ (µ + σ)


ii. Perilaku merokok sedang : (µ - σ) ≤ skor < (µ + σ)
iii. Perilaku merokok ringan : skor < (µ - σ)

Keterangan :
43

µ : mean teoritik (rata-rata teoritis dari skor maksimum dan


minimum)

σ : standard deviasi populasi (luas jarak rentang yang dibagi


dalam 6 satuan standard deviasi)
jarak : skor maksimum – skor minimum Perhitungan kriteria
perilaku merokok yaitu :
Jumlah item : 16
Skor maksimal : 4 x 16 = 64
Skor minimal : 1 x 16 = 16
Jarak : 64 – 16 = 48
σ : 48/6 = 8
µ : (64 + 16) : 2 = 40
sehingga dapat disimpulkan bahwa :
Berat : skor ≥ (µ + σ)
: skor ≥ (40+8)
: skor ≥ 48
Sedang : (µ - ϭ) ≤ skor < (µ + σ)
: (40 – 8) ≤ skor < (40+8)
: 32 ≤ skor < 48
Ringan : skor < (µ - σ)
: skor < (40 - 8)
: skor < 32

3. Validitas dan Reliabilitas


a. Validitas
Uji validitas digunakan untuk mengukur instrument
penelitian itu benar-benar mengukur apa yang diukur sesuai dengan
standar dari alat ukur. Uji validitas ini menggunakan rumus person
produk moment dan dilihat indeks korelasinya (Hidayat, 2007).
Hasil uji menggunakan taraf kesalahan 5%, bila r hitung lebih besar
dari r tabel yang berarti pernyataan valid dan bila r hitung kurang
44

dari r tabel yang berarti pernyataan tidak valid (Najmah,2011).

b. Reliabilitas
Uji reabilitas digunakan untuk mengetahui sejauh mana
suatu hasil pengukuran relative konsisten apabila pengukuran
dilakukan sebanyak 2x atau lebih. Uji ini dilakukan dengan
menghitung koefisien alpha. Suaru konstruk atau variable di
katakan riabel jika memberikan nilai chronbach Alpha >0,6.
(Notoatmodjo,2010).

I. Pengolahan dan Metode Analisis Data


a. Pengolahan data
Menurut Notoatmodjo (2010) dalam proses pengolahan suatu data
terdapat langkah-langkah sebagai berikut :
a. Editing
Editing yaitu upaya dalam memeriksa kembali kebenaran data
yang diperoleh atau yang dikumpulkan oleh seorang peneliti, dapat
dikumpulkan pada tahap pengumpulan data atau setelah data
terkumpul.
b. Coding
Coding yaitu kegiatan pemberian kode numerik (angka) pada data
yang terdiri dari beberapa kategori. Pemberian kode ini sangatlah
penting dalam pengolahan data dan analisis data pada penggunaan
komputer. Dalam pemberian kode dibuat juga daftar kodedan
artinya dalam satu buku (code book) dimana akan memudahkan
kembali dalam melihat dan memaknai arti suatu kode dari suatu
variabel.
1. Responden
Responden 1 : R1
Responden 2 : R2
Responden 3 : R3 Dan seterusnya
45

2. Usia responden
Usia 13 : U1
Usia 14 : U2
Usia 15 : U3 Dan seterusnya
3. Kriteria persepsi
Positif : P1
Negatif : P2

4. Kriteria perilaku merokok


Berat : M1
Sedang : M2
Ringan : M3
c. Scoring
Scoring yaitu melakukan penilaian untuk jawaban dari responden,
dimana untuk mengukur kedua variabel. Pada penelitian ini
menggunakan menggunakan skala Likert.
1. Skoring untuk persepsi

a. Pernyataan positif

Sangat Setuju (SS) 4

Setuju (S) 3

Tidak Setuju (ST) 2

Sangat Tidak Setuju (STS) 1

b. Pernyataan negative

Sangat Setuju (SS) 1

Setuju (S) 2

Tidak Setuju (ST) 3

Sangat Tidak Setuju (STS) 4


46

Menurut Najmah (2011) , untuk data normal pembagian


skor menjadi 2 dimana kategori dapat dilakukan dengan
menggunakan cut of point mean dengan kriteria skor
sebagai berikut : Persepsi positif jika skor ≥ mean Persepsi
negatif jika skor < mean
2. Spring perilaku merokok
c. Pernyataan positif
Selalu (SL) :4
Sering (SR) :3
Kadang-Kadang (KK) :2
Tidak Pernah (TP) :1
d. Pernyataan negatif
Selalu (SL) :1
Sering (SR) :2
Kadang-Kadang (KK) :3
Tidak Pernah (TP) 4
Menurut Azwar (2012), Pada data normal pembagian
skor perilaku merokok dibagi menjadi 3 kategori dan
dapat digunakan kriteria sebagai berikut :
1. Perilaku merokok berat : skor ≥ (µ + σ)
2. Perilaku merokok sedang : (µ - σ) ≤ skor < (µ
+ σ)
3. Perilaku merokok ringan : skor < (µ - σ)

perhitungan kriteria perilaku merokok yaitu sebagai


berikut :

Jumlah item 16

Skor maksimal : 4 x 16 = 64

Skor minimal : 1 x 16 = 16
47

Jarak : 64 – 16 = 48

σ : 48/6 = 8

µ : (64 + 16) : 2 = 40

Sehingga dapat disimpulkan bahwa :

Berat : skor ≥ (µ + σ)

: skor ≥ (40+8)

: skor ≥ 48

Sedang : (µ - σ) ≤ skor < (µ + σ)

: (40 – 8) ≤ skor < (40+8)

: 32 ≤ skor < 48

Ringan : skor < (µ - σ)

: skor < (40 - 8)

: skor < 32

d. Tabulating
Tabulating yaitu mengelompokkan data dalam tabel tertentu
menurut sifat-sifat yang dimilikinya. Pada data ini dianggap
bahwa data telah diproses sehingga harus segera disurun dalam
suatu format yang sudah dirancang (Arikunto, 2010). Hasil dari
data dapat diinterpretasikan dengan menggunakan skala kumulatif
sebagai berikut :
100 % : seluruhnya
76 – 99 % : hamper seluruhnya
51 – 75 % : sebagian besar dari responden 50 % : setengah
responden
26 – 49 % : hamper dari setengahnya
1 – 25 % : sebagian kecil dari responden
48

0% : tidak ada satupun dari responden

2. Metode Analisis Data


a. Analisis Univariate
Bertujuan untuk menjelaskan karakter dari setip variabel
penelitian dan dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi
dan presentase dari setiap variabel (Notoatmodjo,2010).
1. Persepsi
Dalam penelitian ini analisis univariat yang digunakan
untuk menjelaskan atau mendekripsikan angka atau nilai dari
karakteristik responden itu sendiri berdasarkan persepsi
dengan menggunakan rumus penentuan besar presentase yaitu
sebagai berikut :

𝐹
𝑥 = 𝑁 ×100

Keterangan :

𝑥 : hasil presentasi

F : frekuensi hasil pencapaian


N : total seluruh observasi

100% : bilangan genap


2. Perilaku merokok
Dalam penelitian ini analisis univariat yang digunakan
untuk menjelaskan berdasarkan perilaku merokok dengan
menggunakan rumus penentuan besar presentase yaitu sebagai
berikut :
𝐹
𝑥 = 𝑁 ×100

Keterangan :

𝑥 : hasil presentasi
49

F : frekuensi hasil pencapaian


N : total seluruh observasi

100% : bilangan genap


b. Analisis Bivariat
Analisis bivariate yaitu analisis yang dilakukan untuk dua
variabel yang diduga berhubungan atau berkorelasi
(Notoatmodjo,2010). Analisis bivariat digunakan untuk
mengetahui hubungan antara dua variabel apakah signifikansi
atau tidak dengan signifikan atau kebenaran 0,05 dengan
menggunakan uji spearmen rank dengan software SPSS, dimana
p value < α 0,05 maka H1 diterima dan mengartikan adanya
hubungan persepsi gambar berbahaya pada kemasan rokok
dengan perilaku merokok remaja semester IV dan VI di Pesantren
Stikes Surya Global Yogyakarta, sedangkan jika p value > α 0,05
maka H1 ditolak dan mengartikan tidak adanya hubungan
persepsi gambar berbahaya pada kemasan rokok dengan perilaku
merokok remaja semester IV dan VI di Pesantren Stikes Surya
Global Yogyakarta.

J. Jalannya Penelitian
1. Pengajuan surat studi pendahuluan, izin penelitian di Pesantren
Stikes Surya Global Yogyakarta.
2. Tahap persiapan pengumpulan data :
Setelah Skripsi penelitian disetujui oleh dosen pembimbing,
peneliti mengajukan permohonan izin penelitian kepada Pimpinan
Pengasuh Pesantren Stikes Surya Global Yogyakarta.
3. Setelah izin penelitian disetujui, peneliti mengumpulkan data dari
Pengasuh Pesantren X di Insititusi Perguruan Tinggi Yogyakarta,
peneliti penyeleksi calon responden berdasarkan kriteria yang telah
ditetapkan oleh peneliti.
4. Setelah pendataan dan penyeleksian responden sesuai kriteria
50

selesai, peneliti meminta izin kepada Pengasuh Pesantren Stikes


Surya Global Yogyakarta selama 7 hari untuk melakukan penelitian
dengan responden yang diawali dengan melakukan informend
consent dan menjelaskan tujuan serta manfaat dari penelitian dalam
bentuk Google Form yang telah disediakan peneliti.
5. Peneliti membagikan Link Google Form kepada responden yang
dibantu oleh ketua kelas masing-masing yang merupakan santri
semester IV dan VI di Pesantren Stikes Surya Global Yogyakarta.
6. Peneliti memonitor responden dengan cara memantau dari para
ketua kelas saat jalannya pengisian kuesioner dalam bentuk Google
Form dengan stand by menggunakan leptop agar mudah dihubungi
oleh ketua untuk menanyakan sesuatu yang sekiranya tidak
dimengerti oleh responden dalam pengisian kuesioner dalam
bentuk Google Form dan jika belum lengkap maka peneliti
meminta responden untuk melengkapinya.
7. Kemudian meminta responden untuk mengirimkan hasil dengan
mengklik pilihan kirim pada akhir pertanyaan di Google Form
dipojok kiri bawah laman Google Form.
8. Peneliti meminta para ketua kelas baik semester IV dan VI untuk
mendata nomor telefon teman-teman responden karena akan di
berikan panismen.

9. Tahap Akhir :
a. Setelah data dari responden terkumpul sesuai dengan jumlah
yang dibutuhkan.
b. Peneliti melakukan pengecekkan data (editing).
c. Data yang telah lengkap diseleksi, kemudian diolah
menggunakan bantuan komputer meliputi tahap coding dan
tabulating.
d. Data yang telah diolah, kemudian dianalisis hasilnya meliputi
analisis uji statistika menggunakan uji spearmen rank.
e. Membuat laporan hasil penelitian
51

f. Seminar hasil penelitian


g. Pengumpulan skripsi.

K. Etik Penelitian

Etika penelitian menjadi hal yang sangat penting dalam


pelaksanaan sebuah penelitian dikarenakan penelitian keperawatan
berhubungan langsung dengan manusia. Kode etik penelitian merupakan
suatu pedoman etika yang berlaku untuk setiap kegiatan penelitian yang
melibatkan antara pihak peneliti, pihak yang diteliti (subjek penelitian),
dan masyarakat yang akan memperoleh hasil penelitian tersebut
(Notoatmodjo, 2014). Penelitian ini akan dilakukan uji etik di Komite Etik
Penelitian Kesehatan (KEPK) STIKes Surya Global Yogyakarta. Prinsip
yang perlu diperhatikan untuk menjamin hak-hak manusia sebagai
responden ada 4 yaitu menghormati harkat dan martabat manusia, privasi
dan kerahasiaan subjek penelitian, keadilan dan keterbukaan, serta
mempertimbangkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan
(Notoatmodjo, 2014).

a. Menghormati Harkat dan Martabat Manusia (Respect for Human Dignity)


Peneliti akan memberikan informasi dan penjelasan kepada seluruh
responden dengan rincian 54 remaja semester IV dan VI di Pesantren
Stikes Surya Global Yogyakarta. Informasi yang akan disampaikan
mengenai tujuan penelitian ini, kemudian peneliti mempersiapkan
formulir persetujuan antara peneliti dengan responden (informed
concent). Peneliti harus menghormati hak responden apabila responden
setuju maka responden harus mengisi lembar informed concent tersebut
namun apabila tidak menyetujui atau tidak bersedia maka peneliti tidak
boleh memaksa.
b. Menghormati Privasi dan Kerahasiaan Subjek Penelitian (Respect for
Privacy and Convidentiality)
Peneliti tidak memberikan atau mencantumkan nama responden pada
52

kuesioner, hanya menuliskan nama inisial dan kode kode pada lembar
pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan dan peneliti
memastikan untuk data responden hanya bisa di akses oleh peneliti secara
pribadi.
c. Keadilan dan Inklusivitas atau Keterbukaan (Respect for Justice an
Inclusiveness)
Semua responden akan mendapatkan perlakuan yang sama dalam
penelitian tanpa adanya paksaan, tekanan bahkan diskriminasi.
Penghargaan yang sama kepada semua responden tanpa memandang suku
dan status sosial.
d. Memperhitungkan Manfaat dan Kerugian yang Ditimbulkan
(Balancing Harms and Benefits)
Peneliti akan bertanggung jawab penuh jika terjadi kebocoran data
responden baik itu kepada Pengasuh Pesantren Stikes Surya Global
Yogyakarta ataupun di lingkup lainnya.
53

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
1. Karakteristik Demografi
a. Lokasi Penelitian
Pesantren Stikes Surya Global Yogyakarta terletak di Jl. Ringroad
Selatan, Kec. Banguntapan, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta.
b. Visi
Visi program ini adalah melahirkan Generasi Rabbani.
c. Misi
1) Mendidik dan Membentuk Mahasiswa Santri Kesehatan yang
Berkepribadian Islami
2) Mendidik dan Membentuk Mahasiswa Santri Kesehatan yang
Berkepribadian Da'i/Da'iah
3) Mendidik dan Membentuk Mahasiswa Santri Kesehatan yang
Berkepribadian Ilmiah, Berwawaskan Kebangsaan dan Cinta Tanah
Air.
d. Motto
Motto Pesantren Stikes Surya Global Yogyakarta yakni “Kader Dakwah
Profesi” dengan :
1) Membentuk mahasiswa santri yang menjadikan profesinya sebagai
wasilah dalam melaksanakan tugas amar ma'ruf nahi mungkar.
2) Sebagai kader kesehatan yang taat, peduli, empati, dan kasih sayang
terhadap orang lain.
3) Menjadi kader pejuang bangsa yang jujur, amanah, islami, dan cinta
tanah air.
e. Kegiatan-kegiatan
Kegiatan yang dilakukan di Pesantren Stikes Surya Global Yogyakarta
adalah sebagai berikut :
03.30 - 05.00 : Qiyamul Lail Mandiri, Sholat Subuh dan Dzikir

53
54

05.00 - 06.15 : Kegiatan Mandiri dan MCK


06.15 - 07.00 : Pagi Persiapan Nyantri dan Kuliah
07.00 - 16.00 : KBM di Kampus dan Pesantren
16.00 - 17.30 : Kegiatan Mandiri dan MCK
17.30 - 18.00 : Tadarus Berjama’ah, Dzikir Sore, Halaqoh
18.00 - 18.30 : Sholat Maghrib
18.30 - 20.00 : Kegiatan Terjadwal, Makan Malam, Sholat Isya
20.00 - 22.00 : Kegiatan Terprogram
22.00 - 03.30 : Tidur Malam
2. Karakteristik Responden
Analisis data dalam penelitian ini yakni karakteristik responden, dengan
jumlah responden sebanyak 54 santri yang terdiri dari 22 santri semester IV
dan 32 santri semester VI yang akan dijelaskan menggunakan tabel
berdasarkan karakteristik responden menurut usia dan semester.

Tabel. 4.1
Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Santri Laki-Laki
semester IV dan VI di Pesantren Stikes Surya Global Yogyakarta
Maret 2021
No. Karakteristik Frekuensi Presentase (%)
1 Usia (Tahun)
a. 18 8 14.8
b. 19 14 25.9
c. 20 18 33.3
d. 21 14 25.9
2 Semester
a. IV 22 40.7
b. VI 32 59.3

Sumber : Data Primer, 2021

Berdasarkan tabel 4.1 diketahui bahwa data responden berdasarkan


umur mayoritas berusia 20 tahun dengan presentase (33.3%) dan
mayoritas semester VI dengan presentase (59.3).
55

3. Analisis Univariat
a. Persepsi peringatan bahaya merokok pada kemasan rokok
Tabel 4.2
Distribusi Persepsi Peringatan Bahaya Merokok pada Kemasan
Rokok Remaja Laki-Laki Semester IV dan VI di Pesantren Stikes
Surya Global Yogyakarta
Persepsi Frekuensi Presentase (%)
Positif 24 44.4
Negatif 30 55.6
Total 54 100.0
Sumber : Data Primer, 2021
Berdasarkan tabel 4.2 menunjukkan bahwa sebagian besar
responden mempunyai persepsi negatif yaitu sebanyak 30 responden
(55.6%).

b. Perilaku Merokok Remaja


Tabel 4.3
Distribusi Perilaku Merokok Remaja Laki-Laki Semester IV dan VI
di Pesantren Stikes Surya Global Yogyakarta
Perilaku Merokok Frekuensi Presentase (%)
Sedang 1 1.9
Ringan 53 98.1
Total 54 100.0
Sumber : Data Primer, 2021
Berdasarkan tabel 4.3 menunjukkan bahwa sebagian besar
responden mempunyai perilaku merokok ringan yaitu sebanyak 53
responden (98.1%).
4. Analisis Bivariat
Analisa tabulasi silang digunakan untuk mengetahui gamabaran dan
frekuensi sehingga dapat terlihat hubungan antara Persepsi dan perilaku
merokok pada remaja laki-laki. Tabel berikut ini adalah hasil dari
pengambilan data persepsi dengan perilaku merokok pada remaja yang
dilakukan oleh peneliti :
56

Tabel 4.4
Distribusi Tabulasi Silang Persepsi dengan Perilaku Merokok pada
Remaja Laki-Laki Semester IV dan VI di Pesantren Stikes Surya
Global Yogyakarta
Persepsi Perilaku Merokok Total
Sedang Ringan
F % F % F %
Positif 0 0.0 24 100.0 24 100.0
Negatif 1 3.3 29 96.7 30 100.0
Total 1 1.9 53 98.1 54 100.0
Uji Spearman Rank p value = 0.317
Sumber : Data Primer, 2021
Analisis data dilakukan dengan menggunakan uji Spearman Rank
dengan SPSS dengan taraf kesalahan 5%. Berdasarkan hasil uji Spearman
Rank antara variabel persepsi peringatan bahaya merokok pada kemasan
rokok dengan perilaku merokok remaja semester IV dan VI di Pesantren
Stikes Surya Global Yogyakarta di dapatkan p-valeu = 0.317 dimana p-
valeu < α 0,05. Maka berarti Ha ditolak dan Ho diterima yang bermakna
bahwa tidak adanya hubungan antara persepsi peringatan bahaya merokok
pada kemasan rokok dengan perilaku merokok remaja semester IV dan VI
di Pesantren Stikes Surya Global Yogyakarta.

B. Pembahasan
1. Persepsi peringatan bahaya merokok pada kemasan rokok remaja laki-laki
semester IV dan VI di Pesantren Stikes Surya Global Yogyakarta
Berdasarkan penelitian pada tanggal 9 maret 2021, dengan data
responden yang telah terkumpul berjumlah 54 responden, dengan 22
responden semester IV dan 32 responden semester VI. Hasil penelitian ini,
menunjukkan bahwa sebagain besar responden memiliki persepsi negatif
sebanyak 30 (55,6%).
Menurut peneliti persepsi negatif terbentuk dari pengalaman dimasa
lalu, dengan pengalaman dimasa lalu seseorang akan belajar dan
57

mempunyai pengetahuan untuk dia menilai sesuatu yang dan menjadikan


persepsinya akan semakin baik. Setelah remaja laki-laki melihat gambar
peringatan berbahaya pada kemasan rokok, mereka akan mengingat kembali
pengalaman dimasa lalu dan mulai mempersepsikan kembali mengenai apa
yang mereka lihat dengan hal yang negatif. Persepsi negatif juga di
pengaruhi oleh umur dimana umur menentukan tingkat kematangan baik itu
fisik maupun psikologis. Seseorang dengan rentang umur 18-21 tahun
cenderung sudah memiliki pola pikir yang baik dan pemahaman terhadap
suatu objek juga baik, maka dari itu tingkat persepsinya juga semakin tinggi.
Hal ini berkaitan erat dengan isi kuesioner persepsi butir no.4 dimana
sebagian besar responden menjawab setuju untuk mulai berfikir berhenti
merokok sejak melihat gambar pada kemasan rokok.
Menurut psikologi kontemporer, persepsi diperlukan sebagai satu
variabel campur tangan (variable intervening) yang tergantung pada faktor-
faktor motivasional. Persepsi mengenai dunia oleh pribadi ditanggapi
berbeda-beda, karena individu menanggapinya berdasarkan pada aspek-
aspek situasi yang memberikan arti khusus pada dirinya (Setianingsih et al.
2016 dalam Bossa, 2020 :21).
Persepsi adalah salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku merokok
seseorang. Hal ini sesuai dengan teori perilaku oleh Notoatmodjo yang
menjelaskan bahwa persepsi adalah faktor internal yang mempengaruhi
perilaku seseorang (Robiansyah, 2017).
Tantri dkk. (2018), dalam penelitiannya tentang Hubungan persepsi
terhadap peringatan bahaya rokok pada kemasan rokok dengan perilaku
merokok pada remaja laki-laki di kota Palembang mengatakan bahwa ada
hubungan antara persepsi dengan perilaku merokok remaja laki-laki di kota
Palembang. Seseorang berpeluang besar untuk berperilaku merokok dengan
persepsi negatif yang dipunyainya dibanding dengan dia yang mempunyai
persepsi positif (Tantri et al. 2018 dalam Bossa, Augustina Da Conceicao,
2020).
Penelitian yang dilakukan oleh Bossa, (2020) menyimpulkan bahwa
58

stimulus berperilaku merokok pada seorang individu disebabkan oleh


Persepsi atau pandangan yang dipercayai mengenai rokok.
Penelitian yang dilakukan oleh Arindari & Agustina (2019)
menunjukkan bahwa ada hubungan persepsi merokok dengan perilaku
merokok pada remaja laki-laki. Dimana perilaku merokok pada usia remaja
merupakan suatu bentuk dari gaya hidup moderen dan umumnya dilakukan
remaja untuk mengikuti trend.
2. Perilaku Merokok pada remaja laki-laki Semester IV dan VI di Pesantren
Stikes Surya Global Yogyakarta
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, dari 54 responden remaja
semester IV dan VI di Pesantren Stikes Surya Global Yogyakarta
didapatkan hasil berdasarkan tabel 4.3 menunjukkan bahwa sebagian besar
responden mempunyai perilaku merokok ringan yaitu sebanyak 53
responden (98,1%) (Data Primer, 2021).
Menurut peneliti perilaku merokok ringan remaja laki-laki ditunjukan
dari hasil tabulasi kuesioner perilaku merokok yang mana menunjukkan
bahwa sebanyak 53 responden menjawab tidak pernah menghabiskan antara
1-10 batang rokok dalam sehari. Perilaku merokok juga di pengaruhi oleh
faktor lingkungan, karena lingkup lokasi penelitian adalah lingkup pesantren
jadi menurut peneliti dengan lingkungan yang baik mempengaruhi perilaku
merokok remaja laki-laki.
Anugrahyanti (2016) dalam penelitiannya tentang Perilaku merokok
santri di pondok pesantren modern Darul Falah Enrekang menunjukan
bahwa pelaksanaan dan pengawasan dilingkungan pesantren mampu
mengurangi jumlah perokok yang ada.
3. Hubungan persepsi peringatan bahaya merokok pada kemasan rokok dengan
perilaku merokok remaja semester IV dan VI di Pesantren Stikes Surya
Global Yogyakarta
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, dari 54 responden di Pesantren
Stikes Surya Global Yogyakarta Tabel 4.4 menunjukkan bahwa sebagain
besar responden memiliki persepsi negative sebanyak 30 (55,6%) dan
59

memiliki perilaku merokok ringan sebanyak 53 (98,1%) (Data


Primer,2021).
Berdasarkan hasil uji Spearman Rank antara variabel persepsi
peringatan bahaya merokok pada kemasan rokok dengan perilaku merokok
remaja semester IV dan VI di Pesantren Stikes Surya Global Yogyakarta di
dapatkan p-valeu = 0,317 dimana p-valeu < α 0,05. Maka berarti Ha ditolak
dan Ho diterima yang bermakna bahwa tidak adanya hubungan antara
persepsi peringatan bahaya merokok pada kemasan rokok dengan perilaku
merokok remaja semester IV dan VI di Pesantren Stikes Surya Global
Yogyakarta.
Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Arindari, (2019)
yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan signifikan secara statistik
antara persepsi peringatan gambar bahaya merokok dengan perilaku
merokok remaja laki-laki Karang Taruna dengan p value = 1,000.
Perilaku remaja sangat dipengaruhi oleh tiga hal penting yaitu perilaku,
norma subjektif dan persepsi control perilaku itu sendiri. Sikap seorang
remaja setelah dia melihat dan membaca iklan bahaya merokok yang ada
pada kemasan rokok dapat sangat menentukan perilaku dari remaja tersebut
untuk merokok. Norma subjektif adalah hak pribadi dimana menentukan apa
yang akan dilakukan dalam memutuskan perilaku merokok tersebut.
Persepsi kontrol perilaku akan menentukan pula perilaku merokok (Sarafino
dalam Tantri, 2018).
Penelitian ini serupa dengan yang lakukan oleh Aswin (2017) yang
menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara persepsi
gambar dikotak rokok dengan intensi merokok pemula dengan intensi
merokok pada perokok pemula dikota Samarinda dengan p value = 0,450.
Hal ini diakibatkan oleh adanya pengaruh teman sebaya didalamnya.
Penelitian lain yang dilakukan oleh Zakiyah. et al (2016), juga
menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara persepsi
visual kemasan rokok dan fatwa haram merokok dengan perilaku merokok
siswa SMP Surakarta dengan hasil p value = 1,000. Dimana perilaku
60

merokok pada usia remaja dipengaruhi oleh gaya hidup yang modern dan
umumnya dilakukan remaja agara bisa mengikuti trend yang ada saat itu.

C. Keterbatasan Penelitian

Peneliti telah berupaya semaksimal mungkin dalam melakukan


penelitian, namun dalam beberapa hal terdapat keterbatasan dalam hal ini adalah
sebagai berikut :

1. Penelitian dilakukan secara online sehingga untuk penggalian informasi


terkait dengan perilaku merokok pada responden tidak dirasa maksimal pada
kuesioner perilaku merokok.
2. Penelitian yang dilakukan tidak mencakup persepsi kerentanan, persepsi
keseriusan, persespi manfaat, persepsi hambatan, dan isyarat untuk
bertindak.
3. Variabel penelitian ini hanya persepsi dan perilaku merokok. Ada faktor-
faktor lain yang memperngaruhi perilaku merokok diantaranya adalah stress,
pengaruh teman sebaya.
61

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Pesantren Stikes Surya Global
Yogyakarta pada remaja laki-laki semester IV dan VI dapat disimpulkan bahwa :

1. Persepsi peringatan gambar berbahaya pada kemasan rokok di Pesantren Stikes


Surya Global Yogyakarta sebagian besar negatif, dengan hasil penelitian
menunjukkan bahwa sebagain besar responden memiliki persepsi negatif
sebanyak 30 (55,6%).

2. Perilaku merokok remaja laki-laki semester IV dan VI di Pesantren Stikes Surya


Global Yogyakarta sebagian besar ringan, dengan hasil penelitian menunjukkan
bahwa sebagian besar responden mempunyai perilaku merokok ringan yaitu
sebanyak 53 responden (98,1%).
3. Tidak ada hubungan antara Persepsi peringatan gambar berbahaya pada
kemasan rokok dengan perilaku merokok remaja laki-laki semester IV dan VI di
Pesantren Stikes Surya Global Yogyakarta dengan hasil penelitian menunjukkan
bahwa sebagain besar responden memiliki persepsi negative sebanyak 30
(55,6%) dan memiliki perilaku merokok ringan sebanyak 53 (98,1%) dan hasil
uji Spearman Rank antara variabel persepsi peringatan bahaya merokok pada
kemasan rokok dengan perilaku merokok remaja semester IV dan VI di
Pesantren Stikes Surya Global Yogyakarta di dapatkan p-valeu = 0,317 dimana
p-valeu < α 0,05. Maka berarti Ha ditolak dan Ho diterima yang bermakna
bahwa tidak adanya hubungan antara persepsi peringatan bahaya merokok pada
kemasan rokok dengan perilaku merokok remaja semester IV dan VI di
Pesantren Stikes Surya Global Yogyakarta.
B. Saran
1. Bagi Responden
62

Semoga dengan adanya penelitian ini bisa menjadi sumber ilmu dan
pengetahuan bahwa perilaku merokok dapat membahayakan baik diri sendiri
dan lingkungan sekitar.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Semoga dengan adanya penelitian ini dapat menambah wawasan bagi
mahasiswa dan referensi untuk pengembangan wawasan akademik program
studi keperawatan untuk kedepannya.
3. Bagi Tempat Penelitian
Semoga dengan adanya penelitian ini dapat menjadi bahan evaluasi
kedepannya bagi Pesantren untuk mempertahankan dan meningkatkan strategi
pembinaan bagi santrinya dalam hal ini wawasan dan penegetahuan serta
pencegahan perilaku merokok yang dapat membahayakan diri sendiri dan
lingkungan sekitar.
4. Bagi Penelitian Selanjutnya
Untuk penelitian selanjutnya, semoga dapat menjadi gambaran untuk
mempertimbangkan penelitian selanjutnya dengan melihat keterbatasan
penelitian yang ada dalam penelitian ini.
63

DAFTAR PUSTAKA

Anugrahyanti, 2017. Perilaku Merokok Santri di Pondok Pesantren Modern


Darul Falah Enrekang. Makassar : Fakultas Kesehatan Masyarakat
Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku Universitas Hassanudin.
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://digili
b.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollertion/Yzc0NjMxO
DRkODdiYzlyYjcwYmYmQzMjQ0MmRIMjgzMTEzYTk0M2E4MQ
%3D%3D.pdf&ved=2ahUKEwj8tM7n_bTvAhWMXisKHSJsAVEQFj
AEegQIDhAC&usg=AOvVaw1kAEFjcY8ZZwVVs9dEM91q diakses
12 maret 2021 pukul 21.23 WIB
Arifiana Khoirunnisa, dkk, 2019. Beberapa Faktor Yang Mempengaruhi Praktik
Merokok Santri Di Pondok Pesantren Darut Taqwa Kota Semarang.
Jurnal Kesehatan Masyarakat (e-Journal) Volume 7, Nomor 1, Januari
2019 (ISSN: 2356-3346) : 431
https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm diakses 10 Januari
2021 Pukul 08.00 WIB
Arindari & Agustina. (2019). Persepsi Peringatan Gambar Bahaya Merokok
Pada Kemasan Rokok Dengan Perilaku Merokok Remaja Laki-laki.
Palembang: Program Ilmu Keperawatan STIK Siti Khadijah.
https://jurnal.stikes-aisyiyah-
palembang.ac.id/index.php/Kep/article/download/267/244 di akses 8
maret 2021 pukul 22.43 WIB

Aswin. (2018). Hubungan Antara Persepsi terhadap Gambar dikotak Rokok


dengan Intensi Merokok Pada Perokok Pemula di Kota Samarinda.
Universitas Mulawarman : Samarinda. Jurnal Ilmiah Psikologi Vol. 5 No.
2. http://e-journals.unmul.ac.id/index.php/psikoneo/article/view/4370 di
akses 10 maret 2021 pukul 20.00 WIB

Astuti, Yanti Dwi. 2020. Persepsi Remaja Muslim Yogyakarta Terhadap


Peredaran Hoaks di Media Sosial. Komunika: Jurnal Dakwah dan
Komunikasi. Vol. 14, No. 1, April 2020.
http://ejournal.iainpurwokerto.ac.id/index.php/komunika/article/downloa
d/2865/2098 Di akses 14 November 2020 pukul 23.00 WIB
Augustina Da Conceicao Bossa. (2020). Hubungan Persepsi Dan Peran Teman
Sebaya Dengan Perilaku Merokok Pada Siswa Sma Katolik Sint Carolus
Kota Kupang. Kupang : Program Studi Ners Tahap Akademik
Universitas Citra Bangsa Http://Repository.Ucb.Ac.Id/558/ di akses 8
maret 2021 pukul 18.00 WIB
Candra, Wayan I dkk. 2017. Psikologi Landasan Keilmuan Praktik Keperawatan
Jiwa. Ed.I. Yogyakrta : ANDI, hlm.66
https://books.google.co.id/books?hl=id&lr=&id=Ii5LDwAAQBAJ&oi=
fnd&pg=PA1&dq=jenisjenis+persepsi+psikologi&ots=dqPakOAXlO&s
64

ig=bnNHBRZCmUP9qghiTtzVCRCIAKs&redir_esc=y#v=onepage&q
=je nis-jenis%20persepsi%20psikologi&f=false diakses 2 Desember
2020Pukul 12.00 WIB
Data Santri Pesantren X di Instutusi Perguruan Tinggi Yogyakarta tahun ajaran
2020/2021 oleh Penanggungjawab Pendataan Santri Ustadjah X diakses
9 Januari 2020 Pukul 19.00 WIB.
Depkes. 2010. Riset Kesehatan Dasar 2010. Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan. Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Diananda, Amita 2018. Psikologi Remaja Dan Permasalahannya. Istighna, Vol.
1, No 1, Januari 2018. Hal. 117-120. http://e-journal.stit-islamic-
village.ac.id/index.php/istighna diakses 19 Desember 2020 pukul 14.00
WIB
Diyono dan Anggreani. 2016. Hubungan Persepsi Terhadap Label Peringatan
Bahaya Rokok Pada Kemasan Rokok Dengan Kebiasaan Merokok Di
Kelurahan Nusukan Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta.
Https://Www.Researchgate.Net/Publication/340926995_HUBUNGAN_
PERSEPSI_TERHADAP_LABEL_PERINGATAN_BAHAYA_ROKO
K_PADA_KEMASAN_ROKOK_DENGAN_KEBIASAAN_MEROK
OK_DI_KELURAHAN_NUSUKAN_KECAMATAN_BANJARSARI
_KOT A_SURAKARTA di akses 28 November 2020 pukul 17.00 WB
Eriksen, M., Mackay, J., dan Ross, H. The Tobacco Atlas, 5th ed., 31, the
American Cancer Society. Inc, USA. 2015

Fardha, Fathin. 2015. Analisis Faktor-Faktor Penyebab Perilaku Merokok


Remaja di SMK “X” Surakarta. Jurnal kesehatan masyarakat (e-
Journal) Volume 3, Nomor 3, April 2015. Diakses
https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm/article/view/12758 pada 28
November 2020 pukul : 13.08 WIB

Fitri Jayanti, Nanda Tika Arista. 2018. Persepsi Mahasiswa Terhadap


Pelayanan Perpustakaan Universitas Trunojoyo Madura. Jurnal
Kompetensi Volume 12 Nomor 2.hlm.208
https://journal.trunojoyo.ac.id/kompetensi/article/download/4958/3366
diakses 1 Desember 2020
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Tahun 2010. Badan Litbangkes,
Depkes RI , Jakarta. 2010
Husaini. Aiman. 2006. Tobat Merokok. Depok : Pustaka Iman.
I Adiayatama, dkk. 2016. Pengaruh Pesan Gambar Bahaya Merokok Terhadap
Perubahan Perilaku Perokok Effect of Picture Message Warning Aga
Smoking https://ojs.unida.ac.id/JK/article/download/210/966 di akses 15
November 2020 pukul 12.00 WIB
Kemenkes RI. 2015. Infodatin: Perilaku Merokok Masyarakat Indonesia.
65

http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/infodat
i nhari-tanpa-tembakau-sedunia.pdf , diakses 30 Oktober 2020 pukul :
20.00 WIB
Monks, F.J., Knoers, A.M.P., Haditoono, S. . (2001). Psikologi Perkembangan:
Pengantar dalam Berbagai Bagiannya. Yogyakara: Gajah Mada
University Press.
Mulyana, D. (2008). Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: Remaja
Rosdakarya
Notoatmodjo, S. (2018) Metodologi Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta.
Nursalam. (2017) Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Cetakan ke dua.
Jakarta : Salemba Medika.
Pangestu, D.M. 2018. Perbedaan Pengetahuan Siswa Sebelum Dan Sesudah
Pendidikan Tentang Upaya Berhenti Merokok (Ubm) Di Smkn 2 Bandar
Lampung. Skripsi. Fakultas Kedokteran Universitas Lampung Bandar
Lampung hlm : 25 -
35).http://digilib.unila.ac.id/30922/3/SKRIPSI%20TANPA%20BAB%2
0PE MBAHASAN.pdf Di akses 1 Desember 2020 Pukul 13.33 WIB
Parwati, P.E, dkk. 2018. Pengaruh Merokok Pada Perokok Aktif Dan Perokok
Pasif Terhadap Kadar Trigliserida. Jurnal Kesehatan. STIKes Surya
Mitra Husada hlm :3-4
https://osf.io/4nyj5/download/?version=1&displayName=PENGARUH
%20MEROKOK%20PADA%20PEROKOK%20AKTIF%20DAN%20
PEROKOK%20PASIF%20%20TERHADAP%20KADAR%20TRIGLI
SER IDA-2018-12-05T11%3A00%3A29.052Z.pdf diakses 2
Desember 2020 pukul 21.00 WIB
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia. Pengamanan Bahan yang
Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk Tembakau Bagi Kesehatan
UndangUndang Nomor 109 Tahun 2012. Pemerintah Republik
Indonesia. Jakarta. 2012
Putri, Ika Kesaktian. 2018. Upaya Penanggulangan Kenakalan Remaja Yang
Melanggar Tata Tertib Di Smk Muhammadiyah 3 Yogyakarta. Program
Studi Ilmu Kesejahteraan Sosial Fakultas Dakwah Dan Komunikasi
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta 2018 : 11,
http://digilib.uin-suka.ac.id/32832/1/13250114_BAB-I_IV_DAFTAR-
PUSTAKA.pdf diakses pada 28 November 2020 pukul 12.00 WIB
Riskesdas, 2018. Riset Kesehatan Dasar.
https://www.kemkes.go.id/resources/download/info-terkini/hasil-
riskesdas-2018.pdf Diakses 28 Oktober 2019 Pukul : 12.00 WIB
Robiansyah, Yusup. 2017. Hubungan Persepsi Visual Gambar Kesehatan Pada
Kemasan Rokok Dengan Perilaku Merokok Remaja (Studi Di Sekolah
Menengah Kejuruan Dwija Bhakti 1 Jombang Kelas X Program
66

Keahlian Teknik Komputer Dan Jaringan). Jurnal Ihsan Cendekia.


Volume 5 , No. 1, Maret (2018)
https://digilib.stikesicme-jbg.ac.id/ojs/index.php/jic/article/view/491
diakses 28 November 2020pukul 17.00 WIB
Safitri, Maicke Ratna Diliana. 2019. Hubungan Kesesakan Dengan Psycholo
Distress Pada Santri Pondok Pesantren Tradisional. Jurusan Psiko
Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang. Hlm. 3, 3
https://lib.unnes.ac.id/34839/1/1511414001_Optimized.pdf diakses pada
3 Januari 2021 Pukul 13.00 WIB
Sholeh dan Asrorun. 2017. Panduan Anti Merokok Untuk Pelajar, Guru dan
Orang Tua. Jakarta: Erlangga http://emir.co.id/panduan-anti-merokok-
untuk-pelajar-guru-dan-orang-tua/ di akses 27 November 2020 pukul :
12.30 WIB
Susenas, 2017 dalam Profil Kesehatan Provinsi Di Yogyakarta Tahun 2017
https://www.kemkes.go.id/resources/download/profil/PROFIL_KES_P
R OVINSI_2017/14_DIY_2017.pdf di akses 28 November 2020 pukul :
17.00 WIB
Ucu, Wandi Somantri. 2020. Hubungan Tingkat Pengetahuan, Jenis Kelamin
Dan Persepsi Gambar Kemasan Rokok Dengan Perilaku Merokok.
Volume
11,No.1.http://jurnal.stikescirebon.ac.id/index.php/kesehatan/article/view
/200 diakses 28 November 2020 pukul : 13.00 WIB
Virly, M. 2013. Hubungan Persepsi Tentang Bahaya Merokok dengan Perilaku
Merokok Pada Karyawan di PT Sintas Perdana Kawasan Industri
Pupuk Kunjang Cikampek. Skripsi (tidak diterbitkan). Jakarta : UIN
Syarif
HidayahtullahJakarta.http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123
456789/25951/1/MONI CA%20VIRLY-fkik.pdf di akses 22 desember
2020 pukul 15.34 WIB
Setianingsing, R., Tamtomo, D., Suryani, N. (2016). Health Belief Model:
Determinants Of Hypertension Prevention Behaviour in Adults at
Community Health Center, Sukoharjo, Central Java. Journal Of Health
Promotion and Behaviour. Vol.1 No.3:165-165. Di akses 9 maret 2021
pukul 01.00 WIB
Sugioyono. 2019. Metodologi Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif . Bandung :
alfabeta
Tantri. 2018. Hubungan Persepsi terhadap Peringatan Bahaya Merokok pada
Kemasan Rokok dengan Perilaku Merokok pada Remaja Laki-Laki di
Kota Palembang. Palembang: Universitas Sriwijaya. Jurnal Ilmiah
Kesehatan Masyarakat. Vol. 9 No. 1
http://103.208.137.59/index.php/jikm/article/view/248 diakses 10 maret
2021 pukul 20.22 WIB
Zakiyah, et al (2016). Hubungan Persepsi Label Visual Kemasan Rokok Dan
Fatwa Haram Merokok Dengan Perilaku Merokok Siswa SMP
67

Muhammadiyah 7 Surakarta. Skripsi thesis, Universitas Muhammadiyah


Surakarta. http://eprints.ums.ac.id/45671/ di akses 10 maret 2021 pukul
17.20 WIB
68

TABULASI KARAKTERISTIK RESPONDEN


No. R Umur Jenis Kelamin Semester
1 18 Laki-laki Sem IV
2 18 Laki-laki Sem IV
3 18 Laki-laki Sem IV
4 18 laki-laki Sem IV
5 18 laki-laki Sem IV
6 18 laki-laki Sem IV
7 19 laki-laki Sem IV
8 19 laki-laki Sem IV
9 18 laki-laki Sem IV
10 19 laki-laki Sem IV
11 18 laki-laki Sem IV
12 19 laki-laki Sem IV
13 19 laki-laki Sem IV
14 19 laki-laki Sem IV
15 19 laki-laki Sem IV
16 19 laki-laki Sem IV
17 19 laki-laki Sem IV
18 19 laki-laki Sem IV
19 19 laki-laki Sem IV
20 19 laki-laki Sem IV
21 19 laki-laki Sem IV
22 19 laki-laki Sem IV
23 21 laki-laki Sem VI
24 21 laki-laki Sem VI
25 21 laki-laki Sem VI
26 21 laki-laki Sem VI
27 21 laki-laki Sem VI
28 21 laki-laki Sem VI
29 21 laki-laki Sem VI
30 21 laki-laki Sem VI
31 21 laki-laki Sem VI
32 21 laki-laki Sem VI
33 21 laki-laki Sem VI
34 20 laki-laki Sem VI
35 20 laki-laki Sem VI
36 20 laki-laki Sem VI
37 20 laki-laki Sem VI
38 20 laki-laki Sem VI
39 20 laki-laki Sem VI
40 20 laki-laki Sem VI
41 20 laki-laki Sem VI
42 20 laki-laki Sem VI
43 20 laki-laki Sem VI
44 20 laki-laki Sem VI
69

45 20 laki-laki Sem VI
46 20 laki-laki Sem VI
47 20 laki-laki Sem VI
48 20 laki-laki Sem VI
49 20 laki-laki Sem VI
50 21 laki-laki Sem VI
51 20 laki-laki Sem VI
52 20 laki-laki Sem VI
53 21 laki-laki Sem VI
54 21 laki-laki Sem VI
70

STATISTIK KARAKTERISTIK RESPONDEN

Frequencies

Statistics
Usia Semester
N Valid 54 54
Missing 0 0

Frequency Table

Usia
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 18.00 8 14.8 14.8 14.8
19.00 14 25.9 25.9 40.7
20.00 18 33.3 33.3 74.1
21.00 14 25.9 25.9 100.0
Total 54 100.0 100.0

Semester
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Sem IV 22 40.7 40.7 40.7
Sem VI 32 59.3 59.3 100.0
Total 54 100.0 100.0
71

TABULASI PERSEPSI

No Pernyataan
Skor Kriteria Kategori Kode
Res 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
1 2 3 2 2 1 1 4 4 1 1 1 1 1 1 3 4 1 1 1 1 36 <36,48 Negatif 2
2 2 3 2 2 1 1 4 4 1 1 1 1 1 1 4 4 1 1 1 1 37 >36,48 Positif 1
3 1 3 2 2 1 1 4 4 1 2 2 1 1 1 1 2 1 1 1 1 33 <36,48 Negatif 2
4 1 3 1 1 1 1 4 4 1 1 1 1 1 1 3 4 1 1 1 1 33 <36,48 Negatif 2
5 1 2 2 2 1 1 4 4 1 2 1 2 2 2 1 3 1 3 1 1 37 >36,48 Positif 1
6 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 4 2 2 3 1 31 <36,48 Negatif 2
7 2 2 2 2 1 1 3 4 2 3 2 2 2 2 3 3 2 3 2 2 45 >36,48 Positif 1
8 1 1 1 1 1 1 4 4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 4 1 1 29 <36,48 Negatif 2
9 2 2 2 1 1 1 4 4 1 1 1 1 1 1 2 4 1 1 1 1 33 <36,48 Negatif 2
10 2 2 2 1 1 1 3 3 1 1 1 1 1 1 3 4 2 2 2 2 36 <36,48 Negatif 2
11 1 3 1 1 1 1 4 4 1 1 1 1 1 1 4 4 1 2 1 1 35 <36,48 Negatif 2
12 2 3 2 2 2 1 4 4 2 2 2 2 1 2 3 3 2 2 2 2 45 >36,48 Positif 1
13 1 3 1 1 1 1 3 4 1 1 1 1 1 1 1 3 1 1 1 2 30 <36,48 Negatif 2
14 1 2 1 1 1 1 4 4 1 1 1 1 1 1 2 3 1 4 1 1 33 <36,48 Negatif 2
15 1 2 2 2 1 1 4 4 1 2 2 2 2 2 2 3 1 3 2 2 41 >36,48 Positif 1
16 2 2 2 2 1 1 4 4 2 3 2 2 1 1 2 3 2 2 3 2 43 >36,48 Positif 1
17 1 1 1 1 1 1 4 4 1 4 4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 32 <36,48 Negatif 2
18 2 2 2 1 1 1 4 4 1 1 2 1 1 1 4 4 1 1 1 1 36 <36,48 Negatif 2
19 1 3 1 1 1 1 4 4 4 1 1 1 1 1 1 4 1 2 1 1 35 <36,48 Negatif 2
20 2 2 2 2 2 1 3 4 1 3 3 1 1 1 3 4 1 3 1 1 41 >36,48 Positif 1
21 2 3 2 2 1 1 2 3 2 2 2 2 2 2 3 3 2 2 2 2 42 >36,48 Positif 1
22 1 1 2 1 1 1 4 4 1 1 1 1 1 1 1 4 1 1 1 2 31 <36,48 Negatif 2
23 1 1 1 2 1 1 3 3 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 27 <36,48 Negatif 2
24 1 2 1 2 1 1 3 4 1 2 2 1 1 1 1 3 1 2 1 2 33 <36,48 Negatif 2
25 2 2 1 2 1 1 3 3 1 2 2 2 1 1 3 4 2 3 2 1 39 >36,48 Positif 1
26 2 3 1 2 1 1 4 3 1 2 1 2 2 2 2 3 2 2 1 1 38 >36,48 Positif 1
27 1 1 1 1 1 1 3 4 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 2 2 28 <36,48 Negatif 2
28 2 3 2 2 2 1 3 3 1 2 1 2 2 2 3 3 1 3 2 1 41 >36,48 Positif 1
29 1 3 2 2 1 1 3 3 1 1 1 1 2 1 1 3 1 2 1 1 32 <36,48 Negatif 2
30 2 3 2 3 1 1 4 4 1 1 1 2 1 1 3 3 1 1 1 1 37 >36,48 Positif 1
31 2 3 2 2 1 1 4 4 1 1 1 1 2 2 3 3 2 2 2 2 41 >36,48 Positif 1
32 2 2 2 2 1 1 4 4 1 2 2 2 2 1 4 4 2 2 2 1 43 >36,48 Positif 1
33 1 1 1 1 1 1 4 4 1 1 1 1 1 1 4 4 1 1 1 1 32 <36,48 Negatif 2
34 2 2 2 2 1 1 4 4 1 1 1 1 2 2 1 4 1 1 1 1 35 <36,48 Negatif 2
72

35 1 3 1 2 1 1 4 4 1 1 1 2 1 1 4 1 1 2 3 1 36 <36,48 Negatif 2
36 2 3 1 1 1 1 4 4 1 2 2 1 1 1 4 4 1 3 2 1 40 >36,48 Positif 1
37 1 2 1 1 1 1 4 4 1 1 1 1 1 1 4 4 1 1 1 1 33 <36,48 Negatif 2
38 1 2 1 2 1 1 4 4 1 1 2 1 1 2 3 4 1 1 1 1 35 <36,48 Negatif 2
39 1 3 1 1 1 1 4 4 1 1 1 1 1 2 2 3 2 2 1 1 34 <36,48 Negatif 2
40 2 3 2 2 1 1 3 4 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 39 >36,48 Positif 1
41 2 2 2 2 1 1 3 3 1 1 1 1 1 1 2 4 1 2 2 1 34 <36,48 Negatif 2
42 2 3 2 2 1 2 3 3 2 2 2 2 2 2 3 4 1 2 1 1 42 >36,48 Positif 1
43 2 2 2 2 1 1 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 40 >36,48 Positif 1
44 2 2 2 2 1 1 3 3 1 2 2 2 2 2 3 3 2 2 2 2 41 >36,48 Positif 1
45 2 2 2 1 1 1 4 4 1 1 2 1 1 1 3 4 1 1 3 1 37 >36,48 Positif 1
46 2 2 2 2 1 1 4 4 1 1 1 1 2 2 3 3 2 2 2 2 40 >36,48 Positif 1
47 1 1 2 2 1 1 3 4 1 1 2 1 1 1 1 3 2 2 2 2 34 <36,48 Negatif 2
48 1 3 1 1 1 1 3 3 1 1 2 1 2 1 2 3 1 2 2 1 33 <36,48 Negatif 2
49 2 3 2 2 1 1 2 4 1 2 2 2 1 1 2 3 1 2 2 2 38 >36,48 Positif 1
50 2 3 2 2 1 1 4 4 1 2 2 2 2 1 3 4 1 3 2 2 44 >36,48 Positif 1
51 1 3 1 1 1 1 4 4 1 1 1 1 1 2 3 4 1 2 1 1 35 <36,48 Negatif 2
52 3 3 2 3 1 1 4 4 2 1 2 2 1 2 4 4 1 1 1 1 43 >36,48 Positif 1
53 2 2 2 1 1 1 3 4 1 1 2 1 1 1 2 3 2 2 2 2 36 <36,48 Negatif 2
54 1 2 2 2 1 1 4 4 1 1 1 1 1 1 3 4 2 2 1 1 36 <36,48 Negatif 2
Total 85 125 88 89 57 55 191 201 64 80 82 73 71 72 132 174 73 102 83 73 1970
Mean 1,57 2,31 1,63 1,65 1,06 1,02 3,54 3,72 1,19 1,48 1,52 1,35 1,31 1,33 2,44 3,22 1,35 1,89 1,54 1,35 36,48
Modus 2 3 2 2 1 1 4 4 1 1 1 1 1 1 3 4 1 2 1 1 33
73

TABULASI PERILAKU MEROKOK

Pernyataan
No Res Skor (x) Kriteria Kategori Kode
1 2 3 1 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 17 x<32 Ringan 3
2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16 x<32 Ringan 3
3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16 x<32 Ringan 3
4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16 x<32 Ringan 3
5 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16 x<32 Ringan 3
6 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16 x<32 Ringan 3
7 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16 x<32 Ringan 3
8 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16 x<32 Ringan 3
9 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16 x<32 Ringan 3
10 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16 x<32 Ringan 3
11 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16 x<32 Ringan 3
12 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16 x<32 Ringan 3
13 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16 x<32 Ringan 3
14 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16 x<32 Ringan 3
15 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16 x<32 Ringan 3
16 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16 x<32 Ringan 3
17 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16 x<32 Ringan 3
18 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 17 x<32 Ringan 3
74

19 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16 x<32 Ringan 3
20 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16 x<32 Ringan 3
21 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16 x<32 Ringan 3
22 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16 x<32 Ringan 3
23 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16 x<32 Ringan 3
24 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16 x<32 Ringan 3
25 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16 x<32 Ringan 3
26 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16 x<32 Ringan 3
27 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16 x<32 Ringan 3
28 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16 x<32 Ringan 3
29 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16 x<32 Ringan 3
30 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16 x<32 Ringan 3
31 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16 x<32 Ringan 3
32 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16 x<32 Ringan 3
33 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16 x<32 Ringan 3
34 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16 x<32 Ringan 3
35 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16 x<32 Ringan 3
36 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16 x<32 Ringan 3
37 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16 x<32 Ringan 3
38 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16 x<32 Ringan 3
39 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16 x<32 Ringan 3
40 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16 x<32 Ringan 3
41 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16 x<32 Ringan 3
42 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16 x<32 Ringan 3
43 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16 x<32 Ringan 3
44 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16 x<32 Ringan 3
45 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16 x<32 Ringan 3
46 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16 x<32 Ringan 3
75

47 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16 x<32 Ringan 3
48 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16 x<32 Ringan 3
49 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16 x<32 Ringan 3
50 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16 x<32 Ringan 3
51 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16 x<32 Ringan 3
52 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16 x<32 Ringan 3
53 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16 x<32 Ringan 3
54 1 2 2 2 4 1 4 1 4 3 4 4 2 2 2 2 40 <32x<48 Sedang 2
Total 55 57 58 56 63 60 64 62 66 66 68 69 68 69 71 71 890
Mean 1,1 1,1 1,1 1,1 1,2 1,2 1,2 1,2 1,3 1,3 1,3 1,3 1,3 1,3 1,4 1,4 17,1
Modus 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16
76

DESKRIPTIF STATISTIK PERSEPSI DAN PERILAKU MEROKOK

Frequencies

Statistics
persepsi remaja
N Valid 54
Missing 0

persepsi remaja
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid positif 24 44.4 44.4 44.4
negatif 30 55.6 55.6 100.0
Total 54 100.0 100.0

Frequencies

Statistics
perilaku merokok
N Valid 54
Missing 0

perilaku merokok
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid sedang 1 1.9 1.9 1.9
ringan 53 98.1 98.1 100.0
Total 54 100.0 100.0
77

HASIL UJI STATISTIK

Nonparametric Correlations

Correlations
perilaku
persepsi remaja merokok
Kendall's tau_b persepsi remaja Correlation Coefficient 1.000 -.123
Sig. (2-tailed) . .371
N 54 54
perilaku merokok Correlation Coefficient -.123 1.000
Sig. (2-tailed) .371 .
N 54 54
Spearman's rho persepsi remaja Correlation Coefficient 1.000 -.123
Sig. (2-tailed) . .376
N 54 54
perilaku merokok Correlation Coefficient -.123 1.000
Sig. (2-tailed) .376 .
N 54 54

*. Corelation is significant at the 0.05 level (2-tailed).


78

TABULASI SILANG

Crosstabs

Case Processing Summary


Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
persepsi remaja * perilaku
54 100.0% 0 0.0% 54 100.0%
merokok

persepsi remaja * perilaku merokok Crosstabulation


perilaku merokok
sedang ringan Total
persepsi remaja positif Count 0 24 24
% within persepsi remaja 0.0% 100.0% 100.0%
% within perilaku merokok 0.0% 45.3% 44.4%
negatif Count 1 29 30
% within persepsi remaja 3.3% 96.7% 100.0%
% within perilaku merokok 100.0% 54.7% 55.6%
Total Count 1 53 54
% within persepsi remaja 1.9% 98.1% 100.0%
% within perilaku merokok 100.0% 100.0% 100.0%
79

Anda mungkin juga menyukai