Anda di halaman 1dari 24

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEBERHASILAN BERHENTI

MEROKOK PADA REMAJA DALAM AKTIVITAS SEHARI-HARI DI


KELURAHAN BEO BARAT KECAMATAN BEO

PROPOSAL

OLEH :

Chiquitita Tuwongkesong

NIM. 1814201243

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN INDONESIA

FAKULTAS KEPERAWATAN

MANADO

2021
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
World Health Organization (WHO) tahun 2018 mengungkapkan jumlah
perokok dunia saat ini telah mencapai 1,1 miliar orang. Terdapat diantaranya 17 juta
remaja laki-laki yang merokok dan 7 juta remaja perempuan (World Health
Organization, 2018).
Hasil dari riset kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2018, perilaku merokok
pada penduduk Indonesia usia 10-18 tahun masih belum terjadi penurunan dari
2013 hingga 2018. Angka ini,bahkan cenderung mengalami peningkatan dari 7,2%
pada tahun 2013, menjadi 8,8% pada tahun 2016, serta 9,1% pada tahun 2018
(Kementerian Kesehatan Republik Indonesia,2018).
Tingginya kebiasaan merokok dikalangan remaja disebabkan karena rasa
ingin tahu remaja yang tinggi dan juga ingin melakukan kegiatan seperti orang
dewasa (Melda,2017). Hal ini ditambah pula dengan iklan dan promosi yang
dilakukan oleh perusahaan rokok (Purnaningrum,Joebagio &Murti, 2017).
Fenomena tersebut memotivasi banyak negara untuk memberikan peringatan
bahaya merokok melalui kebijakan-kebijakan yang akan diterapkan.
World Health Organization (WHO) menjelaskan rokok menjadi penyebab
utama kanker di dunia. Survey dari WHO 8,2 juta orang meninggal karena penyakit
kanker dan sebanyak 1,6 juta orang atau sekitar 20% dari 8,2 juta orang mati karena
perilaku merokok. Pada tahun 2030 WHO memprediksi sekitar 8 juta orang
meninggal karena rokok (Ilham, 2015).
Sekitar 443.000 remaja meninggal karena tembakau setiap tahunnya, dan
jumlah perokok di Amerika serikat pada tahun 2011 sekitar 43.000.000 (Sunil &
Neha, 2015). Data pelajar dari Universitas Oslo diperoleh (Nowergia=211) dan dari
Universitas Granada Spanyol (N=205) dimana pelajar merokok satu batang perhari
menyatakan alasan merokok karena mencontoh perilaku seseorang (Jostien, 2011).
Berdasarkan survey data perilaku merokok, remaja pada umumnya dilaporkan
melalui perilaku merokok pada usia 18 tahun (Hammond,2011).
Indonesia Negara berkembang memiliki penduduk yang tingkatlonsumsi
rokok dan produksi rokok tinggi. Penelitian menunjukan,Indonesia menempati
peringkat empat dunia menjadi Negara yang berpendudukpaling gemar merokok.
Hamper 140 juta orang mengkonsumsi tembakau setiap harinya. Dari tahun
ketahun, konsumsi rokok meningkat gingga menembus angka 199 miliar batang,
yang mengakibatkan tingginya kematian mencapai 5 juta orang setiap tahun
(Kholish, 2011).
Indonesia menduduki urutan ke 5 populasi dan konsumsi rokok, setelah
negara China, Amerika Serikat, Rusia dan Jepang dengan jumlah konsumsi 220
miliar batang tembakau pada tahun 2005. Masalah kesehatan yang ditimbulkan oleh
rokok semakin tahun akan bertambah berat kaena 2 diantara 3 orang laki-laki
merupakan perokok aktif. Bahaya yang dapat terjadi lagi 85,4% perokok aktif
melakukan perilaku merokok didalam rumah yang dapat mengakibatkan ancaman
bagi kesehatan lingkungan. Setidaknya 43 juta anak indinesia serumah dengan
perokok dan terkena asap dari rokok. Hal itu dapat mengakibatkan pertumbuhan
paru-paru yang lambat, sehingga mudah terkena penyakit bronkitis dan infeksi
pernapasan, gangguan telinga, dan asma (Kemenkes RI,2009).
Individu dikatakan perokok berat bila capaian 20 batang rokok perhari,
dikategorikan sebagai perokok sedang bila capaian 5-14 batang rokok perhari, dan
dikategorikan perokok ringan bila capaian 1-4 batang rokok perhari(Ardini &
Hendriani,2012).
Masa remaja merupakan masa peralihan antara anak-anak menuju dewasa,
pada masa ini remaja tidak dapat dikatakan anak-anak namun juga belum cukup
matang menjadi seorang dewasa karena usia remaja adalah masa bersenang-senang,
mencari pengalaman sebanyak-banyaknya namun masih memiliki emosi yang labil
dan masa mencari jati diri. Salah satu tugas perkembangan masa remaja seperti
yang dikemukakan Hurlock (2012) merupakan masa mencapai hubungan baru yang
lebih matang dengan teman sebaya baik pria maupun wanita dan mencapai
kemandirian emosional dari orangtua dan orang-orang dewasa lainnya. Orang tua
memiliki peran yang banyak pada perkembangan remaja, akan tetapi apabila nilai-
nilai orang dewasa bertentangan dengan teman sebaya maka remaja akan memilih
teman sebaya demi mendapatkan dukungan teman-teman yang menentukan
kehidupan sosial mereka. Sebagian besar remaja ingin diterima oleh teman-teman
sebayanya, tetapi hal ini sering kali diperoleh dengan perilaku yang oleh orang
dewasa dianggap tidak bertanggung jawab salah satunya perilaku merokok
(Hurlock,2012). Pendapat ini sejalan denganpenelitian yang dilakukan oleh
Chotidjah (2012) sebagian besar perokok remaja pertama mengenal rokok dari
teman-teman mereka (63,63%), orangtua (16,36%) dan keluarga (12,72%) yang
merupakan orang paling dekat dalam kehidupan sosial mereka.
Remaja perokok pada awalnya hanya ikut-ikutan dengan teman, iseng, agar
lebih tenang pada waktu berpacaran, berani ambil resiko, karena bosan dan tidak
ada yang sedang dilakukan, dan supaya kelihatan seperti orang dewasa
(Nainggolan,2009) namun, lama-kelamaan hal tersebut menjadi suatu kebiasaan
yang sulit untuk dihindari dan dihentikan yang disebabkan karena dampak
ketergantungan yang ditimbulkan oleh rokok.rokok juga dapat menjadi jalan bagi
remaja untuk melakukan penyimpangan lain seperti minuman keras dan narkoba.
Merokok pada remaja umumnya semakin lama akan semakin meningkat sesuai
tahap perkembangannya dan sering mengakibatkan mereka mengalami
keterkantungan nikotin, sehingga seseorang awalnya merasakan sensai rokok, lama
kelamaan sensasi tersebut akan brtambah dan remaja akan mencoba hal-hal baru
yang lebih menantang sepertiminuman keras dan narkoa. Pernyataan tersebut
sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Efendi (dalam Lestari &
Purwandari, 2012) yang menyatakan bahwa perilaku merokok bisa menjadi pintu
masuk pertama terhadap perilaku negative yang lain seperti minum alcohol,
narkoba, agresif dan destruktif.
Merokok tidak hanya merugikan dari segi kesehatan, akan tetapi juga merugikan
dari segi ekonomi karena mereka harus mengeluarkan uang untuk membeli rokok.
Tingginya angka perokok di Indonesia disebabkan oleh beberapa factor, salah
satunya adalah faktor keluarga. Keluarga mampu melindungi remaja dari rokok dan
keluarga juga berpengaruh terhadap munculnya perilaku merokok pada remaja.
Menurut penelitian Septiana, Syahrul & Hermansyah (2016),
Keluarga menjadi salah satu faktor yang dapat melindungi remaja dari
perilaku merokok. Berdasarkan penelitian Suharyanta, Widiyaningsih & Sugiono
(2018), mengatakan bahwa terdapat pengaruh peran orangtua dalam pencegahan
merokok pada anak. Namun demikian keluarga juga dapat menjadi salah satu faktor
yang memicu timbulnya perilaku merokok pada remaja. Salah satu fungsi keluarga
yang mampu mencegah perilaku merokok yaitu fungsi komunikasi dengan
menggunakan komunikasi terbuka dalam menyampaikan pesan, informasi, nasehat,
dan motivasi di dalam keluarga sehingga bisa mencegah perilaku merokok pada
remaja.
Sikap keluarga yang baik mendorong sangat penting dalam memajukan anaknya
agar tidak terjerumus dalam perilaku kenakalan remaja, contohnya merokok. Jika
perilaku merokok remaja ini dibiarkan maka akan merusak moralbangsa dan akan
berbahaya bagi kesehatan remaja.
Berdasarkan latar belakang tersebut diatas maka peneliti tertarik untuk
mengadakan penelitian tentang hubungan dukungan keluarga dengan keberhasilan
berhenti merokok pada remaja dalam beraktivitas di kelurahan beo barat kecamatan
beo.

B. Rumusan masalah
Apakah ada hubungan dukungan keluarga dengan keberhasilan berhenti merokok
pada remaja dalam beraktivitas di kelurahan beo barat kecamatan beo ?

C. Tujuan penelitian

1. Tujuan Umum :
Untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan keberhasilan berhenti
merokok pada remaja dalam beraktivitas di kelurahan beo barat kecamatan beo
2. Tujuan Khusus :
a) Mengidentifikasi dukungan keluarga pada remaja dalam beraktivitas di
kelurahan beo barat kecamatan beo
b) Mengidentifikasi keberhasilan berhenti merokok pada remaja di
kelurahan beo barat kecamatan beo
c) Menganalisa hubungan dukungan eluarga dengan keberhasilan berhenti
merokok pada remaja dalam beraktivitas di kelurahan beo barat
kecamatan beo

D. Manfaat penelitian
1. Bagi institusi pelayanan keperawatan
Sebagai penambah informasi untuk mahasiswa jurusan keperawatan dalam
melakukan penelitian terutama yang berkaitan dengan keberhasilan berhenti
merokok pada remaja dan memberikan masukan atau saran yang berguna untuk
disampaikan pada keluarga yang memiliki anak yang merokok
2. Bagi institusi pendidikan
Hasil penelitian ini dapat disumbangkan untuk perkembangan ilmu serta dapat
menjadi acuan dan salah satu informasi bagi penelitian selanjutnya.
3. Bagi keluarga
Sebagai infomasi dan masukan bagi keluarga dalam memberikan dukungan
kepada remaja yang merokok
4. Bagi peneliti lanjutan
Peneliti dapat memperluas wawasan serta menjadi pengalaman yang sangat
berharga dalam mengaplikasikan pengetahuan yang diperoleh selama
pendidikan

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Merokok pada remaja


1. Pengertian merokok
Merokok merupakan salah satu masalah kesehatan karena tingkat
penggunaanya masih tinggi di Indonesia. Data dari riset kesehatan dasar
(Riskesdas) menyatakan bahwa terdapat peningkatan prevalensi merokok
penduduk umur 10 tahun dari 28,8% pada tahun 2013 menjadi 29,3% pada
tahun 2018. Pada saat sekarang ini, kebiasaan merokok tidak hanya menjadi
masalah pada orang dewasa, namun juga semakin marak pada kalangan anak
dan remaja. Hal ini dibuktikan dengan meningkatny prevalensi merokok pada
populasi usia 10-18 tahun yakni sebesar 1,9% dari tahun 2013 (7,2%) ke tahun
2018 (9,1%) berdasarkan data riset kesehatan dasar (Riskesdas). Tentu angka
kenaikan ini tidak kecil karena terkait dengan masalah kesehatan yang harus
dialami oleh anak remaja tersebut kedepannya. Anak-anak dan remaja di
Indonesia perlu terus ditingkatkan kesadarannya tentang dampak bahaya dari
penggunaan rokok.
a. Perokok terbagi atas :
1) Perokok aktif
Perokok aktif adalah seseorang dengan sengaja menghisap lintingan
atau gulungan tembakau yang dibungkus biasanya dengan kertas. Secara
langsung mereka juga menghirup asap rokok yang mereka hembuskan dari
mulut mereka. Tujuan mereka merokok pada umumnya adalah untuk
menghangatkan badan mereka dari suhu yang dingin. Tapi seiring
perjalanan waktu pemanfaatan rokok disalah artikan,sekarang rokok
dianggap sebagai suatu sarana untuk membuktikan jati diri bahwa mereka
yang merokok adalah “keren”.

Ciri-ciri fisik seorang perokok :


 Gigi kuning karena nikotin
 Kuku kotor karena nikotin
 Mata pedih
 Sering batuk-batuk
 Mulut dan nafas bau rokok
2) Perokok pasif
Perokok pasif adalah seseorang atausekelompok orang yang
menghirup asap rokok orang lain. Telah terbukti bahwa perokokpasif
mengalami risiko gangguan kesehatan yang sama seperti perokok aktif,
yaitu orang yang menghirup asap rokoknya sendiri.

Adapun gejala awal yang dapat timbul pada perokok pasif :


 Mata pedih
 Hidung beringus
 Tekak yang serak
 Pening/pusing kepala

Apabila perokok pasif terus-menerus “menekuni” kebiasaannya, maka akan


mempertinggi risiko gangguan kesehatan, seperti :

 Kanker paru-paru
 Serangan jantung dan mati mendadak
 Bronchitis akut maupun kronis
 Emfisema
 Flu dan alergi, serta berbagai penyakit pada organ tubuh
sepertiyang disebutkan di atas.

b. Faktor yang mendorong untuk merokok


1) Ingin mencoba cita rasa yang dijanjikan oleh iklan rokok serta harga yang
murah dan mudah didapat
2) Ingin tampil macho, gaul, dianggap dewasa
3) Setia kawan
4) Persepsi bahwa rokok dapat menghilangkan rasa stress
5) Bersosialisasi, saat berada dikomunitas yang sedang merokok
6) Mengusir rasa sepi, jenuh, galau

c. Cara menghindari pengaruh untuk merokok


1) Hindari berkumpul dengan teman-teman yang sedang merokok
2) Yakinlah, bahwa rokok bukan satu-satunya sarana pergaulan
3) Jangan malu mengatakan bahwa diri kita bukan perokok
4) Perbanyak mencari informasi tentang bahaya rokok
5) Hindari sesuatu yang terkait tentang rokok (sponsor, iklan,poster, rokok
gratis)
6) Lakukan hal-hal positif lainnya, seperti: olahraga, membaca atau hobi lain
yang menyehatkan

2. Pengertian masa remaja


Menurut (Ariska, 2014) masa remaja adalah masa peralihan dari
kanak-kanak ke usia dewasa. Pada masa inilah masa yang sangat rawan oleh
pengaruh-pengaruh negative yang sangat berbahaya, jika dalam masa ini tidak
mendapatkan bimbingan dan informasi yang tepat seringkali terjadi masalah
yang bisa mempengaruhi masa depan remaja salah satunya yaitu merokok.
Menurut (Vita, 2010) perilaku merokok pada remaja merupakan fungsi dari
lingkungan dan individu. Artinya , perilaku merokok selain disebabkan factor-
faktor dari dalam diri, juga disebabkan factor lingkungan.
Alasan remaja menjadi target pemasaran rokok, di antaranya :
a) Mudah terpengaruh oleh sesuatu yang baru, unik dan menarik
b) Selalu mengikuti tren mode termasuk rokok
c) Akan loyal kepada merek rokok pertama kali yang dihisap

a. Fase remaja
Masa remaj sangat penting. Oleh karena itu, beberapa ahli membagi masa
remaja menjadi 3 fase ( Hockenberry, 2009). Fase-fase tersebut antara lain :
1) Masa remaja awal (11-14 tahun)
Selama tahap remaja awal, remaja merasa harus menjadi bagian
dari kelompok, sebab kelompok dapat memberikan status kepada
dirinya (Wong, 2008). Remaja akan berusaha mengikuti gaya kelompok,
mulai dari gayaberpakaian, merias wajah, serta enata rambut dengan
kreteria yang dianut oleh kelompo. Remaja berusaha untuk menjadi
bagian dengan cara-cara demikian. Sebab, menjadi individu yang
berbeda dari kelompok dapat menyebabkan remaja tidak dapat diterima,
bahkan diasingkan oleh kelompok (Hockenberry, 2009).
2) Masa remja pertengahan (15-17 tahun)
Masa ini ditandai dengan berkembangnya kemampuan berpikir
yang baru, mampu mengarahkan diri sendiri(self direct),mulai
mengembangkan kematangan tingkah laku, belajar mengendalikan diri,
dan membuat keputusan awal yang berkaitan dengan tujuan yang ingin
dicapai (Hockenberry, 2009)
3) Masa remaja akhir ( 18-20 tahun)
Masa ini ditandai dengan persiapan akhir remaja untuk
memasuki eran dewasa. Selain periode ini,remaja berusaha
memantapkan tujuan dan mengembangkan identitas personal
( Hockenberry, 2009). Ciri dari tahap iniadalah :
 Remaja memiliki keinginan yang kuat untuk menjadi pribadi yang
matang
 Remaja berusaha agar dapat diterim dalam kelompok teman sebaya
serta orang dewasa (Hockenberry,2009)

b. Perkembangan pada masa remaja


Setiap individu yang memasuki usia remaja akan mengalami bebagai
perkembangan pada dirinya. Berikut ini adalah berbagai perbembangan yang
dialami oleh remaja (Wong,2008)

1) Perkembangan fisik
Perubahan fisik pada masa pubertas merupakan hasil perubahan
hormonal yang berada dibawah pengaruh system saraf pusat. Perubahan
fisik yang sangat jelas tampak pada pertumbuhan fisik serta pada
penampakan dan perkembangan karakteristik seks sekunder. Perbedaan
fisik antar kedua jenis kelamin ditentukan berdasarkan kedua
karakteristik, yaitu : (1) karakteristik seks primer merupakan organ
eksternal dan internal yang melaksanakan fungsi reproduksi (missal:
ovarium, uterus, payudara, penis) ; dan (2) karakteristik seks sekunder
yang merupakan perubahan diseluruh tubuh sebagai hasil dari
perubahan hormonal (misal: perubahan suara, munculnya rambut
pubertas,penumpukan lemak) tetapi tidak berperan langsung dalam
fungsi reproduksi.
2) Perkembangan emosional
Remaja sering dijuluki sebagai orang yang labil tidak
konsisten, dan tidak dapat diterka. Hal nin dikarenakan status
emosional remaja masih belum stabil. Remja awal beraksi cepat dan
emosional sedangkan remaja akhir sudah mampu mengendalikan
emosi hingga mendapatkan situasi dan kondisi yang tepat untuk
mengekspresikan dirinya.
3) Perkembangan kognitif
Piaget menjelaskan bahwa perkembangan kognitif pada remaja
mencapai puncaknya pada kemampuan berpikir abstrak. Remaja sudah
memiliki pola piker sendiri sebagai upaya untuk menyelesaikan
permasalahan yang kompleks dan abstrak.
4) Perkembangan moral
Konlberg menyebutkan bahwa pada masa remaja mulai
terbentuk sikap autonomi. Remaja sudah memiliki suatu prinsip yang
diyakini, mulai memikirkan keabsahan dari pemikiran yang ada serta
mencari dan mempertimbangkan cara-cara alternative untuk mencapai
tujuan.
5) Perkembangan spiritual
Perkembangan spiritual remaja ditandai dengan munculnya
pertanyaan terkait nilai yang dianut keluarga. Remaja akan
mengeksplorasi kebeadaan Tuhan dan membandingkan agamanya
dengan orang lain. Hal ini dapat menyebabkan remaja seringkali
mempertanyakan kepercayaan yang dianut oleh diri remaja sendiri.
6) Perkembangan sosial
Perkemangan sosial remaja ditandai dengan kemampuan
bersosialisasi yang kuat, mulai membebaskan diri dari dominasi
keluarga, serta menetapkan identitas yang mandiri dari wewenang
orangtua.
7) Perkembangan konsepdiri
Perkembangan konsep diri remja ditandai denganmenerima
perubahan, tubuh menggali tujuan hidup untuk masa depan, menilai
positif tentang dirinya sendiri, dan terjalin hubungan dengan lawan
jenis. Perkemangan konsep diri, hususnya harga diri, akan terus
mengalami perkembangan.
8) Perkembangan psikososial
Perkembangan psikososial dicirikan dengan tingginya inisiatif
dan kesenangan remaja untuk mencoba suatu hal yang baru. Latar
belakang emaja mulai merokok berkaitan dengan adanya krisis aspek
psikososial pada masa perkembangannya, yaitumasa ketika remaja
sedang mencari jati diri dan memiliki inisiatif tinggi untuk mencoba
hal-hal baru yang menantang (Mubarok,2009).

3. Berhenti merokok
Penghentian merokok adalah niat perokok umtuk berhenti
merokok.namun,kerap perokok sangat sulit lepas dari kebiasaan yang berbahaya
bagi kesehatan ini.

a. Factor yang membuat sulit berhenti merokok


Ketika seseorang telah kecanduan rokok, nikotin yang terkandung
dalam tembakau merangsang otak untuk melepas zat yang memberi rasa
nyaman (DOPAMINE).
Seorang pecandu saat tidakmerokok, mengalami gejala putus nikotin seperti:
1) Rasa tidak nyaman
2) Sulit konsentrasi
3) Mudah marah

Untuk mempertahankan rasa nyaman, timbul dorongan untuk merokok


kembali, inilah awal dari proses kecanduan.

4. Manfaat berhenti merokok


1) Tekanan darah, denyut nadi dan aliran darah tepi membaik (20 menit)
2) Hampir semua nikotin dalam tubuh sudah di metabolism, kadar CO dalam
darah kembali normal (12 jam)
3) Nikotin mulai tereliminasi dari tubuh.fungsi pengecap dan penciuman mulai
membaik. System kardiovaskuler meningkat baik (1-2 hari)
4) Sebagian besr metabolit nikotin dalam tubuh sudah hilang. Fungsi
perasa/pengecap dan pembaujauh lebih membaik.sistem kardiovaskuler terus
meningkat (5 hari)
5) Fungsi silia saluran nafas dan fungsi paru membaik. Napas pendek dan
batuk-batuk berkurang ( 2-6 minggu)
6) Risiko penyakit jantung coroner menurun setengahnya (1 tahun)
7) Risiko stroke menurun pada level yang sama seperti orang tidak pernah
merokok ( 5 tahu)
8) Risiko kanker paru berkurang setengahnya (10 tahun)

5. Cara dan langkah berhenti merokok


Ada 3 cara dan langkah berhenti merokok,yaitu :
1) Penundaan
Menunda saat menghisap rokok pertama,2 jam setiap hari dari hari
sebelumnya. Jumlah rokok yang dihisap tidak dihitung. Misalnya kebiasaan
menghisap pertama rata-rata jam 07.00 pagi. berhenti merokok direncanakan
dalam 7 hari, maka rokok pertama ditund waktunya, yaitu : hari 1 (jam
09.00), hari 2 (jam 11.00), hari 3 (jam 13.00), hari 4 (jam 15.00), hari 5 (jam
17.00), hari 6 (jam 19.00), hari 7 (jam 21.00- terakhir).
2) Berhenti seketika
Hari ini anda masih merokok, besok anda berheti sama sekali. Untuk
kebanyakan orang cara ini yang paling berhasil.
3) Pengurangan
Jumlah rokok yang dihisap setiap hari dikurangi secara berangsur-angsur
dengan jumlah yang sama sampai 0 batang pada hari yang ditetapkan.
Misalnya : hari pertama 10 batang. Lalu selang 1 atau 2 hariturun jdi 8
batang dan seterusnya. Untuk cara ke-3 harus sejak awal ditentukan pola
penurunannya dan tanggal berapa berhenti menjadi nol, dan tanggal itu harus
diberitahu ke keluarga, kerabat dan lain-lain agar mereka dapat membantu
mengingatkan.

B. Peran keluarga dan kader untuk menciptakan rumah tanpa asap rokok
1) Memberikan penyuluhan tentang pentingnya perilaku tidak merokok kepada
seluruh anggota keluarga
2) Menggalang kesepakatan keluarga untuk menciptakan rumah tangga tanpa
asap rokok
3) Menegur anggota rumah tangga yang merokok didalam rumah
4) Tidak memberi dukungan kepada orang yang merokok dalam bentuk
apapun,antaralain dengan tidak memberikan kesempatan kepada siapapun
untuk merokok didalam rumah, tidak menyediakan asbak
5) Tidak menyuruh anaknya untuk membelikan rokok untuknya
6) Orangtua bisa menjadi panutan dalam perilaku tidak merokok
7) Melarang anak tidak merokok bukan karena alasan ekonomi,tetapi justru
karena alasan kesehatan

Sikap permisif orangtua yang memberikan pengawasan yang sangat longgar


memberikan kesempatan pada anaknya untuk melakukan sesuatu tanpa
pengawasan yang cukup, orangtua cenderung tidak menegur atau
memperingatkan anak apabila sedang dalam bahaya. Sehingga dengan mudah
anak terpengaruhi hal-hal yang negative salah satunya merokok (Ariska, 2014).

C. Dukungan keluarga
1. Pengertian dukungan keluarga
Dukungan keluarga menurut Friedman (2013) adalah
sikap,tindakan penerimaan keluarga terhadap anggota keluarganya, berupa
dukungan informasional, dukungan penilaian, dukungan instrumental dan
dukungan emosional. Jadi dukungan keluarga aalah suatu bentuk hubungan
interpersonal yang meliputi sikap, tindakan dan penerimaan terhadap
anggota keluarga, sehingga anggota keluarga merasa ada yang
memperhatikan. Orang yang berada dalam lingkungan sosial yang suportif
umumnya memiliki kondisi yang lebih baik dibandingkan rekannya yang
tanpa keuntungan ini, karena dukungan keluarga dianggap dapat mengurangi
atau menyangga efek kesehatan mental individu.
Dukungan keluarga adalah bantuan yang dapat diberikan kepada anggota
keluarga lain berupa barang, jasa, informasi dan nasihat yang mamou
membuat penerima dukungan akan merasa disayang, dihargai, dan tentram.
Dikungan ini merupakan sikap, tindakan dan penerimakeluarga terhadap
penderita yang sakit. Anggota keluarga memandang bahwa orang yang
bersifat mendukung akan selalu siap memberi pertolongan dan bantuan yang
diperlukan. Dukungan keluarga yang diterima salah satu anggota keluarga
dari anggota keluarga yang lainnya dalam rangka menjalankan fungsi-
fungsiyang terdapat dalam sebuah keluarga. Bentuk dukungan keluarga
terhadap anggota keluarga adalah secara moral atau material. Adanya
dukungan keluarga akan berdampak pada peningkatan rasa percaya diri pada
penderita dalam menghadapi proses pengobatanpenyakitanya (Misgiyanto &
Susilawati, 2014).

2. Bentuk dan fungsi dukungan keluarga


Friedman (2013) membagi bentuk dan fungsi dukungan keluarga
menjadi 4 dimensi yaitu :
a) Dukungan emosional
Dukungan emosional adalah keluarga sebagai tempat yang aman
dan damai untuk istirahat dan pemulihan serta membantu penguasaan
terhadap emosi. Aspek-aspek dari dukungan yang diwujudkan dalam bentuk
afeksi, adanya kepercayaan, perhatian, mendengarkan dan didengarkan.
Dukungan emosional melibatkan ekspresi empati, perhatian, pemberian
semngat, kehangatan pribadi,cinta, atau bantun emosional (Friedman, 2013).
Dengan semua tingkah laku yang mendorong perasaan nyaman dan
mengarahkan individu untuk percaya bahwa ia dipuji, dihormati dan dicintai,
bahwa orang lain bersedia untuk memberikan perhatian (Sarafino & Smith,
2011)
b) Dukungan instrumental
Dukungan instrumental adalah keluarga berfungsi sebagai
pemberi informasi, dimana keluarga menjelaskan tentang pemberian saran ,
sugesti, informasi yang dapat digunakan mengungkapkan suatu masalah.
Aspek-aspek dalam dukungan ini adalah nasehat, usulan, saran, petunjuk dan
pemberian informasi (Friedman, 2013).
c) Dukungan penilaian atau penghargaan
Dukungan penilaian atau penghargan adalah keluarga bertindak
membimbing dan menengahi pemecahan masalah, sebagai sumber dan
validator identitas keluarga diantaranya memberikan support, penghargaan,
dan perhatian (Friedman,2013).

Sedangkan menurut Indriyani (2013) membagi dukungan keluarga menjadi 3


jenis,yaitu :

a) Dukungan fisiologis
Dukungan fisiologis merupakan dukungan yang dilakukan dalam
bentuk pertolongan dalam aktivitas sehari-hari yang mendasar, seperti dalam
hal amndi, menyiapkan makanan dan memperhatikan gizi, toileting,
menyediakan tempat tertentu atau ruang khusus, merawat seseorang bila
sakit, membantu kegiatan fisik sesuai kemampuan, seperti senam,
menciptakan lingkungan yang aman, dan lain-lain.
b) Dukungan psikologis
Dukungan psikologis yakni ditunjukan dengan memberikan
perhatian dan kasih sayang pada anggota keluarga, memberi rasa aman,
membantu menyadari dan memahami tentang identitas. Selain itu meminta
pendapat atau melakukan diskusi, meluangkan waktu bercakap-cakap untuk
menjaga komunikasi yang baik dengan intonasi atau nada bicara jelas, dan
sebagainya.
c) Dukungan sosial
Dukungan sosial diberikan dengan cara menyarankan individu
untuk mengikuti kegiatan spiritual seperti ibadah, perkumpulan, memberikan
kesempatan untuk memilih fasilitas kesehatan sesuai dengan keinginan
sendiri, tetap menjaga interaksi dengan orang lain,dan memperhatikan
norma-norma yang berlaku.

3. Faktor yang mempengaruhi dukungan keluarga


Menurut Friedman (2013) ada bukti kuat dari hasil penelitian yang
menyatakan bahwa keluarga besar dan keluarga kecil secara kualitatif
menggambarkan pengalaman-pengalaman perkembangan. Anak-anak yang
berasal dari keluarga kecil menerima lebih banyak perhatian dari pada anak-
anak yang berasal dari keluarga yang lebih besar. Selain itu dukungan keluarga
yang diberikan oleh orangtua (khususnya ibu) juga depengaruhi oleh usia. Ibu
yang masih muda cenderung untuk lebih tidak bisa merasakan atau mengenali
kebutuhan anaknya dan juga lebih egosentris dibandingkan ibu-ibu yang lebih
tua.
Friedman (2013) juga menyebutkan bahwa factor yang mempengaruhi
dukungan keluarga dalah kelas sosial ekonomi meliputi tingkat pendapatan atau
pekerjaan dan tingkat pendidikan. Dalam keluarga kelas menengah, suatu
hubungan yang lebih demokratis dan adil mungkin ada, sementara dalam
keluarga kelas bahwa, hubungan yang ada lebih otoritas dan otokrasi. Selain itu
orangtua dan kelas sosial menengah mempunyai tingkat dukungan, afeksi dan
keterlibatan ynag lebih tinggi dari pada orangtua dengan kelas sosial bawah .
factor lainnya dalah tingkat pendidikan, semakin tinggi tingkat pendidikan
kemungkinan semakin tinggi dukungan yang diberikan pada keluarga yang
sakit.

4. Tugas keluarga dalam bidang kesehatan


Menurut Andarmoyo (2012) tugas kesehatan keluarga adalah sebagai berikut :
a) Mengenal masalah kesehatan
b) Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat
c) Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit
d) Mempertahankan atau menciptakan suasana rumah yang sehat
e) Mempertahankan hubungan dengn menggunakan fasilitas kesehatan
masyarakat

Menurut Donsu (2015) tugas keluarga adalah :

a) Pemeliharaan fisik keluarga dan para anggotanya


b) Pemeliharaan sumber-sumber daya yang ada dalam keluarga
c) Pembagian tugas masing-masing anggotanya sesuai dengan kedudukannya
masing-masing
d) Sosialisasi antar anggota keluarga
e) Pengaturan jumlah anggota keluarga
f) Pemeliharaan ketertiban anggota keluarga
g) Penempatan anggota-anggota keluarga dalam masyarakat ang lebih luas
h) Membangkitkan dorongan dan semangat para anggota keluarga
BAB III

KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS, DAN DEFINISI OPERASIONAL

A. Kerangka konsep

Variable independen Variabel dependen

Dukungan keluarga Keberhasilan berhenti merokok


pada remaja dalam aktivitas sehari-
hari

Gambar . kerangka konsep penelitian hubungan dukungan keluarga dengan


keberhasilan berhenti merokok pada remaja dalam aktivitas sehari-hari di kelurahan
beo barat kecamatan beo.

B. Hipotesis
H0 : tidak ada hubungan dukungan keluarga dengan keberhasilan berhento merokok
pada remaja dalam aktivitas sehari-hari di kelurahan beo barat kecamatan beo.
Ha : ada hubungan dukungan keluarga dengan keerhasilan berhenti merokok dalam
aktivitas sehari-hari di kelurahan beo barat kecamatan beo.

C. Definisi operasional
Tabel definisi operasional

Variable Definisi operasional Alat ukur Skala ukur Hasil ukur

Independen Semua anggota kuesioner Ordinal Tingkat dukungan keluarga


dukungan keluarga keluarga terlibat bagi remaja dalam berhenti
dalam memberikan merokok:
dukungan bagi Kurang jika < nilai median
remaja dalam Baik jika > nilai median
keberhasilan
berhenti merokok
Dependen berhenti Kemampuan remaja kuesioner Nominal 1.merokok
merokok pada dalam melakukan 2.tidak merokok
remaja penghentian/berhenti
merokok dalam
aktivitas sehari-hari
BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Jenis penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode pendekatan
kualitatif. Penelitian kualitatif ini sering disebut metode penelitian naturalistic
karena penelitiannya dilakukan pada kondisi alamiah (Sugiyono,2010).menurut
Herdiansyah (2010), penelitian kualitatif adalah suatu penelitian ilmiah yang
bertujuan untuk memahami suatu fenomena dalam konteks sosial secara alamiah
dengan mengedepankan proses interaksi komunikasi yang mendalam antara
peneliti dengan fenomena yang diteliti.
Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah studi kasus ( case study ),
yaitu suatu penelitian yang dilaksanakan untuk mempelajari secara intensif tentang
latar belakang keadaan sekarang, serta interaksi lingkungan suatu unit sosial.

B. Lokasi dan waktu penelitian


1) Lokasi
Tempat pelaksanaan penelitian ini akan dilaksanakan di kelurahan beo barat
kecamatan beo
2) Waktu
Waktu pelaksanaan penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan desember 2021

C. Populasi dan sampel


1) Populasi
Populasi yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah semua remaja yang
berumur 15-17 tahun yang bertempat tinggaldi kelurahan beo barat kecamatan
beo.
2) Sampel
Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah simple random sampling,
dengan kriteria inklusi yaitu, remaja di kelurahan beo barat. Jumlah populasi
dalam penelitian ini adalah 35 remaja dengan kriteria.
D. Instrument penelitian
Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner. Uji
validitas dilakukan di kelurahan beo barat kecamatan beo. Uji validasi dilakukan
menggunakan rumus pearson product moment. Jumlah responden yang digunakan
adalah 10% dari jumlah responden penelitian. Uji eliabilita dilakukan ditempat dan
waktu yang sama dengan uji validitas.

E. Pengumpulan data
Teknik pengumpulan data penelitian ini menggunakkan teknik wawancara,
quisoner, dan observasi. bagi peneliti kualitatif fenomena dapat di mengerti
maksudnya secara baik, jika dilakukan interaksi dengan subyek melalui Penyuluhan
dan observasi secara langsung dimana fenomena tersebut terjadi, di samping itu
untuk melengkapi data diperlukan dokumentasi (tentang bahan-bahan yang ditulis
oleh atau tentang subyek), serta data hasil berupa data observasi.
Pengumpulan data dalam kasus ini peneliti menggunakan metode observasi
wawancara, dan quisoner, sedangkan untuk mengetahui perubahan pengetahuan dan
sikap data diperoleh menggunakkan teknik konseling sebaya.
1) Wawancara kualitatif
Wawancara kualitatif yaitu peneliti mengajukan pertanyaan-pertanyaan
secara lebih luas dan leluasa, Hal ini harus dilakukan secara mendalam guna
mendapatkan hasil yang valid dan menyeluruh sesuai dengan yang diharapkan.
Pada penelitian ini wawancara dilakukan dua kali setelah responden mengisi
lembar informed consent dan setelah dilakukan peer counseling. Aspek yang
diwawancarai adalah identitas, riwayat merokok, latar belakang berperilaku
merokok, dan pemahaman terhadap rokok baik secara religi, umum dan ilmiah.
2) Quisioner
Quisioner yang digunakkan untuk mengukur sikap baisanya menggunakkan
skala likert, skala likert ini menurut Joshi dkk (2015) biasanya sengaja
digunakkan peneliti untuk mengetahui pendapat/persepsi dari partisipan
berdasarkan satu variabel “laten” (Ketertarikan terhadap fenomena), dia juga
menjelaskan bahwa terkadang hal utama yang menarik bagi peniliti tidak untuk
menjadikan satu sikap dari partisipan sendiri, tapi untuk menangkap perasaan,
tindakan, dan pendapat pragmatis dari partisipan.
3) Observasi
Observasi merupakan teknik pengumpulan data mempunyai ciri yang
spesifik bila dibandingkan dengan teknik yang lain, yaitu wawancara dan
kuesioner. Observasi tidak terbatas pada orang, tetapi juga objek-objek alam
yang lain (Sugiyono, 2016: 145). Observasi dilakukan secara terstruktur namun
tidak ada kesepakatan jadwal dengan responden sebelumnya. Observasi
dilakukan satu minggu setelah 3 hari di berikan konseling sebaya. Aspek yang
akan diobservasi adalah perilaku merokok, dilakukan 1 kali sehari dalam 1
minggu.

F. Pengolahan data
Dalam tahap pengolahan data ini,adatiga kegiatan yang dilakukan, yaitu:
1) Penyuntingan (editing)
Kegiatan yang dilakukan adalah memeriksa seluruh daftar pertanyaan yang
dikembalikan responden. Beberapa hal yang perlu diperhatikan :
a) Kesesuaian jawaban responden dengan pertanyaan yang diajukan
b) Kelengkapan pengisian daftar pertanyaan
c) Keajegan ( consistency) jawaban responden

Dalam menyunting, penyuntingan harus diberitahu agar tidak mengganti atau


menafsirkan jawaban responden. Jadi kebenaran jawaban dapat terjaga.

2) Pengkodean (coding)
a) Pengkodean dapat dilakukan dengan memberi tanda (symbol) yang
berupaangka pada jawaban responden yang diterima.
b) Tujuan pengkodean adalah untuk penyederhanaan jawaban responden
c) Harus diperhatikan pemberian pada jenis pertanyaan yang diajukan
d) Untuk pertanyaan tertutup, kode ditentukan dengan mudah, misalnya : 1
untuk jawaban ya/setuju dan kode 0 untuk tidak/tidak setuju ; atau
ditembah kode 99 untuk jawaban yang kosong (responden tidak memberi
jawaban)
e) Untuk pertanyaan terbuka dilakukan dengan tahapan tertentu : (1) jawaban
responden diperiksa untuk dibuat kategori jawaban tertentu, (2) apabila
ternyata jawaban perlu dikategorikan, dibuat kategori yang sesuai, (3)
setelah it tiap kategori diberi kode

Seluruh kode yang ditentukan untuk tiap jawaba, disusun dalam buku kode.
Buku kode ini selain diperlukan dalam pengkodean juga digunakan sebagai
pedoman untuk analisis data dan penulisan laporan.

3) Tabulasi (tabulating)
a) Kegiatan yang dilakukan dalam tabulasi adalah menyusun dan
menghitung data hasil pengkodean, untuk kemudian disajikan dalam
bentuk table.
b) Pada akhirnya ada 2 cara pelaksanaan tabulasi :
 Tabulasi manual
Semua kegiatan dari perhitungan sampai penyajian table dilakukan
dengan tangan
 Tabulasi mekanis
Pelaksanaan dengan cara ini dibantu dengan bantuan alat yang telah
dipilih.

G. Analisis data
1) Analisis univariat
Analisis univariat adalah analisis yang dilakukan terhadap masing-
masing variabel dan hasil penelitian dan dianalisis untuk mengetahui distribusi
dari tiap variable
2) Analisis bivariate
Analisis bivariate adalah analisis data yang dilakukan untuk mencari
korelasi atau pengaruh anatra 2 variabel atau lebih yang diteliti.

H. Etika penelitian
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan etika penelitian yang meliputi :
1) Informed consent ( lembar persetujuan menjadi responden)
Merupakan bentuk persetujuan antara peneliti demgan responden peneliti
dengan memberikan lembar persetujuan. Informed consent tersebut diberikan
sebelum penelitian dilakukan dengan memberikan lembar persetujuan untuk
menjadiesponden. Tujuan informed consent yaitu agar subjek peneliti mengerti
maksud dan tujuan penelitian serta mengetahui dampak yang mungkin terjadi.
2) Anonymity (tanpa nama)
Masalah etika kepeawatan merupakan masalah yang memberikan jaminan
dalam menggunakan subjek penelitian dengan cara tidak memberikan atau
mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan
kode atau inisial pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan
disajikan.
3) Confidentiality ( kerahasiaan )
Kerahasiaan informasi dijamin oleh peneliti dengan cara menyajikan atau
melaporkan kelompok data tertentu yang diperlukan pada fokus studi.

DAFTAR PUSTAKA

Kementerian kesehatan republic Indonesia (2017). Hidup sehat tanpa


rokok_www.p2ptm.kemkes.go.ig

Raihana1 ; Suryane sulistiana susanti2 (2019). Fungsi keluarga dengan perilaku merokok
pada remaja. Journal program studi ilmu keperawatan.

Kementerian kesehatan republic Indonesia. (2018). Riset kesehatan dasar tahun


2018.jakarta : kementerian kesehatan republic Indonesia

World Health Organization. (2018). World no tobacco day : tobacco heart disease. Geneva :
World Health Organization

Depkes, RI. 2012. Kesehatan Remaja Problem dan Solusinya. Jakarta: salemba medika
Riskesdas. 2013. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan
RI 2013. Jakarta: 5
Fitri nuryati1 Marxis udaya2 Anita rahmawati3 ( 2018). Hubungan sikap keluarga dengan
perilaku merokok remaja . jurnal STIKes Insan Cendekia Medika volume 5
Azwar,Saifudin (2010) Metode Penelitian.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Determinan perilaku merokok pada remaja2017jurnal Endurance 25-30
KEMENKES. (2018). RISKESDAS_LAUNCHING_301018_edit271018_nowo_Edit
Kaban_01-1. INDONESIA .
Safitri, A. (2013). FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI. journal of Psychology
, 18 (1), 47-65.
Muhammad Alwi Eka Pranata1 , Sri Sunarti2. 2019.Hubungan lingkungan keluarga dengan
perilaku merokok pada remaja di SMP Negeri 29 samarinda.
Umar danny.2014. teknik pengolahan data
Dinas kesehatan prov.banten . 2017. Pengertian merokok dan akibatnya. Sumber :
https://ranidwi68.wordpress.com/2013/01/09/pengertian-rokok-dan-akibatnya/
Kementrian kesehatan republic Indonesia . 2020. Peringatan HTTS 2020 : cegah anak dan
remaja Indonesia dari “bujukan” rokok dan penularan covid-19.
Firmansyah, A.A. 2009. Hubungan antara Dukungan Orang Tua, Teman Sebaya dan Iklan
Rokok dengan Perilaku Merokok pada Siswa LakiLaki Madrasah Aliyah Negeri 2
Boyolali. Jurnal Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Mu’tadin,Zainun.(2011). Remaja dan rokok.poltekkes depkes Jakarta 1 (2012) retrieved
from http://forum.upi.edu/ diakses tanggal 22 januari 2018.
Nasution. (2007). Perilaku Meorkok Pada Remaja. Program Studi Psikologi
FakultasKedokteranUniversitas Sumatra Utara:Medan.

LEMBAR PERSETUJUAN

Dengan menandatangani lembar ini, saya memberikan persetujuan untuk mengisi

kuesioner yang diberikan peneliti. Saya mengerti bahwa saya menjadi bagian dari

penelitian ini yang bertujuan untuk mengetahui : pengaruh dukungan keluarga terhadap

keberhasilan berhenti merokok pada remaja.

Saya mengerti bahwa penelitian ini tidak akan berakibat negatif terhadap saya dan

keluarga saya, sehingga jawaban yang diberikan tetap dijaga kerahasiaannya. Hanya

peneliti yang mengetahui kerahasiaan data.

Demikianlah secara sukarela dan tidak ada unsur paksaan dari siapa pun, saya

bersedia berperan serta dalam penelitian ini.

Manado,13 juni 2021

Responden
LEMBAR PERSETUJUAN

Dengan menandatangani lembar ini, saya memberikan persetujuan untuk mengisi

kuesioner yang diberikan peneliti. Saya mengerti bahwa saya menjadi bagian dari

penelitian ini yang bertujuan untuk mengetahui : pengaruh dukungan keluarga terhadap

keberhasilan berhenti merokok pada remaja.

Saya mengerti bahwa penelitian ini tidak akan berakibat negatif terhadap saya dan

keluarga saya, sehingga jawaban yang diberikan tetap dijaga kerahasiaannya. Hanya

peneliti yang mengetahui kerahasiaan data.

Demikianlah secara sukarela dan tidak ada unsur paksaan dari siapa pun, saya

bersedia berperan serta dalam penelitian ini.

Manado,13 juni 2021

Responden
KUESIONER PENELITIAN

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEBERHASILAN


BERHENTI MEROKOK PADA REMAJA DALAM AKTIVITAS SEHARI-
HARI

I. Data Demografi

1. Nama Responden :

2. Umur :

3. Jenis Kelamin :

4. Jenjang pendidikan :

5. No. Identitas :

II. Petunjuk Pengisian

1. Kuesioner ini terdiri atas 2 bagian, yaitu:

a. Kuesioner “A” (Keluarga) yang terdiri dari 9 pertanyaan

b. Kuesioner “B” (Remaja) yang terdiri dari 10 pertanyaan

2. Bentuk jawaban dituliskan dengan cara : memberi tanda cek (√) pada kolom

jawaban yang telah disediakan sesuai dengan pilihan jawaban.

3. Bila ingin memperbaiki jawaban yang salah beri tanda garis datar (-) pada jawaban

yang salah, kemudian beri tanda cek (√) pada jawaban yang dianggap benar.

Dukungan Keluarga

YA TIDAK
No. PERNYATAAN
(2) (1)

1. Keluarga mengawasi dan menuntun Aktivitas keseharian Remaja

2. Keluarga membantu dan memberi dukungan pada remaja

3. Keluarga melakukan komunikasi dengan remaja tentang aktivitas


sehari-hari
Keluarga melengkapi fasilitas yang dibutuhkan remaja dalam
4.
perkembangannya
Keluarga selalu memenuhi kebutuhan nutrisi yang dibutuhkan oleh
5.
remaja dalam pertumbuhannya
Keluarga mau mendengarkan/menyimak saat remaja memerlukan
6.
sesuatu
Keluarga selalu memberikan motivasi atau nasehat pada remaja
7.
untuk berhenti merokok
Keluarga dapat mempertahankan emosi agar tetap stabil untuk
8.
menghadapi keadaan remaja
Pihak keluarga saling memberi informasi terbaru mengenai bahaya
9.
merokok.

Merokok pada remaja

No. PERNYATAAN JAWABAN

1. Apa keuntungan anda dalam merokok?

2. Bagaimana perasaan anda sebelum merokok?

3. Bagaimana perasaan anda sesudah merokok?

4. Dengan siapa anda biasa merokok?

5. Dalam kondisi apa saja anda merokok?

6. Faktor apa yang menyebabkan anda merokok?

Dalam 1 hari, berapabatang rokok yang anda


7.
habiskan?

8. Apakah anda mengetahui bahaya jika merokok?

Anda mungkin juga menyukai