Anda di halaman 1dari 47

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN DENGAN FLIPCHART

TENTANG BAHAYA MEROKOK PADA REMAJA TERHADAP


SIKAP ORANG TUA DI DESA JATIREJO JATIROTO
WONOGIRI

PROPOSAL SKRIPSI
Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan

Oleh :
Deni Dwi Purnomo
S16075

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


STIKES KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2020
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10 hingga 19 tahun, masa

ini merupakan periode persiapan menuju dewasa yang akan melewati

beberapa tahapan perkembangan penting dalam hidup, selain kematangan

fisik dan seksual remaja juga mengalami tahapan menuju kemandirian

sosial dan juga ekonomi, dan membangun kemampuan berorganisasi

(WHO, 2015). Masa remaja adalah suatu masa dimana terjadi transisi

menuju dewasa, dimana masa ini remaja ingin melakukan trial dan error

maksudnya adalah mereka ingin melakukan sesuatu yang baru sehingga

segalanya ingin mereka lakukan, sekaligus sebagai media untuk

memperkenalkan diri mereka pada lingkungan sekitar bahwa mereka bukan

anak kecil lagi (Prasetia, 2019). Remaja seringkali disebut sebagai masa

pubertas atau masa adolesence, masa kegoncangan, masa yang belum

menemukan kebenaran. Maka remaja perlu diberikan pengertian atau

himbauan yang bijak agar remaja tidak berkembang kearah yang tidak

diinginkan (Andrianto, 2019).

Kenakalan remaja adalah suatu sikap yang tidak terpuji yang dilakukan

remaja, yang akan berdampak kearah negatif, kearah yang bisa

menghancurkan masa depan. Seperti mencuri, merokok, minum minuman

keras, dan tawuran yang merugikan masa depan remaja (Andrianto, 2019).

1
2

Kenakalan remaja antara laki-laki dan perempuan sebenarnya tidak jauh

berbeda, hanya sedikit perbedaan yaitu pada bentuk kenakalan. Kenakalan

yang sering dilakukan oleh remaja laki-laki lebih ekstrim contohnya

membolos sekolah, merokok, mencuri. Sedangkan untuk remaja

perempuan, kenakalan yang sering dilakukan yaitu seperti melakukan

pelanggaran ketika ditempat umum dan pelanggaran yang berhubungan

dengan kesusilaan (Humaedi, 2017).

Berdasarkan data World Health Organization (WHO) Tahun 2018

menunjukkan jumlah perokok dunia saat ini telah mencapai 1,1 milyar

orang yang merokok, terdapat diantaranya 17 juta remaja laki-laki yang

merokok dan 7 juta remaja perempuan yang merokok. Indonesia menempati

urutan kelima sebagai negara perokok di dunia setelah negara (China,

Rusia, Amerika Serikat, dan Jepang). Berdasarkan data Global Youth

Tobaco Survey (GYTS) tahun (2014), 18,3% Pelajar indonesia memiliki

kebiasaan merokok, dengan presentase 33,9% laki-laki dan untuk

perempuan sebesar 2,5%. GYTS melakukan survey pada pelajar tingkat

SLTP berusia 13 sampai 15 tahun, dengan bertambahnya umur jumlah

perokok akan semakin meningkat. Berdasarkan Riskesdas tahun 2018

didapatkan prevalensi angka kejadian perokok remaja di Indonesia di tahun

2018 untuk laki-laki sebesar 62,9% untuk pelajar perempuan angka

kejadiannya sebesar 4,8% untuk angka prevalensi kejadian remaja perokok

di Jawa Tengah hampir 28,8% remaja yang menghisap rokok.


3

Remaja merokok erat kaitanya dengan krisis psikologis pada

perkembangan remaja, yaitu merokok menjadi cara remaja agar mereka

tampak bebas dan dewasa, ketika mereka menyesuaikan dirinya dengan

teman sebayanya yang merokok (Lubis dkk, 2017). Perilaku merokok diusia

remaja pada umunya suatu pengembangan jati diri, dimana remaja ingin

diberikan kebebasan melakukan sesuatu yang diinginkan. Masa remaja

sering diistilahkan dalam masa adolescene, yang mencakup arti luas, dalam

hal mental remaja, emosional dan fisik remaja sangat mempengaruhi

perkembangannya (Diyanita, 2107). Tingginya kebiasaaan merokok

dikalangan remaja disebabkan karena rasa ingin tahu yang tinggi dan juga

ingin melakukan kegiatan seperti orang dewasa (Melda, 2017).

Dampak negatif rokok bagi remaja terjadi beberapa tahun setelah remaja

mulai merokok aktif, seperti kanker paru-paru dan efek jangka pendek

seperti denyut jantung 3 kali lebih cepat dari tingkat denyut jantung yang

bukan perokok. Penelitian menunjukkan tanda-tanda diatas merupakan

gejala penyakit jantung dan stroke. Merokok juga dapat menyebabkan

penurunan fungsi paru, sedangkan jangka panjang untuk perokok aktif

adalah kanker paru, kanker perut, stroke, penyakit jantung koroner. Separuh

dari semua jumlah perokok meninggal karena masalah kesehatan yang

ditimbulkan rokok (Wulandari, 2014). Kandungan nikotin dalam rokok

dapat menyebabkan kecanduan dan nikotin dapat menyebabkan gangguan

konsentrasi dan kemampuan kognitif remaja, karena nikotin dapat

meningkatkan finger tapping rate yaitu respon test perhatian. Akan tetapi
4

hal ini akan berkurang jika remaja terus menerus merokok dan akan

berpengaruh terhadap fungsi otak dan psikis (Ismanto dkk, 2015).

Beberapa faktor yang melatarbelakangi remaja merokok antara lain

faktor intrinsik meliputi jenis kelamin, faktor keperibadian, faktor

pekerjaan, faktor kepercayaan. Dari faktor ekstrinsik meliputi pengaruh

lingkungan terutama keluarga, teman sebaya, iklim, iklan rokok dan

kemudahan membeli rokok dan serta tidak ada sikap dari petugas kesehatan

(Faridah, 2015).

Peran orang tua dibutuhkan dalam menghadapi remaja perokok dengan

cara menanamkan rasa disiplin kepada anak, memberikan perlindungan

terhadap anak, pengawasan lingkungan pergaulan anak, untuk anggota

keluarga jika ada yang merokok diharapkan tidak merokok didepan anak,

karena keluarga sebagai rolemodel untuk anak (Agustin & putri, 2017).

Keluarga memiliki peran yang penting dalam memberikan teladan yang

baik dengan tidak merokok didalam rumah dan terdapat sanksi yang

diterapkan apabila ada anggota keluarga yang merokok dilingkungan rumah

(Faridah, 2015). Pengetahuan tentang merokok diperlukan untuk orang tua,

karena peran serta orang tua sangat penting agar dapat memberi pengarahan

dan pengertian pada hal yang postif, agar remaja tidak mudah menerima

informasi yang salah dari luar karena pada umunya tingkat emosional

remaja belum stabil (Wulandari, 2017). Pendidikan kesehatan adalah upaya

agar masyarakat berperilaku hidup sehat dengan cara bujukan, imbauan,

ajakan dan memberikan informasi. Pendidikan kesehatan adalah suatu


5

bentuk intervensi yang ditunjukkan kepada perilaku, agar perilaku tersebut

kondusif dan mau berperilaku hidup sehat (Notoatmodjo, 2014). Menurut

Tribowo & Pusphandani, (2015) tujuan pendidikan kesehatan secara umum

adalah mengubah perilaku indvidu dan masyarakat dalam bidang

kesehatanakan tetapi mencakup dalam bidang yang luas sehingga perilaku

perlu dikategorikan secara mendasar. Selain itu tujuan pendidikan

kesehatan adalah memberikan informasi individu atau masyarakat dan

diharapkan mampu mengubah status kesehatan masyarakat. Pengetahuan

atau ranah kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam

membentuk tindakan seseorang Overt Behavior yang didapat setelah

seseorang tahu setelah melakukan pengindraan terhadap objek tertentu

(Notoatmodjo, 2014). Media adalah suatu perantara untuk menyampaikan

pesan atau informasi dengan peralatan untuk mencapai hasil yang efektif,

media untuk menyampaikan edukasi yaitu media cetak dan elektronik

(Almunadia dkk, 2017). Media yang digunakan dalam penelitia ini adalah

media flipchart. Flipchart adalah suatu deret visual atau lembaran yang

berisi gambaran gambaran pada lembaran kertas yang besar, dan dipasang

bersama sama pada bagian atasnya (Jalinus dkk, 2016). Media flipchart

merupakan media cetak yang sederhana dan cukup efektif. Sederhana

dilihat dan proses pembuatannya cukup mudah, dengan menggunakan

kertas yang berada disekitar kita selain itu media papan flipchart

merupakan media yang sangat efektif karena dapat digunakan sebagai

media pengantar pembelajaran dan pesan yang secara terncana maupun


6

langsung disajika dalam flipchart. Indikator efektif adalah ketercapaian

tujuan atau kompetensi yang sudah direncanakan (Susilana, 2009).

Dari hasil studi pendahuluan dilakukan wawancara dengan 5 orang, 4

diantaranya mengatakan merokok sudah menjadi hal yang biasa dikalangan

remaja desa jatirejo, dan sikap orang tua biasa saja kalau melihat remaja

merokok, dan 1 orang mengatakan tidak senang kalau melihat remaja

perokok dan dari sudut pandang obyektif terlihat banyak remaja yang

nongkrong sambil merokok, dari data diatas untuk mengatasi perilaku

merokok pada remaja bisa dilakukan dengan memberikan pendidikan

kesehatan.

Berdasarkan latar belakang diatas peneliti tertarik dalam melakukan

penelitian tentang pengaruh pendidikan kesehatan dengan flipchart tentang

bahaya merokok pada remaja terhadap sikap orang tua di desa Jatirejo

Wonogiri.

1.2. Rumusan Masalah

Dari faktor penyebab remaja merokok diantaranya adalah pengaruh

dari keluarga karena keluarga memiliki peran penting dalam membentuk

perilaku dan karakter anak. Berdasarkan latar belakang diatas maka

rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “ Apakah terdapat Pengaruh

Pendidikan Kesehatan dengan Flipchart Tentang Bahaya Merokok pada

Remaja terhadap Sikap Orang Tua di Desa Jatirejo Wonogiri ? “


7

1.3. TujuanPenelitian

1.3.1 Tujuan umum

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh

pendidikan kesehatan dengan flipchart tentang bahaya merokok pada

remaja terhadap sikap orang tua di desa Jatirejo Wonogiri.

1.3.2 Tujuan khusus

Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah

a. Mengetahui karakteristik responden meliputi tingkat pendidikan,

usia, pekerjaan,jenis kelamin.

b. Mengetahui sikap orang tua tentang bahaya merokok pada remaja

sebelum diberikan pendidikan kesehatan dengan flipchart

c. Mengetahui sikap orang tua terhadap bahaya merokok pada remaja

sesudah diberikan pendidikan kesehatan dengan flipchart

d. Menganalisis pengaruh pendidikan kesehatan dengan flipchart

tentang bahaya merokok pada remaja terhadap sikap orang tua di

Desa Jatirejo Wonogiri.

1.4. ManfaatPenelitian

1.4.1. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pustaka, yang

berkaitan dengan merokok.

1.4.2. Bagi Peneliti Selanjutnya


8

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai sumber data

dan acuan bagi peneliti selanjutnya dalam melakukan penelitian

sejenis yang lebih kompleks dengan metode lain dan jumlah

responden lebih banyak

1.4.3. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan

pengetahuan peneliti tentang bagaimana sikap orang tua tentang

remaja perokok.

1.4.4. Bagi Puskesmas

Hasil penelitian ini diharapkan bisa digunakan untuk program

puskesmas, untuk menekan angka perilaku merokok remaja.

1.4.5. Bagi Tenaga Kesehatan

Hasil penelitian ini diharapkan bisa digunakan referensi dan acuan

dalam menekan perilaku remaja perokok.

1.4.6. Orang Tua

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan orang

tua tentang bahaya merokok.

BAB II
9

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan pustaka

2.11 Pendidikan kesehatan

2.1.1.1 Defnisi pendidikan kesehatan

Pendidikan kesehatan merupakan suatu proses perubahan

perilaku secara terencana pada individu, kelompok,atau

masyarakat untuk lebih mandiri dalam mencapai tujuan hidup

sehat. Pendidikan kesehatan merupakan tahap belajar pada

individu, kelompok, atau masyarakat dari tidak tau menjadi

mampu dan tau dalam mengatasi masalah kesehatan secara

mandiri (Suliha, 2013).

Pendidikan kesehatan secara umum adalah segala sesuatu

yang diranncang untuk mempengaruhi orang lain, baik individu

maupun kelompok atau masyarakat, sehingga mereka melakukan

seperti apa yang diharapkan oleh petugas pendidik kesehatan. Dan

batasan batasan ini tersirat unsur unsur input (sasaran dan

pendidik dari pendidikan), proses (upaya yang direncanakan

untuk memengaruhi orang lain) dan output hasil akhir (melakukan

yang diharapkan). Hasil yang diharapkan dari pendidikan

kesehatan adalah perilaku untuk memelihara kesehatan dan

meningkatkan kesehatan yang kondusif oleh sasaran dari promosi

kesehatan (Notoadmojo, 2012). Pendidikan kesehatan adalah


10

aplikasi dan penerapan pendidikan dalam bidang kesehatan.

Secara operasional pendidikan kesehatan adalah kegiatan untuk

meningkatkan pengetahuan baik individu, kelompok atau

masyarakat untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan

secara mandiri (Notoadmojo, 2012).

Berdasarkan referensi diatas dapat disimpulkan bahwa

pendidikan kesehatan adalah kegiatan untuk memberikan

pengetahuan kepada masayarakat, yang bertujuan agar

masyarakat mampu mengatasi masalah kesehatan secara mandiri

dan mampu mencapai kehidupan yang lebih sehat.

2.1.1.1.2 Tujuan pendidikan kesehatan

Tujuan pendidikan kesehatan secara umum adalah mengubah

perilaku indvidu dan masyarakat dalam bidang kesehatan, akan

tetapi mencakup dalam bidang yang luas sehingga perilaku perlu

dikategorikan secara mendasar. Selain itu tujuan pendidikan

kesehatan adalah memberikan informasi individu atau masyarakat

dan diharapkan mampu mengubah status kesehatan masyarakat.

Oleh sebab itu rumusan tujuan pendidikan kesehatan diperinci

menjadi menjadi 3 kategori yaitu

1. Menjadikan pendidikan kesehatan sebagai suatu yang bernilai

dalam masyarakat, pendidikan kesehatan bertanggung jawab

mengarahkan masyarakat untuk hidup sehat.


11

2. Menolong individu atau masyarakat agar mampu secara

mandiri untuk mencapai tujuan hidup sehat.

3. Mendorong pengembangan dan penggunaan sarana kesehatan

yang ada secara tepat (Tribowo & Pusphandani, 2015).

Promosi kesehatan mempengaruhi beberapa faktor

penyebab terbentuknya perilaku tersebut Green, 1980 dalam

(Notoadmojo, 2012) yaitu

1. Promosi kesehatan dalam faktor-faktor predisposisi

Promosi kesehatan untuk menggugah kesadaran seseorang atau

meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang pemeliharaan

dan peningkatan kesehatan bagi dirinya sendiri, disamping itu

dalam konteks promosi kesehatan memberikan pengertian

tentang tradisi, kepercayaan masyarakat dan sebagainya, baik

yang merugikan maupun yang menguntungkan kesehatan.

Bentuk promosi ini dilakukan dengan penyuluhan kesehatan,

pameran kesehatan iklan dan layanan kesehatan.

2. Promosi kesehatan dalam faktor faktor enabling (penguat)

Promosi kesehatan ini dilakukan agar masyarakat mampu

memberdayakan mengadakan sarana dan prasarana kesehatan

dengan cara memberikn kemampuan dengan cara bantuan

teknik, memberikan arahan dan mencari dana untuk

pengandaan sarana dan prasarana kesehatan.

3. Promosi kesehatan dalam faktor reinforcing ( pemungkin)


12

Promosi kesehatan pada faktor ini bermaksud untuk pelatihan

tokoh agama, tokoh masyarakat, petugas kesehatan sendiri

dengan tujuan agar bisa menjadi teladan atau contoh yang baik

untuk masyarakat tentang hidup sehat.

2.1.1.3 Faktor faktor yang memengaruhi pendidikan kesehatan

Beberapa yang harus diperhatikan agar pendidikan

kesehatan dapat mencapai sasaran yang diinginkan (Saragih,

2010) yaitu:

1. Tingkat pendidikan

Pendidikan dapat mempengaruhi bagaimana carapandang

seseorang terhap informasi yang diperoleh. Maka dapat

dikatakan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan semakin

mudah seseorang menerima informasi yang didapat.

2. Tingkat sosial ekonomi

Semakin tinggi tingkat ekonomi seseorang maka semakin

mudah menerima hal hal baru.

3. Adat istiadat

Masyarakat kita masih sangat menghargai dan menganggap

adat istiadat adalah hal yang sangat penting dan tidak boleh

diabaikan.
13

4. Kepercayaan masyarakat

Masyarakat lebih memperhatikan informasi yang disampaikan

oleh orang orang yang mereka kenal karena sudah ada rasa

percaya masyarakat terhadap penyampai informasi.

5. Ketersediaan waktu di masyarakat

Penyampaiaan informasi harus memperhatikan tingkat aktifitas

masyarakat untuk menjamin tingkat kehadiran masyarakat

dalam penyuluhan.

2.1.1.1.4Media pendidikan kesehatan

Menurut (Notoadmojo, 2014) berdasarkan fungsinya

sebagai penyalur pesan dalam kesehatan media dibagi menjadi 3

yaitu media cetak, media elektronik, dan media papan

. Media cetak

Media cetak sebagai alat bantu dalam menyampaikan pesan

kesehatan sangat bervariasi anatara lain sebagai berikut :

a. Booklet adalah media yang disampaikan dalam bentuk

buku.

b. leflat adalah bentuk penyampaian melalui lembaran yang

dilipat .

c. Flipchart adalah media penyampaian pesan dalam bentuk

lembar balik. Notoatmodjo (2010) menjelaskan flipchart


14

adalah media kesehatan yang berbentuk lembar balik,

dimana setiap lembarnya berisi gambar peraga dan

dibaliknya ada informasi yang berkaitan dengan gambar

tersebut, lebih lanjut Maulana (2009) menjelaskan ada

beberapa kelebihan menggunakan media flipchart sehingga

banyak ditemukan di instansi kesehatan, yaitu media

flipchart merupakan media yang cocok untuk kebutuhan

dalam ruangan atau luar ruangan, dapat dibuat dengan alat-

alat dan bahan sederhana, mudah dibawa kemana mana,

flipchart mengandung tulisan dan gambar yang menarik

perhatian pembaca ketika membaca informasi yang terdapat

di dalam flipchart, kelebihan dan kekurangan flipchart

menurut Susilana (2009)

Kelebihan flipchart sebagai media pembelajaran yakni

sebagai berikut:

1) Mampu menyajikan pesan pembelajaran secara ringkas

dan efektif.

2) Flipchart dapat digunakan dalam metode pembelajaran

apapun.

3) Dapat digunakan didalam maupun di luar ruangan

4) Mudah dibawa

5) meningkatkan motivasi belajar


15

Adapun kekurangan yang dimiliki media flipchart sebagai

pembelajaran yakni:

1) Sukar dibaca karena keterbatasan tulisan

2) Pembicara cenderung memunggungi peserta

3) Biasanya Flipchart hanya digunakan sekali

4) Tidak cocok digunakan dalam kelompok besar

d. Rubrik adalah tulisan tulisan pada surat kabar yang

membahas tentang masalah kesehatan.

e. Foto yang mengungkapkan tentang informasi kesehatan.

2. Media elektronik

Media elektronik sebagai sasaran untuk menyampaikan

pesan dan informasi kesehatan, jenisnya antara lain:

. Televisi

Penyampaian pesan dalam bentuk sandiwara sinetron,

forum diskusi dan tanya jawab seputar masalah kesehatan,

pidato (ceramah), TV spot, kuis dan cerdas cermat dan

sebagainya.

b. Radio

Penyampaian melalui radio bermacam macam bentuknya

antara lain: Tanya jawab, sandiwara radio, ceramah, radio

spot dan sebagainya.

c. Video

Penyampaian informasi kesehatan melalui media video.


16

d. Film strip

Flim strip juga dapat digunakan untuk menyampaikan pesan

pesan kesehatan.

2.1.1.1.5Metode pendidikan kesehatan

Menurut (Notoatmojo, 2012) berdasarkan pendekatan

sasaran yang ingin dicapai, penggolongan metode pendidikan ada

3 yaitu:

1. Metode berdasarkan pendekatan perorangan

Metode ini sifatnya individual dan biasanya diguakan untuk

membina perilaku baru, untuk membina seseorang yang

tertarik pada suatu perubahan perilaku dan inovasi.

2. Metode berdasarkan pendekatan kelompok, dalam

penyampaian penyuluhan kesehatan dengan metode kita perlu

mempertimbangkan besarnya sasaran serta pendidikan dari

sasaran pendidikan kesehatan ada 2 tergantung besarnya

kelompok yaitu kelompok besar dan kelompok kecil.

3. Metode berdasarkan pendekatan massa

Metode pendekatan masa ini cocok untuk mongkomunikasikan

pesan pesan kesehatan yang ditunjukkan untuk masayarakat,

sasaran metode ini bersifat umum, artinya tidak ada

pembedaan dalam golongan umur, jenis kelamin, pekerjaan,

status sosial ekonomi, tingkat pendidikan, dan sebagainya


17

pesan kesehatan harus dirancang sedemikian rupa agar mudah

diterima oleh masyarakat umum.

2.12 Rokok

2.1.2.1 Definisi rokok

Rokok adalah silinder kertas yang berukuran panjang antara

170 hinga 120 mm (bervariasi tergantung dari negara mana rokok

tersebut) dengan diameter 10 mm berisi daun–daun tembakau

yang telah dicacah dan dikeringkan. Rokok dibakar salah satu

ujungnya dan dibiarkan membara kemudian rokok dihisap

melalui mulut, merokok sangat merugikan untuk kesehatan,

karena dalam rokok terdapat kurang lebih 4000 zat kimia

berbahaya (Priyanto, 2015). Menurut Depkes, 2016 peraturan

pemerintah No 109 tahun 2012 rokok adalah salah satu produk

tembakau yang dimaksudkan untuk dibakar dihisap atau dihirup

asapnya, termasuk rokok kretek, rokok putih, cerutu atau bentuk

lainnya yang dihasilkan dari tanaman nicotiana tobacum,

nicotiana rustica, dan spesies lainnya yang asapnya mengandung

nikotin dan tar dengan atau tanpa bahan tambahan.

Berdasarkan referensi diatas dapat disimpulkan rokok

adalah hasil olahan tembakau yang dikeringkan dan dibungkus

menjadi silinder kertas dan kemudian dibakar untuk dinikmati

asapnya
18

2.1.2.2 Kandungan rokok

Berdasarkan sumber dari Kementrian Kesehatan RI, 2014

kandungan berbahaya yang terdapat di dalam rokok antara lain

asam asetik yang terdapat di dalam pembersih lantai dan rokok

juga, sodium hidroksida terdapat dipembersih bulu ketiak dan

kaki dan terasa panas saat digunakan zat tersebut juga ada

didalam rokok, formalin bahan yang biasanya digunakan untuk

mengawetkan binatang zat tersebut terkandung didalam rokok,

geranol adalah zat yang mematikan didalam pestisida zat tersebut

juga terkandung didalam rokok.

Toluene adalah zat yang terkandung dalam bensin dan zat

tersebut juga terdapat di rokok, hidrasin yang terdapat didalam

mesin pesawat juga terkandung didalam rokok, cinnamalde hyde

zat yang terkandung didalam racun kucing dan anjing juga

terdapat didalam rokok, urea adalah zat yang terdapat di air seni

yang berguna untuk cat tinta dan pupuk rokok juga mengandung

zat tersebut, naptalin adalah bola–bola wangi yang terdapat di

pewangi pakaian dan rokok juga mengandung napatalin,

asetanisol zat yang terkandung didalam parfum zat tersebut juga

terdapat didalam rokok, hidrogen sianida adalah racun tikus dan

rokok juga mengandung hidrogrn sianida,aseton adalah cairan

penghilang kuteks zat kimia berbahaya tersebut juga terdapat

didalam rokok, kadmium adalah zat beracun yang terdapat


19

didalam baterai dan juga terdapat dalam rokok, metanol zat

sebagai bahan bakar dan terdapat didalam rokok, polonium–210

zat beracun yang bisa membunuh manusia dan terdapat di rokok.

Menurut Fajar (2011) rokok mengandung kurang lebih

4000 zat toksik (racun) dan 60% diantaranya bersifat

karsinogenik (penyebab kanker) kandungan rokok terdiri dari:

a. Akrolein

Zat berbentuk cair tidak berwarna. Pada dasarnya zat ini

mengandung alkohol yang pasti sangat menganggu kesehatan.

b. Nikotin

Cairan berminyak ini tidak berwarna. Zat ini menghambat rasa

lapar, jadi seorang perokok yang menghisap rokok tidak akan

merasa lapar.

c. Karbon monoksida (CO)

Gas yang tidak berbau ini dihasilkan dari pembakaran unsur

zat karbon yang tidak sempurna. Jika karbon monoksida

masuk kedalam tubuh dan dibawa oleh hemoglobin kedalam

otot tubuh, seseorang akan mengalami kekurangan oksigen.

d. Amonia gas yang sifatnya tidak berwarna terdiri dari nitrogen

dan hydrogen, serta memiliki bau yang tajam dan merangsang.

Zat ini sangat cepat memasuki sel tubuh. Suntikan sedikit saja

pada aliran darah akan membuat orang pingsan dan koma.


20

2.1.2.3 Faktor yang memengaruhi perilaku merokok pada remaja

1. Pengaruh orang tua

Menurut Aula (2010) individu perokok adalah individu yang

berasal dari keluarga yang tidak bahagia, dimana orang tua

tidak memperhatikan anaknya, dibandingkan dengan individu

yang berasal dari lingkungan rumah tangga bahagia. Perilaku

merokok lebih banyak didapati pada individu yang tinggal

dengan satu orang tua (single parent). Individu berperilaku

merokok apabila ibu mereka merokok dibandingkan dengan

ayah mereka yang merokok.

2. Pengaruh teman

Semakin banyak individu merokok maka semakin banyak

teman teman individu itu yang merokok (Aula, 2010).

3. Faktor kepribadian

Individu mencoba untuk merokok karena alasan ingin ingin

tahu atau ingin melepaskan dari rasa sakit atau kebosanan

(Aula, 2010).

4. Pengaruh iklan

Iklan di media masa dan elektronik yang menampilkan

gambaran bahwa perokok adalah lambang kejantanan atau

glamour membuat seseorang seringkali terpicu untuk

mengikuti perilaku yang ada di iklan tersebut (Aula, 2010).


21

2.1.1.1.2.4 Bahaya merokok

Senyawa kimia yang terkandung dalam rokok terbukti

membahayakan kesehatan pada para perokok aktif dan pasif

penyakit tersebut antara lain :

1. Katarak

Merokok mengakibatkan gangguan mata. Perokok mempunyai

resiko 50% lebih tinggi terkena katarak, bahkan bisa sebabkan

kebutaan (Zulkifli, 2010).

2. Penyakit kardiovaskuler

Senyawa kimia yang terkandung dalam rokok akan

meningkatkan detak jantung, tekanan darah, resiko hipertensi

dan penyumbatan pada arteri. Disamping itu rokok juga

menyebabkan menurunkan kadar HDL ( kolestrol baik dalam

darah) dan menurunkan tingkat elastisitas aorta ( pembuluh

darah besar pada aorta) yang akan meningkatkan resiko

terjadinya pengumpalan darah, sehingga memicu penyakit

seperti serangan jantung (trombosisi koroner) serangan otak

(trombosi cerebral), gagal ginjal (jaya, 2009).

3. Impotensi

Impotensi adalah ketidakmampuan untuk memulai dan

mempertahankan ereksi penis untuk kebutuhan seksual.

Penyebab yang bersifat fisik lebih banyak ditemukan pada pria

lanjut usia, sedangkan masalah psikis lebih sering terjadi pada


22

pria yang ebih muda, semakin bertambahnya usia maka

impotensi akan sering terjadi (Zulkifli, 2010).

4. Gangguan pernafasan

Racun yang terkandung dalam rokok mempengaruhi dan

memproduksi lendir yang berlebih didalam paru-paru dan

mengakibatkan borok dan menyebabkan perdarahan, gangguan

pernafasan pada perokok berat adalah :

. Bronchitis

Gangguan dinding pipa-pipa udara yang lebih kecil yang

melebar dan lemah yang disebabkan oleh paru paru dan alat

pernafasan yang telah lama sakit, tandanya batuk-batuk

yang semakin parah.

. Emphysema

Bengkak pada paru-paru karena terdapat udara pada

pembuluh darah. Akibatnya, kecepatan dan frekuensi

bernafas meningkat disertai nyeri. Tandanya nafas terengah-

engah dan bunyinafas nyaring, disertai batuk dengan

frekuensi tinggi.

. Radang saluran udara

Penderita asma yang tetap merokok akan mengalami

peradangan saluran udara yang sulit disembuhkan dengan

obat-obatan (Satiti, 2009).


23

2.1.2.5 Tipe perokok

Menurut Smet dalam Ikhsan (2013), menyatakan bahwa

ada tipe-tipe perokok yang dapat diklasifikasikan menurut

banyaknya rokok yang dihisap. Tiga tipe perokok tersebut adalah

a. Perokok berat : menghisap lebih dari 15 batang rokok dalam

sehari

b. Perokok sedang : menghisap 5 samoai 14 batang dalam sehari

c. perokok ringan : menghisap 1 sampai 4 batang dalam sehari

Kategori perokok dibedakan menjadi perokok aktif dan

pasif, perokok aktif yaitu orang yang mengkonsumsi rokok secara

rutin, meski hanya satu batang dalam sehari. Perokok pasif yaitu

orang yang bukan perokok tetapi menghirup asap rokok orang

lain atau orang yang berada dalam satu ruangan dengan orang

yang merokok ( Provewati dan Rahmawati, 2012)

2.13 Remaja

2.1.1.1 Pengertian remaja

Remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10 hingga 19

tahun, masa ini merupakan periode persiapan menuju dewasa

yang akan melewati beberapa tahapan perkembangan penting

dalam hidup, selain kematangan fisik dan seksual remaja juga

mengalami tahapan menuju kemandirian sosial dan juga ekonomi,

dan membangun kemampuan berorganisasi (WHO, 2015).


24

Remaja merupakan proses seseorang mengalami perkembangan

semua aspek dari masa kanak menjadi dewasa. Peralihan dari

masa kanak menuju remaja disebut masa pubertas. Masa pubertas

merupakan masa dimana remaja mengalami kematangan seksual

dan organ reproduksi yang sudah mulai berfungsi. Masa

pematangan remaja laki-laki ditandai dengan mimpi basah

sedangkan pada remaja perempuan ditandai dengan haid

(Sarwono, 2011).

Berdasarkan referensi diatas dapat disimpulkan bahwa

remaja adalah perpindahan dari masa kanak-kanak menuju

dewasa, dan dalam perkembangan menuju dewasa diikuti dengan

semakin matangnya alat reproduksi.

2.1.3.2. Perkembangan remaja

Perubahan atau perkembangan kognitif yang terjadi selama

masa transisi dari kanak-kanak kemasa remaja adalah

peningkatan dalam berpikir abstrak, idealis, dan logis ketika

melakukan transisi tersebut, remaja mulai berpikir secara lebih

egosentris sering merasa mereka tidak terkalahkan. Dalam

menanggapi perubahan tersebut, orang tua memberikan lebih

banyak tanggung jawab untuk pengambilan keputusan yang

dulakukan oleh remaja (Santrock, 2011). Menurut sarwono

(2011) ada tiga tahap perkembangan remaja yaitu :

1. Remaja awal
25

Remaja yang sering dikenal dalam istolah asing yaitu early

adolescence memiliki rentang usia antara 11 sampai 13 tahun.

Pada tahap ini mereka masih heran dan belum mengerti akan

perubahan yang terjadi pada tubuhnya dan dorongan-dorongan

yang menyertai perubahan tersebut.

2. Remaja madya

Remaja yang dikenal dalam istilah asing yaitu middle

adolescence memiliki rentang usia antara 14 sampai 16 tahun.

Tahap remaja madya pertengahan sangat membutuhkan

temannya. Masa ini remaja lebih cenderung memiliki sifat

yang mencintai dirinya sendiri narcistic pada tahap ini remaja

masih bingung dalam mengambil keputusan.

3. Remaja akhir

Remaja akhir atau istilah asing yaitu late adolescence

merupakan remaja yang berusia antara 17 sampai 20 tahun.

Masa ini merupakan masa menuju dewasa dengan sifat egois

yaitu mementingkan diri sendiri dan mencari pengalaman baru

masa remaja akhir juga sudah terbentuk identitas seksualnya,

mereka biasanya sudah berfikir secara matang.


26

2.14 Sikap orang tua

2.1.3.1 Pengertian sikap orang tua

Menurut Newcomb dalam notoatmodjo (2012) sikap itu

merupakan kesiapan dan kesediaan untuk bertindak dan bukan

merupakan pelaksanaan motif tertentu, sikap belum suatu

tindakan atau aktivitas akan tetapi merupakan predisposisi

tindakan suatu perilaku, sikap itu masih merupakan reaksi

tertutup, bukan suatu reaksi terbuka. Output sikap pada setiap

individu berbeda, jika suka atau setuju pada suatu objek maka

akan mendekat, mencari tahu, dan bergabung sebaliknya jika

tidak suka dan tidak setuju maka akan menghindari atau menjauh

(Budiman dan Riyanto,2013).

Menurut Miami dalam buku Munir (2010) dikemukakan

bahwa orang tua adalah pria dan wanita yang terikat dalam

perkawinan dan siap sedia untuk memikul tanggung jawab

sebagai ayah dan ibu dari anak-anak yang dilahirkannya.

Mempunyai tanggung jawab yang berat dalam memberikan

bimbingan kepada anak-anaknya, tokoh ayah dan ibu sebagai

pengisi hati nurani yang harus melakukan tugas pertama

membentuk keperibadian anak dengan penuh tanggung jawab

dalam suasana kasih sayang antara orang tua dan anak. Menurut

Shocib (2010) Orang tua diartikan sebagai ayah dan ibu,

kesetujuan dan keutuhan dalam mengupayakan anak untuk


27

mengembangkan dasar-dasar disiplin diri pada anak. Dari

referensi diatas dapat disimpulkan sikap orang tua adalah

kesiapan orang tua dalam menghadapi suatu masalah dalam

kelurganya, namun hanya sebatas kesediaan bertindak dan masih

reaksi tertutup.

2.1.3.2 Faktor faktor yang memengaruhi sikap

Menurut Azwar (2011) faktor faktor yang memengaruhi

sikap yaitu

1. Pengalaman pribadi

Pengalaman pribadi dapat menjadi dasar pembentukan sikap

seseorang apabila pengalaman tersebut meninggalkan kesan

yang kuat, sikap akan lebih mudah terbentuk apabila

pengalaman pribadi tersebut terjadi melibatkan emosional.

2. Pengaruh orang lain yang dianggap penting

Individu pada umumnya memiliki sikap yang konformis atau

searah dengan sikap seseorang yang dianggap penting.

Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk

berafiliasi dan untuk menghindari konflik dengan seseorang

yang dianggap penting tersebut.

3. Pengaruh kebudayaaan

Kebudayaan dapat mempengaruhi corak pengalaman pada

individu masyarakat asuhannya. Sebagai akibatnya


28

kebudayaan tanpa disadari membawa pengaruh sikap kita

terhadap berbagai masalah.

4. Media masa

Dalam pemberitaan surat kabar dan radio dan untuk media

komunikasi lainnya berita seharusnya aktual disampaikan

secara obyetif berpengaruh terhadap sikap konsumennya.

5. Lembaga pendidikan dan lembaga agama

Konsep moral dan ajaran dari lembaga agama dan lembaga

pendidikan sangat menentuka sistem kepercayaan. Tidaklah

heran apabila pada waktunya konsep tersebut mempengaruhi

sikap.

6. Faktor emosional

Biasanya, suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang

didasari emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran

frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego


29

2.2. Kerangka teori

Menurut notoatmodjo (2010) kerangka teori adalah merupakan

formulasi atau simplikasi dari teori-teori yang mendukung penelitian

tersebut. Kerangka teori dalam penelitian ini digambarkan seperti berikut.


Tahap perkembangan Faktor yang
remaja memengaruhi remaja
1. Remaja awal perokok
2. Remaja madya 1. Pengaruh
3. Remaja akhir orang tua
2. Pengaruh
teman
3. Faktor
kepribadian

Faktor yang Media


Remaja
mempengaruhi sikap elektronik
Perokok
orang tua :
1. Pengalaman pribadi Pendidikan kesehatan
tentang bahaya merokok Video,
flipchart
2. Pengaruh orang lain film,slide
yang dianggap pada remaja
penting Sikap orang tua
3. Pengaruh kebudayaan
4. Media masa
5. Lembaga pendidikan
6. Lembaga agama
7. Faktor emosiona

= Tidak diteliti
= komponen penelitian

Skema 2.1 Kerangka Teori


Sumber : Azwar (2011), Aula (2010), Notoadmodjo (2012), Budiman dan Riyanto
(2013), Sarwono (2011), Munir (2010)
30

2.3. Kerangka konsep

Kerangka konsep menurut (Sugiyono, 2014) adalah suatu hubungan yang

akan menghubungkan secara teoritis antara variabel-variabel penelitian

yaitu, antara variabel independent dengan variabel dependentyang akan

diamati dan di ukur melalui penelitian yang akan di laksanakan.

Berdasarkan kerangka konsep tersebut dapat digambarkan penelitian ini

sebagai berikut:

variabel independent variabel dependent

Pendidikan kesehatan Sikap orang tua


dengan flipchart

2.4. Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara dari peneliti, patokan duga atau

dalil sementara yang kebenarannya akan dibuktikan dalam penelitian

(Notoatmojo, 2010).

Hipotesis dalam penelitian adalah

Ho : Tidak ada pengaruh pendidikan kesehatan dengan media flipchart

tentang bahaya merokok pada remaja terhadap sikap orang tua di desa

Jatirejo, Jatiroto, Wonogiri.

Ha : Ada pengaruh pendidikan kesehatan dengan media flipchart tentang

bahaya merokok pada remaja terhadap sikap orang tua di desa Jatirejo,

Jatiroto, Wonogiri.
31

2.5. Keaslian penelitian

Penelitian tentang pengaruh pendidikan kesehatan dengan flipchart

tentang bahaya merokok pada remaja terhadap sikap orang tua di desa

Jatirejo Jatiroto Wonogiri.

No Nama Judul Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian


Peneliti
1 Ambarwati, Media leaflet, Jenis penelitian ini Berdasarkan hasil
Khoirul, video, dan adalah eksperimen penelitian dapat
(2014) pengetahuan dengan pretest and disimpulkan ada
siswa SD posttest without pengaruh
tentang bahaya control group penggunaan media
merokok design. leflet namun tidak
untuk media video
terhadap
pengetahuan siswa
SDN 78 sebrang
lor mojosongo
tentang bahaya
merokok.
2 Elok Pengaruh Penelitian ini Terdapat pengaruh
Nuradita, pendidikan merupakan antara pendidikan
Mariyam kesehatan penelitian pre kesehatan terhadap
(2014) terhadap eksperimentaldesign pengetahuan siwa
pengetahuan dengan tentang bahaya
tentang bahaya menggunakan merokok di SMP
merokok pada bentuk rancangan Negri 2 Kendal
remaja di SMP one grup pretest dengan didapatkan
Negri 3 Kendal and posttest nilai hasil
signifikan melalui
marginal
Hemogeneity Test
(P
value=0,000<0,05
)

Tabel 2.2 Keaslian Penelitian

BAB III

METODE PENELITIAN
32

3.1 Jenis dan rancangan penelitian

Jenis penelitian ini yaitu penelitian kuantitatif. Metode yang digunakan

adalah quasy experiment dengan One Group pre and post test without control

design, artinya hanya melakukan intervensi pada satu kelompok saja tanpa

perbandingan. Kelompok perlakuan diukur dengan mengunakan kuesioner

untuk mengetahui sikap orang tua tentang bahaya merokok pada remaja

sebelum dilakukan perlakuan (pre test) dan dilakukan pengukuran ulang (post

test) setelah dilakukan pendidikan dengan media flipchart tentang bahaya

merokok pada remaja (Sugiono, 2015).

Menurut Dharma (2011) untuk desain penelitian quasi exsperiment dengan

pre and post test without control sebagai berikut :

R O1 X O2

Keterangan :

R : Responden penelitian

O1 : Pre test sebelum diberikan pendidikan kesehatan dengan media

flipchart tentang bahaya merokok pada remaja

X : Memberikan pendidikan kesehatan dengan media flipchart tentang

bahaya merokok pada remaja

O2 : post test perlakuan pendidikan kesehatan dengan media flipchart

tentang bahaya merokok pada remaja terhadap sikap orang tua

3.2 Populasi dan Sampel

3.2.1. Populasi
33

Populasi adalah keseluruhan subjek yang diteliti oleh peneliti.

Apabila seseorang ingin meneliti elemen yang ada dalam wilayah

penelitian, maka penelitiannya adalah penelitian populasi (Arikunto,

2010). Idealnya penelitian dilakukan pada populasi, karena dapat

melihat gambaran seluruh populasi sebagai unit dimana hasil penelitian

akan diterapkan (Dharma, 2011). Populasi dalam penelitian ini adalah

subjek yang memenuhi kriteria tertentu yang telah ditetapkan

(Nursalam, 2011). Populasi dalam penelitian ini adalah sejumlah 53

orang tua yang memiliki remaja perokok pada bulan februari di Desa

Jatirejo, Jatiroto, Wonogiri.

3.2.2. Sampel

Sampel adalah sekelompok individu yang merupakan bagian dari

populasi terjangkau dimana peneliti langsung mengumpulkan data atau

melakukan pengamatan atau pengukuran pada unit ini (Dharma, 2011).

Sedangkan menurut Sugiyono (2017) berpendapat sampel adalah

bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi

tersebut. Penelitian ini menggunakan teknik pengambilan sampel

kriteria sampel adalah orang tua yang memiliki remaja perokok. Salah

satu metode yang digunakan untuk menentukan besar sampel penelitian

dengan menggunakan rumus slovin sebagai berikut :

Penentuan besar sampel dalam penelitian ini menurut Notoatmodjo

(2010) sebagai berikut

N
n=
1+ N . d 2
34

Keterangan

n: besar sampel

N: jumlah populasi

d: tingkat kepercayaan/ ketepatan.

53 53
n= =
1+ 53.(0,1) 1,53
2

= 35

3.2.3. Teknik sampel

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini diambil dengan teknik

Non probability sampling with consecutive sampling. Consecutive

sampling yaitu metode pemilihan sample yang dilakukan dengan

memilih semua individu yang ditemui dan memenuhi kriteria

pemilihan, sampai jumlah sample yang digunakan terpenuhi (Dharma,

2011).

1. Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah

a. orang tua yang memiliki anak remaja laki laki perokok

b.orang tua yang bersedia menjadi responden.

2. Kriteria eksklusi adalah

a. Orang tua yang tidak bisa mengikuti pendidikan kesehatan karena

sakit.

b. Tidak bersedia menjadi responden

3.3 Tempat dan waktu penelitian


35

31.1. Tempat penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di Desa Jatirejo, Jatiroto, Wonogiri.

3.3.2. Waktu penelitian

Waktu penelitian ini dibagi menjadi 3 tahap meliputi penyusunan

proposal, pengumpulan data dan pelaporan hasil penelitian.

Pengambilan data dalam penelitian ini akan dilakukan pada bulan Juni

sampai bulan Junl tahun 2020.

3.4 Variabel, Definisi Operasional, dan Skala Pengukuran

3.4.1. Variabel

Variabel adalah perilaku atau karakteristik yang memebrikan nila

beda terhadap suatu kelompok penelitian (Nursalam, 2016). Variabel

adalah objek penelitian yang menjadi titik perhatian suatu penelitian

(Arikunto, 2010).

3.4.2. Variabel Independet (Variabel Bebas)

Variabel bebas merupakan variabel yang memepengaruhi atau yang

menjadi sebab atau timbulnya variabel dependen (terikat). Variabel

bebas pada penelitian ini adalah pendidikan kesehatan tentang bahaya

merokok pada remaja dengan media flipchart.

3.4.3. Variabel Dependent (Variabel Terikat)

Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang

menajdi akibat, karena adanya variabel bebas. Variabel terikat pada

penelitian ini adalah sikap orangtua.

3.4.4. Definisi Operasional


36

Definisi operasional adalah mengukur atau menilai variabel

penelitian, kemudian memberikan gambaran tentang variabel tersebut

atau menghubungkannya. Mempermudah peneliti dalam

mengembangkan instrumen penelitian, menentukan bagaimana

metode pengumpulan data dan jenis data atau skala pengukurannya

(Dharma, 2011). Definisi operasional ditentukan berdasarkan

parameter yang dijadikan ukuran dalam penelitian, sedangkan cara

pengukuran merupakan cara dimana variabel dapat diukur dan

ditentukan karakteristiknya. Definisi operasional dalam penelitian ini

dapat dikemukakan dalam tabel berikut:

Tabel 3.1 Definisi Operasional


37

Variabel Definisi Alat Ukur Kategori Skala


Penelitian Data
Pendidikan Semua Menggunakan - Nominal
kesehatan kegiatan media flipchart
dengan flipchart untuk
(variabel meningkatkan
independent) , sikap
individu atau
kelompok
dalam
meningkatkan
kesehatan
dengan
menggunakan
flipchart
tentang sikap
orang tua
meliputi
pengertian
rokok,
kandungan
rokok, bahaya
merokok.
Sikap orang tua Hasil dari tahu Kuesioner Jawaban Ordinal
(Variabel setelah sikap orang tua sikap
dependent) melihat tentang kategorikan
mendengar perilaku remaja menjadi:
bahaya perokok a. positif
merokok, jika skor T
yaitu sikap ≥ mean
sebelum dan b. negatif
setelah jika skor T
diberikan < mean
pendidikan
kesehatan.

3.5 Alat Penelitian dan Cara Pengumpulan Data

3.5.1 Alat Penelitian


38

Instrumen penelitian adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan

peneliti dalam mengumpulkan data agar kegiatan tersebut menjadi

sistematis. Instrumen dalam penelitian ini adalah kuesioner. Penelitian

ini menggunakan flipchart sebagai media dalam pendidikan kesehatan.

Kuesioner yang digunakan yaitu kuesioner dari Diyanita (2017)

tentang sikap orang tua terhadap perilaku merokok pada remaja terdiri

dari 24 pertanyaan.

Tabel 3.2
Kisi kisi kuesioner sikap orang tua terhadap remaja perokok.

Sub variabel No. Item positif No item negative Jumlah


total item
Pengetahua 4, 6, 13, 18, 19, 1,2,3, 5, 6, 7, 8, 9, 12, 15, 21
n tentang 20 16, 17, 22, 23, 24
rokok
Pengetahua 14, 10,11, 3
n dampak
rokok bagi
tubuh

3.5.2 Cara pengumpulan data

1. Persiapan

a. Pengajuan usulan proposal penelitian ke prodi Sarjana

Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta.

b. Prosedur administrasi peneliti mengurus surat studi pendahuluan

penelitian di Prodi Sarajana Keperawatan STIKes Kusuma

Husada Surakarta.

c. Dilanjutkan Kantor Kesbangpol Kabupaten Wonogiri.


39

d. Peneliti mendapatkan surat balasan dari Kantor Kesbangpol

Kabupaten Wonogiri untuk diserahkan kepada Kantor Desa

Jatirejo Kecaatan Jatiroto Kabupaten Wonogiri.

e. Peneliti melakukan studi pendahuluan di Desa Jatirejo. Setelah

melakukan studi pendahuluan peneliti mempersiapkan untuk

penelitian. Peneliti mendapaatkan surat ijin dari penelitian dari

STIKes Kusuma Husada Surakarta, peneliti meminta ijin ke

Kantor Desa Jatirejo untuk melakukan penelitian di Desa

Jatirejo.

2. Pelaksanaan

a. Peneliti berada di Desa Jatirejo Kecamatan Jatiroto Kabupaten

Wonogiri, peneliti melakukan penelitian pada semua responden

(orang tua yang memiliki remaja laki-laki perokok).

b. Peneliti menginformasikan jalannya penelitian pada responden.

Peneliti mengidentifikasikan sampel sesuai kriteria inklusi dan

ekslusi.

c. Peneliti memperkenalkan diri, menjelaskan maksud dan tujuan

penelitian kepada responden. Peneliti memberikan informasi

tentang penelitian dan memberikan lembar persetujuan bagi

responden yang bersedia berpartisipasi dalam penelitian.

d. Memberikan kesempatan pada responden untuk bersedia ikut atau

tidak dalam penelitian.


40

e. Apabila responden setuju untuk ikut dalam penelitian maka

responden harus mengisi lembar persetujuan dan lembar kuisioner

yang sudah disediakan oleh peneliti.

f. Peneliti mengecek kembali lembar kuisioner yang telah diisi oleh

responden.

g. Peneliti mengukur sikap orang tua tentang remaja perokok sebelum

dilakukan Pendidikan Kesehatan.

h. Peneliti memberikan satu kali Pendidikan Kesehatan Deangan

Flipchart Tentang Bahaya Merokok pada Remaja.

i. Peneliti mengukur kembali sikap orang tua tentang remaja perokok

setelah dilakukan Pendidikan Kesehatan.

3.6 Teknik Pengolahan dan Analisa Data

Setelah data terkumpul maka langkah yang dilakukan berikutnya adalah

pengolahan data. Sebelum melakukan analisa data beberapa tahapan harus

dilakukan terlebih dahulu guna mendapatkan data yang valid sehingga dapat

menganalisa data tidak medapatkan kendala. Langkah pengolahan data

menurut notoatmodjo (2012), yaitu

. Editing

Merupakan kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan isian formulir atau

kuesioner tersebut. Peneliti memeriksa kembali kuesioner yang telah diisi

responden, apabila belum lengkap maka peneliti mempersilahkan

responden untuk mengisi kuesioner tersebut hingga lengkap.


41

. Coding

Merupakan suatu metode untuk mengobservasi data yang dikumpulkan

selama penelitian kedalam simbol yang cocok untuk keperluan analisis

terhadap hasil observasi yang dilakukan. Setelah kuesioner diedit.

Selanjutnya dilakukan pengkodean atau coding, yaitu mengubah angka

huruf menjadi bilangan

a. pekerjaan

1 = Tani

2 = Wirausaha

3 = PNS

b. Usia (Berdasarkan Departemen Kesehatan RI 2009)

1 = 26-35 tahun

2 = 36-45 tahun

3 = 46-65 tahun

4 = 66-atas

c. Jenis kelamin

1 = laki-laki

2= perempuan

d. Pendidikan

1 = SD

2 = SMP

3 = SMA

4 = Perguruan Tinggi
42

e. Skoring

1: Positif apabila skor T ≥ mean

2: Negatif apabila jawaban skor T < mean

. Entri data

Merupakan proses memasukkan data kedalam komputer. Jawaban dari

masing-masing responden menggunakan kode (angka atau huruf)

dimasukkan kedalam program software komputer. Salah satu paket

program yang sering digunakan untuk entri data penelitian menggunakan

program SPSS.

. Tabulasi

Merupakan proses mengelompokkan data kedalam kategori yang telah

ditentukan dan dilakukan tabulai kemudian diberikan kode untuk

kemudahan dalam pengolahan data. Penelitian ini memasukkan semua

jawaban benar yang sudah diberi skor kedalam tabel (scoring), dan total

skor dimasukkan kedalam tabel kemudian dikategorikan pre test

pendidikan kesehatan dengan flipchart tentang bahaya merokok pada

remaja terhadap sikap orang tua dan post test pendidikan kesehatan dengan

flipchart tentang bahaya merokok pada remaja terhadap sikap orang tua.
43

3.7 Analisa Data

3.7.2 Analisa Data

1. Analisa Univariat

Analisa univariat digunakan untuk menjelaskan atau

mendiskripsikan karakteristik variabel yang diteliti tentang ditribusi

frekuensi dan proporsi. Analia univariat hanya menghasilkan

distribusi frekuensi dan presentase dari tiap variabel (Sumantri, 2011).

Analisa univariat dalam penelitian ini digunakan untuk menganalisa

karakteristik responden meliputi tingkat pendidikan, usia, pekerjaan

serta menganalisa sikap orang tua tentang bahaya merokok pada

remaja sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan dengan

flipchart.

2. Analisa Bivariat

Analisa data bivariat adalah analia yang dilakukan terhadap dua

variabel yang diduga berhubungan (Notoatmodjo, 2014). Analisa

bivariat dalam penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh

pendidikan kesehatan dengan flipchart tentang bahaya merokok pada

remaja terhadap sikap orang tua. Menggunakan uji non parametric

yaitu uji wilcoxon

a. Apabila p value > 0,05 maka H0 diterima atau Ha ditolak yang berarti

tidak terdapat pengaruh pendidikan kesehatan dengan flipchart

tentang bahaya merokok pada remaja terhadap sikap orang tua.


44

b. Apabila p value < 0,05 maka H0 ditolak atau Ha diterima yang berarti

terdapat pengaruh pendidikan kesehatan dengan flipchart tentang

bahaya merokok pada remaja terhadap sikap orang tua.

3.8 Etika Penelitian

Penelitian keperawatan pada umunya melibatkan manusia sebagai

subjek penelitian. Penelitian mempunyai risiko ketidaknyamanan atau cidera

pada subjek mulaidari risiko ringan hingga berat. Manusia sebagai subjek

penelitian adalah mahluk yang holistik meliputi integrasi aspek fisik , sosial,

psikologis dan spiritualyang tidak bisa dipisahkan. Etika penelitian sangat

diperlukan untuk memberikan jaminan keuntungan yang diterima (Dharma,

2011). Prinsip dalam etika keperawatan yaitu :

1. Menghormati harkat dan martabat manusia (respect for human dignity)

Penelitian dilaksanakan dengan menjunjung tinggi harkat dan

martabat manusia. Subjek memiliki hak asasi manusia dan kebebasan

untuk memilih menentukan menerima atau menolak. Tidak boleh ada

paksaan atau penekanan tertentu agar subjek ikut dalam penelitian, subjek

dan peneliti berhak mendapatkan informasi yang terbuka dan lengkap

tentang pelaksanaan penelitian. Setelah mendapatkan informasi yang

lengkap dan mempertimbangkan dengan baik, kemudian subjek

menentukan apakah ikut atau menolak sebagai subjek penelitian. Prinsip

ini tertuang dalam infomed consent yaitu persetujuan untuk berpartisipai


45

sebagai subjek penelitian setelah mendapatkan penjelasan yang lengkap

dan terbuka dari peneliti tentang keseluruhan pelaksanaan penelitian.

2. Menghormati privasi dan kerahasiaan subjek (respect for privacy and

confidentiality)

Manusia sebagai subjek penelitian memiliki privasi dan hak asasi

untuk mendapatkan kerahasiaan informasi. Namun tidak bisa dipungkiri

bahwa peneliti menyebabkan terbukanya informasi tentang subjek.

Peneliti perlu merahasiakan berbagai informasi yang menyangkut privasi

subjek yang tidak ingin identitas dan segala sesuatu informasi tentang

dirinya diketahui orang lain. Prinsip ini dapat diterapkan dengan cara

memindahkan identitas seperti nama subjek dan alamat kemudia diganti

dengan kode tertentu. Dengan demikian informasi yang menyangkut

tentang subjek tidak terekspos secara luas.

3. Menghormati keadilan dan inklusivitas (respect for justice inclusiveness)

Prinsip keterbukaan dalam penelitian mengandung makna bahwa

penelitian dilakukan secara jujur, tepat, cermat, hati hati dan dilakukan

secara profesional. Sedangkan prinsip keadilan mengandung makna

bahwa penelitian memberikan keuntungan dan beban secara merata sesuai

dengan kebutuhan dan kemampuan subjek.

4. Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan (balancing

harm and benefits).

Prinsip mengandung makna bahwa setiap penelitian harus

mempertimbangkan manfaat yang besar bagi subjek penelitian dan


46

populasi dimana hasil penelitian beneficience kemudian meminimalisir

resiko atau dampak yang merugikan subjek penelitian nonmaleficence.

Prinsip ini, yang harus diperhatikan oleh peneliti ketika mengajukan

usulan penelitian untuk mendapatkan persetujuan etik dari komite etik

penelitian. Peneliti harus mempertimbangkan rasio antara manfaat dan

kerugian resiko dari penelitian.

Anda mungkin juga menyukai