Anda di halaman 1dari 4

BAB II

ALASAN MENGAPA ANAK MEROKOK

Merokok sudah menjadi salah satu gaya hidup masyarakat di Indonesia. Saat ini, perokok
bukan hanya datang dari kalangan orang dewasa dan remaja saja tetapi juga sudah mulai merambah
pada usia anak-anak. Penelitian yang dilakukan GYTS (dalam Wahyuningsih, 2015) di Indonesia
menyebutkan perilaku merokok penduduk Indonesia pada tahun 2013-2014 terus mengalami
peningkatan. Untuk usia 13-15 tahun dari 33,9 % menjadi 47,2 % dan yang lebih memprihatinkan
lagi bahwa 21,2 % sudah mulai merokok sebelum berusia 7 tahun.6

Ada banyak alasan yang melatarbelakangi perilaku merokok. Menurut Tarwoto dkk (dalam
Nurmayunita, 2014), faktor-faktor yang mempengaruhi kebiasaan merokok antara lain rasa ingin
tahu, tekanan dari teman sebaya, berteman dengan perokok usia muda, mempunyai orang tua yang
merokok, saudara kandung, lingkungan sekolah (guru) yang merokok dan tidak percaya bahwa
rokok dapat mengganggu kesehatan7,8.

Gambar 4. Diagram distribusi frekuensi penyebab perilaku merokok

Dari diagram diatas menunjukan bahwa di dapatkan hasil dari 78 responden penyebab
perilaku merokok yang dikarenakan rasa ingin tahu sebanyak 18 siswa (23,1 %), kemudian karena
iklan dan promosi sebanyak 26 siswa (33,3 %), dan yang dikarenakan lingkungan dan keluarga
sebanyak 34 siswa (43,6 %).9 Di sisi lain, tingkat pengetahuan juga dapat mencetuskan perilaku
merokok pada anak. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Alamsyah dan Nopianto
(2016), bahwa anak dan remaja yang memiliki pengetahuan rendah merupakan salah satu alasan
mengapa anak merokok.10 Dalam penelitian Ali (2014) menunjukkan bahwa faktor pengetahuan
merupakan faktor yang paling dominan yang berhubungan dengan perilaku merokok. Pengetahuan
merupakan modal dasar bagi setiap individu untuk berperilaku. Pengetahuan yang cukup akan
memotivasi seseorang untuk berperilaku baik. Pengetahuan yang tinggi tentang rokok pada anak
dan remaja cenderung memperkecil kemunginan remaja tersebut berperilaku merokok. Hal ini
disebabkan karena anak dan remaja telah mengetahui bahaya atau dampak negatif yang
ditimbulkan oleh rokok.11

Pada remaja, pengaruh teman sebaya merupakan salah satu pendorong untuk remaja
berkeinginan merokok. Rasa ingin tahu terhadap bagaimana rasanya merokok ataupun tantangan
terhadap larangan yang ada termasuk pengaruh budaya dan agama mengenai rokok akan menjadi
pertimbangan tersendiri bagi remaja untuk memutuskan untuk tidak merokok atau merokok baik
secara terang-terangan ataupun sembunyi-sembunyi12. Menurut Ali dan Asrori (dalam Alfian,
2017), anak dan remaja pada umumnya memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, sehingga cenderung
ingin mencoba segala sesuatu yang belum pernah dialami dan juga didorong oleh keinginan seperti
orang dewasa.6 Dalam penelitian Rudi dkk (2017) menemukan bahwa anak dan remaja yang
terpengaruh orang tua yang merokok lebih banyak dibandingkan dengan orang tua yang tidak
merokok. Hal ini didasari karena melihat orang tua merokok maka ingin mencoba untuk merokok
dengan alasan ingin tahu atau hanya ingin mencoba-coba merokok. Namun, rasa ingin tahu atau
mencoba-coba rokok justru mengarahkan kebiasaan ingin terus menerus untuk merokok.12

Selain itu, faktor lain yang dapat mempengaruhi kebiasaan merokok adalah faktor
lingkungan. Anak dan remaja yang berasal dari keluarga konservatif yang menekankan nilai-nilai
sosial dan agama dengan baik dengan tujuan jangka panjang lebih sulit untuk terlibat dengan
rokok,tembakau dan obat-obatan dibandingkan dengan keluarga yang permisif dan yang paling
kuat pengaruhnya adalah bila orang tua sendiri menjadi figur contoh yaitu sebagai perokok berat,
maka anak-anaknya akan mungkin sekali untuk mencontohnya.13 Keluarga memiliki kontribusi
yang besar dalam pembentukan perilaku seorang anak. Kebiasaan merokok pada orang tua dapat
membuat anaknya menganggap bahwa merokok merupakan suatu hal yang tidak dilarang. Hal ini
semakin diperkuat dengan tidak ada larangan dari orang tua bila anaknya merokok .11 Aktivitas
merokok biasanya dilakukan sebelum masuk sekolah diarea parkir yang berada diluar lingkungan
sekolah dan sesudah pulang sekolah. Dari siswa yang kedapat merokok masing-masing siswa
mengatakan penyebab mereka merokok dikarenakan ada keluarganya yang merokok, mengikuti
teman-temannya, dan punya uang untuk membeli rokok.14 Jika teman-teman yang sebaya di
sekolah merokok, maka mereka akan lebih muda tergoda untuk bergabung dengan teman-teman
yang merokok. Selain itu mereka juga tertantang karena takut dianggap remeh dan dikucilkan dari
lingkungan pertemanannya akibat tidak ikut merokok. Mereka mencoba menghilangkan
kejenuhan ingin dianggap lebih jantan, ingin diterima di kelompoknya atau pengaruh panutannya,
misal orang tua atau kakaknya yang merokok, dimana hal tersebut ditunjang oleh mudahnya rokok
didapatkan baik penjualan maupun harganya.6,8,12 Menurut Alamsyah dan Nopianto (2016),
terdapat hubungan antara keaktifan kegiatan ekstrakurikuler di sekolah dengan perilaku merokok
pada siswa. Siswa yang tidak mengikuti kegiatan ekstrakurikuler di sekolah, maka siswa tersebut
akan beresiko berperilaku merokok, dan begitu juga sebaliknya. Hal ini disebabkan siswa yang
aktif dalam kegiatan Ekstrakurikuler cenderung banyak menghabiskan waktu di lingkungan
sekolah, sehingga dengan adanya pengawasan sekolah menyebabkan siswa tidak berperilaku
merokok.10

Kemudian, alasan lain yang dapat mencetuskan perilaku merokok adalah terpengaruh
iklan. Iklan dalam media massa secara langsung atau tidak akan mempengaruhi individu. Dimulai
dari minat beli hingga pola pikir. Bagi seorang dewasa yang dapat memilah informasi, paparan
iklan dalam media mungkin tidak akan terlalu mempengaruhinya. Akan tetapi bagi anak remaja
yang belum memiliki cukup pengetahuan dalam hal literasi media atau penyaringan sebuah
informasi akan mempengaruhi.15 Iklan rokok selama ini dikemas sedemikian menarik untuk
mengesankan orang bahwa merokok membuat mereka terlihat gagah dan perkasa sehingga dapat
mempengaruhi pandangan terhadap perokok saat ini.16 Untuk menjaring konsumen yang lebih
banyak, para produsen rokok mempunyai cara yang handal. Berbagai iklan baik dalam bentuk
reklame, poster maupun iklan dalam media elektronik ditampilkan dengan maksud untuk
merangsang para konsumen mencoba produk yang mereka iklankan. Selain berperan terhadap
perubahan persepsi, iklan menjadi media penting bagi anak dan remaja dalam memperolah
informasi seputar rokok.17
6. Setyawati, Dyahningrum (2016). Perilaku Merokok Pada Anak. Skripsi thesis, Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
7. Fitria, MS (2018). Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Merokok pada Anak
Usia Sekolah di Kota Banda Aceh. Skripsi thesis, Universitas Syiah Kuala.
8. Nurmayunita, D (2014). Hubungan antara Pengetahuan, Paparan Media Iklan dan
Persepsi dengan Tingat Perilaku Merokok Siswa SMK Kasatrian Solo Kartasura
Sukoharjo. Skripsi thesis. Universitas Muhammadiyah Surakarta.
9. Huda, AK (2018). Gambaran Penyebab Perilaku Merokok pada Anak Usia Sekolah.
Skripsi thesis. Universitas Muhammadiyah Surakarta.
10. Alamsyah, A., Nopianto (2017). Determinan Perilaku Merokok pada Remaja. Journal
Endurance 2(1) February 2017 (25-30). DOI: 10.22216/jen.v2i1.1372
11. Ali, M., (2014). Pengetahuan, Sikap, dan Faktor Psikologis Berhubungan dengan Perilaku
Merokok pada Pegawai Poltekkes Kemenkes Jakarta III. Ilmu dan Teknologi Kesehatan,
2, pp.101–107
12. Wismaningsih, R. E., Widati, S., & Mochny, S. M. (2014). Peran Siswa Dalam
Pencegahan Perilaku Merokok Pada Sekolah Menengah Pertama di Kecamatan Pare
Kabupaten Kediri. Jurnal Promkes, Vol 2 No 1.
13. Rudi, A., Masan, L., & Kwureh, N. H. (2017). Efektivitas Peringatan Kesehatan
Bergambar Bungkus Rokok pada Pelajar. Wawasan Kesehatan, Vol 4 No 1.
14. Adistie, F., dkk. (2015). Faktor-faktor yang Mendukung Perilaku Merokok Mahasiswa.
Jurnal Keperawatan, Vol 2 No 1.
15. Virga, L. R. (2016). Literasi Iklan Rokok dan Perilaku Konsumtif Remaja Melalui
Pemberdayaan Remaja Masjid. Profetik Jurnal Komunikasi, Vol 9 No 2.
16. Kelian, T. M., Alimudin, L., & Syafri, O. (2016). Persepsi Perokok Aktif Dalam
Menanggapi Label Peringatan Bahaya Merokok. Jurnal Fikratuna, Vol 8 No 2.
17. Triatanti, I. (2016). Remaja dan Perilaku Merokok. ISSN 2407.

Anda mungkin juga menyukai