Anda di halaman 1dari 9

FKIP Universitas PGRI Banyuwangi Seminar Nasional

Pendidikan Budaya dan Sejarah: “Dibalik Revitalisasi Budaya”


ISBN: 978-602-72362-7-1

EFEKTIVITAS KONSELING COGNITIVE BEHAVIOR TEKNIK


SELF INSTRUCTIONAL TRAINING UNTUK MEREDUKSI
PERILAKU MEROKOK
Zulfatul Laila 1, Harwanti Noviandari 2
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas PGRI Banyuwangi
Email : zulfalaila.14@gmail.com1
Email : hnoviandari83@gmail.com2

Abstrak
Merokok merupakan suatu masalah di dalam masyarakat yang dapat
menimbulkan banyak kerugian baik dari segi sosial ekonomi maupun
kesehatan bahkan kematian.untuk mengatasi masalah tersebut, salah satunya
melalui metode konseling. Tujuan utama penelitian ini adalah untuk menguji
bagaimana keefektifan konseling cognitive behavior teknik self insctructional
training dalam mereduksi perilaku merokok siswa kelas XI di SMK Gajah
Mada Banyuwangi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
desain eksperimen dengan menggunakan rancangan control group pretest and
posttest design. Sampel penelitian sebanyak 15 orang siswa yang memiliki
kebiasaan merokok. Sampel ditentukan dengan teknik purposive sampling.
Dalam penelitian ini analisis data menggunakan analisis data statistik
(kuantitatif).

Kata kunci: Perilaku Merokok, Pelatihan Instruksi Diri

Abstract
Smoking is a problem in society that can cause much harm both in terms of
socioeconomic and health and even death. To overcome the problem, one of
them through counseling method. The main purpose of this study is to examine
how the effectiveness of counseling Cognitive Behavior Self Insctructional
Training techniques in reducing smoking behavior of grade XI students at SMK
Gajah Mada Banyuwangi. The method used in this research is experimental
design using control group design Pretest and Posttest design. The sample of
study were 15 students who had smoking habit. The sample is determined by
purposive sampling technique. In this study data analysis using statistical data
analysis (quantitative).

Keywords : Smoking Behavior , Self Instructional Training.

1. PENDAHULUAN maju jika generasi muda memiliki perilaku


Pelajar adalah generasi muda yang yang sehat sebab kesehatan mental
merupakan aset bangsa yang kelak akan seseorang akan mempengaruhi
menjadi generasi penerus dalam produktivitasnya. Sebagai generasi penerus
membangun bangsa. Suatu bangsa dapat bangsa, generasi muda harus menerapkan

DOI: 10.31227/osf.io/ 31 | P a g e
FKIP Universitas PGRI Banyuwangi Seminar Nasional
Pendidikan Budaya dan Sejarah: “Dibalik Revitalisasi Budaya”
ISBN: 978-602-72362-7-1
pola hidup yang sehat tersebut, salah jumlah perokok terbesar di dunia setelah
satunya adalah tidak mengkonsumsi rokok. Amerika Serikat, RRC dan Jepang. Tidak
Sebab, rokok berdampak negatif terhadap kurang dari 70% penduduk Indonesia kini
kesehatan. Akan tetapi, prevalensi perokok jadi perokok aktif dan ironisnya lagi,
dari kalangan pelajar khususnya pelajar sekitar 13,2% perokok di Indonesia adalah
SMA cukuplah tinggi (Prasetiawan, 2016). remaja berusia 15-19 tahun.
Masalah perilaku merokok pada siswa Fenomena merokok di Indonesia
dipengaruhi oleh beberapa faktor salah memang sudah sangat memprihatinkan dan
satunya adalah pengetahuan dan sikap. kini sudah merambah ke anak-anak
Pengetahuan yang rendah mengenai sekolah. Memang pada era modernisasi
bahaya rokok akan menimbulkan sikap (gaya hidup modern) saat ini berdampak
yang kurang perduli terhadap bahaya positif bagi kehidupan, seperti
rokok, sikap yang kurang perduli terhadap diperolehnya kemudahan-kemudahan
bahaya rokok akan mendorong seorang dalam berbagai bidang, namun ternyata
siswa beperilaku merokok jika dipengaruhi telah melahirkan dampak-dampak yang
oleh faktor-faktor yang mendorong mereka kurang menguntungkan, yaitu dengan
untuk merokok, misalnya adalah faktor munculnya berbagai problem yang
pergaulan yang salah dan faktor iklan semakin kompleks, baik yang bersifat
rokok yang terus muncul dilakukan oleh personal maupun sosial (dalam Swarafika,
produsen rokok (Prasetiawan, 2016). 2017). Menurut Muhtar (dalam
Menurut Muhtar (dalam Sulistiawan, 2010) Banyak dijumpai di
Sulistiawan, 2010) Kebiasaan merokok sejumlah tempat seperti warung nasi,
sering dikaitkan dengan terjadinya terminal atau tempat-tempat nongkrong,
penyakit paru obstruktif menahun sering dijumpai sekumpulan siswa
(PPOM). Namun kebiasaan merokok di berseragam putih biru (SLTP) atau putih
negeri ini tetap tidak bisa dihilangkan, abu-abu (SLTA) bersenda gurau sambil
bahkan semakin meningkat. Sebagian berlomba "mengepulkan asap". Pada tahap
besar penduduk di sejumlah negara pertama, mereka mungkin saja merokok
mengurangi konsumsi mereka terhadap karena pemberian teman. Namun setelah
rokok, orang Indonesia justru malah kecanduan, kebutuhan merokok pun
sebaliknya. Indonesia kini menempati meningkat dan bisa saja akibat desakan
ranking ke-4 sebagai negara dengan kebutuhan terhadap rokok malah

DOI: 10.31227/osf.io/ 32 | P a g e
FKIP Universitas PGRI Banyuwangi Seminar Nasional
Pendidikan Budaya dan Sejarah: “Dibalik Revitalisasi Budaya”
ISBN: 978-602-72362-7-1
mendorong sebagian siswa mengambil Program penanggulangan merokok
langkah salah, seperti membohongi atau di lingkungan sekolah punya peran cukup
menipu orang tua. Bahkan sangat mungkin besar. Tapi, ternyata 11,7 persen perokok
karena demi rokok, ada di antaranya siswa laki-laki dan 9,5 persen siswa
terjerumus pada tindakan kriminal seperti perempuan sudah mulai merokok sejak
mencuri atau memeras. sebelum usia 7 tahun. Hasil penelitian
Menurut data terbaru Global Youth menunjukkan bahwa hampir separuh (47,2
Tobacco Survey (GYTS) 2014, terdapat persen) siswa perokok Indonesia ternyata
18,3 persen pelajar Indonesia sudah punya sudah status adiksi, atau ketagihan. Hal ini
kebiasaaan merokok, dengan 33,9 persen ditunjukkan dengan mereka biasanya
berjenis laki-laki dan 2,5 persen sudah ingin merokok pada saat pertama
perempuan. GYTS 2014 dilakukan pada bangun tidur. Angka ini tentu cukup
pelajar tingkat SMP berusia 13-15 tahun. memprihatinkan, karena mereka masih
Data perokok rata-rata masyarakat amat muda tapi sudah adiksi merokok
Indonesia (usia 15 tahun ke atas) adalah (Swarafika, 2017). Permasalahan di atas
sekitar 30 persen, artinya dengan apabila dibiarkan, maka akan menjadi
bertambahnya umur maka persentase permasalahan umum yang dilakukan oleh
perokoknya terus meningkat. Menurut banyak siswa. Tentunya bisa menimbulkan
Prof. Tjandra Yoga Aditama, SsP(K), rusaknya moral remaja Indonesia yang
MARS, DTM & H, DTCE, Kepala Badan khususnya pelajar bisa mengakibatkan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan menurunnya kondisi kesehatan fisik dan
Kementerian Kesehatan, dalam keterangan menurunnya prestasi siswa yang
pers yang diterima CN Indonesia, kita dipengaruhi oleh perilaku merokok. Oleh
dapat menekan kebiasaan merokok pada karena itu diperlukan penanganan dalam
kaum muda atau pelajar, maka kita dapat upaya membantu siswa agar dapat
juga mengendalikan perokok pada dewasa. meningkatkan kedisiplinan di sekolah.
Peran guru sangat berpengaruh untuk Upaya untuk menangani siswa yang
mengurangi perilaku merokok peserta bermasalah, khususnya yang terkait
didik, dimana guru juga dilarang merokok dengan pelanggaran disiplin sekolah dapat
di lingkungan sekolah agar siswa tidak dilakukan melalui dua pendekatan yaitu:
meniru perilaku merokok tersebut (1) Pendekatan disiplin; (2) Pendekatan
(Swarafika, 2017). bimbingan dan konseling. disinilah

DOI: 10.31227/osf.io/ 33 | P a g e
FKIP Universitas PGRI Banyuwangi Seminar Nasional
Pendidikan Budaya dan Sejarah: “Dibalik Revitalisasi Budaya”
ISBN: 978-602-72362-7-1
pendekatan yang kedua perlu digunakan verbalisasi diri yang tidak tepat. Inti dari
yaitu melalui pendekatan Konseling teknik adalah membangun kembali sistem
Cognitive Behavior dengan Teknik Self kognisi konseli, namun terpusat pada pola
Instructional Training. Menurut Aaron T. verbalisasi overt (disuarakan secara
Beck (dalam Yahya AD, 2017) lantang/ keras) dan covert (disuarakan
mendefinisikan CBT (Cognitive Behavior dalam hati). Sedangkan menurut Jones
Therapy) sebagai pendekatan konseling (2011) self instructional training
yang dirancang untuk menyelesaikan merupakan suatu usaha yang dilakukan
permasalahan konseli pada saat ini dengan oleh terapis atau konselor untuk melatih
cara melakukan restrukturasi kognitif dan konseli agar dapat mengganti pernyataan
perilaku menyimpang. Konseling CBT negatif tentang dirinya dengan pernyataan
adalah model teoritis yang positif berorientasi tugas yang
menghubungkan pikiran dengan emosi dan memfasilitasi coping.
perilaku. Proses konseling didasarkan pada
konseptualisasi atau pemahaman konseli 2. KAJIAN LITERATUR DAN

atas keyakinan khusus dan pola perilaku PENGEMBANGAN HIPOTESIS

konseli. Harapan dari CBT yaitu Menurut Gerald Corey (dalam

munculnya restukturasi kognitif yang Sofiany, 2016) Konseling perilaku

menyimpang dan sistem kepercayaan (konseling behavior) adalah penerapan

untuk membawa emosi dan perilaku dan aneka ragam teknik dan prosedur yang

perilaku ke arah yang kebih baik. berakar pada berbagai teori tentang belajar.

Menurut Corey (dalam Dewi, Penerapan prinsip-prinsip belajar ini

2016) Salah satu teknik yang ada pada berakar pada teori pengkondisian klasik

modifikasi konseling kognitif-perilaku dari Ivan Pavlov maupun teori

adalah self instruction. Teknik self pengkondisian operan dari B.F. Skinner.

instruction merupakan salah satu teknik Konseling Kognitif Perilaku, merupakan

yang terdapat di dalam pendekatan penggabungan teknik-teknik dari

cognitive behavior modification yang perspektif perilaku dengan teknik-teknik

dikembangkan oleh Meinchenbaum. dari perspektif kognitif, karena dalam

Menurut Baker & Butler (dalam Dewi, perkembangannya para praktisi teori

2016) Perilaku maladaptif dipengaruhi konseling perilaku menyadari, adanya

oleh pikiran irasional yang menyebabkan keterbatasan dalam teori-teori belajar dan

DOI: 10.31227/osf.io/ 34 | P a g e
FKIP Universitas PGRI Banyuwangi Seminar Nasional
Pendidikan Budaya dan Sejarah: “Dibalik Revitalisasi Budaya”
ISBN: 978-602-72362-7-1
mengakui peran kognisi, dalam cognitive behavior, yang melibatkan
mempengaruhi perilaku. identifikasi keyakinan-keyakinan
Menurut Aaron T. Beck (dalam disfungsional yang dimiliki seseorang dan
Sofiany, 2016) mendefinisikan Cognitive mengubahnya menjadi lebih realistis serta
Behavior Therapy (CBT) sebagai melibatkan teknik-teknik modifikasi
pendekatan konseling yang dirancang perilaku. Pada metode self-instruction ini,
untuk menyelesaikan permasalahan terdapat strategi-strategi kognitif yang bisa
konseli pada saat ini dengan cara digunakan, seperti self-verbalization atau
melakukan restrukturisasi kognitif dan self-talk yang bertujuan untuk menuntun
perilaku yang menyimpang. Pendekatan seseorang mengatasi masalah yang
ini didasarkan pada formulasi kognitif, dihadapinya (Sayekti, 2017).
keyakinan dan strategi perilaku yang Sementara itu, teknik self-
mengganggu. Proses konseling didasarkan instructional sendiri merupakan suatu
pada konseptualisasi atau pemahaman teknik modifikasi perilaku yang memiliki
konseli atas keyakinan khusus dan pola dua kegunaan, yaitu untuk mengganti
perilaku konseli. Harapan dari CBT yaitu pemikiran negatif terhadap diri sendiri
munculnya restrukturiasasi kognitif dan menjadi pemikiran yang positif serta dapat
system kepercayaan untuk membawa digunakan untuk mengarahkan perilaku.
perubahan ke arah yang lebih baik. Kegunaan metode self instruction
Menurut Oemarjoedi (dalam Yahya, untuk mengganti pemikiran negatif
2016) Tujuan dari konseling cognitive menjadi positif, didasari oleh pemikiran
behavior yaitu mengajak konseli untuk bahwa pandangan seseorang mengenai
menentang pikiran dan emosi yang salah dirinya dapat diarahkan. Sementara itu,
dengan menampilkan bukti-bukti yang kegunaan teknik ini untuk mengarahkan
bertentangan dengan keyakinan mereka perilaku didasari oleh pemikiran bahwa
tentang masalah yang dihadapi. Konselor pemberian intruksi merupakan bagian
diharapkan mampu menolong konseli penting pada perkembangan manusia
untuk mencari keyakinan yang sifatnya dalam mengarahkan perilaku (Rock dalam
dogmatis dalam diri konseli dan secara Sayekti, 2017).
kuat mencoba menguranginya. Menurut Kemenkes (dalam Sianipar,
Metode self instructional merupakan 2015) Perilaku merokok juga dapat
salah satu metode dari pendekatan didefinisikan sebagai perilaku yang

DOI: 10.31227/osf.io/ 35 | P a g e
FKIP Universitas PGRI Banyuwangi Seminar Nasional
Pendidikan Budaya dan Sejarah: “Dibalik Revitalisasi Budaya”
ISBN: 978-602-72362-7-1
membakar salah satu produk tembakau kelas XI di SMK Gajah Mada
yang dimaksudkan untuk dibakar, dihisap, Banyuwangi.
dan/ atau dihirup termasuk rokok kretek,
rokok putih, cerutu atau bentuk lainnya 3. METODE PENELITIAN

yang dihasilkan dari tanaman cicotina Pelaksanaan penelitian dilakukan di SMK


Gajah Mada Banyuwangi. Populasi dalam
tabacum, nicotina rustica dan spesies
penelitian ini adalah siswa-siswi kelas X IPS.
lainnya atau sintesisnya yang asapnya
Sebanyak 4 kelas yang berpartisipasi dalam
mengandung nikotin dan tar, dengan atau
penelitian ini yaitu kelas XI TKR 1,2,3 dan
tanpa bahan tambahan.
TSM 1. Jumlah sampel dalam penelitian ini
Menurut Thahir (2016) secara umum tipe
sebanyak 15 siswa yang mengacu pada jumlah
umum perokok dibagi dua, yaitu: 1) perokok
populasi yang memenuhi kriteria.
aktif (Active Smoker) adalah seseorang yang
Metode pengumpulan data ini terdapat dua
benar-benar memiliki kebiasaan merokok.
jenis metode pengumpulan data yaitu
Merokok sudah enjadi bagian hidupnya,
pengumpulan data utama dan metode
sehingga rasanya tidak enak bila saja tidak
pengumpulan data pelengkap, metode
merokok; 2) Perokok Pasif (Passisve Smoker)
pengumpulan data utama berupa kuesioner
adalah seseorang yang tidak memiliki
yang akan disebar pada siswa sedangkan
kebiasaan merokok, namun terpaksa harus
metode data pelengkap berupa obeservasi dan
menghisap asap rokok yang dihembuskan oleh
wawancara.
orang lain yan kebetulan ada didekatnya.
Metode penelitian yang pertama teknik
Penyebab remaja merokook antara lain
analisis deskripif data instrumen perilaku
sebagai berikut : 1) faktor individu meliputi
merokok dianalisis secara deskriptif dan
pengaruh orang tua, pengaruh teman; dan 2)
dinyatakan dengan jenjang kualifikasi. Jenjang
faktor psikologis.
kualifikasi dikategorikan berdasarkan skor
Hipotesis yang dirumuskan dalam
rata-rata ( ), mean ideal (Mi), dan standar
penelitian ini adalah Hipotesis I berbunyi,
deviasi ideal (SDi). Setelah itu dilanjutkan
Konseling Cognitive Behavior teknik Self
dengan uji prasyarat yang terdiri dari uji
Instructional Training efektif untuk
normalitas dan uji homogenitas, dimana
mreduksi perilaku merokok siswa kelas XI
uji normalitas merupakan sebaran data
di SMK Gajah Mada Banyuwangi.
dilakukan untuk meyakinkan bahwa data
Sedangkan Hipotesis II berbunyi, Terdapat
yang dihasilkan dalam penelitian benar-
perbedaan efektivitas antara kelompok
benar berditribusi normal, sehingga dapat
eksperimen dengan kelompok control
dilakukan dan uji homogenits digunakan
dalam mereduksi perilaku merokok siswa

DOI: 10.31227/osf.io/ 36 | P a g e
FKIP Universitas PGRI Banyuwangi Seminar Nasional
Pendidikan Budaya dan Sejarah: “Dibalik Revitalisasi Budaya”
ISBN: 978-602-72362-7-1
untuk mengetahui apakah kelompok- untuk merandom subjek dalam kelompok
kelompok sampel berasal dari populasi populasi secara utuh. Selanjutnya pretest
yang sama. dan posttest berarti memberikan tes kepada
Bila uji prasyarat anarkis diatas telah subjek sebelum dan setelah perlakuan
dilakukan maka dapat dilnjutkn dengan diberikan pada masing-masing kelompok.
hipotesis sebagai langkah lanjut dalam Rancangan ini dipilih karena penelitian ini
penelitian ini, dilakukan suatu prosedur merupakan penelitian terapeutik untuk
analisis terhadap data-data yang diperoleh mengetahui efektivitas atau pengaruh
peneliti. Tujuan dari analisis data ini perlakuan terhadap variabel terikat.
adalah mengungkapkan apa yang ingin Artinya rancangan pretest dan posttest
diketahui dari penelitian ini. Dalam digunakan untuk mengetahui efektivitas
menganalisis data yang diperoleh selama konseling cognitive behavior teknik self
melakukan penelitian, penulis instructional training untuk mereduksi
menggunakan dua analisis statistik, antara perilaku merokok pada siswa kelas XI
lain (1) analisis statistik correlated SMK Gajah Mada Banyuwangi.
data/paired sampel t-test dan (2) analisis
statistik uncorrelated data/independent
sampel t-test. Dasar pengambilan
keputusannya adalah : (1)Jika t hitung > (Sumber: Dantes, 2012:97)
t tabel, maka H0 ditolak; (2) Jika t hitung
Keterangan :
< t tabel, maka H0 diterima Berdasarkan E : Eksperimen
nilai probabilitasnya : (1) Jika K : Kelompok Kontrol
probabilitas > 0,05 maka H0 diterima Jika X : Konseling Cognitive Behavior dengan
probabilitas < 0,05 maka H0 ditolak. Teknik Self Intruction Training
- : Konseling kelompok tanpa teknik
4. RANCANGAN PENELITIAN khusus
Penelitian ini merupakan quasi O1 : Pengamatan awal, berupa pre-test
experimental (eksperimen semu), dengan sebelum diberikan perlakuan.
menggunakan rancangan Non Equivalent O2 : Pengamatan akhir, yaitu pemberian
Pretest-Posttest Control Group Design. post-test setelah diberikan perlakuan.
Rancangan control group design dipilih
dengan pertimbangan bahwa dalam
eksperimen semu,tidak memungkinkan

DOI: 10.31227/osf.io/ 37 | P a g e
FKIP Universitas PGRI Banyuwangi Seminar Nasional
Pendidikan Budaya dan Sejarah: “Dibalik Revitalisasi Budaya”
ISBN: 978-602-72362-7-1
5. HASIL DAN PEMBAHASAN Dantes, Nyoman. 2012. Metode Penelitian.
Merokok merupakan suatu masalah Yogyakarta: Penerbit Andi.
Dantes, Nyoman. 2014. Analisis dan
di dalam masyarakat yang dapat Desain Eksperimen. Singaraja:
menimbulkan banyak kerugian baik dari Universitas Pendidikan Ganesha.
Dewi, F.A, Adi Atmoko, Triyono. 2016.
segi sosial ekonomi maupun kesehatan Keefektifan Teknik Self-Instruction
bahkan kematian.untuk mengatasi masalah dalam Konseling Kognitif-Perilaku
untuk Meningkatkan Efikasi Diri
tersebut, salah satunya melalui metode Sosial Siswa SMKN 2 Malang.
konseling. Tujuan utama penelitian ini (Online), Vol. 1, No. 4: 172-178
dipublikasikan pada situs
adalah untuk menguji bagaimana http://journal2.um.ac.id/index.php/jk
keefektifan konseling cognitive behavior bk/article/view/611 diakses 25 Maret
2018.
teknik self insctructional training dalam Prasetiawan, P. 2016. Efektivitas Metode
mereduksi perilaku merokok siswa kelas Konseling Terhadap Perilaku
Merokok Pada Siswa SMA Negeri 17
XI di SMK Gajah Mada Banyuwangi. Di Kecamatan Laeya Konawe
Menurut Jones (2011) self Selatan Tahun Ajaran 2015/2016.
(Online). Jurnal diplubikasikan pada
instructional training merupakan suatu situshttp://ojs.uho.ac.id/index.php/JIMK
ESMAS/article/view/670 diakses 20
usaha yang dilakukan oleh terapis atau Maret 2018.
konselor untuk melatih konseli agar dapat Sianipar, M. 2015. Pengertian Perilaku
Merokok Remaja. (Online).
mengganti pernyataan negatif tentang http://repository.uin.suska.ac.id/6894/
dirinya dengan pernyataan positif 3/BABII%.pdf diakses 01 April 2018.
Sayekti, E. 2017. Efektifitas Teknik Self-
berorientasi tugas yang memfasilitasi Instruction Dalam Mereduksi Stress
coping. Akademik Pada Siswa Kelas XI Ma
Yarobi Kec. Grobogan, Kab.
Metode yang digunakan dalam Grobogan Tahun 2016/2017. Salatiga
penelitian ini adalah desain eksperimen : Institut Agama Islam Negeri (IAIN)
skripsi dipublikasikan pada
dengan menggunakan rancangan control http://erepository.perpus.iainsalatiga.
group pretest and posttest design. Sampel ac.id/1634/1/ENGGAR%20SAYEKTI
%20PAI%20%
penelitian sebanyak 15 orang siswa yang 20111%2011%20132.pdf diaskes pada
memiliki kebiasaan merokok. Sampel 28 Maret 2018.
Sofiany, N. 2016. Pegertian Konseling
ditentukan dengan teknik purposive Kognitive Behavior. (Online),
sampling. Dalam penelitian ini analisis http://NenySofiany07.blogspot.co.id/
2016/11/pengertian konseling-
data menggunakan analisis data statistik kognitif-behavior.html diakses 26
(kuantitatif). Maret 2018.
Swarafika, G. 2017. Konseling Kelompok
Pendekatan Behavioral Dengan
Daftar Pustaka Teknik Self-Management Dalam

DOI: 10.31227/osf.io/ 38 | P a g e
FKIP Universitas PGRI Banyuwangi Seminar Nasional
Pendidikan Budaya dan Sejarah: “Dibalik Revitalisasi Budaya”
ISBN: 978-602-72362-7-1
Upaya Mereduksi Perilaku Merokok ex.php/konseli diakses 01 April
Peserta Didik Kelas VIII SMK Gajah 2018.
Mada Bandar Lampung Tahun Yahya, 2016. Pengaruh Konseling
Ajaran 2016/2017. Lampung: IAIN Cognitif Behavior Therapy (CBT)
Raden Intan Lampung. Skripsi Dengan Teknik Self Control Untuk
dipublikasikan pada situs Mengurangi Perilaku Agresif
http://reposity.radenintan.ac.id/1342 Peserta Didik Kelas Viii Di Smpn 9
/1/Skripsi_Swarafika.pdf diakses 18 Bandar Lampung Tahun Pelajaran
Maret 2018. 2016/2017. Jurnal, IAIN Raden Intan
Thahir, A. 2016. Pendekatan Konseling Lampung. (Online), Vol. 3, No. 2:
Behavior Dengan Teknik Self 187-200 dipublikasikan pada
Control Untuk Mengurangi http://ejournal.radenintan.ac.id/inde
Kebiasaan Merokok Pada Peserta x.php/konseli/article/view/561/452
Didik di SMA Negeri 13 Bandar diakses 28 Maret 2018.
Lampung. (Online), Vol. 3, No.1:
63-77 dipubliksikan pada situs
https://ejournal.radenintan.ac.id/ind

DOI: 10.31227/osf.io/ 39 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai