Anda di halaman 1dari 5

Tersedia secara online Jurnal Pendidikan:

http://journal.um.ac.id/index.php/jptpp/ Teori, Penelitian, dan Pengembangan


EISSN: 2502-471X Volume: Nomor: Bulan-Tahun
DOAJ-SHERPA/RoMEO-Google Scholar-IPI Halaman:…..-…..

Perbandingan Pemahaman Perilaku Sehat Siswa SMP


Yang Diintervensi Dengan Teknik Biblioedukasi dan
Sinemaedukasi
Nurhidayatul Maqfiroh*, Imanuel Hitipeuw*, Arbin Janu Setiyowati*
*
Bimbingan dan Konseling-Pascasarjana, Universitas Negeri Malang

INFO ARTIKEL ABSTRAK


Riwayat Artikel: Abstract: This research is based on the existence of adolescents who do not behave in a
healthy manner and even tend to engage in addictive behavior. The purpose of this
Diterima: Tgl-Bln-Thn study was to improve the understanding of junior high school students' healthy behavior
Disetujui: Tgl-Bln-Thn as addiction prevention by comparing biblioeducation and cinemaeducation techniques.
The research design used was a quasi-experimental design with the pretest-posttest two
treatment design. The results of this study indicate that there is an increase in
Kata kunci: understanding of the healthy behavior of junior high school students after being given
biblioeducation and cinemaeducation techniques. This is evidenced by the acquisition of
understanding of health behavior the results of the visual analysis of the pretest-posttest graphs and the graph of the
biblioeducation techniques results of the reflection sheet as pretest-posttest support. The conclusion of this study is
cinemaeducation techniques the understanding of healthy behavior of junior high school students increased after
perilaku sehat; being given biblioeducation and cinemaeducation techniques.
teknik biblioedukasi;
teknik sinemaedukasi
Abstrak: Penelitian ini didasarkan pada adanya remaja yang tidak melakukan perlaku
sehat bahkan sampai cenderung melakukan perilaku adiktif. Tujuan penelitian ini
adalah untuk meningkatkan pemahaman perilaku sehat siswa SMP sebagai pencegahan
kecanduan dengan membandiangkan teknik biblioedukasi dan sinemaedukasi.
Rancangan penelitian yang digunakan adalah quasi eksperiment dengan desain the
pretest-posttest two treatment design. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa
terdapat peningkatan pemahaman perilaku sehat siswa SMP setelah diberikan teknik
biblioedukasi dan sinemaedukasi. Hal ini dibuktikan dengan perolehan hasil analisis
visual grafik pretest-posttest dan grafik hasil lembar refleksi sebagai penunjuang
pretest-posttest. Kesimpulan penelitian ini adalah pemahaman perilaku sehat siswa
SMP meningkat setelah diberikan teknik biblioedukasi dan sinemaedukasi.
Alamat Korespondensi:
Nurhidayatul Maqfiroh,
Bimbingan dan Konseling
Pascasarjana Universitas Negeri Malang
Jalan Semarang No.5 Malang
E-mail: nh.maqfiroh@gmail.com

Kesehatan menjadi salah satu hal yang diupayakan oleh setiap individu dan dapat dioptimalkan dengan melakukan perilaku
sehat setiap hari. Perilaku sehat atau yang disebut perilaku yang berhubungan dengan kesehatan merupakan tindakan yang
disengaja atau tidak disengaja individu yang dapat meningkatkan atau mengurangi kesehatan seseorang (Short & Mollborn,
2015). Tindakan tersebut dapat meliputi, merokok, penggunaan narkoba, diet, aktivitas fisik, istirahat, aktivitas seksual
beresiko, pencarian perawatan kesehatan, dan sebagainya.
Beberapa penelitian telah menunjukkan adanya hubungan antara perilaku sehat dengan hasil kesehatan. Salah satunya adalah
penelitian yang menunjukkan keberlangsungan hidup jangka panjang dengan melakukan perilaku sehat sebagai berikut, tidak
merokok, mengurangi asupan alkohol, tidur 7-8 jam per malam, berolahraga secara teratur, menjaga berat badan, menghindari
camilan, dan makan sarapan secara teratur (Conner, 2015).
Perilaku sehat yang diterapkan sejak dini menjadi salah satu langkah penting untuk menghasilkan sumber daya manusia yang
lebih produktif dan berkualitas untuk masa depan. Namun, terdapat faktor resiko yang dialami remaja di seluruh dunia terkait
dengan alkohol dan penggunaan narkoba lainnya, perilaku diet, kebersihan diri, kesehatan mental, aktivitas fisik, perilaku

1
2

seksual, penggunaan tembakau, kekerasan dan cedera yang tidak disengaja (PUSLITBANG Upaya Kesehatan Masyarakat,
2015). Tekanan pribadi, lingkungan, dan sosial dapat menempatkan remaja pada resiko yang lebih besar untuk penggunaan
tembakau, penyahgunaan zat, HIV/AIDS, penyakit menular seksual, kehamilan yang tidak diinginkan, kekerasan, cedera yang
tidak disengaja, dan gangguan mental (Kusumawardani & Suhardi, 2012). Perilaku tersebut dapat mempengaruhi kesehatan
remaja saat ini maupun masa depan dan dapat menengarah pada kecanduan.
Menurut (Soetjipto, 2007), kecanduan atau adiktif merupakan suatu gangguan bersifat kronis dan kompulsif berulang-ulang
untuk memuaskan diri pada aktivitas tertentu. Individu yang mengalami kecanduan tidak dapat menghentikan penggunaan pada
suatu zat atau perilaku yang bersifat kompulsif dan terbawa di kehidupan sehari-hari (Egger & Rauterberg, 1996). (Simmons,
2008) menyebutkan bahwa setiap orang mampu menjadi pecandu dan mampu pulih dari kecanduan baik dari suatu zat ataupun
perilaku. Anak-anak, remaja, hingga dewasa dari berbagai ras dan etnis berpotensi mengembangkan dan mengalami kecanduan.
(Gwinnel & Adamec, 2006) menyatakan bahwa perilaku adiktif dimulai pada awal dan pertengahan masa remaja serta biasanya
memiliki efek jangka panjang hingga dewasa.
Berdasarkan hasil survey (Nurlila & Fua, 2017) dari tahun 2012 sampai 2015 tentang perilaku adiktif dikalangan remaja
menunjukkan bahwa terdapat 37 siswa merokok dan 9 siswa menghirup lem fox di SMP 05 Kendari. Hasil penelitian yang
dilakukan (Kusumawardani & Suhardi, 2012) menunjukkan bahwa 39,2% remaja laki-laki dan 3,7% pada remaja perempuan di
depok merokok dan diketahui bahwa nilai akademik remaja yang merokok lebih rendah serta angka absensi sekolah lebih tinggi
daripada remaja yang tidak merokok. Hasil survey dari (PUSLITBANG Upaya Kesehatan Masyarakat, 2015) menunjukkan
bahwa 81, 9% laki-laki dan 73,4% perempuan merupakan perokok pasif dengan 51,3% pada laki-laki dan 56,1% pada
perempuan memiliki orang tua perokok, konsumsi makanan sehat pada remaja juga terbilang kurang yang ditunjukkan dengan
tingkat konsumsi makanan siap saji yang cukup tinggi yaitu mencapai 52, 58% pada laki-laki dan 56,17% pada perempuan, dan
pelajar SMP dan SMA yang termasuk kurang dalam melakukan aktifitas fisik mencapai 43,34% pada laki-laki dan 50,33% pada
perempuan.
Menanggapi hal tersebut, pencegahan dan intervensi dini tentang kecanduan pada anak-anak dan remaja sangat penting
(Sugaya et al., 2019). Pernyataan tersebut juga didukung oleh (Winters & Arria, 2011), bahwa pencegahan terkait zat atau
perilaku yang dapat menyebabkan kecanduan pada saat otak remaja masih berkembang perlu ditingkatkan. Adapun teknik yang
dapat digunakan untuk meningkatkan pemahaman perilaku sehat sebagai pencegahan kecanduan adalah Biblioedukasi dan
Sinemaedukasi. Biblioedukasi dapat digunakan sebagai pencegahan agar individu terhindar dari suatu masalah yang belum
dialaminya (Lasan, 2018). Sedangkan sinemaedukasi dapat digunakan sebagai alat atau teknik dalam terapi, konseling, dan
pembinaan untuk membantu individu atau sekelompok orang agar menjadi sadar dan dapat mengatasi masalah di kehidupan
nyata (Gregerson, 2010).
Samuel Crothers menggambarkan biblioterapi sebagai metode menggunakan buku untuk membantu individu memahami
masalah mereka (Lasan, 2018). Biblioedukasi merupakan salah satu nama lain dari biblioterapi yang penerapannya dalam ruang
lingkup pendidikan. Berdasarkan tinjauan literatur dalam bidang kedokteran, kesehatan mental, dan pendidikan, penggunaan
teknik biblio ini dapat diterapkan pada berbagai masalah, seperti agresif, kecanduan, kesadaran budaya dan etika, kesedihan dan
kehilangan, penganiayaan fisik dan trauma, depresi, gangguan obsesif-kompulsif, perilaku menyakiti diri (Pehrsson &
McMillen, 2005).
Teknik lainnya adalah sinemaedukasi yang dikembangkan oleh Alexander, Hall, dan Pettice dapat memberikan kontribusi
pada pembelajaran di sekolah, perguruan tinggi, dan sekolah kedokteran (Rufer, 2014). (Hidayah, 2014) menyebutkan bahwa
film atau sinema merupakan salah satu teknik yang dapat digunakan untuk mengubah cara pandang seseorang dan
mengembangkan perilaku positif dari sebuah film atau sinema. (Wolz, 2004) menyebutkan beberapa kategori film atau sinema
yang dapat digunakan yaitu, inspirasi, pertanyaan pribadi, pertanyaan sosial, anak-anak, remaja, keluarga, pasangan, gejala
penyakit mental dan kecanduan, dan penyakit fisik/ masalah medis.
Berdasakan latar belakang tersebut, peneliti akan menggunakan teknik biblioedukasi dan sinemaedukasi untuk meningkatkan
pemahaman perilaku sehat siswa SMP sebagai pencegahan timbulnya perilaku adiktif/kecanduan.

METODE
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah the pretest-posttest two treatment design. Kemudian subjek
penelitian ini yaitu siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Senori tahun ajaran 2020/2021. Jumlah subjek terdiri dari 8 siswa yang
dipilih melalui skala pemahaman perilaku sehat yang dikembangkan oleh peneliti. Skala pemahaman perilaku sehat awalnya
terdiri dari 68 item setelah dilakukan validitas dengan menggunakan perhitungan Corrected Item-Total Correlation dihasilkan
40 item yang valid untuk mengukur pemahaman perilaku sehat siswa SMP Negeri 1 Senori. 8 subjek yang telah diperoleh
3

kemudian dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok eksperimen 1 dan kelompok eksperimen 2. Untuk kelompok
eksperimen 1 akan diberikan intervensi teknik biblioedukasi dan kelompok eksperimen 2 akan diberikan intervensi teknik
sinemaedukasi.

HASIL
Hasil dari analisis visual pada hasil pretest-postest pada kedua kelompok yaitu kelompok biblioedukasi dan kelompok
sinemaedukasi menunjukkan adanya peningkatan. Untuk menunjang hasil pretest-posttest dilakukan analisis visual pada hasil
perolehan lembar refleksi secara kelompok maupun individu. Hasilnya, masing-masing subjek pada kedua kelompok
menunjukkan peningkatan Sehingga dapat disimpulkan bahwa penggunaan teknik biblioedukasi dan teknik sinemaedukasi
sama-sama efektif untuk meningkatkan pemahaman perilaku sehat siswa SMP Negeri 1 Senori.

160 160

140 140

120 120

100 100

80 Pretest 80 Pretest
Posttest Posttest
60 60

40 40

20 20

0 0
AN AS AW FZ HP MI RA WD
Gambar 1. Grafik pretest-posttest kelompok biblioedukasi Gambar 2. Grafik pretest-posttest kelompok sinemaedukasi

Hasil Lembar Refleksi Hasil Lembar Refleksi


Kelompok Biblioedukasi Kelompok Sinemaedukasi
14 14

12 12

10 10

8 8

6 6

4 4

2 2

0 0
1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6

AN AS AW FZ HP MI RA WD
Gambar 3. Grafik hasil lembar refleksi kelompok biblioedukasi Gambar 4. Grafik hasil lembar refleksi kelompok sinemaedukasi
4

PEMBAHASAN
Dalam pelaksanaannya, kedua intervensi menggunakan tema materi sama yang diatur sedemikian rupa menjadi bacaan dan
video, agar benar-benar fokus membandingkan teknik biblioedukasi dan teknik sinemaedukasi untuk meningkatkan pemahaman
perilaku sehat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan skor posttest pemahaman perilaku sehat siswa setelah
diberikan teknik biblioedukasi dan teknik sinemaedukasi. Kelompok eksperimen 1 yang diberikan intervensi teknik
biblioedukasi mengalami peningkatan rata-rata skor dari kategori sedang menjadi kategori tinggi, begitu juga dengan kelompok
eksperimen 2 yang diberikan intervensi teknik sinemaedukasi.
Hasil temuan penelitian ini menunjukkan bahwa teknik biblioedukasi dan teknik sinemaedukasi efektif untuk meningkatkan
pemahaman perilaku sehat siswa SMP N 1 Senori. Hasil tersebut berdasarkan analisis visual pada hasil pretest-posttest dan rata-
rata hasil lembar refleksi setiap pertemuan sebagai penunjang hasil pretest dan posttest pada kedua teknik yang digunakan yaitu
teknik biblioedukasi dan teknik sinemaedukasi.
Berdasarkan tinjauan literatur teknik biblio dapat diterapkan untuk mengatasi berbagai masalah dalam bidang kedokteran,
kesehatan mental, dan pendidikan (Pehrsson & McMillen, 2005). Dalam bidang pendidikan biblio dapat difungsikan sebagai
pencegahan (preventif) dan penyelesaian masalah (kuratif). Sedangkan sinema menjadi alat atau teknik dalam terapi, konseling,
dan pembinaan untuk membantu individu atau sekelompok orang agar menjadi sadar dan dapat mengatasi masalah kehidupan
nyata(Gregerson, 2010).
Membaca merupakan salah satu cara untuk memperoleh informasi dalam pembelajaran. Informasi tersebut dapat berupa data
yang mudah diingat dan dapat memberikan efek besar pada manusia. Pembelajaran mengacu pada proses memperoleh
informasi dari waktu ke waktu, sedangkan memori mengacu pada retensi atau melupakan informasi (Byrne, 2008). Sesuatu
yang menarik perhatian dalam informasi akan mempermudah proses mengingat, hal ini juga mempengaruhi terjadinya memori
jangka pendek dan jangka panjang. Dalam penelitian ini materi untuk teknik biblioedukasi dituliskan kedalam bahasa yang
menarik dan mudah untuk dipahami oleh siswa. Sehingga, perolehan informasi sesuai dengan tujuan penelitian yaitu
peningkatan pemahaman perilaku sehat siswa didapatkan secara maksimal melalui penggunaan teknik biblioedukasi.
Sedangkan, film atau video memberikan efek khusus pada penonton yang mempengaruhi system limbic pada otak. Efek
khusus tersebut meliputi musik, dialog, pencahayaan, sudut kamera, dan efek suara yang dapat membawa penonton kedalam
setiap adegan dan seolah dikelilingi oleh karakter dalam film atau video, sehingga dapat mempengaruhi individu (Suwanto &
Nisa, 2017). (Hidayah, 2014) menyebutkan bahwa sinema dapat mengubah cara pandang seseorang dan mengembangkan
perilaku positif dari sebuah film atau sinema. Sehingga pemahaman perilaku sehat siswa dapat meningkat sesuai dengan tujuan
penelitian yaitu meningkatkan pemahaman perilaku sehat siswa melalui penerapan teknik sinemaedukasi.
Keberhasilan teknik biblioedukasi telah banyak dilakukan di Indonesia, diantaranya (Munawaroh, 2014) untuk menguji
efektivitas bibliocounseling dengan teknik membaca buku, menonton film, dan mendengarkan cerita diketahui bahwa teknik
membaca buku lebih signifikan untuk meningkatkan resiliensi pada remaja PSAA wisma putra Ciumbuleuit Bandung.
Penelitian lain juga dilakukan oleh (Lestari, 2014) untuk meningkatkan karakter kearifan dan pengetahuan siswa SMP dengan
menggunakan teknik biblioterapi. Hasilnya penggunaan teknik biblioterapi ini efektif untuk meningkatkan aspek curiosity (rasa
ingin tahu), open mindness (berfikir terbuka) dan perspective (perspektif), tapi tidak efektif untuk meningkatkan aspek
kreativitas (creativity) dan pengetahuan cinta (love of learning). Penelitian serupa juga dilakukan oleh (Apriany, 2017) tentang
pendekatan bimbingan konstruktif melalui teknik biblioterapi untuk mengembangkan disiplin diri peserta didik. Hasil penelitian
tersebut menyebutkan bahwa program bimbingan konstruktif melalui biblioterapi terbukti efektif di kelas I dalam
mengembangkan disiplin diri, namun kurang efektif untuk kelas II dan kelas III.
Penerapan teknik sinemaedukasi juga telah banyak diterapkan di lingkungan sekolah seperti, Penelitian (Sopian et al., 2015)
yang menguji keefektifan teknik cinematherapy untuk meningkatkan efikasi akademik peserta didik kelas VIII SMPN Satu
Atap 12 Ciseureuh Kahuripan Pajajaran Purwakarta dan diperoleh hasil bahwa teknik sinematerapi efektif untuk meningkatkan
efikasi akademik peserta didik. Penelitian lain dilakukan oleh (Sutardi, 2018) menguji efektifitas bimbingan dengan
menggunakan teknik cinematherapy dalam meningkatkan motif berprestasi pada peserta didik kelas VIII SMP dengan hasil
bahwa bimbingan dengan teknik cinematherapy dengan menggunakan tayangan 6 film terbukti efektif untuk meningkatkan skor
total motif berprestasi peserta didik SMP. Penelitian serupa juga dilakukan oleh (Hidayah, 2014) menunjukkan bahwa
penggunaan sinema edukasi efektif untuk meningkatkan sikap asertif siswa MTs Negeri Malang 1.
Dalam proses kognitif peranan sensasi, persepsi, pengalaman, dan memori merupakan hal penting sehingga, mempermudah
recall memori yang mempengaruhi suatu perilaku dan tindakan. Senada dengan yang diungkapkan (Solso et al., 2008) bahwa
psikologi kognitif terkait dengan bagaimana cara kita memperoleh informasi dengan menyimpan dan memproses di otak,
kemudian ditampilkan dalam perilaku. Kajian teori tersebut dapat menjelaskan dan menunjang keefektifan teknik biblioedukasi
dan sinemaedukasi untuk meningkatkan pemahaman perilaku sehat.
5

SIMPULAN DAN SARAN


Berdasarkan pembahasan dan kajian terhadap hasil penelitian, maka bisa disimpulkan bahwa teknik biblioedukasi dan teknik
sinemaedukasi terbukti efektif untuk meningkatkan pemahaman perilaku sehat siswa. Konselor bisa menggunakan hasil
penelitian ini sebagai salah satu teknik yang bisa digunakan dalam bimbingan untuk meningkatkan pemahaman perilaku sehat
siswa. Kepada peneliti lain bisa mengembangkan penelitian ini dengan jumlah subjek lebih banyak agar hasil dari penelitian
bisa digeneralisasikan.

DAFTAR RUJUKAN

Apriany, L. N. (2017). Pendekatan Bimbingan Konstruktif Melalui Teknik Biblioterapi Untuk Mengembangkan Disiplin Diri Peserta Didik
(Quasi Eksperimen Pengembangan Perilaku Disiplin Diri Peserta Didik Kelas Awal di SD Al Mabrur Kecamatan Baleendah
Kabupaten Bandung). Universitas Pendidikan Indonesia.
Byrne, J. H. (2008). Memory and Learning - book of reference. 903.
Conner, M. (2015). Health Behaviors. International Encyclopedia of the Social & Behavioral Sciences: Second Edition, September, 582–587.
https://doi.org/10.1016/B978-0-08-097086-8.14154-6
Egger, O., & Rauterberg, M. (1996). Internet Behaviour and Addiction. 1–173.
http://www.idemployee.id.tue.nl/g.w.m.rauterberg/ibq/report.pdf
Gregerson, M. B. (2010). The Cinematic Mirror for Psychology and Life Coaching. Springer.
Gwinnel, E., & Adamec, C. (2006). The Encyclopedia of Addictions and Addictive Behaviors. Facts On File.
Hidayah, N. (2014). Keefektifan Teknik Sinema Edukasi Untuk Meningkatkan Sikap Asertif Siswa MTs Negeri Malang I. Jurnal Pendidikan
Dan Pembelajaran (JPP), 21(2), 165–172.
Kusumawardani, N., & Suhardi, S. (2012). Behaviour Health Risk Among Adolescents: a School-Based Health Survey With the Focus on
Smoking in Male Adolescents Aged 12-15 in Depok, West Java, Indonesia. Buletin Penelitian Sistem Kesehatan, 14(4 Okt), 332–340.
https://doi.org/10.22435/bpsk.v14i4
Lasan, B. B. (2018). Bibliokonseling: Konsep dan Pengembangannya. Elang Mas.
Lestari, R. (2014). Efektivitas Bimbingan Dan Konseling Melalui Teknik Biblioterapi Untuk Meningkatkan Karakter Kearifan Dan
Pengetahuan (Wisdom And Knowledge) Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu. 91–93.
https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&cad=rja&uact=8&ved=0ahUKEwi0of-
_3MfVAhUVSo8KHdcKAJIQFggpMAA&url=http%3A%2F%2Frepository.upi.edu
%2F14564%2F6%2FT_BK_1102682_Chapter3.pdf&usg=AFQjCNFUz21L05TDYtIM_AYgc5hgRgrtEQ
Munawaroh, E. (2014). Bibliocounseling untuk Meningkatkan Resiliensi Remaja. Universitas Pendidikan Indonesia.
Nurlila, R. U., & Fua, J. La. (2017). Penyalahgunaan Zat Adiktif Pada Siswa Kelas VIII di Sekolah Menengah Pertama Negeri 05 Kota
Kendari. Jurnal Al-Ta’dib, 10(1), 73–90.
Pehrsson, D. E., & McMillen, P. (2005). A Bibliotherapy Evaluation Tool: Grounding counselors in the therapeutic use of literature. Arts in
Psychotherapy, 32(1), 47–59. https://doi.org/10.1016/j.aip.2004.11.001
PUSLITBANG Upaya Kesehatan Masyarakat. (2015). Perilaku Berisiko Kesehatan pada Pelajar SMP dan SMA di Indonesia. Badan
Litbangkes Kementrian Kesehatan RI, 1–116. http://www.who.int/ncds/surveillance/gshs/GSHS_2015_Indonesia_Report_Bahasa.pdf?
ua=1
Rufer, L. J. (2014). Magic at the Movies : Positive Psychology for Children , Adolescents and Families Magic at the Movies : Positive
Psychology for Children , Adolescents and.
Short, S. E., & Mollborn, S. (2015). Social Determinants and Health Behaviors: Conceptual Frames and Empirical Advances. Curr Opin
Psychol, 5, 78–84.
Simmons, L. L. (2008). The Everything: Health Guide to Addiction and Recovery (Control Your Behavior and Build a Better Life). Adams
Media.
Soetjipto. (2007). Berbagai Macam Adiksi dan Penatalaksanaannya. Indonesian Psychological Journal, 23(1), 2007.
Solso, R. L., Maclin, O. H., & Maclin, M. K. (2008). Psikologi Kognitif. Erlangga.
Sopian, A., Effectiveness, T., Technique, C., Student, I., Efficacy, A., & Experiments, Q. (2015). ABTRACT Sopian. (2015). The Effectiveness
of Cinematherapy Technique to Improve Student Academic Efficacy (Study of Quasi Experiments on class VIII (eight) 12 Ciseureuh
Kahuripan Pajajaran Purwakarta Junior High School).
Sugaya, N., Shirasaka, T., Takahashi, K., & Kanda, H. (2019). Bio-psychosocial factors of children and adolescents with internet gaming
disorder: A systematic review. BioPsychoSocial Medicine, 13(1), 1–16. https://doi.org/10.1186/s13030-019-0144-5
Sutardi, A. (2018). Efektivitas Bimbingan Dengan Menggunakan Teknik Cinematherapy Untuk Meningkatkan Motif Berprestasi Peserta
Didik. Jurnal Bimbingan Dan Konseling Islam, 8(1), 67. https://doi.org/10.29080/jbki.v8i1.57
Suwanto, I., & Nisa, A. T. (2017). Cinema therapy sebagai intervensi dalam konseling kelompok. 3, 147–152.
Winters, K. C., & Arria, A. (2011). Adolescent Brain Development and Drugs. Prev Res, 18(2), 21–24.
Wolz, B. (2004). E-Motion Picture Magic: A Movie Lover’s Guide to Healing and Transformation. Glenbridge Publising Ltd.

Anda mungkin juga menyukai