Anda di halaman 1dari 15

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLTEKKES KEMENKES BENGKULU


JURUSAN PROMOSI KESEHATAN
Sekretariat : Jalan indragiri No. 03 Padang Harapan Bengkulu

JURNAL INTERNASIONAL KORELASI PHBS

EPIDEMIOLOGI

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLTEKKES KEMENKES BENGKULU

JURUSAN PROMOSI KESEHATAN

Sekretariat : Jalan Indragiri No. 03 Padang Harapan Bengkulu


KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLTEKKES KEMENKES BENGKULU
JURUSAN PROMOSI KESEHATAN
Sekretariat : Jalan indragiri No. 03 Padang Harapan Bengkulu

Nama : Hania Lestari Harahap

NIM : P05170021065

Tingkat : 1B Promosi Kesehatan

Mata Kuliah : Epidemiologi

Jurnal Pendidikan Kesehatan

PERAN PEMBERIAN MEDIA APLIKASI EAT REMINDER UNTUK PERUBAHAN


PENGETAHUAN, SIKAP, PERILAKU DAN POLA MAKAN REMAJA
USIA 13-15 TAHUN

Abstrak
Latar Belakang:
Masa remaja merupakan masa transisi perubahan fisik, mental, dan emosional. Remaja biasanya
mengalami perubahan gaya hidup dan kebiasaan makan seperti diet berlebihan, melewatkan makan,
menggunakan suplemen dan menerapkan diet.
Metode :
Penelitian ini menggunakan metode quasy eksperimen dengan intervensi pre-test dan post-test
dan kelompok kontrol. Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 84 sampel
Hasil:
Sebagian besar responden berjenis kelamin laki-laki (61,9%) dengan usia rata-rata 14 tahun.
Berdasarkan analisis yang dilakukan menunjukkan bahwa tidak ada perubahan yang signifikan pada
pengetahuan, sikap, perilaku dan pola makan remaja sebelum dan sesudah intervensi (p>0,05), namun
terjadi perubahan diet, skor rata-rata pada skor pengetahuan dan perilaku meningkat
Kesimpulan :
Edukasi gizi dengan aplikasi aplikasi Remind me dapat meningkatkan pengetahuan, sikap,
perilaku dan pola makan remaja gizi seimbang, jika remaja terpapar
media secara intens dan terus menerus. Menyediakan media aplikasi Remind me sebagai media untuk
pendidikan gizi pada remaja masih perlu dikembangkan dalam upaya penyempurnaan penerapannya
10
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLTEKKES KEMENKES BENGKULU
JURUSAN PROMOSI KESEHATAN
Sekretariat : Jalan indragiri No. 03 Padang Harapan Bengkulu

tampilan, konten, spesifikasi ponsel atau ponsel pintar, spesifikasi sistem pemrograman yang lebih baik
dan penggunaan server domain yang lebih aman akan mengurangi debugging pada sistem aplikasi,
sehingga pesan tersampaikan dan dapat dicapai.

PENGANTAR
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 25 Tahun 2014 remaja adalah kelompok umur 10
sampai 18 tahun. Masa remaja adalah masa transisi dari masa anak anak ke masa dewasa dimana
perubahan fisik, mental, dan emosional terjadi sangat cepat (Kementerian Kesehatan, 2014) .
Perubahan biologis, emosional, dan kognitif pada remaja berhubungan langsung dengan gizi status.
Pertumbuhan dan perkembangan fisik dialami remaja secara signifikan meningkatkan kebutuhan
energi, karbohidrat, lemak, protein, vitamin dan mineral. Remaja biasanya mengalami perubahan gaya
hidup dan kebiasaan makan seperti diet berlebihan, melewatkan makan, penggunaan suplemen gizi dan
adopsi diet. Hal ini sering terjadi karena keinginan untuk meliukkan tubuhnya (body image) yang
mengakibatkan perubahan pola makan sehari-hari (Purnamasari,2017).
Diet terdiri dari jumlah, jenis dan frekuensi makan. Frekuensi makan dikatakan alangkah
baiknya jika frekuensi makan setiap hari adalah tiga kali makan utama atau dua kali makan utama
dengan satu jajan, dan dianggap tidak cukup jika frekuensi makan setiap hari adalah dua kali makan
utama atau lebih sedikit. Komposisi makanan meliputi jenis dan jumlah atau porsi makanan yang akan
dikonsumsi (Walalangi, Sahelangi, & Widodo, 2015). Itu Pola makan remaja di Indonesia adalah masih
kurang bagus, ini diperkuat dengan hasil penelitian Kementerian Kesehatan (2014) bahwa rata-rata
tingkat kecukupan energi di remaja usia 13-18 tahun sebesar 72,3% dengan proporsi yang
mengkonsumsi <70% AKE dari 52% jumlah penduduk. pemuda secara nasional (Kementerian
Kesehatan, 2014).

Penelitian Schoenfeld et al. ( 2015 ) ada bukti yang muncul bahwa makan tidak teratur Pola
dapat berdampak negatif pada efek metabolik yang akan mempengaruhi status gizi. Pada dasarnya
status gizi seseorang ditentukan berdasarkan konsumsi gizi dan kemampuan tubuh untuk menggunakan
nutrisi ini. Status gizi normal menunjukkan bahwa kualitas dan jumlah makanan telah memenuhi
kebutuhan tubuh. Seseorang yang memiliki berat badan di bawah normal memiliki risiko penyakit
menular, sedangkan seseorang yang berada di atas ukuran normal memiliki risiko tinggi terkena
penyakit degeneratif. Oleh karena itu, diharapkan lebih memperhatikan diet yang dilakukan (Muhajirin,
2011).

10
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLTEKKES KEMENKES BENGKULU
JURUSAN PROMOSI KESEHATAN
Sekretariat : Jalan indragiri No. 03 Padang Harapan Bengkulu

Pengetahuan gizi memegang peranan penting dalam menentukan derajat kesehatan masyarakat.
Berbagai masalah gizi dan kesehatan dapat terjadi karena rendahnya tingkat pengetahuan masyarakat
tentang gizi seimbang, salah satunya remaja akibat ketidakseimbangan pola makan. Penelitian yang
dilakukan oleh Fadhilah, Widjanarko, & Shaluhiyah (2018) sebanyak 65,4% responden memiliki
pengetahuan yang buruk tentang perilaku makan. Responden dengan pengetahuan kurang memiliki
perilaku makan yang buruk. Hal ini diilustrasikan oleh 50,6% responden yang memiliki status gizi
obesitas.

Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan gizi pada remaja
masih kurang, sehingga masih diperlukan promosi kesehatan dan pendidikan gizi pada remaja.
Pendidikan gizi seimbang pada anak usia sekolah dapat membentuk pola makan dan memperbaiki
dampak negatif yang muncul saat dewasa selain itu dapat membentuk pola makan yang sehat pada
masa kanak-kanak sehingga dapat tumbuh kembang dengan baik Bong Nguyen & Mary W (2017).
KEM- KOMINFO bekerjasama dengan UNICEF pada tahun 2014 melakukan penelitian penggunaan
internet untuk anak dan remaja, kepemilikan handphone di Indonesia mencapai 84% dari total
penduduk di 12 provinsi dengan rentang usia 10-19 tahun, Hasilnya 80% dari 400 responden pernah
menggunakan internet dengan persentase tertinggi 27% pada anak usia 14-15 tahun, dan sebanyak 52%
responden mengakses internet melalui handphone dengan 65% menggunakan internet untuk menunjang
pembelajaran kegiatan. Penelitian Perdana et al pada Mei 2017 menunjukkan perubahan perilaku gizi
seimbang sebelum dan sesudah intervensi diukur dengan menggunakan kuesioner. Sebelum intervensi
terdapat 72,9% anak dengan tingkat pengetahuan baik, 78,5% anak dengan sikap positif, 54,9% anak
dengan praktik gizi seimbang yang baik. Setelah intervensi, pengetahuan baik, sikap positif, dan
praktik gizi seimbang yang baik meningkat masing-masing sebesar 11,8%, 5,5%, dan 15,9%. Media
pendidikan gizi berbasis android lebih baik dari media lainnya. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui peran pemberian media aplikasi terhadap perubahan pengetahuan, sikap, perilaku dan pola
makan.Pengertian gizi seimbang pada remaja usia 13-15 tahun.

10
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLTEKKES KEMENKES BENGKULU
JURUSAN PROMOSI KESEHATAN
Sekretariat : Jalan indragiri No. 03 Padang Harapan Bengkulu

METODE

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode quasy eksperimen dengan
melakukan intervensi (perlakuan) pada subjek penelitian untuk perilaku dan pengetahuan gizi seimbang
dengan memberikan pre-test dan post-test. Desain yang digunakan adalah desain kelompok kontrol
non-ekuivalen, di mana kelompok intervensi dan kelompok kontrol tidak dipilih secara langsung tetapi
telah ditentukan oleh peneliti (Siswanto, Susila, & Suryanto, 2013). Variabel penelitian ini meliputi
variabel bebas (gratis), yaitu aplikasi media yang bernama Remind Me, aplikasi ini berbasis android
yang dapat diunduh di Play Store. Aplikasi Remind Me berisi pengukuran status gizi, recall makan
responden, edukasi gizi seimbang dan alarm waktu makan sesuai prinsip gizi seimbang. S edangkan ,
variabel terikat (dependen) seperti pengetahuan, sikap, perilaku dan pola makan seimb ang remaja.

Sampel dalam penelitian ini adalah remaja yang masih berstatus pelajar SMP AL-Chasanah dan
SMP Al-Kamal berusia 13-15 tahun. Sampel akan dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok
perlakuan yang diberikan aplikasi dan kelompok lainnya tanpa perlakuan dengan hanya penyuluhan
terkait gizi seimbang untuk remaja dengan metode diskusi atau tanya jawab, masing-masing kelompok
berjumlah 42 orang. Uji statistik dalam penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan
pengetahuan, sikap, perilaku dan pola makan gizi seimbang antara kelompok intervensi dan kelompok
kontrol. Berdasarkan hasil uji normalitas antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol pada
penelitian ini semua data berdistribusi normal, sehingga untuk analisis selanjutnya dapat digunakan uji
t sampel berpasangan dan uji t independen.

HASIL DAN DISKUSI

Karakteristik Responden

Jumlah responden dalam penelitian ini adalah 84 siswa yang terdiri dari kelompok perlakuan
dan kelompok kontrol. Ada 26 responden laki-laki (61,9%) dan 16 responden perempuanent (38,1%).

10
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLTEKKES KEMENKES BENGKULU
JURUSAN PROMOSI KESEHATAN
Sekretariat : Jalan indragiri No. 03 Padang Harapan Bengkulu

Penelitian ini menggunakan responden remaja yang berusia 13-15 tahun karena menurut
Sundari (2005) pada masa remaja individu cenderung masih melakukan penyesuaian diri, yang mana
pada remaja merupakan kemampuan untuk membuat rencana dan mengatur tanggapan sedemikian rupa
sehingga mereka dapat bertahan dan mengatasi semuanya. membentuk konflik, kesulitan, dan frustrasi
secara efisien dan memiliki penguasaan dan kematangan emosi

Responden terbanyak berusia 14 tahun baik pada kelompok perlakuan maupun kelompok
kontrol dengan jumlah 22 siswa (52,4%) dan 18 siswa (42,9%) Diet Seimbang Pre-test, Post-test 1 dan
Post-test 2 antara kelompok Perlakuan dan Kontrol Pemberian kuesioner kepada responden pada
kelompok perlakuan dan kelompok kontrol untuk menentukan pola makan gizi seimbang.

Dari total 84 responden dengan masing-masing kelompok 42 responden, masih sedikit


responden yang memiliki pola makan sesuai dengan rukun dan pedoman gizi seimbang. Pada
kelompok perlakuan, nilai sebelum diberikan intervensi (pretest) sebanyak 4 responden (9,5%) yang
mematuhi nilai ini terus meningkat selama penelitian dibuktikan dengan peningkatan responden yang
mematuhi post- test 1 sampai 8 responden dan post-test 2 sampai 9 responden,

Pada kelompok kontrol atau responden kelompok yang tidak diberi media, rata-rata skor
perilaku pada saat pre-test ditemukan 7 patuh dan 35 tidak patuh. Pada saat Post-test 1 terlihat tidak ada
peningkatan responden yang patuh, masih 7 orang dan 35 orang tidak patuh. Post-test 2 menurunkan
jumlah responden yang patuh menjadi 5 orang dan 37 orang yang tidak patuh.

Hal ini membuktikan bahwa pendidikan gizi seimbang dapat mendorong peningkatan
pengetahuan tetapi belum mampu mengubah perilaku sehingga

Tabel 1 Analisis Skor Pengetahuan Gizi Seimbang


Pengetahu Kelompok Berarti Sd Perbedaan p Value
an
Pre-Test Treatmen 7.95 1.05 0.64 0.06
t Control 7.31 1.02
Post-Test 1 Treatmen 7.81 1.21 0.15 0.56
t Control 7.66 1.02
Post-Test 2 Treatmen 8.04 0.93 0.30 0.08
t Control 7.64 1.14

10
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLTEKKES KEMENKES BENGKULU
JURUSAN PROMOSI KESEHATAN
Sekretariat : Jalan indragiri No. 03 Padang Harapan Bengkulu

Pola makan juga berubah. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Musyayyib dkk
(2018) menunjukkan bahwa remaja di Pondok Pesantren Nahdlatul Ulum Soreang Maros Kabupaten
Maros yang memiliki pengetahuan dan pola makan yang baik sebanyak 48 subjek (35,8%), sedangkan
mereka yang memiliki pengetahuan yang baik tetapi pola makan yang buruk. sebanyak 50 subjek
(37,5%). Kemudian yang memiliki pengetahuan dan pola makan yang kurang baik sebanyak 15 subjek
(11,2%), sedangkan yang memiliki pengetahuan dan pola makan yang kurang sebanyak 21 subjek
(15,7%). Hasil analisis Chi square nilai p = 0,57 menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara
pengetahuan dengan pola makan di Pondok Pesantren Nahdlatul Ulum Soreang. Penelitian lain yang
dilakukan oleh Damayanti et al (2014) menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara pengetahuan gizi
dengan pola makan. Penyebab tidak adanya hubungan antara pengetahuan gizi dengan pola makan
adalah karena pola makan yang meliputi jumlah, jenis dan frekuensi berada pada kategori yang tidak
sesuai dengan kebutuhan gizi yang dianjurkan setiap hari.

Pengetahuan Gizi Seimbang Pre-test, Post-test 1 dan Post-test 2 antara Kelompok Perlakuan
dan Kontrol Pengukuran pengetahuan dilakukan dengan cara wawancara atau pemberian angket yang
menanyakan tentang isi materi yang akan diukur dari subjek atau responden penelitian Notoatmodjo
(2010). Pengetahuan gizi seseorang menurut Suwandono 2007 dalam Arimurti (2012) dapat dinilai
berdasarkan jawaban responden terhadap pertanyaan-pertanyaan yang diberikan sesuai dengan
kuesioner yang diajukan. Pretest dalam penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengetahuan dasar
responden mengenai pengetahuan gizi seimbang. Pengukuran pengetahuan remaja tentang pesan gizi
seimbang dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan kuesioner.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada kelompok perlakuan, ditemukan bahwa rata-rata
skor pengetahuan mengalami peningkatan yang tidak signifikan karena skor pre-test baik. Berdasarkan
tabel 1, pengetahuan responden selama penelitian dapat dikatakan baik (8,04 ± 0,09), rerata yang
diperoleh dari kelompok kontrol juga dapat dikatakan bahwa kelompok kontrol memiliki pengetahuan
gizi seimbang yang baik (7,67 ± 0,88). Hal ini sejalan dengan teori Nursalam (2008) yang menyatakan
bahwa kriteria penilaian tingkat pengetahuan menggunakan nilai: tingkat pengetahuan baik jika skor
76-100%, tingkat pengetahuan cukup jika skor atau nilai 56-75% dan tingkat pengetahuan tidak cukup
jika skor atau nilai 56%.

10
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLTEKKES KEMENKES BENGKULU
JURUSAN PROMOSI KESEHATAN
Sekretariat : Jalan indragiri No. 03 Padang Harapan Bengkulu

Hasil uji statistik yang dilakukan baik pada kelompok perlakuan maupun kelompok kontrol
menunjukkan bahwa terdapat perubahan yang signifikan pada nilai rerata pengetahuan respon (p<0,05),
namun tidak terdapat perubahan yang signifikan yang menunjukkan bahwa pendidikan gizi dengan
media aplikasi Remind me dapat ditingkatkan. pengetahuan responden (p>0,05). Penelitian ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Safitri & Fitrant i (2016), ditemukan bahwa rata-rata
peningkatan pengetahuan gizi pada kelompok perkuliahan dari sebelumnya 72,99% menjadi 78,88%,
sedangkan pada kelompok booklet rata-rata pengetahuan sebelum pendidikan adalah 73,96% menjadi
78,89%. Terdapat perbedaan rerata pengetahuan kelompok ceramah dan booklet (p<0,05). Namun,
tidak ada perbedaan perubahan pengetahuan gizi antara kedua kelompok (p>0,05).

Salah satu faktor penyebab rendahnya pengetahuan siswa adalah kurangnya sosialisasi dan
pengetahuan tentang gizi seimbang. Soekirman (2011) menyatakan bahwa pada tahun 2003 dan 2005

Tabel 2 Analisis Skor Sikap Gizi Seimbang


Perilaku Kelompo Berar Sd Perbedaa p Value
k ti n
Pre-Test Treatmen 8.33 1.63 0.17 0.64
t Control 8.50 1.67
Post-Test 1 Treatmen 8.28 1.40 0.22 0.45
t Control 8.50 1.23
Post-Test 2 Treatmen 8.31 1.33 0.09 0.82
t Control 8.23 1.65

Kementerian Kesehatan mengeluarkan buku Pedoman Gizi Seimbang, namun kurangnya


sosialisasi dan publikasi mengenai hal ini membuat masyarakat kurang mengenal pedoman gizi
seimbang. Faktor lain yang mempengaruhi perubahan pengetahuan responden adalah jarak selama
penelitian. Menurut Vaus (2005) dalam Arimurti, (2012) pemberian jarak antara pretest dan intervensi
tidak boleh terlalu lama. Hal ini dilakukan untuk meminimalkan pengaruh luar sebelum intervensi.
Namun jarak yang terlalu dekat antara pre-test dan intervensi juga dapat mempengaruhi tingkat
sensitivitas memori kelompok perlakuan terhadap intervensi yang akan diberikan. Oleh karena itu,
jarak antara pre-test dan intervensi dalam penelitian ini adalah tujuh hari dengan waktu pre-test 45
menit (Arimurti, 2012).

Didukung oleh penelitian Siagian et al (2010) yang menguji pengaruh media visual poster dan
leaflet makanan sehat terhadap perilaku dan pengetahuan siswa dalam pemilihan jajanan di sekolah

10
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLTEKKES KEMENKES BENGKULU
JURUSAN PROMOSI KESEHATAN
Sekretariat : Jalan indragiri No. 03 Padang Harapan Bengkulu

mendapat nilai rata-rata sebelum intervensi dengan membagikan leaflet sebesar 1,99 dan setelah
intervensi skor meningkat menjadi 3,00. Hasil angket setelah pemberian leaflet menunjukkan
peningkatan pengetahuan secara keseluruhan yaitu 100% siswa menjawab pertanyaan tentang
pengetahuan jajanan dengan benar, durasi pretest dan posttest berbeda. Dalam penelitian ini digunakan
pre-post test dua minggu, sedangkan penelitian ini hanya tiga hari setelah intervensi dengan penyebaran
media aplikasi Remind me. Selain faktor lama pemberian intervensi, faktor frekuensi pemberian
intervensi juga dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang, seperti menurut Dewi & Aminah (2016)
pemberian intervensi yang optimal cukup dilakukan maksimal tiga kali. karena jika diberikan lebih dari
dua kali dapat menimbulkan kebosanan. Sedangkan menurut Saloso (2011) pemberian intervensi harus
dilakukan minimal tiga kali agar tercapai peningkatan pengetahuan.

Pre-test Sikap Gizi Seimbang, Post-test 1 dan Post-test 2 antara Kelompok Perlakuan dan
Kelompok Kontrol Analisis yang dilakukan terhadap skor sikap pada kelompok perlakuan dan
kelompok kontrol dengan menggunakan Independent T-test menunjukkan bahwa peningkatan nilai
rata-rata skor sikap pre-test antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol adalah 8,33 ± 1,63 dan
8,50 ± 1,67, selisih nilai rerata 0,17 dan diperoleh p value 0,64, rerata skor sikap post-test 1 kelompok
perlakuan adalah 8,28 ± 1,40 dan 8,50 ± 1,23 pada kelompok kontrol dengan nilai p 0,45, selisih rerata
skor post-test 1 adalah 0,22, kemudian skor rata-rata skor sikap pada post-test 2 kelompok perlakuan
dan kelompok kontrol adalah 8,31 ± 1,33 dan 8,23 ± 1,65, selisih nilai yang diperoleh 0,09 dan nilai p
0,82 sehingga dapat dikatakan tidak ada pengaruh yang signifikan antara pemberian aplikasi media
terhadap skor sikap pre-test, post-test. test 1 dan post test 2 kelompok perlakuan dan kelompok kontrol,
namun dapat dilihat dari perbedaan kedua kelompok pada setiap pengujian yang dilakukan yaitu terjadi
perubahan nilai rerata sikap kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. Edukasi gizi dengan aplikasi
Remind Me tidak dapat memberikan perubahan yang signifikan terhadap perubahan sikap gizi
seimbang di kalangan responden. Hal ini karena sikap manusia merupakan prediktor utama dari
perilaku (tindakan) sehari-hari, meskipun ada faktor lain yaitu lingkungan dan keyakinan seseorang.
Artinya terkadang sikap dapat menentukan tindakan seseorang, tetapi terkadang sikap tidak berubah
menjadi tindakan. Pertimbangan semua dampak positif dan negatif dari suatu tindakan juga
menentukan

10
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLTEKKES KEMENKES BENGKULU
JURUSAN PROMOSI KESEHATAN
Sekretariat : Jalan indragiri No. 03 Padang Harapan Bengkulu

Tabel 3 Analisis Skor Perilaku Diet Seimbang


Perilaku Kelompo Berar Sd Perbedaan p Value
k ti
Pre- Test Treatmen 11.81 3.10 0.86 0.17
t Control 12.67 2.56
Post-Test Treatmen 11.88 2.52 1.52 0.01*
1 t Control 13.40 3.00
Post-Test Treatmen 12.38 2.68 0.97 0.09
2 t 13.35 2.67
Control

apakah sikap seseorang menjadi tindakan nyata atau tidak. Dengan kata lain, selain sikap, faktor utama
lain yang mempengaruhi tindakan seseorang adalah norma sosial (Zuchdi, 1995). Senada dengan
penelitian yang dilakukan oleh Damayanti (2017) pada anak SD yang dilakukan selama dua minggu
dengan dua kali penyuluhan sambil bermain MOZ-IBANG mendapatkan nilai p (sig) = 1,16 > 0,05
sehingga dapat disimpulkan bahwa ada tidak ada pengaruh penyuluhan dengan menggunakan media
monopoli gizi seimbang. (MOZIBANG) tentang sikap gizi seimbang siswa.Perilaku Gizi Seimbang
Pre-test, Post-test 1 dan Post-test 2 antara Kelompok Perlakuan dan Kontrol Perilaku merupakan hasil
akhir dari peningkatan pengetahuan dan perubahan sikap seorang individu, berdasarkan penelitian dan
analisis menggunakan uji Independent T-test ditemukan nilai rata-rata peningkatan skor perilaku pre-
test kelompok perlaku terlambat dan kelompok kontrol adalah 11,81 ± 3:10 dan 12,67 ± 2:56 dengan
nilai p value 0,17. Rerata skor perilaku post-test 1 kelompok perlakuan adalah 11,88 ± 2,52 dan 13,40 ±
3,00 pada kelompok kontrol dengan nilai p hasil tes 0,01 sehingga dapat dikatakan bahwa ada
perbedaan yang signifikan antara post-test. tes perilaku skor 1 kelompok perlakuan dan kelompok
kontrol. Rerata skor perilaku post-test dari 2 kelompok perlakuan adalah 12,38 ± 2,68 dan 13,35 ± 2,67
pada kelompok kontrol dengan nilai p 0,09.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Perdana (2017) mengenai
pengembangan media pendidikan gizi seimbang berbasis Android dan website yang menyatakan bahwa
semua kelompok perlakuan secara umum menunjukkan praktik gizi seimbang saat pre-test cukup baik
(skor rata-rata 80-86) dan tidak ada perbedaan antara kelompok perlakuan.

Namun demikian, masih cukup banyak siswa (25-63,9%) yang praktiknya dalam kategori
sedang dan rendah; Umumnya siswa sering membeli jajanan yang tidak sehat dan memakan makanan

10
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLTEKKES KEMENKES BENGKULU
JURUSAN PROMOSI KESEHATAN
Sekretariat : Jalan indragiri No. 03 Padang Harapan Bengkulu

instan. Intervensi pendidikan gizi meningkatkan praktik gizi seimbang subjek. Setelah intervensi,
terjadi peningkatan skor latihan sebesar 5,1 poin (grup gabungan android & website) menjadi 11,6 poin
(grup website), yang berbeda secara signifikan antar kelompok.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya hal tersebut, salah satunya karena perilaku
yang diamati peneliti terbatas pada perilaku tertutup dimana pengukuran perilaku dilakukan dengan
cara menghitung skor jumlah jawaban responden atas pertanyaan tersebut. pertanyaan yang diajukan.
Menurut Skinner (1993) dalam Notoatmodjo (2010) menyatakan bahwa perilaku tertutup (covert
behavior), perilaku tertutup terjadi ketika respon terhadap stimulus tidak dapat diamati secara jelas oleh
orang lain (dari luar).

Penelitian yang dilakukan oleh Fadhilah et al (2018) menyebutkan bahwa ada beberapa faktor
yang mempengaruhi perilaku makan seseorang khususnya remaja SMP. Beberapa faktor tersebut
adalah ketersediaan sarana dan prasarana di rumah yang masih kurang baik (54,3%), dan mayoritas
memiliki aktivitas fisik ringan (58%), sebagian besar jatah yang diberikan digunakan untuk membeli
jajanan dan minuman manis (84 %), faktor lingkungan seperti peran guru yang masih buruk (50,6%),
peran orang tua yang belum mendukung responden dalam makan yang baik (58%), serta peran teman
yang belum memberikan memberikan contoh yang baik kepada responden dalam perilaku makan
(74,1%), beberapa faktor tersebut menghasilkan p value < 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa
faktor-faktor tersebut berpengaruh signifikan terhadap perubahan perilaku seseorang.

KESIMPULAN

Terjadi perubahan pola makan gizi seimbang sebelum dan sesudah intervensi pada kelompok
perlakuan dan kelompok kontrol. Tidak terdapat perbedaan skor pengetahuan, sikap dan perilaku gizi
seimbang remaja sebelum dan sesudah intervensi pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol.
Dapat disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh pemberian aplikasi media Remind me terhadap
peningkatan pengetahuan, sikap dan perilaku gizi seimbang pada remaja usia 13-15 tahun.

10
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLTEKKES KEMENKES BENGKULU
JURUSAN PROMOSI KESEHATAN
Sekretariat : Jalan indragiri No. 03 Padang Harapan Bengkulu

Media aplikasi Remind me merupakan salah satu media yang dapat mengikuti perkembangan
teknologi dan trend dikalangan remaja sehingga diharapkan mampu menyampaikan pesan kepada
remaja dengan cara yang mudah dan tepat. Namun pemberian media aplikasi Remind me sebagai
media pendidikan gizi kepada remaja masih perlu dikembangkan sebagai upaya yempurnakan
download aplikasi mulai dari media tampilan, isi konten, spesifikasi handphone atau smart phone,
spesifikasi sistem pemograman yang lebih baik dan penggunaan domain server yang lebih aman
sehingga akan mengurangi debugging pada sistem aplikasi, sehingga pesan yang disampaikan dan
tujuan yang diinginkan dapat tercapai. Pada penelitian selanjutnya perlu dilakukan uji keberterimaan
media aplikasi Remind me agar dapat terus dikembangkan sesuai dengan perkembangan zaman. Selain
itu untuk mengatasi masalah pola makan pada remaja, penerapan Remind Me dapat meningkatkan
pengetahuan, sikap dan perilaku gizi seimbang pada remaja, namun remaja perlu diekspos media secara
intens dan berkesinambungan.

REFERENSI

Aaliya, H., & Muwakhidah. (2017). Pengaruh Pendidikan Gizi dengan Media Kinestetik
Terhadap Peningkatan Gizi Seimbang Pada SD Muhammadiyah 4 Kandangsapi Surakarta. Jurnal
Kesehatan, 10(2).

Akademik Nutrisi dan Dietetika. (2013). Saku

Guide For International Dietetics & Nutri-tion Terminology (IDNT) Reference Manual Edisi
ke-4. Hal 56. Chicago: Makan dengan Benar.

Almatsier, S. (2002). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia.

Almatsier, S., Soetardjo, S., & Soekatri, M. (2011). Gizi Seimbang Dalam Daur Kehidupan.
Jakarta: PT. Gramedia.

10
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLTEKKES KEMENKES BENGKULU
JURUSAN PROMOSI KESEHATAN
Sekretariat : Jalan indragiri No. 03 Padang Harapan Bengkulu

Andaningrum. (2014). Pengaruh Komik Gizi Seimbang Terhadap Peningkatan Pengetahuan


Gizi Pada Siswa Kelas V SDN Cisalak 3. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 1(2).

Anggraeni, N. A., & Sudiarti, T. (2017). Faktor Dominan Konsumsi Buah dan Sayur pada
Remaja di SMPN 98 Jakarta. Jurnal Gizi Manusia Indonesia , 5(1).

Arimurti, D. (2012). Pengaruh Komik Pendidikan Gizi Seimbang Terhadap Peng-etahuan Gizi
Siswa Kelas V Sdn Sukasari 4 Kota Tangerang. Depok: Universitas Indonesia.

Azrimaidaliza, I.P. (2011, Agustus). Analisis Pemilihan Makanan pada Remaja di Kota Padang,
Sumatera Barat. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional, 6(1).

Azwar, S. (2003). Sikap manusia teori dan pengukurannya. Jakarta: Pustaka Pelajar.

Biro, F. M., & Wien, M. (2010). Obesitas Anak dan Mobilitas Dewasa. Jurnal Nutrisi Klinis
Amerika, 91.

Bong Nguyen, M., & Mary W, M. (2017). Intervensi pendidikan gizi peka budaya dan usia
setelah sekolah untuk anak sekolah dasar. Jurnal Pendidikan dan Perilaku Gizi, 49.

Brown, J. E. (2011). Nutrisi Siklus Hidup Edisi Keempat. AS: Thompson Wads-worth.

Chinetha, K.D. (2015). Evolusi Sistem Operasi Android dan Versinya. Jurnal Internasional
Teknik dan ilmu terapan, 2(2).

Contento, I. R. (2011). Pendidikan Gizi. Sudburry: penerbit Jons dan bartlett.

Cortison, C. S., & Sefcek, J. A. (2009). Eriksonian Lifespan Theory dan Life History Theory:
Sebuah Integrasi Menggunakan Contoh Pembentukan Identitas. Asosiasi Psikologi Amerika.

Damayanti, T. (2017). Pengaruh Penggunaan Media Monopoli Gizi Seimbang (MOZIBANG)


Terhadap Pengetahuan dan Sikap Mengenai Gizi Seimbang Siswa Kelas V Sekolah Dasar. Skripsi :
Poltekkes Bandung.

Dewi, M., & Aminah, M. (2016, Juni). Efek

Mutiasari, D. (2013). Gambaran Praktek Pedoman Gizi Seimbang (PGS) Pada Remaja di MTs
Pembangunan UIN . Jakarta: UIN (SKRIP-SI).

10
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLTEKKES KEMENKES BENGKULU
JURUSAN PROMOSI KESEHATAN
Sekretariat : Jalan indragiri No. 03 Padang Harapan Bengkulu

Nadhiroh, S.R., & Suryaputra, K. (2012, Juni). Perbedaan Pola Makan dan Aktivitas Fisik
antara Remaja Obesitas dan Non Obesitas. Makara Kesehatan, 16(1).

Nguyen, M.B., & Mary, M. (2017). Intervensi pendidikan gizi peka budaya dan usia setelah
sekolah untuk anak sekolah dasar. Jurnal Pendidikan dan Perilaku Gizi, 49.

Ningsih, T.H. (2018). Pengaruh Edukasi Pedoman Gizi Seimbang Terhadap Pengetahuan dan
Sikap Remaja Putri Kurus. Jurnal Ilmu Kebidanan, 2(2).

Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Nugraha, T.S. (2014). Pengaruh Komik Gizi Seim- bang Terhadap Peningkatan Pengetahuan
Gizi Seimbang pada Siswa Kelas V SDN 01 Pondok Cina dan MI Nurul Iman di Kota Depok.
Universitas Indonesia: Skripsi.

Nurdin Rahman, N.U. (2016, Maret). Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Makan
pada Remaja SMA Negeri 1 Palu. Jurnal Preventif, 7(1).

Nurmasyita, Widjanarko, B., & Margawati, A. (2015, Desember). Pengaruh intervensi


pendidikan gizi terhadap peningkatan pengetahuan gizi, perubahan asupan zat gizi dan indeks massa
tubuh remaja kelebihan. Jurnal Gizi Indonesia, 4.

Nuryanto, Pramono, A., Puruhita, N., & Muis, S.F. (2014). Pengaruh pendidikan gizi terhadap
pengetahuan dan sikap tentang gizi. Jurnal Gizi Indonesia.

Pahlevi, A.E. (2012). Determinan Status Gizi Pada Anak Usia Sekolah. Jurnal Kesehatan
Masyarakat, 7(2).

10
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLTEKKES KEMENKES BENGKULU
JURUSAN PROMOSI KESEHATAN
Sekretariat : Jalan indragiri No. 03 Padang Harapan Bengkulu

10

Anda mungkin juga menyukai