Usulan penelitian
Oleh:
AINI SEPTIANA
NIM. 1508153972
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2018
BAB I
PENDAHULUAN
dengan masalah gizi kurang. Gizi kurang berkaitan dengan ketidakcukupan makanan
secara kualitas atau kuantitas.1 Pada usia 13-19 tahun memiliki peluang yang lebih
besar untuk menjadi underweight. Kondisi ini akan mempengaruhi kesehatan dan
perkembangan.2
Secara global terjadi peningkatan angka kejadian underweight. Pada tahun 2016
didapatkan 20,8% remaja di seluruh dunia dalam rentang usia 5-19 tahun mengalami
umur 13-15 tahun menunjukkan prevalensi kurus adalah 11,1% yang terdiri dari
sangat kurus 3,3% dan kurus 7,8%. Sedangkan prevalensi kurus pada remaja umur
16-18 tahun adalah 9,4% yang terdiri dari sangat kurus 1,9% dan kurus 7,5%. 5 Untuk
remaja di Provinsi Riau umur 13-15 tahun didapatkan prevalensi kurus 11,5%
sedangakan remaja umur 16-18 tahun prevalensi kurus 7,9%. Selanjutnya, pada tahun
2013 di Kota Pekanbaru untuk remaja umur 13-15 tahun terdiri dari prevalensi kurus
1
Pola makan yang salah pada remaja merupakan risiko terjadinya berat badan
makanan yang dikosumsi setiap hari dimana gizi seimbang adalah pola makan yang
dianjurkan.8
underweight karena pola makan yang salah dan kesalahan dalam mengurangi
frekuensi makan untuk mencegah kegemukan. Hal ini terjadi karena perilaku yang
salah atau masih kurang. Dampak yang dapat ditimbulkan berupa tidak maksimalnya
konsentrasi. Selain itu, proses pertumbuhan dan perkembangan remaja yang dapat
biasanya dipengaruhi oleh kesadaran dan pengetahuan. Kesadaran yang baik terhadap
pola makan dapat meningkatkan status gizi, karena kesadaran menentukan perilaku
remaja dalam memilih makanan untuk menerapkan gizi seimbang dengan pola makan
yang baik.10
terdapat tiga faktor yang menentukan intensi, yaitu sikap (kepribadian seseorang yang
berkaitan dengan penilaian positif atau negatif dalam melakukan suatu tindakan),
norma subjektif (persepsi seseorang atas pendapat orang lain yang dirasakannya
2
penelitian Gronhoj bahwa remaja mengakui intensi memiliki kontrol penuh dalam
pesat akibat modernisasi. Hal ini menyebabkan sekitar 66,5% remaja menghabiskan
waktunya lebih dari tiga jam hanya untuk bermain internet dan sosial media setiap
Sejauh pengetahuan peneliti saat ini belum ada data penelitian yang
Berdasarkan pengamatan dan survei awal serta arahan informasi yang didapat
direkomendasikan untuk dilakukan penelitian ini yaitu SMA Negeri 5 Pekanbaru dan
SMA Negeri 3 Pekanbaru. Terkait dengan uraian latar belakang di atas, maka perlu
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah pada penelitian ini
makan?”
3
1.3. Tujuan Penelitian
pola makan.
makan.
1. Bagi peneliti
2. Bagi responden
kesadaran dan intensi tentang pola makan seimbang dan dijadikan dasar untuk
4
melakukan edukasi pada remaja di sekolah tentang pola makan untuk mengelola
Dapat digunakan sebagai referensi dan data dasar untuk melakukan penelitian
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Underweight atau berat badan kurang merupakan keadaan yang terkait dengan
yang dibutuhkan oleh tubuh sehingga dapat terjadi berbagai gangguan kesehatan dan
atau kuantitas makanan, berkaitan juga dengan penyerapan dan pencernaan makanan
makanan dalam periode yang lama dan berlanjut dengan keadaan berat badan yang
kategorikan kurus dengan ambang batas (Z-Score) -3 SD sampai dengan < -2 SD dan
sangat kurus <-3 SD berdasarkan Indeks Massa Tubuh berdasarkan Usia (IMT/U).16
antara berat badan dalam satuan kilogram dengan tinggi badan dikuadratkan dalam
6
1. Kurangnya asupan makanan
kurangnya asupan makanan dapat ditinjau dari jumlah porsi makanan yang
energi yang terdiri dari karbohidrat, lemak, dan protein sebesar 97,5%. Hasil
tersebut didukung oleh hasil riset kesehatan dasar tahun 2013 yang
kebutuhan. Ketika kebutuhan energi tidak sesuai dengan asupan energi, maka
dikonsumsi setiap hari. Pola makan yang benar adalah dengan menerapkan
gizi seimbang. Menurut penelitian Florence, memiliki pola makan yang baik
maka semakin besar kemungkinan tercapai status gizi yang baik sehingga
menghabiskan waktunya lebih dari tiga jam hanya untuk bermain sosial media
7
3. Latihan fisik/exercise yang tinggi
membakar kalori di tubuh sehingga nutrisi yang dapat disimpan tidak banyak.
Hal ini didukung dengan bagaimana pola makannya, latihan fisik yang tinggi
dan pola makan yang tidak dapat menyesuaikan dengan kebutuhan tubuh
4. Jenis kelamin
dengan usia 10-19 tahun yang mengalami underweight dengan jenis kelamin
perempuan 19,3% dan laki-laki 10,8%, hal ini menunjukkan perempuan lebih
4746 remaja yang bersekolah di St.Paul dan Mineapolis yang berada di bagian
Amerika Serikat di peroleh remaja yang melakukan diet dengan cara yang
tidak sehat pada remaja perempuan 56,9% dan laki-laki 32,7%. Berdasarkan
penelitian Firi, kondisi ini didukung oleh remaja perempuan yang sangat
menarik. Media masa juga merupakan faktor untuk melakukan diet, remaja
perempuan yang terpengaruh dengan media masa memiliki resiko tiga kali
8
5. Penyakit
penyakit tertentu, berkurang atau hilangnya zat gizi akibat vomitus (muntah)
6. Genetik
metabolic rate) yang tinggi, sehingga kalori yang dimetabolisme pada orang
yang memiliki skinny genes akan lebih banyak dan lebih cepat dari pada orang
7. Sosial ekonomi
Kondisi ini seperti pada penelitian yang dilakukan oleh Ruslie yang
9
menyatakan bahwa keadaan remaja dengan status sosial ekonomi yang tinggi
dan bulimia nervosa. Anorexia nervosa adalah perilaku seseorang yang sangat
adalah perilaku yang ditandai dengan makan yang berulang atau berlebih,
latihan fisik yang keras. Berat badan pada bulimia nervosa tidak terkontrol
dan beresiko menjadi underweight, perilaku ini juga banyak dialami remaja
perempuan.35
pada negara berkembang maupun negara maju. Remaja dalam rentang usia 5-19
tahun yang mengalami underweight sebanyak 20,8% remaja dari total seluruh remaja
10
12–19 tahun di dapatkan 3,8% pada tahun 2003-2006, mengalami peningkatan
prevalensi remaja kurus berusia 13-15 tahun sebanyak 10,1% dan remaja kurus
berusia 16-18 tahun sebanyak 8,9%.24 Sedangkan data dari Riskesdas tahun 2013 di
Indonesia untuk umur 13-15 tahun menunjukkan prevalensi kurus adalah 11,1% yang
terdiri dari sangat kurus 3,3% dan kurus 7,8%. Sedangkan prevalensi kurus pada
remaja umur 16-18 tahun adalah 9,4% yang terdiri dari sangat kurus 1,9% dan kurus
kejadian underweight. Riskesdas tahun 2010 menyatakan remaja umur 13-15 tahun
didapatkan prevalensi kurus 8,8% dan remaja umur 16-18 tahun dengan prevalensi
kurus 7,8%.24 Prevalensi kurus pada tahun 2013 untuk remaja umur 13-15 tahun
didapatkan 11,5% dan remaja umur 16-18 tahun 7,9%. Sedangkan remaja di Kota
Pekanbaru dengan umur 13-15 tahun terdiri dari prevalensi kurus 11,8% dan remaja
Pemeriksaan fisik yang dapat dilakukan untuk mengetahu status gizi seseorang
pemeriksaan antropometri yang ditentukan dengan Indeks Massa Tubuh (IMT), yaitu
merupakan perbandingan antara berat badan dalam satuan kilogram dengan tinggi
11
Pemeriksaan IMT dengan beberapa kondisi tidak berlaku, seperti pada
olahragawan atau perempuan yang sedang hamil. Olahragawan pada umumnya akan
menghasilkan rasio yang tinggi dan dapat dikategorikan menjadi overweight bahkan
obesitas dengan gizi yang belum tentu cukup atau berlebih. Hal tersebut dikarenakan
olahragawan memiliki jumlah otot yang lebih banyak. Otot memiliki massa yang
lebih berat dibandingkan lemak. Sedangkan untuk perempuan yang sedang hamil
akan mengalami peningkatan berat badan yang diakibatkan oleh pertumbuhan dan
perkembangan janin.25
berikut:14
Berat badan( Kg)
IMT =
Tinggibadan 2(m2 )
kategori yang telah ditentukan untuk melihat status gizi. Kategori yang dapat
digunakan yaitu kategori pengukuran IMT yang ditetapkan oleh World Health
Tabel 2.1. Kategori IMT yang ditetapkan oleh WHO untuk Asia-Pasifik.
Klasifikasi IMT (Kg/m2)
Underweight < 18,5
Normoweight 18,5 – 22,9
Overweight >23
Beresiko 23,0-24,9
Obesitas tingkat I 25,0-29,9
Obesitas tingkat II >30,0
Sumber: WHO dalam Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi VI, 2014.14
mengetahui keadaan gizi pada remaja dapat diketahui berdasarkan kategori Z-Score
12
(ambang batas) yang diperoleh dari Indeks Massa Tubuh menurut Umur (IMT/U).
Kategori Z-Score untuk umur 5-18 tahun dapat dilihat dari tabel berikut ini:26
Tabel 2.2 Kategori dan ambang batas status gizi umur 5-18 tahun
Kategori status gizi Ambang batas (Z-Score)
Sangat kurus < -3 SD
Kurus -3 SD sampai dengan < -2 SD
Normal -2 sampai dengan 1 SD
Gemuk > 1 SD sampai dengan 2 SD
Obesitas > 2 SD
Sumber : Standar antropometri Kepmenkes RI, 2011.26
yang terus meningkat, terutama pada remaja yang berada pada masa bertumbuhan
dan perkembangan. Untuk itu perlu penangan dalam mengatasi underweight dengan
cara memperbaiki gizi seimbang. Prinsip gizi seimbang terdiri dari 4 (empat) pilar,
rangkaian 4 pilar ini sebagai upaya untuk menyeimbangkan zat gizi yang keluar dan
zat gizi yang masuk disertai memonitor berat badan secara teratur sehingga kondisi
underweight bisa diatasi dan dapat mencapai berat badan yang ideal. 27
Seimbang (PGS). Keadaan ini disebabkan remaja hanya menerpkan beberapa prinsip
Pedoman Gizi Seimbang sebagai pedoman untuk mencapai status gizi yang
optimal. Adapun 4 pilar prinsip gizi seimbang yang dapat menangani kondisi
13
1. Mengatur konsumsi makanan yang beragam
seimbang, jumlah yang cukup dan frekuensi makan yang teratur. Pola makan
makanan pokok, lauk-pauk, sayur dan buah serta minum air putih yang cukup
makanan sehari-hari dapat dilihat dari tumpeng gizi seimbang seperti berikut
ini.27
Kebutuhan gizi pada remaja berumur 10-18 tahun dibedakan menjadi tiga
kategori umur berdasarkan jenis kelamin yaitu umur 10-12 tahun, 13-15 tahun
14
dan 16-18 tahun. Angka Kecukupan Gizi berdasarkan tiga kategori tersebut
mengalami infeksi, tubuh memerlukan zat gizi yang lebih dari biasanya untuk
15
seperti mencuci tangan menggunakan sabun dengan air bersih yang mengalir
buang air besar dan kecil akan terhindar dari keterpaparan sumber infeksi.
Oleh karena itu pentingnya menerapkan prilaku hidup bersih agar tubuh bisa
mendapatkan gizi yang cukup dan mencapai berat badan yang normal.27
lebih banyak, apabila hal ini terjadi dalam waktu yang relatif lama dan tidak
kondisi ini latihan fisik yang optimal harus disesuaikan berdasarkan jenis
disesuaikan dengan AKG agar zat gizi yang keluar dari dan yang masuk ke
untuk mencapai berat badan yang normal. Perlunya pemantauan berat badan
adalah salah satu cara untuk mengetahui kecukupan zat gizi dalam memenuhi
apabila pola makan yang baik sudah diterapkan. Ketika sudah mencapai berat
badan yang normal, maka pemantauan berat badan juga diperlukan untuk
16
Selain dengan menerapkan gizi seimbang, penanganan underweight
makanan, pil multifitamin dan mineral. Mengonsumsi susu dan yogurt yang
tinggi kalori dan lemak juga dapat diberikan untuk meningkatkan berat badan
pada underweight.18
pada proses pertumbuhan, produksi tenaga, fungsi kognitif, dan perilaku. Selain itu
akan mudah merasakan lemas, malas serta prestasi belajar menurun. Sistem imunitas
dalam tubuh kurang dari normal. Anemia ini dapat disebabkan rendahnya
masukan/intake zat besi yang kurang, penyerapan zat besi yang kurang seperti
pada sindroma malabsorbsi, kebutuhan gizi yang bertambah seperti pada infeksi.32
gizi yang tidak terpenuhi, dibandingkan remaja laki-laki hanya 4%. Anemia
17
defisiensi gizi akibat menstruasi. Seharusnya remaja lebih memperhatikan pola
yang timbul akibat kurangnya unsur yodium pada tubuh dalam waktu yang cukup
garam beryodium sekitar enam gram atau satu sendok teh setiap hari. Seseorang
yang underweight dengan faktor akibat asupan makanan yang kurang dapat
tubuh sehingga mengaggu fungsi kelenjar tiroid. Dampak yang ditimbulkan dapat
Vitamin memiliki peran khusus dalam mengatur fungsi tubuh. Secara umum
vitamin A yang merupakan salah satu masalah gizi utama di Indonesia adalah
Kekurangan energi akan mudah merasa lelah dan kurang bertenaga sehingga
penghasil energi, tetapi pemakaiannya pada kondisi karbohidrat dan lemak sudah
tidak dapat memenuhi kebutuhan energi tubuh. Kurangnya asupan protein dapat
18
menyebabkan pertumbuhan terganggu karena fungsi protein sebagai zat
pembangun jaringan tubuh dan mudah mengalami infeksi karena sistem kekebalan
kwashiorkhor. Kondisi ini dapat disertai dengan berbagai gejala tambahan seperti
infeksi dan diare. Kelompok yang beresiko tinggi dalam hal ini adalah anak-anak.32
5. Penurunan prestasi
gizi dalam makan tidak mencukupi kebutuhan dan keadaan ini berlangsung lama,
siswi di salah satu Sekolah Menengah Atas (SMA) swasta di Semarang menunjukkan
IMT yang terbanyak dalam kategori underweight dan kondisi ini terdapat hubungan
yang sangat signifikan dengan prestasi belajar rendah yang diperoleh. Fungsi otak
menurunkan daya konsentrasi dalam proses belajar dan meraih prestasi. 9 Underweight
yang disertai pendek atau sangat pendek (stunting) mempunyai resiko kehilangan
19
2.1.7. Pencegahan Underweight
menerapkan Pesan Gizi Seimbang (PGS) yang terdiri dari pola makan yang benar,
berperilaku hidup bersih dan melakukan latihan fisik sesuai anjuran. Adapun Pesan
Indonesia dianjurkan mengonsumsi 400-600 gram sayur dan buah, sekitar dua-
7. Minum air putih yang cukup, karena sekitar 78% berat otak adalah air. Banyak
penelitian yang membuktikan bahwa tubuh yang kekurangan air pada usia
zat gizi.
9. Membiasakan mencuci tangan pakai sabun dengan air bersih dan mengalir.
10. Latihan fisik yang cukup selama 30 menit setiap hari atau 3-5 hari dalam
seminggu.
20
2.2. Kesadaran Remaja Terkait Pola Makan dalam Mengelola Underweight
(intern) dan Faktor eksogen (ekstern). Faktor endogen merupakan faktor yang berasal
dari dalam diri manusia sendiri. Sedangkan faktor eksogen berasal dari luar yang
dapat mempengaruhi diri manusia, dalam hal ini adalah orang lain dan lingkungan.40
Remaja yang berada dalam masa peralihan dari anak ke dewasa membentuk
gaya hidup dan berperilaku sesuai keinginannya. 41 Salah satu akibat dari perilaku
remaja ini adalah pola makan yang tidak sesuai anjuran sehingga mengakibatkan
dilakukan Bello yang menyatakan kesadaran yang buruk dalam memperaktikkan pola
makan yang benar susuai anjuran berdampak pada berat badan yang tidak normal
dirasakan terhadap sesuatu. Pentingnya memiliki kesadaran mengenai gizi bagi tubuh
21
dikonsumsi.42 Dengan demikian kesadaran terkait pola makan pada remaja
bahwa intensi yang dimiliki individu tersebut juga tinggi.43 Nursito mengungkapkan
bahwa intensi merupakan niat atau keinginan yang bisa ditampilkan dan diterapkan.
Intensi menjadi faktor individu dalam melatarbelakangi keinginan yang kuat sehingga
membentuk motivasi dan dapat mengambil tindakan untuk mencapai suatu tujuan.
Intensi juga dapat dipahami sebagai keyakini dalam diri individu terhadap sesuatu
kehidupan sehari-hari.44
Ajzen menyatakan tiga faktor yang menentukan intensi pada individu. Tiga
1. Sikap (attitude)
yang akan mempengaruhi hasil, apakah sesuai dengan yang diingikan atau
22
2. Norma subjektif (subjective norms)
lain yang dianggap memiliki peran dalam melakukan tindakannya dan sejauh
subjektif memiliki konsep berupa representasi yang berasal dari tuntutan atau
tekanan dari lingkungan luar atau pengaruh dari figur sosial. Figur sosial dalam
norma subjektif ialah orang yang sangat berperan dalam kehidupan seseorang
atau orang yang memiliki arti tersendiri dan orang tersebut dianggap spesial
membentuk perilakunya.
pengalaman yang telah terjadi dan pola pikir. Pengalaman yang dapat
mempengaruhi efikasi diri tidak hanya berasal dari diri sendiri, tetapi juga
kontrol penuh dalam menentukan dan menerapkan pola makan yang sehat. 11
Berdasarkan hal tersebut, intensi remaja terkait pola makan dalam mengelola
23
underweight diwujudkan dengan seberapa besar niat atau keinginan untuk
Nomor 25 tahun 2014 remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10-18 tahun.
Didunia jumlah perkiraan remaja dunia menurut WHO yaitu sekitar 1,2 milyar atau
18% dari jumlah penduduk dunia. Berdasarkan sensus pendududuk tahun 2010
jumlah kelompok usia 10-19 tahun di Indonesia sebanyak 43,5 juta atau 18% dari
Remaja berada pada peralihan masa anak ke dewasa. Pada masa ini remaja
berada pada kondisi krisis identitas. Identitas diri yang dicari remaja berupa kejelasan
dan keinginannya sendiri tanpa keterlibatan orang tua. Perilaku remaja dipengaruhi
Remaja bagian dari sumber daya manusia dan merupakan penerus bangsa,
dimana salah satu tujuan pembangunan nasional adalah membentuk sumber daya
manusia yang berkualitas. Kesehatan bagian dari permasalahan remaja yang sering
24
sosial dan internet. Mudahnya mengakses internet dan sosial media membuat remaja
menghabiskan banyak waktu dan setiap harinya. Seperti penelitian yang dilakukan
Sariman, remaja menghabiskan waktu lebih dari tiga jam sebanyak 66,5%, hal ini
25
2.5. Kerangka Teori
Kesadaran Pengetahuan
Intensi
Tindakan
26
Gambar 2.2. Kerangka Teori
Remaja
Kesadaran pola Intensi pola underweight
makan makan
Gambar 2.3. Kerangka Konsep
27
BAB III
METODE PENELITIAN
Penelitian ini akan dilakukan di SMA Negeri 5 Pekanbaru dan SMA Negeri 3
3.3.1. Populasi
berdasarkan Indeks Masa Tubuh (IMT) dengan standar dari World Health
a) Kriteria inklusi
28
1. Responden yang dikategorikan underaweight yang dinilai menggunakan
Indeks Masa Tubuh (IMT) dengan standar dari WHO untuk kriteria Asia-
Pasifik.
b) Kriteria eksklusi
1. Responden yang sedang menderita penyakit infeksi seperti diare, ISPA (Infeksi
3.3.2. Sampel
rumus Lemeshow : 47
Zα 2 × P ×q
n=
d2
Keterangan:
29
q = 1- p (1- 0,057=0,943)
Untuk mengantisipasi drop out maka ditambah 10% dari jumlah sampel
Negeri 5 Pekanbaru dan SMA Negeri 3 Pekanbaru dilakukan dengan teknik quota
Definisi operasioal dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 3.1.
30
31
Tabel 3.1. Variabel penelitian dan definisi operasional
No Variabel Skala
Definisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur
Penelitian Ukur
1 Jenis Status biologis responden Lembar Mengisi lembar identitas Nominal 1. Laki-laki
kelamin yang terdiri dari laki-laki identitas kuesioner 2. Perempuan
atau perempuan kuesioner
2 Kesadaran Ada atau tidaknya stimulus Kuesioner Mengisi lembar kuesioner Ordinal Penilaian
terhadap yang dimiliki responden kesadaran terhadap
pola makan sehingga dapat pola makan :
mempengaruhi kepribadian 1. Baik (68-100)
yang berhubungan dengan 2. Cukup (34-67)
pola makan untuk 3. Kurang (0-33)
mengelola underweight.
3 Intensi Sikap, keyakinan atau niat Kuesioner Mengisi lembar kuesioner Ordinal Penilaian intensi
terhadap pribadi responden yang terhadap pola
pola makan berhubungan dengan pola makan :
makan untuk mengelola 1. Baik (68-100)
underweight. 2. Cukup (34-67)
3. Kurang (0-33)
4 Underweight Berat badan responden yang Timbangan Hasil dari perbandingan berat Ordinal IMT <18,5 Kg/m2
diperoleh dari pengukuran badan dan badan dalam satuan kilogram
berat badan dan tinggi microtoise/ dan tinggi badan dikuadratkan
badan berdasarkan meteran dalam satuan meter yang
pengukuran IMT untuk disesuaikan dengan kategori
Asia-Pasifik. IMT untuk Asia-Pasifik
31
3.6. Instrumen Penelitian
1. Kuesioner
3. Timbangan
32
3.7.1. Tahap Persiapan
sekolah.
kategori IMT untuk Asia-Pasifik serta memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.
sebagai berikut:
1. Editing
33
Editing dilakukan untuk memeriksa kembali data kuesioner yang telah
kejelasan data.
2. Coding
proses tabulasi dan analisi data. Untuk variabel jenis kelamin dikoding 1
ulang dan dikoreksi kembali sehingga data bisa digunakan untuk penelitian
ini.
34
5. Processing
skor responden
Skor kesadaran/intensi = × 100
skor maksimal
Pada penenelitian ini analisis data yang digunakan adalah analisis univariat.
masing-masing variabel yang diteliti. Sehingga akan terlihat distribusi dan persentasi
dari data kesadaran dan intensi tentang pola makan responden. Data yang diperoleh
akan ditampilkan dalam bentuk tabel dengan menggunakan persentase dan pie chart.
35
3.9. Alur Penelitian
Pemilihan secara acak siswa dan siswi yang terlihat underweight dengan meminta
bantuan dari pihak sekolah kemudian dikumpulkan dalam satu ruanga
Peneliti melakukan pengukuran tinggi badan dan berat badan yang bersedia mengikuti
penelitian
Analisis data
36
Gambar 3.1. Alur Penelitian
Penelitian ini akan diajukan untuk dilakukan uji etik ke Unit Etika Penelitian
37
DAFTAR PUSTAKA
8. Desri S, Riska H, Rinsesti J. Analisis pola makan dan anemia gizi besi pada
remaja putri kota Bengkulu. Jurnal Kesehatan Masyarakat Andalas.
2015;10(1):14
9. Juliana SD, Aruben R, Nugraheni SA. Hubungan status gizi (IMT/U) dengan
indeks prestasi belajar siswa kelas IX SMA Tauku Umar kota Semarang 2016.
Jurnal Kesehatan Masyarakat.2017; 5(1): 315-20.
38
10. Bello ARS, Osman MS, Alhidary I. Nutritional awareness and food habit
King Saud University Students. Kasmera Journal. 2015;43(2):14-21.
12. Ruslie RH, Darmadi. Analisis faktor logistic untuk faktor-faktor yang
mempengaruhi status gizi remaja. 2012;36(1):64-8.
13. Sariman S, Qaedi TM. The association between internet social media
exposure with body image dissatisfaction and eating disorder among
adolscents in Shah Alam, Selangor.2017
14. Syam AF. Malnutrisi. Dalam: Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Simadibrata
MK, Setiyohadi B, Syam AF, editors. Ilmu penyakit dalam jilid I edisi VI.
Jakarta: Internal Publishing; 2014. p. 461-463.
15. Palupi Masajeng P. Faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi kurang
pada siswi di 4 SMA/SMK terpilih di kota Depok Jawa Barat tahun 2011
[Skripsi]. Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia;
2012.
16. Mokoginta FS, Budiarso Fona, Manampiring AE. Gambaran pola asupan
makanan pada remaja di Kabupaten Bolang Mongondow Utara. Jurnal e-
Biomedik. 2016;4(2).
17. Florence Agnes G. Hubungan pengetahuan gizi dan pola konsumsi dengan
status gizi pada mahasiswa TBP sekolah bisnis dan manajemen Institut
Teknologi Bandung [Skripsi]. Bandung: Program Studi Teknologi Pangan
Fakultas Teknik Universitas Pasundan; 2017.
18. Uzogara SG. Underweight, the less discussed type of unhealthy weight and its
implications: a review. American Journal of Food Science and Nutrition
Research. 2016;3(5):127-36.
20. Firi RP. Pengaruh teman sebaya, pengetahuan, media masa terhadap perilaku
diet mahasiswi Stikes Payung Negeri Pekanbaru. Jurnal Endurance.
2018;3(1):162-7.
39
21. Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI. Situasi dan analisis
penyakit tiroid. Jakarta:Depkes RI;2015.
22. Tarigan THE, Utami Y. Penilaian status gizi. Dalam: Setiati S, Alwi I,
Sudoyo AW, Simadibrata MK, Setiyohadi B, Syam AF, editors. Ilmu
penyakit dalam jilid I edisi VI. Jakarta: Internal Publishing; 2014. p. 425-26.
23. Sulistyoningsih Hariyani. Gizi untuk Kesehatan Ibu dan Anak. Yogyakarta:
Graha Ilmu; 2011.
26. Kementrian Kesehatan RI. Standar antropometri penilaian status gizi anak.
Jakarta: Depkes; 2014.
28. Sari DM. Gambaran praktik Pedoman Gizi Seimbang (PGS) pada remaja di
MTs. Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2013 [Skripsi].
Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatulah;2014.
29. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 75 tahun 2013. Angka kecukupan gizi
yang dianjurkan bagi bangsa Indonesia. Jakarta:2014.
33. Sari HP, Dardjito E, Anandari D. Anemia gizi besi pada remaja putri di
wilayah Kabupaten Banyumas. Jurnal Kesmas Indonesia. 2016;8(1):17-25.
40
35. Irianto DP. Panduan gizi lengkap keluarga dan olahragawan.
Yogyakarta:ANDI Offset;2006.
36. Pratiwi YS. Kekurangan vitamin A (KVA) dan infeksi. Jurnal Ilmu Kesehatan
Indonesia. 2013;3(2):207-9.
37. Susanti DA. Perbedaan asupan energi, protein dan status gizi pada remaja
panti asuhan dan pondok pesantren [Skripsi]. Semarang: Universitas
Diponegoro;2012.
39. Solso RL, Maclin OH, Maclin MK. Psikologi kognitif. Ed 8. Jakarta:
Erlangga; 2007
41. Poltekkes Depkes Jakarta I. Kesehatan Remaja: Problem dan Solusi. Jakarta:
Salemba Medika; 2010.
43. Ajzen I. Attitudes, personality and behavior. Second edition. New York: Open
University Press:2005
46. Naafs S, White B. Generasi antara: refleksi tentang studi pemuda Indonesia.
Jurnal Studi Pemuda. 2012;1(2):90-9.
47. Fajar I, Isnaeni DTN, Pudjirahayu A, Amin I, Sunindya BR, Aswin AAGA,
et al. Statistik untuk praktisi kesehatan. Yogyakarta: Graha Ilmu; 2009
41
Lampiran 1
KUESIONER PENELITIAN
Dengan hormat,
Penelitian ini tidak akan menimbulkan akibat yang merugikan pada saudara sebagai
responden, kerahasiaan semua informasi yang diberikan akan dijaga dan hanya di
gunakan untuk kepentingan penelitian.
Apa bila saudara menyetujui, maka dengan ini saya mohon kesediaan untuk
menandatangani lembaran persetujuan yang saya berikan.
Pekanbaru, ………2018
Peneliti
(Aini Septiana)
42
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN
Nama : ……………………………………………………..
Umur : ……………………………………………………..
Alamat : ……………………………………………………..
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan penuh kesadaran
dan tanpa keterpaksaan dari pihak manapun.
Pekanbaru …………………2018
Yang menyatakan,
(……………………….)
43
A. Karakteristik partisipan
1. Identitas Partisipan
1) Nama :
2) Jenis kelamin :
3) Usia :
4) Berat badan (BB) :
5) Tinggi badan (TB) :
6) Body mass index (BMI) :
(disi tenaga pengumpul data)
7) Adakah perubahan berat badan 1. Ya, berapa kilogramkah:
(BB) terutama 6 bulan terakhir: _______kg
(lingkari salah satu) 2. Tidak
44
B. Kuesioner Kesadaran
Kesadaran terhadap pola makanan dalam mengelola underweight (berat badan
kurang/kurus)
No Pernyataan Ya Tidak
C. Kuesioner intensi
Petunjuk pengisian: untuk setiap pernyataan di bawah ini, silahkan berikan tanda
silang (X) sesuai kategori yang cocok dengan keadaan Adek. Pengukuran berikut ini
adalah terhadap intensi/keinginan/niat pribadi, dengan demikian tidak ada jawaban
yang benar ataupun salah.
Pilihan jawaban: SI= Sangat Ingin, S = Ingin, TI = Tidak Ingin, STI = Sangat Tidak
Ingin
45
N Pernyataan S I TI ST
o I I
1 Sebagai penderita berat badan kurang saya …………
mengatur menu makanan seimbang setiap hari untuk
saya konsumsi
2 Sebagai penderita berat badan kurang saya …………
mencari informasi menu makanan yang tepat bagi
kondisi kesehatan saya
3 Sebagai penderita berat badan kurang saya …………
mematuhi semua saran ahli gizi/dokter yang membantu
saya bagaimana pola makan yang sesuai dengan
kondisi kesehatan saya
4 Sebagai penderita berat badan kurang saya …………
jika tidak disediakan Sekolah, membeli/menyediakan
makanan yang sehat bagi saya
5 Sebagai penderita berat badan kurang saya …………
orang-orang yang berkompeten di Sekolah mendukung
saya melakukan pengaturan asupan makanan secara
teratur
6 Sebagai penderita berat badan kurang saya …………
pengelolaan asupan makanan yang saya akan lakukan
dikerjakan sesuai panduan
7 Sebagai penderita berat badan kurang saya …………
pengelolaan asupan makanan yang saya lakukan tidak
terhambat oleh alasan pekerjaan
8 Sebagai penderita berat badan kurang saya
……………….. pengelolaan asupan makanan yang
saya lakukan tidak terhambat oleh alasan kesibukan
pekerjan rumah
46
Lampiran 2
Hasil uji validitas dan reliabelitas kuesioner kesadaran dan intensi
47