Anda di halaman 1dari 49

GAMBARAN KESADARAN DAN INTENSI

REMAJA UNDERWEIGHT TENTANG


POLA MAKAN

Usulan penelitian

Diajukan ke Fakultas Kedokteran Universitas Riau


Sebagai pemenuhan salah satu syarat untuk
melaksanakan penelitian skripsi
Sarjana Kedokteran

Oleh:
AINI SEPTIANA
NIM. 1508153972

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2018
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Underweight atau berat badan kurang merupakan kondisi yang berkaitan

dengan masalah gizi kurang. Gizi kurang berkaitan dengan ketidakcukupan makanan

secara kualitas atau kuantitas.1 Pada usia 13-19 tahun memiliki peluang yang lebih

besar untuk menjadi underweight. Kondisi ini akan mempengaruhi kesehatan dan

perkembangan.2

Secara global terjadi peningkatan angka kejadian underweight. Pada tahun 2016

didapatkan 20,8% remaja di seluruh dunia dalam rentang usia 5-19 tahun mengalami

underweight.3 Berdasarkan National Health and Nutrition Examination Survey

(NHANES) di Amerika Serikat prevalensi underweight pada remaja yang berumur

12–19 tahun di dapatkan 3,8% pada tahun 2003-2006, mengalami peningkatan

menjadi 6,5% pada tahun 2007-2010.4

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 di Indonesia, untuk

umur 13-15 tahun menunjukkan prevalensi kurus adalah 11,1% yang terdiri dari

sangat kurus 3,3% dan kurus 7,8%. Sedangkan prevalensi kurus pada remaja umur

16-18 tahun adalah 9,4% yang terdiri dari sangat kurus 1,9% dan kurus 7,5%. 5 Untuk

remaja di Provinsi Riau umur 13-15 tahun didapatkan prevalensi kurus 11,5%

sedangakan remaja umur 16-18 tahun prevalensi kurus 7,9%. Selanjutnya, pada tahun

2013 di Kota Pekanbaru untuk remaja umur 13-15 tahun terdiri dari prevalensi kurus

11,8%, dan remaja 16-18 tahun didapatkan kurus 5,7%.6

1
Pola makan yang salah pada remaja merupakan risiko terjadinya berat badan

kurang (underweight).7 Pola makan menggambarkan frekuensi, macam dan bahan

makanan yang dikosumsi setiap hari dimana gizi seimbang adalah pola makan yang

dianjurkan.8

Juliana menyatakan remaja mengalami kekurangan gizi yang mengakibatkan

underweight karena pola makan yang salah dan kesalahan dalam mengurangi

frekuensi makan untuk mencegah kegemukan. Hal ini terjadi karena perilaku yang

salah atau masih kurang. Dampak yang dapat ditimbulkan berupa tidak maksimalnya

fungsi kognitif sehingga terjadi penurunan kemampuan belajar dan menurunkan

konsentrasi. Selain itu, proses pertumbuhan dan perkembangan remaja yang dapat

menentukan kualitas kehidupannya mendatang juga ikut terganggu.9

Sebelum seseorang berperilaku tertentu, terbentuknya pola makan sehari-hari

biasanya dipengaruhi oleh kesadaran dan pengetahuan. Kesadaran yang baik terhadap

pola makan dapat meningkatkan status gizi, karena kesadaran menentukan perilaku

remaja dalam memilih makanan untuk menerapkan gizi seimbang dengan pola makan

yang baik.10

Perilaku atau tindakan seseorang dipengaruhi kuat oleh intensi. Selanjutnya

terdapat tiga faktor yang menentukan intensi, yaitu sikap (kepribadian seseorang yang

berkaitan dengan penilaian positif atau negatif dalam melakukan suatu tindakan),

norma subjektif (persepsi seseorang atas pendapat orang lain yang dirasakannya

sehingga dapat mempengaruhi dalam mengambil keputusan) dan efikasi diri

(keyakinan bahwa seseorang mampu dalam melaksanakan tugas, mencapai tujuan

yang diinginkan serta mengatasi permasalahannya sendiri). Berdasarkan hasil

2
penelitian Gronhoj bahwa remaja mengakui intensi memiliki kontrol penuh dalam

menentukan dan menerapkan pola makan yang sehat.11

Underweight ditemukan di daerah perdesaan maupun perkotaan. Underweight

di daerah perdesaan cenderung dipengaruhi oleh kesadaran dan faktor ekonomi.12

Sedangkan di perkotaan media sosial atau internet di kalangan remaja berkembang

pesat akibat modernisasi. Hal ini menyebabkan sekitar 66,5% remaja menghabiskan

waktunya lebih dari tiga jam hanya untuk bermain internet dan sosial media setiap

harinya sehingga menyebabkan frekuensi makan remaja menjadi terganggu dan

berakibat timbulnya underweight.13

Sejauh pengetahuan peneliti saat ini belum ada data penelitian yang

mengungkapkan bagaimana gambaran kesadaran dan intensi remaja underweight

tentang pola makan, khususnya di Kota Pekanbaru.

Berdasarkan pengamatan dan survei awal serta arahan informasi yang didapat

dari Dinas Pendidikan Kota Pekanbaru, terdapat beberapa sekolah yang

direkomendasikan untuk dilakukan penelitian ini yaitu SMA Negeri 5 Pekanbaru dan

SMA Negeri 3 Pekanbaru. Terkait dengan uraian latar belakang di atas, maka perlu

dilakukannya penelitian tentang gambaran kesadaran dan intensi remaja underweight

tentang pola makan.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah pada penelitian ini

adalah “Bagaimanakah kesadaran dan intensi remaja underweight tentang pola

makan?”

3
1.3. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan sebagai berikut :

1. Untuk mengungkap karakteristik remaja yang mengalami underweight

berdasarkan pemeriksaan antropometri.

2. Untuk mengungkap kesadaran remaja yang mengalami underweight tentang

pola makan.

3. Untuk mengungkap intensi remaja yang mengalami underweight tentang pola

makan.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Bagi peneliti

Dapat menambah pengetahuan dalam bidang ilmu kesehatan masyarakat dan

gizi serta meningkatkan wawasan dan pengalaman dengan melakukan penelitian

gambaran kesadaran dan intensi remaja underweight tentang pola makan.

2. Bagi responden

Sebagai acuan bagi responden mengenai bagaimana kesadaran dan intensi

tentang pola makan pada remaja yang dapat menyebabkan underweight

sehingga meningkatkan kesadaran untuk menerapkan pola makan seimbang

untuk mencapai Indeks Masa Tubuh (IMT) yang normal.

3. Bagi pihak sekolah

Memberi informasi kepada pihak sekolah tentang pentingnya memiliki

kesadaran dan intensi tentang pola makan seimbang dan dijadikan dasar untuk

4
melakukan edukasi pada remaja di sekolah tentang pola makan untuk mengelola

underweight agar tercapai Indeks Masa Tubuh (IMT) yang normal.

4. Bagi Fakultas Kedokteran Universitas Riau

Hasil penelitian dapat dijadikan data tambahan penelitian di perpustakaan

Fakultas Kedokteran Universitas Riau khususnya di bidang ilmu kesehatan

masyarakat dan ilmu gizi.

5. Bagi peneliti lain

Dapat digunakan sebagai referensi dan data dasar untuk melakukan penelitian

yang berhubungan dengan penelitian ini.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Underweight pada Remaja

2.1.1. Definisi Underweight

Underweight atau berat badan kurang merupakan keadaan yang terkait dengan

masalah gizi kurang akibat ketidakcukupan seseorang dalam mengonsumsi makanan

yang dibutuhkan oleh tubuh sehingga dapat terjadi berbagai gangguan kesehatan dan

biologis tubuh.14 Keadaan underweight selain berhubungan dengan masalah kualitas

atau kuantitas makanan, berkaitan juga dengan penyerapan dan pencernaan makanan

yang tidak sempurna. Underweight juga diartikan sebagai ketidakcukupan konsumsi

makanan dalam periode yang lama dan berlanjut dengan keadaan berat badan yang

kurang dari normal sehingga menimbulkan gejala klinis berupa kekurusan.15

Menurut Kemenkes No. 1995/Menkes/SK/XII/2010, untuk usia 5-18 tahun di

kategorikan kurus dengan ambang batas (Z-Score) -3 SD sampai dengan < -2 SD dan

sangat kurus <-3 SD berdasarkan Indeks Massa Tubuh berdasarkan Usia (IMT/U).16

Sedangkan underweight berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT) dari perbandingan

antara berat badan dalam satuan kilogram dengan tinggi badan dikuadratkan dalam

satuan meter adalah <18,5 kg/m2.14

2.1.2. Faktor Resiko Underweight

Risiko terjadinya underweight dapat dibedakan berdasarkan faktor-faktor

sebagai berikut ini :

6
1. Kurangnya asupan makanan

Makanan diperlukan untuk memenuhi kebutuhan gizi pada tubuh,

kurangnya asupan makanan dapat ditinjau dari jumlah porsi makanan yang

dikonsumsi tidak sesuai dengan Angka Kecukupan Gizi (AKG). Penelitian

Mokoginta menyatakan remaja yang belum mencukupi kebutuhan asupan

energi yang terdiri dari karbohidrat, lemak, dan protein sebesar 97,5%. Hasil

tersebut didukung oleh hasil riset kesehatan dasar tahun 2013 yang

menyatakan sebanyak 54,5% remaja Indonesia mengonsumsi energi di bawah

kebutuhan. Ketika kebutuhan energi tidak sesuai dengan asupan energi, maka

tubuh akan menggunakan cadangan energi sehingga tidak terjadi

penyimpanan energi di dalam tubuh. Pada kondisi ini apabila berlangsung

terus-menerus menyebabkan berat badan kurang dari normal.16

2. Pola makan yang salah

Pola makan menggambarkan frekuensi dan jenis makanan yang

dikonsumsi setiap hari. Pola makan yang benar adalah dengan menerapkan

gizi seimbang. Menurut penelitian Florence, memiliki pola makan yang baik

maka semakin besar kemungkinan tercapai status gizi yang baik sehingga

terhindar dari berat badan kurang.17

Penelitian Sariman mengemukakan sekitar 66,5% remaja

menghabiskan waktunya lebih dari tiga jam hanya untuk bermain sosial media

atau internet setiap harinya akibat pengaruh yang ditimbulkan oleh

modernisasi di perkotaan sehingga menyebabkan frekuensi makan remaja

menjadi terganggu dan berakibat timbulnya underweight.13

7
3. Latihan fisik/exercise yang tinggi

Seseorang dengan latihan fisik yang tinggi berisiko mengalami

underweight. Dikarenakan latihan fisik yang tinggi akan lebih banyak

membakar kalori di tubuh sehingga nutrisi yang dapat disimpan tidak banyak.

Hal ini didukung dengan bagaimana pola makannya, latihan fisik yang tinggi

dan pola makan yang tidak dapat menyesuaikan dengan kebutuhan tubuh

lebih berisiko menjadi underweight.18

4. Jenis kelamin

Remaja laki-laki dan perempuan memiliki perbedaan resiko terhadap

kejadian underweight. Berdasarkan penelitian Deren di Ukraina, remaja

dengan usia 10-19 tahun yang mengalami underweight dengan jenis kelamin

perempuan 19,3% dan laki-laki 10,8%, hal ini menunjukkan perempuan lebih

banyak mengalami underweight.19

Hasil penelitian Neumark di dalam penelitian Firi, menyatakan pada

4746 remaja yang bersekolah di St.Paul dan Mineapolis yang berada di bagian

Amerika Serikat di peroleh remaja yang melakukan diet dengan cara yang

tidak sehat pada remaja perempuan 56,9% dan laki-laki 32,7%. Berdasarkan

penelitian Firi, kondisi ini didukung oleh remaja perempuan yang sangat

memperhatikan penampilan fisik/body image agar tampak langsing dan

menarik. Media masa juga merupakan faktor untuk melakukan diet, remaja

perempuan yang terpengaruh dengan media masa memiliki resiko tiga kali

untuk melakukan diet yang salah.20

8
5. Penyakit

Peningkatan metabolisme dan kebutuhan energi dapat terjadi pada

proses penyakit, seperti pada hipertiroid. Peningkatan metabolisme pada

hipertiroid disebabkan tingginya hormon tiroid, dampak yang ditimbulkan

dapat berupa penurunan berat badan yang cepat.21

Infeksi bakteri, virus maupun parasit juga dapat menyebabkan kondisi

underweight. Hal ini berhubungan dengan beberapa mekanisme tubuh akibat

infeksi, diantaranya yaitu hilangnya selera makan yang menyebabkan

kurangnya asupan makanan atau keterbatasan mengonsumsi makanan pada

penyakit tertentu, berkurang atau hilangnya zat gizi akibat vomitus (muntah)

atau diare, serta meningkatnya kebutuhan gizi akibat terinfeksi parasit.22

6. Genetik

Genetik dapat mempengaruhi seseorang menjadi underweight karena

terdapatnya skinny genes yang memiliki tingkat metabolisme basal (basal

metabolic rate) yang tinggi, sehingga kalori yang dimetabolisme pada orang

yang memiliki skinny genes akan lebih banyak dan lebih cepat dari pada orang

tanpa gen ini.18

7. Sosial ekonomi

Kejadian underweight secara tidak langsung dipengaruhi oleh faktor

sosial ekonomi seperti tingkat pendidikan dan penghasilan keluarga.

Ketersediaan pangan merupakan bagian dari kemampuan daya beli keluarga

dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari secara kualitas maupun kuantitas.23

Kondisi ini seperti pada penelitian yang dilakukan oleh Ruslie yang

9
menyatakan bahwa keadaan remaja dengan status sosial ekonomi yang tinggi

memiliki gizi yang baik begitu pula sebaliknya.12

8. Gangguan perilaku makan

Keinginan untuk berpenampilan menarik dan selalu ingin terlihat

langsing pada beberapa orang merupakan suatu keharusan. Obsesi tersebut

menimbulkan perilaku yang menggaggu pola makan seperti anorexia nervosa

dan bulimia nervosa. Anorexia nervosa adalah perilaku seseorang yang sangat

takut terhadap kegemukan meskipun berat badannya dalam kategori

underweight dan selalu menghindar mengonsumsi makanan, kondisi ini

banyak ditemukan pada remaja perempuan. Sedangkan bulimia nervosa

adalah perilaku yang ditandai dengan makan yang berulang atau berlebih,

kemudian timbul ketakutan terhadap kenaikan berat badan sehingga

memuntahkan kembali makanan yang dikonsumsi dan dapat disertai dengan

latihan fisik yang keras. Berat badan pada bulimia nervosa tidak terkontrol

dan beresiko menjadi underweight, perilaku ini juga banyak dialami remaja

perempuan.35

2.1.3. Epidemiologi Underweight

Underweight menjadi masalah serius di berbagai negara di dunia termasuk

Indonesia dikarenakan angka kejadian underweight yang meningkat secara global

pada negara berkembang maupun negara maju. Remaja dalam rentang usia 5-19

tahun yang mengalami underweight sebanyak 20,8% remaja dari total seluruh remaja

di dunia.3 Berdasarkan National Health and Nutrition Examination Survey

(NHANES) di Amerika Serikat prevalensi underweight pada remaja yang berumur

10
12–19 tahun di dapatkan 3,8% pada tahun 2003-2006, mengalami peningkatan

menjadi 6,5% pada tahun 2007-2010.4

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2010 di Indonesia,

prevalensi remaja kurus berusia 13-15 tahun sebanyak 10,1% dan remaja kurus

berusia 16-18 tahun sebanyak 8,9%.24 Sedangkan data dari Riskesdas tahun 2013 di

Indonesia untuk umur 13-15 tahun menunjukkan prevalensi kurus adalah 11,1% yang

terdiri dari sangat kurus 3,3% dan kurus 7,8%. Sedangkan prevalensi kurus pada

remaja umur 16-18 tahun adalah 9,4% yang terdiri dari sangat kurus 1,9% dan kurus

7,5%.5 Berdasarkan data tersebut menunjukkan kejadian underweight pada remaja

Indonesia yang berusia 13-18 tahun mengalami peningkatan.

Prevalensi remaja di Provinsi Riau juga menunjukkan peningkatan prevalensi

kejadian underweight. Riskesdas tahun 2010 menyatakan remaja umur 13-15 tahun

didapatkan prevalensi kurus 8,8% dan remaja umur 16-18 tahun dengan prevalensi

kurus 7,8%.24 Prevalensi kurus pada tahun 2013 untuk remaja umur 13-15 tahun

didapatkan 11,5% dan remaja umur 16-18 tahun 7,9%. Sedangkan remaja di Kota

Pekanbaru dengan umur 13-15 tahun terdiri dari prevalensi kurus 11,8% dan remaja

16-18 tahun didapatkan kurus 5,7%.6

2.1.4. Diagnosis Underweight

Pemeriksaan fisik yang dapat dilakukan untuk mengetahu status gizi seseorang

dengan pengukuran berat badan. Pemeriksaan yang dilakukan diantaranya adalah

pemeriksaan antropometri yang ditentukan dengan Indeks Massa Tubuh (IMT), yaitu

merupakan perbandingan antara berat badan dalam satuan kilogram dengan tinggi

badan dikuadratkan dalam satuan meter. 14

11
Pemeriksaan IMT dengan beberapa kondisi tidak berlaku, seperti pada

olahragawan atau perempuan yang sedang hamil. Olahragawan pada umumnya akan

menghasilkan rasio yang tinggi dan dapat dikategorikan menjadi overweight bahkan

obesitas dengan gizi yang belum tentu cukup atau berlebih. Hal tersebut dikarenakan

olahragawan memiliki jumlah otot yang lebih banyak. Otot memiliki massa yang

lebih berat dibandingkan lemak. Sedangkan untuk perempuan yang sedang hamil

akan mengalami peningkatan berat badan yang diakibatkan oleh pertumbuhan dan

perkembangan janin.25

Pemeriksaan antropometri dengan menghitung IMT dapat dirumuskan sebagai

berikut:14
Berat badan( Kg)
IMT =
Tinggibadan 2(m2 )

Setelah dilakukan pemeriksaan

antropometri dan diperoleh nilai IMT, selanjutnya IMT disesuaikan berdasarkan

kategori yang telah ditentukan untuk melihat status gizi. Kategori yang dapat

digunakan yaitu kategori pengukuran IMT yang ditetapkan oleh World Health

Tabel 2.1. Kategori IMT yang ditetapkan oleh WHO untuk Asia-Pasifik.
Klasifikasi IMT (Kg/m2)
Underweight < 18,5
Normoweight 18,5 – 22,9
Overweight >23
Beresiko 23,0-24,9
Obesitas tingkat I 25,0-29,9
Obesitas tingkat II >30,0
Sumber: WHO dalam Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi VI, 2014.14

Sedangkan menurut Kepmenkes No. 1995/Menkes/SK/XII/2010, untuk

mengetahui keadaan gizi pada remaja dapat diketahui berdasarkan kategori Z-Score

12
(ambang batas) yang diperoleh dari Indeks Massa Tubuh menurut Umur (IMT/U).

Kategori Z-Score untuk umur 5-18 tahun dapat dilihat dari tabel berikut ini:26

Tabel 2.2 Kategori dan ambang batas status gizi umur 5-18 tahun
Kategori status gizi Ambang batas (Z-Score)
Sangat kurus < -3 SD
Kurus -3 SD sampai dengan < -2 SD
Normal -2 sampai dengan 1 SD
Gemuk > 1 SD sampai dengan 2 SD
Obesitas > 2 SD
Sumber : Standar antropometri Kepmenkes RI, 2011.26

2.1.5. Penanganan Underweight

Masalah underweight perlu diperhatikan khusus karena angka kejadiannya

yang terus meningkat, terutama pada remaja yang berada pada masa bertumbuhan

dan perkembangan. Untuk itu perlu penangan dalam mengatasi underweight dengan

cara memperbaiki gizi seimbang. Prinsip gizi seimbang terdiri dari 4 (empat) pilar,

rangkaian 4 pilar ini sebagai upaya untuk menyeimbangkan zat gizi yang keluar dan

zat gizi yang masuk disertai memonitor berat badan secara teratur sehingga kondisi

underweight bisa diatasi dan dapat mencapai berat badan yang ideal. 27

Menurut penelitian Sari, dari 96 remaja menunjukkan seluruhnya

mempraktikkan konsumsi makanan yang tidak sesuai dengan Pedoman Gizi

Seimbang (PGS). Keadaan ini disebabkan remaja hanya menerpkan beberapa prinsip

gizi seimbang disertai pola makan yang tidak baik.28

Pedoman Gizi Seimbang sebagai pedoman untuk mencapai status gizi yang

optimal. Adapun 4 pilar prinsip gizi seimbang yang dapat menangani kondisi

underweight sebagai berikut:27

13
1. Mengatur konsumsi makanan yang beragam

Untuk memenuhi kebutuhan gizi pada tubuh memerlukan

keanekaragaman jenis pangan dengan memperhatikan proporsi makanan yang

seimbang, jumlah yang cukup dan frekuensi makan yang teratur. Pola makan

seperti inilah yang dianjurkan dengan memperhitungkan proporsi pangan

sesuai kebutuhan seseorang. Makanan dalam sehari harus mengandung

makanan pokok, lauk-pauk, sayur dan buah serta minum air putih yang cukup

untuk proses metabolisme dan mencegah dehidrasi. Panduan konsumsi

makanan sehari-hari dapat dilihat dari tumpeng gizi seimbang seperti berikut

ini.27

Setiap orang memiliki kebutuhan gizi yang berbeda-beda. Sehingga

pola makan yang baik berdasarkan gizi seimbang harus memperhatikan

Angka Kecukupan Gizi (AKG) agar konsumsi makanan sehari-hari

mempunyai kualitas dan kuantitas yang baik berdasarkan kebutuhan tubuh.

Kebutuhan gizi pada remaja berumur 10-18 tahun dibedakan menjadi tiga

kategori umur berdasarkan jenis kelamin yaitu umur 10-12 tahun, 13-15 tahun

14
dan 16-18 tahun. Angka Kecukupan Gizi berdasarkan tiga kategori tersebut

dapat dilhat pada tabel 2.3.29

Kebutuhan zat gizi perhari


Jenis Berat Tinggi
Umur Karbo-
Kela- Badan Badan Energi Protein Lemak Serat Air
(tahun) hidrat
min (kg) (cm) (kkal) (gr) (gr) (gr) (ml)
(gr)
Laki- 10-12 34 142 2100 56 70 289 30 1800
Laki 13-15 46 158 2475 72 83 340 35 2000
16-18 56 165 2675 66 89 368 37 2200
Perem- 10-12 36 145 2000 60 67 275 28 1800
puan 13-15 46 155 2125 69 71 292 30 2000
16-18 50 158 2125 59 71 292 30 2100
Tabel 2.3. Angka Kecukupan Gizi untuk remaja Indonesia

Angka Kebutuhan Gizi seseorang dalam memenuhi energi dalam sehari

berdasarkan usia juga dapat diperoleh dengan perhitungan berikut ini:30

Berat badan ( Kg ) individu


AKG energi individu = × AKG energi standar
Berat badan ( Kg ) standar AKG

2. Menerapkan perilaku hidup bersih

Penyakit infeksi merupakan salah satu faktor yang dapat

mempengaruhi timbulnya underweight. Seseorang yang sedang terinfeksi

virus, bakteri ataupun parasit dapat mengalami penurunan nafsu makan

sehingga asupan makanan berkurang. Sedangkan pada kondisi yang sedang

mengalami infeksi, tubuh memerlukan zat gizi yang lebih dari biasanya untuk

memenuhi peningkatan metabolisme terutama infeksi yang disertai gejala

klinis peningkatan suhu tubuh. Dengan membiasakan perilaku hidup bersih

15
seperti mencuci tangan menggunakan sabun dengan air bersih yang mengalir

sebelum menyiapkan makanan dan minuman, sebelum makan, dan setelah

buang air besar dan kecil akan terhindar dari keterpaparan sumber infeksi.

Oleh karena itu pentingnya menerapkan prilaku hidup bersih agar tubuh bisa

mendapatkan gizi yang cukup dan mencapai berat badan yang normal.27

3. Melakukan latihan fisik

Latihan fisik yang berlebih menyebabkan tubuh mengeluarkan zat gizi

lebih banyak, apabila hal ini terjadi dalam waktu yang relatif lama dan tidak

diimbangi dengan asupan makanan yang seimbang akan menyebabkan berat

badan turun dan mengarah pada kondisi underweight. Untuk mengatasi

kondisi ini latihan fisik yang optimal harus disesuaikan berdasarkan jenis

latihan dan frekuensinya serta memperhatikan asupan makanan yang dapat

disesuaikan dengan AKG agar zat gizi yang keluar dari dan yang masuk ke

dalam tubuh dapat seimbang.31

4. Memantau berat badan

Memahami dan memperaktikkan pola makan yang baik menjadi upaya

untuk mencapai berat badan yang normal. Perlunya pemantauan berat badan

adalah salah satu cara untuk mengetahui kecukupan zat gizi dalam memenuhi

kebutuhan tubuh. Pada kondisi underweight, berat badan akan bertambah

apabila pola makan yang baik sudah diterapkan. Ketika sudah mencapai berat

badan yang normal, maka pemantauan berat badan juga diperlukan untuk

mempertahankan berat badan.27

16
Selain dengan menerapkan gizi seimbang, penanganan underweight

dapat disertai pemberian suplemen nutrisi. Pemberian berupa suplemen

makanan, pil multifitamin dan mineral. Mengonsumsi susu dan yogurt yang

tinggi kalori dan lemak juga dapat diberikan untuk meningkatkan berat badan

pada underweight.18

2.1.6. Dampak Underweight

Kondisi underweight dapat mengakibatkan perubahan fisiologis tubuh.

Dampak yang ditimbulkan terhadap tubuh secara umum menyebabkan gangguan

pada proses pertumbuhan, produksi tenaga, fungsi kognitif, dan perilaku. Selain itu

akan mudah merasakan lemas, malas serta prestasi belajar menurun. Sistem imunitas

dan antibodi juga dapat menurun sehingga mudah terinfeksi penyakit.18

Dampak yang dapat disebabkan oleh kondisi underweight diantaranya adalah:

1. Anemia defisiensi besi

Anemia defisiensi besi merupakan kondisi dimana kandungan besi total

dalam tubuh kurang dari normal. Anemia ini dapat disebabkan rendahnya

masukan/intake zat besi yang kurang, penyerapan zat besi yang kurang seperti

pada sindroma malabsorbsi, kebutuhan gizi yang bertambah seperti pada infeksi.32

Remaja perempuan umur 11-18 tahun 27% menunjukkan kebutuhan zat

gizi yang tidak terpenuhi, dibandingkan remaja laki-laki hanya 4%. Anemia

defisiensi besi remaja perempuan di perkotaan dan perdesaan tidak memiliki

perbedaan yang signifikan, kondisi ini menunjukkan semua perempuan memiliki

peluang yang sama. Padahal remaja perempuan rentan mengalami anemia

17
defisiensi gizi akibat menstruasi. Seharusnya remaja lebih memperhatikan pola

makannya seperti pemenuhan zat besi untuk mempersiapkan kehamilan nantinya.33

2. Gangguan Akibat Kurangnya Yodium (GAKY)

Gangguan Akibat Kurangnya Yodium (GAKY) merupakan kumpulan gejala

yang timbul akibat kurangnya unsur yodium pada tubuh dalam waktu yang cukup

lama. Tubuh membutuhkan yodium 100-150 gram atau dengan mengonsumsi

garam beryodium sekitar enam gram atau satu sendok teh setiap hari. Seseorang

yang underweight dengan faktor akibat asupan makanan yang kurang dapat

menimbulkan GAKY apabila yodium yang dikonsumsi kurang dari kebutuhan

tubuh sehingga mengaggu fungsi kelenjar tiroid. Dampak yang ditimbulkan dapat

berupa penurunan status mental, pertumbuhan dan perkembangan terganggu.34

3. Gangguan akibat kurangnya vitamin

Vitamin memiliki peran khusus dalam mengatur fungsi tubuh. Secara umum

vitamin memiliki fungsi untuk memacu dan memelihara pertumbuhan, kesehatan

dan kekuatan tubuh.35 Penelitian Pratiwi mengemukakan akibat dari kekurangan

vitamin A yang merupakan salah satu masalah gizi utama di Indonesia adalah

meningkatnya kejadian infeksi terutama infeksi pernapasan.36

4. Kurang Energi Protein (KEP)

Energi pada manusia berasal dari karbohidrat, protein dan lemak.

Kekurangan energi akan mudah merasa lelah dan kurang bertenaga sehingga

menggaggu kualitas dalam melakukan kegiatan. Protein merupakan bagian dari

penghasil energi, tetapi pemakaiannya pada kondisi karbohidrat dan lemak sudah

tidak dapat memenuhi kebutuhan energi tubuh. Kurangnya asupan protein dapat

18
menyebabkan pertumbuhan terganggu karena fungsi protein sebagai zat

pembangun jaringan tubuh dan mudah mengalami infeksi karena sistem kekebalan

tubuh menurun akibat kurangnya mekanisme pertahanan tubuh dalam melawan

berbagai mikro organisme yang masuk ketubuh.32,37 Hal tersebut tidak

menguntungkan bagi remaja yang berada pada masa pertumbuhan dan

perkembangan. Penelitian yang dilakukan oleh Susanti didapatkan rerata asupan

energi dan protein pada remaja masih dibawah AKG.37

KEP yang paling berbahaya adalah marasmus, kwashiorkhor, dan marasmus-

kwashiorkhor. Kondisi ini dapat disertai dengan berbagai gejala tambahan seperti

infeksi dan diare. Kelompok yang beresiko tinggi dalam hal ini adalah anak-anak.32

5. Penurunan prestasi

Asupan makanan memiliki pengaruh terhadap perkembangan otak, apabila zat

gizi dalam makan tidak mencukupi kebutuhan dan keadaan ini berlangsung lama,

akan menyebabkan perubahan metabolism dalam otak dan berakibat terjadi

ketidakmampuan otak berfungsi secara maksimal. Keadaan ini berpengaruh terhadap

perkembangan kecerdasan. Penelitian Juliana yang dilakukan terhadap 95 siswa dan

siswi di salah satu Sekolah Menengah Atas (SMA) swasta di Semarang menunjukkan

IMT yang terbanyak dalam kategori underweight dan kondisi ini terdapat hubungan

yang sangat signifikan dengan prestasi belajar rendah yang diperoleh. Fungsi otak

yang tidak maksimal dapat mengganggu kognitif, kemampuan belajar, dan

menurunkan daya konsentrasi dalam proses belajar dan meraih prestasi. 9 Underweight

yang disertai pendek atau sangat pendek (stunting) mempunyai resiko kehilangan

tingkat kecerdasan (intelligence quotient) sebesar 10-20 poin.38

19
2.1.7. Pencegahan Underweight

Pencegahan underweight dapat dilakukan dengan membiasakan diri dalam

menerapkan Pesan Gizi Seimbang (PGS) yang terdiri dari pola makan yang benar,

berperilaku hidup bersih dan melakukan latihan fisik sesuai anjuran. Adapun Pesan

Gizi Seimbang yakni:27

1. Mensyukuri dan menikmati anekaragam makanan yang dikonsumsi

2. Mengonsumsi sayuran dan buah-buahan sesuai kebutuhan tubuh. Remaja

Indonesia dianjurkan mengonsumsi 400-600 gram sayur dan buah, sekitar dua-

pertiga dari jumlah tersebut adalah porsi sayur.

3. Mengonsumsi lauk pauk yang mengandung protein tinggi untuk mencukupi

kebutuhan protein sesuai AKG.

4. Mengonsumsi anekaragam makanan pokok

5. Membatasi mengonsumsi makanan manis, asin dan berlemak

6. Membiasakan sarapan dapat memenuhi 15-30% kebutuhan harian gizi untuk

mewujudkan hidup sehat, aktif, dan produktif.

7. Minum air putih yang cukup, karena sekitar 78% berat otak adalah air. Banyak

penelitian yang membuktikan bahwa tubuh yang kekurangan air pada usia

sekolah menimbulkan rasa lelah, menurunkan atensi atau konsentrasi belajar.

8. Membaca label pada kemasan pangan untuk mengetahui informasi kandungan

zat gizi.

9. Membiasakan mencuci tangan pakai sabun dengan air bersih dan mengalir.

10. Latihan fisik yang cukup selama 30 menit setiap hari atau 3-5 hari dalam

seminggu.

20
2.2. Kesadaran Remaja Terkait Pola Makan dalam Mengelola Underweight

Kesadaran (consciousness) merupakan kesiagaan (awareness) seseorang

terhadap keadaan dilingkungan sekitarnya dan menyertai keadaan kognitif yang

terdiri dari memori, pikiran, perasaan dan sensasi fisik.39

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kesadaran, yaitu Faktor endogen

(intern) dan Faktor eksogen (ekstern). Faktor endogen merupakan faktor yang berasal

dari dalam diri manusia sendiri. Sedangkan faktor eksogen berasal dari luar yang

dapat mempengaruhi diri manusia, dalam hal ini adalah orang lain dan lingkungan.40

Remaja yang berada dalam masa peralihan dari anak ke dewasa membentuk

gaya hidup dan berperilaku sesuai keinginannya. 41 Salah satu akibat dari perilaku

remaja ini adalah pola makan yang tidak sesuai anjuran sehingga mengakibatkan

permasalahan tubuh dalam memenuhi kebutuhan gizi. Seperti penelitian yang

dilakukan Bello yang menyatakan kesadaran yang buruk dalam memperaktikkan pola

makan yang benar susuai anjuran berdampak pada berat badan yang tidak normal

seperti underweight. Strategi dalam menunjang kompetensi dan informasi mengenai

nutrisi diperlukan dalam meningkatkan kesadaran pada remaja untuk memanajmen

berat badan yang normal.10

Alkerwi menyatakan kesadaran merupakan modifikasi dari pengetahuan yang

diperoleh dan dipersepsi seseorang. Kesadaran menunjukkan kepentingan yang

dirasakan terhadap sesuatu. Pentingnya memiliki kesadaran mengenai gizi bagi tubuh

dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari dikarenakan peran kesadaran sebagai faktor

yang mempengaruhi pilihan kualitas makanan dan keseimbangan makanan yang

21
dikonsumsi.42 Dengan demikian kesadaran terkait pola makan pada remaja

underweight merupakan bagian dari pemikiran dan kepentingan terhadap pola

makannya dengan kondisi remaja tersebut yang sedang mengalami underweight.

2.3. Intensi Remaja Terkait Pola Makan dalam Mengelola Underweight

Intensi didefinisikan sebagai bentuk dari kesiapan suatu individu untuk

mewujudkan perilaku. Individu yang memiliki kesiapan yang tinggi mengindikasikan

bahwa intensi yang dimiliki individu tersebut juga tinggi.43 Nursito mengungkapkan

bahwa intensi merupakan niat atau keinginan yang bisa ditampilkan dan diterapkan.

Intensi menjadi faktor individu dalam melatarbelakangi keinginan yang kuat sehingga

membentuk motivasi dan dapat mengambil tindakan untuk mencapai suatu tujuan.

Intensi juga dapat dipahami sebagai keyakini dalam diri individu terhadap sesuatu

yang kemudian membentuk perilaku tertentu dan akhirnya dimanifestasikan dalam

kehidupan sehari-hari.44

Ajzen menyatakan tiga faktor yang menentukan intensi pada individu. Tiga

faktor tersebut yaitu :43

1. Sikap (attitude)

Sikap menceminkan kepribadian yang dipengaruhi oleh keyakinan

yang akan mempengaruhi hasil, apakah sesuai dengan yang diingikan atau

tidak. Memiliki keyakinan terhadap suatu tindakan akan cenderung melakukan

tindakan yang diyakini tersebut. Setiap tindakan memiliki konsekuensi, oleh

karena itu diperluka penilaian dalam meyakini sesuatu.

22
2. Norma subjektif (subjective norms)

Norma subjektif merupakan persepsi seseorang terhadap pikiran orang

lain yang dianggap memiliki peran dalam melakukan tindakannya dan sejauh

mana keinginan untuk memenuhi harapan yang dikehendakinya. Norma

subjektif memiliki konsep berupa representasi yang berasal dari tuntutan atau

tekanan dari lingkungan luar atau pengaruh dari figur sosial. Figur sosial dalam

norma subjektif ialah orang yang sangat berperan dalam kehidupan seseorang

atau orang yang memiliki arti tersendiri dan orang tersebut dianggap spesial

serta dapat dijadikan panutan sehingga mempengaruhi tindakan yang akan

membentuk perilakunya.

3. Efikasi diri (self efficacy)

Efikasi diri merupakan keyakinan terhadap diri sendiri dan merasa

mampu melaksanakan tugas dalam mencapai tujuan yang diinginkan serta

mengatasi permasalahannya sendiri. Efikasi diri seseorang ditentukan oleh

pengalaman yang telah terjadi dan pola pikir. Pengalaman yang dapat

mempengaruhi efikasi diri tidak hanya berasal dari diri sendiri, tetapi juga

dipengaruhi oleh pengalaman orang lain dari informasi yang diperoleh.

Gronhoj menyatakan untuk memprediksi intensi terhadap pola makan dengan

melihat bagaimana remaja mengonsumsi makanan hariannya, karena intensi memiliki

kontrol penuh dalam menentukan dan menerapkan pola makan yang sehat. 11

Berdasarkan hal tersebut, intensi remaja terkait pola makan dalam mengelola

23
underweight diwujudkan dengan seberapa besar niat atau keinginan untuk

mengonsumsi makanan tertentu dengan kondisinya yang mengalami underweight.

2.4. Konsep Dasar Remaja

Menurut World Health Organization (WHO) remaja merupakan penduduk

yang berusia 10-19 tahun, sedangkan menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI

Nomor 25 tahun 2014 remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10-18 tahun.

Didunia jumlah perkiraan remaja dunia menurut WHO yaitu sekitar 1,2 milyar atau

18% dari jumlah penduduk dunia. Berdasarkan sensus pendududuk tahun 2010

jumlah kelompok usia 10-19 tahun di Indonesia sebanyak 43,5 juta atau 18% dari

seluruh penduduk Indonesia.45

Remaja berada pada peralihan masa anak ke dewasa. Pada masa ini remaja

berada pada kondisi krisis identitas. Identitas diri yang dicari remaja berupa kejelasan

peran dirinya dan bagaimana keharusan dalam menghadapi situasi lingkungannya.

Kecendrungan remaja menyikapinya dengan membentuk perilaku sesuai pandangan

dan keinginannya sendiri tanpa keterlibatan orang tua. Perilaku remaja dipengaruhi

oleh informasi yang diterima serta keingintahuannya sendiri, sehingga dapat

mempengaruhi kesadaran remaja dalam mengambil keputusan.41

Remaja bagian dari sumber daya manusia dan merupakan penerus bangsa,

dimana salah satu tujuan pembangunan nasional adalah membentuk sumber daya

manusia yang berkualitas. Kesehatan bagian dari permasalahan remaja yang sering

terjadi, padahal kesehatan bagian dalam mempersiapkan masa depan yang

berkualitas.46 Modernisasi sekarang ini remaja menjadi pengguna terbanyak media

24
sosial dan internet. Mudahnya mengakses internet dan sosial media membuat remaja

menghabiskan banyak waktu dan setiap harinya. Seperti penelitian yang dilakukan

Sariman, remaja menghabiskan waktu lebih dari tiga jam sebanyak 66,5%, hal ini

menyebabkan frekuensi makan remaja terganggu yang menyebabkan underweight.13

25
2.5. Kerangka Teori

Kerangka teori pada penelitian ini yaitu:

Kesadaran Pengetahuan

Sikap Norma Subjektif Efikasi Diri

Intensi

Tindakan

Latihan Fisik yang Salah Pola Makan yang Salah

Faktor risiko underweight underweight Dampak underweight


1. Kurangnya asupan pada remaja
1. Anemia defisiensi besi
makanan
2. Gangguan Akibat Kurang
2. Pola makan yang salah
Yodium (GAKY)
3. Latihan fisik/exercise
3. Gangguan akibat
yang tinggi
kurangnya vitamin
4. Jenis kelamin
4. Kurang Energi Protein
5. Penyakit
5. Penurunan prestasi
6. Genetik
7. Sosial ekonomi
8. Gangguan perilaku

26
Gambar 2.2. Kerangka Teori

2.6. Kerangka Konsep

Kerangka konsep pada penelitian ini yaitu:

Remaja
Kesadaran pola Intensi pola underweight
makan makan
Gambar 2.3. Kerangka Konsep

27
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian, maka jenis penelitian yang digunakan adalah

deskriptif kuantitatif dengan desain survei untuk menggambarkan kesadaran dan

intensi remaja underweight tentang pola makan.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di SMA Negeri 5 Pekanbaru dan SMA Negeri 3

Pekanbaru pada bulan Desember 2018 sampai bulan Januari 2019.

3.3. Populasi dan sampel

3.3.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa yang underweight

berdasarkan Indeks Masa Tubuh (IMT) dengan standar dari World Health

Organization (WHO) untuk kriteria Asia-Pasifik yang ada di SMA Negeri 5

Pekanbaru dan SMA Negeri 3 Pekanbaru.

Kriteria penelitian ini adalah sebagai berikut:

a) Kriteria inklusi

28
1. Responden yang dikategorikan underaweight yang dinilai menggunakan

Indeks Masa Tubuh (IMT) dengan standar dari WHO untuk kriteria Asia-

Pasifik.

2. Responden bersedia menjadi subjek penelitian dengan menandatangani

informed consent serta mengisi identitas dengan lengkap dan mengisi

kuesioner yang diberikan.

b) Kriteria eksklusi

1. Responden yang sedang menderita penyakit infeksi seperti diare, ISPA (Infeksi

saluran pernapasan atas), tuberculosis (TBC), dan infeksi karena cacing.

c) Kriteria drop out

1. Tidak mengikuti prosedur penelitian hingga selesai

2. Mengisi kuesioner penelitian dengan tidak lengkap

3.3.2. Sampel

Besar sampel minimal pada penelitian ini diperoleh dengan menggunakan

rumus Lemeshow : 47

Zα 2 × P ×q
n=
d2

Keterangan:

n = Jumlah sample minimal

Zα = Nilai distibusi normal baku pada α tertentu (95%=1,96)

p = Proporsi remaja underweight di Pekanbaru ( 5,7%=0,057)

29
q = 1- p (1- 0,057=0,943)

d = Kesalahan yang ditolerir (5%=0.05)

Berdasarkan rumus di atas, maka jumlah sampel yang diperlukan dalam

penelitian ini adalah :

1,962 × 0,057 ×0,943


n=
0,052

n = 82,6 (pembulatan 83 orang)

Untuk mengantisipasi drop out maka ditambah 10% dari jumlah sampel

minimal, sehingga jumlah sampel menjadi 91 responden. Pemilihan sampel di SMA

Negeri 5 Pekanbaru dan SMA Negeri 3 Pekanbaru dilakukan dengan teknik quota

random sampling, dimana peneliti menetapkan kuota sebanyak 46 responden untuk

setiap sekolah dengan memenuhi kriteria penelitian.

3.4. Variabel Penelitian

Variabel bebas (independent variable) dalam penelitian ini adalah kesadaran

dan intensi remaja underweight. Sedangkan variabel terikat (dependent variable)

dalam penelitian ini adalah pola makan.

3.5. Definisi Operasional

Definisi operasioal dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 3.1.

30
31
Tabel 3.1. Variabel penelitian dan definisi operasional

No Variabel Skala
Definisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur
Penelitian Ukur
1 Jenis Status biologis responden Lembar Mengisi lembar identitas Nominal 1. Laki-laki
kelamin yang terdiri dari laki-laki identitas kuesioner 2. Perempuan
atau perempuan kuesioner
2 Kesadaran Ada atau tidaknya stimulus Kuesioner Mengisi lembar kuesioner Ordinal Penilaian
terhadap yang dimiliki responden kesadaran terhadap
pola makan sehingga dapat pola makan :
mempengaruhi kepribadian 1. Baik (68-100)
yang berhubungan dengan 2. Cukup (34-67)
pola makan untuk 3. Kurang (0-33)
mengelola underweight.
3 Intensi Sikap, keyakinan atau niat Kuesioner Mengisi lembar kuesioner Ordinal Penilaian intensi
terhadap pribadi responden yang terhadap pola
pola makan berhubungan dengan pola makan :
makan untuk mengelola 1. Baik (68-100)
underweight. 2. Cukup (34-67)
3. Kurang (0-33)
4 Underweight Berat badan responden yang Timbangan Hasil dari perbandingan berat Ordinal IMT <18,5 Kg/m2
diperoleh dari pengukuran badan dan badan dalam satuan kilogram
berat badan dan tinggi microtoise/ dan tinggi badan dikuadratkan
badan berdasarkan meteran dalam satuan meter yang
pengukuran IMT untuk disesuaikan dengan kategori
Asia-Pasifik. IMT untuk Asia-Pasifik

31
3.6. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa :

1. Kuesioner

Kuesioner yang digunakan terdiri dari 8 pertanyaan untuk mengetahui

kesadara remaja terhadap pola makan untuk mengelola underweight dan 8

pertanyaan untuk mengetahui intensi remaja terhadap pola makan untuk

mengelola underweight yang sudah diuji validitas dan reliabilitas

menggunakan bantuan komputerisasi. Adapun hasil dari uji validitas dan

reliabilitas dapaat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 3.2. Hasil dari uji validitas dan reliabilitas kuesioner

No Kuesioner Hasil uji validitas dan reliabilitas Jumlah Item


Koofisien Nilai Cronbach
Korelasi Alpha
1 Kesadaran remaja terhadap 0,216-0,637 0,701 8
pola makan
2 Intensi remaja terhadap 0,214-0,575 0,715 8
pola makan
2. Microtoise/Meteran

Digunakan untuk mengukur tinggi badan sehingga dapat melengkapi

nilai yang akan dihitung untuk menentukan IMT untuk Asia-Pasifik.

3. Timbangan

Digunakan untuk mengukur berat badan sehingga dapat melengkapi

nilai yang akan dihitung untuk menentukan IMT untuk Asia-Pasifik.

3.7. Pengumpulan data

32
3.7.1. Tahap Persiapan

1. Persiapan instrumen penelitian berupa kuesioner disertai pembuatan proposal

dan penentuan tempat penelitian.

2. Prosedur pengurusan surat izin penelitian di Fakultas Kedokteran Universitas

Riau, institusi pemerintah dan pihak sekolah.

3. Mempersiapkan kelengkapan peralatan penelitian seperti microtoise dan

timbangan berat badan.

3.7.2. Tahap Pelaksanaan

1. Menjelaskan mengenai tujuan penelitian yang dilaksanakan serta menunjukkan

surat perizinan melakukan penelitian kepada pihak sekolah.

2. Menentukan jadwal pelaksanaan penelitian dengan berkoordinasi kepada pihak

sekolah.

3. Melakukan pengukuran berat badan dan tinggi badan responden.

4. Melakukan pemilihan responden dengan IMT <18,5 Kg/m2 berdasarkan

kategori IMT untuk Asia-Pasifik serta memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.

5. Memberi surat informed consent dan mengisi kuesioner.

3.8. Pengolahan dan analisis data

3.8.1. Pengolahan data

Setelah pengumpulan data selesai, kemudian dilakukan pengolahan data

sebagai berikut:

1. Editing

33
Editing dilakukan untuk memeriksa kembali data kuesioner yang telah

diisi oleh responden mencakup kekeliruan pengisian, kelengkapan dan

kejelasan data.

2. Coding

Data yang diperoleh diberi kode tertentu untuk mempermudah dalam

proses tabulasi dan analisi data. Untuk variabel jenis kelamin dikoding 1

untuk kategori laki-laki dan dikoding 2 untuk perempuan. Variabel kesadaran

yaitu pertanyaan yang favorable (pertanyaan nomor 2,5,6, dan 9) dikoding 0

untuk “tidak” dan dikoding 1 untuk “ya”, sedangkan pertanyaan yang

unfavorable (pertanyaan nomor 1,3,7 dan 8) dikoding 0 untuk “ya” dan

dikoding 1 untuk “tidak”. Variabel intensi dikoding 3 untuk “sangat ingin”,

dikoding 2 untuk “ingin”, dikoding 1 untuk “tidak ingin”, dan dikoding 0

untuk “tidak sangat ingin”.

3. Memasukkan data (data entry)

Data yang didapat dari kuesioner setelah melakukan koding, maka

dimasukkan kedalam tabel untuk memudahkan dalam melakukan analisis data

secara komputerisasi atau menggunakan aplikasi statistik pada komputer.

4. Pembersihan data (cleaning)

Setelah data selesai dimasukkan, peneliti melakukan pengecekkan

ulang dan dikoreksi kembali sehingga data bisa digunakan untuk penelitian

ini.

34
5. Processing

Data selanjutnya diproses dengan menggunakan rumus sehingga

diperoleh hasil skor responden yang dikategorikan berdasarkan tingkatannya.

Adapun rumus yang digunakan yaitu:

skor responden
Skor kesadaran/intensi = × 100
skor maksimal

3.8.2. Analisis data

Pada penenelitian ini analisis data yang digunakan adalah analisis univariat.

Analisis ini dengan tujuan untuk menjelaskan dan mendeskripsikan karakteristik

masing-masing variabel yang diteliti. Sehingga akan terlihat distribusi dan persentasi

dari data kesadaran dan intensi tentang pola makan responden. Data yang diperoleh

akan ditampilkan dalam bentuk tabel dengan menggunakan persentase dan pie chart.

35
3.9. Alur Penelitian

Alur penelitian pada penelitian ini dapat dilihat dibawah ini :

Menetapkan pelaksanaan jadwal penelitian di SMA Negeri 5 Pekanbaru dan


SMA Negeri 3 Pekanbaru

Mempersiapkan instrumen penelitian

Pemilihan secara acak siswa dan siswi yang terlihat underweight dengan meminta
bantuan dari pihak sekolah kemudian dikumpulkan dalam satu ruanga

Peneliti menjelaskan maksud dan tujuan pelaksanaan penelitian disertai informed


consent

Peneliti melakukan pengukuran tinggi badan dan berat badan yang bersedia mengikuti
penelitian

Mencatat hasil pengukuran dan menghitung IMT untuk mengkategorikan responden


kedalam underweight atau tidak berdasarkan kategori IMT menurut WHO untuk Asia-
Pasifik

Mendapatkan responden yang underweight berdasarkan IMT untuk Asia-Pasifik

Responden mengisi kelengkapan identitas, menandatangani lembar persetujuan menjadi


responden penelitian dan mengisi kuesioner

Pengumpulan dan pengolahan data dengan komputerisasi

Analisis data

36
Gambar 3.1. Alur Penelitian

3.10 Etika Penelitian

Penelitian ini akan diajukan untuk dilakukan uji etik ke Unit Etika Penelitian

Kedokteran dan Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Riau.

37
DAFTAR PUSTAKA

1. Palupi Masajeng P. Faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi kurang


pada siswi di 4 SMA/SMK terpilih di kota Depok Jawa Barat tahun 2011
[Skripsi]. Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia;
2012.

2. Ochiai H, Shirasawa T, Nanri H, Nishimura R, Nomoto S, Hoshino H, et al.


Lifestyle factors associated with underweight among Japanese adolescent: a
cross-sectional study. Archieves of Public Health Journal. 2017;75(45):1-7

3. Ezzati M. Worldwide trends in body-mass index, underweight, overweight,


and obesity from 1975 to 2016: a pooled analysis 0f 2416 population-based
measurement studies in 128,9 milion children, adolescent, and adults. Public
health. 2017 December 16;(390):2635-39. Epub 2017 October 10.

4. Fryar CD, Ogden CL. Prevalence of underweight among children and


adolescents aged 2-19 years: United States, 1963-1965 throught 2007-2010.
2012. Dikutip dari:
https://www.cdc.gov/nchs/data/hestat/underweight_child_11_12/underweight
_child_11_12.htm. [Diakses 14 September 2018]

5. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Riset kesehatan dasar nasional.


Jakarta: Depkes RI;2013:219-221.

6. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Riset kesehatan dasar provinsi


Riau. Jakarta: Depkes RI;2013.153-155.

7. Satgas. Nutrisi pada remaja. 2013. Dikutip dari


http://www.idai.or.id/artikel/seputar-kesehatan-anak/nutrisi-pada-remaja
[Diakses 2 Mei 2018]

8. Desri S, Riska H, Rinsesti J. Analisis pola makan dan anemia gizi besi pada
remaja putri kota Bengkulu. Jurnal Kesehatan Masyarakat Andalas.
2015;10(1):14

9. Juliana SD, Aruben R, Nugraheni SA. Hubungan status gizi (IMT/U) dengan
indeks prestasi belajar siswa kelas IX SMA Tauku Umar kota Semarang 2016.
Jurnal Kesehatan Masyarakat.2017; 5(1): 315-20.

38
10. Bello ARS, Osman MS, Alhidary I. Nutritional awareness and food habit
King Saud University Students. Kasmera Journal. 2015;43(2):14-21.

11. Gronhoj A, Beach-Larsen T, Chan K, Tsang L. Using Theory of Blanned


behavior to predict healthy eating among Danish adolescents. Department of
Communication Studies journal. 2012;113(1):4-17.

12. Ruslie RH, Darmadi. Analisis faktor logistic untuk faktor-faktor yang
mempengaruhi status gizi remaja. 2012;36(1):64-8.

13. Sariman S, Qaedi TM. The association between internet social media
exposure with body image dissatisfaction and eating disorder among
adolscents in Shah Alam, Selangor.2017
14. Syam AF. Malnutrisi. Dalam: Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Simadibrata
MK, Setiyohadi B, Syam AF, editors. Ilmu penyakit dalam jilid I edisi VI.
Jakarta: Internal Publishing; 2014. p. 461-463.

15. Palupi Masajeng P. Faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi kurang
pada siswi di 4 SMA/SMK terpilih di kota Depok Jawa Barat tahun 2011
[Skripsi]. Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia;
2012.

16. Mokoginta FS, Budiarso Fona, Manampiring AE. Gambaran pola asupan
makanan pada remaja di Kabupaten Bolang Mongondow Utara. Jurnal e-
Biomedik. 2016;4(2).

17. Florence Agnes G. Hubungan pengetahuan gizi dan pola konsumsi dengan
status gizi pada mahasiswa TBP sekolah bisnis dan manajemen Institut
Teknologi Bandung [Skripsi]. Bandung: Program Studi Teknologi Pangan
Fakultas Teknik Universitas Pasundan; 2017.
18. Uzogara SG. Underweight, the less discussed type of unhealthy weight and its
implications: a review. American Journal of Food Science and Nutrition
Research. 2016;3(5):127-36.

19. Deren K, Nyankovskyy S, Nyankovskyy O, Tuszcki E, Wyszynska J,


Sobolewski M, et al. The prevalence of underweight, overweight and obesity
in children and adolescent from Ukraine. Scientific Reports.2018;8(1):2-3.

20. Firi RP. Pengaruh teman sebaya, pengetahuan, media masa terhadap perilaku
diet mahasiswi Stikes Payung Negeri Pekanbaru. Jurnal Endurance.
2018;3(1):162-7.

39
21. Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI. Situasi dan analisis
penyakit tiroid. Jakarta:Depkes RI;2015.

22. Tarigan THE, Utami Y. Penilaian status gizi. Dalam: Setiati S, Alwi I,
Sudoyo AW, Simadibrata MK, Setiyohadi B, Syam AF, editors. Ilmu
penyakit dalam jilid I edisi VI. Jakarta: Internal Publishing; 2014. p. 425-26.

23. Sulistyoningsih Hariyani. Gizi untuk Kesehatan Ibu dan Anak. Yogyakarta:
Graha Ilmu; 2011.

24. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Riset kesehatan dasar nasional.


Jakarta: Depkes RI;2010:48-59.

25. Citra A. Keterbatasan indeks massa tubuh. Dikutip dari:


https://www.apki.or.id/keterbatasan-indeks-massa-tubuh/ [Diakses 5
Desember 2018].

26. Kementrian Kesehatan RI. Standar antropometri penilaian status gizi anak.
Jakarta: Depkes; 2014.

27. Kementrian Kesehatan RI. Pedoman gizi seimbang. Jakarta: 2014.

28. Sari DM. Gambaran praktik Pedoman Gizi Seimbang (PGS) pada remaja di
MTs. Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2013 [Skripsi].
Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatulah;2014.

29. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 75 tahun 2013. Angka kecukupan gizi
yang dianjurkan bagi bangsa Indonesia. Jakarta:2014.

30. Retnaningsih C, Putra BS, Sumardi. Penilaian status gizi berdasarkan


kecukupan energi (kalori) dan protein pada balita (usia 3-5 tahun) di Desa
Gogik Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang. Seri Kajian Ilmiah.
2011;14(2):149.

31. Nasrulloh A. Membangun kemandirian anak-anak, remaja dan dewasa untuk


berolahraga. Jurnal Nasional Olahraga. 2013;428-30.

32. Adriani M, Wijatmadi B. Pengantar gizi masyarakat. Jakarta:Kencana;2016.

33. Sari HP, Dardjito E, Anandari D. Anemia gizi besi pada remaja putri di
wilayah Kabupaten Banyumas. Jurnal Kesmas Indonesia. 2016;8(1):17-25.

34. Wijaya D. Gangguan akibat kekurangan yodium (GAKY). Dikutip dari:


https://dinkes.pidiekab.go.id/gangguan-akibat-kekurangan-yodium-gaky.html
[Diakses 8 Desember 2018]

40
35. Irianto DP. Panduan gizi lengkap keluarga dan olahragawan.
Yogyakarta:ANDI Offset;2006.

36. Pratiwi YS. Kekurangan vitamin A (KVA) dan infeksi. Jurnal Ilmu Kesehatan
Indonesia. 2013;3(2):207-9.

37. Susanti DA. Perbedaan asupan energi, protein dan status gizi pada remaja
panti asuhan dan pondok pesantren [Skripsi]. Semarang: Universitas
Diponegoro;2012.

38. Kementrian Perencanaan Pembangunan Nasional. Rencana aksi nasional


pangan dan gizi 2011-2015. Jakarta:2011.

39. Solso RL, Maclin OH, Maclin MK. Psikologi kognitif. Ed 8. Jakarta:
Erlangga; 2007

40. Marni H. Faktor-faktor yang mempengaruhi kesadaran wajib bayar pajak


orang pribadi yang melakukan pekerjaannya di kantor pelayanan, penyuluhan
dan konsultasi perpajakan Duri [Skripsi]. Jakarta: Universitas Islam Negeri
Sultan Syarif Kasim Hidayatullah; 2012.

41. Poltekkes Depkes Jakarta I. Kesehatan Remaja: Problem dan Solusi. Jakarta:
Salemba Medika; 2010.

42. Alkerwi A, Sauvageot N, Malan L, Shivappa N, Hebert JR. Association


between nutritional and diet quality: evidence from the observation of
cardiovascular risk factors in Luxembourg (ORISCAV-LUX) study. Nutrients
Journal. 2015;(7):2825-34.

43. Ajzen I. Attitudes, personality and behavior. Second edition. New York: Open
University Press:2005

44. Nursito S, Nugroho AJS. Analisis pengaruh interaksi pengetahuan


kewirausahaan dan efikasi diri terhadap intensi kewirausahaan. Jurnal Kiat
BISNIS. 2013;8(2):151-153

45. Departemen kesehatan RI. Situasi kesehatan reproduksi remaja. Jakarta:


Depkes RI; 2015.

46. Naafs S, White B. Generasi antara: refleksi tentang studi pemuda Indonesia.
Jurnal Studi Pemuda. 2012;1(2):90-9.

47. Fajar I, Isnaeni DTN, Pudjirahayu A, Amin I, Sunindya BR, Aswin AAGA,
et al. Statistik untuk praktisi kesehatan. Yogyakarta: Graha Ilmu; 2009

41
Lampiran 1
KUESIONER PENELITIAN
Dengan hormat,

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Aini Septiana


NIM : 1508153972
Program Studi : Fakultas Kedokteran Universitas Riau

Bermaksud mengadakan penelitian dengan judul “Gambaran kesadaran dan intensi


ramaja underweight tentang pola makan”.

Penelitian ini tidak akan menimbulkan akibat yang merugikan pada saudara sebagai
responden, kerahasiaan semua informasi yang diberikan akan dijaga dan hanya di
gunakan untuk kepentingan penelitian.

Apa bila saudara menyetujui, maka dengan ini saya mohon kesediaan untuk
menandatangani lembaran persetujuan yang saya berikan.

Atas perhatian saudara sebagai responden saya ucapkan terima kasih.

Pekanbaru, ………2018
Peneliti

(Aini Septiana)

42
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : ……………………………………………………..
Umur : ……………………………………………………..
Alamat : ……………………………………………………..

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa setelah memperoleh informasi baik secara


lisan dan tulisan mengenai penelitian yang akan di lakukan oleh Aini Septiana
(peneliti) dan informasi tersebut telah saya pahami dengan baik mengenai manfaat,
tindakan yang akan dilakukan, keuntungan dan kemungkinan ketidaknyamanan yang
mungkin akan dijumpai, maka saya setuju untuk berpartisipasi dalam penelitian
tersebut.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan penuh kesadaran
dan tanpa keterpaksaan dari pihak manapun.

Pekanbaru …………………2018
Yang menyatakan,

(……………………….)

43
A. Karakteristik partisipan

1. Identitas Partisipan
1) Nama :
2) Jenis kelamin :
3) Usia :
4) Berat badan (BB) :
5) Tinggi badan (TB) :
6) Body mass index (BMI) :
(disi tenaga pengumpul data)
7) Adakah perubahan berat badan 1. Ya, berapa kilogramkah:
(BB) terutama 6 bulan terakhir: _______kg
(lingkari salah satu) 2. Tidak

Pola asuh sehari-hari : 1) Orang tua kandung


1) Wali/orang tua asuh
2) Lainnya, ………….

44
B. Kuesioner Kesadaran
Kesadaran terhadap pola makanan dalam mengelola underweight (berat badan
kurang/kurus)

No Pernyataan Ya Tidak

1 Saya belum pernah mendengar tentang cara mengatur asupan


makanan dalam mengelola underweight (berat badan
kurang/kurus)

2 Saya memahami bagaimana mengonsumsi makanan yang


sesuai dengan kondisi underweight (berat badan
kurang/kurus)

3 Saya merasa tidak akan dapat mengubah kebiasaan pola


makan saya selama ini

4 Dengan kondisi yang saya alami sekarang, saya memahami


menu makanan yang tepat untuk dikonsumsi

5 Saya sudah banyak tahu tentang pola makanan seperti apa


yang harus saya konsumsi

6 Saya tidak memahami hubungan antara pengaturan asupan


makanan dengan underweight (berat badan kurang/kurus)

7 Saya tidak yakin dengan mengatur pola makan tubuh saya


akan kembali sehat

8 Saya memahami bahwa pengaturan asupan makanan dapat


membantu saya sembuh dari underweight (berat badan
kurang/kurus) yang saya alami

C. Kuesioner intensi
Petunjuk pengisian: untuk setiap pernyataan di bawah ini, silahkan berikan tanda
silang (X) sesuai kategori yang cocok dengan keadaan Adek. Pengukuran berikut ini
adalah terhadap intensi/keinginan/niat pribadi, dengan demikian tidak ada jawaban
yang benar ataupun salah.

Pilihan jawaban: SI= Sangat Ingin, S = Ingin, TI = Tidak Ingin, STI = Sangat Tidak
Ingin

45
N Pernyataan S I TI ST
o I I
1 Sebagai penderita berat badan kurang saya …………
mengatur menu makanan seimbang setiap hari untuk
saya konsumsi
2 Sebagai penderita berat badan kurang saya …………
mencari informasi menu makanan yang tepat bagi
kondisi kesehatan saya
3 Sebagai penderita berat badan kurang saya …………
mematuhi semua saran ahli gizi/dokter yang membantu
saya bagaimana pola makan yang sesuai dengan
kondisi kesehatan saya
4 Sebagai penderita berat badan kurang saya …………
jika tidak disediakan Sekolah, membeli/menyediakan
makanan yang sehat bagi saya
5 Sebagai penderita berat badan kurang saya …………
orang-orang yang berkompeten di Sekolah mendukung
saya melakukan pengaturan asupan makanan secara
teratur
6 Sebagai penderita berat badan kurang saya …………
pengelolaan asupan makanan yang saya akan lakukan
dikerjakan sesuai panduan
7 Sebagai penderita berat badan kurang saya …………
pengelolaan asupan makanan yang saya lakukan tidak
terhambat oleh alasan pekerjaan
8 Sebagai penderita berat badan kurang saya
……………….. pengelolaan asupan makanan yang
saya lakukan tidak terhambat oleh alasan kesibukan
pekerjan rumah

46
Lampiran 2
Hasil uji validitas dan reliabelitas kuesioner kesadaran dan intensi

Pertanyaan Kesadaran Nilai Koofisien Korelasi Kesimpulan


Item 1 0.497 Valid
Item 2 0.267 Valid
Item 3 0.396 Valid
Item 4 0.206 Tidak valid
Item 5 0.540 Valid
Item 6 0.637 Valid
Item 7 0.581 Valid
Item 8 0.400 Valid
Item 9 0.216 Valid
Item 10 -0.046 Tidak valid
Nilai Cronbach Alpha 0.701 Reliabel

Pertanyaan Kesadaran Nilai Koofisien Korelasi Kesimpulan


Item 1 0.488 Valid
Item 2 0.575 Valid
Item 3 0.472 Valid
Item 4 0.322 Valid
Item 5 0.458 Valid
Item 6 0.465 Valid
Item 7 0.393 Valid
Item 8 0.214 Valid
Nilai Cronbach Alpha 0.715 Reliabel

47

Anda mungkin juga menyukai