Anda di halaman 1dari 50

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pola makan merupakan suatu cara atau usaha dalam

pengaturan jumlah dan jenis makanan dengan informasi gambaran

dengan meliputi mempertahankan kesehatan,status nutrisi menegah

dan membantu kesembuhan penyakit ( Depkes RI,2009 )

Pada umumnya pola makan dianut seseorang adalah empat

sehat lima sempurna,kandungan makanan empat sehat lima

sempurna yang terbagi atas zat gizi makro meliputi kabohidrat,protein

dan lemak.sedangkan zat gizi mikro meliputi vitamin dan

mineral.pengelompokan tersebut berdasarkan jumlah zat gizi yang

dibutuhkan oleh tubuh.

Kadar makanan atau gizi pada setiap bahan makanan memang

tidak sama ada yang rendah dan pula yang tinggi.karena itu dengan

memperhatikan makanan empat sehat lima sempurna yang

disarangakan untuk di komsumsi menjadikan gizi dalam tubuh akan

seimbang setiap bahan makanan akan saling melengkapi baik itu zat

gizi makro maupun zat gizi mikro yang terkandung dalam makanan

dan gizinya yang selalu di butuhkan tubuh manusia dan menjamin


2

pertumbuhan dan perkembangan tubuh manusia serta memenuhi

kecukupan energi untuk melakukan aktivitas.

Pola makan yang kurang baik dapat mengakibatkan terjadinya

gejala pada tubuh manusia diantaranya kurangnya asupan

karbohidrat,protein dan zat lemak yang menyebabkan tubuh akan

menjadi lemah.kekeurangan vitamin C dapat menimbulkan kerusakan

pada sel sel endotel,permeabilitas pembbuluh kapiler berkurang

sehingga dapat menyebabkan pendarahan sumsum tulang dan

kerusakan tulang gejala awal di tandai dengan pendarahan gusi,karies

gigi dan mudah terserang penyakit gigi dan mulut lainnya.

Gizi yang baik memegang peranan penting dalam mempertahan

kan kesehatan mulut. Rendahnya stataus kesehatan gigi dn guzi

seseorang dapat mempengaruhi asupan makan yang ada pada

giliranya terjadi gangguan asupan zat makanan yang merupakan salah

satu faktor penyebab kekurangan gizi seseorang sehingga dapat

menyebabkan menurunnya fungsi biologis tubuh

Kualiatas sumber daya manusia ( SDM ) merupakan salah satu

faktor utama yang di perlukan dalam melaksanakan pembangunan

nasional (Azwar,2004).kualitas hidup danprodutivitas kerja akan

tercapai dengan baik dan optimal bilamana tubuh dalam kondisi

sehat.sementara itu kondisi kondisi tubuh sehat sangat erat kaitanya

dengan kecukupan gizi.kecukupan gizi telah berpengaruh pada


3

pertumbuhan fisik perkembangan mental dan intelektual,meningkatkan

podutivitas,mencegah resiko terjadinya penyakit yang dapat

menurunkan angka kesakitan dan kematian (Depkes,2009).

Kekuranagan dan kelebihan zat yang diterima tubuh seseorang

akan sama mempunyai dampak yang negatif.perbaikan pola makan

dan peningkatan ststus gizi yang seimbang dengan yang diperlukan

tubuh jelas merupakan unsur penting yang berdampak positif bagi

peningkatan kualitas hidup manusia.sehat,kreatif, dan produtif

(Baliwati,2004). Pola makan merupakan faktor utama untuk memenuhi

kebutuhan gizi yang selanjutnya bertindak menyelesaikan energi bagi

tubuh,mengatur proses metabolisme,memperbaiki jaringan tubuh serta

serta untuk pertumbuhan (Harper et al,2006) pola makan adalah jenis

dan jumlah makanan yang dimakan oleh seseorang dengan tujuan

tertentu pada waktu tertentu.komsumsi yang di maksudkan untuk

memenuhi kebutuhan individu secara biologis,psikologis maupun

social ( PERSAGI,2009 ).

Hasil penelitian Karjadi (1974) dalam purbowo (2001) bahwa

orang dewasa,anemia zat besi akan menurunkan tingkat produktivitas

kerja antara 10-15 % sehingga jika permasalahan kondisi tersebut

terjadi pada mahasiswa dibiarkan akan berdampak pada penurunan

kualitas sumber daya manusia .sebagai ilustrasi kekuranagan

makanan bergizi dan infeksi berdampak pada kehilangan 5-10 IQ poin


4

menurut UNICEFF (1997) dalam (DEPKES 2002).di perkirakan

Indonesia kehilangan 330 juta IQ point akibat kekurangan gizi.dampak

lain dari gizi kurang adalah menurunkan produktivitas,yang di

perkirakan antara 20-30 % (DEPKES 2002).kondisi diatas berdampak

pada indeks pembangunan manusia (IPM) Indonesia semakin

menurun dalam dua tahun terakhir.jika pada tahun 2007 berada di

peringkat 107 dari 177 negara,pada tahun 2009 menurun menjadi

peringkat ke 111 angka ini jauh dibawa negara negara ASEAN

(KOMINFI, 2010).

Selanjutnya suharjo (1989) menyebutkan salah satu penyebab

kekurangan gizi pada seseorang adalah pola makan yang di pengaruhi

oleh sosial ekonomi ( tingkat pendapatan ) serta faktor pribadi

(pengetahuan,jenis kelamin,sikap dan perilaku).pada peneliatian Ari

tonang (2003) menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara pola

makan dengan status gizi.pada penelitian panjaitan (2008) terdapat

hubungan antara pola makan dengan pendidikan,pengetahuan,

pendapatan keluarga dan jumlah anggota keluaraga.pada penelitian

nasution (2001) menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang

bermakna antara status sosial ekonomi dan sikap pemenuhan gizi

dengan pola makan.


5

Berdasarkan hal tersebut diatas,maka perlu dilakukan

penelitian tentang” Faktor yang berhubungan dengan Pola makan

pada siswa SMA NEG 1 PALLANGGA Kecamatan

Pallangga,Kabupaten Gowa, Provinsi Sulawesi selatan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang maka rumusan masalah

dapat dikemukakan sebagai berikut :

1. Apakah pengetahuan berhubungan dengan pola makan pada

siswa SMA NEG 1 PALLANGGA Kabupaten Gowa pada tahun

2019 ?

2. Apakah teman sebaya berhubungan dengan kejadian obesitas

pada anak di Sekolah Dasar Inpres Ana Gowa Kabupaten

Gowa pada tahun 2019 ?

3. Apakah uang saku berhubungan dengan kejadian obesitas

pada anak di Sekolah Dasar Inpres Ana Gowa Kabupaten

Gowa pada tahun 2019 ?

4. Apakah pemilihan makanan berhubungan dengan kejadian

obesitas pada anak di Sekolah Dasar Inpres Ana Gowa

Kabupaten Gowa pada tahun 2019 ?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum
6

Untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan

kejadian obesitas pada anak di Sekolah Dasar Inpres Ana

Gowa Kabupaten Gowa pada tahun 2019.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui pengetahuan dengan kejadian

obesitas pada anak di Sekolah Dasar Inpres Ana Gowa

Kabupaten Gowa pada tahun 2019.

b. Untuk mengetahui teman sebaya dengan kejadian

obesitas pada anak anak di Sekolah Dasar Inpres Ana

Gowa Kabupaten Gowa pada tahun 2019.

c. Untuk mengetahui hubungan uang saku dengan kejadian

obesitas pada anak di Sekolah Dasar Inpres Ana Gowa

Kabupaten Gowa pada tahun 2019.

d. Untuk mengetahui hubungan pemilihan makanan dengan

kejadian obesitas pada anak di sekolah dasar Inpres Ana

Gowa Kabupaten Gowa pada tahun 2019.

D. Mamfaat Penelitian

Hasil yang diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut :

1. Manfaat Institusi

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi Fakultas

Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Timur sebagai tempat


7

kami menimba ilmu dan juga bisa menjadi bahan masukan

menyangkut yang terkait dalam penanggulangan obesitas pada anak

usia sekolah.

2. Bagi Pelayanan Kesehatan

Data penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai

bahan masukan untuk memasukkan vsriabel-variabel yang dapat

digunakan untuk deteksi ini atau skrining obesitas pada anak usi

sekolah, selain itu juga diharapkan sebagai bahan masukan dalam

menyusun program terpadu yang menyangkut semua aspek terkait

dalam penanggulangan obesitas pada anak usia sekolah.

3. Bagi Masyarakat

Sebagai bahan informasi yang berguna bagi orang tua yang

memiliki anak usia sekolah guna mencegah terjadinya obesitas

pada anak didasarkan pada akibat obesitas bagi perkembangan

anak di masa mendatang.

4. Ilmu Pengetahuan Bagi Diri Sendiri

Hasil penelitian ini diharapkandapamemperkaya ilmu

pengehuan dalam mengkajieistas yang terjadi pada anak usia

sekolah dan bisa menjadi bahan referensi penelitian lain.


8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Pola Makan

1. Pola Makan

Pola makan menurut Sedioetama (2004) merupakan

banyak atau jumlah pangan, secara tunggal maupun beragam,

yang dikonsumsi seseorang atau kelompok orang yang

bertujuan untuk memenuhi kebutuhan fisiologi, psikologis dan

sosiologis. Tujuan fisiologis adalah upaya untuk memenuhi

keinginan makan (rasa lapar) atau untuk memperoleh zat-zat

gizi yang diperlukan tubuh. Tujuan psikologis adalah untuk

memenuhi kepuasan emosional atau selera, sedangkan tujuan

sosiologis adalah untuk memelihara hubungan manusia dalam

keluarga dan masyaraka.

Pola makan merupakan faktor utama untuk memenuhi

kebutuhan gizi seseorang. Dengan demikian diharapkan pola

makan yang beraneka ragam dapat memperbaiki mutu gizi

makanan seseorang. Pola makan adalah cara seseorang atau

kelompok orang memilih dan memakannya sebagai tanggapan

terhadap pengaruh fisiologi, psikologi, budaya dan sosial


9

(Harper et al., 2006), sedangkan Guthe dan Mead, (1945)

dalam Sayuti.dkk (2004) mendefinisikan pola makan sebagai

cara-cara individu dan kelompok individu memilih,

mengkonsumsi dan menggunakan makanan yang tersedia yang

didasarkan kepada faktor-faktor sosial dan budaya dimana

mereka hidup.

Menurut Pelto (1981) dalam Suhardjo (1989), pola makan

merupakan sebagai cara individu memilih pangan dan

mengonsumsinya sebagai reaksi terhadap pengaruh fisiologis,

psikologis, sosial dan budaya. Pola makan seseorang dapat

dipengaruhi beberapa hal berikut yaitu pendapatan, pekerjaan,

pendidikan, tempat tinggal (kota/desa), agama/kepercayaan,

pengetahuan gizi dan karakteristik fisiologis yang selanjutnya

akan mempengaruhi gaya hidup dan perilaku makannya.

Perilaku terbentuk karena adanya sikap dalam diri

seseorang terhadap suatu objek. Menurut Blum dalam

Notoatmodjo (2003) perilaku merupakan hasil dari segala

macam pengalaman serta interaksi manusia dengan

masalahnya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap,

keinginan, kehendak, kepentingan, emosi, motivasi, reaksi dan

persepsi.
10

Pada penelitian Aritonang (2003) menunjukkan bahwa

terdapat hubungan antara pola makan dengan status gizi,

penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa pola makan dapat

mempengaruhi status kesehatan masyarkat. Pola makan

sangat erat kaitannya dengan berbagai jenis penyakit. Tubuh

sangat membutuhkan zat gizi untuk melakukan aktivitas dan

mencegah dari berbagai penyakit.

Apabila tubuh kekurangan zat gizi, khususnya energi dan

protein, pada tahap awal akan meyebabkan rasa lapar dan

dalam jangka waktu tertentu berat badan akan menurun yang

disertai dengan menurunnya produktivitas kerja. Kekurangan

zat gizi yang berlanjut akan menyebabkan status gizi kurang

dan gizi buruk. Apabila tidak ada perbaikan konsumsi energi

dan protein yang mencukupi, pada akhirnya tubuh akan mudah

terserang penyakit infeksi yang selanjutnya dapat

menyebabkan kematian (Hardinsyah & D.Briawan. 2005)

2. Jumlah Bahan Makanan

Pola makan orang dewasa akan menentukan jumlah zat-

zat gizi yang diperoleh untuk pertumbuhan dan

perkembanganya jumlah makanan yang cukup sesuai dengan

kebutuhan akan menyediakan zat-zat gizi yang cukup untuk


11

dewasa, guna menjalankan kegiatan fisik yang akan

dilakukanya, apabila asupan tersebut kurang maka akan

berdampak pada pertumbuhan dan perkembanganya serta

prestasinya (Baliwati, 2004).

Tiap-tiap jenis makanan mempunyai cita rasa, tekstur,

bau, campuran zat gizi dan daya cerna masing-masing. Oleh

sebab itu tiap-tiap jenis makanan dapat memberikan

sumbangan zat gizi yang unik. Pola makan yang baik akan

mempengaruhi konsumsi makan seseorang dan zat-zat gizi

dalam tubuh juga terpenuhi dengan baik. Makanan lengkap

harus dipenuhi karena akan mempengaruhi kondisi kesehatan

dan status gizi seseorang, pola makan yang baik dicerminkan

oleh konsumsi makanan yang mengandung zat gizi dengan

jenis yang beragam dan jumlah yang seimbang serta dapat

memenuhi kebutuhan individu (Suhardjo, 1989). Angka

kecukupan gizi (AKG) yang dianjurkan adalah banyaknya

masing-masing zat gizi esensial yang harus dipenuhi dari

makanan mencakup hampir semua orang sehat untuk

mencegah defisiensi zat gizi. Zat gizi makro merupakan

komponen terbesar dari susunan diet serta berfungsi menyuplai

energi dan zat-zat gizi esensial yang berguna untuk keperluan


12

pertumbuhan sel atau jaringan, fungsipemeliharaan maupun

aktivitas tubuh (Paath, Rumdasih & Heryati 2005).

Angka kecukupan gizi (energi dan protein) rata-rata yang

dianjurkan untuk dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 1.1 Angka Kecukupan Gizi Rata-rata yang Dianjurkan

Kelompok Energi Protein Lemak

Umur (Kkal) g g

Laki-laki

15-17 2600 60 650

Perempuan

15-17 2200 50 550

Sumber : WNPG VIII ( 2004)

3. Jenis Bahan Makanan

Apabila pola makanan sehari-hari kurang

beranekaragam, maka akan timbul ketidakseimbangan antara

masukan dan kebutuhan zat gizi yang diperlukan untuk hidup

sehat dan produktif (Departemen Gizi dan Kesehatan

Masyarakat FKMUI, 2007).

Bahan makanan pokok dianggap terpenting di dalam

susunan hidangan Indonesia. Dikatakan pokok karena


13

merupakan jumlah terbesar yang dikonsumsi di antara bahan

makanan lain. Bila susunan hidangan tidak mengandung

makanan pokok sering dianggap tidak lengkap dan orang sering

mengatakan belum makan. Kelompok lakuk-pauk sering

digunakan sebagai sumber protein utama. Dikenal protein

hewani dan protein nabati. Bahan pangan hewani seperti

daging, ikan, telur, hasil laut sebagai lauk-pauk, sedangkan

bahan nabati yang termasuk lauk-pauk adalah jenis kacang-

kacangan, kedelai, dan hasil olahan seperti tahu dan tempe.

Bahan makanan sayur dan buah termasuk nabati. Jenis

sayuran ada bermacam-macam, seperti sayuran daun, batang,

umbi, bunga, juga buahnya yang masih muda. Buah-buahan

umumnya yang sudah masak atau tua dikenal sebagai pencuci

mulut. Buah dan sayur dimanfaatkan sebagai sumber vitamin

dan mineral. Beberapa sayur dan buah menghasilkan energi

dalam jumlah cukup seperti pisang, sawo, alpukat,dan durian

(Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat FKMUI, 2007).

Pada Pedoman Umum Gizi Seimbang (Depkes, 2008)

pengelompokkan makanan digambarkan dalam piramida

menurut sumber zat gizi. Porsi terbanyak (3-8 porsi/hari) yang

digambarkan pada dasar piramida adalah makanan pokok

(nasi, roti, serealia lain dan umsi-umbian) sebagai sumber


14

karbohidrat dan serat. Pada lapisan kedua dari dasar dengan

proporsi lebih sedikit adalah sayuran (2-3 porsi/hari) dan buah-

buahan (3-5 porsi/hari), sumber zat gizi mikro yaitu vitamin dan

mineral. Lapisan diatasnya adalah kelompok lauk pauk (2-3

porsi/hari). Sedangkan dipuncak piramida adalah kelompok

makana yang secara proporsional hanya sedikit diperlukan

yaitu lemak, gula, garam, dan bumbu-bumbu. Kekurangan zat

gizi pada jenis makanan yang satu akan dilengkapi oleh

keunggulan susunan zat gizi jenis makanan lain, sehingga

diperoleh masukan zat gizi yang seimbang (Anonim, 2007).

Semua makanan mengandung zat gizi, tetapi pangan yang

berbeda mengandung beragam zat gizi dalam jumlah yang

berbeda pula.

a. Makanan yang kaya protein adalah semua jenis daging,

daging unggas,ikan, buncis, polong-polongan, kacang

tanah, keju, susu, dan telur.

b. Makanan yang kaya karbohidrat adalah nasi, jagung,

gandum dan jenis-jenis padi-padian lainnya, semua jenis

kentang, ubi rambat danketela dan gula.

c. Makanan yang kaya lemak adalah minyak, beberapa

jenis daging dan hasil olahannya, mentega yang terbuat

dari susu sapi, mentega yang terbuat dari susu kerbau


15

dan beberapa jenis hasil olahan susu, margarine,

berbagai jenis ikan, biji berminyak dan kacang kedelai.

d. Makanan yang kaya vitamin A adalah sayur-sayuran

yang berwarna hijau tua, wortel, ubi, labu, mangga,

pepaya, telur dan hati.

e. Makanan yang kaya vitamin B adalah sayur-sayuran

yang berwarna hijau tua, kacang tanah, buncis, polong-

polongan, gandum, daging, ikan dan telur.

f. Makanan yang kaya vitamin C adalah buah-buahan dan

sebagian besar sayuran.

g. Makanan yang kaya zat besi adalah daging, ikan, kacang

tanah, buncis, polong-polongan, sayuran berdaun hijau

tua dan buah yang sudah dikeringkan.

h. Tubuh membutuhkan bermacam-macam zat gizi -

protein, karbohidrat, lemak, vitamin dan mineral - dan

semua ini berasal dari makanan yang kita makan.

i. Protein diperlukan untuk membentuk dan

mempertahankan otot, darah, kulit dan tulang, dan

jaringan dan organ tubuh lainnya.

j. Karbohidrat dan lemak terutama sebagai penyedia

energi, meskipun beberapa jenis lemak juga dibutuhkan


16

untuk pembentuk tubuh dan juga membantu tubuh

memanfaatkan vitamin tertentu (A,D,E,K).

k. Vitamin dan mineral dibutuhkan dalam jumlah yang lebih

sedikit (dari pada protein, lemak dan karbobidrat), tetapi

sangat penting untuk menjaga status gizi. Vitamin dan

mineral membantu tubuh bekerja dengan baik dan tetap

sehat. Beberapa mineral juga memperbaiki jaringan-

jaringan tubuh, sebagai contoh Kalsium (Ca) dan

Fluoride (F) banyak terdapat di dalam tulang dan gigi,

serta zat besi (Fe) di dalam darah.

l. Serat makanan dan air bersih juga diperlukan untuk

keseimbangan pola makan yang baik.

4. Food Frequency Questionnaire (FFQ)

Food Frequency Questionnaire adalah metode untuk

memperoleh data tentang frekuensi konsumsi sejumlah bahan

makanan atau makanan jadi selama periode tertentu seperti

hari, minggu, bulan atau tahun. Dengan food frequency dapat

diperoleh gambaran pola konsumsi bahan makanan secara

kualitatif, tapi karena periode pengamatan lebih lama dan dapat

membedakan individu berdasarkan rangking tingkat konsumsi

zat gizi, maka cara ini paling sering digunakan dalam penelitian

epidemiologi gizi (Supariasa, 2002). Untuk memperoleh asupan


17

gizi secara relatif atau mutlak, kebanyakan FFQ sering

dilengkapi dengan ukuran khas setiap porsi dan jenis makanan.

FFQ tidak jarang ditulis sebagai riwayat pangan

semikuantitatif (semiquantitative food history). Asupan zat gizi

secara keseluruhan diperoleh dengan jalan menjumlahkan

kandungan zat gizi masing-masing pangan (Arisman, 2007).

Kuesioner frekuensi makanan memuat tentang daftar bahan

makanan atau makanan dan frekuensi penggunaan makanan

tersebut pada periode tertentu. Bahan makanan yang ada

dalam daftar kuesioner tersebut adalah yang dikonsumsi dalam

frekuensi yang cukup sering oleh responden.

FFQ merupakan kuesioner yang menggambarkan

frekuensi responden dalam mengkonsumsi beberapa jenis

makanan dan minuman. Frekuensi konsumsi makanan dilihat

dalam satu hari, atau minggu, atau bulan, atau dalam satu

tahun. Kuesioner terdiri dari list jenis makanan dan minuman.

a. Beberapa jenis FQ adalah sebagai berikut:

1) Simple or nonquantitative FFQ, tidak memberikan pilihan

tentang porsi yang biasa dikonsumsi sehingga

menggunakan standar porsi

2) Semiquantitatif FFQ, memberikan porsi yang dikonsumsi,

misalnya sepotong roti, secangkir kopi.


18

3) Quantitaive FFQ,memberikan pilihan porsi yang biasa

dikonsumsi responden, seperti kecil, sedang, atau besar.

b. Kelebihan metode frekuensi makanan:

1) Relatif murah dan sederhana

2) Dapat dilakukan sendiri oleh responden

3) Tidak membutuhkan latihan khusus

4) Dapat membantu untuk menjelaskan hubungan antara

penyakit dan kebiasaan makanan

c. Kekurangan metode frekuensi makanan:

1) Tidak dapat untuk menghitung intake zat gizi sehari

2) Sulit mengembangkan kuesioner pengumpulan data

3) Cukup menjemukan bagi pewawancara

4) Perlu membuat percobaan pendahuluan untuk

menentukan jenis bahan makanan yang akan masuk

dalam daftar kuesioner

5) Responden harus jujur dan mempunyai motivasi tinggi

5. Faktor- Faktor Yang Berhubungan Dengan Pola Makan

Menurut pendapat Suhardjo (1989) dan Pelto (1981)

bahwa faktor yang mempengaruhi pola makan dapat

dikelompokkan menjadi faktor ekonomi (uang saku), tempat


19

tinggal, sosial budaya (pendidikan gizi, jumlah anggota

keluarga, kepercayaan, budaya dan agama), serta faktor pribadi

yaitu pengetahuan gizi, jenis kelamin, sikap gizi dan aktivitas.

a) Uang Saku

Faktor ekonomi merupakan faktor yang sangat penting

terhadap kuantitas dan kualitas makanan yang dikonsumsi

keluarga, hal tersebut dapat diukur melalui uang bulanan.

Seiring dengan meningkatnya pendapatan, akan

memberikan peluang untuk meningkatkan pembelian

makanan yang beragam dan bermutu Ritche (1967) dalam

Hardinsyah & D.Briawan (2005).

Pendapatan merupakan faktor yang paling menentukan

terhadap kualitas dan kuantitas hidangan. Semakin tinggi

tingkat pendapatan, berarti semakin baik kualitas dan

kuantitas makanan yang diperoleh, seperti membeli buah,

sayuran, dan aneka ragam jenis makanan Berg (1986)

dalam Simatupang (2008).

Kondisi kemakmuran ekonomi bertambah maju akan

menyebabkan perubahan pola makan seperti pada sebagian

besar negara maju mempunyai pola makan yang lebih

banyak komponen hewaninya dibandingkan negara miskin

(Suhardjo, 1989).
20

Penghasilan keluarga terendah tidak mungkin membeli

jumlah makan dan bahan makan yang cukup untuk

kesehatan seluruh keluarga (Suhardjo, 1989). Sedangkan

Apriadji (1986) mengemukakan bahwa keluarga dengan

pendapatan terbatas akan cenderung kurang dapat

memenuhi kebutuhan makanannya terutama untuk

memenuhi kebutuhan zat gizi dalam tubuh. Jika tingkat

pendapatan naik maka jumlah makanan yang dikonsumsi

cenderung untuk membaik juga, secara tidak langsung zat

gizi yang diperlukan tubuh akan terpenuhi dan akan

meningkatkan status gizi (Suhardjo, 2003).

Berdasarkan penelitian Mahaffey at all (2009) didapat

bahwa perempuan Asia dengan pendapatan yang lebih

tinggi memakan lebih banyak ikan. Pada penelitian Amran

(2003) juga didapat bahwa uang bulanan mahasiswa

memiliki hubungan yang bermakna dengan pola makan.

Penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa pendapatan

dapat mempengaruhi pola makan terutama jumlah makanan

yang dikonsumsi. Besarnya uang bulanan bagi mahasiswa

membawa dampak terhadap pola makan mahasiswa.

Semakin besar uang bulanan maka semakin baik kualitas

makanan mahasiswa.
21

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Radhitya

(2009) diperoleh hasil bahwa yang paling berpengaruh

terhadap pola makan adalah biaya yang dikeluarkan untuk

makanan. Perubahan pendapatan secara langsung dapat

mempengaruhi perubahan pola makan keluarga.

Meningkatnya pendapatan berarti memperbesar peluang

untuk membeli pangan dengan kualitas dan kuantitas yang

lebih baik. Sebaliknya, penurunan pendapatan akan

menyebabkan penurunan dalam hal kualitas dan kuantitas

pangan yang dibeli. Suatu studi yang dilakukan di India

menunjukkan bahwa 90 % dari 3000 anak yang berasal dari

keluarga dengan tingkat ekonomi rendah mempunyai ukuran

tubuh lebih kecil dari ukuran normal (Maas, 2003).

Tetapi sebaliknya apabila uang saku baik belum tentu

menjamin seseorang memiliki pola makan yang baik asumsi

ini sejalan dengan teori Suhardjo (1989) bahwa pengeluaran

uang yang lebih banyak tidak menjamin lebih beragam pola

makannya yang baik dan faktor pribadi dan kesukaanlah

yang mempengaruhi jumlah dan jenis makanan yang

dikonsumsi. Bahkan pada pendapat Berg dkk (1986)

mengatakan bahwa besarnya uang bulanan yang diterima

belum tentu digunakan untuk makanan yang beragam tetapi


22

pada keluarga di daerah Mysore membelanjakan uang yang

mereka dapat untuk dibelanjakan pakaian dan barang-

barang bukan makanan.

b) Faktor Sosial Budaya dan Agama

Kebudayaan suatu bangsa masyarakat mempunyai

kekuatan yang berpengaruh terhadap pemilihan bahan

makanan yang digunakan untuk dikonsumsi. Hal-hal yang

perlu diperhatikan dalam pengaruh budaya antara lain sikap

terhadap makanan, penyebab penyakit, kelahiran anak, dan

produksi makanan. Dalam hal sikap terhadap makanan,

masih banyak terdapat pantangan, tahayul, tabu dalam

masyarakat menyebabkan konsumsi makanan menjadi

rendah (Supariasa, 2002).

Dalam struktur keluarga pedesaan, ayah mempunyai

kedudukan tertinggi dalam keluarga. Dalam soal makanan,

ayah mendapatkan perhatian utama mendapat makanan

lebih banyak dibandingkan anggota keluaraga yang lainnya.

Padahal anggota keluarga lainnya itu lebih membutuhkan

makanan lebih banyak seperti ibu dan anak Apriadji (1986).

Adat istiadat dan kebiasaan makanan ada hubungannya

dengan agama,walaupun dapat berlainan antara agama

satu dengan agama yang lainnya. Kebanyakan kelompok


23

agama juga mempunyai larangan tertentu atas

penggunakan jenis makanan tertentu. Karena menganggap

makanan yang dilarang tersebut berbahaya bagi kesehatan

(Suhardjo, 1989).

c) Pendidikan

Latar belakang pendidikan seseorang merupakan salah

satu unsur penting yang dapat mempengaruhi keadaan gizi

karena dengan pendidikan yang lebih tinggi diharapkan

pengetahuan atau informasi yang dimiliki tentang gizi

menjadi lebih baik (Berg, 1986).

Menurut Notoatmodjo (2007) pendidikan adalah suatu

proses penyampaian bahan, materi pendidikan kepada

sasaran pendidikan guna perubahan tingkah laku. Hasil

pendidikan orang dewasa adalah perubahan kemampuan,

penampilan atau perilakunya. Tingkat pendidikan formal

membentuk nilai–nilai progresif bagi seseorang terutama

dalam menerima hal-hal baru. Tingkat pendidikan formal

merupakan faktor yang ikut menentukan mudah tidaknya

seseorang menyerap dan menekuni pengetahuan yang

diperoleh. Pendidikan merupakan faktor tidak langsung yang

mempengaruhi status gizi (Soekirman, 2000).

d) Jumlah Aggota Keluarga


24

Menurut Berg (1986), besar keluarga mempengaruhi

terbatasnya bahan makanan yang teredia. Anak-anak yang

mengalami gizi kurang pada rumah tangga yang mempunyai

anggota rumah tangga banyak, kemungkinan lima kali lebih

besar dibandingkan dengan rumah yang mempunyai

anggota rumah tangga sedikit.

Keluaraga dengan banyak anak dan jarak kehamilan

antara anak yang amat dekat akan menimbulkan lebih

banyak masalah. Kalau pendapatan keluarga hanya pas-

pasan sedangkan anak banyak, maka pemerataan dan

kecukupan makanan didalam keluarga kurang bisa dijamin.

Keluarga ini disebut keluarga rawan, karena kebutuhan

gizinya hampir tidak pernah tercukupi dan demikian

penyakitpun akan terus mengintai (Apriaji, 1986).

e) Tempat Tinggal

Letak tempat tinggal memudahkan dalam memperoleh

makanan menentukan banyak sedikitnya makanan yang

didapat untuk dikonsumsi (Harper, 2006). Letak tempat

tinggal juga berpengaruh terhadap perilaku konsumsi

individu. Sebagai contoh, seorang petani yang tinggal di

desa dan dekat dengan areal pertanian akan lebih mudah

dalam mendapatkan bahan makanan segar dan alami,


25

seperti buah dan sayur. Namun, seseorang yang tinggal di

daerah perkotaan akan mengurangi akses untuk

mendapatkan bahan makanan segar tersebut, karena di

daerah perkotaan lebih banyak tersedia berbagai makanan

cepat saji, walaupun tidak menutup kemungkinan, penduduk

perkotaan ada yang mengkonsumsi buah dan sayur

(Suhardjo, 1989).

Pada penelitian Jago et al (2007) menyebutkan bahwa

lingkungan fisik tempat tinggal orang dewasa dan

kemudahan mencapai tempat penjualan makanan

mempunyai pengaruh terhadap konsumsi buah dan sayur.

Pendapat Guthrie & Picciano (1995) yang mengatakan

bahwa pada orang dewasa terjadi perubahan pola makan,

mereka menjadi tidak tergantung pada kebiasaan orang tua

dan meninggalkan kebiasaan makanan orang tua, tetapi

lebih banyak makan dan jajan diluar. Dalam mendukung

seseorang dan populasi melakukan pola makan yang sehat

maka diperlukan ketersediaan makanan, kecukupan dan

dapat diakses semua orang (Harper, 2006). Lain halnya

dalam studi di Amerika pada remaja non-Hispanic black dan

non-Hispanic white didapatkan bahwa ketersediaan

makanan dirumah tangga tidak signifikan dengan konsumsi


26

buah dan sayur pada orang dewasa dan juga berdampak

kecil terhadap kecenderungan dalam mengonsumsi buah

dan sayur pada orang dewasa tersebut (Befort, 2006).

f) Pengetahuan Gizi

Pengetahuan adalah hasil dari tahu yang di dapat

setelah orang melakukan penginderaan terhadap obyek

tertentu. Pengetahuan memegang peranan penting dalam

hal pembentukan tindakan seseorang (over behavior), jika

didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng bila

dibandingkan tanpa disadari pengetahuan (Notoatmojo,

2007).

Menurut Notoatmodjo (2007) mendefinisikan bahwa

perilaku manusia adalah refleksi dari berbagai gejala

kejiwaan seperti keinginan, kehendak, pengetahuan, emosi,

berfikir, sikap, motivasi, dan reaksi, sehingga setiap tindakan

manusia baik baik positif mauoun yang negatif didasari oleh

salah satu faktor tersebut. Pada mahasiswa pengetahuan

yang baik dapat tertutup oleh gejala kejiwaan yang lain

seperti keinginan, kehendak, minat, emosi, sikap, motivasi,

dan reaksi.

Pengetahuan gizi sebaiknya telah ditanamkan sedini

mungkin sehingga apabila seorang dewasa mampu


27

memenuhi kebutuhan energi tubuhnya dengan perilaku

makannya karena pengetahuan gizi sangat bermanfaat

dalam menentukan apa yang kita konsumsi setiap harinya

(Notoatmojo, 2007). Dengan adanya pengetahuan gizi pada

seseorang, maka kita dapat menyesuaikan tingkat

kebutuhan zat gizi yang sesuai dengan banyak kalori yang

kita perlukan setiap harinya dalam melakukan aktivitas dan

produktivitas kita sehari-hari sehingga dapat dicapai

kesehatan yang optimal (Paul, 2001). Hal ini didukung oleh

pendapat Berg dalam Suhardjo (1989) yang menyatakan

bahwa salah satu penyebab timbulnya gangguan gizi adalah

kurangnya pengetahuan gizi. Solusi yang dapat dilakukan

melalui suatu proses belajar mengajar tentang pola makan,

bagaimana tubuh menggunakan zat besi dan bagaimana zat

besi tersebut diperlukan untuk menjaga kesehatan.

Berdasarkan penelitian Nisa (2007) didapatkan hasil

bahwa ada hubungan yang signifikan antara tingkat

pengetahuan dengan status gizi. Pengukuran dilakukan

dengan cara wawancara menggunakan kuesioner. Aspek-

aspek dalam pengetahuan gizi yaitu; Pengetahuan tentang

kandungan zat gizi dalam berbagai bahan makanan,

kegunaan makanan bagi kesehatan dan memilih bahan


28

makanan yang nilai gizinya tinggi (Moehji, 2003). Namun

pada penelitian Nasution (2001) didapat bahwa tidak

terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan

dengan pola konsumsi makan.

Sesuai dengan pendapat Harper (2006) yang

menyatakan bahwa kurangnya pengetahuan akan

menyebabkan sikap yang salah/negatif dalam memenuhi

kebutuhan pangan. Hal ini didukung oleh pendapat Berg

dalam Suhardjo (1989) yang menyatakan bahwa salah satu

penyebab timbulnya gangguan gizi adalah kurangnya

pengetahuan gizi. Pendapat Khomsan (2000), yang

menyatakan bahwa memiliki pengetahuan gizi yang baik

tidak berarti bahwa seseorang akan menerapkannya dalam

kehidupannya sehari-hari.

g) Jenis Kelamin

Jenis kelamin merupakan faktor internal yang

menentukan kebutuhan gizi, sehingga ada hubungan antara

jenis kelamin dengan status gizi (Apriajdi,1986). Jenis

kelamin menentukkan besar kecilnya kebutuhan gizi bagi

seseorang. Pertumbuhan dan perkembangan individu

sangat berbeda antara laki-laki dan perempuan

(Worthington, 2000). Hasil penelitian Hanley (2000), di


29

Kanada didapatkan prevalensi overweight 27.7 % pada laki-

laki dan 33.7% pada anak perempuan.

Besar kecilnya kebutuhan gizi bagi seseorang, berbeda

menurut jenis kelamin. Pria lebih banyak membutuhkan zat

tenaga dan protein dari pada wanita, karena secara kodrat,

pria memang diciptakan tampil lebih aktif dan lebih kuat. Hal

ini juga sesuai dengan jenis pekerjaan yang dilakukan

wanita dan pria. Tetapi dalam kebutuhan zat besi, wanita

jelas membutuhkannya lebih banyak dari pada pria. Tak lain

karena setiap bulan wanita secara langsung teratur

mengalami menstruasi, sehingga zat besi diperlukan wanita

lebih banyak untuk menyusun kembali unsur darah sebagai

pengganti (Apriadji, 1986). Apriadji (1986) juga menyatakan

bahwa anak perempuan lebih mementingkan

penampilannya, dibandingkan laki-laki jadi perempuan lebih

memilih jenis makanan yang baik.

Kebutuhan zat gizi juga berbeda antara laki-laki dan

perempuan terutama pada usia remaja. Perbedan ini

terutama disebabkan oleh komposisi tubuh dan jenis

aktivitasnya. Makin berat aktivitas yang dilakukan,

kebutuhan zat gizi semakin tinggi pula terutama energi

(Depkes, 2005). Jenis kelamin menentukan besar kecilnya


30

kebutuhan gizi bagi seseorang. Survey pola makan di Eropa

memperhatikan perbedaan pola makan pria dan wanita.

Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa kaum pria

memiliki asupan yang lebih tinggi dibandingkan dengan

wanita (Gibney et al, 2005). Penelitian dari hasil penelitian

Nasution (2001) memperoleh bahwa tidak ada hubungan

antara jenis kelamin siswa dengan pola konsumsi pangan.

h) Sikap Gizi

Sikap merupakan suatu yang masih bersifat abstrak,

dapat didasarkan pada keyakinan yang ada pada setiap

individu (yang berkaitan dengan kognitif) dan sering kali

sikap dipengaruhi oleh perasaan (yang merupakan

komponen emosional) sehingga dapat membawa atau

menentukan perilaku tertentu (Oppenheim dalam Ancok,

2004).

Perilaku terbentuk karena adanya sikap dalam diri

seseorang terhadap suatu objek. Menurut Blum dalam

Notoatmodjo (2007) perilaku merupakan hasil dari segala

macam pengalaman serta interaksi manusia dengan

masalahnya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan,

sikap, keinginan, kehendak, kepentingan emosi, motivasi,

reaksi dan persepsi.


31

Makanan dan minuman dapat memelihara serta

meningkatkan kesehatan seseorang, tapi sebaliknya

makanan dan minuman dapat menjadi penyebab

menurunnya kesehatan seseorang, bahkan dapat

mendatangkan penyakit. Hal ini sangat bergantung pada

perilaku orang terhadap makanan dan minuman tersebut

(Notoatmodjo, 2007). Kebutuhan akan makan bukan hanya

untuk menumbuhkan badan secara fisik, tetapi juga

mempunyai pengaruh terhadap sanubari, kecerdasan dan

kebijaksaan serta naluri. Hasil penelitian Nasution (2001)

didapatkan ada hubungan yang bermakna antara pola

konsumsi dengan sikap pemenuhan gizi. Tetapi pendapat

Harper (2006) yang menyatakan bahwa kurangnya

pengetahuan akan menyebabkan sikap yang salah/negatif

dalam memenuhi kebutuhan pangan.

i) Aktivitas

Kesibukan dan rutinitas mempengaruhi konsumsi makan

seseorang. Seseorang yang sibuk oleh berbagai aktivitas

cenderung akan memilih jenis makanan yang praktis dan

mudah diperoleh Menurut Becke (1982) dalam Kamso

(2000). Berdasarkan penelitian Nurul (2006) dalam


32

Indrawagita (2009) diperoleh bahwa terdapat hubungan

bermakna antara aktivitas fisik dengan status gizi.

Meningkatnya aktivitas, kehidupan sosial dan kesibukan

para siswa akan mempengaruhi kebiasaan makan mereka.

Pola makanan sering tidak teratur, sering jajan, sering tidak

makan pagi dan sama sekali tidak makan siang

(Sayogo,2006). Putra (2008) banyak faktor pertumbuhan

mahasiswa diiringi dengan meningkatnya aktivitas

mahasiswa yang pada akhirnya dapat menimbulkan dampak

terhadap apa yang di makan siswa tersebut. Orang-orang

yang aktif memang membutuhkan lebih banyak makanan

untuk energi. Maka untuk meningkatkan energi orang yang

aktif tidak hanya dapat mengandalkan makanan tinggi kalori,

tetapi seharusnya juga memiliki makanan kaya zat gizi

seperti sereal, roti, buah sayur dan susu (Sizer, 1988). Pada

penelitian Hela (2008) didapat bahwa ada hubungan yang

bermakna antara aktivitas fisik dengan pola konsumsi

sayuran. Sesuai dengan pendapat Suhardjo (1989), pada

masyarakat yang menghabiska waktu dari pagi sampai sore

di luar rumah,biasanya akan berkembang kebiasaan makan

ditempat kerja dimana makanan disediakan oleh katering

yang bekerjasama dengan perusahaan. Kehidupan


33

mahasiswa menyebabkan terjadi perubahan pola makanan

(Guthrie & Picciano, 1995). Perubahan kehidupan sosial dan

kesibukan para siswa akan mempengaruhi pola makan

mereka terutama perubahan selera yang akan jauh dari

konsep seimbang yang berdampak terhadap kesehatan dan

status gizi (Baliwati, 2004)

j) Siswa SMA

SiswaSMA adalah kalangan muda yang berumur 15-17

tahun menurut Susanto2003) dalam Rahmawati (2006).

Pada usia dewasa unsur gizi merupakan faktor kualitasa

SDM yang pokok, gizi tidak hanya sekedar mempengaruhi

derajat kesehatan dan ketahanan fisik, tetapi juga

menentukan kualitas kecerdasan intelektual bagi manusia

Hidayat (1997) dalam Indrawagita (2009).

Menurut Guthrie & Picciano (1995), pada usia dewasa

terjadi perubahan pola makan, mereka menjadi tidak

tergantung pada pola makan orang tua, lebih banyak makan

dan jajan di luar rumah. Mereka sering mencoba makanan

baru dan meninggalkan kebiasaan makan orang tua (Ulfa,

1998).

Pola makan pada usia dewasa merupakan permulaan

seseorang dalam mengadopsi perilaku pola makan yang


34

cenderung akan menetap pada masa remaja (Brown, 2005).

Remaja saat ini banyak menggemari fast food, sehingga

kurang mengonsumsi makanan yang mengandung serat.

Manifestasinya dapat menghambat aktivitas kerja yang akan

menurunkan produktifitas kerja. Hal ini disebabkan karena

kemampuan kerja sangat dipengaruhi oleh jumlah energi

yang tersedia, energi tersebut diperoleh dari makanan

sehari-hari dan apabila jumlah makanan sehari-hari tidak

memenuhi kebutuhan, maka energi didapat dari cadangan

tubuh Rachmat, dkk (1987) dalam Indrawagita (2009).

B. Tinjauan Umum Tentang Variabel Penelitian

1. Uang Saku

Faktor ekonomi merupakan faktor yang sangat

penting terhadap kuantitas dan kualitas makanan yang

dikonsumsi keluarga, hal tersebut dapat diukur melalui uang

bulanan. Seiring dengan meningkatnya pendapatan, akan

memberikan peluang untuk meningkatkan pembelian

makanan yang beragam dan bermutu Ritche (1967) dalam

Hardinsyah & D.Briawan (2005).

Penelitian Imtihanu dan Noer (2012) menunjukkan bahwa

uang saku berhubungan dengan frekuesi konsumsi makanan


35

cepat saji (fast food), yaitu semakin tinggi uang saku maka akan

semakin tinggi frekuensi makanan cepat saji. Kebiasaan

mengonsumsi fast food secara berlebihan dapat menimbulkan

masalah kegemukan. Kegemukan menjadi suatu yang harus

diwaspadai kerena kegemukan yang berkelanjutan akan

menimbulak berbagai macam penyakit degeneratif seperti

janjutng koroner, diabetes melitus dan hipertensi.

2. Pengetahuan Gizi

Pengetahuan adalah hasil dari tahu yang di dapat

setelah orang melakukan penginderaan terhadap obyek

tertentu. Pengetahuan memegang peranan penting dalam hal

pembentukan tindakan seseorang (over behavior), jika didasari

oleh pengetahuan akan lebih langgeng bila dibandingkan tanpa

disadari pengetahuan (Notoatmojo, 2007).

Semakin tinggi pengetahuan gizi seseorang maka akan

semakin memperhitungkan jenis dan jumlah makanan yang

dipilih untuk dikonsumsi. Orang dengan pengetahuan rendah

memilih makanan berdasarkan paca indera, tidak berdasarkan

nilai gizi makanan, Sedangkan pada orang berpengetahuan


36

tinggi lebih banyak menggunakan pertimbangan rasional dan

pengetahuan tentang gizi makanan tersebut.

3. Aktivitas

Kesibukan dan rutinitas mempengaruhi konsumsi makan

seseorang. Seseorang yang sibuk oleh berbagai aktivitas

cenderung akan memilih jenis makanan yang praktis dan

mudah diperoleh Menurut Becke (1982) dalam Kamso (2000).

Berdasarkan penelitian Nurul (2006) dalam Indrawagita (2009)

diperoleh bahwa terdapat hubungan bermakna antara aktivitas

fisik dengan status gizi.

4. Sikap Gizi

Makanan dan minuman dapat memelihara serta

meningkatkan kesehatan seseorang, tapi sebaliknya makanan

dan minuman dapat menjadi penyebab menurunnya kesehatan

seseorang, bahkan dapat mendatangkan penyakit.

Kebutuhan akan makan bukan hanya untuk

menumbuhkan badan secara fisik, tetapi juga mempunyai

pengaruh terhadap sanubari, kecerdasan dan kebijaksaan serta


37

naluri. Hasil penelitian Nasution (2001) didapatkan ada

hubungan yang bermakna antara pola konsumsi dengan sikap

pemenuhan gizi. Tetapi pendapat Harper (2006) yang

menyatakan bahwa kurangnya pengetahuan akan

menyebabkan sikap yang salah/negatif dalam memenuhi

kebutuhan pangan.

BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Dasar Pemikiran Variabel yang Diteliti dan Kerangka Teori

1. Uang Saku

Semakin tinggi uang saku maka akan semakin tinggi frekuensi

makanan cepat saji. Kebiasaan mengonsumsi fast food secara

berlebihan dapat menimbulkan masalah kegemukan. Kegemukan

menjadi suatu yang harus diwaspadai kerena kegemukan yang

berkelanjutan akan menimbulak berbagai macam penyakit degeneratif

seperti janjutng koroner, diabetes melitus dan hipertensi.


38

2. Pengetahuan Gizi

Semakin tinggi pengetahuan gizi seseorang maka akan

semakin memperhitungkan jenis dan jumlah makanan yang dipilih

untuk dikonsumsi. Orang dengan pengetahuan rendah memilih

makanan berdasarkan paca indera, tidak berdasarkan nilai gizi

makanan, Sedangkan pada orang berpengetahuan tinggi lebih banyak

menggunakan pertimbangan rasional dan pengetahuan tentang gizi

makanan tersebut. Terutama orang tua sangat berperan penting

dalam memberikan pemahaman terhadap anak-anaknya mengenai

bahaya obesitas pada kesehatan tubuhnya.

3. Aktivitas

Meningkatnya aktivitas, kehidupan sosial dan kesibukan para

siswa/siswi akan mempengaruhi kebiasaan makan mereka. Pola

makanan sering tidak teratur, sering jajan, sering tidak makan pagi dan

sama sekali tidak makan siang (Sayogo,2006).

4. Sikap Gizi

Makanan dan minuman dapat memelihara serta meningkatkan

kesehatan seseorang, tapi sebaliknya makanan dan minuman dapat

menjadi penyebab menurunnya kesehatan seseorang, bahkan dapat

mendatangkan penyakit. Kebutuhan akan makan bukan hanya untuk


39

menumbuhkan badan secara fisik, tetapi juga mempunyai pengaruh

terhadap sanubari, kecerdasan dan kebijaksaan serta naluri.

B. Kerangka Teori

Faktor Ekonomi
(uang saku )

Sosial Budaya
Pendidikan
Jumlah anggata keluarga
Kepercayaan/Agama

Tempat Tinggal

Po
la Makan
Pengetahuan Gizi

Sikap Gizi

Body Image
Jenis Kelamin
Metabolisme

Aktivitas
40

Suhardjo (1989) dan Pelto (1981)

Gambar 2 Bagan Kerangka Teori

C. Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan kerangka teori penelitian di atas, maka kerangka konsep


penelitian adalah sebagai berikut :

Uang Saku

Pengetahuan
Gizi
Pola Makan

Aktivitas

Sikap Gizi

Jenis kelamin
41

KETERANGAN :

: Yang diteliti

: Yang tidak diteliti

Gambar 3. Bagan Kerangka Konsep

D. Defenisi Operasional dan Kriteria Onjektif

1. Pola Makan

Defenisi Operasional

Jenis makanan yang dikonsumsi terdiri dari makanan

pokok, lauk-pauk, sayur dan buah yang dikonsumsi responden.

Kreteria Objektif

0 = Pola makan tidak sesuai PUGS (Pedoman Umum Gizi Seimbang)

1= Pola makan sesuai PUGS (makanan pokok 3-8 porsi/hari, lauk-

pauk 2-3
42

porsi/hari, sayuran 2-3 porsi/hari, dan

buah 3-5 porsi/hari )

2. Uang Saku

Defenisi Operasional :

Uang saku yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

banyak uang saku yang diterima oleh murid dalam sehari baik

dari orang tua maupun orang lain yang dipergunakan untuk

jajan di sekolah.

Kriteria Objektif

Kecil: Jika uang saku < Rp. 15.000;

Besar: Jika uang saku > Rp. 15.000;

3. Pengetahuan Gizi

Depenisi Operasional

Kemampuan responden dalam menjawab pertanyaan mengenai

pengatahuan gizi.

Kriteria Objektif :

Tidak Tahu : Apabila murid tidak memiliki pengetahuan yang baik

tentang gizi
43

Tahu : Apabila murid memiliki pengetahuan yang baik mengenai gizi

4. Aktivitas

Defenisi Operasional

Kegiatan harian siswa yang dapat mempengaruhi pola makan

Kriteria Objektif :

Tidak baik : Jika Siswa memiliki kegiatan lain di luar sekolah

Baik : Jika siswa tidak mempunyai kegiatan di luar sekolah

5. Sikap Gizi

Defenisi Operasional

Siswa yang memperhatikan mamfaaf kesehatan yang terdapat

pada minuman atau makanan yang di konsumsi

Kriteria Objektif :

Tidak baik : Jika siswa mengonsumsi makanan atau minuman

yang tidak bermamfaat bagi kesehatan

Baik : Jika siswa mengonsumsi makanan atau minuman yang

bermamfaat bagi kesehatan


44

3.3 Hipotesis

1. Ada hubungan antara uang saku terhadap pola makan pada siswa

SMA Negeri 1 Pallangga Kabupaten Gowa pada Tahun 2020.

2. Ada hubungan antara pengetahuan gizi terhadap pola makan pada siswa

SMA Negeri 1 Pallangga Kabupaten Gowa pada Tahun 2020.

3. Ada hubungan antara aktivitas terhadap pola makan pada siswa

SMA Negeri 1 Pallangga Kabupaten Gowa pada Tahun 2020.

4. Ada hubungan antara sikap gizi terhadap pola makan pada siswa

SMA Negeri 1 Pallangga Kabupaten Gowa pada Tahun 2020.


45

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah observasional dengan

pendekatan "cross sectional study", untuk mempelajari hubungan pengaruh

uang saku, pengetahuan gizi, aktivitas dan sikap gizi dengan variabel

dependen (Pola makan) yang diamati pada periode waktu yang sama.

B. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di SMA Negeri 1 Pallangga Kabupaten Gowa.

C. Populasi dan Sample

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah semua murid kelas yang aktif

belajar di SMA Negeri 1 Pallangga Kabupaten Gowa

200 orang murid.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian murid yang aktif belajar di SMA Negeri

Pallangga Kabupaten Gowa

yaitu 70 orang murid.

D. Teknik Pengambilan Sampel

Penentuan besar sampel dengan menggunakan rumus Slovin yaitu :

n= N
1+N ²
46

Keterangan : n = ukuran sampel

N = ukuran populasi

e = kesalahan yang ditolerir (5%= 0,05)

Adapun uraian perhitungan menggunakan rumus tersebut adalah

sebagai berikut :

n= N
1+Ne ²
n= 211
1+21 .0,05²

n= 211
1,52

n= 138
Untuk pengambilan sampel tiap kelas maka dilakukan dengan

proportional stratified random sampling dengan menggunakan rumus alokasi

proportional :

Ni = Ni . n
N
Keterangan ;
ni = jumlah anggota sample menurut stratum
n = jumlah anggota sampel seluruhnya
Ni = jumlah anggota polulasi menurut stratum
N = jumlah anggota populasi seluruhnya
Jumlah murid kelas II adalah 40
Kelas II : 40 ×138 = 27,6 ± murid
2OO
Jadi, jumlah sampel kelas II adalah 27 murid
47

Jumlah murid kelas III adalah 38

Kelas VI : 38 × 138 = 26,3 murid


200

Jadi, jumlah murid kelas III adalah 26 murid.

E. Teknik Pengumpulan Data

1. Data Primer

Data yang diperoleh langsung dari siswa SMA Negeri 1 Pallangga

Kabupaten Gowa terhadap pola makan dengan menggunakan lembar

kuesioner yang telah disiapkan.

a. Indentitas Sampel

Diperoleh dengan wawancara secara online kepada sampel,

meliputi nama, tanggal lahir, jenis kelamin, nama orang tua, alamat

rumah dan kelas.

b. Data Pengetahuan Pola makan

Data pengetahuan pola makan diperoleh melalui wawancara

online dengan mengajukan beberapa pertanyaan pilihan ganda

kepada sampel.

c. Data Uang Saku

Data besar uang saku diperoleh melalui wawancara online

menggunakan kuesioner mengenai besar uang saku sampel dalam

sehari baik dari orang tua maupun orang lain yang dipergunakan

untuk jajan di sekolah.

d. Data pengetahuan Gizi


48

Data pengetahuan gizi diperoleh melalui wawancara secara

online menggunakan kuesioner mengenai pengetahuan tentang gizi.

Penilaian dilakukan dengan memberikan nilai 3 pada jawaban selalu,

2 untuk jawaban kadang-kadang, dan 1 untuk jawaban tidak.

e. Data Aktivitas

Data sikap gizi diperoleh melalui wawancara secara online

mengguakan koesioner yang telah disiapkan.

f. Data sikap Gizi

Data sikap gizi diperoleh melalui wawancara secara online

mengguakan koesioner yang telah disiapkan.

2. Data Sekunder :

Data sekunder meliputi gambaran umum lokasi penelitian, dalam hal

ini meliputi hal-hal yang berkaitan dengan SMA Negeri 1 Pallangga

Kabupaten.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelian meliputi :

1. Kuesioner penelitian, meliputi formulir identitas sampel, pengetahuan

Pola makan, uamg saku, pengetahuan gizi, aktivitas dan sikap gizi.

2. Sofware program pengelolahan data SPSS

G. Analisi Data

Analisis data yang dimaksud untuk menilai persentase masing-

masing variabel, serta analisis hubungan variabel sebaga berikiut :


49

1. Analisis Univariat terhadap tiap-tiap variabel dari hasil penelitian. Analisi ini

menghasilkan distribusi dan persentase tiap-tiap variabel yang diteliti.

2. Data Bivariat

Dengan analisis ini dilakukan tabulasi silang antara variabel independen

dangan variabel dependen dengan menggunakan statistic chi-square.

Gambar 5. Tabel 2x2

Variabel Kelompok Studi Jumlah

Independen Kategori I Kategori II

Kategori I a b a+b

Kategori II b d c+d

Jumlah a+c b+d a+b+c+d

Sumber : Soekidjo, 2003

Keterangan :

a = Banyaknya jumlah yang benar-benar menderita dengan hasil positif.

b = Banyaknya kasus yang sebenarnya tidak sakit tapi tes menunjukkan hasil

yang positif

c = Banyaknya kasus kasus yang sebenarnya menderita penyakit tetapi hasil

tes menunjukkan hasil yang negatif

d = Banyaknya kasus yang tidak sakit dengan hasil tes yang negatif.
50

Dari tabel di atas didapatkan rumus chi-square sebagai berikut :

x² = ∑(0-E)²
E

Keterangan :

x² = Chi-square diteliti

o = Frekuensi Observasi ( nilai yang diamati )

E = Frekuensi harapan ( nilai yang diharapkan )

∑= Jumlah

Interprestasi Data

Jika x² hitung >x² tabel (3,841) atau nilai p < 0,05

Anda mungkin juga menyukai