PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
(2017), zat gizi yaitu ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk menghasilkan
zat gizi digolongkan menjadi gizi buruk, baik dan lebih yang kemudian disebut
Kasus gizi kurang masih menjadi perhatian dunia, dalam laporan State of
the World’s Children, food and nutrition, UNICEF menyatakan Gizi buruk
masih dialami anak di bawah usia 5 tahun di seluruh dunia. Ada yang
anak-anak Yaman menderita kekurangan gizi akut. Sepertiga anak di Dunia atau
hampir 700 juta balita kekurangan gizi atau kelebihan berat badan (UNICEF,
2019).
1
Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2018, persentase gizi buruk di
Indonesia pada balita usia 0-59 bulan adalah 3,9%, sedangkan persentase gizi
kurang adalah 13,8%. Hal tersebut tidak berbeda jauh dengan hasil Pemantauan
2017, yaitu persentase gizi buruk pada balita usia 0-59 bulan sebesar 3,8% dan
persentase gizi kurang sebesar 14,0%. Provinsi dengan persentase tertinggi gizi
buruk dan gizi kurang pada balita usia 0-59 bulan tahun 2018 adalah Nusa
Prevalensi nasional masalah gizi buruk dan gizi kurang (BB/U) pada anak
balita masih tinggi. Indikator BB/TB dan IMT/U memberikan indikasi masalah
gizi yang sifatnya akut sebagai akibat dari peristiwa yang terjadi dalam waktu
yang tidak lama (singkat), misalnya mengidap penyakit tertentu dan kekurangan
asupan gizi yang mengakibatkan anak menjadi kurus. Pada Tahun 2017 Kasus
Balita Gizi Buruk Ditemukan sebanyak 445 orang di Provinsi Sumbar dan yang
Anak yang sehat merupakan dambaan bagi orang tua yang harus
Ini merupakan unsur utama untuk pertumbuhan anak, agar anak dapat tumbuh
untuk tumbuh dapat digolongkan menjadi 3, yaitu asuh, asih, dan asah.
2
pengasuhan yang baik akan meminimalisir angka kesakitan dan status gizi pada
anak balita akan menjadi lebih baik, ketika orang tua terutama ibu yang
berperan dalam status gizi dan mengurangi angka kesakitan pada anak balita
(Munawaroh, 2015).
kekurangan gizi pada suatu kelompok masyarakat. Anak balita yang kekurangan
gizi akan menurun daya tahan tubuhnya sehingga mudah terkena penyakit
infeksi, dan sebaliknya anak yang menderita penyakit infeksi akan mengalami
pada akhirnya akan berdampak pada penurunan kualitas sumber daya manusia
ibu/pengasuh kepada anak balita dapat menjadi salah satu penyebab timbulnya
kurang gizi pada anak balita di tingkat rumah tangga (Riyadi et al. 2011). Salah
satu pengasuhan yang dilakukan yaitu pola asuh makan. Pola asuh makan
berkaitan dengan cara dan situasi makan. Jumlah dan kualitas makanan yang
3
pemberian makan yang akhirnya akan memberikan sumbangan status gizi
Istiany & Rusilanti (2013), gizi kurang pada anak balita menyebabkan
kekurangan vitamin A.
Menurut Apriyanto, dkk (2016) pola asuh makan merupakan cara dan
asuh makan dalam penelitian ini meliputi pemberian Air Susu Ibu (ASI), praktik
pemberian makanan yang tepat pada anak balita, termasuk proses persiapan dan
ini menunjukkan sebagian besar (80,0%) pola asuh makan anak balita termasuk
Pengaruh pengasuhan pola makan pada anak dalam konteks pola makan
adalah menilai pengaruh pola asuh dalam konteks arahan yang berpusat pada
anak dan orang tua, memberikan penilaian yang lebih global tentang bagaimana
orang tua berinteraksi dengan anak mereka selama makan dibandingkan dengan
berlebih sedangkan pola asuh makan memaksa dapat membuat anak berespon
4
negatif terhadap makanan tersebut sehingga keinginan anak untuk makan
makan dengan status gizi anak balita juga diperkuat dengan hasil crosstab yang
menunjukkan bahwa terdapat 36 anak yang memiliki status gizi normal dan 35
di antaranya (97,22 %) memiliki pola asuh makan baik. Hal ini membuktikan
bahwa pola asuh makan yang baik dapat membuat anak balita memiliki status
gizi normal. Sementara itu, penelitian Izhar (2017) menunjukkan bahwa adanya
hubungan yang signifikan antara pola asuh makan dengan status gizi balita di
wilayah kerja Puskesmas Talang Bakung Kota Jambi tahun 2017 dengan nilai
p-value 0.022. Pola asuh makan yang diterapkan ibu pada balita masih banyak
yang kurang baik, sehingga balita memiliki status gizi yang kurang.
Berdasarkan data profil kesehatan kota Padang 2018, kasus gizi buruk
yang ditemukan pada balita menurun dari 68 orang di tahun 2016 menjadi 66
orang di tahun 2017. Menurut data Dinas Kesehatan Kota Padang, menunjukkan
bahwa pada tahun 2018, jumlah kasus gizi sangat kurang berjumlah 53 orang
dan gizi kurang berjumlah 229 orang. Dari 23 Puskesmas yang ada di Kota
Padang, angka kejadian kasus gizi kurang tertinggi terdapat pada Puskesmas
Pauh dimana ditemukan sebanyak 12 orang dengan kasus gizi sangat kurang
dan 42 orang dengan kasus gizi kurang (Dinkes Kota Padang, 2019).
5
mengatakan memberikan makanan yang hanya disukai anak, dan 6 dari 10 ibu
tentang “Hubungan pola asuh makan dengan status gizi pada balita di
B. Rumusan Masalah
masalah penelitian ini adalah “Bagaimana hubungan pola asuh makan dengan
status gizi pada balita di Puskesmas Pauh Kota Padang tahun 2019?”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan pola asuh makan dengan status gizi pada balita
2. Tujuan Khusus
c. Diketahui hubungan pola asuh makan dengan status gizi pada balita di
6
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini dapat memberikan masukan ilmu yang berguna dan sebagai
penelitian.
yang diperoleh sebagai bahan tambahan referensi bagi peneliti lain yang
ingin melakukan penelitian lebih lanjut tentang status gizi pada balita
2. Manfaat Praktis
terkait hal- hal yang dapat mempengaruhi status gizi pada balita,
yang tepat.
b. Bagi Peneliti
7
E. Ruang Lingkup Penelitian
makan dengan status gizi pada balita di Puskesmas Pauh Kota Padang tahun
2019, dimana variabel independen adalah pola asuh makan dan variabel
dependen adalah status gizi balita. Penelitian ini akan dilakukan di Puskesmas
Pauh pada bulan September - Desember Tahun 2019. Populasi yang digunakan
adalah seluruh ibu balita yang berkunjung ke Puskesmas Pauh Kota Padang
digunakan adalah deskriptif analitik dengan desain cross sectional study. Data
dilakukan dengan uji statistik Chi Square dengan p value < 0,05.