Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Gizi merupakan suatu proses organisme menggunakan makanan yang

dikonsumsi secara normal melalui proses pencernaan, absorbsi, transportasi,

penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak diperlukan

untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-

organ, serta menghasilkan energi (Supariasa, dkk, 2011). Menurut Mardalena

(2017), zat gizi yaitu ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk menghasilkan

energi, membangun dan memelihara jaringan, serta mengatur proses – proses

kehidupan dimana kondisi seseorang akibat mengkonsumsi makanan dan zat –

zat gizi digolongkan menjadi gizi buruk, baik dan lebih yang kemudian disebut

dengan status gizi.

Kasus gizi kurang masih menjadi perhatian dunia, dalam laporan State of

the World’s Children, food and nutrition, UNICEF menyatakan Gizi buruk

masih dialami anak di bawah usia 5 tahun di seluruh dunia. Ada yang

mengalami gizi buruk, kelebihan berat badan dan permasalahan kesehatan

lainnya. Dilansir dari Aljazeera, UNICEF menyebutkan setidaknya 462.000

anak-anak Yaman menderita kekurangan gizi akut. Sepertiga anak di Dunia atau

hampir 700 juta balita kekurangan gizi atau kelebihan berat badan (UNICEF,

2019).

1
Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2018, persentase gizi buruk di

Indonesia pada balita usia 0-59 bulan adalah 3,9%, sedangkan persentase gizi

kurang adalah 13,8%. Hal tersebut tidak berbeda jauh dengan hasil Pemantauan

Status Gizi (PSG) yang diselenggarakan oleh Kementerian Kesehatan tahun

2017, yaitu persentase gizi buruk pada balita usia 0-59 bulan sebesar 3,8% dan

persentase gizi kurang sebesar 14,0%. Provinsi dengan persentase tertinggi gizi

buruk dan gizi kurang pada balita usia 0-59 bulan tahun 2018 adalah Nusa

Tenggara Timur, sedangkan provinsi dengan persentase terendah adalah

Provinsi Kepulauan Riau.

Prevalensi nasional masalah gizi buruk dan gizi kurang (BB/U) pada anak

balita masih tinggi. Indikator BB/TB dan IMT/U memberikan indikasi masalah

gizi yang sifatnya akut sebagai akibat dari peristiwa yang terjadi dalam waktu

yang tidak lama (singkat), misalnya mengidap penyakit tertentu dan kekurangan

asupan gizi yang mengakibatkan anak menjadi kurus. Pada Tahun 2017 Kasus

Balita Gizi Buruk Ditemukan sebanyak 445 orang di Provinsi Sumbar dan yang

mendapat perawatan sebesar 100 % (Dinkes Prov. Sumbar 2018).

Anak yang sehat merupakan dambaan bagi orang tua yang harus

memperhatikan, mengawasi dan merawat anak khususnya pertumbuhan dan

perkembangannya. Pada tahap dasar, kebutuhan seorang anak adalah pangan.

Ini merupakan unsur utama untuk pertumbuhan anak, agar anak dapat tumbuh

dan berkembang sesuai dengan kemampuan genetiknya. Kebutuhan dasar anak

untuk tumbuh dapat digolongkan menjadi 3, yaitu asuh, asih, dan asah.

(Soetjiningsih dalam Pratiwi, dkk, 2016). Balita yang memiliki kualitas

2
pengasuhan yang baik akan meminimalisir angka kesakitan dan status gizi pada

anak balita akan menjadi lebih baik, ketika orang tua terutama ibu yang

berperan dalam status gizi dan mengurangi angka kesakitan pada anak balita

(Munawaroh, 2015).

Balita merupakan kelompok yang paling rawan terhadap terjadinya

kekurangan gizi pada suatu kelompok masyarakat. Anak balita yang kekurangan

gizi akan menurun daya tahan tubuhnya sehingga mudah terkena penyakit

infeksi, dan sebaliknya anak yang menderita penyakit infeksi akan mengalami

gangguan nafsu makan dan penyerapan zat-zat gizi, sehingga menyebabkan

kurang gizi. Keadaan ini mengakibatkan kegagalan pertumbuhan fisik,

perkembangan mental dan kecerdasan, meningkatkan kesakitan/kematian yang

pada akhirnya akan berdampak pada penurunan kualitas sumber daya manusia

(Istiany & Rusilanti 2013).

Masalah gizi dipengaruhi oleh banyak faktor yang saling mempengaruhi

secara kompleks. Kurang memadainya pola asuh yang diterapkan oleh

ibu/pengasuh kepada anak balita dapat menjadi salah satu penyebab timbulnya

kurang gizi pada anak balita di tingkat rumah tangga (Riyadi et al. 2011). Salah

satu pengasuhan yang dilakukan yaitu pola asuh makan. Pola asuh makan

adalah praktik-praktik pengasuhan yang diterapkan ibu kepada anak yang

berkaitan dengan cara dan situasi makan. Jumlah dan kualitas makanan yang

dibutuhkan untuk konsumsi anak penting sekali dipikirkan, direncanakan dan

dilaksanakan oleh ibu atau pengasuhnya yang berkaitan dengan kegiatan

3
pemberian makan yang akhirnya akan memberikan sumbangan status gizi

(Istiany dan Rusilanti, 2013).

Dampak gizi kurang pada balita dapat menghambat pertumbuhan fisik,

perkembangan kecerdasan, penurunan produktivitas, menurunnya daya tahan

tubuh, meningkatkan angka kesakitan dan kematian (Almatsier, 2010). Menurut

Istiany & Rusilanti (2013), gizi kurang pada anak balita menyebabkan

terjadinya marasmus, kwashiorkor, anemia, kekurangan yodium serta

kekurangan vitamin A.

Menurut Apriyanto, dkk (2016) pola asuh makan merupakan cara dan

kebiasaan ibu/pengasuh dalam memenuhi kebutuhan makan anak balita. Pola

asuh makan dalam penelitian ini meliputi pemberian Air Susu Ibu (ASI), praktik

pemberian makanan yang tepat pada anak balita, termasuk proses persiapan dan

penyimpanan makanan yang akan dikonsumsi. Hasil penelitian Apriyanto, dkk

ini menunjukkan sebagian besar (80,0%) pola asuh makan anak balita termasuk

dalam kategori kurang dengan rata-rata skor 36,0.

Pengaruh pengasuhan pola makan pada anak dalam konteks pola makan

adalah menilai pengaruh pola asuh dalam konteks arahan yang berpusat pada

anak dan orang tua, memberikan penilaian yang lebih global tentang bagaimana

orang tua berinteraksi dengan anak mereka selama makan dibandingkan dengan

praktik pengasuhan makanan (Hughes, 2016). Pola asuh makan

memanjakan/membiarkan dapat berdampak pada berat badan anak yang

berlebih sedangkan pola asuh makan memaksa dapat membuat anak berespon

4
negatif terhadap makanan tersebut sehingga keinginan anak untuk makan

menjadi berkurang (Patris et al, 2011).

Penelitian Hastuti (2016) menjelaskan adanya hubungan antara pola asuh

makan dengan status gizi anak balita juga diperkuat dengan hasil crosstab yang

menunjukkan bahwa terdapat 36 anak yang memiliki status gizi normal dan 35

di antaranya (97,22 %) memiliki pola asuh makan baik. Hal ini membuktikan

bahwa pola asuh makan yang baik dapat membuat anak balita memiliki status

gizi normal. Sementara itu, penelitian Izhar (2017) menunjukkan bahwa adanya

hubungan yang signifikan antara pola asuh makan dengan status gizi balita di

wilayah kerja Puskesmas Talang Bakung Kota Jambi tahun 2017 dengan nilai

p-value 0.022. Pola asuh makan yang diterapkan ibu pada balita masih banyak

yang kurang baik, sehingga balita memiliki status gizi yang kurang.

Berdasarkan data profil kesehatan kota Padang 2018, kasus gizi buruk

yang ditemukan pada balita menurun dari 68 orang di tahun 2016 menjadi 66

orang di tahun 2017. Menurut data Dinas Kesehatan Kota Padang, menunjukkan

bahwa pada tahun 2018, jumlah kasus gizi sangat kurang berjumlah 53 orang

dan gizi kurang berjumlah 229 orang. Dari 23 Puskesmas yang ada di Kota

Padang, angka kejadian kasus gizi kurang tertinggi terdapat pada Puskesmas

Pauh dimana ditemukan sebanyak 12 orang dengan kasus gizi sangat kurang

dan 42 orang dengan kasus gizi kurang (Dinkes Kota Padang, 2019).

Berdasarkan wawancara dengan 10 orang ibu balita, 7 dari 10 ibu

mengatakan memberikan porsi makan sesuai keinginan anak, 8 dari 10 ibu

5
mengatakan memberikan makanan yang hanya disukai anak, dan 6 dari 10 ibu

mengatakan tidak memberikan menu makan yang bervariasi setiap harinya.

Berdasarkan data tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelitian

tentang “Hubungan pola asuh makan dengan status gizi pada balita di

Puskesmas Pauh Kota Padang tahun 2019 “.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian masalah pada latar belakang diatas maka perumusan

masalah penelitian ini adalah “Bagaimana hubungan pola asuh makan dengan

status gizi pada balita di Puskesmas Pauh Kota Padang tahun 2019?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan pola asuh makan dengan status gizi pada balita

di Puskesmas Pauh Kota Padang tahun 2019

2. Tujuan Khusus

a. Diketahui distribusi frekuensi status gizi pada balita di Puskesmas Pauh

Kota Padang tahun 2019

b. Diketahui distribusi frekuensi pola asuh makan pada balita di Puskesmas

Pauh Kota Padang tahun 2019

c. Diketahui hubungan pola asuh makan dengan status gizi pada balita di

Puskesmas Pauh Kota Padang tahun 2019

6
D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

a. Bagi Institusi Pendidikan

Penelitian ini dapat memberikan masukan ilmu yang berguna dan sebagai

bahan pembelajaran serta memperkaya ilmu pengetahuan dari hasil

penelitian.

b. Bagi Peneliti Selanjutnya

Memberikan kesempatan lebih pada peneliti dalam mempersiapkan,

mengumpulkan, mengolah, menganalisis, dan menginformasikan data

yang diperoleh sebagai bahan tambahan referensi bagi peneliti lain yang

ingin melakukan penelitian lebih lanjut tentang status gizi pada balita

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Puskesmas Pauh

Penelitian ini dapat dijadikan referensi atau data dasar dalam

memberikan pelayanan keperawatan. Selain itu, diharapkan dapat

menjadi bahan informasi dan masukan bagi pemegang program Gizi,

terkait hal- hal yang dapat mempengaruhi status gizi pada balita,

sehingga dapat mengambil keputusan dalam menyusun rencana strategis

yang tepat.

b. Bagi Peneliti

Menambah pengetahuan peneliti tentang hubungan pola asuh makan

dengan status gizi pada balita di Puskesmas Pauh Kota Padang.

7
E. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian adalah untuk melihat hubungan pola asuh

makan dengan status gizi pada balita di Puskesmas Pauh Kota Padang tahun

2019, dimana variabel independen adalah pola asuh makan dan variabel

dependen adalah status gizi balita. Penelitian ini akan dilakukan di Puskesmas

Pauh pada bulan September - Desember Tahun 2019. Populasi yang digunakan

adalah seluruh ibu balita yang berkunjung ke Puskesmas Pauh Kota Padang

yang berjumlah 300 orang. Teknik pengambilan sampel menggunakan

accidental sampling dengan sampel sebanyak 75 orang. Jenis penelitian yang

digunakan adalah deskriptif analitik dengan desain cross sectional study. Data

dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner dengan cara menyilang dan

menceklis jawaban yang benar menurut responden, selanjutnya data diolah

dengan menggunakan program komputerisasi, analisa univariat dan bivariat

dilakukan dengan uji statistik Chi Square dengan p value < 0,05.

Anda mungkin juga menyukai