Kejang Demam
1. Definisi
Demam merupakan salah satu bentuk pertahanan tubuh terhadap
masalah yang terjadi dalam tubuh. Demam pada umumnya tidak berbahaya,
tetapi bila demam tinggi dapat menyebabkan masalah serius pada anak.
Masalah yang sering terjadi pada kenaikan suhu tubuh diatas 38ºC yaitu
kejang demam (Ngastiyah, 2012 dalam (Regina Putri, 2017).
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan
suhu 38℃ biasanya terjadi pada usia 3 bulan – 5 tahun. Sedangkan usia < 4
minggu dan pernah kejang tanpa demam tidak termasuk dalam kategori ini.
(Ridha,2017). Kejang demam yang sering disebut step, merupakan kejang
yang terjadi pada saat seorang bayi ataupun anak mengalami demam tanpa
infeksi sestem saraf pusat yang dapat timbul bila seorang anak mengalami
demam tinggi (Sudarmoko, 2013).
Jadi bedasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa kejang
demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu
rektal di atas 38℃) yang disebabkan oleh proses ekstrakranium terutama
pada anak umur 3 bulan- 5 tahun.
2. Klasifikasi
Kejang demam dibagi menjadi dua jenis diantaranya adalah:
a. Simple febrile seizureatau kejang demam sederhana
Kejang demam sederhana adalah kejang general yang berlangsung singkat
(kurang dari 15 menit), bentuk kejang umum (tonik dan atau klonik) serta
tidak berulang dalam waktu 24 jam dan hanya terjadi satu kali dalam
periode 24 jam dari demam pada anak yang secara neorologis normal.
Kejang demam sederhana merupakan 80% yang sering terjadi di
masyarakat dan sebagian besar berlangsung kurang dari lima menit dan
dapat berhenti sendiri.
b. Complex febrile seizure atau kejang demam kompleks.
Kejang demam kompleks memiliki ciri berlangsung selama lebih dari 15
menit, kejang fokal atau parsial dan disebut juga kejang umum didahului
1
kejang parsial dan berulang atau lebih dari satu kali dalam waktu 24 jam
(American Academy of Pediatrics, 2011).
3. Etiologi
Penyebab kejang demam hingga saat ini belum diketahui dengan pasti.
Kejang demam tidak selalu timbul pada suhu yang tinggi dikarenakan pada
suhu yang tidak terlalu tinggi juga dapat menyebabkan kejang (Taslim,
2013). Kondisi yang dapat menyebabkan kejang demam diantaranya adalah
infeksi yang mengenai jaringan ekstrakranial seperti otitis media akut,
bronkitis dan tonsilitis (Riyadi, 2013). Penyebab terjadinya kejang demam
antara lain obat-obatan, ketidak seimbangan kimiawi seperti hiperkalemia,
hipoglikemia, asidosis, demam, patologis otak dan eklamsia (ibu yang
mengalami hipertensi prenatal, toksimea gravidarum) (IDAI, 2014).
4. Manifestasi Klinis
Kejang demam biasanya terjadi pada awal demam. Saat kejang, anak
akan terlihat aneh untuk beberapa saat, hilang kesadaran, tangan dan kaki
kaku, tersentak-sentak atau kelojotan, dan mata berputar-putar sehingga
hanya putih mata yang terlihat. Anak tidak responsive untuk beberapa waktu,
napas akan terganggu dan kulit akan tampak lebih gelap dari biasanya.
Namun, tidak seberapa lama kemudian, anak akan segera normal kembali
(Sudarmoko, 2017).
Sebagian besar kejang demam merupakan kejang umum. Bentuk
kejang umum yang sering dijumpai adalah mata mendelik atau terkadang
berkedip-kedip, kedua tangan dan kaki kaku, terkadang diikuti kelojotan, dan
saat kejang anak tidak sadar tidak memberi respons apabila dipanggil atau
diperintah. Setelah kejang anak sadar kembali. Umumnya kejang demam
akan berhenti sendiri dalam waktu kurang dari 5 menit dan tidak berulang
lebih dari satu kali dalam 24 jam (Soebadi, 2015).
5. Patofisiologi
Kenaikan suhu satu derajat celcius akan mengakibatkan kenaikan
metabolisme basal 10 - 15 % dan kebutuhan O2 meningkat 20 %. Pada
seorang anak berumur tiga tahun sirkulasi otak mencapai 65% dari seluruh
tubuh dibandingkan dengan orang dewasa (hanya 15%) oleh karena itu,
kenaikan suhu tubuh dapat mengubah keseimbangan membran sel neuron
dan dalam waktu singkat terjadi difusi dari ion kalium dan natrium melalui
membran listrik. Dengan bantuan “neurotransmitter” perubahan yang terjadi
secara tiba-tiba ini dapat menimbulkan kejang. (Ngastiyah,2014)
6. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang pada anak yang mengalami kejang demam
adalah sebagai berikut:
a. Pemeriksaan laboratorium
Bertujuan untuk mengevaluasi sumber infeksi penyebab demam atau
keadaan lain misalnya gastroenteritis dehidrasi disertai demam dan
pemeriksaan laboratorium antara lain pemeriksaan darah lengkap,
elektrolit serum (terutama pada anak yang mengalami dehidrasi, kadar
gula darah, serum kalsium, fosfor, magnesium, kadar Bloof Urea Nitrogen
(BUN) dan urinalisis. Pemeriksaan lain yang mungkin dapat membantu
adalah kadar antikonvulsan dalam darah pada anak yang mendapat
pengobatan untuk gangguan kejang serta pemeriksaan kadar gula darah
bila terdapat penurunan kesadaran berkepanjangan setelah kejang (Arief,
2015).
b. Fungsi lumbal
Pada anak kejang demam sederhana menegakkan atau menyingkirkan
kemungkinan meningitis serta pada anak yang memiliki kejang demam
kompleks (karena lebih banyak berhubungan dengan meningitis) dapat
dilakukan pemeriksaan pungsi lumbal dan dilakukan pada anak usia 12
bulan karena tanda dan gejala klinis kemungkinan meningitis pada usia ini
minimal bahkan dapat tidak adanya gejala. Pada bayi dan anak dengan
kejang demam yang telah mendapat terapi antibiotik, pungsi lumbal
merupakan indikasi penting karena pengobatan antibiotik sebelumnya
dapat menutupi gajala meningitis (Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2014).
7. Pertolongan Pertama Kejang Demam
Menurut (Sofyan et al., 2016) penanganan pertama saat anak
mengalami kejang adalah:
a. Tetap tenang dan tidak panik.
b. Longgarkan pakaian yang ketat terutama di sekitar leher.
c. Bila anak tidak sadar, posisikan anak miring. Bila terdapat muntah,
bersihkan muntahan atau lendir di mulut atau hidung.
d. Walaupun terdapat kemungkinan (yang sesungguhnya sangat kecil) lidah
tergigit, jangan memasukkan sesuatu kedalam mulut.
e. Ukur suhu, observasi, dan catat bentuk dan lama kejang.
f. Tetap bersama anak selama dan sesudah kejang.
g. Berikan diazepam rektal bila kejang masih berlangsung lebih dari 5 menit.
Jangan berikan bila kejang telah berhenti. Diazepam rektal hanya boleh
diberikan satu kali oleh orangtua.
h. Bawa ke dokter atau rumah sakit bila kejang berlangsung 5 menit atau
lebih, suhu tubuh lebih dari 40 derajat Celsius, kejang tidak berhenti
dengan diazepam rektal, kejang fokal, setelah kejang anak tidak sadar,
atau terdapat kelumpuhan.
C. Pengetahuan
1. Pengertian
Pengetahuan yaitu ingatan terhadap hal-hal yang telah dipelajari
sebelumnya, termasuk mengingat benda, bahan, fakta, gejala, atau teori.
Kemampuan ini merupakan kemampuan awal yang meliputi kemampuan
mengetahui ingatan (Sopiah, 2011).
2. Tingkatan Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2014), pengetahuan mempunyai 6 tingkatan, yaitu:
a. Tahu (Know)
Yaitu mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk
ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall)
sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan
yang telah diterima. Tahu (know) ini merupakan tingkat pengetahuan yang
paling rendah. Contoh: dapat menginterpretasikan materi tersebut secara
benar.
b. Memahami (comprehension)
Yaitu sesuatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek
yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara
benar.
c. Aplikasi (application)
Yaitu kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada
situasi atau kondisi yang sebenarnya. Contoh: dapat menggunakan rumus
statistic dalam perhitungan-perhitungan hasil penelitian.
d. Analisis (analysis)
Adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke
dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam satu struktur organisasi
dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan ini bisa dilihat dari
penggunaan kata kerja seperti dapat menggunakan (membbuat bagan) dan
membedakan.
e. Sintesi (synthesis)
Adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-
formulasi yang ada. Contoh: dapat menyusun, dapat merencanakan
terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.
f. Evaluasi (evaluation)
Merupakan kemampuan untuk justifikasi atau penlaian terhadap suatu
materi atau objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan kriteria yang
ditentukan sendiri atau dengan menggunakan kriteria yang telah ada.
3. Cara Memperoleh Pengetahuan
Menurut Notoadmodjo (2012), cara-cara untuk memperoleh pengetahuan,
yaitu:
a. Cara coba – salah (Trial and Error)
Cara coba-coba ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam
memecahkan masalah dan apabila kemungkinan tersebut tidak berhasil,
dicoba kemungkinan yang lain. Apabila kemungkinan kedua ini gagal
pula, maka dicoba dengan kemungkinan ketiga, dan apabila kemungkinan
ketiga gagal dicoba kemungkinan keempat dan seterusnya, sampai
masalah tersebut dapat dipecahkan. Itulah sebabnya maka cara ini disebut
metode trial (coba) and error (gagal atau salah) atau metode coba salah
coba-coba.
b. Cara kekuasaan atau otoritas
Dalam kehidupan manusia sehari-hari, banyak sekali kebiasaan kebiasaan
dan tradisi tradisi yang dilakukan oleh orang, tanpa melalui penalaran
apakah yang dilakukan tersebut baik atau tidak. Kebiasaan-kebiasaan ini
biasanya diwariskan turun temurun dari generasi ke generasi berikutnya,
dengan kata lain pengetahuan tersebut diperoleh berdasarkan pada otoritas
atau kekuasaan, baik radisi, otoritas pemerintah, otoritas pemimpin
agama, maupun ahli-ahli ilmu pengetahuan. Prinsip ini adalah orang lain
menerima pendapat yang dikemukakan oleh orang yang mempunyai
otoritas, tanpa terlebih dulu menguji atau membuktikan kebenarannya,
baik berdasarkan fakta empiris ataupun berdasarkan penalaran sendiri. Hal
ini disebabkan karena orang yang menerima pendapat tersebut
menganggap bahwa yang dikemukakannya adalah benar.
c. Berdasarkan pengalaman pribadi
Pengalaman adalah guru yang baik, demikian bunyi pepatah, pepatah ini
mengandung maksud bahwa pengalaman ini merupakan suatu cara untuk
memperoleh pengetahuan.
d. Melalui jalan pikiran
Sejalan dengan perkembangan umat manusia, cara berpikir manusia pun
ikut berkembang. Dari sini manusia telah mampu menggunaka
penalarannya dalam memperoleh pengetahuannya. Dengan kata lain,
dalam memperoleh kebenaran pengetahuan manusia telah menggunakan
jalan pikirannya, baik melalui induksi maupun deduksi.
e. Cara modern dalam memperoleh pengetahuan
Cara baru dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini lebih
sistematis, logis, dan ilmiah. Cara ini disebut “metode penelitian ilmiah”,
atau lebih popular disebut metodelogi penelitian (research methodology).
4. Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
Menurut Budiman (2013), pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh beberapa
faktor, yaitu:
a. Pendidikan
Semakin tinggi tingkat pendidikan sesorang, maka akan semakin mudah
menerima informasi, sehingga semakin banyak pula pengetahuan yang
dimiliki.
b. Media Massa atau Informasi
Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non formal
dapat memberikan pengetahuan jangka pendek (Immediate Impact)
sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan.
Semakin majunya teknologi akan tersedia bermacam-macam media massa
yang dapat mempengaruhi pengetahuan masyarakat tentang inovasi baru.
Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi,
radio, surat kabar, majalah dan lain-lain mempunyai pengaruh besar
terhadap pembentukan opini dan kepercayaan orang. Dalam penyampaian
informasi sebagai tugas pokoknya, media massa membawa pula pesan-
pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang.
Adanya informasi baru mengenai suatu hal memberikan landasan kognitif
baru bagi terbentuknya pengetahuan terhadap hal tersebut.
c. Sosial Budaya dan Ekonomi
Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa melalui
penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian
seseorang akan bertambah pengetahuannya walaupun tidak melakukan.
Status ekonomi seseorang juga akan menentukan tersedianya suatu
fasilitas yang diperoleh untuk kegiatan tertentu, sehingga status ekonomi
ini akan mempengaruhi pengetahuan seseorang.
d. Lingkungan
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar individu, baik
lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh
terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam individu yang berbeda
dalam lingkungan tersebut. Hal ini karena adanya interaksi timbal balik
ataupun tidak yang akan direspon sebagai pengetahuan oleh setiap
individu.
e. Pengalaman
Pengalaman sebagai sumber pengalaman adalah suatu cara untuk
memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali
pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi
masa lalu.
f. Usia
Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang,
semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan
pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperoleh semakin membaik.
5. Pengukuran Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2014) pengukuran pengetahuan dapat dilakukan
dengan wawancara atau angket yang menanyakan tantang isi materi yang
ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Pengetahuan dapat diukur
dengan menghitung jumlah benar/salah dari jumlah soal. Skor penilaian
setiap butirnya salah=0 benar=1. Adapun pengkategorian pengetahuan
menurut Arikunto (2013) adalah sebagai berikut:
a. Pengetahuan kurang, jika nilai ≤55%.
b. Pengetahuan cukup, jika nilai 56-75%.
c. Pengetahuan baik, jika nilai 76-100%.
D. Kerangka Teori
Edukasi kesehatan adalah kegiatan upaya meningkatkan pengetahuan
kesehatan perorangan paling sedikit mengenai pengelolaan faktor risiko
penyakit dan perilaku hidup bersih dan sehat dalam upaya meningkatkan
status kesehatan peserta, mencegah timbulnya kembali penyakit dan
memulihkan penyakit (Elisabeth, 2014). Penyakit kejang demam menurut
UNICEF (United Nations International Children's Emergency Fund),
menyebabkan kurang lebih 12 juta anak meninggal dunia setiap tahunnya
(Nuryani, 2020). Di Indonesia, angka kejadian kejang demam 3% - 4% pada
anak usia 6 bulan sampai 5 tahun pada tahun 2017 (6,5%) diantaranya 83
pasien kejang demam menjadi epilepsy, sekitar 16% anak akan mengalami
kejang berulang dalam 24 jam pertama, bila anak mengalami demam yang
pertama dilakukan yaitu menurunkan suhu badannya (Depkes RI, 2019).
Orangtua merupakan orang yang terdekat dengan anak dan dituntut
untuk memiliki pengetahuan yang baik tentang pencegahan dan penanganan
penyakit pada anaknya. Pengetahuan merupakan pemahaman atau informasi
yang dimiliki seseorang mengenai suatu subjek yang diperoleh pengalaman
ataupun pendidikan (Swarjana, 2022). Pemahaman orangtua yang salah atau
keliru dapat mengakibatkan kepanikan dan kesalahan dalam melakukan
penanganan penyakit khususnya penanganan pertama kejang demam pada
anak. Penanganan yang salah dapat menyebabkan timbulnya kondisi
kegawatdaruratan lain seperti aspirasi atau sumbatan jalan nafas, cedera atau
syok akibat demam (Siregar and Pasaribu, 2022).
Bagan 2. 1
Kerangka Teori
Kejang Demam
Penanganan Demam
Edukasi Pengetahuan