BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Kejang demam merupakan kelainan neurologis yang paling sering terjadi pada
anak, 1 dari 25 anak akan mengalami satu kali kejang demam. Hal ini
dikarenakan, anak yang masih berusia dibawah 5 tahun sangat rentan terhadap
berbagai penyakit disebabkan sistem kekebalan tubuh belum terbangun secara
sempurna (Harjaningrum, 2011).
Kejang pada anak dapat menganggu kehidupan keluarga dan kehidupan sosial
orang tua khususnya ibu, karena ibu dibuat stres dan rasa cemas yang luar biasa.
Bahkan ada yang mengira anaknya bisa meninggal karena kejang. Beberapa ibu
panik ketika anak mereka demam dan melakukan kesalahan dalam mengatasi
demam dan komplikasinya. Kesalahan yang dilakukan ibu salah satunya
disebabkan karena kurang poengetahuan dalam menanggani. Memberikan
informasi pada ibu tentang hubungan demam dan kejang itu sendiri merupakan
hal yang paling penting untuk menghilangkan stres dan cemas mereka.
Angka kejadian kejang di Indonesia sendiri mencapai 2.4% tahun 2008
dengan 80% disebabkan oleh infeksi saluran pernapasan. Angka kejadian di
wilayah jawa tengah sekitar 2.5% pada anak usia 6 bulan sampai dengan 5 tahun
disetiap tahunnya. 25.5% kejang demam akan mengalami kejang demam
berulang. (Gunawan, 2008)
Sebenarnya banyak hal yang bisa dilakukan ibu untuk mengatasi demam pada
anak sebelum terjadi kejang dan selanjutnya membawa ke rumah sakit. Mengukur
suhu tubuh, memberi obat penurun panas dan memberikan kompres air hangat
(yang suhunya kurang lebih sama dengan suhu badan anak) dan memberikan
cairan yang cukup dapat menurunkan suhu tubuh pada anak. Ibu harus menyadari
bahwa demam merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya kejang,
dikarenakan adanya peningkatan suhu tubuh yang cepat. (Raffery, 2008)
2. TUJUAN
A. Umum
Mahasiswa mampu mengetahui tentang kejang demam pada anak
B. Khusus
1. Mahasiswa mampu mengetahui tentang pengertian kejang demam
2. Mahasisiwa mampu memahami tentang tanda gejala kejang demam
3. Mahasisiwa mampu mengetahui tentang patofisiologi kejang demam
4. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada anak kejang demam
BAB II
TINJAUAN TEORI
Peningkatan masukan ion natrium, ion kalium ke dalam sel neuron dengan cepat
Penurunan respon rangsang dari luar spasma otot, mulut, lidah, bronkus
ANALISA JURNAL
A. Judul jurnal
Pertolongan pertama dengan kejadian kejang demam pada anak.
B. Penulis jurnal
Ketut Labir
N.L.K Sulisnadewi
Silvana Mamuaya
C. Latar belakang jurnal
Kejang demam merupakan kelainan neurologis yang paling sering terjadi
pada anak, 1 dari 25 anak akan mengalami satu kali kejang demam. Hal ini
dikarenakan, anak yang masih berusia dibawah 5 tahun sangat rentan terhadap
berbagai penyakit disebabkan sistem kekebalan tubuh belum terbangun secara
sempurna (Harjaningrum, 2011).
Terjadinya proses infeksi dalam tubuh menyebabkan kenaikan suhu tubuh
yang bisa disebut dengan demam. Demam merupakan faktor resiko utama
terjadinya kejang demam (Selamihardja, 2008).
Insiden dan prvelensi kejang demam di Eropa pada tahun 2006 berkisar 2-
5%,di Asia prevalensi kejang demam meningkat dua kali lipat bila dibandingkan
dengan Eropa sebesar 8,3% - 9,9% pada thun yang sama (Hasan 2007).
Berdasarkan hasil survey demografi kesehatan indonesia (SDKI) tahun 2007, di
Indonesia tahun 2005kejang demam termasuk sebagai 5 penyakit anak terpenting
yang sebesar 17,4%, meningkat pada tahun 2007 dengan kejadian kejang sebesar
22,2% (Hasan, 2007). Tingginya kasus kejang di Bali khususnya di RSUP Sanglah
Denpasar sepanjang tahun 2011, terdapat 1.178 kunjungan ke Triage anak,dengan
berbagai permasalahan seperti panas, kejang, sesak dan tidak sadar. Tahun 2010
terdapat 343 kasus anak dengan kejang demam dan meningkat menjadi 386 kasus
pada tahun 2011. Rata rata kunjungan anak dengan kejang demam perbulan pda
2011 sebesare 32 kasus (RSUP Sanglah,2010).
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu
tubuh (suhu rektal diatas 38oC) yang disebabkan oleh suatu pross esktrakranium
( budiman, 2006 ). Kejang demam biasanya terjadi pada awal demam dimana anak
akan terlihat aneh untuk beberapa saat, kemudian kaku, kelojotan dan memutar
matanya. Napas akan terganggu, dan kulit akan tampak akan lebih gelap dari
biasanya. Setelah kejang anak akan segera normal kembali. Kejang sendiri terjadi
akibat adanya kontraksi otot yang berlebihan dalam kurun waktu tertentu tanpa
bisa dikendalikan. Timbulnya kejang yang disertai demam ini diistilahkan sebagai
kejang demam (convalso febrilis) atau stuip/step (Selamihardja, 2008).
Kejang demam merupakan kegawatdaruratan medis yang memerlukan
pertolongan segera, pengelolaan yang tepat sangat diperlukan untuk cacat yang
lebih parah sehingga pertolongan pertama untuk menangani korban segera
dilakukan untuk mencegah cidera dan komplikasi (Candra, 2009).
Langkah awal yang dapat dilakukan dalam melakukan pertolongan pertama
untuk mencegah terjadinya kejang pada anak demam adalah segera memberi obat
penurun panas, kompres air biasa atau hangat yang diletakkan didahi, ketiak, dan
lipatan paha. Beri anak banyak minum dan banyak makan makanan berkuah atau
buah buahan yang banyak mengandung air, bisa berupa jus, susu, teh dan minuman
lainnya. Jangan selimuti anak dengan selimut yang tebal, selimut dan pakaian yang
tebal dan tertutup justru akan meningkatkan suhu tubuh dan menghalangi
penguapan. (candra, 2009).
Ketika terjadi kejang dan tidak berhenti setelah 5 menit, sebaiknya anak
segera dibawa kefasilitas kesehatan terdekat,jika anak pernah mengalami kejang
demam di usia pertama kehidupannya, maka ada kemungkinan ia akan mengalami
kembali kejang meskipun temperatur demamnya lebih rendah (Candra,2009)
Berdasarkan hasil pengamatan responden didapatkan distribusi pertolongan
pertama pada anak dengan demam kejang didapatkan bahwa dari 30 responden
pertolongan pertama yang dilakukan oleh orang tua yang terbanyak adalah baik
yaitu sebesar 53,3% yang terkecil adalah kurang sebesr 16,7%. Kejadian kejang
pada anak dengan demam di Ruang Triagen Anak RSUP Sanglah Denpasar dari 30
responden kejadian kejang pada anak yang terbanyak adalah kejang demam
sederhana yaitu sebesar 60,0% dan yang terkecil adalah kejang tonik klonik
sebesar 6,7%.
D. Metode
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian analitik korelasi yang
bertujuan untuk melihat ada atau tidaknya hubungan dan sejauh mana hubungan
antara dua variabel dengan penelitian. Pendekatan yang digunakan pada penelitian
ini yaitu Cross Sectional.
E. Hasil dan pembahasan jurnal
Tabel 1 : distribusi frekuensi responden berdasarkan pertolongan pertama pada
anak dengan kejang demam
Betz Cecily L, Sowden Linda A. (2002). Buku Saku Keperawatan Pediatrik. Jakarta :
EGC.