Anda di halaman 1dari 18

KEJANG DEMAM PADA ANAK

TUGAS MAKALAH KEPERAWATAN ANAK

(disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Anak dengan


dosen pengajar Ns. Dini Kurniawati ,M Psi.,M Ke,s Sp. Mat)

Disusun oleh :

Moch. Akbar Maulabi 172310101063

Rifqi Fauzan R 172310101092

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UIVERSITAS JEMBER

2019

i
BAB I. PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Kejang demam merupakan kejang yang diakibatkan oleh


kenaikan suhu tubuh dengan cepat, salah satu penyebab dari kejang
demam pada anak adalah demam yang dialami oleh anak, terutama
pada anak dalam rentang usia 6 bulan sampai 5 tahun. Disebutkan
sekitar 2 – 5 % anak didunia pernah mengalami kejang demam, oleh
karena itu beberpa peneliti menyimpulkan bahwa kejang demam
pada anak tidaklah berbahaya dan sama sekali tidak merusak otak
anak. Namun kejang demam juga memiliki kemungkinan kecil
berlanjut menjadi epilepsi. Selain demam, faktor keluarga juga
menjadi penyebab dari terjadinya kejang demam pada anak. Untuk
mencegah hal tersebut terjadi ad beberapa cara yang dapat kita
lakukan yakni dengan cara pemberian obat melalui anal ketika anak
demam dan mengompres dengan air hangat (Sofwan, 2013)

1
1.2 TUJUAN
1.2.1 Tujuan umum

Untuk mengetahui dan memahami konsep keperawatan pada


anak yang mengetahui penyebab dan cara penanganan kejang
demam pada anak.

1.2.2 Tujuan khusus


a. Dapat mengetahui dan memahami definisi dari kejang
demam
b. Dapat mengetahui dan memahami klasifikasi dari kejang
demam
c. Dapat memahami patofisiologi dari kejang demam
d. Dapat mengetahui dan memahami manifestasi klinis dari
kejang demam
e. Dapat mengetahui penatalaksanaan dari kejang demam
pada anak
f. Dapat mengetahui dan memahami WOC dan Pathway dari
kejang demam
g. Dapat mengetahui asuhan keperawatan dari kasus kejang
demam pada anak.
1.3 MANFAAT
1.3.1 Mahasiswa
Diharapkan makalah ini dapat bermanfaat menjadi pembanding
dalam pembuatan tugas yang sama.
1.3.2 Tenaga kesehatan
Makalah ini dapat dijadikan bahan acuan untuk melakukan
tindakan asuhan keperawatan pada kasus yang sama.

2
BAB II. STUDI LITERATUR
2.1 DEFINISI

kejang demam merupakan salah satu hal yang sering dijumpai


pada anak, berdasarkan penelitian yang telah dilakukan presentasi
terjadinya kejang demam pada anak di dunia adalah 2 – 5 % anak di
dunia (Sofwan, 2013). Kejang demam banyak terjadi pada anak
karena perkembangan dari otak anak yang belum optimal sehingga
belum mmpu untuk melakukan pertahanan diri terhadap terjadinya
demam, sehingga terjadilah kejang demam pada anak. Kejang
demam juga terjadi karena kenaikan suhu tubuh yang diakibatkan
oleh proses ekstrakranial tanpa adaanya gangguan elektrolit atau
riwayat kejang sebelumnya, hal ini umumnya tejadi pada anak usia 6
bulan sampai 5 tahun (Ismet, 2017). Ada beberapa faktor yang dapat
menyebabkan kejang demam yang berulang, yakni ;

a. Riwayat kejang demam yang diderita keluarga.


b. Kejang demam yang terjadi pada anak usia kurang dari 12 bulan.
c. Kejang demam yang terjadi ketika suhu tubuh di bawah 38,8 oC

Jika kejang demam dialami oleh anak berusia kurang dari 6


bulan atau lebih dari 5 tahun kemungkinan anak akan mengalami
infeksi ssp atau epilepsi, kemungkinan terjadinya epilepsi pada anak
dengan kejang demam sekitar 2%, dan bila hanya ada satu faktor
risiko maka 3% akan menjadi epilepsi, dan jika ada 2 atau 3 faktor
risiko kemungkinan terjadinya epilepsi sebesar 13% (Ismet,2017).

3
2.2 KLASIFIKASI

Kejang demam pada anak diklasifikasikan menjadi dua jenis


yakni kejang demam sederhana dan kejang demam kompleks (Ismet,
2017).

a. Kejang demam sederhana


Merupakan kejang demam yang berlangsung singkat, yakni kurang
dari 15 menit. Kejang demam sederhana umumnya akan berhenti
dengan sendirinya, bentuk kejang umum atau tonik, tanpa adanya
gerakan fokal.
b. Kejang demam kompleks
Merupakan kejang yang berdurasi 15 menit atau lebih, dengan
kejang fokal / parsial atau fokal dan berulang dalam 24 jam.

Berdasarkan jenisnya kejang ada dua jenis, kejang lama yakni


kejang yang terjadi lebih dari 15 menit atau kejang yang berulang
lebih dari 2 kali dan diantara ketang berulan anak tidak sadar, dan
kejang fokal adalah kejang yang berulang 2 kali dalam 24 jam dan
diantara terjadinya kejang yang berulang anak sadar (Satyanegara,
2014).

2.3 PATOFISIOLOGI

Kejang demam merupakan proses terjadinya pelepasan


muatan listrik yang berlebihan di sel neuron otak yang disebabkan
oleh gangguan pada fungsi neuron baik secara fisiologi, biokimiawi,
maupun anatomi. Ada beberapa mekanisme terjadinya kejang
demam pada anak.

Pada demam, kenaikan suhu 1o akan mengakibatkan kenaikan


metabolisme basal 10 – 15 % dan kebutuhan O2 meningkat 20%

4
pada seorang anak berumur 3 tahun sirkulasi otaknya mencapai 65%
dari seluruh tubuh dibandingkan dengan orang dewasa (15%), oleh
karena itu kenaikan suhu tubuh dapat merubah keseimbangan
membran sel neuron dan dalam eaktu singkat terjadi difusi dari ion
kalium natrium melalui membran listrik. Perubahan ini akan terjadi
secara tiba – tiba dengan bantuan neurotransimeter, sehingga dapat
menyebabkan kejang (Irdawati, 2017).

2.4 MANIFESTASI KLINIS


a. Kejang demam pada anak biasa terjadi dalam 24 jam
b. Berlangsung kurang dari 15 menit
c. Sifat bangkitan kejang dapat berbentuk ionik – klonik, tonik,
klonik, fokal atau akinetik
d. Pada umumnya kejang demam pada anak akan berhenti
sendiri, begitu kejang berhenti anak tidak memberi reaksi
apapun sejenak tapi setelah beberapa detik atau menit anak
akan sadar tanpa ada kelainan saraf (Ismet,2017)
2.5 PENATALAKSANAAN

2.5.1 FARMAKOLOGIS

a) pemberian obat diazepam dengan dosis IV 0,3 – 0,5 mg/kg


dengan kecepatan 12 mg/menit
b) pemberian oksigen
c) pemberian obat diazepam melalui rektal (level II-2, level II-
3, rekomendasi B) dengan dosis 0,5 – 0,75 mg/kg
d) bila kejang belum berhenti, pasien harus dirawat secara
intensif menggunakan pengobatan profilaksis (Ismet, 2017).

2.5.2 NON FARMAKOLOGIS

5
a) semua pakaian ketat dibuka
b) memposisikan kepala pasien agar miring untuk mencegah
aspirasi lambung
c) memberikan kompres hangat
d) menaikan asupan cairan anak (Irdawati, 2017).

6
BAB III

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian
3.1.1 Identitas
Terdiri atas nama, jenis kelamin, alamat, usia, pekerjaan, dan status
perkawinan.

3.1.2 Fokus Pengkajian


Hal-hal yang perlu dikaji :

a. Riwayat penyakit
Adanya riwayat kejang demam pada pasien dan keluarga, adanya
riwayat infeksi seperti saluran pernapasan atas, pneumonia,
gastroentritis, faringiks, brontrope, mobilivarisela dan
campak.
b. Tanda fisik
Adanya peningkatan suhu tubuh, nadi dan pernafasan, kulit
teraba hangat, anoreksia, mual, muntah dan penurunan berat
badan, kelemahan dan keletihan, kejang.
c. Faktor perkembangan
Tingkat perkembangan anak terganggu, adanya kekerasan
penggunaan obat seperti obat penurun panas, pengalaman
perawatan pada anak.
d. Pengetahuan pasien/ keluarga
Pengetahuan keluarg kurang, keluarga kurang mengetahui gejala
kejang demam, ketidak mampuan mengontrol suhu tubuh.
3.1.3 Pemeriksaan Fisik
a. Status penampilan kesehatan : lemah
b. Tingkat kesadaran kesehatan : kesadaran normal, letargi,

7
strupor, koma, apatis tergantung tingkat penyebaran penyakit
c. Tanda-tanda vital
1) Frekuensi nadi dan tekanan darah : Takikardi, hipertensi
2) Frekuensi pernapasan : takipnea, dispnea progresif,
pernapasan dangkal, penggunaan otot bantu pernapasan,
pelebaran nasal.
3) Suhu tubuh
Hipertermi akibat penyebaran toksik mikroorganisme yang
direspon oleh hipotalamus.

d. Berat badan dan tinggi badan


Kecenderungan berat badan mengalami penurunan.

e. Integumen
a) Kulit
1) Warna : pucat sampai sianosis
2) Suhu : pada hipertermi kulit terbakar panas akan tetapi
setelah hipertermi teratasi kulit anak akan teraba dingin.
3) Turgor : menurun ketika dehidrasi
b) Kepala dan mata
1) Perhatikan bentuk dan kesimetrisan
2) Palpasi tengkorak akan adanya nodus atau pembengkakan
yang nyata
3) Periksa higine kulit kepala, ada tidaknya lesi, kehilangan
rambut, perubahan warna.
f. Sistem Pulmonal
1) Inspeksi : Adanya PCH - Adanya sesak napas, dyspnea,
sianosis sirkumoral, distensi abdomen. Batuk : Non
produktif Sampai produktif dan nyeri dada.
2) Palpasi : Fremitus raba meningkat disisi yang sakit, hati

8
kemungkin membesar.
3) Perkusi : Suara redup pada paru yang sakit.
4) Auskultasi : Rankhi halus, Rankhi basah, Tachicardia.
g. Sistem Cardiovaskuler
Subyektif : sakit kepala.

Obyektif : Denyut nadi meningkat, pembuluh darah


vasokontriksi, kualitas darah menurun.

h. Sistem Neurosensori
Subyektif : gelisah, penurunan kesadaran, kejang.

Obyektif : GCS menurun, refleks menurun/normal, letargi.

i. Sistem Genitourinaria
Subyektif : mual, kadang muntah.

Obyektif : konsistensi feses normal/diare.

j. Sistem Digestif
Subyektif : -

Obyektif : produksi urine menurun/normal.

k. Sistem Musculoskeletal
Subyektif : lemah, cepat lelah.

Obyektif : tonus otot menurun, nyeri otot/normal, retraksi paru


dan penggunaan otot aksesoris pernafasan.

9
3.1.4 Pemeriksaan Penunjang
Studi Laboratorik :

a. Hb : menurun/normal
b. Analisa Gas Darah : acidosis respiratorik, penurunan kadar
oksigen darah, kadar karbon darah meningkat/normal
c. Elektrolit : Natrium/kalsium menurun/normal.
d. Peningkatan kalium
e. Peningkatan jumlah cairan celebrospiral dan berwarna kuning

10
3.2 Diagnosa Keperawatan
1. Hipertermi b.d metabolisme meningkat d.d suhu meningkat

2. Resiko cedera b.d penurunan kesadaran

3. Defisien pengetahuan b.d kurang informasi pengobatan perawatan

4. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak

3.3 Interverensi

Tgl/jam No. Tujuan dan Kriteria Hasil Interverensi ttd


D (NOC) (NIC)
x
22 1. setelah dilakukan tindakan 1. Monitor suhu tubuh
septembe keperawatan 2 X 24 jam suhu 2. Monitor warna dan suhu kulit
r 2019 / tubuh klien dapat turun dari 3. Monitor tekanan darah, nadi dan RR
08.30 skala 3 ke 5. 4. Monitor WBC, Hb, dan Hct
WIB Kriteria hasil : 5. Monitor intake dan output
1. Suhu tubuh dalam batas normal 6. Berikan anti piretik:

11
37oC 7. Kolaborasi pemberian Antibiotik
2. Kebutuhan cairan terpeuhi 8. Pakai baju yang tipis
3. Tanda – tanda vital dalambatas 9. Berikan cairan intravena, RL 30 tpm
normal 10. Kompres pasien pada lipat paha dan
4. Kesadaran composmetis aksila
11. Tingkatkan sirkulasi udara
12. Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
13. Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
14. Catat adanya fluktuasi tekanan darah
15. Monitor hidrasi seperti turgor kulit,
kelembaban membran mukosa.

1. Pantau TTV.
Setelah dilakukan tindakan 2. Pantau tingkat kesadaran.
keperawatan 2x24 jam resiko 3. Berikan tongue spatel yang dilapisi
2. . cidera dapat teratasi. kassa diantara gigi bawah dan gigi atas.
Kriteria Hasil : 4. Letakkan klien ditempat yang lembut.

12
1. Tidak terjadi trauma fisik selama 5. Catat tipe kejang (lokasi,lama) dan
perawatan. frekuensi kejang.
2. Mempertahankan tindakan yang 6. Jelaskan faktor predisposisi kejang .
mengontrol aktivitas kejang. 7. Jaga klien dari trauma dengan
3. Tidak terjadi serangan kejang memberikan pengaman pada sisi tempat
berulang. tidur.
8. Tetap bersama klien saat fase kejang.
9. Kolaborasi pemberian obat anti kejang.

Setelah dilakukan tindakan


3. . keperawatan manajemen kejang 1. pertahankan jalan nafas
selama 1 X 24 jam diharapkan 2. balikan badan klien ke satu sisi
skala meningkat dari skala 1 ke 3. pandu gerakan klien untuk
skala 3 : menghindari cedera
1. Memonitor tanda gejala 4. monitor arah kepala dan mata selama
penyakit kejang
2. Patuh peringatan yang 5. longgarkan pakaian klien

13
direkomendasikan 6. tetap disisi klien selama klien kejang
3. Sesuaikan aktifitas selama 7. berikan iv line dengan benar
sakit 8. monitor status neurologis klien
4. Menghindari kebiasaan yang 9. monitor tanda tanda vital
dapat memicu penyakit klien 10. catat lama kejang
. 11. berikan obat – obatan dengan benar
12. monitor durasi periode ketidaksadaran
dan karakteristik kejang.

14
3.4 Pathway

KEJANG DEMAM

Infeksi bakteri, Rangsang


mekanik
Virus, dan
parasit dan
biokimia

Perubahan
Reaksi konsentrasi
Inflamasi ion di ruang
ekstraseluler

Keseimbangan
Proses demam
potensial
membrane
ATPASE

Difusi Na+ dan


K+

Resiko Kejang Aktivitas otot


kejang meningk
berulan at
g

Kurang Metabolisme
Kurang dari Lebih dari
informa meningk
15 15
si at
menit menit
pengob
atan Suhu tubuh
perawat Tidak Perubahan meningk
an : menim suplay at
Kurang
kondisi, bulkan darah
pengetahuan
prognos gejala ke otak
Resiko Hipertermi
is, dan sisa
kerusa
diet
kan
neuron
Ketidakefektifan
otak
perfusi
jaringan
Inkordinasi cerebral
kontraks
i otot
mulut
dan 15
Kurang
Resikolidah
cidera
kesadara
n
BAB III. KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan

Kejang demam atau penyakit step adalah kejang yang terjadi


pada anak yang dipicu oleh demam dan hal ini bukan termasuk
kelainan diotak. Kejang demam sering terjadi pada anak usia enam
bulan sampai lima tahun. Selain itu kejang juga bisa terjadi pada
lansia yang keadaan nya terlihat lebih serius dari pada pada anak.
Gejalanya ditandai dengan hentakan pada tungkai dan lengan yang
berulang, bola mata bagian hitam ke arah atas, serta jika terjadi pada
anak bisa terjadi kehilangan kesadaran. Meskipun kejang demam ini
kondisinya tidak terlalu berbahaya jika terjadi pada anak, namun
waspada harus tetap ditanamkan dengan membawanya ke dokter
atau tenaga kesehatan lainnya. Tanda- tanda yang menharuskan ke
dokter yaitu seperti muntah, mengantuk, leher kaku, sesak napas.
Sebelum terjadi hal- hal tersebut, kejang demam bisa dicegah dengan
memberikan obat penurun panas atau obat antikejang.

16
DAFTAR PUSTAKA

1. Sofwan, R. 2013. Cara tepat atasi Kejang Demam pada anak. BIP
kelompok Gramedia
2. Satyanegara. 2014. Ilmu Bedah Saraf. Gramedia Pustaka Utama.
Edisi V
3. Dewanto, G., dkk.2009.Panduan Praktis Diagnosis dan tata Laksana
Penyakit Saraf. EGC
4. Seizure, F. 2017. Kejang Demam. Pekanbaru. JKM hal 41-44
5. Irdawati. 2017. Kejang Demam dan Penatalaksanaannya. Kartasura.
Berita Ilmu Keperawatan hal 143-146

17

Anda mungkin juga menyukai