Disusun oleh :
FAKULTAS KEPERAWATAN
UIVERSITAS JEMBER
2019
i
BAB I. PENDAHULUAN
1
1.2 TUJUAN
1.2.1 Tujuan umum
2
BAB II. STUDI LITERATUR
2.1 DEFINISI
3
2.2 KLASIFIKASI
2.3 PATOFISIOLOGI
4
pada seorang anak berumur 3 tahun sirkulasi otaknya mencapai 65%
dari seluruh tubuh dibandingkan dengan orang dewasa (15%), oleh
karena itu kenaikan suhu tubuh dapat merubah keseimbangan
membran sel neuron dan dalam eaktu singkat terjadi difusi dari ion
kalium natrium melalui membran listrik. Perubahan ini akan terjadi
secara tiba – tiba dengan bantuan neurotransimeter, sehingga dapat
menyebabkan kejang (Irdawati, 2017).
2.5.1 FARMAKOLOGIS
5
a) semua pakaian ketat dibuka
b) memposisikan kepala pasien agar miring untuk mencegah
aspirasi lambung
c) memberikan kompres hangat
d) menaikan asupan cairan anak (Irdawati, 2017).
6
BAB III
3.1 Pengkajian
3.1.1 Identitas
Terdiri atas nama, jenis kelamin, alamat, usia, pekerjaan, dan status
perkawinan.
a. Riwayat penyakit
Adanya riwayat kejang demam pada pasien dan keluarga, adanya
riwayat infeksi seperti saluran pernapasan atas, pneumonia,
gastroentritis, faringiks, brontrope, mobilivarisela dan
campak.
b. Tanda fisik
Adanya peningkatan suhu tubuh, nadi dan pernafasan, kulit
teraba hangat, anoreksia, mual, muntah dan penurunan berat
badan, kelemahan dan keletihan, kejang.
c. Faktor perkembangan
Tingkat perkembangan anak terganggu, adanya kekerasan
penggunaan obat seperti obat penurun panas, pengalaman
perawatan pada anak.
d. Pengetahuan pasien/ keluarga
Pengetahuan keluarg kurang, keluarga kurang mengetahui gejala
kejang demam, ketidak mampuan mengontrol suhu tubuh.
3.1.3 Pemeriksaan Fisik
a. Status penampilan kesehatan : lemah
b. Tingkat kesadaran kesehatan : kesadaran normal, letargi,
7
strupor, koma, apatis tergantung tingkat penyebaran penyakit
c. Tanda-tanda vital
1) Frekuensi nadi dan tekanan darah : Takikardi, hipertensi
2) Frekuensi pernapasan : takipnea, dispnea progresif,
pernapasan dangkal, penggunaan otot bantu pernapasan,
pelebaran nasal.
3) Suhu tubuh
Hipertermi akibat penyebaran toksik mikroorganisme yang
direspon oleh hipotalamus.
e. Integumen
a) Kulit
1) Warna : pucat sampai sianosis
2) Suhu : pada hipertermi kulit terbakar panas akan tetapi
setelah hipertermi teratasi kulit anak akan teraba dingin.
3) Turgor : menurun ketika dehidrasi
b) Kepala dan mata
1) Perhatikan bentuk dan kesimetrisan
2) Palpasi tengkorak akan adanya nodus atau pembengkakan
yang nyata
3) Periksa higine kulit kepala, ada tidaknya lesi, kehilangan
rambut, perubahan warna.
f. Sistem Pulmonal
1) Inspeksi : Adanya PCH - Adanya sesak napas, dyspnea,
sianosis sirkumoral, distensi abdomen. Batuk : Non
produktif Sampai produktif dan nyeri dada.
2) Palpasi : Fremitus raba meningkat disisi yang sakit, hati
8
kemungkin membesar.
3) Perkusi : Suara redup pada paru yang sakit.
4) Auskultasi : Rankhi halus, Rankhi basah, Tachicardia.
g. Sistem Cardiovaskuler
Subyektif : sakit kepala.
h. Sistem Neurosensori
Subyektif : gelisah, penurunan kesadaran, kejang.
i. Sistem Genitourinaria
Subyektif : mual, kadang muntah.
j. Sistem Digestif
Subyektif : -
k. Sistem Musculoskeletal
Subyektif : lemah, cepat lelah.
9
3.1.4 Pemeriksaan Penunjang
Studi Laboratorik :
a. Hb : menurun/normal
b. Analisa Gas Darah : acidosis respiratorik, penurunan kadar
oksigen darah, kadar karbon darah meningkat/normal
c. Elektrolit : Natrium/kalsium menurun/normal.
d. Peningkatan kalium
e. Peningkatan jumlah cairan celebrospiral dan berwarna kuning
10
3.2 Diagnosa Keperawatan
1. Hipertermi b.d metabolisme meningkat d.d suhu meningkat
3.3 Interverensi
11
37oC 7. Kolaborasi pemberian Antibiotik
2. Kebutuhan cairan terpeuhi 8. Pakai baju yang tipis
3. Tanda – tanda vital dalambatas 9. Berikan cairan intravena, RL 30 tpm
normal 10. Kompres pasien pada lipat paha dan
4. Kesadaran composmetis aksila
11. Tingkatkan sirkulasi udara
12. Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
13. Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
14. Catat adanya fluktuasi tekanan darah
15. Monitor hidrasi seperti turgor kulit,
kelembaban membran mukosa.
1. Pantau TTV.
Setelah dilakukan tindakan 2. Pantau tingkat kesadaran.
keperawatan 2x24 jam resiko 3. Berikan tongue spatel yang dilapisi
2. . cidera dapat teratasi. kassa diantara gigi bawah dan gigi atas.
Kriteria Hasil : 4. Letakkan klien ditempat yang lembut.
12
1. Tidak terjadi trauma fisik selama 5. Catat tipe kejang (lokasi,lama) dan
perawatan. frekuensi kejang.
2. Mempertahankan tindakan yang 6. Jelaskan faktor predisposisi kejang .
mengontrol aktivitas kejang. 7. Jaga klien dari trauma dengan
3. Tidak terjadi serangan kejang memberikan pengaman pada sisi tempat
berulang. tidur.
8. Tetap bersama klien saat fase kejang.
9. Kolaborasi pemberian obat anti kejang.
13
direkomendasikan 6. tetap disisi klien selama klien kejang
3. Sesuaikan aktifitas selama 7. berikan iv line dengan benar
sakit 8. monitor status neurologis klien
4. Menghindari kebiasaan yang 9. monitor tanda tanda vital
dapat memicu penyakit klien 10. catat lama kejang
. 11. berikan obat – obatan dengan benar
12. monitor durasi periode ketidaksadaran
dan karakteristik kejang.
14
3.4 Pathway
KEJANG DEMAM
Perubahan
Reaksi konsentrasi
Inflamasi ion di ruang
ekstraseluler
Keseimbangan
Proses demam
potensial
membrane
ATPASE
Kurang Metabolisme
Kurang dari Lebih dari
informa meningk
15 15
si at
menit menit
pengob
atan Suhu tubuh
perawat Tidak Perubahan meningk
an : menim suplay at
Kurang
kondisi, bulkan darah
pengetahuan
prognos gejala ke otak
Resiko Hipertermi
is, dan sisa
kerusa
diet
kan
neuron
Ketidakefektifan
otak
perfusi
jaringan
Inkordinasi cerebral
kontraks
i otot
mulut
dan 15
Kurang
Resikolidah
cidera
kesadara
n
BAB III. KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
16
DAFTAR PUSTAKA
1. Sofwan, R. 2013. Cara tepat atasi Kejang Demam pada anak. BIP
kelompok Gramedia
2. Satyanegara. 2014. Ilmu Bedah Saraf. Gramedia Pustaka Utama.
Edisi V
3. Dewanto, G., dkk.2009.Panduan Praktis Diagnosis dan tata Laksana
Penyakit Saraf. EGC
4. Seizure, F. 2017. Kejang Demam. Pekanbaru. JKM hal 41-44
5. Irdawati. 2017. Kejang Demam dan Penatalaksanaannya. Kartasura.
Berita Ilmu Keperawatan hal 143-146
17