Anda di halaman 1dari 117

KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN NY “M” YANG MENGALAMI


SKIZOFRENIA DENGAN MASALAH KEPERAWATAN HALUSINASI
PENGLIHATAN DI RUANGAN KENANGA RUMAH SAKIT
KHUSUS DAERAH DADI PROVINSI
SULAWESI SELATAN
TAHUN 2019

OLEH :
MUHAMMAD AWALUDDIN
NIM:1610048

AKADEMI KEPERAWATAN MAPPA OUDANG MAKASSAR


PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
2019

i
KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN NY “M” YANG MENGALAMI


SKIZOFRENIA DENGAN MASALAH KEPERAWATAN HALUSINASI
PENGLIHATAN DI RUANGAN KENANGA RUMAH SAKIT
KHUSUS DAERAH DADI PROVINSI
SULAWESI SELATAN
TAHUN 2019

Diajukan sebagai salah satu syarat mendapatkan gelar Ahli Madya Keperawatan
Pada Akademi Keperawatan Mappa Oudang Makassar

OLEH :
MUHAMMAD AWALUDDIN
NIM:1610048

AKADEMI KEPERAWATAN MAPPA OUDANG MAKASSAR


PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
2019

ii
SURAT PERNYATAAN PENELITI

Saya yang bertandatangan dibawah ini :

Nama : Muhammad Awaluddin

NIM : 1610048

Judul KTI :”ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN NY

“M” YANG MENGALAMI SKIZOFRENIA

DENGAN MASALAH KEPERAWATAN

HALUSINASI PENGLIHATAN DI RUANGAN

KENANGA RUMAH SAKIT KHUSUS DAERAH

DADI PROVINSI SULAWESI SELATAN TAHUN

2019”

Dengan ini menyatakan bahwa Karya Tulis Ilmiah sebagaimana

disebutkan dengan judul diatas adalah benar merupakan karya saya sendiri

dan belum pernah diteliti oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik.

Demikian pernyataan ini saya buat secara sadar dan tanpa paksaan

dari pihak manapun.

Makassar, 29 Januari 2019

Penulis

iii
HALAMAN PERSETUJUAN

Karya Tulis Ilmiah ini dengan judul “ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN

NY “M” YANG MENGALAMI SKIZOFRENIA DENGAN MASALAH

KEPERAWATAN HALUSINASI PENGLIHATAN DI RUANGAN KENANGA

RUMAH SAKIT KHUSUS DAERAH DADI PROVINSI SULAWESI SELATAN

TAHUN 2019”.

Telah disetujui untuk diujikan dan dipertahankan di depan Tim Penguji

Akademi Keperawatan Mappa Oudang Makassar

Pada Hari Selasa, 09 Juli 2019

Menyetujui,

Pembimbing

Mathius Tato, S.Kep., MM.Kep


NIDN : 0905055801

Direktur
AKPER MappaOudang Makassar

Dardin, S.Kep., Ns., M.Kep.


NIDN :0912126904

iv
HALAMAN PENGESAHAN

Karya Tulis Ilmiah ini dengan judul “ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN

NY “M” YANG MENGALAMI SKIZOFRENIA DENGAN MASALAH

KEPERAWATAN HALUSINASI PENGLIHATAN DI RUANGAN KENANGA

RUMAH SAKIT KHUSUS DAERAH DADI PROVINSI SULAWESI SELATAN

TAHUN 2019”. Telah diuji dan dipertahankan di hadapanTim Penguji Pada Hari

Selasa, 09 Juli 2019 di Akademi Keperawatan Mappa Oudang Makassar.

v
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkah dan karuniah-

nya serta tak lupa salam dan shalawat kepada junjungan kita Nabiullah Muhammad

SAW yang membawa umat manusia dari alam gelap gulita kealam yang terang

benderang.

Tidak lupa pula penulis mensyukuri segala Rahmat dan Karunia yang telah

dilimpahkan sehingga penulis dapat menyelasaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan

judul “ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN NY “M” YANG

MENGALAMI SKIZOFRENIA DENGAN MASALAH KEPERAWATAN

HALUSINASI PENGLIHATAN DI RUANGAN KENANGA RUMAH SAKIT

KHUSUS DAERAH DADI PROVINSI SULAWESI SELATAN TAHUN 2019”.

Karya Tulis Ilmiah ini disusun dalam rangka menyelesaikan pendidikan Diploma III

Keperawatan pada Akademi Keperawatan Mappa Oudang Makassar, tetapi berkat

bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak Karya Tulis Ilmiah ini dapat

diselesaikan tepat pada waktunya. Untuk itu perkenankanlah penulis untuk

mengucapkan terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang

terhormat :

1. Bapak KOMBESPOL. dr. H. Farid Alamsyah, Sp.PD, FINASIM, sebagai

Ketua YayasanBrata Utama Bhayangkara Makassar sekaligus kepala Rumah

sakit Bhayangkara Makassar dan Staff yang telah banyak membantu

2. Pimpinan / pengelolah program study Diploma III Keperawatan Akademi

Keperawatan Mappa Oudang Makassar, Kepada:

a. Direktur : Dardin, S.Kep., Ns., M.Kep

vi
b. Wakil Direktur I : Syaharuddin, SKM.,S.Kep., Ns., M.Kes.

c. Wakil Direktur II : Ns. Rezeky Nur., S. Kep., MM.Kes

d. Wakil Direktur III : H. Hataul Madja.,S.ST.,S.Kep.,Ns.,M.Kes

e. Ketua LPM : Muh. Saleh S, S.Pd., M.Pd., M.MKes

3. Mathius Tato, S.Kep., MM.Kep sebagai pembimbing dan sekaligus selaku

penguji Karya Tulis Ilmiah serta sebagai Dosen Keperawatan.

4. Fardi, S.Kep., M.Kes selaku Penguji I yang begitu banyak memberikan

masukkan dan saran demi kesempurnaan dan kelengkapan Karya Tulis Ilmiah

ini.

5. Sudirman, S.Kep., Ns., M.Kep selaku penguji II yang begitu banyak

memberikan masukkan dan saran demi kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini

penulis mengucapkan terima kasih.

6. Seluruh Dosen dan Staf Akademi Keperawatan Mappa Oudang Makassar yang

telah banyak memberikan doa dan restu serta dorongan baik moril dan material

selama penulis mengikuti seluruh proses Pendidikan 3 tahun ini.

7. Kedua Orang Tua Ayahanda dan Ibunda tercinta yang dengan penuh cinta dan

kasih sayangnya selama ini dengan ikhlas mengasuh, mendidik, dan selalu

memberikan dukungan baik moril maupun material dan semangat serta doa

yang tulus di setiap sujudnya agar penulis menjadi orang yang dapat

membanggakan untuk mereka.

8. Seluruh Mahasiswa di Akper Mappa Oudang Makassar tanpa terkecuali, jasa-

jasa kalian akan tetap aku ingat untuk selamannya.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini masih

banyak terdapat kekurangan. Jadi setiap kritikan maupun saran-saran dari pihak

yang bersifat membangun penulis akan menerima dengan senang hati.

vii
Akhir kata semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi pembaca

dan Mahasiswa Akper Mappa Oudang Makassar khususnya dalam memberikan

Asuhan Keperawatan Pada Klien Yang Mengalami Skizofrenia Dengan Masalah

Keperawatan Halusinasi Penglihatan di Rumah Sakit Khusus Daerah Dadi Provinsi

Sulawesi Selatan.

Makassar, 09 Juli 2019

Penulis

viii
ABSTRAK

MUHAMMAD AWALUDDIN. ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN NY “M”


YANG MENGALAMI SKIZOFRENIA DENGAN MASALAH KEPERAWATAN
HALUSINASI PENGLIHATAN DI RUANGAN KENANGA RUMAH SAKIT
KHUSUS DAERAH DADI PROVINSI SULAWESI SELATAN TAHUN 2019.
(Dibimbing oleh Mathius Tato).

Skizofrenia adalah sekelompok reaksi psikotik yang mempengaruhi berbagai area fungsi
individu, termasuk berfikir dan berkomunikasi, menerima dan menginterpretasikan
realitas, merasakan dan menunjukkan emosi dan berperilaku dengan sikap yang dapat di
terima secara sosial. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Asuhan Keperawatan
pada Klien yang mengalami Skizofrenia dengan masalah Keperawatan Halusinasi
Penglihatan, sampelnya Ny “M” teknik sampling yang digunakan adalah purposive
sampling. Penelitian dilakukan di ruang Perawatan Kenanga Rumah Sakit Khusus
Daerah Dadi Provinsi Sulawesi Selatan pada bulan Maret 2019. Pengumpulan data
dilakukan dengan cara wawancara terstruktur, observasi, dan studi dokumentasi.
Penelitian berdasarkan pengkajian yang dilakukan dan didapatkan data tentang
Halusinasi Penglihatan. Setelah dilakukan Asuhan Keperawatan selama 3 hari
didapatkan perkembangan masalah membaik. Kesimpulan dari hasil pengkajian terdapat
kesenjangan antara teori dengan kasus yang ditemukan, data yang terdapat konsep teori
tetapi tidak ditemukan pada kasus yaitu Isolasi Sosial. Sedangkan data yang ditemukan
di kasus yaitu Halusinasi Penglihatan, Harga Diri Rendah, Resiko Perilaku Kekerasan.

Kata kunci : Skizofrenia, Halusinasi Penglihatan


Refrensi : 2016-2019

ix
ABSTRACT

MUHAMMAD AWALUDDIN. NURSING CARE IN CLIENTS MRS “M” THAT HAVE


SKIZOFRENIA WITH HOSPITALITY OF HEALTH HALUSINATION NURSING IN
KENANGA ROOM REGIONAL SPECIAL HOSPITALS IN SOUTH SULAWESI
PROVINCE 2019 YEARS. (Supervicial by Mathius Tato).

Schizophrenia is a group of psychotic reactions that affect various areas of individual


functioning, including thinking and communicating, accepting and interpreting reality,
feeling and showing emotions and behaving in a socially acceptable manner. This study
aims to determine nursing care for clients who experience Schizophrenia with Visual
Hallucinations nursing problems, for example, the sampling technique used was purposive
sampling. The study was conducted in the Kenanga Treatment Room of the Dadi Regional
Special Hospital in South Sulawesi Province in March 2019. Data collection was done by
structured interviews, observations, and documentation studies. Research based on the study
was carried out and obtained data about Vision Hallucinations. After doing Nursing Care for
3 days, the development of problems improved. Conclusions from the results of the study
there is a gap between the theory and the case found, the data contained theoretical concepts
but not found in the case of Social Isolation. While the data found in the case are Vision
Hallucinations, Low Self-Esteem, Risk of Violent Behavior.

Keywords : Schizophrenia, Vision Hallucinations


Reference : 2016-2019

x
RIWAYAT HIDUP

A. IDENTITAS

Nama : Muhammad Awaluddin

Tempat/tanggal lahir : Ujung Pandang, 25 Oktober 1997

Suku/Bangsa : Bugis Makassar/Indonesia

Jenis Kelamin : Laki-laki

Alamat Lengkap : Jl. AR HAKIM Lr 33 No.4A Makassar

B. RIWAYAT PENDIDIKAN

Tahun Sekolah

2003-2004 TK Ujung Pandang Baru

2004-2010 SD Negeri Kalukuang III

2010-2013 SMP Negeri 4 Makassar

2013-2016 SMK Kesehatan Plus Prima Mandiri Sejahtera Makassar

2016-2019 AKPER Mappa Oudang Makassar

xi
DAFTAR ISI

SAMPUL DEPAN …………………………………………………………………. i


SAMPUL DALAM ……………………………………………………………….. ii
SURAT PERNYATAAN ………………………………………………………… iii
LEMBAR PERSETUJUAN ...................................................................................iv
LEMBAR PENGESAHAN ………………………………………………………. v
KATA PENGANTAR …………………………………………………………... vi
ABSTRAK ................................................................................................................ix
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ………………………………………………….. xi
DAFTAR ISI ……………………………………………………………………... xi
DAFTAR TABEL .......................................................................................... ........xiv
DAFTAR GAMBAR ..............................................................................................xv
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………………… 1
A. Latar Belakang ……………………...…………………………………….... 1
B. Rumusan Masalah …...……………………………………………………... 2
C. Tujuan Penelitian …...…………………………………………………….... 2
1. Tujuan Umum ………………………………………………………….. 3
2. Tujuan Khusus …………………………………………………………. 3
D. Manfaat Penelitian ………………...……………………………….………. 4
1. Teoritis …………………………………………………………………. 4
2. Praktis ………………………………………………………………….. 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ………………………………………………… 6


A. Tinjauan Tentang Halusinasi ……………..……………..……………......... 6
1. Devinisi ………………………………………………………………… 6
2. Batasan Karakteristik ………………………...……….………………... 9
3. Jenis Jenis Halusinasi ……..……………………………..……………... 9
4. Etiologi ………………………………………………………………... 11
5. Faktor Predisposisi ……………………………………...………….…. 13
6. Faktor Presipitasi ………………………………………...………….... 15
7. Fase-Fase Halusinasi ...……………………………………….….......... 15
8. Tanda Dan Gejala …………………………………………………….. 18
9. Patofisiologi …………………………………………………………... 19
B. Tinjauan Subjek Fokus Study …………………..……………………….... 19
1. Anatomi Fisiologi Otak…..…………………………………………..... 19
2. Konsep Dasar Medis ……………..………………………………..….. 23

xii
a. Devinisi Skizofrenia ……………………...…….……………......... 23
b. Jenis-Jenis Skizofrenia ……………………...……………….……. 24
c. Manifestasi Klinis ………………...………………………….…… 26
d. Penatalaksanaan……….…………………………………………... 29
e. Discharge Planning ……………………………………………….. 33
3. Konsep Dasar Keperawatan …………………..…………………..…... 33
a. Pengkajian ………………………………………………………… 33
b. Pohon Masalah …………………...………………………….……. 38
c. Diagnosa Keperawatan ………………...…………………….…… 39
d. Intervensi ……………………………………………………….…. 39
e. Implementasi ……………………………………………………… 54
f. Evaluasi …………………………………………………………… 54
g. Strategi Pelaksanaan (Sp Komunikasi) …………………………… 55

BAB III METODE PENELITIAN …………………………………………….. 64


A. Pendekatan Penelitian …………...…………………………………….….. 64
B. Subjek Penelitian …………...………………………………………….…. 64
C. Fokus Studi …………...……………………………………………….….. 64
D. Definisi Operasional Fokus Study ……………………..………………..... 65
E. Instrument Penelitian ……………………………………………………... 66
F. Metode Pengumpulan Data ………………………………………….……. 66
G. Lokasi Dan Waktu Penelitian ………...…………………………………... 67
H. Analisis Data Dan Penyajian Data ………………………………………... 67
I. Etika Peneliti …………......………………………………………….……. 68

BAB IV HASIL DAN PEMBASAHAN ............................................................... 69


A. Hasil ............................................................................................................. 69
1. Gambaran Lokasi Penelitian ................................................................. 69
2. Data Asuhan Keperawatan .................................................................... 69
3. Diagnosa Keperawatan ......................................................................... 80
4. Intervensi .............................................................................................. 80
5. Catatan Tindakan Keperawatan ............................................................ 83
6. Catatan perkembangan .......................................................................... 86
B. Pembahasan .................................................................................................. 88
BAB V PENUTUP ................................................................................................. 97
A. Kesimpulan .................................................................................................. 97
B. Saran ............................................................................................................ 98
DAFTAR PUSTAKA

xiii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Rentang Respon Neurobiologis………………...…………………..……. 7


Tabel 2.2 Intervensi Asuhan Keperawatan SAK Jiwa Perilaku Kekerasan ………. 39
Tabel 2.3 Intervensi Asuhan Keperawatan SAK Jiwa Gangguan Persepsi Sensori :
Halusinasi …………………..……………..….…………………………. 42
Tabel 2.4 Intervensi Asuhan Keperawatan SAK Jiwa Isolasi Sosial :
Menarik Diri ….……………………………………...…………………. 46
Tabel 2.5 Intervensi Asuhan Keperawatan SAK Jiwa Gangguan Persepsi Diri :
Harga Diri Rendah ….……………………………...…………………... 51
Tabel 4.1 Klasifikasi Data ........................................................................................ 78
Tabel 4.2 Analisa Data ............................................................................................. 79
Tabel 4.3 Intervensi Asuhan Keperawatan SAK Jiwa Gangguan Persepsi Sensori :
Halusinasi ................................................................................................ 80
Tabel 4.4 Catatan Tindakan Keperawatan Asuhan Keperawatan SAK Jiwa
Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi ................................................. 83
Tabel 4.5 Catatan Perkembangan Keperawatan Asuhan Keperawatan SAK Jiwa
Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi ................................................. 86

xiv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Anatomi Fisiologi Otak…………….…………..………………..…… 20


Gambar 2.2 Pohon Masalah …………...…………………………………….……. 38
Gambar 4.1 Pohon Masalah Halusinasi Penglihatan .............................................. 80

xv
LAMPIRAN

Lampiran 1 Informed Consent ………………………………………………………..


Lampiran 2 Instrumen Penelitian ……………………………………………………..
Lampiran 3 Lembar Observasi ………………………………………………………..

xvi
DAFTAR SINGKATAN

ART = Anggota Rumah Tangga


BB = Berat Badan
CPZ = Clorpromazine
Depkes = Departemen Kesehatan
DO = Data Objektif
DS = Data Subjektif
Dx = Diagnosa
ECT = Elekrokonvulsif
HP = Haloperidol
K = Klien
mmHg = Milimeter Hybigrum
MR = Rekam Medik
MRS = Masuk Rumah Sakit
NAMI = National Alliance For Mentally III
N = Nadi
Ny = Nyonya
P = Perawat
P = Pernapasan
PK = Perilaku Kekerasan
RT = Rumah Tangga
S = Suhu
Sp = Strategi Pelaksana
TB = Tinggi Badan
TD = Tekanan Darah
THP = Trihexiphenidyl
Tn = Tuan
WHO = World Health Organizattion
WITA = Waktu Indonesia Tengah

xvii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kesehatan jiwa masih menjadi salah satu permasalahan Kesehatan yang

signifikan di Dunia, termasuk di Indonesia. Menurut World Health Organizattion

(WHO), kesehatan jiwa bukan hanya suatu keadaan tidak gangguan jiwa

melainkan mengandung berbagai karakteristik yang bersifat positif yang

menggambarkan keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang mencerminkan

kedewasaan kepribadian yang bersangkutan, terdapat sekitar 35 juta orang

terkena depresi, 60 juta orang terkena bipolar, 21 juta terkena Skizofrenia, serta

47,5 juta terkena dimensia. Di Indonesia, dengan berbagai faktor biologis,

psikologis dan sosial dengan keanekaragaman penduduk, maka jumlah kasus

gangguan jiwa terus bertambah yang berdampak pada penambahan beban negara

dan penurunan produktifitas manusia untuk jangka panjang.

Data Kementrian Kesehatan menunjukkan, sekitar 14 juta orang di

Indonesia yang berusia di atas 15 tahun mengalami gejala depresi dan gangguan

kejiwaan. Sedangkan prevalensi gangguan jiwa berat seperti Skizofrenia

mencapai 400.000 yang menjadi masalah adalah gangguan jiwa menyebabkan

kerugian secara ekonomi.

Gangguan jiwa berat terbanyak di Yogyakarta, Aceh, Sulawesi selatan,

Bali, dan Jawa Tengah. Proporsi Rumah Tangga (RT) yang pernah memasung

Anggota Rumah Tangga (ART) gangguan jiwa berat empat belas koma tiga

persen (14,3%) dan terbanyak pada penduduk yang tinggal dipedesaan delapan

18
belas koma dua persen (18,2%), serta pada kelompok penduduk dengan kuintil

indeks kepemilikan terbawah sembilan belas koma lima persen (19,5%).

Prevalensi gangguan mental emosional tertinggi adalah Sulawesi Tengah,

Sulawesi Selatan, Jawa Barat, di Yogyakarta, dan Nusa Tenggara Timur. Untuk

daerah Sulawesi Selatan tercatat memiliki prevalensi gangguan mental emosional

yang tertinggi dengan prevalensi sembilan koma lima persen (9,2%).

Data Riskesdes 2013 menunjukkan prevalensi gangguan mental

emosional yang ditunjukan dengan gejala-gejala depresi dan kecemasan untuk

usia1 tahun keatas mencapai 14 juta orang atau enam persen (6%) dari jumlah

penduduk Indonesia. Sedangkan prevalensi gangguan jiwa berat, seperti

Skizofrenia mencapai sekitar 400.000 juta orang atau sebanyak1,7 per1.000

penduduk.

Data prevalensi dari Rumah Sakit Khusus Daerah Dadi Provinsi Sulawesi

Selatan 2018 menunjukkan bahwa sebanyak15.392 yang menderita gangguan

jiwa dan sebanyak 8.237 yang menderita Halusinasi.

B. Rumusan Masalah

Dengan latar belakang diatas maka penulis mencoba merumuskan

Bagaimana Asuhan Keperawatan Pada Klien Yang Mengalami Skizofrenia

dengan Masalah Keperawatan Halusinasi Penglihatan Di Rumah Sakit Khusus

Daerah Dadi Provinsi Sulawesi Selatan?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian Karya Tulis Ilmiah ini adalah :

19
1. Tujuan Umum

Adapun tujuan umum penulisan adalah untuk melaksanakan Asuhan

Keperawatan pada Klien yang mengalami Skizofrenia dengan Masalah

Keperawatan Halusinasi penglihatan di Rumah Sakit Khusus Daerah Dadi

Provinsi Sulawesi Selatan.

2. Tujuan Khusus

a. Dapat melakukan Pengkajian Keperawatan pada Klien yang mengalami

Skizofrenia dengan Masalah Keperawatan Halusinasi Penglihatan di

Rumah Sakit Khusus Daerah Dadi Provinsi Sulawesi Selatan.

b. Dapat merumuskan Diagnosis Keperawatan pada Klien yang mengalami

Skizofrenia dengan Masalah Keperawatan Halusinasi Penglihatan di

Rumah Sakit Khusus Daerah Dadi Provinsi Sulawesi Selatan.

c. Dapat melaksanakan penyusunan Rencana Keperawatan pada Klien yang

mengalami Skizofrenia dengan Masalah Keperawatan Halusinasi

Penglihatan di Rumah Sakit Khusus Daerah Dadi Provinsi Sulawesi

Selatan.

d. Dapat melaksanakan Tindakan Keperawatan pada Klien yang mengalami

Skizofrenia dengan Masalah Keperawatan Halusinasi Penglihatan di

Rumah Sakit Khusus Daerah Dadi Provinsi Sulawesi Selatan.

e. Dapat melaksanakan evaluasi pada Klien yang mengalami Skizofrenia

dengan Masalah Keperawatan Halusinasi Penglihatan di Rumah Sakit

Khusus Daerah Dadi Provinsi Sulawesi Selatan

20
D. Manfaat Peneliti

1. Teoritis

Sebagai bahan referensi dalam pengembangan keilmuan dibidang

Keperawatan khususnya Keperawatan Jiwa tentang penanganan

Skizofrenia.

2. Praktis

a. Institusi Pendidikan

Sebagai salah satu pernyataan dalam menyelesaikan Diploma III

Keperawatan Di Akper Mappa Oudang Makassar dan menjadi bahan

bacaan diperpustakaan Mahasiswa

b. Rumah Sakit/Staf

Sebagai bahan masukan bagi institusi terkait dalam penanganan

Skizofrenia sesuai dengan teori, khususnya bagi Rumah Sakit Khusus

Daerah Dadi ProvinsiSulawesi Selatan.

c. Klien/Keluarga

Dapat menambah informasi dan pengetahuan Klien dan keluarga

tentang penyakit Skizofrenia.

d. Pembaca/Masyarakat

Dapat menjadi masukan bagi Perawat dalam meningkatkan

kualitas Asuhan Keperawatan Jiwa khususnya bagi Klien Skizofrenia

untuk membantu penyembuhan

21
e. Penulis

Untuk menambah wawasan bagi penulis dalam mengaplikasikan

Ilmu yang telah diperoleh selama Pendidik

22
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Halusinasi Penglihatan

1. Definisi

Istilah Halusinasi berasal dari bahasa latin Hallucinatio yang

bermakna secara mental mengembara atau menjadi linglung. Halusinasi

adalah persepsi atau tanggapan dari panca indera tanda adanya rangsangan

(stimulus) eksternal (Stuart & Laria dalam Yosep, 2016)

Halusinasi adalah gerakan penyerapan (persepsi) Panca Indera tanpa

ada rangsangan dari luar yang dapat meliputi semua System Panca Indra

terjadi pada saat kesadaran individu penuh / baik (Depkes, 2000)

Maramis (2005) dalam Eko Prabowo (2014). Halusinasi merupakan

gangguan atau perubahan persepsi dimana Klien mempersepsikan sesuatu

yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu penerapan Panca Indra tanpa ada

rangsangan dari luar. Suatu penghayatan yang dialami suatu persepsi melalui

Panca Indra tanpa stimulus eksteren: persepsi palsu

Keliat dalam Amin Huda Nurarif (2015). Halusinasi adalah suatu

gejala gangguan jiwa pada individu yang ditandai dengan perubahan sensori

persepsi; merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan

atau penghiduan. Klien seakan stimulus yang sebenarnya tidak ada.

Stuart dan Laraia (2005) dalam Deden Dermawan (2013)

mengemukakan Halusinasi merupakan salah satu respon maladaptive

individu yang berada dalam rentang neurobiology

23
Rentang Respon Neurobiologi

Respon Adaptif Respon Psikososial Respon Maladaptif

 Pikiran logis  Distori pikiran  Gangguan


 Persepsi akurat (pikiran kotor) pikir/delusi
 Emosi konsisten − Ilusi − Halusinasi
dengan pengalaman − Reaksi emosi − Perilaku disorganisasi
 Perilaku sosial berlebihan atau kurang − Isolasi sosial
 Hubungan sosial − Perilaku aneh dan tidak
biasa
 Menarik diri

Rentang Respon Neurobiologis


(Damaiyanti dan Iskandar, 2014)

a. Respon Adaptif

Respon adaptif adalah respon yang dapat diterima norma-norma

sosial budaya yang berlaku. Dengan kata lain individu tersebut dalam

batas normal jika menghadapi suatu masalah akan dapat memecahkan

masalah tersebut, respon adaptif:

1) Pikiran logis adalah pandangan yang mengarahkan pada kenyataan.

2) Persepsi akurat adalah pandangan yang tepat pada kenyataan.

3) Emosi konsisten dengan pengalaman yaitu perasaan yang timbul dari

pengalaman ahli.

4) Perilaku sosial adalah sikap dan tingkah laku yang masih dalam batas

kewajaran.

5) Hubungan sosial adalah proses suatu interaksi dengan orang lain dan

lingkungan.

24
b. Respon Psikososial

Respon psikososial meliputi:

1) Proses pikir terganggu adalah proses pikir yang menimbulkan

gangguan

2) Ilusi adalah miss interpretasi atau penilaian yang salah tentang

penerapan yang benar-benar terjadi (objek nyata) karena rangsangan

panca indera.

3) Emosi berlebihan atau berkurang.

4) Perilaku tidak biasa adalah sikap dan tingkah laku yang melebihi batas

kewajaran.

5) Menarik diri adalah pecobaan untuk menghidari interakasi dengan

orang lain.

c. Respon Maladaptif

Respon maladaptif adalah respon individu dalam menyelesaikan

masalah yang menyimpang dari norma-norma sosial budaya dan

lingkungan, adapun respon maladaptif meliputi:

1) Kelainan pikiran adalah keyakinan yang secara kokoh dipertahankan

walaupun tidak diyakini oleh orang lain dan bertentangan dengan

kenyataan sosial.

2) Halusinasi merupakan persepsi sensori yang salah atau persepsi

eksternal yang tidak realita atau tidak ada.

3) Kerusakan proses emosi adalah perubahan sesuatu yang timbul dari

hati.

25
4) Perilaku tidak terorganisir merupakan suatu yang tidak teratur.

5) Isolasi sosial adalah kondisi kesendirian yang dialami oleh individu

dan diterima sebagai ketentuan oleh orang lain dan sebagai sesuatu

kecelakaan yang negatif mengancam.

2. Batasan Karakteristik

Batasan karakteristik Klien dengan gagguan persepsi sensori:

Halusinasi menurut The North American Nursing Diagnosis Association –I

(Nanda-I) (2012) yaitu:

a. Perubahan dalam pola perilaku

b. Perubahan dalam kemampuan menyelesaikan masalah

c. Perubahan dalam ketajaman sensori

d. Perubahan dalam respon yang biasa terhadap stimulus

e. Disorientasi

f. Halusinasi

g. Hambatan komunikasi

h. Iritabilitas

i. Konsentrasi buruk

j. Gelisah

3. Jenis-Jenis Halusinasi

Menurut Deden Dermawan dan Rusdi (2013) jenis Halusinasi terbagi

atas 2, yaitu:

a. Halusinasi Non Patologis

26
Menurut National Alliance For Mentally III (NAMI) Halusinasi

dapat terjadi pada seseorang yang bukan Klien gangguan jiwa. Pada

umumnya terjadi pada Klien yang mengalami stress yang berlebihan atau

kelelahan bisa juga karena pengaruh obat-obatan (Halusinasinogenik).

Halusinasi antara lain :

1) Halusinasi Hipnogonik : Persepsi sensori yang palsu yang terjadi

sebelum seseorang jatuh tertidur.

2) Halusinasi Hipnopomik : Persepsi sensori yang palsu yang terjadi pada

saat seseorang terbangun tidur.

b. Halusinasi Patologis

Halusinasi ada 5 macam yaitu :

1) Halusinasi Pendengaran (Auditory)

Klien mendengar suara dan bunyi tidak berhubungan dengan

stimulasi nyata dan orang lain tidak mendengarnya.

2) Halusinasi Penglihatan (Visual)

Klien melihat gambar yang jelas atau samar tanpa stimulus yang

nyata dan orang lain tidak melihatnya.

3) Halusinasi Pencium (Olfactory)

Klien mencium bau yang muncul dari sumber tentang tanpa

stimulus yang nyata dan orang lain tidak mencium.

4) Halusinasi Pengecapan (Gusfactory)

Klien merasa makan sesuatu yang tidak nyata.Biasa merasakan

makanan yang tidak enak.

27
5) Halusinasi Perabaan (Taktil)

Klien merasakan sesuatu pada kulit tanpa stimulus yang nyata.

4. Etiologi

Menurut Rawlins & Heacock (1988) dalam Deden Dermawan (2013)

Halusinasi dapat dilihat dari 5 dimensi, yaitu :

a. Dimensi Fisik

Halusinasi dapat meliputi kelima indera, tetapi yang paling sering

ditemukan adalah Halusinasi pendengaran, Halusinasi dapat ditimbulkan

dari beberapa kondisi seperti kelelahan yang luar biasa. Penggunaan obat-

obatan demam tinggi hingga terjadi Delirium Intoksikasi, alcohol, dan

kesulitan-kesulitan untuk tidur dan dalam jangka waktu yang lama.

b. Dimensi Emosional

Terjadi Halusinasi karena ada perasaan cemas yang berlebihan

yang tidak dapat diatasi. Isi Halusinasi : perintah memaksa dan

menakutkan → tidak dapat dikontrol dan menentang. Sehingga

menyebabkan Klien berbuat sesuatu terhadap ketakutan tersebut.

c. Dimensi Intelektual

Penunjukkan penurunan fungsi ego. Awalnya Halusinasi

merupakan usaha ego sendiri melawan impuls yang menekan →

menimbulkan kewaspadaan mengontrol perilaku dan mengambil seluruh

perhatian Klien.

28
d. Dimensi Sosial

Halusinasi dapat disebabkan oleh hubungan interpersonal yang

tidak memuaskan sehingga koping yang digunakan untuk menurunkan

kecemasan akibat kehilangan control terhadap diri, harga diri, maupun

interaksi social dalamDunia nyata sehingga Klien cenderung menyendiri

dan hanya setuju pada diri sendiri.

e. Dimensi Spiritual

Klien yang mengalami Halusinasi yang merupakan makhluk

social, mengalami ketidakharmonisan berinteraksi. Penurunan

kemampuan untuk menghadapi stress dan kecemasan serta menurunnya

kualitas untuk menilai keadaan sekitarnya. Akibat saat Halusinasi

menguasai dirinya, Klien akan kehilangan control terhadap kehidupannya.

Menurut Stuart dan Sundden (1998) dalam Deden Dermawan (2013)

terjadi Halusinasi dapat disebabkan karena:

a. Teori Psikoanalisa

Halusinasi merupakan pertahanan ego untuk melawan rangsangan

dari luar yang mengancam, ditekan untuk muncul akan sabar.

b. Teori Biokimia

Halusinasi terjadi karena respon metabolisme terhadap stress yang

mengakibatkan dan melepaskan zat Halusinogenik Neurokimia seperti

Bufotamin dan Dimetyltransferase.

Sedangkan Mc. Forlano & Thomas dalam Deden Dermawan (2013)

mengemukakan beberapa teori yaitu :

29
a. Teori Psikofisiologi

Terjadi akibat ada fungsi kognitik yang menurun karena

terganggunya fungsi luhur otak, oleh karena kelelahan, keracunan dan

penyakit.

b. Teori Psikodinamik

Terjadi karena ada isi alam sadar dan akan tidak sabar yang masuk

dalam tak sadar merupakan sesuatu / respon terhadap konflik psikologi

dan kebutuhan yang tidak terpenuhi sehingga Halusinasi adalah gambaran

/ proyeksi dari rangsangan keinginan dan kebutuhan yang dialami oleh

Klien.

c. Teori Interpersonal

Teori ini menyatakan seseorang yang mengalami kecemasan berat

dalam situasi yang penuh dengan stress akan berusaha untuk menurunkan

kecemasan dengan akan berusaha untuk menurunkan kecemasan dengan

menggunakan koping yang biasa digunakan.

5. Faktor Predisposisi

Menurut Yosep (2014) predisposisi yang menyebabkan Halusinasi

adalah :

a. Faktor Perkembangan

Tugas perkembangan Klien terganggu misalnya rendahnya kontrol

dan kehangatan keluarga menyebabkan Klien tidak mampu mandiri sejak

kecil mudah frustasi, hilang percaya diri dan rentan terhadap stress.

30
b. Faktor Sosiokultural

Seseorang yang merasa tidak diterima lingkungannya sejak bayi

akan merasa disingkirkan, kesepian, dan tidak percaya pada

lingkungannya.

c. Faktor Bikimia

Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa. Adanya

stress yang berlebihan dialami seseorang maka didalam tubuh akan

menghasilkan suatu zat yang dapat bersifat Halusinogenik Neurokimia.

Akibatnya stress berkepanjangan menyebabkan teraktivasinya

Neurotransmitter otak.

d. Faktor Psikologis

Tipe kepribadian lelah dan tidak bertanggung jawab mudah

terjerumus pada penyalahgunaan zat adiktif. Hal ini berpengaruh pada

ketidakmampuan Klien dalam mengambil keputusan yang tepat demi

masa depannya. Klien lebih memilih kesenangan sesaat dan lari dari alam

nyata menuju alam hayal.

e. Faktor Genetik dan Pola Asuh

Peneliti menunjukkan bahwa anak sehat yang diasuh oleh orang tua

Skizofrenia cenderung mengalami Skizofrenia. Hasil studi menunjukkan

bahwa faktor keluarga menunjukkan hubungan yang sangat berpengaruh

pada penyakit ini.

31
6. Faktor Presipitasi

Menurut stuart dan sundeen yang dikutip oleh Jallo (2008), faktor

presipitasi terjadinya gangguan Halusinasi adalah:

a. Biologis

Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur

proses informasi serta abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam

otak yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif

menanggapi stimulus yang diterima oleh otak untuk diinterpretasikan

b. Stress Lingkungan

Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi terhadap

stressor lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku.

c. Sumber koping

Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi

stress.

7. Fase-Fase Halusinasi

Fase-fase Halusinasi (Dermawan, deden Rusdi 2013)

a. Fasi I : Comforting

1) Menyenangkan atau memberi rasa nyaman.

2) Tingkat ansietas sedang secara umum Halusinasi merupakan suatu

kesenangan.

Karakteristik

1) Mengalami ansietas kesepian, rasa bersalah dan ketakutan.

2) Mencoba berfokus pada pikiran menghilangkan ansietas.

32
3) Pikiran dan pengalaman sensori masalah ada dalam kontrol kesadaran

Non Psikotik.

Perilaku Klien

1) Tertawa/tersenyum yang tidak sesuai.

2) Menggerakkan bibir tanpa suara.

3) Pergerakan mata yang cepat.

4) Respon verbal yang lambat.

5) Diam dan dipenuhi yang mengasyikkan.

b. Fase II : Conderning Halusinasi menjadi menjijikkan

1) Menyalahkan

2) Tingkat kecemasan berat secara umum Halusinasi menyebabkan rasa

antipati.

Karakteristik

1) Pengalaman sensorik menakutkan.

2) Merasa dilecehkan oleh alam sensori tersebut.

3) Mulai merasa kehilangan kontrol.

Perilaku Klien

1) Ansietas : terjadi peningkatan denyut jantung, pernapasan dan

Tekanan Darah.

2) Perhatian dengan lingkungan kurang.

3) Penyempitan kemampuan konsentrasi.

4) Kehilangan kemampuan membedakan Halusinasi dan realita.

33
c. Fase III : Controling

1) Tingkat kecemasan berat.

2) Mengkontrol / mengendalikan.

3) Pengalaman sensori (Halusinasi) tidak dapat ditolak lagi

Karakteristik

1) Klien menyerahkan dan menerima sendiri (Halusinasi).

2) Isi Halusinasi menjadi atraktif.

3) Kesepian bila pengalaman sensori berakhir psikotik.

Perilaku Klien

1) Perintah Halusinasi ditaati.

2) Sulit berhubungan dengan orang lain.

3) Perhatian terhadap lingkungan kurang / hanya beberapa detik.

4) Gejala fisik ansietas berat: berkeringat, tremor, ketidakmampuan

mengikuti petunjuk.

d. Fase IV : Conquering

1) Klien panik.

2) Menakutkan.

3) Klien sudah dikuasai oleh Halusinasi.

Karakteristik

1) Pengalaman sensorik menakutkan jika Klien tidak mengikuti perintah

Halusinasi.

2) Bisa berlangsung dalam beberapa jam atau hari apabila tidak ada

interaksi terapeutik.

34
3) Psikotik berat.

Perilaku Klien

1) Perilaku panik.

2) Resti menciderai: bunuh diri / membunuh orang lain.

3) Refleksi isi Halusinasi: amuk, agitasi, menarik diri atau katatonik.

4) Tidak mampu berespon terhadap petunjuk yang kompleks.

5) Tidak mampu berespon terhadap lebih dari satu orang.

8. Tanda dan gejala

Menurut hamid yang dikutip oleh Jallo (2008), dan menurut Keliat

dikutip oleh Syahbana (2009) dalam Eko Prabowo (2014) perilaku Klien

yang berkaitan dengan Halusinasi adalah sebagai berikut :

a. Bicara, senyum, dan ketawa sendiri.

b. Menggerakkan bibir tanpa suara, pergerakan mata yang cepat, dan respon

verbal yang lambat.

c. Menarik diri dari orang lain, dan berusaha untuk menghindari diri dari

orang lain.

d. Tidak dapat membedakan antara keadaan nyata dan keadaan yang tidak

nyata.

e. Terjadi peningkatan denyut jantung, pernapasan dan tekanan darah.

f. Perhatian dengan lingkungan yang kurang atau hanya beberapa detik dan

berkonsentrasi dengan pengalaman sensorinya.

g. Curiga, bermusuhan, merusak (diri sendiri, orang lain dan

lingkungannya), dan takut.

35
h. Sulit berhubungan dengan orang lain.

i. Ekspresi muka tegang, mudah tersinggung, jengkel dan marah.

j. Tidak mampu mengikuti perintah dari Perawat.

k. Tampak tremor dan berkeringat, perilaku panik, agitasi dan kataton.

9. Patofisiologi

Proses terjadinya Halusinasi diawali dari atau dengan orang yang

menderita Halusinasi akan menganggap sumber dari hasilnya berasal dari

lingkungan atau stimulus eksternal (Yosep, 2011). Pada fase awal masalah

itu menimbulkan peningkatan kecemasan yang terus dan system pendukung

yang kurang akan menghambat atau membuat persepsi untuk membedakan

antara apa yang dipikirkan dengan perasaan sendiri menurun.

Meningkatnya pada fase Comforting, Klien mengalami emosi yang

berlanjut seperti cemas, kesepian, perasaan berdosa dan sensorinya dapat

dikontrol bila kecemasan dapat diatur. Pada fase Conderming Klien mulai

Menarik Diri. Pada fase Controlling Klien dapat merasakan kesepian bila

Halusinasi-nya berhenti. Pada fase Conquering Klien lama kelamaan

sensorinya terganggu, Klien merasa terancam dengan Halusinasi-nya

terutama bila tidak menuruti perintahnya.

B. Tinjauan Tentang Skizofrenia

1. Anatomi Fisiologi

Otak Anda mengendalikan semua fungsi tubuh Anda. Otak merupakan

pusat dari keseluruhan tubuh Anda. Jika otak Anda sehat, maka akan

mendorong kesehatan tubuh serta menunjang kesehatan mental Anda.

36
Sebaliknya, apabila otak Anda terganggu, maka kesehatan tubuh dan mental

Anda bisa ikut terganggu

Membahas tentang anatomi dan fungsi otak secara detail bisa

memakan waktu berhari-hari. Oleh karena itu disini akan membahas anatomi

dan fungsi otak secara garis besarnya saja sekedar membuat Anda paham

bagian-bagian dan fungsi otak Anda sendiri.

Gambar 2.1
Anatomi Fisiologi Otak

a. Otak

Berdasarkan anatominya, otak Manusia dibagi menjadi empat bagian,

yaitu:

1) Cerebrum (Otak Besar)

Cerebrum adalah bagian terbesar dari otak Manusia yang juga

disebut dengan nama Cerebral Cortex, Forbrain atau Otak Depan.

Cerebrum merupakan bagian otak yang membedakan Manusia

dengan binatang. Cerebrum membuat Manusia memiliki kemampuan

berikir, menganalisis, menggunakan logika, berbahasa, memiliki

37
kesadaran, perencanaan, memori, dan kemampuan visual. Kecerdasan

intelektual Anda dalam hal ini juga sangat ditentukan oleh kualitas

bagian ini.

2) Cerebellum (Otak Kecil)

Cerebellum terletak di bagian belakang kepala, dekat dengan

ujung leher bagian atas. Cerebellum mengontrol banyak fungsi

otomatis otak, di antaranya adalah mengatur sikap atau posisis tubuh,

mengontrol keseimbangan, koordinasi otot, dan gerakan tubuh.Otak

Kecil juga menyimpan dan melaksanakan serangkaian gerakan

otomatis yang dipelajari, seperti gerakan megendarai mobil, gerakan

tangan saat menulis, gerakan mengunci pintu, dan sebagainya.

3) Brainstem (Batang Otak)

Brainstem berada di dalam tulang tengkorak atau rongga

kepala bagian dasar dan memanjang sampai ke tulang punggung atau

sumsum tuang belakang. Bagian otak ini mengatur fungsi dasar

Manusia termasuk pernapasan, denyut jantung, mengatur suhu tubuh,

mengatur proses pernapasan, dan merupakan sumber Insting Dasar

Manusia, yaitu fight or flight (lawan atau lari saat datangnya bahaya).

Batang otak pada dasarnya terdiri dari tiga bagian, yaitu:

a. Mesencephalon atau otak tengah (disebut juga Mid Brain ) adalah

bagian teratas dari batang otak yang menghubungkan otak besar

dan otak kecil. Otak tengah berfungsi dalam mengontrol respons

38
penglihatan, gerakan mata, pembesaran pupil mata, mengatur

gerakan tubuh, dan pendengaran.

b. Medulla Oblongata adalah titik awal saraf tulan belakang dari

sebelah kiri badan menuju bagian kanan badan, begitu juga

sebaliknya. Medulla bertugas dalam mengontrol fungsi otomatis

otak, seperti detak jantung, sirkulasi darah, pernapasan, dan

pencernaan.

c. Pons merupakan stasiun pemancar yang mengirimkan data ke

pusat otak bersama dengan formasi reticular. Pons pada dasarnya

merupakan bagian yang menentukan apakah Manusia terjaga atau

tertidur.

d. Limbic System (Sistem Limbik)

Sistem Limbik terletak di bagian tengah otak. Komponen

limbik antara lain hypothalamus, thalamus, amigdala,

hippocampus, dan korteks limbik. Sistem limbik berfungsi

menghasilkan perasaan, mengatur produksi hormon, memelihara

homeostatis, rasa haus, rasa lapar, dorongan seks, pusat rasa

senang, metabolisme, dan juga memori jangka panjang Manusia.

Bagian terpenting dari sistem limbik adalah hypotalamus

yang salah satu fungsinya adalah untuk memutuskan objek mana

yang perlu mendapat perhatian dan mana yang tidak.

Sistem limbik menyimpan banyak informasi yang tak

tersentuh oleh indera

39
2. Konsep Dasar Medis

a. Definisi

Skizofrenia adalah gangguan yang terjadi pada fungsi otak.

Menurut Nancy Andreasen (2008) dalam Broken Brain, The Biological

Revolution in Psychiatry, bahwa bukti-bukti terkini tentang serangan

Skizofrenia merupakan suatu hal yang melibatkan banyak sekali faktor.

Faktor-faktor itu meliputi perubahan struktur fisik otak, perubahan

struktur kimia otak, dan faktor genetik.

Melinda Herman (2008), mendefinisikan Skizofrenia sebagai

penyakit neurologis yang mempengaruhi persepsi Klien, cara berpikir,

bahasa, emosi, dan perilaku sosialnya (Neuorogical disease that affects a

person’s perception, thinking, language, emotion, and social behavior).

Skizofrenia adalah suatu penyakit otak persisten dan serius yang

mengakibatkan perilaku psikotik, pemikiran konkrek, dan kesulitan

dalam memproses informasi, hubungan interpersonal, serta memecahkan

masalah (Stuart, 2007)

Gangguan Skizofrenia adalah sekelompok reaksi psikotik yang

mempengaruhi berbagai area fungsi individu, termasuk berfikir dan

berkomunikasi, menerima dan menginterpretasikan realitas, merasakan

dan menunjukkan emosi dan berperilaku dengan sikap yang dapat di

terima secara sosial. Skizofrenia adalah gangguan jiwa yang tidak

mampu menilai realitas (Reality Testing Ability/RTA) dengan baik dan

pemahaman diri (self insight) buruk (Hawari, 2007).

40
Skizofrenia adalah sekelompok reaksi psikotik yang

mempengaruhi berbagai area, fungsi individu, termasuk berfikir dan

berkomunikasi, menerima dan menginterpretasikan realita, merasakan

dan menunjukkan emosi dan perilaku dengan sikap yang tidak diterima

secara sosial (Frida, 2010).

Skizofenia adalah Sindrom Heterogen Kronis yang ditandai

dengan pola pikir yang tidak teratur, delusi, Halusinasi, perubahan yang

tidak tepat serta adanya gangguan fungsi psikososial (Yulinah Elin dalam

Nurarif, Amin huda dan Hardhi Kusuma, 2015)

b. Jenis – Jenis Skizofrenia

Kraeplin (dalam Maramis, 2009) membagi Skizofrenia menjadi

beberapa jenis. Klien digolongkan ke dalam salah satu jenis menurut

gejala utama yang terdapat padanya. Akan tetapi batas-batas golongan-

golongan ini tidak jelas, gejala-gejala dapat berganti-ganti atau mungkin

Klien tidak dapat digolongkan ke dalam satu jenis.

Pembagiannya adalah sebagai berikut:

1) Skizofrenia Paranoid

Jenis Skizofrenia ini sering mulai sesudah 30 tahun.

Permulaannya mungkin subakut, tetapi mungkin juga akut.

Kepribadian Klien sebelum sakit sering dapat digolongkan Schizoid.

Mereka mudah tersinggung, suka menyendiri, agak congkak dan

kurang percaya pada orang lain.

41
2) Skizofrenia Hebefrenik

Permulaannya perlahan-lahan atau subakut dan sering timbul

pada masa remaja atau antara 15-25 tahun. Gejala yang mencolok

adalah gangguan proses berpikir, gangguan kemauan dan adanya

depresionalisasi atau double pesonality. Gangguan psikomotor seperti

mannerisme, neologisme atau perilaku kekanak-kanakan sering

terdapat pada Skizofrenia heberfrenik, waham dan Halusinasi-nya

banyak sekali.

3) Skizofrenia Katatonik

Timbulnya pertama kali antara usia 15 samai 30 tahun, dan

biasanya akut serta sering didahului oleh strs emosional. Mungkin

terjadi gaduh gelisah katatonik atau stupor katatonik.

Gejala yang penting adalah gejala psikomotor seperti:

a) Mutisme, kadang-kadang dengan mata tertutup, muka tanpa

mimik, seperti topeng, stupor Klien tidak bergerak sama sekali

untuk waktu yang sangat lama, beberapa hari, bahkan kadang-

kadang beberapa bulan

b) Bila diganti posisinya Klien menentang.

c) Makanan ditolak, air ludah tidak ditelan sehingga terkumpul

didalam mulut dan meleleh keluar, air seni dan feses ditahan.

42
4) Skizofrenia Simplex

Sering timbul pertama kali pada masa pubertas. Gejala utama

pada jenis simplex adalah kedangkalan emosi dan kemunduran

kemauan. Gangguan proses berpikir biasanya sukar ditemukan.

5) Skizofrenia Residual

Jenis ini adalah keadaan kronis dari Skizofrenia dengan

riwayat sedikitnya satu episode psikotik yang jelas dan gejala-gejala

berkembang kearah gejala negative yang lebih menonjol.Gejala

negative terdiri dari kelambatan psikomotor, penurunan aktivitas,

penumpukan afek, pasif dan tidak ada inisiatif, kemiskinan

pembicaraan, ekspresi nonverbal yang menurun, serta buruknya

perawatan diri dan fungsi sosial.

c. Manifestasi Klinis

Secara general gejala serangan Skizofrenia dibagi menjadi 2 (dua),

yaitu gejala positif dan negatif.

1) Gejala Positif

Halusinasi selalu terjadi saat rangsangan terlalu kuat dan otak

tidak mampu menginterpretasikan dan merespons pesan atau

rangsangan yang datang. Klien Skizofrenia mungkin mendengar

suara-suara atau melihat sesuatu yang sebenarnya tidak ada, atau

mengalami suatu sensasi yang tidak biasa pada tubuhnya. Auditory

hallucinations, gejala yang biasanya timbul, yaitu Klien merasakan

ada suara dari dalam dirinya. Kadang suara itu menyejukkan hati,

43
memberi kedamaian, tapi kadang suara itu menyuruhnya melakukan

sesuatu yang sangat berbahaya, seperti bunuh diri.

Penyesatan pikiran (delusi) adalah kepercayaan yang kuat

dalam menginterpretasikan sesuatu yang kadang berlawanan dengan

kenyataan. Misalnya, pada Klien Skizofrenia, lampu trafik di jalan

raya yang berwarna merah-kuning-hijau, dianggap sebagai suatu

isyarat dari luar angkasa. Beberapa Klien Skizofrenia berubah

menjadi Paranoid. Mereka selalu merasa sedang diamat-amati,

diintai, atau hendak diserang.

Kegagalan berpikir mengarah kepada masalah dimana Klien

Skizofrenia tidak mampu memproses dan mengatur pikirannya.

Kebanyakan Klien tidak mampu memahami hubungan antara

kenyataan dengan logika. Karena Klien Skizofrenia tidak mampu

mengatur pikirannya membuat mereka berbicara secara serampangan

dan tidak bias ditangkap secara logika. Ketidakmampuan dalam

berpikir mengakibatkan ketidakmampuan mengendalikan emosi dan

perasaan. Hasilnya, kadang Klien Skizofrenia tertawa atau berbicara

sendiri dengan keras tanpa memperdulikan sekelilingnya.

Semua itu membuat Klien Skizofrenia tidak bisa memahami

siapa dirinya, tidak berpakaian, dan tidak bisa mengerti apa itu

Manusia. Dia juga tidak bisa mengerti kapan dia lahir, dimana dia

berada, dan sebagainya.

44
2) Gejala Negatif

Klien Skizofrenia kehilangan motivasi dan apatis berarti

kehilangan energy dan minat dalam hidup yang membuat Klien

menjadi orang yang malas. Karena Klien Skizofrenia hanya

memilikienergi sedikit, mereka tidak bisa melakukan hal-hal yang

lain selain tidur dan makan. Perasaan yang tumpul membuat emosi

Klien Skizofrenia menjadi datar. Klien skizofrenia tidak memiliki

ekspresi baik dari raut muka maupun gerakan tangannya, seakan-akan

dia tidak memiliki emosi apapun. Tapi ini tidak berarti bahwa Klien

Skizofrenia tidak bisa merasakan apapun. Mereka mungkin bisa

menerima pemberian dan perhatian orang lain, tetapi tidak bisa

mengekspresikan perasaan mereka.

Depresi yang tidak mengenal perasaan ingin ditolong dan

berharap, selalu menjadi bagian dari hidup Klien Skizofrenia. Mereka

tidak merasa memiliki perilaku yang menyimpang, tidak bisa

membina hubungan relasi dengan orang lain, dan tidak mengenal

cinta. Perasaan depresi adalah sesuatu yang sangat menyakitkan. Di

samping itu, perubahan otak secara biologis juga memberi andil

dalam depresi. Depresi yang berkelanjutan akan membuat Klien

Skizofreniamenarik diri dari lingkungannya. Mereka selalu merasa

aman bila sendirian. Dalam beberapa kasus, Skizofrenia menyerang

Manusia usia muda antara 15 hingga 30 tahun, tetapi serangan

kebanyakan terjadi pada usia 40 tahun ke atas. Skizofrenia bisa

45
menyerang siapa aja tanpa mengenal jenis kelamin, ras maupun

tingkat sosial ekonomi.

d. Penatalaksanaan

1) Penggunaan Obat Antipsikosis

Obat-obatan yang digunakan untuk mengobati Skizofrenia

disebut antipsikotik. Antipsikotik bekerja mengontrol Halusinasi,

delusi dan perubahan pola pikir yang terjadi pada Skizofrenia. Klien

mungkin dapat mencoba beberapa jenis antipsikotik sebelum

mendapatkan obat atau kombinasi obat antipsikotik yang benar-benar

cocok bagi Klien. Terdapat 3 kategori obat antipsikotik yang dikenal

saat ini, yaitu :

a) Antipsikoik Konvensional

Obat antipsikotik yang paling lama penggunaannya disebut

antipsikoti konvensional. Walaupun sangat efektif, antipsikotik

konvensional sering menimbukan efek samping yang serius.

Contoh obat antipsikotik konvelsional antara lain:

(1) Haldol (haloderidol)

Sediaan Haloperidol Tablet 0,5 mg, 1,5 mg, 5 mg dan

Injeksi 5 mg/ml, dosis 5-15 mg/hari.

(2) Stelazine (trifluoperazine)

Sediaan Trifluoperazine Tablet 1 mg dan 5 mg, dosis

10-15 mg/hari.

(3) Mellaril (tioridazine)

46
Sediaan Tioridazine Tablet 50 mg dan 100 mg, dosis

150-600mg/hari.

(4) Thorazine (chlorpromazine)

Sediaan Chlorpromazine Tablet 25 dan 100 mg dan

injeksi 25 mg/ml, dosis 150-600 mg/hari.

(5) Trilafon (perphenazine)

Sediaan Perphenazine Tablet 2,4,8 m, dosis 12-24 mg/hari.

(6) Prolixin (fluphenazine)

Sediaan Fluphenazine Tablet 2,5 mg, 5 mg, dosis 10-15

mg/hari.

Sediaan Fluphenazine dekanoat Injeksi 25 mg/ml, dosis

25 mg/2-4 minggu.Akibat berbagai efek samping yang dapat

ditimbulkan oleh antipsikotik konvesional, banyak ahli lebih

merekomendasikan penggunaan Newer Atypical

Antipsychotic.

Ada 2 pengecualian (harus dengan antipsikotik

konvensional).

Pertama, pada Klien yang sudah mengalami perbaikan

(kemajuan) yang pesat menggunakan antipsikotik

konvensional tanpa efek samping yang brarti.

Kedua, bila Klien mengalami kesulitan minum pil secara

regular.

47
b) Newer Atypical Antipsikotics

Obat-obatan yang tergolong kelompok ini disebut atipikal

karena prinsip kerjanya berbeda, serta sedikit menimbulkan efek

samping bila dibandingkan dengan antipsikotik konvensiona.

Beberapa contoh newer atypical antipsycotics yang tersedia,

antara lain :

(1) Risperdal (risperidone)

Sediaan Risperidon Tablet 1,2,3 mg, dosis 2-6 mg/hari

(2) Seroquel (quetiapine)

(3) Zyprexa (olanzopine)

c) Clozaril (Clozapine)

Clozaril memiliki efek samping yang jarang tapi sangat

serius pada kasus-kasus yang jarang (1%), Clozaril dapat

menurunkan jumlah sel darah putih yang berguna untuk melawan

infeksi. Ini artinya, Klien yang mendapat Clozaril harus

memeriksakan kadar sel darah putihnya secara regular. Para ahli

merekomendasikan penggunaan Clozaril bila paling sedikit 2 dari

obat antipsikotik yang lebih aman tidak berhasil.

2) Terapi Elekrokonvulsif (ECT)

3) Pembedahan bagian otak

4) Perawatan di Rumah Sakit ( Hospitalization)

5) Psikoterapi

48
a) Terapi Psikoanalisa

Terapi Psikoanalisa adalah metode terapi berdasarkan

konsep freud. Tujuan Psikoanalisis adalah menyadarkan individu

akan konflik yang tidak disadarinya dan mekanisme pertahanan

yang digunakannya untuk mengendalikan kecemasannya. Hal

yang paling penting pada terapi ini adalah untuk mengatasi hal-

hal yang direpress oleh Klien.

b) Terapi Perilaku (Behavioristik)

Pada dasarnya, terapi perilaku menekankan prinsip

pengkodisian klasik dan operan, karena terapi ini berkaitan

dengan perilaku nyata. Para Therapist mencoba menentukan

stimulus yang mengawali respon malasuai dan kondisi lingkungan

yang menguatkan atau mempertahankan perilaku itu dalam

Masyarakat. Paul dan Lentz menggunakan dua bentuk program

psikososial untuk meningkatkan fungsi kemandirian.

(1) Social Learning Program

Menolong Klien Schizophrenia untuk mempelajari

perlaku-perilaku yang sesuai.

(2) Social Skills Training

Terapi ini melatih Klien mengenai ketrampilan atau

keahlian social.

c) Terapi Humanistik

Terapi kelompok dan terapi keluarga.

49
e. Discharge Planning

1) Hindari kebiasaan menyendiri

2) Berusaha untuk menceritakan masalah yang ada dengan teman

terdekat

3) Kenali gejala-gejala penyakit dan konsultasikan dengan dokter

4) Konsumsi makanan yang bergizi

5) Observasi secara ketat perilaku Klien

6) Singkirkan semua benda berbahaya

7) Berikan obat dan berkesinambungan

8) Menurunkan ketegangan

9) Periksa mulut Klien setelah minum obat

10) Alihkan jika Halusinasi

11) Focus dan kuatkan realitas

3. Konsep Dasar Keperawatan

a. Pengkajian

Pengkajian merupakan suatu tahap awal dan dasar utama dari

proses Keperawatan dan merupakan suatu proses yang sistematis dalam

pengumpulan data dari berbagai sumber untuk mengevaluasi dan

mengidentifikasi Status Kesehatan Klien (Iyer et al, 1996 copy 2015)

Menurut Lilik Ma’rifatul dkk, Keperawatan Kesehatan Jiwa: teori

dan aplikasi praktik klinik (2016) teori yang dikaji pada Klien Skizofrenia

1) Pengkajian data

50
a) Identitas Klien : Terdiri dari nama, alamat, umur, status, ea

rah , medis, tanggal Masuk Rumah Sakit (MRS), keluarga yang

dapat dihubungi, catatan kedatangan, No. Rekam Medik (MR)

b) Alasan masuk : biasanya berperilaku aneh berupa marah-marah

tanpa sebab, menyakiti diri sendiri atau orang lain serta merusak

lingkungan.

c) Faktor predisposisi :

(1) Riwayat kelahiran dan tumbuh kembang

(2) Riwayat Pendidikan

(3) Penggunaan waktu luang

(4) Hubungan antar Manusia

(5) Tindakan anti sosial

(6) Penyakit yang pernah diderita

(7) Riwayat gangguan jiwa di masalalu

(8) Pengobatan sebelumnya

(9) Kekerasan dalam keluarga

(10) Trauma karena aniaya fisik, seksual, atau tindakan kriminal

(a) Apakah ada anggota keluarga yang mengalami gangguan

jiwa.

(b) Apakah ada pengalaman masa lalu yang tidak

menyenangkan.

(c) Bagaimanakah keadaan fisik Klien secara umum serta

keluhan fisik yang lain.

51
(d) Bagaimanakah kondisi psikososial Klien?

 Genogram keluarga

 Konsep diri Klien

 Hubungan sosial Klien

 Spiritual Klien

 Bagaimanakah status mental Klien :

 Penampilan

 Pembicaraan

 Aktivitas motorik

 Alam perasaan

 Afek

 Interaksi selama wawancara

 Persepsi Klien

 Proses fikir

 Isi pikir

 Tingkat kesadaran

 Memori

 Tingkat konsentrasi dan berhitung

 Kemampuan Klien menikmati saat bekarja,

kegiatan yang menghasilkan atau hobi

 Mekanime Klien memiliki psikososial atau

lingkungan

52
d) Faktor Presipitasi

Stresor presipitasi pada Klien dengan Halusinasi

ditemukan adanya riwayat penyakit infeksi, penyakit kronis atau

kelainan struktur otak, kekerasan dalam keluarga,atau adanya

kegagalan-kegagalan dalam hidup, kemiskinan, adanya aturan

atau tuntutan dikeluarga atau Masyarakat yang sering tidak sesuai

dengan Klien serta konflik antar Masyarakat.

e) Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala Halusinasi dinilai dari hasil observasi

terhadap Klien serta ungkapan Klien. Adapun tanda dan gejala

Klien Halusinasi adalah : (Iyus Yosep, 2016)

(1) Data Subjektif

Melihat orang yang sudah meninggal, melihat makhluk

tertentu, melihat bayangan, hantu atau sesuatu yang

menakutkan, cahaya monster yang memasuki Perawat.

(2) Data Objektif

(a) Tatapan mata pada tempat tertentu.

(b) Menunjuk ea rah tertentu.

(c) Ketakutan pada objek yang dilihat.

f) Mengkaji Jenis Halusinasi

Halusinasi diklarifikasi menjadi 5 jenis, yaitu Halusinasi

Pendengaran, Halusinasi Penglihatan, Halusinasi Pengecapan,

Halusinasi Penghidu, Dan Halusinasi Perabaan. Data Objektif

53
dikaji dengan cara mengobservasi perilaku Klien, sedangkan Data

Subjektif dikaji melalui wawancara dengan Klien.

g) Mengkaji Waktu

Perawat perlu mengkaji waktu, frekuensi, dan situasi

munculnya Halusinasi yang dialami oleh Klien. Hal tersebut

dilakukan untuk menentukan intervensi khusus pada waktu

terjadinya Halusinasi. Selain itu, pengkajian tersebut digunakan

untuk menghindari situasi yang menyebabkan munculnya

halusinasi, sehingga Klien tidak larut dengan Halusinasi-nya.

Pengetahuan tentang frekuensi terjadinya Halusinasi dapat

dijadikan landasan perencanaan frekuensi tindakan untuk

mencegah terjadinya Halusinasi.

h) Mengkaji Respon Terhadap Halusinasi

Dalam tujuannya untuk mengetahui dampak Halusinasi

pada Klien dan respon Klien ketika Halusinasi itu muncul,

Perawat dapat menanyakan kepada Klien hal yang dirasakan atau

dilakukan saat Halusinasi timbul. Perawat juga dapat

menanyakan kepada keluarga atau orang terdekat Klien. Selain

itu, Perawat dapat mengobservasi dampak Halusinasi terhadap

Klien jika gangguan tersebut muncul.

i) Mekanisme Koping

Mekanisme koping yang sering digunakan Klien dengan

Halusinasi meliputi :

54
(1) Regresi

Regresi berhubungan dengan proses informasi dan

uapaya yang digunakan untuk menanggulangi ansietas. Energi

yang tersisa untuk aktivitas sehari-hari tinggal sedikit,

sehingga Klien menjadi malas beraktivitas sehari-hari.

(2) Proteksi

Dalam hal ini, Klien mencoba menjelaskan penggunaan

persepsi dengan mengalihkan tanggung jawab kepada orang

lain atau suatu benda.

(3) Menarik Diri

Klien sulit mempercayai orang lain dan asyik dengan

stimulus internal.

(4) Keluarga mengingkari masalah yang dialami oleh Klien

b. Pohon Masalah

Gambar 2.2
Halusinasi Penglihatan
Lilik Ma’rifatul Azizah 2016
Resiko tinggi perilaku kekerasan
Effect

Core Problem Perubahan persepsi sensori: Halusinasi Penglihatan

Cause Isolasi sosial

Harga Diri Rendah

55
c. Diagnosa Keperawatan

Menurut Lilik Ma’rifatul Azizah dkk (2015) dirumuskan beberapa

permasalahan antara lain :

1) Resiko Tinggi Perilaku Kekerasan (PK)

2) Perubahan Persepsi Sensori; Halusinasi Penglihatan

3) Isolasi Sosial

4) Harga Diri Rendah

d. Intervensi

1) Perilaku Kekerasan

Tabel 2.2
Table Asuhan Keperawatan SAK Jiwa Perilaku Kekerasan
(Ade Herman Surya Direja, 2014)
N D Tujuan Kriteria Hasil Intervensi
o. x.
1. 2. 3. 4. 5.
1. 1. Klien mampu : Setelah …x pertemuan, Sp 1p
1. Mengidentifikasi Klien mampu : 1. Identifikasi
penyebab dan tanda 1. Menyebutkan penyebab, tanda
perilaku kekerasan penyebab, tanda, dan gejala serta
2. Menyebutkan jenis gejala dan akibat akibat perilaku
perilaku kekerasan perilaku kekerasan kekerasan
yang pernah 2. Memperagakan 2. Latih cara fisik 1 :
dilakukan cara fisik 1 untuk tarik nafas dalam
3. Menyebutkan akibat mengotrol perilaku 3. Masukkan dalam
dari perilaku kekerasan jadwal harien
kekerasan yang Klien
dilakukan
4. Meyebutkan cara
mengontrol perilaku
kekerasan
5. Mengontrol perilaku
kekerasan dengan
cara :
a. Fisik
b. Social/verba

56
1. 2. 3. 4. 5.
Spiritual
c. Terapi
psikofarmaka
2. 1. Setelah …x pertemuan, Sp 2p
Klien mampu : 1. Evaluasi kegiatan
1. Menyebutkan yang lalu (Sp1p)
kegiatan yang 2. Latih cara fisik 2
sudah dilakukan : pukul
2. Memperagakan kasur/bantal
cara fisik untuk 3. Masukkan dalam
mengontrol jadwal harian
perilaku kekerasan Klien
3. 1. Setelah …x pertemuan, Sp 3p
Klien mampu : 1. Evaluasi kegiatan
1. Menyebutkan yang lalu (Sp1p
kegiatan yang dan Sp2p)
sudah dilakukan 2. Latih secara
2. Memperagakan social/verbal
cara social/verbal 3. Menolak dengan
untuk mengontrol baik
perilaku kekerasan Meminta dengan
baik
4. Mengungkapkan
dengan baik
5. Masukkan dalam
jadwal harian
Klien
4. 1. Setelah …x pertemuan, Sp 4p
Klien mampu : 1. Evaluasi kegiatan
1. Menyebutkan yan lalu
kegiatan yang (Sp1,2&3p)
sudah dilakukan 2. Latih secara
2. Memperagakan spiritual
cara spiritual a. Berdoa
b. Sholat
3. Masukkan dalam
jadwal harian
Klien
5. 1. Setelah …x pertemuan, Sp 5p
Klien mampu : 1. Evaluasi kegiatan
1. Menyebutkan yan lalu
kegiatan yang (Sp1,2,3&4p)
sudah dilakukan 2. Latih patuh obat

57
1. 2. 3. 4. 5.
2. Memperagakan a. Minum obat
cara patuh obat b. secara teratur
dengan
prinsip 5B
c. Susun jadwal
minum obat
secara teratur
3. Masukkan dalam
jadwal harian
Klien
6. 1. Keluarga mampu : Setelah …x pertemuan, Sp 1k
Merawat Klien dirumah keluarga mampu 1. Identifikasi
menjelaskan penyebab. masalah yang
Tanda dan gejala, akbat dirasakan
serta mampu keluarga dalam
memperagakan cara merawat Klien
merawat 2. Jelaskan tentang
perilaku
kekerasan
3. RTL keluarga /
jadwal untuk
merawat Klien:
a. Penyebab
b. Akibat
c. Cara merawat
4. Latih 2 cara
merawat

7. 1. Setelah …x pertemuan, Sp 2k
keluarga mampu 1. Evaluasi Sp 1k
menyebutkan kegiatan 2. Latih (simulasi) 2
yang sudah dilakukan cara lain untuk
dan mampu merawat merawat Klien
serta dapat membuat 3. Latih langsung
RTL ke Klien
4. RTL keluarga /
jadwal untuk
Klien
8. 1. Setelah …x pertemuan, Sp 3k
keluarga mampu 1. Evaluasi Sp 1
menyebutkan kegiatan dan Sp 2k
yang sudah dilakukan 2. Latih langsung
dan mampu merawat ke Klien

58
1. 2. 3. 4. 5.
serta dapat membuat 3. RTL keluarga /
RTL jadwal untuk
Klien
9. 1. Sp 4k
Setelah …x pertemuan,
1. Evaluasi Sp 1, 2
keluarga mampu
dan Sp3k
melaksanakan follow up
2. Latih langsung
dan rujukan serta
ke Klien
mampu menyebutkan
3. RTL keluarga
kegiatan yang sudah
a. follow up
dilakukan
b. rujukan

2) Gangguan Sensori Persepsi Halusinasi

Tabel 2.3
Table Asuhan Keperawatan SAK Jiwa Gangguan Persepsi
Sensori : Halusinasi (Ade Herman Surya Direja, 2014)

N D
Tujuan Kriteria Hasil Intervensi
o. x.
1. 2. 3. 4. 5.
1. 2. Klien mampu : Setelah …x pertemuan, Sp 1p
1. Mengenali Klien dapat 1. Bantu Klien
Halusinasi yang menyebutkan : mengenal
dialaminya 1. Isi, waktu, Halusinasi-nya
2. Mengontrol frekuensi, situasi, (isi, waktu
Halusinasinya pencetus, perasaan terjadinya,
3. Mengikuti program 2. Mampu frekuensi, situasi
Pengobatan memperagakan 2. pencetus, perasaan
cara dalam saat terjadi
Halusinasi)
mengontrol
3. Latih mengontrol
Halusinasi halusinasi dengan
cara menghardik
Tahapan tindakannya
meliputi :
a. Jelaskan cara
menghardik
b. Peragakan
caramenghardik
Minta Klien
memperagakan
ulang

59
1. 2. 3. 4. 5.
c. Pantau
penerapan cara
ini, beri
pengakuan
perilaku Klien
d. Masukkan
dalam jadwal
kegiatan Klien
2. 2. Setelah …x pertemuan, Sp 2p
Klien mampu : 1. Evaluasi kegiatan
1. Menyebutkan yang lalu (Sp 1)
kegiatan yang sudah 2. Latih berbicara /
dilakukan bercakap dengan
2. Memperagakan cara orang lain saat
bercakap-cakap Halusinasi
dengan orang lain muncul
3. Masukkan dalam
jadwal kegiatan
Klien

3. 2. Setelah …x pertemuan, Sp 3p
Klien mampu : 1. Evaluasi kegiatan
1. Menyebutkan yang lalu (Sp1 dan
kegiatan yang sudah Sp2)
dilakukan 2. Latih kegiatan
2. Membuat jadwal agar
kegiatan sehari-hari Halusinasi tidak
dan mampu muncul
memperagakannya Tahapannya :
a. Jelaskan
pentingnya
aktivitas yang
teratur untuk
mengatasi
Halusinasi
b. Diskusikan
aktivitas yang
biasa
dilakukan oleh
Klien
c. Latih Klien
melakukan
aktivitas
d. Susun jadwal

60
1. 2. 3. 4. 5.
aktivitas
sehari-hari
sesuai dengan
aktivitas yang
telah dilatih
(dari bangun
tidur sampai
tidur malam
e. Pantau
pelaksanaan
jadwal
kegiatan,
berikan
penguatan
terhadap
perilaku Klien

4. 2. Setelah …x pertemuan, Sp 4p
Klien mampu : 1. Evaluasi kegiatan
1. Menyebutkan yang lalu (Sp1,
kegiatan yang sudah Sp2 dan Sp 3)
dilakukan 2. Tanyakan
2. Menyebutkan program
manfaat dari pengobatan
program pengobatan 3. Jelaskan
pentingnya
penggunaan obat
pada gangguan
jiwa
4. Jelaskan akibat
bila tidak
digunakan sesuai
dengan program
5. Jelaskan akibat
bila putus obat
6. Jelaskan
pengobatan (5B)
Latih Klien
minum obat
7. Masukkan dalam
jadwal harian
Klien

61
1. 2. 3. 4. 5.
5. 2. Keluarga mampu : Setelah …x pertemuan, Sp 1k
Merawat Klien dirumah keluarga mampu 1. Identifikasi
dan menjadi system menjelaskan tentang masalah keluarga
pendukung yang efektif Halusinasi dalam merawat
untuk Klien Klien
2. Jelaskan tentang
halusinasi :
a. Pengertian
Halusinasi
b. Jenis
Halusinasi
yang dialami
Klien
c. Tanda dan
gejala
Halusinasi
d. Cara merawat
Klien
Halusinasi
(cara
berkomunikasi
, pemberian
obat dan
pemberian
aktivitas
kepada Klien)
3. Sumber-sumber
pelayanan
kesehatan yang
bisa dijangkau
4. Bermain peran
cara merawat
5. Rencana tindak
lanjut keluarga,
jadwal keluarga
untuk merawat
Klien

6. 2. Setelah …x pertemuan, Sp 2k
keluarga mampu : 1. Evaluasi
1. Menyelesaikan kemampuan
kegiatan yang sudah (Sp1k)
dilakuka 2. Latih keluarga

62
1. 2. 3. 4. 5.
2. Memperagakan merawat Klien
cara merawat 3. RTL keluarga /
Klien jadwal kluarga
untuk merawat
Klien
7. 2. Setelah …x pertemuan, Sp 3k
keluarga mampu : 1. Evaluasi
1. Menyebutkan kemampuan
kegiatan yang sudah (Sp1k)
dilakukan 2. Latih keluarga
2. Memperagakan cara merawat Klien
merawat Klien serta 3. RTL keluarga /
mampu membuat jadwal kluarga
RTL untuk merawat
Klien

8. 2. Setelah …x pertemuan, Sp 4k
keluarga mampu : 1. Evaluasi
1. Menyebutkan kemampuan
kegiatan yang sudah keluarga
di lakukan 2. Evaluasi
2. Melaksanakan kemampuan Klien
Follow Up rujukan 3. RTL keluarga
a. Follow Up
b. Rujukan

3) Isolasi Sosial : Menarik Diri

Tabel 2.4
Table Asuhan Keperawatan SAK Jiwa Isolasi Sosial : Menarik Diri
(Ade Herman Surya Direja, 2014)
N D Tujuan Kriteria Hasil Intervensi
o. x.
1. 2. 3. 4. 5.
1. 3. Klien mampu : Setelah …x pertemuan Sp 1p
1. Menyadari Klien mampu : 1. Identifikasi
penyebab Isolasi 1. Membina hubungan penyebab
Social saling percaya a. Siapa yang
Berinteraksi dengan 2. Menyadari satu rumah
orang lain penyebab Isolasi dengan Klien
Sosial, keuntungan b. Siapa yang

63
1. 2. 3. 4. 5.
dan kerugian c. dekat dengan
berinteraksi dengan Klien
orang lain d. Siapa yang
3. Lakukan interaksi tidak dekat
dengan orang lain dengan Klien
secara bertahap 2. Tanyakan
keuntungan dan
kerugian
berinteraksi
dengan orang lain
a. Tanyakan
pendapat Klien
tentang
kebiasaan
berinteraksi
dengan orang
lain
Tanyakan apa
yang
menyebabkan
Klien tidak
ingin
berinteraksi
dengan orang
lain
b. Diskusikan
keuntungan
bila
Klien memiliki
banyak teman
dan bergaul
akrab dengan
mereka
c. Diskusikan
kerugian bila
Klien hanya
mengurung diri
dan tidak
bergaul dengan
orang lain
d. Jelaskan
pegaruh Isolasi
Sosial terhadap

64
1. 2. 3. 4. 5.
kesehatan fisik
Klien
3. Latih berkenalan
a. Jelaskan
kepada Klien
cara
berinteraksi
dengan orang
lain
Berikan contoh
cara
berinteraksi
dengan orang
lain
b. Beri
kesempatan
Klien
mempraktekka
n cara
berinteraksi
dengan orang
lain yang
Beri pujian
untuk setiap
kemajuan
interaksi yang
telah dilakukan
Klien
Siap
mendengarkan
ekspresi
perasaan Klien
setelah
berinteraksi
orang lain,
mungkin Klien
akan
mengungkapka
n keberhasilan
atau
kegagalannya,
beri dorogan
terus meneru

65
1. 2. 3. 4. 5.
agar Klien
tetap semangat
meningkatkan
interaksinya
c. Masukkan
jadwal
kegiatan Klien

2. 3. Sp 2p
1. Evaluasi Sp 1p
2. Latih berhubungan
social secara
bertahap
3. Masukkan dalam
jadwal kegiatan
Klien

3. 3. Sp 3p
1. Evaluasi Sp 1p dan
Sp 2p
2. Latih cara
berkanalan dengan
2 orang atau lebih
3. Masukkan dalam
jadwal kegiatan
Klien

4. 3. Keluarga mampu : Setelah …x pertemuan Sp 1k


Merawat Klien Isolasi keluarga mampu 1. Identifikasi
Sosial dirumah menjelaskan tentang : masalah yang
1. Masalah Isolasi dihadapi keluarga
social dan dalam merawat
dampaknya pada Klien
Klien 2. Penjelasan Isolasi
2. Penyebab Isolasi Sosial
Sosial 3. Cara merawat
3. Sikap keluarga Klien Isolasi
untuk membantu Sosial
Klien mengatasi 4. Latih (simulasi)
Isolasi sosialnya 5. RTL keluarga /
4. Pengobatan yang jadwal keluarga
berkelanjutan dan untuk merawat
mencegah putus

66
1. 2. 3. 4. 5.
obat Klien
6. Tempat rujukan dan
fasilitas kesehatan
yang tersedia bagi
Klien

5. 3. Sp 2k
1. Evaluasi Sp1k
2. Latih (langsung ke
Klien)
3. RTL keluarga /
jadwal keluarga
untuk merawat
Klien

6. 3. Sp 3k
1. Evaluasi Sp1k dan
Sp2k
2. Latih (langsung ke
Klien)
3. RTL keluarga /
jadwal keluarga
untuk merawat
Klien

7. 3. Sp 4k
1. Evaluasi
kemampuan
keluarga
2. Evaluasi
kemampuan Klien
3. Rencana tindak
lanjut keluarga
a. Follow Up
b. Rujukan

67
4) Gangguan Persepsi Diri : Harga Diri Rendah

Tabel 2.5
Tabel Asuhan Keperawatan Jiwa Gangguan Konsep Diri : Harga
Diri Rendah
No. Dx. Tujuan Kriteria Hasil Intervensi

1. 2. 3. 4. 5.
1. 4. Klien mampu : Setelah...x pertemuan, Sp 1p
1. Mengidentifikasi Klien mampu : 1. Identifikasi
kemampuan dan 1. Mengidentifikasi kemampuan yang
aspek positif yang kemampuan aspek dimiliki
dimiliki positif yang dimiliki 2. Diskusikan bahwa
2. Menilai kemampuan 2. Memiliki Klien masih
yang dapat kemampuan yang memiliki sejumlah
digunakan digunakan kemampuan dan
3. Menetapkan/memili 3. Memilih kegiatan aspek positif
h kegiatan yang sesuai kemampuan seperti kegiatan
sesuai dengan 4. Melakukan kegiatan Klien dirumah
kemampuan yang sudah dipilih adanya keluarga
4. Melatih kegiatan 5. Merencanakan dan lingkungan
yang sudah dipilih kegiatan yang sudah terdekat Klien
sesuai kemampuan dilatih 3. Beri pujian yang
5. Merencanakan realistis dan
kegiatan yang sudah hindarkan setiap
dilatihnya kali bertemu
dengan Klien
penilaian yang
negatif
4. Nilai kemampuan
yang dapat
dilakukan saat ini
5. Diskusikan
dengan Klien
kemampuan yang
masih digunakan
saat ini
6. Bantu Klien
menyebutkan dan
memberi
penguatan
terhadap
kemampuan diri
1. 2. 3. 4. 5.
yang diungkapkan

68
Klien
7. Perlihatkan respon
yang kondusif dan
menjadi pendengar
yang aktif
8. Pilih kemampuan
yang dilatih
9. Diskusikan
dengan Klien
beberapa aktivitas
yang dapat
dilakukan sebagai
kegiatan yang
akan Klien
lakukan sehari-
hari
10. Bantu Klien
menetapkan
aktivitas mana
yang dapat Klien
lakukan secara
mandiri
Masukkan dalam
jadwal kegiatan
Klien
2. 4. Sp 2p
1. Evaluasi kegiatan
yang lalu (Sp 1p)
2. Pilih kemampuan
kedua yang dapat
dilakukan
3. Latih
kemampuan yang
dipilih
4. Masukkan dalam
jadwal kegiatan
Klien
3. 4. Sp 3p
1. Evaluasi kegiatan
yang lalu (Sp 1p
dan Sp 2p)
2. Memilih
1. 2. 3. 4. 5.
kemampuan

69
ketiga yang dapat
dilakukan
3. Masukkan dalam
jadwal kegiatan
Klien
4. 4. Keluarga mampu : Setelah...x pertemuan, Sp 1k
Merawat Klien dengan keluarga mampu : 1. Identifikasi
harga diri rendah 1. Mengidentifikasi masalah yang
dirumah dan menjadi kemampuan yang dirasakan dalam
sistem pendukung yang dimiliki Klien merawat Klien
efektif bagi Klien 2. Menyediakan 2. Jelaskan proses
fasilitas untuk Klien terjadinya Harga
melakukan kegiatan Diri Rendah
3. Mendorong Klien 3. Jelaskan tentang
melakukan kegiatan cara merawat
4. Memuji Klien, saat Klien
Klien dapat 4. Main peran
melakukan kegiatan dalam merawat
5. Membantu melatih Klien Harga Diri
Klien Rendah
6. Membantu 5. Susun RTL
menyusun jadwal Keluarga/jadwal
kegiatan Klien keluarga untuk
7. Membantu merawat Klien
perkembangan Klien
5. 4. Sp 2k
1. Evaluasi
kemampuan Sp
1k
2. Latih keluarga
langsung ke
Klien
3. Menyusun RTL
keluarga/jadwal
keluarga untuk
merawat Klien

6. 4. Sp 3k
1. Evaluasi
kemampuan
keluarga
2. Evaluasi
1. 2. 3. 4. 5.
kemampuan

70
Klien
3. RTL keluarga :
a. Follow up
b. Rujukan

e. Implementasi

Implementasi adalah realisasi rencana tindakan untuk mencapai

tujuan yang telah ditetapkan. Kegiatan dalam pelaksanaan meliputi

pengumpulan data berkelanjutan, mengobservasi respon Klien selama

dan sesudah pelaksanaan tindakan, serta menilai data yang baru.

(Nikmatur. R dan Saiful. W. Proses Keperawatan : teori dan aplikasi, Hal

99, 2012).

f. Evaluasi

Evaluasi adalah penilaian dengan cara membandingkan

perubahan keadaan Klien (hasil yang diamati) dengan tujuan dan kriteria

hasil yang dibuat pada tahap perencanaan. (Nikmatur.R dan Saiful. W.

Proses Keperawatan : teori dan aplikasi, Hal 105, 2012).

71
STRATEGI PELAKSANAAN (SP)

HALUSINASI PENGLIHATAN

Pertemuan : Pertama (1)

Tempat :

Sp 1p

A. Proses Keperawatan

1. Kondisi Klien

2. Diagnosa Keperawatan

Gangguan Sensori Persepsi : Halusinasi Penglihatan

3. Intervensi / Sp

a. Bantu Klien mengenal Halusinasi-nya (isi, waktu terjadinya, frekuensi,

situasi pencetus, perasaan saat terjadi Halusinasi )

b. Latih mengontrol Halusinasi dengan cara menghardik

Tahapan tindakannya meliputi :

1) Jelaskan cara menghardik

2) Peragakan cara menghardik

3) Minta Klien memperagakan ulang

4) Pantau penerapan cara ini, beri pengakuan perilaku Klien

5) Masukkan dalam jadwal kegiatan Klien

B. Strategi Komunikasi Dalam Pelaksanaan Tindakan Keperawatan

1. Orientasi

a. Salam Terapeutik

72
“Assalamu’alaikum Bu. Saya Perawat yang bertugas di ruangan ini”.

“Nama saya Muhammad Awaluddin, senang dipanggil Awal”. “Kalau

Ibu senangnya dipanggil apa”.

“Bagaimana perasaan Ibu hari ini”. “Apa keluhan Ibu saat ini”.

“Baiklah, bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang sesuatu yang

selama ini Ibu lihat”. “Apa Ibu bersedia”.

b. Fase Kerja

“Apakah Ibu melihat wujud sesuatu? Seperti apa wujudnya”

“Apakah wujud itu terus muncul atau sewaktu-waktu”. “Kapan wujud

itu muncul”. “Apa yang Ibu rasakan saat wujud itu muncul”. “Apa

yang Ibu lakukan saat wujud itu muncul”.

“Bu, ada empat cara untuk mencegah agar wujud itu tidak muncul.

Pertama dengan menghardik wujud itu. Kedua, dengan bercakap-

cakap dengan orang lain. Ketiga, dengan melakukan suatu kegiatan

yng sudah terjadwal, dan keempat minum obat dengan teratur.”

“Bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu, yaitu dengan

menghardik”

“caranya yaitu : saat wujud itu muncul, langsung menutup mata dan

bilang pergi saya tidak mau melihatmu, kamu palsu, begitu diulang-

ulang sampai wujud itu tidak terlihat lagi. Coba bapak peragakan! Nah

begitu,…bagus Bu!

73
c. Fase Terminasi

“Bagaimana peasaan Ibu setelah peragaan latihan tadi? Kalau muncul

lagi, silahkan Ibu coba cara tersebut”

Topik : “Ibu besok saya akan datang lagi dan saya akan

mengajarkan cara ke-2 mengontrol halusinasi yaitu

dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain”

Waktu : “Jam berapa Ibu mau? Bagaimana kalau jam … seperti

ini hari lagi”

Tempat : “Bagaimana kalau di tempat ini lagi saja ya Bu”. “Ibu

setuju kan”. “Sekarang Ibu silahkan beristirahat,

Teimakasih ya Bu”

Pertemuan : Kedua (2)

Tempat :

Sp 2p

A. Proses Keperawatan

1. Kondisi Klien

2. Diagnosa Keperawatan

Gangguan Sensori Persepsi : Halusinasi Penglihatan

3. Intervensi / Sp

a. Evaluasi kegiatan yang lalu (Sp 1)

b. Latih berbicara / bercakap dengan orang lain saat Halusinasi muncul

c. Masukkan dalam jadwal kegiatan Klien

74
B. Strategi Komunikasi Dalam Pelaksanaan Tindakan Keperawatan

1. Orientasi

a. Salam Terapeutik

“Assalamu’alaikum Bu, bagaimana perasaannya hari ini? Apakah wujud

itu masih muncul lagi? Apakah sudah lakukan cara yang telah diajarkan?

Berkurang atau belum kemunculan wujud itu? Bagus itu Bu”. “Sesuai

janji kita, saya akan latih cara kedua untuk mengontrol Halusinasi dengan

bercakap-cakap dengan orang lain”.

b. Fase Kerja

“Cara kedua untuk mencegah / mengotrol Halusinasi yang lain adalah

dengan bercakap-cakap dengan orang lain. Jadi kalau muncul wujud itu,

Ibu langsung mencari teman untuk mengobrol. Contohnya seperti ini :

…teman, saya mulai melihat wujud itu lagi. Ayo berbicara dengan saya”.

“coba Ibu lakukan seperti apa tadi yang saya lakukan”. “Iya bagus itu Bu”.

”Coba sekali lagi, nah lakukan terus ya Bu”.

c. Fase Terminasi

“Bagaimana perasaan Ibu setelah melakukan latihan ini? Jadi sudah ada

beberapa cara yang sudah Ibu pelajari untuk mencegah wujud itu muncul

lagi. Cobalah Ibu lakukan dua cara ini kalau Halusinasi-nya muncul lagi.

Topik :“Ibu, besok saya akan datang lagi dan saya akan

mengajarkan cara ke-3 mengontrol Halusinasi yaitu dengan

melakukan aktivitas yang mampu Ibu lakukan saja”.

75
Waktu : “Jam berapa Ibu mau? Bagaimana kalau jam … seperti ini

hari lagi”

Tempat :“Bagaimna kalau di temat ini lagi saja ya pak”. Ibu

setujukan? Searang Ibu silahkan beristirahat, Terimakasih

ya Bu

Pertemuan : Ketiga (3)

Tempat :

Sp 3p

A. Proses Keperawatan

1. Kondisi Klien

2. Diagnosa Keperawatan

Gangguan Sensori Persepsi : Halusinasi Penglihatan

3. Intervensi / Sp

a. Evaluasi kegiatan yang lalu (Sp1 dan Sp2)

b. Latih kegiatan agar Halusinasi tidak muncul

Tahapannya :

1) Jelaskan pentingnya aktivitas yang teratur untuk mengatasi Halusinasi

2) Diskusikan aktivitas yang biasa dilakukan oleh Klien

3) Latih Klien melakukan aktivitas

4) Susun jadwal aktivitas sehari-hari

5) sesuai dengan aktivitas yang telah dilatih (dari bangun tidur sampai

tidur malam

76
6) Pantau pelaksanaan jadwal kegiatan, berikan penguatan terhadap

perilaku Klien

B. Strategi Komunikasi Dalam Pelaksanaan Tindakan Keperawatan

1. Orientasi

a. Salam Terapeutik

“Assalamu’alaikum Bu, bagaimana perasaannya hari ini? Apakah wujud

itu muncul lagi? Apakah sudah pakai dua cara yang telah kita latih?

Bagaimana hasilnya? Bagus, hari ini kita akan belajar cara yang ketiga

untuk mencegah halusinasi yaitu melakukan kegiatan terjadwal”

b. Fase Kerja

“Apa saja yang biasa Ibu lakukan? Pagi-pagi apa kegiatannya, terus jam

berikutnya (terus ajak sampai mendapatkan kegiatannya. Mari kita latih 2

kegiatan hari ini (latih kegiatan tersebut). Bagus Bu, kegiatan ini dapat Ibu

lakukan untuk mencegah wujud tersebut muncul. Kegiatan yang lain akan

kita latih lagi agar dari pagi sampai malam ada kegiatan”.

c. Fase Terminasi

“Bagaimana perasaan Ibu setelah kita bercakap-cakap cara yang ketiga

untuk mencegah wujud itu muncul lagi? Bagus sekali”

“Coba sebutkan 2 cara yang telah kita latih untuk mencegah wujud itu

muncul lagi, coba lakukan sesuai jadwal ya Bu”.

Topik : “Ibu, besok saya akan datang lagi dan saya akan memberikan

pengetahuan tentang masalah (Pemberian Obat-Obatan)

secara teratur”.

77
Waktu : “Ibu mau jam berapa? Bagaimana kalau jam … seperti hari

ini”.

Tempat : “Bagaimana kalau di tempat ini lagi saja ya Bu..! Ibu setuju

kan? Kalau begitu terimakasih Bu, silahkan istirahat lagi.

Pertemuan : Keempat (4)

Tempat :

Sp 4p

A. Proses Keperawatan

1. Kondisi Klien

2. Diagnosa Keperawatan

Gangguan Sensori Persepsi : Halusinasi Penglihatan

3. Intervensi / Sp

a. Evaluasi kegiatan yang lalu (Sp1, Sp2 dan Sp 3)

b. Tanyakan program pengobatan

c. Jelaskan pentingnya penggunaan obat pada gangguan jiwa

d. Jelaskan akibat bila tidak digunakan sesuai dengan program

e. Jelaskan akibat bila putus obat

f. Jelaskan pengobatan (5B)

g. Latih Klien minum obat

h. Masukkan dalam jadwal harian Klien

78
B. Strategi Komunikasi Dalam Pelaksanaan Tindakan Keperawatan

1. Orientasi

a. Salam Terapeutik

“Assalamu’alaikum Bu. Bagaimana perasaan Ibu hari ini? Apakah wujud

itu masih muncul lagi? Apakah sudah dipakai ke 2 cara tersebut? Apakah

jadwal kegiatannya sudah dilaksanakan? Apakah pagi ini sudah minum

obat? Baik, hari ini kita akan mendiskusikan tentang obat-obatan yang Ibu

minum. Kita akan mendiskusikan selama 20 menit sambil menunggu

makan siang. Disini saja ya Bu”

b. Fase Kerja

“Ibu adakah bedanya setelah minum obat secara teratur? Apakah wujud

itu tidak muncul lagi. Berapa macam obat yang ibu minum? (perawat

menyiapkan obat untuk Klien) ini yang warna orange Clorpromazine

(CPZ) 3x/hari tau tidak jam berapa? Pagi, jam 1 siang dan jam 7 malam,

gunanya untuk menghilangkan wujud itu muncul lagi dihadapan Ibu. Ini

yang putih Trihexiphenidyl (THP) 3x/hari jamnya sama, gunanya untuk

rileks dan tidak kaku. Sedangkan yang biru Haloperidol (HP) 3x/hari

jamnya sama, gunanya untuk pikirannya biar tenang. Kalau wujud itu

tidak muncul lagi obatnya tidak boleh dihentikan. Nanti konsultasikan

dengan dokter, jika Ibu putus obat, Ibu bisa kambuh dan sulit untuk

mengembalikan keadaan semula. Kalau obat habis Ibu bisa minta obat

kedokter untuk mendapatkan obat lagi.Ibu juga harus teliti saat

menggunakan obat-obatan ini. Pastikan obatnya benar, artinya Ibu harus

79
memastikan bahwa itu benar-benar punya Ibu.Ibu juga harus perhatikan

berapa jumlah obat sekali minum, dan harus cukup minum 10 gelas

perhari.

c. Fase Terminasi

“Bagaimana perasaan Ibu setelah kita bercakap-cakap tentang obat? Sudah

berapa cara yang kita latih untuk mencegah wujud itu muncul lagi? Coba

jelaskan! Bagus Bu, (jika jawaban benar). Mari kita masukkan jadwal

mium obatnya pada jadwal kegiatan Ibu. Jangan lupa pada waktu minum

obat minta obat pada perawat atau pada keluarga kalau dirumah. Nah Ibu

sudah mengerti baik semoga berhasil ya Bu, Assalamu’alaikum”

“karena Ibu sudah paham obat-obatan yang Ibu minum, Ibu minta

langsung obat jika pembagian obat sudah tiba. Dan bila Ibu mengalami

Halusinasi lakukanlah apa yang saya ajarkan kepada Ibu yaitu 4 cara

mengontrol Halusinasi

80
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain studi kasus untuk mengeksplorasi

masalah Asuhan Keperawatan Jiwa pada Klien yang mengalami Skizofrenia

dengan Masalah Keperawatan Halusinasi Penglihatan di Rumah Sakit Khusus

Daerah Dadi Provinsi Sulawesi Selatan.

B. Subyek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah Klien yang mengalami Skizofrenia di

Rumah Sakit Khusus Daerah Dadi Provinsi Sulawesi Selatan. Secara lebih

khusus subjek penelitian adalah Klien Skizofrenia dengan Halusinasi

Penglihatan di Rumah Sakit Khusus Daerah Dadi Provinsi Sulawesi Selatan.

C. Fokus Studi

Diarahkan pada Klien yang mengalami Skizofrenia dengan Halusinasi

Penglihatan di Rumah Sakit Khusus Daerah Dadi Provinsi Sulawesi Selatan.

Adapun Kriteria Inklusi dan Eksklusi sebagai berikut :

1. Kriteria Inklusi

Kriteria Inklusi adalah kriteria dimana subjek penelitian dapat

mewakili dalam sampel penelitian yang memenuhi syarat sebagai sampel.

Kriteria Inklusi dalam penelitian ini yaitu :

a. Bersedia menjadi informan

b. Klien sesuai dengan masalah yang akan diteliti

c. Klien yang mengalami Skizofrenia

81
d. Klien yang mengalami Skizofrenia dengan Halusinasi Penglihatan di

Rumah Sakit Khusus Daerah Dadi Provinsi Sulawesi Selatan.

2. Kriteria Eksklusi

Kriteria Eksklusi merupakan kriteria dimana subjek penelitian tidak

dapat mewakili sampel karena tidak memenuhi syarat sebagai sampel

penelitian.

Kriteria Eksklusi dalam penelitian ini yaitu :

a. Klien tidak bersedia untuk diteliti

b. Klien mengalami Skizofrenia disertai Halusinasi Pendengaran

c. Klien tidak mengalami Halusinasi Pengliatan

d. Klien meninggal dunia atau sudah tidak termasuk sebagai Klien dalam

masa perawatan di Rumah Sakit Khusus Daerah Dadi Provinsi Sulawesi

Selatan saat dilakukan penelitian.

D. Definisi Operasional Fokus Studi

1. Skizofenia adalah Sindrom Heterogen Kronis yang ditandai dengan pola pikir

yang tidak teratur, delusi, Halusinasi, perubahan yang tidak tepat serta

adanya gangguan fungsi psikososial

2. Halusinasi merupakan gangguan atau perubahan persepsi dimana Klien

mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu penerapan

panca indra tanpa ada rangsangan dari luar. Suatu penghayatan yang dialami

suatu persepsi melalui panca indra tanpa stimulus eksteren: persepsi palsu

82
E. Instrument Penelitian

1. Kuesioner (Angket)

Angket yang dipakai dalam bentuk format pengkajian jiwa yang

meliputi identitas Klien, identitas orang tua, keluhan Klien, Riwayat

Kesehatan dan hasil pemeriksaan fisik, sosial, spiritual, hasil pemeriksaan

dan keadaan khusus lainnya. Format pengkajian digunakan dengan cara

menanyakan data yang telah tersedia dalam format, lalu dicatat secara rinci

jawaban yang telah diberikan oleh Klien, atau orang terdekat Klien (keluarga)

seperti orang tua, saudara, atau pihak lain yang mengerti dan dekat dengan

Klien, dari catatan Klien (wawancara atau rekam medis Klien) yang

merupakan riwayat penyakit dan perawatan Klien di masa lalu.

2. Alat Ukur Tanda-tanda

Tanda-tanda vital adalah pengukuran tanda-tanda vital tubuh yang

paling dasar. Yang terdiri Tensimeter, Termometer, Stetoskop, Arloji (jam)

atau stop-watch.

3. Alat Ukur Tambahan

Alat ukur lain yang membantu dalam penelitian adalah berupa alat

tulis menulis.

F. Metode Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini, teknik

yang akan peneliti gunakan adalah sebagai berikut :

1. Observasi nonpartisipan (Pengamatan tidak terkendali)

Pada metode ini peneliti hanya mengamati mencatat apa yang terjadi.

83
2. Wawancara terstruktur

Wawancara terstruktur adalah wawancara dengan menggunakan daftar

pertanyaan yang telah disiapkan sebelumnya. Wawancara yang dilakukan

meliputi pengkajian Asuhan Keperawatan Jiwa pada Klien Skizofrenia dengan

masalah Halusinasi Penglihatan.

Keuntungan metode ini adalah mampu memperoleh jawaban yang

berkualitas.

G. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian di selenggarakan di Rumah Sakit Khusus Daerah Dadi Provinsi

Makassar.

2. Waktu Penelitian

Penelitian di selenggarakan di Rumah Sakit Khusus Daerah Dadi Provinsi

Makassar.

H. Analisis Data dan Penyajian Data

Analisis data dilakukan dengan cara mengemukakan fakta, selanjutnya

membandingkan dengan teori yang ada dan selanjutnya dituangkan dalam opini

pembahasan. Teknik analis yang digunakan dengan cara menarasikan jawaban-

jawaban yang diperoleh dari hasil interprentasi wawancara mendalam yang

dilakukan dengan cara observasi oleh peneliti dan studi dokumentasi yang

menghasilkan data untuk selanjutnya diinterprestasikan dan dibandingkan teori

yang ada sebagai bahan untuk memberikan rekomendasi dalam intervensi

tersendiri. Penyajian data dapat dilakukan dengan tabel, gambar, bagian maupun

84
teks naratif. Kerahasiaan dari Klien dijamin dengan jalan menghamburkan

identitas dari Klien.

I. Etika Penelitian

1. Informed Consent (Persetujuan Menjadi Klien)

Informed Consent merupakan cara persetujuan antara peneliti dengan

Informan (peneliti) memberikan persetujuan melalui Informed Consent,

memberikan 1 blanko/lembar persetujuan kepada responden sebelum

penelitian dilaksakan. Setelah calon responden memahami penjelasan

tentangInformed Consent untuk ditandatangani oleh contoh penelitian

(responden).

2. Anonymity (Tanpa Nama)

Merupakan usaha menjaga kerahasiaan tentang hal-hal yang berkaitan

dengan data responden. Pada aspek ini peneliti tidak mencantumkan nama

responden pada kuesioner dan hanya diberikan kode atau nomor responden.

3. Confidentiality (Kerahasian)

Semua informasi yang telah dikumpulkan dari responden dijamin

kerahasiaannya oleh peneliti. Pada aspek ini, data yang sudah terkumpul dari

respoden benar-benar milik pribadi sehingga hanya peneliti dan respon yang

mengetahuinya.

85
BAB IV

HASIL DAN PEMBASAHAN

A. Hasil

1. Gambaran lokasi penelitian

Rumah Sakit Khusus Daerah Dadi Provinsi Sulawesi Selatan

merupakan Rumah Sakit Jiwa yang berada di Kota Makassar, Rumah Sakit

ini beralamat di Jl. Dg Pasewang No. 34, Maricaya selatan, Kota Makassar.

Telepon : (0421) 873120. Di Rumah Sakit ini tersedia 12 ruangan sah

satunya adalah Ruangan Kenanga yang ditempati meneliti, Ruangan

Kenanga merupakan ruangan bangsal perempuan. Ruang Kenanga bersih

sebab setiap pagi Klien membersihkan ruangan.

2. Data Asuhan Keperawatan

a. Pengkajian

1) Identitas Klien

Nama : Ny “M”

Umur : 44 Tahun

Pendidikan : SMP

Pekerjaan : Tidak ada

Agama : Islam

Tanggal Masuk : 10 Desember 2016

Tanggal Pengkajian : 21 Maret 2019

RM : 113526

Diagnosa Medis : Skizofrenia

86
2) Identitas Penanggung Jawab

Nama : Tn “A”

Umur : 47 Tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

Pekerjaan : Wiraswasta

Alamat : Jl. S No. 14 Mks

3) Alasan masuk : Gelisah dan memberontak

4) Keluhan Utama : Gelisah

5) Riwayat Keluhan Utama

Saat di kaji Klien gelisah saat apa yang dilihat dan Klien

melihat seorang anak yang dipukul lalu kakinya di ikat/pasung,

Klien juga gelisah sejak 2 hari sebelum masuk ke Rumah Sakit

Masalah Keperawatan : Halusinasi Penglihatan

6) Factor Prediposisi

a) Klien mengatakan tidak pernah mengalami gangguan jiwa,

hanya saja menggunakan narkoba

b) Pengobatan sebelumnya : Klien mengatakan pernah

direhabilitasi

c) Klien mengatakan tidak pernah mengalami aniaya fisik maupun

penganiayaan. Klien mengatakan pernah melakukan tindakan

criminal yaitu mengkonsumsi narkoba.

Masalah Keperawatan : Penyalahgunaan Obat-Obatan

Resiko Tinggi Perilaku Kekerasan

87
7) Fisik

a) Tanda-tanda vital

TD : mmHg

N : 85

S : 36,5C

P : 22

b) Ukur

TB : 163 cm

BB : 50 kg

c) Masalah Keperawatan : Tidak ada

d) Psikososial

(1) Genogram

? ? ? ? ? ? ? ? ? ?

? ?

58 51 47 44
Keterangan :

: Laki-laki : Garis Perkawinan

: Perempuan : Garis Keturunan

: Meninggal Dunia : Garis Serumah

88
: Umur Tidak Diketahui : Klien
? ?
Kesimpulan :

GI : Kakek dan Nenek Klien sudah meninggal Dunia dikarenakan

faktor usia dan tidak ada riwayat penyakit keturunan

GII : Ayah dan Ibu Klien masih hidup namun Klien tidak mengingat

usia kedua orang tuanya

GIII : Klien anak bungsu/terakhir dari empat bersaudara dan tidak ada

yang pernah mengalami gangguan jiwa

(2) Konsep Diri :

(a) Citra Tubuh

Klien mengatakan tidak ada yang istimewah dalam

dirinya

(b) Identitas Diri

 Klien mengatakan dirinya seorang perempuan berusia 44

tahun

 Klien mengatakan dirinya anak keempat dari empat

bersaudara

(c) Peran

 Klien mengatakan saat bersama suami dan anak, Klien

sebagai istri dan Ibu

 Klien mengatakan sekarang sudah jauh dari anak-anak

dan keluarganya

89
(d) Ideal Diri

Klien mengatakan ingin berkumpul sama keluarga

seperti suami, anak, tante dan orang tua seperti sedia kala

(e) Harga Diri

Klien mengatakan harga dirinya rendah karena sudah

jauh dari keluarga dan pakaian juga dicampur

Masalah Keperawatan : Harga Diri Rendah

(3) Hubungan Sosial

(a) Orang terdekat

Klien mengatakan orang terdekatnya adalah Ibu dan

tante

(b) Peran serta dalam kegiatan kelompok/keluarga

Klien mengatakan jarang ikut serta dalam kegiatan

masyarakat

(c) Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain

Klien mengatakan tidak ada hambatan dalam

berhubungan dengan orang lain

Masalah Keperawatan : Tidak ada

(4) Spiritual

(a) Nilai dan keyakinan

Klien mengatakan keyakinan yang dimiliki adalah Islam

(b) Kegiatan ibadah

90
Klien mengatakan sering melaksanakan kegiatan beribadah

Masalah Keperawatan : Tidak ada

8) Status Mental

a) Penampilan

Klien tampak rapi dan tidak ada yang aneh dalam

berpenampilan

Masalah Keperawatan : Tidak ada

b) Pembicaraan

Klien mampu mengawali pembicaraan, Klien mampu

menjawab semua pertanyaan yang diberikan saat wawancara

Masalah Keperawatan : Tidak ada

c) Aktivitas Motorik

Klien mengatakan tidak ada masalah pada aktivitas

motoriknya

Masalah Keperawatan : Tidak ada

d) Alam Perasaan

Klien mengatakan sedih karena ingin ketemu dengan

keluarganya seperti suami, anak, tante dan Ibu

Masalah Keperawatan : Harga Diri Rendah

e) Afek

Afek Klien tampak stabil tidak datar maupun tumpul

Masalah Keperawatan : Tidak ada

f) Interaksi Selama Wawancara

91
Klien kooperatif selama wawancara

Masalah Keperawatan : Tidak ada

g) Persepsi

Halusinasi

Klien mengatakan melihat seorang anak yang dipukul

dan di ikat/pasung

Masalah Keperawatan : Halusinasi Penglihatan

h) Proses Pikir

Klien tidak mengalami gangguan proses pikir

Masalah Keperawatan : Tidak ada

i) Isi Pikir

Klien mengatakan melihat seorang anak yang dipukul

dan di ikat/pasung

Masalah Keperawatan : Halusinasi Penglihatan

j) Tingkat Kesadaran

Klien sadar sepenuhnya

Disorientasi :

Klien tidak mengalami disorientasi

k) Memori

Klien mengatakan mampu mengingat hal-hal yang lalu

l) Tingkat Konsentrasi dan berhitung

Klien mampu berkonsentrasi dan bergitung secara

mundur dari angka 10 ke angka 1

92
Masalah Keperawatan : Tidak ada

m) Kemampuan Penliaian

Klien mampu menilai dirinya seperti apa dan

bagaimanaMasalah Keperawatan : Tidak ada

n) Daya Tilik Diri

(1) Klien mengtakan tidak menyalahkan hal-hal diluardirinya

(2) Klien mengtakan tidak megingkari penyakit yang diderita

Masalah Keperawatan : Tidak ada

9) Kebutuhan Persiapan Pulang

Klien mengatakan untuk persiapan pulang, Klien ingin

makan dengan bantuan minimal, Klien juga mengatakan buang air

besar atau buang air kecil secara mandiri ataupun mandi dengan

mandiri. Klien mengatakan berakaian secara mandiri. Klien

mengatakan istirahat/tidur siang selama 3 jam mulai pukul 14.00

WITA sampai 16.00 WITA dan malam selama 10 jam mulai pukul

20.00 WITA sampai pukul 05.00 WITA. Klien mengatakan

penggunaan obat secara mandiri karena sudah tahu obat apa saja

yang harus diminum seperti obat penenang dan dosisnya berapa kali

diminum. Klien mengatakan aktivitas didalam rumah yaitu

membersihkan.

Terdapat kesenjangan saat mengkaji yaitu tidur malam yang

normalnya 8 jam tetapi pada Klien tidur malam sampai dengan 10

jam. Ini dikarenakan Klien mengkonsumsi obat penenang seperti

93
Haloperidol yang membuat tidur malamnya lebih dari yang

normalnya

10) Mekanisme Koping

Maladaptif

Klien mengatakan mengkonsumsi obat-obatan seperti

narkobaMasalah Keperawatan : Koping Individu Tidak Efektif

11) Masalah Psikososial dan Lingkungan

Masalah dengan hubungan kelompok

Klien mengatakan tidak ada masalah dalam berhubungan

dengan kelompok

12) Aspek Medis

a) Diagnosa Medik : Skizofrenia

b) Terapi Medik :

(1) Haloperidol

(2) Chlorpromazine

(3) Tryhexipenidol

13) Daftar Masalah Keperawatan

a) Resiko Tinggi Perilaku Kekerasan

b) Halusinasi Penglihatan

c) Harga Diri Rendah

14) Diagnosa Keperawatan

a) Halusinasi Penglihatan

b) Resiko Tinggi Perilaku Kekerasan

94
c) Harga Diri Rendah

15) Pengumpulan Data

a) Klien mengatakan melihat seorang anak dipukul dan di

ikat/pasung

b) Klien mengatakan pernah mengkonsumsi narkoba sebelum

masuk Rumah Sakit

c) Klien mengatakan sering didalam rumah sebelum masuk

Rumah Sakit

d) Klien mengatakan malu dengan dirinya karena sudah jauh dari

keluarga

e) Klien tampak ketakutan

f) Klien tampak gelisah

g) Klien tampak sedih

h) Klien tampak kebingungan

i) Klien tampak murung

j) Klien tampak menghayal

k) Klien tampak kurang bersemangat

16) Klasifikasi Data

Tabel 4.1
Klasifikasi Data
Data Subjektif Data Objektif
1. 2.
1. Klien mengatakan melihat 1. Klien tampak ketakutan

95
seorang anak dipukul dan di 2. Klien tampak gelisah
ikat/pasung 3. Klien tampak sedih
2. Klien mengatakan pernah 4. Klien tampak kebingungan
mengkonsumsi narkoba 5. Klien tampak murung
sebelum masuk Rumah Sakit 6. Klien tampak menghayal
1. 2.
3. Klien mengatakan sering 7. Klien tampak kurang
didalam rumah sebelum bersemangat
masuk Rumah Sakit
4. Klien mengatakan malu
dengan dirinya karena sudah
jauh dari keluarga

17) Analisa Data


Tabel 4.2
Analisa Data
No Data Masalah
1. 2. 3.
1. DS : Halusinasi
Klien mengatakan melihat anak kecil Penglihatan
dipukul kepalanya dan dipasung
DO :
Klien tampak ketakutan
Klien tampak murung
Klien tampak gelisah
Klien tampak sedih
2. DS : Isolasi sosial
Klien mengatakan minder dengan
orang lain
DO :
Klien tampak sedih
Klien tampak gelisah
3. DS : Harga Diri Rendah
Klien mengatakan sudah jauh dari
keluarganya seperti anak, Suami, ibu
dan tante
DO :
Klien tampak murung
Klien tampak sedih
4. DS : Resiko Tinggi

96
Klien mengatakan pernah Perilaku Kekerasan
mengkonsumsi narkoba
DO :
Klien tampak gelisah

18) Pohon Masalah

Gambar 4.1
Halusinasi Penglihatan
Resiko Tinggi Perilaku Kekerasan
Effect

Core Perubahan persepsi sensori: Halusinasi Penglihatan


Problem

Cause Isolasi Sosial

Harga Diri Rendah

3. Diagnosa Keperawatan

a. Perubahan persepsi sensori; Halusinasi Penglihatan

b. Resiko Tinggi Perilaku Kekerasan (PK)

c. Isolasi Sosial

d. Harga Diri Rendah

4. Intervensi

a. Perubahan persepsi sensori; Halusinasi Penglihatan

Tabel 4.3
Table Asuhan Keperawatan SAK Jiwa Gangguan Persepsi Sensori :
Halusinasi (Ade Herman Surya Direja, 2014)

N Dx.
Tujuan Kriteria Hasil Intervensi
o. Kep
1. 2. 3. 4. 5.

97
1. 1. Klien mampu : Setelah …x pertemuan, Sp 1p
4. Mengenali Klien 1. Bantu Klien mengenal
Halusinasi dapat menyebutkan : Halusinasi-nya (isi, waktu
yang dialam 1. Isi, waktu, frekuensi, terjadinya, frekuensi, situasi
situasi, pencetus, pencetus, perasaan
1. 2. 3. 4. 5.
5. Mengontrol perasaan saat terjadi Halusinasi)
halusinasiny 2. Mampu 2. Latih mengontrol halusinasi
a memperagakan cara dengan cara menghardik
6. Mengikuti dalam mengontrol Tahapan tindakannya meliputi
program Halusinasi Jelaskan cara menghardik
Pengobatan e. Peragakan cara
menghardik
Minta Klien
memperagakan ulang
f. Minta Klien
memperagakan ulang
g. Panatu penerapan cara
ini, beri pengakuan
perilaku Klien
h. Masukkan dalam jadwal
kegiatan Klien

1. 1. Sp 2p
Setelah …x pertemuan, 3. Evaluasi kegiatan yang lalu
Klien mampu : (Sp 1)
2. Menyebutkan kegiatan 4. Latih berbicara / bercakap
yang sudah dilakukan dengan orang lain saat
3. Memperagakan cara Halusinasi muncul
bercakap-cakap dengan 5. Masukkan dalam jadwal
orang lain kegiatan Klien

3. 1. Setelah …x pertemuan, Sp 3p
Klien mampu : 1. Evaluasi kegiatan yang lalu
1. Menyebutkan kegiatan (Sp1 dan Sp2)
yang sudah dilakukan 2. Latih kegiatan agar
2. Membuat jadwal Halusinasi tidak muncul
kegiatan sehari-hari dan Tahapannya :
mampu a. Jelaskan pentingnya
memperagakannya aktivitas yang teratur
untuk mengatasi
Halusinasi
b. Diskusikan aktivitas
yang biasa dilakukan
oleh Klien
c. Latih Klien melakukan
aktivitas
d. Susun jadwal aktivitas
sehari-hari
e. sesuai dengan aktivitas
yang telah dilatih (dari

98
bangun

1. 2. 3. 4. 5.
tidur sampai tidur
malam)
f. Pantau pelaksanaan
jadwal kegiatan, berikan
penguatan terhadap
perilaku Klien

4. 1. Setelah …x pertemuan, Sp 4p
Klien mampu : 8. Evaluasi kegiatan yang lalu
3. Menyebutkan kegiatan (Sp1, Sp2 dan Sp 3)
yang sudah dilakukan 9. Tanyakan program
4. Menyebutkan manfaat pengobatan
dari program pengobatan 10. Jelaskan pentingnya
penggunaan obat pada
gangguan jiwa
4. Jelaskan akibat bila tidak
digunakan sesuai dengan
program
5. Jelaskan akibat bila putus
obat
6. Jelaskan pengobatan (5B)
7. Latih Klien minum obat
8. Masukkan dalam jadwal
harian Klien

99
5. 1. Keluarga mampu : Setelah …x pertemuan, Sp 1k
Merawat Klien keluarga mampu 1. Identifikasi masalah
dirumah dan menjelaskan tentang 2. keluarga dalam merawat
menjadi system Halusinasi Klien
pendukung yang 3. Jelaskan tentang halusinasi :
efektif untuk e. Pengertian Halusinasi
Klien f. Jenis Halusinasi yang
dialami Klien
g. Tanda dan gejala
Halusinasi
h. Cara merawat Klien
Halusinasi (cara
berkomunikasi,
pemberian obat dan
pemberian aktivitas
kepada Klien)
4. Sumber-sumber pelayanan
kesehatan yang bisa
dijangkau

1. 2. 3. 4. 5.
6. 1. Setelah …x pertemuan, Sp 2k
keluarga mampu : 4. Evaluasi kemampuan (Sp1k)
3. Menyelesaikan kegiatan 5. Latih keluarga merawat
yang sudah dilakukan Klien
4. Memperagakan cara 6. RTL keluarga / jadwal
merawat Klien kluarga untuk merawat Klien

7. 1. Setelah …x pertemuan, Sp 3k
keluarga mampu : 4. Evaluasi kemampuan (Sp1k)
2. Menyebutkan kegiatan 5. Latih keluarga merawat
yang sudah dilakukan Klien
3. Memperagakan cara 6. RTL keluarga / jadwal
merawat Klien serta kluarga untuk merawat Klien
mampu membuat RTL

8. 1. Setelah …x pertemuan, Sp 4k
keluarga mampu : 4. Evaluasi kemampuan
3. Menyebutkankegiat keluarga
an yang sudah di 5. Evaluasi kemampuan Klien
Lakukan 6. RTL keluarga
2. Melaksanakan b. Follow Up
Follow Up rujukan c. Rujukan

5. Catatan Tindakan Keperawatan

100
Tabel 4.4
Hari/ D
No. Jam Implementasi/Hasil
Tanggal x
1. 2. 3. 4. 5.
1. Kamis I 09.45 Sp1p
21/03/2019 WITA 1. Membantu Klien mengenal Halusinasi-nya (isi, waktu
terjadinya, frekuensi, situasi pencetus, perasaan saat terjadi
Halusinasi)
Hasil :
P : “Apakah Ibu melihat sesuatu? Seperti apa wujudnya?”
K : “Saya melihat seorang anak yang dipukul dan di
ikat/pasung”
P : “Kapan wujud itu muncul?”
1. 2. 3. 4. 5.
2. K : “Muncul pada malam hari, muncul juga di pagi hari”
P : “Apa yang ibu rasakan saat wujud itu muncul?”
K : “Saya merasa ketakutan, gelisah, sedih

2. Melatih mengontrol halusinasi dengan cara menghardik


Tahapan tindakannya meliputi :
a. Menjelaskan cara menghardik
b. Memperagakan cara menghardik
c. Meminta Klien memperagakan ulang
d. Memantau penerapan cara ini, beri pengakuan perilaku
Klien
e. Masukkan dalam jadwal kegiatan Klien
Hasil :
P : “Ibu mari kita belajar cara mengontrol Halusinasi-nya
dengan cara menghardik, caranya itu dengan menutup
mata sambil mengatakan (pergi kamu tidak nyata, kamu
palsu tuhan bersamaku)”
K : “Iya Pak Mantri”

2. Jum’at I 09.25 Sp2p


22/03/2019 WITA 1. Mengevaluasi kegiatan yang lalu (Sp 1)
Hasil :
P : “Assalamu’alaikum ibu, bagaimana dengan kegiatan
kemarin? Apakah sudah bisa melakukannya sendiri
tentang menghardik?”
K : “Iya Pak Mantri”
2. Melatih berbicara / bercakap dengan orang lain saat
Halusinasi muncul
Hasil :
P : “Kalau begitu kita akan belajar mengontrol Halusinasi-
nya dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain atau
teman ya Bu”
K : “Iya Pak Mantri”
3. Memasukkan dalam jadwal kegiatan Klien
Hasil :
P : “Kalau begitu, Ibu masukkan kedalam jadwal
kegiatannya ya untuk Ibu lakukan saat Halusinasi-nya
muncul lagi”

101
K : “Iya Pak Mantri”

3. Jum’at I 09.26 Sp3p


22/03/2019 WITA 1. Mengevaluasi kegiatan yang lalu (Sp1 dan Sp2)
Hasil :
P : “Bagaimana dengan kegiatan kita sebelumnya Bu, apa
sudah bisa melakukannya dengan sendiri cara menghardik
dengan bercakap dengan orang lain atau teman?”
1. 2. 3. 4. 5.
K : “Iya Pak Mantri sudah bisa”
P : “Bagus itu Bu”

2. Melatih kegiatan agar Halusinasi tidak muncul


Tahapannya :
a. Menjelaskan pentingnya aktivitas yang teratur untuk
mengatasi Halusinasi
b. Mendiskusikan aktivitas yang biasa dilakukan oleh Klien
c. Melatih Klien melakukan aktivitas
d. Menyusun jadwal aktivitas sehari-hari sesuai dengan
aktivitas yang telah dilatih (dari bangun tidur sampai
tidur malam
e. Memantau pelaksanaan jadwal kegiatan, berikan
penguatan terhadap perilaku Klien
Hasil :
P : “Kalau begitu kita akan mengontrol Halusinasi-nya
dengan cara melakukan kegiatan sehari-hari”
K : “ Iya Pak Mantri”
P : “Ibu mau melakukan kegiatan apa?”
K : “Saya mau membersihkan, menyapu”
P : “wah bagus itu Bu, kalau begitu masukkan lagi kedalam
jadwal kegiatan selanjutnya ya”
K : “ Iya Pak Mantri”

4. Jum’at I 09.27 Sp4p


22/03/2019 WITA 1. Mengevaluasi kegiatan yang lalu (Sp1, Sp2 dan Sp 3)
Hasil :
P : “Bagaimana kegiatan sebelumnya Bu? Apakah Ibu
sudah bisa melakukannya dengan sendiri?”
K : “Sudah bisa Pak Mantri”

2. Menanyakan program pengobatan


Hasil :
P : “Apakah ada pengobatan yang diberikan oleh perawat
ruangan Bu?”

102
K : “Iya ada Pak Mantri”

3. Menjelaskan pentingnya penggunaan obat pada Gangguan


Jiwa
Hasil :
P : “Kalau ada, Ibu harus selalu meminumnya setiap kali Ibu
dikasih obat”
K : “Iya ada Pak Mantri”

1. 2. 3. 4. 5.
Jum’at I 09.27 4. Menjelaskan akibat bila tidak digunakan sesuai dengan
22/03/2019 WITA program
Hasil :
P : “Kalau Ibu jarang minum obat, penyakit Ibu akan
muncul lagi. Itu akan mengganggu Ibu, jadi harus selalu
minum obat saat perawat ruangan memberikan obat ya
Bu”
K : “ Iya ada Pak Mantri”

5. Menjelaskan akibat bila putus obat


Hasil :
P : “Kalau Ibu putus obat, Penyakit Ibu bisa muncul lagi,
bisa membuat gelisa Ibu dan semakin lama Ibu sembuh.
Jadi jangan sampai Ibu putus dalam minum obat ya Bu”
K : “ Iya ada Pak Mantri”

6. Menjelaskan pengobatan (5B)


Hasil :
P : “Cara minum obat yang benar itu Bu dengan cara 5B
yaitu Benar Klien, Benar obat, Benar waktu, Benar alur,
Benar dosis.”
K : “Begitu ya Pak Mantri”
P : “Iya Bu”

7. Melatih Klien minum obat


Hasil :
P : “Jadi Ibu harus selalu minum obatnya yah, jagna sampai
putus minum obatnya”
K : “ Iya ada Pak Mantri”

8. Memasukkan dalam jadwal harian Klien


Hasil :
P : “Kalau begitu, Ibu masukkan kedalam jadwal
kegiatan cara mengontrol Halusinasi agar Ibu bisa
melakukannya sendiri saat Halusinasi-nya muncul
lagi”
K : “ Iya ada Pak Mantri”

6. Catatan Perkembangan

Tabel 4.5

103
Hari/ D
No. Jam Evaluasi/SOAP
Tanggal x
1. 2. 3. 4. 5.
1. Kamis I 09.47 S = Klien mengataka Halusinasi-nya sering muncul
WITA O = Klien tampak ketakutan
1. 2. 3. 4. 5.
2. 21/03/2019 A = Masalah belum teratasi 1 dan 2
P = Lanjutkan Sp1p
1. Membantu Klien mengenal Halusinasi-nya (isi, waktu
terjadinya, frekuensi, situasi pencetus, perasaan saat
terjadi Halusinasi)
2. Melatih mengontrol halusinasi dengan cara menghardik
Tahapan tindakannya meliputi :
a. Menjelaskan cara menghardik
b. Memperagakan cara menghardik
c. Meminta Klien memperagakan ulang
d. Memantau penerapan cara ini, beri pengakuan
perilaku Klien
e. Masukkan dalam jadwal kegiatan Klien

2. Jum’at I 09.29 S = - Klien mengatakan telah cara menghardik


22/03/2019 WITA - Klien mengatakan Halusinasi-nya kadang muncul
O = Klien tampak mengikuti arahan.
A = Masalah belum teratasi 1,2 dan 3
P = Lanjutkan Sp2p
1. Mengevaluasi kegiatan yang lalu (Sp 1)
2. Melatih berbicara / bercakap dengan orang lain saat
Halusinasi muncul
3. Memasukkan dalam jadwal kegiatan Klien

104
4. Jum’at I 09.30 S = - Klien mengatakan telah lakukan menghardik dan bercakap-
22/03/2019 WITA cakap
- Klien mengatakan Halusinasi-nya kadang muncul
O = Klien tampak mengikuti arahan
A = Masalah belum teratasi 1 dan 2
P = Lanjutkan Sp3p
1. Mengevaluasi kegiatan yang lalu (Sp1 dan Sp2)
2. Melatih kegiatan agar Halusinasi tidak muncul
Tahapannya :
a. Menjelaskan pentingnya aktivitas yang teratur
untuk mengatasi Halusinasi
b. Mendiskusikan aktivitas yang biasa dilakukan oleh
Klien
Melatih Klien melakukan aktivitas
c. Menyusun jadwal aktivitas sehari-hari sesuai
dengan aktivitas yang telah dilatih (dari bangun
tidur sampaitidur malam)
d. Memantau pelaksanaan jadwal kegiatan, berikan
penguatan terhadap perilaku Klien

1. 2. 3. 4. 5.
5. Jum’at I 09.31 S = - Klien mengatakan telah lakukan menghardik,
22/03/2019 WITA bercakap-cakap, kegiatan harian
- Klien mengatakan Halusinasi-nya kadang muncul
O = Klien tampak mengikuti arahan
A = Masalah belum teratasi 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7 dan 8
P = Lanjutkan Sp4p
1. Mengevaluasi kegiatan yang lalu (Sp1, Sp2 dan Sp 3)
2. Menanyakan program pengobatan
3. Menjelaskan pentingnya penggunaan obat pada
Gangguan Jiwa
4. Menjelaskan akibat bila tidak digunakan sesuai dengan
program
5. Menjelaskan akibat bila putus obat
6. Menjelaskan pengobata
(5B)
7. Melatih Klien minum obat
8. Memasukkan dalam jadwal harian Klien

B. Pembahasan

1. Pengkajian

105
Berdasarkan tinjauan teoritis menurut Lilik Ma’rifatul Azizah, 2016

bahwa pengkajian data yang didapatkan pada Klien Halusinasi adalah

sebagai berikut :

a. Berbicara, tertawa dan tersenyum sendiri

b. Bersikap seperti melihat sesuatu

c. Sering mondar mandir

d. Disorientasi

e. Tidak mampu atau kurang konsentrasi

f. Alur pikir kacau

g. Respon yang tidak sesuai

h. Menarik diri

i. Suka marah tiba-tiba

j. Sering melamun

Setelah melakukan perbandingan antara data pada teori dan kasus

nyata maka penulis menemukan kesenjangan pada saat melakukan pengkajian

pada Klien Ny “M” bahwa terdapat data yang tidak sesuai dengan teori yaitu :

a. Klien mengatakan sering melihat seorang anak dipukul dan di ikat/pasung

b. Klien mengatakan bayangan itu sering muncul setiap malam hari

c. Klien mengatakan tidak ada yang istimewah dalam dirinya

d. Klien mengatakan sekarang sudah jauh dari keluarganya

Kesenjangan antara teori dan kasus nyata yang penulis dapatkan

adalah sebagai berikut :

106
a. Pada teori didapatkan bahwa Klien yang dengan diagnosa keperawatan

Halusinasi sering menarik diri, tidak mau berbaur dengan orang lain

(Isolasi sosial). Data tersebut pada kasus tidak ditemukan dimana Klien

tampak berkumpul dan bercanda dengan temannya

b. Pada teori Klien tampak mondar mandir dalam ruangan, namun pada

kasus tidak ditemukan Klien tampak mondar mandir melainkan tampak

tenang dan bercerita dengan temannya

Pada saat dilakukan pengkajian pada Klien tidak didapatkan hambatan

sama sekali. Klien dapat diajak berbicara dan dapat membina hubungan saling

percaya.

2. Diagnosis

Diagnosa Keperawatan yang sering muncul pada Klien Halusinasi

menurut Lilik Ma’rifatul Azizah, 2016 adalah sebagai berikut :

a. Resiko tinggi perilaku kekerasan (PK)

b. Perubahan persepsi sensori; Halusinasi Penglihatan

c. Isolasi sosial

Sedangkan Diagnosa Keperawatan yang diangkat saat merawat Klien

Ny “M” didapatkan 3 Diagnosa Keperawatan yaitu :

a. Perubahan persepsi sensori; Halusinasi Penglihatan

b. Resiko tinggi perilaku kekerasan (PK)

c. Harga diri rendah

107
Kesenjangan yang ditemukan oleh penulis pada saat menyusun

Diagnosa Keperawatan dimana terdapat perbedaan Diagnosa Keperawatan

yang ditemukan pada Ny “M” yang ada pada teori yaitu diagnosa ke-3; Isolasi

sosial. Diagnosa Keperawatan ini tidak di tegakkan karena kondisi Klien tidak

memperlihatkan data yang mendukung Diagnosa tersebut. Klien nampak

sering bergabung bersama teman-temannya dan jarang menyendiri sehingga

Klien tidak dapat ditegak Diagnosa Keperawatan Isolasi sosial.

3. Intervensi

Adapun Rencana Keperawatan pada Klien Halusinasi menurut Lilik

Ma’rifatul Azizah, 2016 yaitu :

Sp1 P

a. Bantu Klien mengenal Halusinasi-nya (isi, waktu terjadinya, frekuensi,

situasi pencetus, perasaan saat terjadi Halusinasi)

b. Latih mengontrol Halusinasi dengan cara menghardik

Tahapan tindakannya meliputi :

1) Jelaskan cara menghardik

2) Peragakan caramenghardik

3) Minta Klien memperagakan ulang

4) Pantau penerapan cara ini, beri pengakuan perilaku Klien

5) Masukkan dalam jadwal kegiatan Klien

Sp 2p

a. Evaluasi kegiatan yang lalu (Sp 1)

b. Latih berbicara / bercakap dengan orang lain saat Halusinasi muncul

108
c. Masukkan dalam jadwal kegiatan Klien

Sp 3p

a. Evaluasi kegiatan yang lalu (Sp1 dan Sp2)

b. Latih kegiatan agar Halusinasi tidak muncul

Tahapannya :

1) Jelaskan pentingnya aktivitas yang teratur untuk mengatasi Halusinasi

2) Diskusikan aktivitas yang biasa dilakukan oleh Klien

3) Latih Klien melakukan aktivitas

4) Susun jadwal aktivitas sehari-hari

5) sesuai dengan aktivitas yang telah dilatih (dari bangun tidur sampai

tidur malam

6) Pantau pelaksanaan jadwal kegiatan,berikan penguatan terhadap

perilaku Klien

Sp 4p

a. Evaluasi kegiatan yang lalu (Sp1, Sp2 dan Sp 3)

b. Tanyakan program pengobatan

c. Jelaskan pentingnya penggunaan obat pada gangguan jiwa

d. Jelaskan akibat bila tidak digunakan sesuai dengan program

e. Jelaskan akibat bila putus obat

f. Jelaskan pengobatan (5B)

g. Latih Klien minum obat

h. Masukkan dalam jadwal harian Klien

Sp 1k

109
a. Identifikasi masalah keluarga dalam merawat Klien

b. Jelaskan tentang halusinasi :

1) Pengertian Halusinasi

2) Jenis Halusinasi yang dialami Klien

3) Tanda dan gejala Halusinasi

4) Cara merawat Klien Halusinasi (cara berkomunikasi, pemberian obat

dan pemberian aktivitas kepada Klien)

c. Sumber-sumber pelayanan kesehatan yang bisa dijangkau

d. Bermain peran cara merawat

e. Rencana tindak lanjut keluarga, jadwal keluarga untuk merawat Klien

Sp 4k

a. Evaluasi kemampuankeluarga

b. Evaluasi kemampuan Klien

c. RTL keluarga

1) Follow Up

2) Rujukan

d. Implementasi

Pelaksanaan Tindakan Keperawatan disesuaikan dengan rencana

Tindakan Keperawatan. Sebelum melaksanakan Tindakan Keperawatan yang

sudah direncakan, Perawat perlu memvalidasi apakah rencana tindakan

keperawatan masih dibutuhkan dan sesuai dengan kondisi Klien saat ini.

Implementasi yang dilakukan pada Ny “M” disesuaikan dengan teori yang

110
ada. Tetapi dalam pelaksanaanya, Implementasi yang dapat dilakukan yaitu ;

Diagnosa 1 : Perubahan persepsi sensori; Halusinasi Penglihatan.

Implementasi yang dapat dilakukan adalah

Sp1 P

1. Bantu Klien mengenal Halusinasi-nya (isi, waktu terjadinya, frekuensi,

situasi pencetus, perasaan saat terjadi Halusinasi)

2. Latih mengontrol Halusinasi dengan cara menghardik

Tahapan tindakannya meliputi :

a. Jelaskan cara menghardik

b. Peragakan cara menghardik

c. Minta Klien memperagakan ulang

d. Pantau penerapan cara ini, beri pengakuan perilaku Klien

e. Masukkan dalam jadwal kegiatan Klien

Sp 2p

1. Evaluasi kegiatan yang lalu (Sp 1)

2. Latih berbicara / bercakap dengan orang lain saat Halusinasi muncul

3. Masukkan dalam jadwal kegiatan Klien

Sp 3p

1. Evaluasi kegiatan yang lalu (Sp1 dan Sp2)

2. Latih kegiatan agar Halusinasi tidak muncul

Tahapannya :

a. Jelaskan pentingnya aktivitas yang teratur untuk mengatasi Halusinasi

b. Diskusikan aktivitas yang biasa dilakukan oleh Klien

111
c. Latih Klien melakukan aktivitas

d. Susun jadwal aktivitas sehari-hari

e. Sesuai dengan aktivitas yang telah dilatih (dari bangun tidur sampai

tidur malam

f. Pantau pelaksanaan jadwal kegiatan,berikan penguatan terhadap

perilaku Klien

Sp 4p

1. Evaluasi kegiatan yang lalu (Sp1, Sp2 dan Sp 3)

2. Tanyakan program pengobatan

3. Jelaskan pentingnya penggunaan obat pada gangguan jiwa

4. Jelaskan akibat bila tidak digunakan sesuai dengan program

5. Jelaskan akibat bila putus obat

6. Jelaskan pengobatan (5B)

7. Latih Klien minum obat

8. Masukkan dalam jadwal harian Klien

Sp 1k

1. Identifikasi masalah keluarga dalam merawat Klien

2. Jelaskan tentang Halusinasi :

a. Pengertian Halusinasi

b. Jenis Halusinasi yang dialami Klien

c. Tanda dan gejala Halusinasi

d. Cara merawat Klien Halusinasi (cara berkomunikasi, pemberian obat

dan pemberian aktivitas kepada Klien)

112
3. Sumber-sumber Pelayanan Kesehatan yang bisa dijangkau

4. Bermain peran cara merawat

5. Rencana tindak lanjut keluarga, jadwal keluarga untuk merawat Klien

Sp 2k

1. Evaluasi kemampuan (Sp1k)

2. Latih keluarga merawat Klien

3. RTL keluarga / jadwal kluarga untuk merawat Klien

Sp 3k

1. Evaluasi kemampuan (Sp1k)

2. Latih keluarga merawat Klien

RTL keluarga / jadwal kluarga untuk merawat Klien

Sp 4k

1. Evaluasi kemampuan keluarga

2. Evaluasi kemampuan Klien

3. RTL keluarga

a. Follow Up

b. Rujukan

5. Evaluasi

Evaluasi Keperawatan yang dilakukan pada Ny “M” sebagai berikut :

Keadaan Klien sebelum dilakukan Tindakan Keperawatan adalah :

a. Klien mengatakan melihat seorang anak dipukul dan di ikat/pasung

b. Klien mengatakan pernah mengkonsumsi narkoba sebelum masuk Rumah

Sakit

113
c. Klien mengatakan sering didalam rumah sebelum masuk Rumah Sakit

d. Klien mengatakan malu dengan dirinya karena sudah jauh dari keluarga

Keadaan Klien setelah dilakukan Tindakan Keperawatan adalah :

a. Klien menunjukkan Halusinasi berkurang

b. Klien kooperatif dengan kehadiran Perawat

c. Klien dapat melakukan anjuran dari Perawat

d. Klien dapat mengendalikan Halusinasi-nya dengan 4 cara yaitu :

Menghardik Halusinasi, bercakap-cakap dengan orang lain, melakukan

kegiatan, dan minum obat.

e. Klien tau cara minum obat

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Maramis (2005) dalam Eko Prabowo (2014). Halusinasi merupakan

gangguan atau perubahan persepsi dimana Klien mempersepsikan sesuatu yang

sebenarnya tidak terjadi. Suatu penerapan Panca Indra tanpa ada rangsangan dari

luar. Suatu penghayatan yang dialami suatu persepsi melalui Panca Indra tanpa

stimulus eksteren: persepsi palsu

Keliat dalam Amin Huda Nurarif (2015). Halusinasi adalah suatu gejala

gangguan jiwa pada individu yang ditandai dengan perubahan sensori persepsi;

merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan atau penghiduan.

Klien seakan stimulus yang sebenarnya tidak ada.

114
Pada BAB ini penulis akan menjabarkan beberapa kesimpulan mengenai

Asuhan Keperawatan pada Ny “M” dengan Halusinasi Penglihatan diruang

kenanga Rumah Sakit Khusus Daerah Dadi Provinsi Sulawesi Selatan.

Kesimpulan tersebut diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Pengkajian pada Klien dengan Halusinasi Penglihatan didapatkan data bahwa

Klien mengatakan melihat seorang anak dipukul dan di ikat/pasung diwaktu

tertentu seperti pada malam hari.

2. Masalah Keperawatan lain yang muncul pada Ny “M” dengan Halusinasi

Penglihatan adalah Harga Diri Rendah.

3. Penyusunan Rencana Keperawatan Jiwa dilaksanakan dalam mengatasi

masalah sesuai dengan Diagnosa Keperawatan yang muncul pada saat

pengkajian.

4. Dalam melakukan Tindakan Keperawatan Jiwa difokuskan pada Klien sesuai

apa yang direncanakan sebelumnya.

5. Dalam evaluasi pelaksanaan Asuhan Keperawatan Jiwa dilaksanakan dengan

membandingkan teori dengan kasus.

B. Saran

Dari hasil kesimpulan diatas, penulis dapat mengemukakan beberapa

saran, sebagai berikut:

1. Kepada Institusi Pendidikan agar senantiasa dapat meningkatkan pengetahuan

dan keterampilan Mahasiswa dengan pengadaan literatur yang mendukung

untuk pelaksanaan Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Jiwa khususnya

yang mengalami Halusinasi.

115
2. Kepada Instansi Rumah Sakit/Staf kiranya senantiasa menambah fasilitas dan

sarana prasarana yang memadai dalam memberikan pelayanan kepada Klien

Gangguan Jiwa yang dirawat dan dapat menindak lanjuti Asuhan

Keperawatan Jiwa yang tidak sempat dilakukan.

3. Kepada keluarga/Klien diharapkan turut berpartisipasi aktif dalam mendukung

pelayanan Keperawatan pada Klien yang dirawat terutama dalam

meningkatkan jumlah kunjungannya.

4. Kepada Masyarakat/Pembaca agar senantiasa menciptakan suasana kondusif

bila mana terdapat penderita Gangguan Jiwa di lingkungan sekitarnya dan

dapat menjadi sistem pendukung yang positif bagi Klien.

5. Kepada Tenaga Keperawatan dengan pengalaman nyata yang penulis

dapatkan pada saat merawat Klien Ny “M” diharapkan dapat diaplikasikan

sebaik-baiknya dimasa mendatang sehingga dapat membantu Klien

Halusinasi dalam menghadapi permasalahnnya

6. Penulis diharapkan dapat menjadi sebuah bahan Referensi dalam merawat

Klien yang mengalami gangguan jiwa terutama Halusinasi Penglihatan

116
117

Anda mungkin juga menyukai