Dosen Pembimbing :
Ns. Siti Aminah, M.Kep
Disusun oleh :
2021/2022
A. Definisi
Tuberculosis paru – paru merupakan penyakit infeksi yang menyerang parenkim paru –
paru yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini dapat juga menyebar ke
bagian tubuh lain seperti meningen, ginjal, tulang dan nodus limfe (Irman Somantri, 20013).
Tuberkulosis merupakan infeksi paru akut atau kronis yang ditandai dengan infiltrasi paru
dan pembentukan granulasi dengan perkijuan, fibrosis, dan kavitasi. Prognosis penyakit ini
sangat bagus dengan program pengobatan yang benar dan lengkap.
B. Etiologi
Sesak napas
Inadekuat oksigen
Untuk beraktivitas
Intoleransi aktivitas
C. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Somantri (2012), pemeriksaan penunjang pada pasien tuberkulosis adalah :
Kultur sputum : menunjukkan hasil positif Mycobacterium
tuberculosis pada stadium aktif.
b) Ziehl Neelsen (Acid-fast Staind applied to smear of body fluid) : positif
untuk bakteri tahan asam (BTA).
c) Skin test (PPD, Mantoux, Tine, Vollmer Patch) : reaksi positif (area
indurasi 10 mm atau lebih, timbul 48-72 jam setelah injeksi antigen
intradermal) mengindikasikan infeksi lama dan adanya antibody tetapi
tidak mengindikasikan penyakit sedang aktif.
d) Foto rongen dada (chest x-ray) : dapat memperlihatkan infiltrasi kecil
pada lesi awal di bagian paru-paru bagian atas, deposit kalsium pada
lesi primer yang membaik atau cairan pada efusi. Perubahan
mengindikasikan TB yang lebih berat, dapat mencakup area berlubang
dan fibrosa.
e) Histologi atau kultur jaringan (termasuk kumbah lambung, urine dan
CSF, serta biopsy kulit) : menunjukkan hasil positif untuk
Mycobacterium tuberculosis.
f) Needle biopsy of lung tissue : positif untuk granuloma TB, adanya selsel besar yang
mengindikasikan nekrosis.
g) Elektrolit : mungkin abnormal bergantung pada lokasi dan beratnya
infeksi, misalnya hyponatremia mengakibatkan retensi air, mungkin
ditemukan pada TB paru kronik lanjut.
h) ABGs : mungkin abnormal, bergantung pada lokasi, berat dan sisa
kerusakan paru.
i) Bronkografi : merupakan pemeriksaan khusus untuk melihat kerusakan
bronkus atau kerusakan paru karena TB.
j) Pemeriksaan darah : leukositosis, laju endap darah (LED) meningkat.
k) Tes fungsi paru : VC menurun, dead space meningkat, TLC menurun,
dan saturasi oksigen menurun yang merupakan gejala sekunder dari
fibrosis infiltrasi paru da penyakit pleura.
D. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang diberikan menurut Somantri, 2012 bisa berupa metode preventif dan
kuratif. Cara-caranya sebagai berikut :
1. Penyuluhan
Penyuluhan yang dilakukan mengenai penyakit TB paru, penyebab, manifestasi klinis,
dan penatalaksanaan.
2. Pencegahan
Cara pencegahanya yaitu berhenti merokok dan minum alcohol, olah raga secara
teratur, makan makanan yang bergizi dan istirahat yang cukup, selalu menjaga
kebersihan mulut dan mempelajari cara batuk yang baik
3. Pemberian obat-obatan
a) OAT (Obat Anti Tuberkulosis)
Tabel 2.1 Pemberian dosis Obat Anti Tuberculosis (OAT).
Obat Anti Rekomendasi Dosis (mg/kgBB)
TB Esensial Per hari Per Minggu
3x 2x
Isoniazid (H) 5 1 1
Rifampisin 10
1 1
®
25 3 5
15 1 1
15 3 4
b) Bronkodilator
c) Ekspektoran
d) OBH
e) Vitamin
c. Aktivitas Olahraga Program aktivitas olahraga untuk TB Paru dapat terdiri atas sepedah
ergometri, latihan treadmill, atau berjalan dengan diatur waktunya, dan frekuensinya dapat
berkisar dari setiap hari sampai setiap minggu.
d. Konseling Nutrisi Malnutrisi adalah umum pada pasien TB Paru dan terjadi pada lebih dari
50% pasien TB Paru yang masuk rumah sakit. Berikan nutrisi yang terpenuhi bagi pasien
agar tidak terjadi malnutrisi.
E. Pengkajian
1. Biodata
Nama, umur, kuman TBC menyerang semua umur, jenis kelamin, tempat tinggal
(alamat), pekerjaan, pendidikan dan status ekonomi menengah kebawah dan satitasi
kesehatan yang kurang ditunjang dengan padatnya penduduk dan pernah punya
riwayat kontak dengan penderita TB patu yang lain.
2. Keluhan Utama
- Keluhan Respiratorik, meliputi batuk, batuk darah, sesak napas, nyeri dada.
- Keluhan sistemis, meliputi demam, hilang timbul, dan keluahn sistemis lainnya
seperti anoreksia, penurunan BB, malaise, dan keringat malam.
3. Riwayat penyakit sekarang
Meliputi keluhan atau gangguan yang sehubungan dengan penyakit yang di rasakan
saat ini. Dengan adanya batuk, nyeri dada, keringat malam, nafsu makan menurun
dan suhu badan meningkat mendorong penderita untuk mencari pengonbatan. Perlu
juga ditanyakan mulai kapan keluhan itu muncul. Apa tindakan yang telah dilakukan
untuk menurunkan atau menghilangkan keluhan-keluhannya tersebut.
4. Riwayat Penyakit dahulu
Pengkajian yang mendukung adalah dengan mengkaji apakah sebelumnya klien
pernah menderita TB Paru, keluhan batuk lama pada masa kecil, pembesaran getah
bening, dan penyakit lain yang memperberat TB seperti diabetes mellitus.
5. Riwayat Penyakit Keluarga
Secara patologi TB Paru tidak diturunkan, tapi hal ini perlu ditanyakan sebagai factor
predisposisi penularan di dalam rumah.
Pola Kesehatan Sehari-hari
1 Pola Nutrisi
Sebelum sakit : Klien tidak ada masalah dalam nafsu makan, sehingga berat badanya
ideal.
Saat sakit : Klien penyakit TB paru mengalami nafsu makan menurun, sehingga
menyebabkan penurunan berat badan. Ditandai dengan turgon kulit yang buruk,
kering/bersisik, kehilangan otot/lemak subkutan (Doenges, Moorhouse, & Geissler,
2012).
2 Pola Eliminasi
Sebelum sakit : Pasien tidak mengalami gangguan pada eliminasi baik BAK maupun
BAB.
Saat sakit : Pada penderita TB paru tidak ditemukan adanya gangguan eliminasi, BAK
dan BAB pasien seperti biasanya.
3 Pola Istirahat
Sebelum sakit : Klien bisa istirahat dengan nyaman tidak ada gangguan.
Saat sakit : Klien mengalamin kesulitan tidur pada malam hari karena adanya sesak nafas.
Ditandai sering menguap dan lemas (Doenges, Moorhouse, & Geissler, 2012).
4 Personal Hygiene
Sebelum sakit : Klien bisa melakukan personal hygene dengan sendiri (mandiri).
Saat sakit : Klien tidak bisa melakukan personal hygene secara mandiri karena sesak
nafas. Sehingga terjadi penurunan personal gygienenya secara mandiri (Muttaqin, 2012).
5 Pola Aktivitas
Sebelum sakit : Klien dalam keadaan sehat, sehingga bisa beraktivitas seperti biasanya.
Saat sakit : Klien TB paru mengalami kelelahan yang disebabkan karena kekurangan
suplai oksigen. Maka saat mau melakukan aktivitas memerlukan bantuan orang lain
(Price dan Wilson, 2014).
6. Pemeriksaan
a. Pemeriksaan Umum
Klien dengan TB paru biasanya didapatkan peningkatan suhu tubuh secara
signifikan, frekuensi napas meningkat apabila disertai sesak, denyut nadi
meningkat, hipertensi.
b. Pemeriksaan Fisik
1) Sistem pernapasan
- Inspeksi :
Bentuk dada dan gerakan pernapasan. Adanya penurunan proporsi
diameter bentuk dada antero-posterior dibandingkan proporsi diameter
lateral. Gerakan pernapasan tidak simetris, sehingga terlihat pada sisi sakit
pergerakan dadanya tertinggal. Batuk dan sputum.
- Palpasi : palpasi trachea dan gerakan dinding thoraks anterior / ekskrusi
pernapasan.
- Perkusi : terdapat bunyi sonor pada seluruh lapang paru.
- Auskultasi : terdapat bunyi tambahan ronkhi.
2) Sistem Kadiovaskuler
- Inspeksi : inspeksi tentang adanya parut dan keluhan kelemahan fisik.
- Palpasi : denyut nadi perifer melemah.
- Perkusi : batas jantung mengalami pergeseran.
- Auskultasi : TD normal, tidak terdapat bunyi jantung tambahan.
3) Sistem perkemihan
Dibiasakan dengan urine yang berwarna jingga pekat dan berbau yang
menandakan fungsi ginjBal masih normal sebagai ekskresi karena minum
OAT.
4) Sistem pencernaan
Biasanya mengalami mual, muntah, anoreksia, penurunan BB.
5) Sistem muskuloskeletal
Gejala yang muncul antara lain kelemahan, kelelahan, insomnia, pola hidup
menetap, dan jadwal olahraga tidak teratur.
7. Pemeriksaan Diagnostik
1) Pemeriksaan Dahak
Menurut (Kemenkes RI, 2014) pemeriksaan dahak dapat dilakukan dengan dua
cara yaitu pemeriksaan dahak mikroskopi langsung dan pemeriksaan biakkan.
2) Pemeriksaan Dahak Mikroskopi Langsung
Pemeriksaan dahak berfungsi untuk menegakkan diagnosis, menilai
keberhasilan pengobatan dan menentukan potensi penularan. Pemeriksaan
dahakuntuk penegakan diagnosis dilakukan dengan mengumpulkan 3 contoh uji
dahak yang dikumpulkan dalam dua hari kunjungan yang berurutan berupa
dahak Sewaktu-Pagi-Sewaktu (SPS):S (sewaktu): dahak ditampung pada saat
terduga pasien TB datang berkunjung pertama kali ke fasyankes. Pada saat
pulang, terduga pasien membawa sebuah pot dahak untuk menampung dahak
pagi pada hari kedua.P (Pagi): dahak ditampung di rumah pada pagi hari kedua,
segera setelah bangun tidur. Pot dibawa dan diserahkan sendiri kepada petugas
di fasyankes.S (Sewaktu): dahak ditampung di fasyankes pada hari kedua, saat
menyerahkan dahak pagi.
3) Pemeriksaan Biakkan
Pemeriksaan biakan untuk identifikasi Mycobacterium tuberkulosis
dimaksudkan untuk menegakkan diagnosis pasti TB pada pasien tertentu.
Pemeriksaan tersebut dilakukan disarana laboratorium yang terpantau mutunya.
Apabila dimungkinkan pemeriksaan dengan menggunakan tes cepat yang
direkomendasikan WHO maka untuk memastikan diagnosis dianjurkan untuk
memanfaatkan tes cepat tersebut.Menurut (Muttaqin, 2008) bahan pemeriksaan
secara mikroskopi dengan membuat sediaan dan diwarnai dengan pewarnaan
tahan asam serta diperiksa dengan lensa rendam minyak. Hasil pemeriksaan
mikroskopi dapat memunculkan tiga kemungkinan. Pertama, bila setelah
pemeriksaan teliti selama 10 menit tidak ditemukan bakteri tahan asam, maka
akan diberikan label (penanda): “Bakteri tahan asam negatif atau BTA (-).
Kedua, bila ditemukan bakteri tahan asam 1-3 batang pada seluruh sediaan,
maka jumlah yang ditemukan harus disebut, dan sebaiknya dibuat sediaan
ulang. Ketiga, bila ditemukan bakteri-bakteri tahan asam maka harus diberi
label: “Bakteri tahan asam positif atau BTA (+).
4) Pemeriksaan Rontgen Thoraks
Pemeriksaan Rontgen Thoraks sangat berguna untuk mengevaluasi hasil
pengobatan dan ini bergantung pada tipe keterlibatan dan kerentanan bakteri
tuberkel terhadap obat anti tuberkulosis, apakah sama baiknya dengan respon
dari pasien. Penyembuhan yang lengkap sering kali di beberapa area dan ini
adalah observasi yang dapat terjadi pada penyembuhan yang lengkap. Hal ini
tampak paling menyolok pada pasien dengan penyakit akut yang relatif dimana
prosesnya dianggap berasal dari tingkat eksudatif yang besar.
5) Pemeriksaan CT Scan
Pemeriksaan CT Scan dilakukan untuk menemukan hubungan kasus TB
inaktif/stabil yang ditunjukkan dengan adanya gambaran garis-garis fibrotik
ireguler, pita parenkimal, kalsifikasi nodul dan adenopati, perubahan
kelengkungan berkas bronkhovaskular, bronkhiektasis dan emfisema
perisikatriksial. Sebagaimana pemeriksaan Rontgen thoraks, penentuan bahwa
kelainan inaktif tidak dapat hanya berdasarkan pada CT Scan pada pemeriksaan
tunggal, namun selalu dihubungkan dengan kultur sputum yang negatif dan
pemeriksaan secara serial setiap saat.Gambaran adanya kavitas sering
ditemukan pada klien dengan TB dan sering tampak pada gambaran Rontgen
karena kavitas tersebut membentuk lingkaran yang nyata atau bentuk oval
radiolucent dengan dinding yang cukup tipis. Jika penampakkan kavitas kurang
jelas, dapat dilakukan pemeriksaan CT Scan untuk memastikan atau
menyingkirkan adanya gambaran kavitas tersebut. Pemeriksaan CT Scan sangat
bermanfaat untuk mendeteksi adanya pembentukkan kavitas dan lebih dapat
diandalkan dari pada pemeriksaan Rontgen biasa.
6) Uji Tuberkulin
Uji tuberkulin merupakan pemeriksaan guna menunjukkan reaksi imunitas
seluler yang timbul setelah 4-6 minggu penderita mengalami infeksi pertama
dengan basil tuberkulosis. Banyak cara yang dipakai tapi yang paling sering
adalah cara dari Mantoux. Robert Koch (1890) membuat old tuberculindari
filtrat kultur basil tuberkulosis dan kemudian peneliti lain ini dilanjutkan oleh
F.B. Siebert (1926) dengan cara memurnikan hasil kultur yang diperoleh
menjadi purified protein derivate of tuberkulosis (PPD).Reaksi pada uji
tuberkulin adalah delayed type hypersensitivity. Bila seseorang belum pernah
mengalami infeksi dengan basil tuberkulosis, maka di dalam tubuh seseorang
tersebut akan timbul reaksi. Reaksi pertama berupa T-limfosit dari host menjadi
peka (sensitized), kemudian bila T-limfosit peka tersebut kontak dengan
tuberkulin, maka akan terjadi pelepasan mediator limfokin.
7) Pemeriksaan Uji Kepekaan Obat
Uji kepekaan obat bertujuan untuk menentukan ada tidaknya resistensi
Mycobacterium Tuberculosis terhadap OAT. Untuk menjamin kualitas hasil
pemeriksaan, uji kepekaan obat tersebut harusdilakukan oleh laboratorium yang
telah tersertifikasi atau lulus uji pemantapan mutu/QualityAssurance (QA). Hal
ini dimaksudkan untuk memperkecil kesalahan dalam menetapkan jenis
resistensi OAT dan pengambilan keputusan paduan pengobatan pasien dengan
resistan obat (Kemenkes RI, 2014). Menurut teori Kunoli (2012) bahwa kasus
TB Paru dengan dahak positif dan penderita dengan keadaan seperti meningitis,
pericarditis, peritonitis, efusi pleura dan lainnya akan diberikan terapi intensif
terdiri dari isoniazid, rifampisin, pirazinamid, dan etambutol.
F. Analisa Data
Minor
Ds : Demam
1. Dispnea
2. Sulit bicara
3. Prthopnea
Do Pelepasan dinding bahan tuberkel
1. Gelisah dari dinding kavitas
2. Sianosis
Trakeobrankial
Penumpukan secret
Grnulasi
Penumpukan secret
Anoreksia munta
Deficit nutrisi
Trakeobrankial
Penumpukan secret
Batuk
Gangguan pola tidur
Nekrosis kaseosa
Grnulasi
Sesak nafas
Penumpukan secret
Batuk
nyeri akut
Penumpukan secret
Batuk
Droplet
Resiko infeksi
G. Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d spasme jalan nafas, hipersekresi jalan nafas,
sidfungsi neuromuskuler d.d batuk tidak efektif, tidak mampu batuk, sputum berlebih,
dispnea
2. Defisit nutrisi b.d ketidkamampuan menelan makanan d.d berat badan menurun
minimal 10% dibawah rentang ideal, cepat kenyang setelah makan
3. Gangguan pola tidur b.d restraint fisik d.d mengeluh sulit tidur, mengeluh sering
terjaga, mengeluh tidak puas tidr
4. Intoleraansi aktivitas b.d kelemahan, imobilitas d.d mengeluh lelah, gambaran ekg
menunjukan iskemia, sianosis dan merasa lemah
5. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis (mis, inflamasi, iskemia, neoplasma) d.d
tampak meringis, gelisah frekuensi nadi meningkat
6. Hipertermi b.d kerusakan hipotalamus, penurunan laju metabolisme d.d kulit teraba
ddingin, menggigil, suhu tubuh dibawah nilai normal
7. Resiko infeksiresiko infeksi dibuktikan dengan penyakit kronis, efek prosedur invasif,
malnutrisi, peningkatan paparan orgaisme patogen lingkungan
Kolaborasi
1 Kolaborasi
pemberian
bronkhodilator
, jika perlu
3 Gangguan pola Setelah Intervensi Utama Intervensi Utama
tidur dilakukan Edukasi Edukasi
intervensi aktivitas/Istirahat aktivitas/Istirahat
keperawatan pola Observasi Observasi
tidur membaik 1 Identifikasi 1 Untuk
dengan kriteria kesiapan dan mengidenttifik
hasil : kemampuan asi kesiapan
1 Keluhan menerima dan
sulit tidur informasi kemampuan
menurun Terapeutik menerima
2 Keluhan 1 Sediakan materi informasi
pola tidur dan media Terapeutik
berubah pengaturan 1 Untuk
menurun aktivitas dan menyediakan
3 Keluhan istirahat materi dan
istirahat Edukasi media
tidak cukup 1 Ajarkan cara pengaturan
menurun mengidentifikasi aktivitas dan
4 Kemampuan kebutuhan istirahat
beraktivitas istirahat Edukasi
meningkat 1 Mengajarkan
Intervensi cara
Pendukung mengidentifika
Terapi relaksasi si kebutuhan
Observasi istirahat
1 Identifikasi
penurunan tingkat Intervensi
energi, Pendukung
ketidakmampuan Terapi relaksasi
berkonsentrasi, Observasi
atau gejala lain 1 Untuk
yang mengganggu mengidentifika
kemampuan si penurunan
kognitif tingkat energi,
Terapeutik ketidakmampu
1 Berikan informasi an
tertulis tentang berkonsentrasi,
persiapan dan atau gejala lain
prosedur teknik yang
relaksasi mengganggu
Edukasi kemampuan
1 Anjurkan sering kognitif klien
mengulangi atau Terapeutik
melatih teknik 1 Agar klien
relaksasi mengetahu
informasi
Edukasi
1 Agar klien
sering
mengulangi
atau melatih
teknik
relaksasi
DAFTAR PUSTAKA
[1] https://www.academia.edu/36736019/LAPORAN_PENDAHULUAN_TBC_docx
[2] PPNI.2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia(SDKI) Edisi I Cetakan
III(Revisi).Jakarta
[3] PPNI.2018.Standar Intervensi Keperawatan Indonesia(SIKI) Edisi Cetakan II.Jakarta
[4] PPNI.2019.Standar Luaran Keperawatan Indonesia(SLKI) Edisi Cetakan II.Jakarta
[5] http://repository.pkr.ac.id/1112/1/KTI%20ELIN%20ERLINA_.pdf
[6] https://repository.unej.ac.id/bitstream/handle/123456789/91631/Fajar%20Bagaskara-
152303101086%20spilt.pdf?sequence=1
[7] https://repository.unej.ac.id/bitstream/handle/123456789/91631/Fajar%20Bagaskara-
152303101086%20spilt.pdf?sequence=1