STROKE HEMORAGIK
Disusun Untuk Memenuhi Syarat Kepaniteraan
Stase Ilmu Saraf RSUD Dr. Soedono Madiun
Disusun oleh :
Gantar Dewa Pambayun
14711130
Pembimbing :
dr. Dinik Wuryani, Sp.S
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
KEPANITERAAN KLINIK ILMU SARAF
RSUD DR. SOEDONO MADIUN
2019
BAB I
LAPORAN KASUS
Thoraks
Paru
Inspeksi : Jejas (-), bentuk normal, gerak kedua hemitoraks simetris pada saat
statis dan dinamis
Palpasi : fremitus taktil kanan = kiri
Perkusi : sonor di hemithoraks kiri dan kanan
Auskultasi : suara napas vesikuler +/+ , rhonki -/-, wheezing -/-
Jantung
Inspeksi : Pulsasi ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Pulsasi ictus cordis teraba pada ICS V linea midclavicula sinistra, kuat
angkat
Perkusi : Batas kanan ICS V linea sternalis dekstra; batas kiri ICSV linea
midclavicula sinistra ; batas atas ICS III linea sternalis sinistra
Auskultasi : BJ I-II reguler, murmur (-), gallop (-).
Abdomen
Inspeksi : Jejas (-), tampak datar
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), tidak teraba pembesaran hepar dan lien.
Perkusi : Timpani diseluruh regio abdomen,nyeri ketok CVA(-)
Urogenital : Tidak diperiksa
Ekstremitas : edema ekstremitas inferior et superior (-/-), sianosis (-), ikterik (-),
Pemeriksaan motoris :
5 4
5 4
CT Scan Kepala
1.5 DIAGNOSIS
Klinis: Hemiparesis sinistra
Topis: Perdarahan di basal ganglia kanan
Etiologis: Stroke hemoragik
1.6 TERAPI
Planning Terapi :
a. Medikamentosa
- Tab Citicolin 500 mg 2 x 1
- Tab Amlodipin 10 mg 1x1 Tab
- Tab Artovastatin 20mg 1x1
- Tab Gabapentin 100 mg 2x1
- Tab Mecobalamin 500mcg 2x1
- Tab Alopurinol 200 mg 1x1
b. Edukasi :
- kontrol ke rehabilitasi medik
- Mengontrol tekanan darah di bawah 140/90 mmHg, target pengobatan di bawah
130/80
- Rajin olahraga
- Diet rendah garam
- Diet rendah purin
c. Monitoring :
- Monitoring perkembangan kekuatan otot
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Stroke
Stroke adalah suatu disfungsi neurolofis akut yang dapat disebabkan oleh sumbatan
pembuluh darah atau proses iskemik pada satu atau beberapa bagian otak; maupun pecahnya
pembuluh darah otak. Disfungsi ini dapat bersifat sementara atau hingga meninggal dunia.
Secara klasik, stroke memiliki karakteristik berupa deficit neurologis berdasarkan letak lesi
fokal (area tertentu) otak. Hal ini menyebabkan disabilitas dan kematian pada sebagian besar
penderita stroke (Sacco, 2013)
Definisi yang paling banyak diterima secara luas bahwa stroke adalah suatu sindrom
yang ditandai dengan gejala dan atau tanda klinis yang berkembang dengan cepat yang berupa
gangguan fungsional otak maupun fokal maupun global yang berlangsung lebih dari 24 jam
(kecuali ada intervensi bedah atau membawa kematian) yang tidak disebabkan oleh sebab lain
selain penyebab vaskuler (Gofir, 2011).
Berdasarkan mekanisme terjadinya, stroke diklasifikasikan menjadi 2 jenis yaitu stroke
iskemik dan stroke perdarahan (hemoragik). Stroke hemoragik terjadi karena pembuluh darah
otak rupture atau pecah, sering dihubungkan dengan tekanan darah yang naik mendadak atau
tekanan intrakranial terlalu tinggi akibat infeksi otak, tumor otak dan penyakit lainnya. Stroke
hemoragik dibagi ke dalam 2 subtipe yakni perdarahan intraserebral dan perdarahan
subarakhnoid. Sedangkan, stroke iskemik terjadi akibat oklusi atau sumbatan pembuluh darah
otak ; terdapat 3 penyebab utama stroke ini, yaitu meliputi hipo-perfusi, embolisme, dan
trombosis.
B. Epidemiologi
Stroke merupakan salah satu penyakit tidak menular yang menjadi penyebab kematian
terbesar di seluruh dunia. Stroke termasuk dalam cerebrovascular disease yaitu gangguan
fungsi otak yang berhubungan dengan penyakit pembuluh darah yang mensuplai ke otak.
Stroke disebut juga brain attack atau serangan otak yang selalu terjadi secara tiba-tiba dengan
gejala yang beragam. Namun sebagian besar gejala yang sering ditemukan adalah kondisi
badan yang lumpuh separo dan/atau disertai dengan penurunan kesadaran (Mulyatsih dan
Ahmad, 2010).
Data CDC (2013) menunjukkan bahwa stroke merupakan penyakit penyebab kematian
kedua di dunia setelah penyakit jantung, hal ini termasuk di negara berpenghasilan sedang dan
tinggi, sedangkan pada negara berpenghasilan rendah stroke menjadi penyebab kematian
nomor enam, setelah penyakit infeksi pernapasan bawah, diare, HIVAIDS, penyakit jantung
dan malaria. Sementara di Amerika Serikat, stroke merupakan penyebab kematian dan
kecacatan terbanyak keempat pada tahun 2009. Sekitar 795.000 penduduk di Amerika terkena
stroke setiap tahunnya, ini berarti bahwa stroke dapat terjadi setiap 40 detik. Dari jumlah
tersebut, 610.000 di antaranya adalah serangan stroke pertama, sedangkan 185.000
merupakan stroke ulang. Stroke menjadi penyakit nomor satu yang mematikan di Indonesia.
Data Riskesdas (2007) menyebutkan prevalensi stroke di Indonesia adalah sebesar 8,3 per
1.000 penduduk dan mengalami peningkatan pada tahun 2013 menjadi 12,1 per 1000
penduduk. Sedangkan prevalensi stroke di Jawa Timur masih cukup tinggi pada tahun 2013
yaitu 9,1% berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan dan 16,0% berdasarkan diagnosis tenaga
kesehatan dengan gejala. Di Kota Surabaya, prevalensi penderita stroke juga mengalami
peningkatan dari tahun 2007–2013. Prevalensi stroke pada tahun 2007 sebesar 0,7%
sedangkan pada tahun 2013 meningkat menjadi 16,2% (Depkes RI, 2013).
C. Etiologi
Pada stroke hemoragik, penyebab utamanya adalah pecahnya pembuluh darah otak
menyebabkan keluarnya darah ke jaringan parenkim otak, ruang cairan cerebrospinal disekitar
otak, atau kombinasi keduanya. Penyebab utama stroke ICH dapat dikelompokkan dalam tiga
kategori yaitu:
Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi, yaitu usia, jenis kelamin, ras/entnis, genetik.
Faktor risiko yang dapat dimodifikasi, yaitu inaktivasi fisik, diet yang buruk, obesitas,
hipertensi, diabetes melitus, dyslipidemia, sindroma metabolik, hiperhomocysteinemia,
infeksi, penyalahgunaan alkohol, dll.
D. Patogenesis
Mekanisme ICH yang sering terjadi adalah faktor hemodinamik yang berupa peningkatan
tekanan darah. Hipertensi kronis menyebabkan pembuluh darah arteriol yang berdiameter
100-400 mikrometer mengalami perubahan yang patologik. Perubahan tersebut berupa
lipohyalianosis, fragmentasi, nekrosis fibrinoid, dan mikro aneurismepada arteri perforans
kecil diotak. Kenaikan tekanan darah secara mendadak ini dapat menginduksi pecahnya
pembuluh darah. Jika pembuluh darah tersebut pecah, maka akan menyebabkan perdarahan.
Perdarahan dapat beralangsung hingga 6 jam dan jika volume perdahan besar sehingga akan
menyebabkan kerusakan pada struktur anatomi otak justru menyebabkan gejala klinis.
Perdarahan yang luas ini bisa menyebabkan destruksi jaringan otak, peningkatan tekanan
intracranial (TIK), penurunan perfusi ke otak, gangguan drainase otak dan yang lebih berat
dapat menyababkan herniasi otak.
Metode lain untuk membedakan stroke iskemik dan stroke hemoragik dengan
pemeriksaan fisik adalah Algoritma Gajah Mada. Berikut algoritma gajah mada:
-
Pemeriksaan penunjang CT Scan, merupakan “gold standard” dalam menegakkan
diagnosis stroke. "Waktu terbaik" untuk melakukan CT scan pada stroke secara rutin adalah
sesegera mungkin; tidak ada gunanya menunggu, dan sehingga bisa melakukan pengobatan
secepatnya. Dalam prakteknya waktu CT Scan dipengaruhi oleh obat apa yang sedang
dipertimbangkan dan sumber daya yang tersedia. Pada pasien dianggap kandidat untuk aktivator
plasminogen jaringan rekombinan (rt-PA), CT Scan wajib untuk menentukan bahwa tidak ada
perdarahan intrakranial atau infark yang cukup besar sebelum obat trombolitik diberikan. Saat
ini, mengingat potensi bahaya, ada argumen bagus untuk mempertimbangkan penggunaan
trombolisis dalam lingkungan klinis yang sangat terorganisir, dengan perawatan khusus yang
sesuai jalur ditetapkan dan tinjauan ahli CT scan segera tersedia. Kegunaan CT scan pada stroke
1. Untuk membedakan gangguan vaskular dari non-vaskular
2. Untuk membedakan infark dari perdarahan
3. Jika ragu, ulangi pemindaian beberapa minggu kemudian tanpa kontras
4. Kontras dapat menyesatkan dan hanya digunakan dalam keadaan khusus
Yang harus diperhatikan CT scan pada Stroke
1. Identifikasi semua perdarahan parenkim dengan akurasi hampir 100% hanya dalam 5-7
hari stroke — setelahnya perdarahan kecil tidak bisa dibedakan dari infark
2. Hanya sekitar 50% infark yang dapat terlihat
3. Tidak ada waktu "optimal" untuk "melihat" suatu infark
4. "Melihat" infark tidak diperlukan untuk mendiagnosis stroke iskemik
G. TERAPI
Jaringan otak di area perdarahan umumnya tidak rusak total. Jaringan otak yang
hidup sering ditemukan ditengah darah yang mengalami ekstravasasi. Hal ini menjelaskan
mengapa defisit neurologis pasien biasanya pulih dengan cepat ketika hematoma teresorpsi
daripada bila disebabkan stroke iskemik. Pasien stroke hemoragik harus dirawat di ICU jika
volume hematoma >30 mL, perdarahan intraventrikuler dengan hidrosefalus, dan keadaan
klinis cenderung memburuk.
Pemeliharaan
Pemberian neuroprotektif juga diperlukan dalam terapi stroke. Pemberian citicoline
dalam 24 jam setelah onset memberikan peningkatan probabilitas penyembuhan dalam 3
bulan. Selain itu pemberian piracetam dalam 7 jam pertama dapat berpengaruh terhadap
penyembuhan. Selain itu, surgical evacuation of a hemispheral clot pada fase akut kadang
dapat menjadi lifesaving dan pasien mendapatkan terapi operasi jika lebar perdarahan
hemisperium lebih dari 3 cm. Penatalaksanaan umum sama dengan pada stroke iskemik,
tukak lambung diatasi dengan antagonis H2 parenteral, sukralfat, atau inhibitor pompa
proton; komplikasi saluran napas dicegah dengan fisioterapi dan diobati dengan antibiotik
spektrum luas.
H. Tindakan bedah
a. Tidak dioperasi bila :
Pasien dengan perdarah kecil (<10 cm 3) atau defisit neurologis minimal
Pasien dengan GCS <4. Meskipun pasien GCS <4 dengan perdarahan
intracerebral disertai kompensasi batang otak masih mungkin untuk life saving
b. Dioperasi bila
Pasien dengan perdarahan serebral >3 cm dengan perburukan klinis atau kompresi
batang otak dan hidrosefalus dari obstruksi ventrikel harus secepatnya dibedah.
ICH dengan lesi struktural seperti aneurisma malformasi AV atau angioma
cavernosa dibedah jika mempunyai harapan outcome lebih baik dan lesi
strukturnya terjangkau.
Pasien usia muda dengan perdarahan lobar sedang sehingga besar yang
memburuk.
Pembedahan untuk evakuasi hematoma terhadap pasien usia muda dengan
perdarahan lobar yang luas (> 50 cm3) masih menguntungkan.
DAFTAR PUSTAKA
Bendtsen, L., Evers, S., Linde, M., Mitsikostas, D. D., Sandrini, G., Schoenen, J., 2010. EFNS
Ginsberg, L., 2007. Lecture Notes Neurologi (ed 8th). Wardhani, I. R.(Ahli Bahasa), 2007.
Harsono, 2005. Kapita Selekta Neurologi (Ed 2nd), Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Hatano, S., 1976, Experience from a multicentre stroke register: a preliminary report. Bull WHO
Halaman 541-543
Ropper, H. A., Brown, H. R., 2005. Adams and Victor’s Principles of Neurology (Ed 8 th).