LAPORAN KASUS
Status Pasien
A. Identitas
- Nama : Tn. J
- Jenis Kelamin : Laki-laki
- Umur : 64 tahun
- Alamat : Ngariboyo, Magetan
- Agama : Islam
- Pekerjaan : Swasta
- Masuk Rumah Sakit : 14 Januari 2016
- Nomer CM : 6650196
5. Ringkasan Anamnesis:
- Tn. J, 64 tahun
- Mengeluh penurunan kesadaran
- Keluhan muncul mendadak sejak 1 jam sebelum masuk RS
- Mengeluh lemas dan tidak dapat menggerakkan tangan dan tungkai kanannya
- Mengeluhkan sulit bicara dan pelo
- Mempunyai riwayat tekanan darah tinggi lebih dari 5 tahun
- Keluhan ini baru pertama kali dikeluhkan
C. Pemeriksaan
Pemeriksaan Fisik
1. Status Generalis (Dilakukan tanggal 20 Januari 2016)
a. Keadaan Umum: lemah, gizi baik, tampak sakit sedang
b. Kesadaran: somnolen GCS E3 V5 M6
c. Vital sign :
- Tekanan darah = 160 / 90 mmHg
- Nadi = 74 x/mnt
- Pernafasan = 18 x/mnt
- Temperatur = 36,2 o C
d. Kepala : Mata konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, pupil isokor
diameter 3mm, reflek cahaya +/+, reflek kornea +/+, dalam batas
normal
e. Leher : Limfonodi tidak teraba pembesaran, JVP tidak meningkat, Leher
tegang (-), Kaku kuduk (-), Meningeal sign (-)
f. Thorax : Retraksi dinding dada (-), sonor, vesikuler normal di seluruh
lapangan paru, suara tambahan (-), dalam batas normal, konfigurasi
dalam batas normal, SI-II tunggal, dalam batas normal
g. Abdomen : Supel, tympani, massa (-), bising usus normal Hepar dan Lien tidak
teraba pembesaran, edema (-), atrofi otot (-), kelemahan anggota
gerak kanan.
2. Status Neurologis
- Sikap tubuh : lurus dan simetri
- Gerakan abnormal : tidak ada
- Kepala : mesocephal, ukuran normal
- Leher : Kaku kuduk (-), Meningeal Sign (-)
- Ekstremitas : lateralisasi dextra
4. Pemeriksaan motoris :
4 5
4 5
KPR +3 +2
APR sdn Sdn
D. Diagnosis
Diagnosis/Diagnosis banding Klinik:
o Penurunan kesadaran
o Kelemahan ektremitas atas dan tungkai kanan
Diagnosis/Diagnosis banding Topik :
o Hemiparesis/hemiplegia – lesi di kapsula interna
Diagnosis/Diagnosis banding Kausal :
o Stroke hemoragic, ec: hipertensi
o DD: stroke non hemoragic
E. Planning :
1. Planning Diagnosis :
a. Pemeriksaan penunjang :CT-Scan Otak tanpa kontras
Tanggal 14 Januari 2016 Tanggal 16 Januari 2016
Bacaan:
Tanggal 14 Januari 2016) :
ICH di temporall kiri volume +/- 15 cc dengan perifocal
edema di sekitarnya
Tanggal 16 Januari 2016) : Dibanding dengan hasil tgl 14/1 relatif
berkurang
Tak tampak deviasi midline
Cavum varganse
2. Planning Terapi :
a. Supportif
- Oksigenasi adekuat: 4ltr/menit
- Infus NaCl 3 flash/24 jam
- Infus Mannitol 100cc -> 4x100 -> 3x100 -> 2x100
- Katerisasi
b. Medikamentosa
- Inj. Citicolin 500 mg 2 x 1amp
- Inj. Ranitidin 500mg 2 x 1amp
- Inj. Metamizole 1 gr 3 x 1amp
- Tab Captopril 2,5 mg 3 x 1 Tab
- Tab Amlodipin 5 mg 1x1 Tab
c. Edukasi :
- Istirahat di rumah sakit selama minimal 10 hari
- mengontrol tekanan darah di bawah 140/90 mmHg, target pengobatan di
bawah 130/80
- Olahraga
- Diet rendah garam
d. Monitoring :
- Monitoring TIK
- Monitoring GCS dan Vital sign
- Monitoring perkembangan kemampuan bicara dan kekuatan otot
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Definisi
Stroke adalah suatu penyakit defisit neurologis akut yang disebabkan oleh
gangguan pembuluh darah otak yang terjadi secara mendadak dan dapat menimbulkan
cacat atau kematian. Munir
Stroke adalah sindrom yang terdiri dari tanda dan atau gejala hilangnya fungsi
sistem saraf pusat fokal (atau global), yang berkembang cepat (dalam detik atau menit)
Gejala-gejala ini berlangsung lebih dari 24 jam atau menyebabkan kematian. Ginsberg
B. Epidemiologi
Pada 1053 kasus stroke di 5 rumah sakit di Yogyakarta angka kematian tercatat
sebesar 28.3%; sedangkan pada 780 kasus stroke iskemik adalah 20,4%, lebih banyak pada
laki-laki. Mortalitas pasien stroke di RSUP Dr Sardjito Yogyakarta menduduki peringkat
ketiga setelah penyakit jantung koroner dan kanker, 51,58% akibat stroke hemoragik,
47,37% akibat stroke iskemik, dan 1,05% akibat perdarahan subaraknoid Setyopranoto
C. Klasifikasi
Stroke diklasifikasikan sebagai berikut :1,2
1. Berdasarkan kelainan patologis
a. Stroke hemoragik
1) Perdarahan intra serebral
2) Perdarahan ekstra serebral (subarakhnoid)
b. Stroke non-hemoragik (stroke iskemik, infark otak, penyumbatan)
1) Stroke akibat trombosis serebri
2) Emboli serebri
3) Hipoperfusi sistemik
2. Berdasarkan waktu terjadinya
1) Transient Ischemic Attack (TIA)
2) Reversible Ischemic Neurologic Deficit (RIND)
3) Stroke In Evolution (SIE) / Progressing Stroke
4) Completed stroke
3. Berdasarkan lokasi lesi vaskuler
1) Sistem karotis
a. Motorik : hemiparese kontralateral, disartria
b. Sensorik : hemihipestesi kontralateral, parestesia
c. Gangguan visual : hemianopsia homonim kontralateral, amaurosis fugaks
d. Gangguan fungsi luhur : afasia, agnosia
2) Sistem vertebrobasiler
a. Motorik : hemiparese alternans, disartria
b. Sensorik : hemihipestesi alternans, parestesia
c. Gangguan lain : gangguan keseimbangan, vertigo, diplopia
Stroke Hemoragik
Pecahnya pembuluh darah otak menyebabkan keluarnya darah ke jaringan
parenkim otak, ruang cairan serebrospinalis disekitar otak atau kombinasi keduanya.
Perdarahan tersebut menyebabkan gangguan serabut saraf otak melalui penekanan struktur
otak dan juga oleh hematom yang menyebabkan iskemia pada jaringan sekitarnya.
Peningkatan tekanan intrakranial pada gilirannya akan menimbulkan herniasi jaringan otak
dan menekan batang otak.2
Perdarahan Intraserebral
Stroke perdarahan intraserebral adalah ekstravasai darah yang berlangsung spontan
dan mendadak ke dalam parenkim otak yang bukan disebabkan oleh trauma (non
traumatis) Munir
D. Etiologi
Penyebab utama stroke ICH dapat dikelompokkan dalam tiga kategori yaitu: Munir
1. Faktor anatomik pembuluh darah otak
a. Arterivenosus Malformation (AVM)
b. Microaneurime
c. Amyloisd angiopathy
d. Cerebral venous occlusive disease (CVOD)
2. Faktor Hemodinamik
a. Hipertensi
3. Faktor hemostatik
a. Dengan fungsi trombosit atau sistem koagulasi darah
b. Penggunaan terapi obat antikoagulan
E. Patofisiologi
Mekanisme ICH yang sering terjadi adalah faktor hemodinamik yang berupa
peningkatan tekanan darah. Hipertensi kronis menyebabkan pembuluh darah arteriol yang
berdiameter 100-400 mikrometer mengalami perubahan yang patologik. Perubahan
tersebut berupa lipohyalianosis, fragmentasi, nekrosis fibrinoid, dan mikro aneurismepada
arteri perforans kecil diotak. Kenaikan tekanan darah secara mendadak ini dapat
menginduksi pecahnya pembuluh darah. Jika pembuluh darah tersebut pecah, maka akan
menyebabkan perdarahan. Perdarahan dapat beralangsung hingga 6 jam dan jika volume
perdahan besar sehingga akan menyebabkan kerusakan pada struktur anatomi otak justru
menyebabkan gejala klinis. Perdarahan yang luas ini bisa menyebabkan destruksi jaringan
otak, peningkatan tekanan intracranial (TIK), penurunan perfusi ke otak, gangguan
drainase otak dan yang lebih berat dapat menyababkan herniasi otak.
G. Diagnosis
1. Pemeriksaan fisik
- Keadaan umum dan tanda vital
- Penurunan kesadaran
- Gangguan bicara dan memahami (dysarthria & afasia)
- Tekanan darah meningkat
2. Pemeriksaan neurologi
- Gangguan n. VII dan n.XII sentral
- Kelemahan atau kelumpuham pada salah satu sisi tubuh
- Hemihipertensi
- Refleks fisiologi pada sisi lumpuh meningkat
3. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang untuk memastikan stroke intraserebral adalah seperti
berikut:
- Pemeriksaan radiologi
- CT Scan kepala : didapat gambaran hiperdens
- MRI Kepala : lebih sensitif dari CT-Scan
- MR angiografi serebral : Aneurisma atau malformasi vaskuler
- X-ray thoraks
4. Pemeriksaan laboratorioum
- Pemeriksaan gula darah -> gula darah bisa meningkat karena keadaan
hiperglikemia
- Pemeriksaan darah Lengkap -> untuk mencari kelainan hemostatik pada darah
- Pemeriksaan faktor pembekuan darah
Pada pendiagnosisan CT-Scan merupakan Gold standard
Selain itu, metode lain dalam mendiagnosis stroke adalah dengan menggunakan
skor siriraj. Apabila skor siriraj didapatkan < 1 maka diagnosisnya adalah stroke non
perdarahan dan apabila didapatkan skor siriraj ≥ 1 maka diagnosisnya stroke perdarahan.
SIRIRAJ SCORE = (2,5 x Derajat Kesadaran) + (2 x Muntah) + (2 x Sakit Kepala) +
(0,1 x tekanan darah diastol) – (3 x ateroma) – 12
H. Penatalaksanaan
Terapi akut pada stroke perdarah intracerebral merangkumi
1. Evaluasi cepat dan diagnosis
2. Terapi umum (suportif)
- Stabilisasi jalan nafas
- Stabilisasi hemodinamik
- Pengendalian peninggian TIK
- Penanganan transformasi hemoragik
- Pengendalian kejang, suhu tubuh
- Pemeliharaan
Jaringan otak di area perdarahan umumnya tidak rusak total. Jaringan otak
yang hidup sering ditemukan ditengah darah yang mengalami ekstravasasi. Hal ini
menjelaskan mengapa defisit neurologis pasien biasanya pulih dengan cepat ketika
hematoma teresorpsi daripada bila disebabkan stroke iskemik. Pasien stroke
hemoragik harus dirawat di ICU jika volume hematoma >30 mL, perdarahan
intraventrikuler dengan hidrosefalus, dan keadaan klinis cenderung memburuk.
a. Stabilisasi jalan nafas
Berdasarkan hal tersebut, tujuan terapi adalah untuk mempertahankan jaringan
otak agar tetap hidup di area perdarahan. Manajemen dimulai dengan stabilisasi vital
sign. Pemasangan endotracheal intubation untuk pasien penurunan kesadaran dan
jalan napas yang buruk.
b. Stabilisasi hemodinamik
Penurunan tekanan darah secara intensif dengan target tekanan darah sistolik
<140 mmHg dapat membantu pertumbuhan hematoma. Obat yang dipakai pada fase
akut adala beta bloker (labetolol) dan angiotensin-converting enzyme inhibitors
(ACEIs)(enalapril). Untuk hipertensi yang sukar disembuhkan nicardipine dan
hydralazine bisa digunakan
f. Pemeliharaan
Pemberian neuroprotektif juga diperlukan dalam terapi stroke. Pemberian
citicoline dalam 24 jam setelah onset memberikan peningkatan probabilitas
penyembuhan dalam 3 bulan. Selain itu pemberian piracetam dalam 7 jam pertama
dapat berpengaruh terhadap penyembuhan. Selain itu, surgical evacuation of a
hemispheral clot pada fase akut kadang dapat menjadi lifesaving dan pasien
mendapatkan terapi operasi jika lebar perdarahan hemisperium lebih dari 3 cm.
Penatalaksanaan umum sama dengan pada stroke iskemik, tukak lambung
diatasi dengan antagonis H2 parenteral, sukralfat, atau inhibitor pompa proton;
komplikasi saluran napas dicegah dengan fisioterapi dan diobati dengan antibiotik
spektrum luas.
I. Tindakan bedah
a. Tidak dioperasi bila :
Pasien dengan perdarah kecil (<10 cm 3) atau defisit neurologis minimal
Pasien dengan GCS <4. Meskipun pasien GCS <4 dengan perdarahan intracerebral
disertai kompensasi batang otak masih mungkin untuk life saving
b. Dioperasi bila
Pasien dengan perdarahan serebral >3 cm dengan perburukan klinis atau kompresi
batang otak dan hidrosefalus dari obstruksi ventrikel harus secepatnya dibedah.
ICH dengan lesi struktural seperti aneurisma malformasi AV atau angioma
cavernosa dibedah jika mempunyai harapan outcome lebih baik dan lesi
strukturnya terjangkau.
Pasien usia muda dengan perdarahan lobar sedang sehingga besar yang memburuk.
Pembedahan untuk evakuasi hematoma terhadap pasien usia muda dengan
perdarahan lobar yang luas (> 50 cm3) masih menguntungkan.
Daftar Pustaka
Bendtsen, L., Evers, S., Linde, M., Mitsikostas, D. D., Sandrini, G., Schoenen, J., 2010.
Ginsberg, L., 2007. Lecture Notes Neurologi (ed 8th). Wardhani, I. R.(Ahli Bahasa), 2007.
Harsono, 2005. Kapita Selekta Neurologi (Ed 2nd), Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta.
Ropper, H. A., Brown, H. R., 2005. Adams and Victor’s Principles of Neurology (Ed 8 th).