Anda di halaman 1dari 41

PRESENTASI KASUS

BELL’S PALSY
Pembimbing : dr. Elsa Ana Purika Sp.N
Oleh : Ikram Syahrin Akbar (41191396100085)

KEPANITERAAN KLINIK NEUROLOGI RS HAJI


PENDIDIKAN PROFESI DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Identitas Pasien

Nama : Ny. K Jenis Kelamin:


No. RM : 0128xXXX 1 2 Perempuan
Umur : 32 Tahun

Pekerjaan: IRT Status Perkawinan:


Agama : Islam 3 4 Sudah Menikah

Alamat : Depok Tanggal Masuk:


Pendidikan : SMA 5 6 18 Februari 2021
(IGD)
Anamnesis
Keluhan Utama
Kelemahan separuh wajah kiri lebih kurang 1 hari SMRS.
.
Riwayat Penyakit Sekarang
● Pasien datang ke poli neuro mengeluh dengan kelemahan separuh wajah kiri lebih
kurang 1 hari SMRS. Mengeluh sejak kemarin sore mata kiri perih dan jika minum
air keluar dari sudut mulut kiri. Pasien mengatakan dalam 2 hari ini sibuk sampai
makan tidak teratur dan begadang setiap malamnya. Riwayat hipertensi, DM dan
penyakit lainnya disangkal.
● Riwayat demam, sakit kepala lama, dan trauma disangkal.
Anamnesis
Riawayat Penyakit Dahulu
Keluhan serupa tidak ada sebelumnya. Riwayat diabetes, kolesterol, jantung, ginjal,
darah tinggi disangkal.
Riwayat Penyakit Keluarga
Keluarga pasien tidak ada keluhan serupa. Riwayat penyakit gula, ginjal, jantung,
darah tinggi, kolesterol, darah tinggi disangkal
Riwayat asma, alergi keluarga disangkal
Riwayat sosial
Pasien di rumah sebagai IRT dengan aktivitas sehari-hari. Pasien saat memakai kipas
angina suka dengan jarak dekat Alkohol, napza dan rokok disangkal. Pola makan
pasien normal 3x/hari
Pemeriksaan Fisik

Di IGD (16 Februaru 2021) ● Kepala : Normocephal, jejas (-), massa (-) Mata:
conjungtiva pucat (-), sklera anikterik
TTV : ● THT : Normotia, liang telinga lapang, membran timpani
Keadaan umum : tampak sakit sedang tidak terlihat. cavum nasi lapang, concha tenang. Mulut &
Kesadaran : E4M6V5 (CM) Tenggorokan: tonsil T1-T1
TD : 120/800 mmHg ● Jantung : Batas jantung kiri 2 jari dilateral linea mid-clav
Nadi : 86 x/m kiri, Auskultasi: BJ I-II normal, tidak murmur dan gallop
Napas : 20x/m ● Paru : Retraksi (-), sonor kedua lapang paru, auskultasi:
Suhu : 36,5 ˚C vesikuler +/+, tidak ronkhi dan wheezing
● Abdomen : Supel, BU (+) normal, nyeri tekan sulit
dinilai, hepar dan lien tidak membesar
● Ekstremitas : Akral hangat, CRT < 2 det, tidak edema
● GCS = E4M6V5
● Pupil
Kanan Kiri

Bentuk bulat bulat

Ukuran 2 mm 2 mm

Refleks Cahaya Langsung + +

Refleks Cahaya Konsensual + +


● Rangsang Selaput Otak
Kanan Kiri

Kaku Kuduk : (-)

Laseque : > 70° > 70°

Kernig : > 135° > 135°

Brudzinski I : (-)

Brudzinski II : (-) (-)

+ +
Saraf-saraf Kranialis
N. I = Tidak Valid Dinilai (TVD)
N.II Kanan Kiri
+ +
Acies visus : 6/6 6/6

Visus campus : normal normal


Funduskopi : Tidak dilakukan Tidak dilakukan
N. III, IV, VI Kanan Kiri  
Kedudukan bola mata : Ortoforia Ortoforia

Pergerakan bola mata :

M.levator palpebra : Ptosis (-) Ptosis (-)


Eksoftalmus : (-) (-)
Nistagmus : (-) (-)
Akomodasi : (+) (+)
N.V Kanan Kiri

Cabang motorik

M.maseter : Normal Normal

M.temporalis : Normal Normal

M. Pterygoid lateralis : Normal Normal

Cabang Sensorik

Opthalmika : Normostesis Normostesis

Maxilla : Normostesis Normostesis

Mandibularis : Normostesis Normostesis


N.VII Kanan Kiri  
Motorik
M. Frontalis : Normal Alis tidak terangkat  
M. Sourcillier : Normal Dahi tidak mengerut
M. Piramidalio : Normal Hidung tidak terangkat
M. Orbicularis oculi : Normal Lagoftalmos (+)  
m. Zygomaticum : Normal Sudut bibir tidak terangkat
M. Relever komunis : Tertarik ke dextra
M. Buccinator : Normal Keluar udara dari sudut bibir (bocor)
M. Orbicularis oris : Tertarik ke dextra saat bersiul

M. Trianguliaris : Normal Sudut bibir tidak tertarik ke bawah

M. Mentalis : Tertarik ke dextra


 
Pengecap lidah : Normal Penurunan fungsi pengecapan  
N.VIII Kanan Kiri
Vertigo : (-)
Nistagmus : (-)
Rhine : (+) (+)
Weber : Tidak ada lateralisasi

Scwabach : Sama dengan pemeriksa

N. IX, X
Uvula : Tidak ada deviasi
Arkus Faring : Tidak ada deviasi
Palatum Mole : Tidak ada deviasi
Gag reflex (+)

N.XI Kanan Kiri


Mengangkat bahu : normal normal
Menoleh : normal normal
● N. XII
● Saat Statis : tidak ada deviasi
● Pergerakan Lidah : Tidak ada deviasi
● Atrofi : (-)
● Fasikulasi : (-)
● Tremor : (-)

● SISTEM MOTORIK 5555 5555


5555 5555
● Trofik : Eutrofi / Eutrofi
● Tonus : Normotonus / Normotonus
 Gerakan Involunter
● Tremor : (-)/(-)
● Chorea : (-)/(-)
● Atetose : (-)/(-)
● Mioklonik : (-)/(-)
● Tics : (-)/(-)
 Sistem Sensorik
● Proprioseptif : normostesi
● Eksteroseptif : normostesi
 Fungsi Otonom
● Miksi : baik
● Defekasi : baik
● Keringat : baik
REFLEKS FISIOLOGI Kanan Kiri
Bisep : (+2) (+2)
Trisep : (+2) (+2)
Patela : (+2) (+2)
Achilles : (+2) (+2)
REFLEKS PATOLOGIS Kanan Kiri
Babinsky : (-) (-)
Chaddock : (-) (-)
Gordon : (-) (-)
Gonda : (-) (-)
Schaeffer : (-) (-)
Hoffman Tromner : (-) (-)
Klonus Lutus : (-) (-)
Klonus Tumit : (-) (-)
 Keadaan Psikis
● Intelegensia : Baik
● Tanda regresi : baik
● Demensia : tidak adaD
Keseimbangan, gait dan koordinasi

● Cara berjalan : Normal baik swing phase dan step phase


● Test Romberg :-
● Test Romberg dipertajam :-
● Heel to toe :-
● Finger to nose test :-
● Past pointing :-
● Disdiadokokinesis :-
Resume
Pasien perempuan usia 32 tahun mengalami kelemahan separuh wajah kiri lebih kurang 1
hari SMRS. Mengeluh sejak kemarin sore mata kiri perih dan jika minum air keluar dari
sudut mulut kiri. Pasien mengatakan dalam 2 hari ini sibuk sampai makan tidak teratur
dan begadang setiap malamnya.
Riwayat hipertensi, DM dan penyakit lainnya disangkal.
Riwayat demam, sakit kepala lama, dan trauma disangkal.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak sakit sedang, kesadaran
compos mentis, TTV TD 120/80 mmHg, N: 86x/menit, napas: 20x/menit, suhu 36,5. Pada
status generalis dalam batas normal, pada pemeriksaan neurologi didapatkan GCS
E4M6V5, pupil bulat isokor, diameter 2mm/2mm, tanda rangsang meningeal negatif,
parese nerve cranial VII, perifer, sinistra. motorik, sensorik dan fungsi otonom normal.
Analisis Masalah
Diagnosis

Klinis :
- Parese N. VII perifer sinistra
Topis :
- N. VII sinistra infranuklear
Etiologis :
- idiopatik
Patologis :
- inflamasi
Analisis Masalah
Pasien perempuan usia 32 tahun mengalami kelemahan separuh wajah kiri lebih kurang 1 hari SMRS, mata kiri perih
dan terdapat kebocoran saat minum air pada sudut mulut kiri, riwayat hipertensi, DM dan penyakit lainnya disangkal,
riwayat demam, sakit kepala lama, dan trauma disangkal disertai parese nerve cranial VII, perifer, sinistra. motorik,
sensorik dan fungsi otonom normal menjadi dasar diagnosis bell’s palsy, sesuai definisinya yaitu paresis nerve cranial
VII unilateral akut (<72 jam) tipe perifer (LMN) dan idiopatik stress yang terjadi pada pasien dapat menjadi pemicu
terjadi nya bell’s palsy.
Persarafan wajah 1/3 atas dipersarafi N. VII dari sisi ipsilateral dan kontralateral hemisfer sedangkan 2/3 bawah wajah
hanya di persarafi oleh N. VII dari sisi kontralateral. Jika terdapat lesi di perifer (dibawah nukleus N. VII) maka yang
terkena pada 1/3 dan 2/3 wajah unilateral seperti pada klinis pada pasien.
Pemeriksaan Anjuran

● Tes Schirmer
● Tes gustometri
● Refleks stapedius
● EMG
Tatalaksana

MEDIKAMENTOSA: NON-MEDIKAMENTOSA:
• Prednisone 60 mg/ hari (1 mg/kg) dibagi 4 • Fisioterapi
dosis PO, 5 hari  tapering off  40 • Edukasi:
mg/hari 5 hari berikutnya o Penjelasan mengenai
• Acyclovir 5x400 mg, 10 hari, PO ● penyakit agar pasien tidak
• Vitamin B kompleks 3x1 tablet, 10 hari, PO ● cemas
• Artificial tears, 3-4x/hari, 1-2 tetes ODS o Penjelasan mengenai
● bagaimana melakukan latihan
● otot wajah
o Penjelasan mengenai
● bagaimana melindungi mata
prognosis

● Quo Ad vitam : bonam


● Quo Ad Fungsionam : bonam
● Quo Ad sanationam : bonam
Tinjauan Pustaka
Bell’s Palsy
Definisi

● Bell's palsy adalah sebuah kelainan idiopatik pada berupa paralisis nervus fasialis
ipsilateral yang muncul akibat inflamasi sekunder, pembengkakan, dan kompresi pada
nervus kranial ke-7. Biasanya concert dimulai kurang dari 72 jam, sebagian literasi
mengatakan kurang dari 48 jam. Bell's palsy merupakan kelainan Perifer, unilateral,
lower motor neuron paralisis nervus fasialis.
● Dengan gejala utama perubahan kesimetrisan dari wajah.
● (Angulo 2015)
● Kebanyakan sebab bell's palsy idiopatik, namun infeksi virus seperti Herpes simplex
varicella zoster dan EBV juga diperkirakan sebagai penyebab.
anatomi
Epidemiologi
● Kejadian kasus ini diperkirakan 15 sampai 20 per 100000 penduduk. Tingkat rekurensi nya sekitar 10%.
● Di Amerika Serikat kejadian mencapai 23 kasus per 100000 penduduk
● Secara internasional kejadian terbesar pernah terjadi di Jempang pada 1986 dan Sweden 1971
● Bell’s palsy menjadi kasus tersering pada paralisis fasialis unilateral sekitar 60-75%, dengan kejadian pada sisi
kanan mencapai 63%
● Tingkat kekambuhan 4-14%
● Pasien dengan diabetes mempunyai resiko 29% lebih besar untuk mengalami bell’s palsy
● Untuk jenis kelamin dapat terkena dengan proporsi yang sama
● Kasus berdasarkan usia tertinggi pada usia di atas 65 tahun (59 per 100000) dan terendah pada usia di bawah 13
tahun (13 per 100000)
Etiologi
Idiopatik
- Adanya inflamasi pada N.VII pada ganglion genikulatum  infamasi, iskemia sertademyelinisasi saraf. Biasanya
terjadi akibat kompresi pada kanal fasial. Terutama bagian segmen labyrinthine bagian tersempit pada kanal fasial
dengan diameter hanya 0,66 mm.
Herpes simplex virus
- Pada masa lampau sesuatu yang menyebabkan dingin (kipas angina, AC, mengemudi dengan mobil terbuka) yang
hanya menjadi penyebab bell’s palsy
- Hipotesis teori
- herpes simplex virus  infeksi primer pada bibir  virus menuju xon di nervus sensoris dan bertempat tinggal di
ganglion genikulatum pada keadaan tertentu  virus reaktif  local damage pda myelin
Herpes zoster
Lime disease
Sifilis
EBV
Cytomegalovirus
Mycoplasma
Penyakit vascular (hipertensi dan DM)
patofisiologi
Manifestasi klinis

Gejala dari bell's palsy biasanya meliputi: Gejala awal biasanya meliputi:
● Onset akut dari unilateral paralisis ● Kelemahan pada otot wajah
fasial ● Kelemahan pada penutupan kelopak
● Berkurangnya air mata mata
● Hiperakusis ● Nyeri tajam pada telinga atau mastoid
● Gangguan pengecapan ● Perubahan sensasi pengecapan
● Otalgia ● Hiperakusis
● Epifora
● Nyeri okular
● Penglihatan blur
● Kesemutan pada dagu dan mulut
diagnosis
Diagnosis dilakukan dengan anamnesis, pemeriksaan fisik umum dan neurologis. Pada pasien dengan paralisis facial,
pemeriksaan dilakukan kan pada semua nervus kranial, sensori dan motorik, serta cerebelum.
Selain itu dapat dilakukan juga tes pada oral (dilakukan dengan hati-hati).

Untuk anamnesis
● A. Konsep mendadak dari paralisis fasial unilateral (kurang dari 48 jam)
● B. tidak adanya gejala dan tanda pada susunan saraf pusat, telinga, dan penyakit cerebellopontin angle
Pemeriksaan Fisik

● Pemeriksaan fisik yang teliti pada kepala, telinga mata hidung dan mulut harus dilakukan pada semua pasien
dengan paralisis sosial
● -Kelemahan atau paralisis yang melibatkan saraf fasial N.VII melibatkan kelemahan wajah satu sisi, pada lesi UMN
sepertiga wajah atas tidak mengalami kelumpuhan. biasanya memperlihatkan lipatan datar pada dahi dan lipatan
nasolabial pada sisi kelumpuhan
● - saat pasien diminta tersenyum, akan terjadi distorsi dan lateralisasi pada sisi berlawanan dengan pertumbuhan
● - pada saat pasien diminta untuk mengangkat alis, sisi dahi terlihat datar
● - pasien juga dapat melaporkan peningkatan salivasi pada sisi yang lumpuh
Klasifikasi Grading Bell’s Palsy
● Klasifikasi House and Brackman grading

● Grade 1 : fungsi fasial normal

● Grade II
1. Kelemahan ringan saat diinspeksi mendetil.
2. Sinkinesis ringan dapat terjadi.
3. Simetris normal saat istirahat.
4. Gerakan dahi sedikit sampai baik.
5. Menutup mata sempurna dapat dilakukan dengan sedikit
usaha.
6. Sedikit asimetri mulut dapat ditemukan.
● Grade III adalah disfungsi moderat, dengan karekteristik:
1. Asimetri kedua sisi terlihat jelas, kelemahan minimal.
2. Adanya sinkinesis, kontraktur atau spasme hemifasial dapat
ditemukan
● 3. Simetris normal saat istirahat.
4. Gerakan dahi sedikit sampai moderat.
5. Menutup mata sempurna dapat dilakukan dengan usaha.
6. Sedikit lemah gerakan mulut dengan usaha maksimal.
● Grade IV adalah disfungsi moderat sampai
berat, dengan tandanya sebagai berikut:
1. Kelemahan dan asimetri jelas terlihat.
2. Simetris normal saat istirahat.
3. Tidak terdapat gerakan dahi.
4. Mata tidak menutup sempurna.
5. Asimetris mulut dilakukan dengan usaha
maksimal.
● Grade V adalah disfungsi berat.
Karakteristiknya adalah sebagai berikut:
1. Hanya sedikit gerakan yang dapat
dilakukan.
2. Asimetris juga terdapat pada saat istirahat.
3. Tidak terdapat gerakan pada dahi.
4. Mata menutup tidak sempurna.
5. Gerakan mulut hanya sedikit.
● Grade VI adalah paralisis total.
Kondisinya yaitu:
1. Asimetris luas.
2. Tidak ada gerakan.
Tujuan pengobatan adalah memperbaiki fungsi saraf VII (saraf fasialis) dan menurunkan kerusakan saraf.
Pengobatan dipertimbangkan untuk pasien dalam 1-4 hari onset. Hal penting yang perlu diperhatikan:

a. Pengobatan inisial
1. Steroid dan asiklovir (dengan prednison) mungkin efektif untuk pengobatan Bells’ palsy (American
Academy Neurology/AAN, 2011).
2. Steroid kemungkinan kuat efektif dan meningkatkan perbaikan fungsi saraf kranial, jika diberikan pada
onset awal (ANN, 2012).
3. Kortikosteroid (Prednison), dosis: 1 mg/kg atau 60 mg/day selama 6 hari, diikuti penurunan bertahap total selama 10
hari.
4. Antiviral: asiklovir diberikan dengan dosis 400 mg oral 5 kali sehari selama 10 hari. Jika virus varicella
zoster dicurigai, dosis tinggi 800 mg oral 5 kali/hari.

.
b. Lindungi mata
Perawatan mata: lubrikasi okular topikal (artifisial air mata pada siang hari)
dapat mencegah corneal exposure.

c. Fisioterapi atau akupunktur : dapat mempercepat perbaikan dan menurunkan sequele


Alur penatalaksanaan menurut PPK Neurologi
Daftar Pustaka
● Anindhita T, Wiratman W. Buku Ajar Neurologi. Jakarta: Departemen Neurologi Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia; 2017. 
● PERDOSSI. Panduan Praktis Klinis Neurologi. Jakarta: Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia; 2011.
● Harsono. Buku Ajar Neurologi Klinis. Yogyakarta: Gajahmada University Press; 2018
● PERDOSSI. Standar Pelayanan Medis Neurologi. Jakarta : : Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia; 2016.
● Efianti, DKK. Buku Ajar ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher edisis VI. Jakarta : FKUI
Press. 2007
● Highler, Adams Boeis. BOEIS Buku Ajar Ilmu Penyakit THT. Jakarta : EGC. 1997
Thank You 
CREDITS: This presentation template was created by
Slidesgo, including icons by Flaticon, and infographics &
images by Freepik.

Anda mungkin juga menyukai