BELL’S PALSY
Pembimbing : dr. Elsa Ana Purika Sp.N
Oleh : Ikram Syahrin Akbar (41191396100085)
Di IGD (16 Februaru 2021) ● Kepala : Normocephal, jejas (-), massa (-) Mata:
conjungtiva pucat (-), sklera anikterik
TTV : ● THT : Normotia, liang telinga lapang, membran timpani
Keadaan umum : tampak sakit sedang tidak terlihat. cavum nasi lapang, concha tenang. Mulut &
Kesadaran : E4M6V5 (CM) Tenggorokan: tonsil T1-T1
TD : 120/800 mmHg ● Jantung : Batas jantung kiri 2 jari dilateral linea mid-clav
Nadi : 86 x/m kiri, Auskultasi: BJ I-II normal, tidak murmur dan gallop
Napas : 20x/m ● Paru : Retraksi (-), sonor kedua lapang paru, auskultasi:
Suhu : 36,5 ˚C vesikuler +/+, tidak ronkhi dan wheezing
● Abdomen : Supel, BU (+) normal, nyeri tekan sulit
dinilai, hepar dan lien tidak membesar
● Ekstremitas : Akral hangat, CRT < 2 det, tidak edema
● GCS = E4M6V5
● Pupil
Kanan Kiri
Ukuran 2 mm 2 mm
Brudzinski I : (-)
+ +
Saraf-saraf Kranialis
N. I = Tidak Valid Dinilai (TVD)
N.II Kanan Kiri
+ +
Acies visus : 6/6 6/6
Cabang motorik
Cabang Sensorik
N. IX, X
Uvula : Tidak ada deviasi
Arkus Faring : Tidak ada deviasi
Palatum Mole : Tidak ada deviasi
Gag reflex (+)
Klinis :
- Parese N. VII perifer sinistra
Topis :
- N. VII sinistra infranuklear
Etiologis :
- idiopatik
Patologis :
- inflamasi
Analisis Masalah
Pasien perempuan usia 32 tahun mengalami kelemahan separuh wajah kiri lebih kurang 1 hari SMRS, mata kiri perih
dan terdapat kebocoran saat minum air pada sudut mulut kiri, riwayat hipertensi, DM dan penyakit lainnya disangkal,
riwayat demam, sakit kepala lama, dan trauma disangkal disertai parese nerve cranial VII, perifer, sinistra. motorik,
sensorik dan fungsi otonom normal menjadi dasar diagnosis bell’s palsy, sesuai definisinya yaitu paresis nerve cranial
VII unilateral akut (<72 jam) tipe perifer (LMN) dan idiopatik stress yang terjadi pada pasien dapat menjadi pemicu
terjadi nya bell’s palsy.
Persarafan wajah 1/3 atas dipersarafi N. VII dari sisi ipsilateral dan kontralateral hemisfer sedangkan 2/3 bawah wajah
hanya di persarafi oleh N. VII dari sisi kontralateral. Jika terdapat lesi di perifer (dibawah nukleus N. VII) maka yang
terkena pada 1/3 dan 2/3 wajah unilateral seperti pada klinis pada pasien.
Pemeriksaan Anjuran
● Tes Schirmer
● Tes gustometri
● Refleks stapedius
● EMG
Tatalaksana
MEDIKAMENTOSA: NON-MEDIKAMENTOSA:
• Prednisone 60 mg/ hari (1 mg/kg) dibagi 4 • Fisioterapi
dosis PO, 5 hari tapering off 40 • Edukasi:
mg/hari 5 hari berikutnya o Penjelasan mengenai
• Acyclovir 5x400 mg, 10 hari, PO ● penyakit agar pasien tidak
• Vitamin B kompleks 3x1 tablet, 10 hari, PO ● cemas
• Artificial tears, 3-4x/hari, 1-2 tetes ODS o Penjelasan mengenai
● bagaimana melakukan latihan
● otot wajah
o Penjelasan mengenai
● bagaimana melindungi mata
prognosis
● Bell's palsy adalah sebuah kelainan idiopatik pada berupa paralisis nervus fasialis
ipsilateral yang muncul akibat inflamasi sekunder, pembengkakan, dan kompresi pada
nervus kranial ke-7. Biasanya concert dimulai kurang dari 72 jam, sebagian literasi
mengatakan kurang dari 48 jam. Bell's palsy merupakan kelainan Perifer, unilateral,
lower motor neuron paralisis nervus fasialis.
● Dengan gejala utama perubahan kesimetrisan dari wajah.
● (Angulo 2015)
● Kebanyakan sebab bell's palsy idiopatik, namun infeksi virus seperti Herpes simplex
varicella zoster dan EBV juga diperkirakan sebagai penyebab.
anatomi
Epidemiologi
● Kejadian kasus ini diperkirakan 15 sampai 20 per 100000 penduduk. Tingkat rekurensi nya sekitar 10%.
● Di Amerika Serikat kejadian mencapai 23 kasus per 100000 penduduk
● Secara internasional kejadian terbesar pernah terjadi di Jempang pada 1986 dan Sweden 1971
● Bell’s palsy menjadi kasus tersering pada paralisis fasialis unilateral sekitar 60-75%, dengan kejadian pada sisi
kanan mencapai 63%
● Tingkat kekambuhan 4-14%
● Pasien dengan diabetes mempunyai resiko 29% lebih besar untuk mengalami bell’s palsy
● Untuk jenis kelamin dapat terkena dengan proporsi yang sama
● Kasus berdasarkan usia tertinggi pada usia di atas 65 tahun (59 per 100000) dan terendah pada usia di bawah 13
tahun (13 per 100000)
Etiologi
Idiopatik
- Adanya inflamasi pada N.VII pada ganglion genikulatum infamasi, iskemia sertademyelinisasi saraf. Biasanya
terjadi akibat kompresi pada kanal fasial. Terutama bagian segmen labyrinthine bagian tersempit pada kanal fasial
dengan diameter hanya 0,66 mm.
Herpes simplex virus
- Pada masa lampau sesuatu yang menyebabkan dingin (kipas angina, AC, mengemudi dengan mobil terbuka) yang
hanya menjadi penyebab bell’s palsy
- Hipotesis teori
- herpes simplex virus infeksi primer pada bibir virus menuju xon di nervus sensoris dan bertempat tinggal di
ganglion genikulatum pada keadaan tertentu virus reaktif local damage pda myelin
Herpes zoster
Lime disease
Sifilis
EBV
Cytomegalovirus
Mycoplasma
Penyakit vascular (hipertensi dan DM)
patofisiologi
Manifestasi klinis
Gejala dari bell's palsy biasanya meliputi: Gejala awal biasanya meliputi:
● Onset akut dari unilateral paralisis ● Kelemahan pada otot wajah
fasial ● Kelemahan pada penutupan kelopak
● Berkurangnya air mata mata
● Hiperakusis ● Nyeri tajam pada telinga atau mastoid
● Gangguan pengecapan ● Perubahan sensasi pengecapan
● Otalgia ● Hiperakusis
● Epifora
● Nyeri okular
● Penglihatan blur
● Kesemutan pada dagu dan mulut
diagnosis
Diagnosis dilakukan dengan anamnesis, pemeriksaan fisik umum dan neurologis. Pada pasien dengan paralisis facial,
pemeriksaan dilakukan kan pada semua nervus kranial, sensori dan motorik, serta cerebelum.
Selain itu dapat dilakukan juga tes pada oral (dilakukan dengan hati-hati).
Untuk anamnesis
● A. Konsep mendadak dari paralisis fasial unilateral (kurang dari 48 jam)
● B. tidak adanya gejala dan tanda pada susunan saraf pusat, telinga, dan penyakit cerebellopontin angle
Pemeriksaan Fisik
● Pemeriksaan fisik yang teliti pada kepala, telinga mata hidung dan mulut harus dilakukan pada semua pasien
dengan paralisis sosial
● -Kelemahan atau paralisis yang melibatkan saraf fasial N.VII melibatkan kelemahan wajah satu sisi, pada lesi UMN
sepertiga wajah atas tidak mengalami kelumpuhan. biasanya memperlihatkan lipatan datar pada dahi dan lipatan
nasolabial pada sisi kelumpuhan
● - saat pasien diminta tersenyum, akan terjadi distorsi dan lateralisasi pada sisi berlawanan dengan pertumbuhan
● - pada saat pasien diminta untuk mengangkat alis, sisi dahi terlihat datar
● - pasien juga dapat melaporkan peningkatan salivasi pada sisi yang lumpuh
Klasifikasi Grading Bell’s Palsy
● Klasifikasi House and Brackman grading
● Grade II
1. Kelemahan ringan saat diinspeksi mendetil.
2. Sinkinesis ringan dapat terjadi.
3. Simetris normal saat istirahat.
4. Gerakan dahi sedikit sampai baik.
5. Menutup mata sempurna dapat dilakukan dengan sedikit
usaha.
6. Sedikit asimetri mulut dapat ditemukan.
● Grade III adalah disfungsi moderat, dengan karekteristik:
1. Asimetri kedua sisi terlihat jelas, kelemahan minimal.
2. Adanya sinkinesis, kontraktur atau spasme hemifasial dapat
ditemukan
● 3. Simetris normal saat istirahat.
4. Gerakan dahi sedikit sampai moderat.
5. Menutup mata sempurna dapat dilakukan dengan usaha.
6. Sedikit lemah gerakan mulut dengan usaha maksimal.
● Grade IV adalah disfungsi moderat sampai
berat, dengan tandanya sebagai berikut:
1. Kelemahan dan asimetri jelas terlihat.
2. Simetris normal saat istirahat.
3. Tidak terdapat gerakan dahi.
4. Mata tidak menutup sempurna.
5. Asimetris mulut dilakukan dengan usaha
maksimal.
● Grade V adalah disfungsi berat.
Karakteristiknya adalah sebagai berikut:
1. Hanya sedikit gerakan yang dapat
dilakukan.
2. Asimetris juga terdapat pada saat istirahat.
3. Tidak terdapat gerakan pada dahi.
4. Mata menutup tidak sempurna.
5. Gerakan mulut hanya sedikit.
● Grade VI adalah paralisis total.
Kondisinya yaitu:
1. Asimetris luas.
2. Tidak ada gerakan.
Tujuan pengobatan adalah memperbaiki fungsi saraf VII (saraf fasialis) dan menurunkan kerusakan saraf.
Pengobatan dipertimbangkan untuk pasien dalam 1-4 hari onset. Hal penting yang perlu diperhatikan:
a. Pengobatan inisial
1. Steroid dan asiklovir (dengan prednison) mungkin efektif untuk pengobatan Bells’ palsy (American
Academy Neurology/AAN, 2011).
2. Steroid kemungkinan kuat efektif dan meningkatkan perbaikan fungsi saraf kranial, jika diberikan pada
onset awal (ANN, 2012).
3. Kortikosteroid (Prednison), dosis: 1 mg/kg atau 60 mg/day selama 6 hari, diikuti penurunan bertahap total selama 10
hari.
4. Antiviral: asiklovir diberikan dengan dosis 400 mg oral 5 kali sehari selama 10 hari. Jika virus varicella
zoster dicurigai, dosis tinggi 800 mg oral 5 kali/hari.
.
b. Lindungi mata
Perawatan mata: lubrikasi okular topikal (artifisial air mata pada siang hari)
dapat mencegah corneal exposure.