Anda di halaman 1dari 22

BAB I

LAPORAN KASUS

STATUS PASIEN
I. IDENTITAS
Nama : Tn. R
Usia : 55 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Tidak bekerja
Alamat : Darungan 04/01, Mentor, Sumberasih
Masuk RS : 15 April 2018
No. RM : 013768

II. AUTO-ANAMNESIS
Keluhan Utama : Bicara pelo 1 jam SMRS
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan keluhan tiba-tiba bicara pelo 1 jam SMRS. Keluhan ini
dirasakan saat pasien sedang beraktivitas. Pasien merasa sulit menggerakkan mulutnya
terutama bagian kanan. Sudut mulut kanan lebih rendah dibanding kiri. Bibir mencong ke
kiri. Pasien meneteskan air liur, pasien juga merasakan kelemahan separuh tubuh bagian
kanan.
Kejang, demam, mual, tersedak, baal sekitar mulut, dan pandangan berbayang
disangkal. Tidak ada riwayat kepala terbentur atau trauma. Pasien juga tidak ada keluhan
muntah, pusing berputar, dan juga telinga berdenging. BAK dan BAB pasien tidak ada
keluhan.

Riwayat Penyakit Dahulu


 Riwayat stroke (+) Januari 2018  kelemahan separuh tubuh bagian kanan.
 Riwayat hipertensi (+) tidak terkontrol
 Riwayat DM tidak diketahui

Riwayat Penyakit Keluarga


 Riwayat stroke dalam keluarga disangkal
 Riwayat hipertensi tidak diketahui
 Riwayat DM tidak diketahui
Riwayat Pengobatan
 Pasien tidak pernah mengonsumsi obat secara teratur.

Riwayat Psikososial
 Pasien sehari-hari hanya beraktivitas dirumah semenjak serangan stroke yang pertama.
 Jarang olahraga dan tidak konsumsi alkohol.
 Sering makan ikan laut dan makanan asin.

Riwayat Alergi
 Obat disangkal
 Cuaca disangkal
 Makanan disangkal

III. STATUS GENERALIS

PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos Mentis
GCS : E 4 V 5 M 6 = 15
Tanda Vital
- TD : 150/80 mmHg
- Nadi : 96 kali/menit (reguler,isi dan tegangan cukup)
- Pernapasan : 22 kali/menit (reguler)
- Suhu : 370C

Status Generalis
Kepala dan leher
- Kepala : Normochepal
- Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil bulat isokor,
refleks cahaya (+/+)
- Hidung : Normonasi, sekret (-/-), epistaksis (-/-).
- Telinga : Normotia, serumen (-/-), sekret (-/-), darah (-/-).
- Mulut : Mukosa bibir basah (+), bibir tidak simetris (ke kiri), sianosis (-),
lidah kotor (-), lidah mencong ke kiri, lidah tremor (-), faring hiperemis (-), tonsil
T1-T1.
- Leher : Pembesaran KGB (-), tiroid (-), bruit arteri karotis (-). JVP tidak
meningkat.

Thoraks
Paru
- Inspeksi : Simetris, retraksi dinding dada (-/-)
- Palpasi : Vokal fremitus kiri = kanan
- Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru, batas paru-hepar setinggi ICS 6
midclavikularis dextra
- Auskultasi : Vesikuler (+/+), rhonki (-/-), wheezing (-/-)
Jantung
 Inspeksi : Iktus kordis terlihat pada ICS 5 midclavikula sinistra
 Palpasi : Iktus kordis teraba pada ICS 5 midclavikula sinistra
 Perkusi : Batas kanan jantung ICS 4, linea parasternalis dextra
Batas kiri jantung ICS 4, linea midclavikularis sinistra
 Auskultasi : BJ I-II reguler, murmur (-), gallop(-)

Abdomen
- Inspeksi : Bentuk datar
- Auskultasi : BU (+) normal pada 4 kuadran
- Perkusi : Timpani pada seluruh abdomen, asites (-)
- Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), nyeri epigastrium (+), hepar, lien,tidak
teraba.
Ekstremitas
- Atas : Akral hangat, RCT < 2 detik, edema (-/-), sianosis (-/-)
- Bawah : Akral hangat, RCT < 2 detik, edema (-/-), sianosis (-/-)

IV. STATUS NEUROLOGIK


 Keadaan umum : tampak sakit sedang
 Kesadaran : Compos Mentis
 GCS : E4 V5 M6

 Rangsang Meningeal
Kaku Kuduk :-
Laseque sign : tidak terbatas
Kernig sign : tidak terbatas
Brudzinki I/II/III : -/-/-

 Saraf Kranial
o N.I (Olfaktorius)
Daya Pembau : Normosmia (+/+)

o N.II (Optikus ) Kanan Kiri


Visus 6/6 6/6
Lapang Pandang normal normal
Funduskopi tidak dilakukan
Papil
Arteri; vena

o N.III (Okulomotorius) Kanan Kiri


Ptosis : - -
Gerakan Bola Mata
Atas : baik / baik
Bawah : baik / baik
Medial : baik / baik
Pupil : bulat, isokor, Ø ODS 3 mm
Refleks cahaya langsung : + / +
Refleks cahaya tidak langsung : + / +
Akomodasi : baik baik

o N.IV (Trokhlearis) Kanan Kiri


Gerakan mata ke medial bawah : baik / baik

o N.V (Trigeminus) Kanan Kiri


Menggigit : normal
Membuka Mulut : normal
Sensibilitas
5.1.(oftalmikus) : + +
5.2.(maksilaris) : + +
5.3 (mandibularis) : + +
Reflek kornea : + +
Refleks bersin : normal

o N.VI (ABDUSENS) Kanan Kiri


Gerakan mata ke lateral : baik baik

o N.VII (FASIALIS) Kanan Kiri


Kerutan kulit dahi : + +
Menutup mata kuat : + +
Mengangkat alis : normal normal
Menyeringai : tertinggal normal
Daya Kecap Lidah 2/3 depan : normal
Kesan : Parese N. VII dextra sentral

o N.VIII (Vestibulochoclearis) Kanan Kiri


Tes Bisik : tidak dilakukan
Tes Rinne : tidak dilakukan
Tes Weber : tidak dilakukan
Tes Schwabach : tidak dilakukan

o N. IX (Glosofaringeus) dan N. X (Vagus)


Arkus faring : gerakan simetris
Daya kecap lidah 1/3 belakang : tidak dilakukan
Uvula : letak ditengah, gerakan simetris
Menelan : Normal
Refleks muntah : +/+

o N. XI (Aksesorius) Kanan Kiri


Memalingkan Kepala : baik baik
Mengangkat Bahu : baik baik

o N.XII (Hipoglosus)
Sikap lidah : Deviasi ke kanan
Atropi otot lidah : (-)
Tremor lidah : (-)
Fasikulasi lidah : (-)
Kesan : Parese N. XII dextra

Motorik
Kekuatan Otot 3333 5555 (Hemiparasis dextra)

4444 5555
Tonus : Normal Normal
Normal Normal

Atropi : - -
- -
Klonus
Kaki : -/-
Patella : -/-

Sensorik
Nyeri : Ektremitas Atas : hemihipalgesia dextra
Ekstremitas Bawah : hemihipalgesia dextra
Raba : Ektremitas Atas : hipestesia dextra
Ekstremitas Bawah : hipestesia dextra
Suhu : tidak dilakukan

Fungsi Vegetatif
Miksi : baik
Defekasi : baik
Keringat : baik

Fungsi luhur
MMSE : tidak dilakukan

Reflek Fisiologis Refleks Patologis


Reflek bisep : ++/++ Babinski : -/-
Reflek trisep : ++/++ Chaddock : -/-
Reflek brachioradialis : ++/++ Oppenheim : -/-
Reflek patella : ++/++ Gordon : -/-
Reflek Achilles : ++/++

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tanggal 15 April 2018
Nilai
Hasil Satuan
Parameter Rujukan
HEMATOLOGY
Leukosit 12,1 4.0 – 10.6 10^3/uL
Eritrosit 4,15 3.90 – 5.50 10^6/uL
Hemoglobin 12,7 12.0 – 16.0 g/dL
Hematokrit 37,1 37.0 – 47.0 %
MCV 89,4 81 – 99 fL
MCH 30,6 27 – 31 Pg
MCHC 34,2 33 – 37 g/dL
Trombosit 164 150 – 450 10^3/uL
DIFFERENTIAL TELLING
Granulosit% 48,8 50 – 70 %
Lymfosit% 44,8 20 – 40 %
Monosit% 6,4 3 – 12 %
KIMIA DARAH
GULA DARAH
GDA 152 70 – 140 mg/dl
GINJAL
Ureum 40 10 – 50 mg/dl
Kreatinin 0,3 < 0.9 mg/dl
PROFIL LIPID
Cholesterol 107 135-148 mg/dl
HDL 3.4 3.7-5.3 mg/dl
LDL 65 98-109 mg/dl
Trigliserida 168 <200 mg/dl

DIAGNOSIS
Diagnosis Klinis : Hemiparesis Dextra et Parese N.VII Sentral
Diagnosis Etiologi : Susp. CVA Infark Serebri
Diagnosis Lokalisaasi : Sistem Karotis Kiri
Diagnosis Faktor Risiko : Hipertensi

DIAGNOSIS BANDING
Diagnosa Klinis : Hemiparesis Dextra et Parese N.VII Sentral
Diagnosa Etiologi : Susp. CVA Haemoraghic
Diagnosa Lokalisasi : Sistem Karotis Kiri
Diagnosa Faktor Resiko : Hipertensi

RENCANA PEMERIKSAAN PENUNJANG


CT-Scan
Thoraks Foto

PENGOBATAN
Nonmedikamentosa :
• Head up 15-30o
• Diet rendah garam 30 kkal/hari
• Diet cukup kalori
Medikamentosa :
- Pasang IV line
- Infus RL 1.000cc/24jam
- Iv. Ranitidine 2x1 amp
- Iv. Citicolin 2x2 amp
- Iv. Mecobalamin 2x1 amp
- Iv. Piracetam 12gr/iv/24jam 15tpm

PROGNOSIS
Quo ad vitam : dubia
Quo ad functionam : dubia
Quo ad sanationam : dubia
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Definisi
Menurut WHO stroke adalah suatu gangguan fungsi saraf akut yang disebabkan oleh karena
gangguan peredaran darah otak, dimana secara mendadak( dalam beberapa detik) atau
secara cepat (dalam beberapa jam) timbul gejala dan tanda yang sesuai dengan daerah fokal
di otak yang terganggu.

Etiologi

- Infark otak (80%)


a. Emboli
b. Aterotrombotik
- Perdarahan intraserebral (15%)
c. Hipertensi
d. Malformasi arteri-vena
e. Angiopati amiloid
- Perdarahan subarachnoid (5%)

Faktor resiko

Faktor risiko yang tidak dapat Faktor risiko yang dapat diubah
diubah
Usia Hipertensi
Jenis kelamin pria Diabetes mellitus
Ras Merokok
Riwayat keluarga Penyalahgunaan alcohol dan obat
Riwayat TIA atau stroke Kontrasepsi oral
Penyakit Jantung Koroner Hematokrit meningkat
Fibrilasi atrium Bruit karotis asimptomatis
Heterozigot/homozigot Hiperurisemia dan dislipidemia
homosistinemia
Manifestasi Klinis

- Kelumpuhan wajah dan anggota badan atau anggota badan (biasanya hemiparesis)
yang timbul mendadak.
- Gangguan sensibilitas pada satu atau lebih anggota badan (gangguan hemisensorik)
- Perubahan mendadak status mental (konfusi, delirium, letargi, stupor atau koma)
- Afasia (bicara tidak lancar, kurangnya ucapan, atau kesulitan memahami ucapan)
- Disartria (bicara pelo atau cadel)
- Gangguan penglihatan (hemianopia atau monookuler) atau diplopia
- Ataksia (trunkal atau anggota badan)
- Vertigo, mual, muntah atau nyeri kepala.

Gejala Klinis Perdarahan Perdarahan Stroke Non


Intraserebral (PIS) Subarachnoid (PSA) Hemoragik

Gejala defisit fokal Berat Ringan Berat/ringan

TIA sebelumnya - - +

Onset Menit-jam 1-2 menit Pelan (jam-hari)

Nyeri kepala Hebat Sangat hebat Ringan/tidak ada


kecuali lesi di batang
otak

Muntah pd awalnya Sering Sering -

Hipertensi +++ - ++

Penurunan ++ + +/-
Kesadaran
Kaku kuduk +/- + -

Hemiparesis Sering sejak awal Permulaan tidak ada Sering sejak awal

Deviasi mata ++ + +/-

Gangguan bicara ++ +++ ++

Perdarahan ++ + -
subhialoid
Paresis/ gangguan - + -
N.III

Perdarahan Perdarahan Stroke Non-


No. Gejala Klinis Intraserebral Subaraknoid Hemorhagik
(PIS) (PSA) (SNH)
1. Gejala defisit fokal Berat Ringan Berat/Ringan
2. Awitan (onset) Menit/Jam 1-2 menit Pelan (jam/hari)
3. Nyeri kepala Hebat Sangat hebat Ringan/tidak ada
Tidak ada, kecuali
4. Muntah pada awalnya Sering Sering
lesi di batang otak
5. Hipertensi Hampir selalu Biasanya tidak Sering
6. Kaku kuduk Jarang Biasanya ada Tidak ada
Biasanya hilang
7. Kesadaran Biasanya hilang Dapat hilang
sebentar
8. Hemiparesis Sering sejak awal Awal tidak ada Sering sejak awal
9. Deviasi mata Biasa ada Jarang Mungkin ada
10. Likuor Sering berdarah Berdarah Jernih

Klasifikasi

a. Berdasarkan Patologi Anatomi dan Penyebabnya


a. Stroke Iskemik
i. Transient Ischemic Attack (TIA)
ii. Trombosis serebri
iii. Emboli serebri
b. Stroke Hemoragik
i. Perdarahan intra serebral
ii. Perdarahan subarakhnoid
b. Berdasarkan stadium / pertimbangan waktu
i. TIA
ii. Stroke-in-evolution
iii. Completed stroke

c. Berdasarkan sistem pembuluh darah


i. Sistem karotis
ii. Sistem vertebro-basilar
Diagnosis dengan sistem skoring

Skore Stroke Siriraj

Keterangan
 Derajat kesadaran Nyeri kepala
 Komposmentis = 0 - Ada =1
 Somnolen =1 - Tidak ada = 0
 Sopor/koma =2
 Vomitus Ateroma (diabetes, angina, penyakit
 Ada =1 pembuluh darah )
 Tidak ada =0 - Ada = 1 (Hipertensi)
- Tidak ada =0

Skor > 1 : Perdarahan otak


< -1: Infark otak
Sensivitas : Untuk perdarahan: 89.3%.
Untuk infark : 93.2%.
Ketepatan diagnostik: 90.3%.
Hasil :
 (2,5 x 0) + (2 x 0) + (2 x 0) + (0,1 x 80) – (3 x 1) - 12 = -7
 Skor < - 1 : Stroke Non Perdarahan/Infark

Skor stroke Gadjah Mada


Penurunan Nyeri kepala Babinski Jenis stroke
kesadaran
+ + + Perdarahan

+ _ _ Perdarahan

_ + _ Perdarahan

_ _ + Iskemik

_ _ _ Iskemik

PENATALAKSANAAN UMUM STROKE

A. Penatalaksanaan di Ruang Gawat Darurat


1. Evaluasi Cepat dan Diagnosis
Oleh karena jendela terapi dalam pengobatan stroke akut sangat pendek, maka evaluasi
dan diagnosis harus dilakukan dengan cepat, sistematik, dan cermat (AHA/ASA, Class I, Level
of evidence B). Evaluasi gejala dan klinik stroke akut meliputi:
a. Anamnesis, terutama mengenai gejala awal, waktu awitan, aktivitas penderita saat
serangan, gejala seperti nyeri kepala, mual, muntah, rasa berputar, kejang, cegukan
(hiccup), gangguan visual, penurunan kesadaran, serta faktor risiko stroke (hipertensi,
diabetes, dan lain-lain).1
b. Pemeriksaan fisik, meliputi penilaian respirasi, sirkulasi, oksimetri, dan suhu tubuh.
Pemeriksaan kepala dan leher (misalnya cedera kepala akibat jatuh saat kejang, bruit
karotis, dan tanda-tanda distensi vena jugular pada gagal jantung kongestif). Pemeriksaan
torak (jantung dan paru), abdomen, kulit dan ekstremitas.1
c. Pemeriksaan neurologis dan skala stroke. Pemeriksaan neurologis terutama pemeriksaan
saraf kranialis, rangsang selaput otak, sistem motorik, sikap dan cara jalan refleks,
d. koordinasi, sensorik dan fungsi kognitif. Skala stroke yang dianjurkan saat ini adalah
NIHSS (National Institutes of Health Stroke Scale) (AHA/ASA, Class 1, Level of evidence
B).1
2. Terapi Umum
a. Stabilisasi Jalan Napas dan Pernapasan
 Pemantauan secara terus menerus terhadap status neutologis, nadi, tekanan darah, suhu
tubuh, dan Saturasi oksigen dianjurkan dalam 72 jam, pada pasien dengan defisit
neurologis yang nyata (ESO, Class IV, GCP).2
 Pembetian oksigen dianjurkan pada keadaan dengan saturasi oksigen < 95% (ESO, Class
V, GCP).2
 Perbaiki jalan nafas termasuk pemasangan pipa orofaring pada pasien yang tidak sadar.
Berikan bantuan ventilasi pada pasien yang mengalami penurunan kesadaran atau
disfungsi bulbar dengan gangguan jalan napas (AHA/ASA, Class I, Level of evidence C).1
 Terapi oksigen diberikan pada pasien hipoksia (AHA/ASA, Class I, Level of evidence C).1
 Pasien stroke iskemik akut yang nonhipoksia tidak mernerlukan terapi oksigen (AHA/ASA, Class I,
Level of evidence C).1
 Intubasi ETT (Endo Tracheal Tube) atau LMA (Laryngeal Mask Airway) diperlukan
pada pasien dengan hipoksia (p02 <60 mmHg atau pCO2 >50 mmHg), atau syok, atau
pada pasien yang berisiko untuk terjadi aspirasi.
 Pipa endotrakeal diusahakan terpasang tidak lebih dari 2 minggu. Jika pipa terpasang
lebih dari 2 rninggu, maka dianjurkan dilakukan trakeostomi.
b. Stabilisasi Hemodinamik
 Berikan cairan kristaloid atau koloid intravena (hindari pernberian cairan hipotonik
seperti glukosa).
 Dianjurkan pemasangan CVC (Central Venous Catheter), dengan tujuan untuk memantau
kecukupan cairan dan sebagai sarana untuk rnemasukkan cairan dan nutrisi.
 Usahakan CVC 5 -12 mmHg.

 Optimalisasi tekanan darah (Iihat Bab V.A Penatalaksanaan Tekanan Darah pada Stroke
Akut)

 Bila tekanan darah sistolik <120 mmHg dan cairan sudah mencukupi, maka obat-obat
vasopressor dapat diberikan secara titrasi seperti dopamin dosis sedang/ tinggi,
norepinefrin atau epinefrin dengan target tekanan darah sistolik berkisar 140 mmHg.

 Pemantauan jantung (cardiac monitoring) harus dilakukan selama 24 jam pertama setelah
serangan stroke iskernik (AHA/ASA, Class I, Level of evidence B).

 Bila terdapat adanya penyakit jantung kongestif, segera atasi (konsultasi Kardiologi).

 Hipotensi arterial harus dihindari dan dicari penyebabnya. Hipovolemia harus dikoreksi
dengan larutan satin normal dan aritmia jantung yang mengakibatkan penurunan curah
jantung sekuncup harus dikoreksi (AHA/ASA, Class I, Level of evidence C).1

c. Pemeriksaan Awal Fisik Umum

 Tekanan darah

 Pemeriksaan jantung

 Pemeriksaan neurologi umum awal:

i. Derajat kesadaran

ii. Pemeriksaan pupil dan okulomotor

iii. Keparahan hemiparesis

d. Pengendalian Peninggian Tekanan Intrakranial (TIK)

 Pemantauan ketat terhadap penderita dengan risiko edema serebral harus dilakukan
dengan memperhatikan perburukan gejala dan tanda neurologis pada hari-hari
pertama setelah serangan stroke (AHA/ASA, Class I, Level of evidence B).1
 Monitor TIK harus dipasang pada pasien dengan GCS <9 dan penderita yang
mengalami penurunan kesadaran karena kenaikan TIK (AHA/ASA, Class V, Level of
evidence C).1

 Sasaran terapi adalah TIK kurang dari 20 mmHg dan CPP >70 mmHg.

 Penatalaksanaan penderita dengan peningkatan tekanan intrakranial meliputi :

i. Tinggikan posisi kepala 200 - 300

ii. Posisi pasien hendaklah menghindari tekanan vena jugular

iii. Hindari pemberian cairan glukosa atau cairan hipotonik

iv. Hindari hipertermia

v. Jaga normovolernia

vi. Osmoterapi atas indikasi:

o Manitol 0.25 - 0.50 gr/kgBB, selama >20 menit, diulangi setiap 4 - 6 jam
dengan target ≤ 310 mOsrn/L. (AHA/ASA, Class III, Level of evidence
C). Osmolalitas sebaiknya diperiksa 2 kali dalam sehari selama pemberian
osmoterapi.

o Kalau perlu, berikan furosemide dengan dosis inisial 1 mg/kgBB i.v.

vii. Intubasi untuk menjaga normoventilasi (pCO2 35 - 40 mmHg). Hiperventilasi


mungkin diperlukan bila akan dilakukan tindakan operatif.

viii. Paralisis neuromuskular yang dikombinasi dengan sedasi yang adekuat dapat
mengurangi naiknya TIK dengan cara mengurangi naiknya tekanan intratorakal
dan tekanan vena akibat batuk, suction, bucking ventilator (AHA/ASA, Class
III-IV, Level of evidence C). Agen nondepolarized seperti vencuronium atau
pancuronium yang sedikit berefek pada histamine dan blok pada ganglion lebih
baik digunakan (AHA/ASA, Class III-IV, Level of evidence C). Pasien dengan
kenaikan krtitis TIK sebaiknya diberikan relaksan otot sebelum suctioning atau
lidokain sebagai alternative.3
ix. Kortikosteroid tidak direkomendasikan untuk mengatasi edema otak dan tekanan
tinggi intracranial pada stroke iskemik, tetapi dapat diberikan kalau diyakini tidak ada
kontraindikasi. (AHA/ASA, Class III, Level of evidence A).1

x. Drainase ventricular dianjurkan pada hidrosefalus akut akibat stroke iskemik


serebelar (AHA/ASA, Class I, Level of evidence B).1

xi. Tindakan bedah dekompresif pada keadaan iskemik sereberal yang menimbulkan
efek masa, merupakan tindakan yang dapat menyelamatkan nyawa dan memberikan
hasil yang baik. (AHA/ASA, Class I, Level of evidence B).

e. Penanganan Transformasi Hemoragik

Tidak ada anjuran khusus tentang terapi transformasi perdarahan asimptomatik


(AHA/ASA, Class Ib, Level of evidence B).1 Terapi transformasi perdarahan simtomatik sama
dengan terapi stroke perdarahan, antara lain dengan memperbaiki perfusi serebral dengan
mengendalikan tekanan darah arterial secara hati-hati.

f. Pengendalian Kejang

 Bila kejang, berikan diazepam bolus lambat intravena 5-20mg dan diikuti oleh
fenitoin, loading dose 15-20 mg/kg bolus dengan kecepatan maksimum 50
mg/menit.

 Bila kejang belum teratasi, maka perlu dirawat di ICU.

 Pemberian antikonvulsan profilaksis pada penderita stroke iskemik tanpa kejang


tidak dianjurkan (AHA/ASA, Class III, Level of evidence C).1

 Pada stroke perdarahan intraserebral, obat antikonvulsan profilaksis dapat


diberikan selama 1 bulan, kemudian diturunkan, dan dihentikan bila tidak ada
kejang selama pengobatan (AHA/ASA, Class V, Level of evidence C).3

g. Pengendalian Suhu Tubuh

 Setiap pederita stroke yang disertai demam harus diobati dengan antipiretika dan
diatasi penyebabnya (AHA/ASA, Class I, Level of evidence C).1
 Berikan Asetaminofen 650 mg bila suhu lebih dari 38,5 oC (AHA/ASA Guideline)1
atau 37,5 oC (ESO Guideline).3

 Pada pasien febris atau berisiko terjadi infeksi, harus dilakukan kultur dan hapusan
(trakea, darah dan urin) dan diberikan antibiotik. Jika memakai kateter ventrikuler,
analisa cairan serebrospinal harus dilakukan untuk mendeteksi meningitis.

 Jika didapatkan meningitis, maka segera diikuti terapi antibiotic (AHA/ASA


Guideline).3

h. Pemeriksaan Penunjang

 EKG

 Laboratorium (kimia darah, fungsi ginjal, hematologi, faal hemostasis, kadar gula
darah, analisis urin, analisa gas darah, dan elektrolit)

 Bila perlu pada kecurigaan perdarahan subaraknoid, lakukan punksi lumbal untuk
pemeriksaan cairan serebrospinal

 Pemeriksaan radiologi

i. Foto rontgen dada

ii. CT Scan

B. Penatalaksanaan Umum di Ruang Rawat

1. Cairan

a. Berikan cairan isotonis seperti 0,9% salin dengan tujuan menjaga euvolemi.
Tekanan vena sentral dipertahankan antara 5-12 mmHg.

b. Pada umumnya, kebutuhan cairan 30 ml/kgBB/hari (parenteral maupun enteral).

c. Balans cairan diperhitungkan dengan mengukur produksi urin sehari ditambah


dengan pengeluaran cairan yang tidak dirasakan (produksi urin sehari ditambah 500
ml untuk kehilangan cairan yang tidak tampak dan ditambah lagi 300 ml per derajat
Celcius pada penderita panas).
d. Elektrolit (natrium, kalium, kalsium dan magnesium) harus selalu diperiksa dan
diganti bila terjadi kekurangan sampai tercapai nilai normal.

e. Asidosis dan alkalosis harus dikoreksi sesuai dengan hasil analisa gas darah.

f. Cairan yang hipotonik atau mengandung glukosa hendaklah dihindari kecuali pada
keadaan hipoglikemia.

2. Nutrisi

a. Nutrisi enteral paling lambat sudah harus diberikan dalam 48 jam, nutrisi oral
hanya boleh diberikan setelah hasil tes fungsi menelan baik.

b. Bila terdapat gangguan menelan atau kesadaran menurun makanan, nutrisi


diberikan melalui pipa nasogastrik.

c. Pada keadaan akut, kebutuhan kalori 25-30 kkal/kg/hari dengan komposisi:

 Karbohidrat 30-40 % dari total kalori;

 Lemak 20-35 % (pada gangguan nafas dapat lebih tinggi 35-55 %);

 Protein 20-30% (pada keadaan stress kebutuhan protein 1.4-2.0


g/kgBB/hari (pada gangguan fungsi ginjal <0.8 g/kgBB/hari).

d. Apabila kemungkinan pemakaian pipa nasogastrik diperkirakan >6 minggu,


pertimbangkan untuk gastrostomi.

e. Pada keadaan tertentu yaitu pemberian nutrisi enteral tidak memungkinkan,


dukungan nutrisi boleh diberikan secara parenteral.

f. Perhatikan diit pasien yang tidak bertentangan dengan obat-obatan yang diberikan.
Contohnya, hindarkan makanan yang banyak mengandung vitamin K pada pasien
yang mendapat warfarin.4

3. Pencegahan dan Penanganan Komplikasi

a. Mobilisasi dan penilaian dini untuk mencegah komplikasi subakut (aspirasi,


malnutrisi, pneumonia, thrombosis vena dalam, emboli paru, dekubitus, komplikasi
ortopedi dan kontraktur) perlu dilakukan (AHA/ASA, Level of evidence B and C).1
b. Berikan antibiotika atas indikasi dan usahakan sesuai dengan tes kultur dan
sensitivitas kuman atau minimal terapi empiris sesuai dengan pola kuman
(AHA/ASA, Level of evidence A).1

c. Pencegahan dekubitus dengan mobilisasi terbatas dan atau memakai kasur


antidekubitus.

d. Pencegahan thrombosis vena dalam dan emboli paru.

e. Pada pasien tertentu yang beresiko menderita thrombosis vena dalam, heparin
subkutan 5000 IU dua kali sehari atau LMWH atau heparinoid perlu diberikan
(AHA/ASA, Level of evidence A).5 Resiko perdarahan sistemik dan perdarahan
intraserebral perlu diperhatikan.6 Pada pasien imobilisasi yang tidak bias menerima
antikoagulan, penggunaan stocking eksternal atau aspirin direkomendasikan untuk
mencegah thrombosis vena dalam. (AHA/ASA, Level of evidence A and B).6

4. Penatalaksanaan Medis Lain

a. Pemantauan kadar glukosa darah sangat diperlukan. Hiperglikemia (kadar glukosa


darah >180 mg/dl) pada stroke akut harus diobati dengan titrasi insulin
(AHA/ASA,Class I, Level of evidence C).1 Target yang harus dicapai adalah
normoglikemia. Hipoglikemia berat (<50 mg/dl) harus diobati dengan dekstrosa 40%
intravena atau infuse glukosa 10-20%.

b. jika gelisah lakukan terapi psikologi, kalau perlu berikan minor dan mayor
tranquilizer seperti benzodiazepine short acting atau propofol bias digunakan.

c. Analgesik dan antimuntah sesuai indikasi.3

d. Berikan H2 antagonis, apabila ada indikasi (perdarahan lambung).

e. Hati-hati dalam menggerakkan, penyedotan lender, atau memandikan pasien karena


dapat mempengaruhi TTIK.

f, Mobilisasi bertahap bila hemodinamik dan pernafasan stabil.

g. Kandung kemih yang penuh dikosongkan, sebaiknya dengan kateterisasi


intermiten.
h. Pemeriksaan penunjang lanjutan seperti pemerikssan
laboratorium, MRI, Dupleks Carotid Sonography, Transcranial
Doppler, TTE, TEE, dan lain-lain sesuai dengan indikasi.

i. Rehabilitasi.

j. Edukasi.

k. Discharge planning (rencana pengelolaan pasien di luar rumah sakit).

Prognosis

- Sekitar 50% penderita yang mengalami kesembuhan dan kembali menjalankan fungsi
normalnya.
- Penderita lainnya mengalami kelumpuhan fisik dan mental dan tidak mampu
bergerak, berbicara atau makan secara normal.
- Sekitar 20% penderita meninggal di rumah sakit.

21
DAFTAR PUSTAKA

Adams, HP. Et al. emergent Use of Anticoagulation for Treatment of Patient With
Ischemic Stroke. Stroke. 2002;33:856-861.

AHA/ASA Guideline. Guideline for the early management of adults with ischemic
stroke. Stroke 2007; 38:1655-1711.
Baehr M, Frotscher M. Duus. 2010. Topical Diagnosis in Neurology. 4th revised edition.
NewYork : Thieme.
Broderick J et al. Guideline for the Management of Spontaneous Intracerebral
Hemorrhage in Adults: 2007 Update. Stroke 2007, 38:2001-2023
Coull B.M, et al. anticoagulants and Antiplatelet Agents in Acute Ischemic Stroke.
Report of the Joint Stroke Guideline Development Committee of the American
Academy of Neurology and the American Stroke Association (a Division of the
American Heart Association). Stroke. 2002;33;1934-1942.
Kelompok Studi Stroke PERDOSSI. 2007. Pencegahan Sekunder Stroke dalam Guideline
Stroke. Jakarta.
Lumbantobing, S.M. Neurologi klinis Pemeriksaan Fisik dan Mental.Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. 2010.
Mardjono, M. Sidharta, P. Neurologi klinis Dasar. Dian Rakyat. Jakarta. 2006.
Ringleb PA et al. Guideline for Management of Ischemic Stroke and Transiengt
Ischemic Attack 2008. The European Stroke Organization (ESO) Executive
Committee and the ESO Writing Committee.
Setyopranoto, Ismail. 2011. Stroke: Gejala dan Penatalaksanaan. Kepala Unit Stroke
RSUP Dr Sardjito/ Bagian Ilmu Penyakit Saraf, Fakultas Kedokteran Universitas
Gadjah Mada : Yogyakarta.

22

Anda mungkin juga menyukai