LAPORAN KASUS
1
Tanda Vital
TD : 175/124 MmHg
HR : 93x/menit
RR : 24x/menit
T : 36,6°C
Status Generalis
Kepala : Normochepali, rambut tidak rontok.
Mata : Konjungtiva anemis (-/-),Sklera ikterik (-/-),
Edema palpebra (-/-)
Hidung : Normonasi, Deviasi septum (-), Krepitasi (-), Jejas (-),
Sekret (-), cuping hidung (-)
Mulut : Mukosa bibir kering (+), Sianosis (-), Lidah kotor (+),
Faring hiperemis (+), Tonsil T1-T1, Gigi DBN
Telinga : Normotia, Jejas (-), Nyeri tekan tragus (-), Sekret (-)
Leher : KGB tidak membesar, JVP tidak meningkat
Thorax
Jantung : Bunyi jantung I-II Murni reguler, Murmur (-), Gallop(-)
Paru : Vesikuler (+/+), Ronkhi (-/-), Wheezing (-/-)
Abdomen
Inspeksi : Bentuk datar
Perkusi : Timpani
Palpasi : Supel, Nyeri tekan (-), Organomegali (-),
Nyeri epigastrium (-)
Auskultasi : Bunyi usus (+) normal
Ekstremitas
Atas : Akral hangat (+/-), RCT< 2 detik, Edema (-/+),
Bawah : Akral hangat (+/-), RCT< 2 detik, Edema (-/-),
1.4 STATUS NEUROLOGIK
Rangsang Meningeal
Kaku Kuduk : Negatif (-)
2
Laseque/Kernig : Tidak terbatas
Brudzinki I : Negatif (-)
Brudzinki II : Negatif (-)
Brudzinki III : Negatif (-)
Saraf Kranial
N.I (Olfaktorius)
Daya Pembau : Normosmia (+/+)
N.II (Optikus )
Kanan Kiri
Visus : Tidak dilakukan
Lapang Pandang : Hemianospia Binasal Negatif (-)
Hemianospia Bitemporal Negatif (-)
Funduskopi : Tidak dilakukan
Papil edema : Tidak dilakukan
Arteri:vena : Tidak dilakukan
N.III (Okulomotorius)
Kanan Kiri
Ptosis : - -
Gerakan Bola Mata
Atas : baik / baik
Bawah : baik / baik
Medial : baik / baik
Pupil : Bulat, Isokor, ukuran : 3 mm
Refleks cahaya langsung : + / +
Refleks cahaya tidak langsung : + / +
Nistagmus : - / -
N.IV (Trokhlearis)
Kanan Kiri
Gerakan mata ke medial bawah : Baik / Baik
N.V (Trigeminus)
Kanan Kiri
3
Menggigit : normal
Membuka Mulut : Deviasi (+) ke kanan
Menggeretakan gigi : Kontraksi M. Masseter dan
M. Temporal (+/-)
Sensibilitas
5.1.(oftalmikus) : + +
5.2.(maksilaris) : + +
5.3 (mandibularis) : + -
Reflek kornea : + +
Refleks bersin : tidak dilakukan
Daya Kecap Lidah 2/3 depan : tidak dilakukan
N.VI (ABDUSENS)
Kanan Kiri
Gerakan mata ke lateral : baik / baik
N.VII (FASIALIS)
Kanan Kiri
Kerutan kulit dahi : + -
Menutup mata kuat : + -
Mengangkat alis : normal -
Menyeringai : normal -
Menggembungkan pipi : normal -
N.VIII (Vestibulochoclearis)
Kanan Kiri
Tes Bisik : tidak dilakukan
Tes Rinne : tidak dilakukan
Tes Weber : tidak dilakukan
Tes Schwabach : tidak dilakukan
N. IX (Glosofaringeus) Dan N. X (Vagus)
Arkus faring : Gerakan simetris
Daya kecap lidah 1/3 belakang : Tidak dilakukan
Uvula : Letak ditengah, gerakan simetris
4
Menelan : Normal
Refleks muntah : Tidak dilakukan
N. XI (Aksesorius)
Kanan Kiri
Memalingkan Kepala :Musculus Sternocleidomastoideus tampak
terlihat (+/-)
Mengangkat Bahu : Kanan dan kiri tidak sama tinggi (+/-)
Atropi Musculus Trapezius : (-) (+)
N.XII (Hipoglosus)
Sikap lidah : Normal (lidah berada di tengah ketika dijulurkan)
Atropi otot lidah : (-)
Tremor lidah : (-)
Fasikulasi lidah : (-)
Motorik
1. Kekuatan Otot : 3 1
3 1
Pemeriksaan Koordinasi gait keseimbangan
- Tandemgait test : Tidak dilakukan
- Romberg-Test : Tidak dilakukan
- Diasdookinesis : Tidak dilakukan
- Tes tunjuk hidung : Tidak dilakukan
- Uji Dix-Hallpike : Tidak dilakukan
Sensorik Kanan Kiri
Nyeri : Ektremitas Atas : normal normal
Ekstremitas Bawah : normal normal
Raba : Ektremitas Atas : normal normal
Ekstremitas Bawah : normal normal
Suhu : tidak dilakukan
Fungsi Vegetatif
Miksi : Baik
5
Defekasi : Bisa
Fungsi luhur
MMSE : Tidak dilakukan
Burtel Indeks : Tidak di lakukan
Reflek Fisiologis : Tidak dilakukan
Refleks Patologi : Babinski ( Dorso pleksi ibu jari +/+)
6
Tanggal 30 November 2018
a. Pemeriksaan EKG
1.8 DIAGNOSIS
Diagnosis klinik : Stroke bulang kedua tahun sama sisi et: Hipertensi
7
Differensial : Stroke hemoragik
Faktor Resiko : Riwayat stroke dan hipertensi
1.9 PENATALAKSANAAN
Farmakologi:
IVFD RL : +Inj. Neurobat 1 ampul 14gtt
+KCL 25 mg 14gtt
Inj. Pyracetam 2x3 gr IV
Inj. Kalmeco 2x1 gr IV
Ambroxol syr 3x1
Nebulizer 2x1
Clopidogrel 1x1
Osteocal 1x1
IVFD NaCl 0,9% 14 gtt
Aminofluid 1 fls 14 gtt
Cefotaxime 2x1g
Non Farmakologi:
Bedrest semi flower 30º
Saran/nasihat : - Dilakukan cek asam urat, lipid profil, elektrolit, dan
albumin
- gerakan melatih tangan dan kaki agar tidak terjadi kekakuan
otot
- Harus patuh minum obat
- Diusahakan jangan tidur larut malam (< 10 malam)
8
1.10 FOLLOW UP PASIEN
Tanggal Follow Up Terapi
20/11/2018 S : Keluarga os mengatakan tiba-tiba IVFD RL
Hari ke 1 mulut mencong kekanan dan tidak bisa Inj. Ranitidin 1 Amp
bicara jelas lagi, tangan dan kaki kiri Asetilkolin 250 Mg
tidak bisa di gerakkan. Inj. Furosemide 1 Amp
Amlodipin 10 Mg
O : os tampak lemas
Td : 150/90 mmhg RR : 30x/i
Hr : 85x/i Temp : 360C
A : Stroke Et Hipertensi
9
dengan jelas lagi, tangan dan kaki kiri +KCL 14 gtt
tidak bias digerakkan, dan tidak nafsu Inj. Pyracetam 2x3g
makan Inj. Kalmeco 2x1g
O : os tampak lemas CPG 1x1
Td : 160/100 mmhg RR : 28x/i Amlodipin 1x100
0
Hr : 90x/i Temp : 36 C
Cefotaxim 2x1g
• Motorik
3 1
3 1
A : stroke ulang kedua tahun sama sisi et:
Hipertensi
P : Pantau vital sign dan keadaan umum
10
O : os tampak lemas Inj. Pyracetam 2x3g
Td : 110/80 mmhg RR : 28 x/i Inj. Kalmeco 2x1g
0
Hr : 70x/i temp : 36 C CPG 1x1
• Motorik Cefotaxim 2x1g
3 1
3 1
A : Stroke ulang kedua tahun sama sisi et:
Hipertensi
P : Pantau vital sign, keadaan umum dan
Koreksi Albumin
11
Td : 120/80 mmhg RR : 28x/i Furosemid 2x1
Hr : 80 x/i temp : 360 C
• Motorik
3 1
3 1
A : stroke ulang kedua tahun sama sisi et:
Hipertensi
P : Pantau vital sign, keadaan umum, cek
albumin ulang,dan Lakukan Fisioterapi
27/11/18 S : keluarga os mengatakan sesak nafas, IVFDRL
Hari ke 7 mulut mencong dan tidak bisa bicara +Neurobat14 gtt
dengan jelas lagi, tangan dan kaki kiri KCL 25 mg 14 gtt
tidak bias digerakkan, lidah luka,tidak Keterolac 14 gtt
nafsu makan dan Tangan Kiri Os Inj. Pyracetam 2x3g
bengkak Inj. Kalmeco 2x1g
O : os tampak lemas CPG 1x1
Td : 120/80 mmhg RR : 28x/i
Cefotaxim 2x1g
Hr : 80 x/i temp : 360 C
Furosemid 2x1
• Motorik
3 1
3 1
A : stroke ulang kedua tahun sama sisi et:
Hipertensi
P : Pantau vital sign dan keadaan umum
28/11/18 S : keluarga os mengatakan sesak nafas, IVFD RL:
Hari ke 8 mulut mencong dan tidak bisa bicara +Mercybion 5000
dengan jelas lagi, tangan dan kaki kiri +KCL
tidak bias digerakkan, lidah luka,tidak +Ketorolac 14 gtt
nafsu makan dan Tangan Kiri Os Inj. Kalmeco 2x1g
bengkak CPG 1x1
O : os tampak lemas Memorex 1x1
12
Td : 120/80 mmhg RR : 28x/i Furosemid 2x1
Hr : 80 x/i temp : 360 C
• Motorik
3 1
3 1
A : stroke ulang kedua tahun sama sisi et:
Hipertensi
P : Pantau vital sign dan keadaan umum dan
lakukan pemeriksaan EKG
29/11/18 S : keluarga os mengatakan sesak nafas, IVFD RL:
Hari ke 9 mulut mencong dan tidak bisa bicara +Mercybion 5000
dengan jelas lagi, tangan dan kaki kiri +KCL
tidak bias digerakkan, dan tidak nafsu +Ketorolac 14 gtt
makan Inj. Kalmeco 2x1g
O : os tampak lemas CPG 1x1
Td : 140/90 mmhg RR : 22x/i Memorex 1x1
0
Hr : 90 x/i temp : 36, 7 C
• Motorik
3 1
3 1
A : stroke ulang kedua tahun sama sisi et:
Dr. Srimala Hipertensi
P : Pantau vital sign dan keadaan umum
30/11/18 S : keluarga os mengatakan sesak nafas, IVFD RL:
Hari ke 10 mulut mencong dan tidak bisa bicara +Mercybion 5000
dengan jelas lagi, tangan dan kaki kiri +KCL
tidak bias digerakkan, dan tidak nafsu +Ketorolac 14 gtt
makan Inj. Kalmeco 2x1g
O : os tampak lemas CPG 1x1
Td : 140/90 mmhg RR : 22x/i Memorex 1x1
0
Hr : 90 x/i temp : 36, 7 C
13
• Motorik
3 1
3 1
A : stroke ulang kedua tahun sama sisi et:
Hipertensi
P : Pantau vital sign dan keadaan umum
BAB II
PEMBAHASAN KASUS
2.1 Definisi
Stroke adalah suatu keadaan defisit neurologi fokal (hemiparese,
Afasia, disartria, hemihipestesi) Maupun global (↓ kesadaran) yang terjadi
secara mendadak / tiba-tiba dalam waktu 24 jam atau berakhir dengan kematian
yang semata mata adalah karena gangguan vaskuler di otak serta mempunyai
pola gejala yg berhubungan dengan waktu (temporal profile) ==> (improving,
worsening, stable).
14
Pada kasus ini: Terdapat defisit neurologi fokal hemiparese dextra et
sinistra dan afasia
4. Riwayat keluarga
Terdapat dugaan bahwa stroke dengan garis keturunan saling
berkaitan. Dalam hal ini, hipertensi, diabetes, dan factor genetic yang
berperan. Cadasil, yaitu suatu cacat pada pembuluh darah
dimungkinkan merupakan factor genetic yang paling berpengaruh.
Selain itu, gaya hidup dan pola makan dalam keluarga yang sudah
menjadi kebiasaan yang sulit di ubah juga meningkatkan resiko
stroke.
Faktor resiko stroke yang dapat di modifikasi:
15
1. Hipertensi
2. Diabetes Melitus
16
Orang dengan diabetes melitus lebih rentan terhadap
aterosklerosis dan peningkatan prevalensi proaterogenik, terutama
hipertensi dan lipid darah yang abnormal.
3. Dislipidemia
4. Merokok
17
Tingkat kematian penyakit stroke karena merokok di
Amerika Serikat pertahunnya diperkirakan sekitar 21.400 (tanpa
ada penyesuaian untuk faktor resiko) dan 17.800 (setelah ada
penyesuaian), ini menunjukkan bahwa rokok memberikan kontribusi
terjadinya stroke yang berakhir dengan kematian sekitar 12% sampai
14%.
5. Alkohol
6. Obesitas
18
Sebuah penelitian kohort observasional prospektif
terhadap 21.144 laki–laki Amerika Serikat yang di follow-up selama
12,5 tahun (rerata) untuk kejadian 631 stroke iskemik menemukan
bahwa BMI ≥ 30 kg/mm3 berhubungan dengan adjusted relative risk
(RR) sroke iskemik sebesar 2,0 (95% CI: hingga 2,7) dibandingkan
dengan laki– laki dengan BMI < 30 kg/mm3.
7. Penyakit Jantung
19
meningkat jika disertai dengan beberapa faktor lain, yaitu jika
disertai usia > 65 tahun, hipertensi, diabetes melitus, gagal
jantung, atau riwayat stroke sebelumnya seperti yang dikategorikan
dalam CHAD. Pada CHAD umur > 65 tahun, gagal jantung,
hipertensi, dan DM dinilai 1 point setiap kali ditemukan dan riwayat
stroke atau emboli sebelumnya dinilai 2 point.
2.3 Etiologi
A. Menurut teori
Stroke biasanya diakibatkan oleh :
Pecahnya pembuluh darah di otak
Tersumbatnya aliran darah di otak
TIA (transcient ischemic attack)
Akibatnya adalah penghentian suplai darah ke otak, yang menyebabkan
kehilangan sementara atau permanen gerakan, berfikir, memori, bicara atau
sensasi.
2.4 Klasifikasi
Stroke membuat aliran darah ke otak menjadi terganggu atau
berkurang, keadaan ini akan membuat otak kehilangan oxygen dan nutrisi
lainnya, yang mana dapat membuat sel sel otak jadi mati sehingga fungsi otak
berkurang atau otak tidk berfungsi lagi atau mati.
1. Stroke Infark / Ischemic
A. Stroke Infark Atherotrombotic
B. Stroke ThromboEmboli
2. Stroke Hemorhage
A. Stroke Hemorrhage / Perdarahan Intra Serebral
20
B .SAB (Sub arahnoid bleding)
3. TIA = ministroke
a. Stroke Infark
21
Pada stroke tipe ini embolik tidak terjadi pada
pembuluh darah otak, melainkan di tempat lain seperti di
jantung dan sistem vaskular sistemik.
b. Stroke Hemoragik
22
charcot-bouchard. Pada suatu saat aneurisma ini dapat pecah oleh
tekanan darah yang meningkat sehingga terjadilah perdarahan ke
dalam parenkim otak. Darah ini mendorong struktur otak dan
merembes ke sekitarnya bahkan dapat masuk ke dalam ventrikel atau
ke ruangan subaraknoid yang akan bercampur dengan cairan
serebrospinal dan merangsang meningens.
Onset perdarahan intraserebri sangat mendadak, seringkali
terjadi saat beraktivitas dan disertai nyeri kepala berat, muntah dan
penurunan kesadaran, kadang – kadang juga disertai kejang.
2.5 Patogenesis
Dalam keadaan fisiologis, jumlah darah yang mengalir ke otak adalah
50– 60 ml per 100 gram otak per menit. Jadi jumlah darah untuk seluruh otak,
yang kira-kira beratnya antara 1200-1400 gram adalah 700-840 ml per menit.
Dari jumlah darah itu, satu pertiganya disalurkan melalui tiap arteri karotis
interna dan satu pertiga sisanya disalurkan melalui susunan vertebrobasilar.
Daerah otak tidak berfungsi bisa karena secara tiba-tiba tidak menerima suplai
darah lagi karena arteri yang memperdarahi daerah tersebut putus atau
tersumbat. Penyumbatan itu bisa terjadi secara mendadak atau secara berangsur-
angsur .
23
Oklusi akut pembuluh darah intrakranial menyebabkan penurunan aliran
darah ke regio otak sesuai dengan kebutuhannya. Penurunan aliran ini akan
berpengaruh pada aliran darah kolateral dan ini sangat tergantung pada anatomi
vaskular individual dan lokasi oklusi. Apabila aliran darah serebral tidak ada
samasekali, akan terjadi kematian pada jaringan otak dalam 4 hingga 10 menit.
Apabila aliran darah ke otak kurang dari 16-18 ml/ 100 gram jaringan otak per
menit maka akan menyebabkan infark dalam satu jam. Apabila kurang dari 20
ml/ 100 gram jaringan otak per menit menyebabkan iskemik tanpa infark kecuali
jika berlangsung selama beberapa jam atau hari. Kematian sel pada otak terjadi
melalui dua jalur yaitu:
(1) jalur nekrosis di mana pemecahan sitoskletal seluler berlangsung cepat
yang berakibat pada kegagalan energi sel,
(2) jalur apoptosis di mana sel terprogram untuk mati. Iskemik menyebabkan
nekrosis karena sel-sel neuron mengalami kekurangan glukosa yang berakibat
pada kegagalan mitokondria dalam menghasilkan ATP. Tanpa ATP, pompa ion
pada membran akan berhenti berfungsi dan neuron mengalami depolarisasi dan
disertai dengan peningkatan kalsium intraselular. Depolarisasi selular juga
menyebabkan pelepasan glutamat dari terminal sinapsis. Di samping itu,
penurunan ATP akan menyebabkan penumpukan asam laktat dan
menyebabkan terjadinya asidosis selular. Radikal bebas juga dihasilkan oleh
degradasi membran lipid dan mitokondria yang mengalami disfungsi. Radikal
bebas ini menyebabkan kerusakan pada membran dan fungsi vital lain sel.
24
1. Defisit Lapang Pandang
a. Tidak menyadari orang atau objek di tempat kehilangan
penglihatan
b. Kesulitan menilai jarak
c. Diplopia
2. Defisit Motorik
a. Hemiparesis (Kelemahan wajah, lengan, dan kaki pada sisi yang
sama)
b. Hemiplegi (Paralisis wajah, lengan dan kaki pada sisi yang sama)
c. Ataksia (Berjalan tidak mantap, dan tidak mampu menyatukan kaki)
d. Disatria (Kesulitan berbicara), ditunjukan dengan bicara yang sulit
dimengerti yang disebabkan oleh paralisis otot yang bertanggung
jawab untuk menghasilkan bicara
e. Disfagia (Kesulitan dalam menelan)
4. Defisit Verbal
a. Afasia ekspresif (Tidak mampu membentuk kata)
b. Afasia reseptif (Tidak mampu memahami kata yang dibicarakan)
c. Afasia global (Kombinasi baik afasia reseptif dan ekspresif)
5. Defisit Kognitif
a. Kehilangan memori jangka pendek dan panjang
b. Penurunan lapang perhatian
c. Kerusakan kemampuan untuk berkonsentrasi
d. Perubahan penilaian
Pada kasus ini: Gejala yang timbul adalah defisit motorik yaitu adanya
hemiparesis dextra et sinistra dan defisit verbal yaitu afasia
ekspresif
25
Gambar 5. Warning Sign Stroke
2.7 Diagnosis
1. Anamnesis
Diagnosa stroke dibuat berdasarkan anamnesis, gejala klinis dan
pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan laboratorium berperan dalam beberapa
hal antara lain untuk menyingkirkan gangguan neurologis lain, mendeteksi
penyebab stroke.
a. Stroke Hemoragik
Penurunan kesadaran langsung dan lama fokal neurologi tidak sesuai
vaskular yang terkena
Kaku kuduk, perdarahan retina
Gejala sakit kepala, muntah (tanda TIK meningkat)
Umumnya saat beraktifitas
26
b. Stroke Non Hemoragik
Perburukan gejala dan tanda bertahap fokal neurologi sesuai pola
vaskular yang kena
Tanda kearah kortikal atau subkortikal umumnya saat istirahat
(thrombus) bisa saat aktifitas (emboli)
27
Gangguan bicara
Gangguan mengontrol emosi
Gangguan daya ingat
Pada kasus ini: pasien mengalami stroke iskemik akut atau stroke infark
28
b. Penetapan jenis stroke berdasarkan Siriraj stroke score
29
2.8Pemeriksaan Penunjang Stroke
Pemeriksaan penunjang penting untuk mendiagnosis secara tepat stroke
dan subtipenya, untuk menidentifikasi penyebaba utamanya dan penyakit terkait
lain, untuk menentukan terapi dan strategi pengelolaan terbaik, serta untuk
memantau kemajuan pengobatan. Pemeriksaan yang dilakukan akan berbeda
dari pasien ke pasien.
a. CT dan MRI
Pemeriksaan paling penting untuk mendiagnosis subtipe dari
sroke adalah Computerised Topography (CT) dan Magnetic Resonance
Imaging (MRI) pada kepala. Mesin CT dan MRI masing-masing merekam
citra sinar X atau resonansi magnet. Setiap citra individual
memperlihatkan irisan melintang otak, mengungkapkan daerah abnormal
yang ada di dalamnya. Pada CT, pasien diberi sinar X dalam dosis sangat
rendah yang digunakan menembus kepala. Sinar X yang digunakan serupa
dengan pada pemeriksaan dada, tetapi dengan panjang ke radiasi yang jauh
lebih rendah. Pemeriksaan memerlukan waktu 15 – 20 menit, tidak nyeri,
dan menimbulkan resiko radiasi minimal keculi pada wanita hamil. CT
sangat handal mendeteksi perdarahan intrakranium, tetapi kurang peka
untuk mendeteksi stroke iskemik ringan, terutama pada tahap paling awal.
CT dapat memberi hasil negatif-semu (yaitu, tidak memperlihatkan adanya
kerusakan) hingga separuh dari semua kasus stroke iskemik.
b. Angiografi otak
Angiografi otak adalah penyuntikan suatu bahan yang tampak
dalam citra sinar-X kedalam arteri-arteri otak. Pemotretan dengan sinar-X
kemudian dapat memperlihatkan pembuluh-pembuluh darah di kepala dan
leher. Angiografi otak menghasilkan gambar paling akurat mengenai arteri
dan vena dan digunakan untuk mencari penyempitan atau perubahan
patologis lain, misalnya aneurisma. Namun, tindakan ini memiliki resiko
kematian pada satu dari setiap 200 orang yang diperiksa.
c. Pemeriksaan darah dan urine
30
Pemeriksaan ini dilakukan secara rutin untuk mendeteksi
penyebab stroke dan untuk menyingkirkan penyakit lain yang mirip stroke.
Pemeriksaan yang direkomendasikan:
Hitung darah lengkap untuk melihat penyebab stroke seperti
trombositosis, trombositopenia, polisitemia, anemia (termasuk sikle cell
disease).
Laju endap darah untuk medeteksi terjadinya giant cell arteritis atau
vaskulitis lainnya.
Serologi untuk sifilis.
Glukosa darah untuk melihat DM, hipoglikemia, atau hiperglikemia.
Lipid serum untuk melihat faktor risiko stroke
2.9 Komplikasi
a. Komplikasi berdasarkan neurologi
- Edema otak dengan gejala awal ↓ kesadaran, bradikardi, TIK ↑, tekanan
darah sistemik ↑, papil edema
- Aphasia
- Vasospasme
- Epilepsi
- Hidrosefalus
b. Komplikasi berdasarkan non neurologi
- Hipertensi
- Kelainan jantung (aritmia dan infark miokard)
- Hiperglikemi reaktive
31
- Alibat imobilisasi : pneumonia, emboli paru, penyakit jantung, ISK,
ankilosis sendi-sendi, kontraktur, atrofi otot yang tidak terpakai
- SIADH (Sindroma Inaproprite Anti Diuretik Hormone)
- Trombosis vena dalam
- Perdarahan salurn cerna
2.10 Penatalaksanaan
2.10.1 Terapi Non Farmakologi
Terapi pemeliharaan stroke
Terapi non farmakologi juga perlu dilakukan pada pasien stroke,
pendekatan interdisipliner untuk penanganan stroke yang mencakup
rehabilitasi awal sangat efektif dalam pengurangan kejadian stroke
berulang pada pasien tertentu. Modifikasi gaya hidup sehat dan faktor
resiko juga penting untuk menghindari adanya kekambuhan stroke.
Modifikasi gaya hidup dapat diawali dengan :
Diet
Penyebab utama terjadinya penyumbatan pembuluh darah yang
menuju ke otak pada penderita stroke adalah aterosklerosis atau
penumpukan kolesterol, terutama bagi penderita obesitas. Dengan
menjalani program diet sehat maka kolesterol yang menyumbat aliran
darah tersebut secara bertahapakan larut bersama dengan darah,
sehingga aliran darah ke otak menjadi lancer dan sel sel mati di otak
dapat beregenerasi dengan baik
Olah raga
Hindari Makanan Berlemak
Makanan berlemak akan sangat berpotensi membuat
penyumbatan arteri pada penderita stroke menjadi semakin parah.
Karena lemak sebenarnya merupakan minyak jahat yang tidak bisa
dicerna oleh tubuh. Sehinggalemak tersebut akan tertimbun didalam
tubuh terutama dibagian pembuluh darah, dengan mengurangi
32
makanan berlemak maka proses penumpukan lemak dipembuluh
darah bisa berkurang dan aliran darah pada arteri bisa lebih baik.
Jangan Merokok
Pasien yang merokok harus dihentikan, karena rokok dapat
menyebabkan terjadinya kekambuhan / menyebabkan stroke yang
berulang. Kandungan nikotin yang terdapat pada rokok dapat
menyebabkan penyempitan pembuluh darah atau arteri.
33
b. Blood
Tekanan darah pada tahap awal tidak boleh segera
diturunkan, karena dapat memperburuk keadaan, kecuali
pada tekanan darah sistolik > 220 mmHg dan atau
diastolik > 120 mmHg (stroke iskemik), sistolik > 180
mmHg dan atau diastolik > 100 mmHg (stroke
hemoragik). Penurunan tekanan darah maksimal 20 %.
Obat-obat yang dapat dipergunakan Nicardipin (0,5 – 6
mcg/kg/menit infus kontinyu), Diltiazem (5 – 40
g/Kg/menit drip), nitroprusid (0,25 – 10 g/Kg/menit infus
kontinyu), nitrogliserin (5 – 10 g/menit infus kontinyu),
labetolol 20 –80 mg IV bolus tiap 10 menit, kaptopril 6,25
– 25 mg oral / sub lingual. Keseimbangan cairan dan
elektrolit perlu diawasi Kadar gula darah (GD) yang
terlalu tinggi terbukti memperburuk outcome pasien
stroke, pemberian insulin reguler dengan skala luncur
dengan dosis GD > 150 – 200 mg/dL 2 unit, tiap kenaikan
50 mg/dL dinaikkan dosis 2 unit insulin sampai dengan
kadar GD > 400 mg/dL dosis insulin 12 unit.
c. Brain
Bila didapatkan kenaikan tekanan intra kranial
dengan tanda nyeri kepala, muntah proyektil dan
bradikardi relatif harus di berantas, obat yang biasa
dipakai adalah manitol 20% 1 - 1,5 gr/kgBB dilanjutkan
dengan 6 x 100 cc (0,5 gr/Kg BB), dalam 15 – 20 menit
dengan pemantauan osmolalitas antara 300 – 320 mOsm,
keuntungan lain penggunaan manitol penghancur radikal
bebas. Peningkatan suhu tubuh harus dihindari karena
memperbanyak pelepasan neurotransmiter eksitatorik,
radikal bebas, kerusakan BBB dan merusak pemulihan
metabolisme enersi serta memperbesar inhibisi terhadap
34
protein kinase.Hipotermia ringan 30C atau 33C
mempunyai efek neuroprotektif. Bila terjadi kejang beri
antikonvulsan diazepam IV karena akan memperburuk
perfusi darah kejaringan otak
d. Bladder
Hindari infeksi saluran kemih bila terjadi retensio
urine sebaiknya dipasang kateter intermitten. Bila terjadi
inkontinensia urine, pada laki laki pasang kondom kateter,
pada wanita pasang kateter.
e. Bowel
Kebutuhan cairan dan kalori perlu diperhatikan,
hindari obstipasi, Jaga supaya defekasi teratur, pasang
NGT bila didapatkan kesulitan menelan makanan.
Kekurangan albumin perlu diperhatikan karena dapat
memperberat edema otak.
2. Pengelolaan berdasarkan penyebabnya
1. Stroke iskemik
Memperbaiki aliran darah ke otak (reperfusi)
Prevensi terjadinya trombosis (antikoagualsi)
Proteksi neuronal/sitoproteksi
2. Stroke Hemoragik
Pengelolaan konservatif
Perdarahan intra serebral
Perdarahan Sub Arachnoid
Pengelolaan operatif
2.11 Prognosis
- Dubia ad sanam/bonam (tidak tentu/ragu-ragu, cenderung
sembuh/membaik)
- Dubia ad malam (tidak tentu/ragu-ragu, cenderung buruk/jelek)
35
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
36
DAFTAR PUSTAKA
1. WHO. Global Burden of Stroke. world health organization; 2007. Available from:
URL:http://www.who.int/cardiovascular_disease/en/cvd_atlas_15_burden_stroke.
pdf
2. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Riset Kesehatan Dasar
(RISKESDAS) 2007. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia; 2007
3. Ahmad, A. Manajemen Nutrisi dan Cairan Elektrolit Penderita Stroke dalam
Manajemen Komprehensif Stroke. Yogyakarta: Pustaka Cendikia Press ; 2007
4. Caplan LR. Classification of stroke. UpToDate 2009. Available from : http://
www.uptodate.com
5. Misbach, Y. Prevensi Stroke dalam Aspek Diagnostik. Patofisiologi dan
Manajemen Stroke. Jakarta: FKUI ; 2011
6. Hinkle JL, Guanci M. Acute Ischemic Stroke Review. J Neuroscience Nurs. 2007.
Furie KL, Kasner SE, Adams RJ et al. Guidelines for the Prevention os Stroke in
Patients With Stroke or Transient Ischemic Attack : A Guideline
7. Lionel G. Lecture Notes Neurologi. Edisi ke 8. 2010
8. Meyer DM, Albright KC, Allison TA. LOAD : A Pilot Study of the Safety of
Loading of Aspirin and Clopidogrel in Acute Ischemic Stroke and Transient
Ischemic Attack. Journal of Stroke and Cerebrovascular Diseases. 2008.
37