I. IDENTITAS PASIEN
Nama lengkap : Tn. I Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : 65 Tahun Suku bangsa : Indonesia
Status perkawinan : Menikah Agama : Islam
Pekerjaan : - Pendidikan :-
Alamat : Majene
Tanggal masuk RS :13 Maret 2018
Keluhan utama :
Badan sebelah kanan tidak bisa digerakkan.
Riwayat pengobatan :
Tidak ada obat yang dikonsumsi secara rutin oleh pasien.
Riwayat Alergi :
Riwayat alergi terhadap debu, cuaca, obat-obatan atau makanan disangkal.
Kepala
Ekspresi wajah : tampak simetris
Rambut : botak
Bentuk : normocephali
Mata
Konjungtiva : pucat (-/-)
Sklera : ikterik (-/-)
Kedudukan bola mata: ortoforia/ortoforia
Pupil : bulat isokor diameter 3mm/3mm. Refleks cahaya
langsung (normal/normal), refleks cahaya tidak
langsung (menurun/menurun).
Palpebra :dalam batas normal.
Telinga
Selaput pendengaran : sulit dinilai Lubang : lapang
Penyumbatan : -/- Serumen : +/+
Perdarahan : -/- Cairan : -/-
Mulut
Bibir : darah (-), swelling (-), stomatitis (-).
Leher
Trakhea terletak ditengah
Tidak teraba benjolan/KGB yang membesar
Kelenjar Tiroid: tidak teraba membesar
Kelenjar Limfe: tidak teraba membesar
Thoraks
Bentuk : simetris
Pembuluh darah : tidak tampak pelebaran pembuluh darah
Paru – Paru
Pemeriksaan Depan Belakang
Inspeksi Kiri Simetris saat statis dan Simetris saat statis dan
dinamis dinamis
Kanan Simetris saat statis dan Simetris saat statis dan
dinamis dinamis
Palpasi Kiri - Tidak ada benjolan - Tidak ada benjolan
- Vocal fremitus simetris - Vocal fremitus simetris
Kanan - Tidak ada benjolan - Tidak ada benjolan
- Vocal fremitus simetris - Vocal fremitus simetris
Perkusi Kiri Sonor di seluruh lapang paru Sonor di seluruh lapang paru
Kanan Sonor di seluruh lapang paru Sonor di seluruh lapang paru
Auskultasi Kiri - Suara vesikuler - Suara vesikuler
- Wheezing (-), Ronki (-) - Wheezing (-), Ronki (-)
Kanan - Suara vesikuler - Suara vesikuler
- Wheezing (-), Ronki (-) - Wheezing (-), Ronki (-)
Jantung
Inspeksi : Tidak tampak pulsasi iktus cordis
Palpasi : Teraba ictus cordissela igaV, 1cm sebelah lateral
linea midklavikularis kiri.
Perkusi :
Batas kanan : Sela iga III-V linea sternalis kanan.
Batas kiri : Sela igaV, 1cm sebelah lateral linea midklavikularis
kiri.
Batas atas : Sela iga III linea parasternal kiri.
Auskultasi :Bunyi jantung I-II murni reguler, Gallop (-), Murmur
(-).
Abdomen
Inspeksi :tidak ada lesi, tidak ada bekas operasi, datar, simetris,
smiling umbilicus (-),dilatasi vena (-)
Palpasi :
Dinding perut : supel, tidak teraba adanya massa / benjolan, defense
muscular (-), tidak terdapat nyeri tekan pada epigastrium,
tidak terdapat nyeri lepas.
Hati :tidak teraba
Limpa : tidak teraba
Ginjal : ballotement -/-
Perkusi :timpani di keempat kuadran abdomen
Auskultasi : bising usus (+) normal
Ekstremitas
Akral teraba hangat pada keempat ekstremitas. edema (-).
STATUS NEUROLOGIS
A. GCS : E3M4V2
B. Gerakan Abnormal : -
C. Leher : sikap baik, gerakterbatas
D. Tanda Rangsang Meningeal : tidak dilakukan
E. Nervus Kranialis
N.I ( Olfaktorius )
Subjektif Tidak Dilakukan
N. II ( Optikus )
Tajam penglihatan Tidak Dilakukan Tidak Dilakukan
(visus bedside)
Lapang penglihatan Tidak Dilakukan Tidak Dilakukan
Melihat warna Tidak Dilakukan Tidak Dilakukan
Ukuran Isokor, D 3mm Isokor, D 3mm
Fundus Okuli Tidak dilakukan
N.V (Trigeminus)
Membuka mulut + +
Menggerakan Rahang + +
Oftalmikus + +
Maxillaris + +
Mandibularis + +
N. VII ( Fasialis )
Perasaan lidah ( 2/3 anterior ) Tidak Dilakukan
Motorik Oksipitofrontalis Baik Baik
Motorik orbikularis okuli Baik Baik
Motorik orbikularis oris Baik Baik
N.VIII ( Vestibulokoklearis )
Tes pendengaran Tidak dilakukan
Tes keseimbangan Tidak dilakukan
N. IX,X ( Vagus )
Perasaan Lidah ( 1/3 belakang ) Tidak dilakukan
Refleks Menelan Baik
Refleks Muntah Tidak dilakukan
N.XI (Assesorius)
Mengangkat bahu Tidak dilakukan
Menoleh Tidak dilakukan
N.XII ( Hipoglosus )
Pergerakan Lidah Sulit
Disatria Ya
Kanan Kiri
Ekstremitas Bawah
Postur Tubuh Baik Baik
Atrofi Otot (+) (-)
Tonus Otot Menurun Normal
Gerak involunter (-) (-)
Kekuatan Otot 1111 4444
G. Refleks
Pemeriksaan Kanan Kiri
Refleks Fisiologis
Bisep + +
Trisep + +
Patella + +
Achiles + +
H. Gerakan Involunter
Kanan Kiri
Tremor - -
Chorea - -
J. Fungsi Autonom
Miksi : Baik
Defekasi : Baik
Sekresi keringat : Baik
- Tampak lesi isointens batas relatif tegas, tepi irreguler dengan sentral
frontalis kiri ukuran +/- 5,32 cm x 4,72 cm pada T1W1 yang menyengat
normal.
- Cerebellum, pons dalam batas normal.
- Kedua orbita : bentuk, ukuran, intensitas dan posisi dalam batas normal
Kesan :
Mikroskopis :
tersusun membentuk struktur Whorls, tampak pula fokus sel atipik dengan inti
daerah nekrosis.
Kesimpulan :
V. RESUME
Pasien datang ke IGD RS.Pelamonia di rujuk dari RS.Wahidin dengan
keluhan kelemahan pada anggota gerak badan sebelah kanan dan tidak bisa
digerakkan sejak 1 bulan yang lalu disertai tidak bisa bicara. Pasien juga
mengeluh nyeri kepala yang dialami selama 2 tahun ini. Nyeri kepala sudah mulai
dirasakan pasien sejak tahun 2016. Nyeri kepala dirasakan semakin lama semakin
memberat. Nyeri kepala terasa lebih berat saat bangun tidur dan menghilang
VI. Diagnosis
Meningioma (post eksisi tumor).
VII. Penatalaksanaan:
1. Non medikamentosa
o Edukasi kepada pasien dan keluarga tentang penyakit dan pengobatan
yang diberikan.
o Apabila keluarga pasien menemukan pasien mengalami penurunan
kesadaran, diharapkan keluarga pasien segera melapor ke petugas
medis.
2. Medikamentosa
Dari Specialis Bedah Saraf
IVFD Nacl 0,9 % 1000cc/24j
Oksigen sungkup 10 lpm
Inj. Ceftriaxone 1gr/12j/iv
Inj.Ranitidin 1 amp/12j/iv
Inj. Ketorolac 3x1 amp
Phenytoin 1 amp/8j/iv
Mannitol 4x100cc/iv
Dexamethasone 1 amp/8j/iv
Transamine 500gr/8j/iv
Pasang kateter
IX. Prognosis
Ad vitam : Dubia ad bonam
Ad fungsionam : Dubia ad bonam
Ad Sanationam : Dubia ad bonam
adalah hemisfer otak kiri dan kanan, ventrikel lateral dan ventrikel tiga. Salah
kali dipopulerkan oleh Harvey Cushing pada tahun 1922. Meningioma merupakan
tumor jinak ekstra-aksial atau tumor yang terjadi di luar jaringan parenkim otak
yaitu berasal dari meninges otak. Meningioma tumbuh dari sel-sel arachnoid cap
Pada kasus ini pasien mengalami pertumbuhan tumor jinak pada meningen
sekitar 15-30% dari seluruh tumor primer intrakranial pada orang dewasa.
Prevalensi ini diperkirakan lebih rendah dari yang sebenarnya karena tidak semua
Beberapa hal yang memengaruhi insiden adalah usia, jenis kelamin dan
mencapai puncak pada usia di atas 60 tahun. Insiden meningioma pada anak-anak
lebih tinggi dibandingkan dengan ras putih Non-Hispanics dan Hispanics. Jenis
kelamin juga memengaruhi prevalensi dari meningioma, yaitu dua kali lebih
sphenoid wing. Lokasi yang lebih jarang ditemukan adalahpada selabung nervus
intradural dan kauda ekuina. Gejala klinis yangsering dikeluhkan pada pasien
sensasi terutama padameningioma spinalis. Hal ini juga turut dikeluhkan pada
pasien ini.Lokasi dari asal tumor merupakan faktor prediktor penting untuk
gejala dengan mekanisme yang berbeda-beda, baik itu dengan mengiritasi korteks,
kompresi pada otak yang pada akhirnya dapat menyebabkan disfungsi otak.
secara ekstrakranial walaupun sangat jarang, yaitu pada medula spinalis, orbita ,
terdiri dari 3 grading dengan resiko rekuren yang meningkat seiring dengan
c. Meningioma tingkat III adalah yang paling agresif dan ganas. Hanya
Grade I:
a. Meningothelial meningioma
d. Psammomatous meningioma
e. Angiomatous meningioma
f. Mycrocystic meningioma
g. Lymphoplasmacyte-rich meningioma
h. Metaplastic meningioma
i. Secretory meningioma
Grade II:
a. Atypical meningioma
b. Clear cell meningioma
c. Chordoid meningioma
Grade III:
a. Rhabdoid meningioma
b. Papillary meningioma
c. Anaplastic (malignant) meningioma
hidup 5 tahun dan pada lesi malignadilaporkan sebanyak 54.6% dari total
kasus.Temuan pada CT-Scan juga dapat membantumenggambarkan apakah tumor
gejala. Gejala biasanya muncul jika sudah mengkompresi ke dalam jaringan otak.
Sebagian besar meningioma adalah lesi jinak yangberkembang dengan lambat dan
yangbertahap. Sakit kepala dan kejang adalah gejala umumyang terjadi, namun
terdapat pula gejala lain yangtergantung pada ukuran dan lokasi dari tumor. Pada
untuk mengangkat tumor, bagian dari duramater (lapisan terluar dari meninges)
yang terpasang dan tulang setiapyang terlibat. Jumlah reseksi tumor penting untuk
kontrol tumor jangka panjang. Evaluasi pembuluh darah untuk pasokan tumor
dapat dilakukan sebelum operasi dan dalam beberapa kasus terjadi emboli yang
pasien, operasi mungkin tidak dianjurkan bagi mereka yang tidak memiliki
gejala. Insiden grade II bersifat atipikal adalah 5-7% dengan tingkat kekambuhan
40%. Grade ini tidak jelas ganas atau tidak. Kejang, hemiparesis, hilangnya
bidang visual, dan aphasia adalah kebanyakan gejala umum pasien dengan
oleh berkurangnya darah yang hilang secara signifikan saat reseksi. Embolisasi
preoperatif dilakukan pada tumor yang berukuran kurang dari 6 cm dan dengan