Anda di halaman 1dari 26

BAB II

LAPORAN KASUSBEDAH SARAF

I. IDENTITAS PASIEN
Nama lengkap : Tn. I Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : 65 Tahun Suku bangsa : Indonesia
Status perkawinan : Menikah Agama : Islam
Pekerjaan : - Pendidikan :-
Alamat : Majene
Tanggal masuk RS :13 Maret 2018

II. ANAMNESISAutoanamnesis dan Alloanamnesis (Tgl 27Maret 2018)

Keluhan utama :
Badan sebelah kanan tidak bisa digerakkan.

Riwayat Penyakit Sekarang :


Pasien datang ke IGD RS.Pelamonia di rujuk dari RS.Wahidindengan
keluhan kelemahan pada anggota gerak badan sebelah kanan dan tidak bisa
digerakkan sejak 1 bulan yang lalu disertai tidak bisa bicara. Pasien juga
mengeluh nyeri kepala yang dialami selama 2 tahun ini. Nyeri kepala sudah mulai
dirasakan pasien sejak tahun 2016. Nyeri kepala dirasakan semakin lama semakin
memberat. Nyeri kepala terasa lebih berat saat bangun tidur dan menghilang
beberapa saat setelah duduk/berdiri.

Riwayat penyakit dahulu :


Pasien menyangkal adanya riwayat tekanan darah tinggi dan penyakit
kencing manis. Riwayat keluhan yang sama seperti saat ini disangkal.
Riwayat penyakit keluarga :
Pasien tidak mengetahui adanya riwayat tekanan darah tinggi dalam
keluarga. Riwayat penyakit kencing manis dalam keluarga disangkal.

Riwayat pengobatan :
Tidak ada obat yang dikonsumsi secara rutin oleh pasien.

Riwayat Alergi :
Riwayat alergi terhadap debu, cuaca, obat-obatan atau makanan disangkal.

Riwayat sosial dan kebiasaan:


Pasien adalah seorang pensiunan di dinas kesehatan.

III. PEMERIKSAAN FISIK


Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
GCS : E3M4V2
Tekanan Darah : 105/75 mmHg
Nadi : 87x/menit
Suhu : 36,8oC
Pernafasaan : 22x/menit

Kepala
Ekspresi wajah : tampak simetris
Rambut : botak
Bentuk : normocephali
Mata
Konjungtiva : pucat (-/-)
Sklera : ikterik (-/-)
Kedudukan bola mata: ortoforia/ortoforia
Pupil : bulat isokor diameter 3mm/3mm. Refleks cahaya
langsung (normal/normal), refleks cahaya tidak
langsung (menurun/menurun).
Palpebra :dalam batas normal.

Telinga
Selaput pendengaran : sulit dinilai Lubang : lapang
Penyumbatan : -/- Serumen : +/+
Perdarahan : -/- Cairan : -/-

Mulut
Bibir : darah (-), swelling (-), stomatitis (-).

Leher
Trakhea terletak ditengah
Tidak teraba benjolan/KGB yang membesar
Kelenjar Tiroid: tidak teraba membesar
Kelenjar Limfe: tidak teraba membesar

Thoraks
Bentuk : simetris
Pembuluh darah : tidak tampak pelebaran pembuluh darah

Paru – Paru
Pemeriksaan Depan Belakang
Inspeksi Kiri Simetris saat statis dan Simetris saat statis dan
dinamis dinamis
Kanan Simetris saat statis dan Simetris saat statis dan
dinamis dinamis
Palpasi Kiri - Tidak ada benjolan - Tidak ada benjolan
- Vocal fremitus simetris - Vocal fremitus simetris
Kanan - Tidak ada benjolan - Tidak ada benjolan
- Vocal fremitus simetris - Vocal fremitus simetris
Perkusi Kiri Sonor di seluruh lapang paru Sonor di seluruh lapang paru
Kanan Sonor di seluruh lapang paru Sonor di seluruh lapang paru
Auskultasi Kiri - Suara vesikuler - Suara vesikuler
- Wheezing (-), Ronki (-) - Wheezing (-), Ronki (-)
Kanan - Suara vesikuler - Suara vesikuler
- Wheezing (-), Ronki (-) - Wheezing (-), Ronki (-)

Jantung
Inspeksi : Tidak tampak pulsasi iktus cordis
Palpasi : Teraba ictus cordissela igaV, 1cm sebelah lateral
linea midklavikularis kiri.
Perkusi :
Batas kanan : Sela iga III-V linea sternalis kanan.
Batas kiri : Sela igaV, 1cm sebelah lateral linea midklavikularis
kiri.
Batas atas : Sela iga III linea parasternal kiri.
Auskultasi :Bunyi jantung I-II murni reguler, Gallop (-), Murmur
(-).

Abdomen
Inspeksi :tidak ada lesi, tidak ada bekas operasi, datar, simetris,
smiling umbilicus (-),dilatasi vena (-)

Palpasi :
Dinding perut : supel, tidak teraba adanya massa / benjolan, defense
muscular (-), tidak terdapat nyeri tekan pada epigastrium,
tidak terdapat nyeri lepas.
Hati :tidak teraba
Limpa : tidak teraba
Ginjal : ballotement -/-
Perkusi :timpani di keempat kuadran abdomen
Auskultasi : bising usus (+) normal

Ekstremitas
Akral teraba hangat pada keempat ekstremitas. edema (-).

Kelenjar Getah Bening


Preaurikuler : tidak teraba membesar
Postaurikuler : tidak teraba membesar
Submandibula : tidak teraba membesar
Supraclavicula : tidak teraba membesar
Axilla : tidak teraba membesar
Inguinal : tidak teraba membesar

STATUS NEUROLOGIS
A. GCS : E3M4V2
B. Gerakan Abnormal : -
C. Leher : sikap baik, gerakterbatas
D. Tanda Rangsang Meningeal : tidak dilakukan
E. Nervus Kranialis
N.I ( Olfaktorius )
Subjektif Tidak Dilakukan

N. II ( Optikus )
Tajam penglihatan Tidak Dilakukan Tidak Dilakukan
(visus bedside)
Lapang penglihatan Tidak Dilakukan Tidak Dilakukan
Melihat warna Tidak Dilakukan Tidak Dilakukan
Ukuran Isokor, D 3mm Isokor, D 3mm
Fundus Okuli Tidak dilakukan

N.III, IV, VI ( Okulomotorik, Trochlearis, Abduscen )


Nistagmus - -
Pergerakan bola mata Baik ke 6 Baik ke 6 arah
arah
Kedudukan bola mata Ortoforia Ortoforia
Reflek Cahaya Langsung & Tidak + +
Langsung
Diplopia - -

N.V (Trigeminus)
Membuka mulut + +
Menggerakan Rahang + +
Oftalmikus + +
Maxillaris + +
Mandibularis + +

N. VII ( Fasialis )
Perasaan lidah ( 2/3 anterior ) Tidak Dilakukan
Motorik Oksipitofrontalis Baik Baik
Motorik orbikularis okuli Baik Baik
Motorik orbikularis oris Baik Baik

N.VIII ( Vestibulokoklearis )
Tes pendengaran Tidak dilakukan
Tes keseimbangan Tidak dilakukan

N. IX,X ( Vagus )
Perasaan Lidah ( 1/3 belakang ) Tidak dilakukan
Refleks Menelan Baik
Refleks Muntah Tidak dilakukan

N.XI (Assesorius)
Mengangkat bahu Tidak dilakukan
Menoleh Tidak dilakukan

N.XII ( Hipoglosus )
Pergerakan Lidah Sulit
Disatria Ya

F. Sistem Motorik Tubuh


Kanan Kiri
Ekstremitas Atas
Postur Tubuh Baik Baik
Atrofi Otot (+) (-)
Tonus Otot Menurun Normal
Gerak involunter (-) (-)
Kekuatan Otot 1111 4444

Kanan Kiri
Ekstremitas Bawah
Postur Tubuh Baik Baik
Atrofi Otot (+) (-)
Tonus Otot Menurun Normal
Gerak involunter (-) (-)
Kekuatan Otot 1111 4444

G. Refleks
Pemeriksaan Kanan Kiri
Refleks Fisiologis
Bisep + +
Trisep + +
Patella + +
Achiles + +

Pemeriksaan Kanan Kiri


Refleks Patologis
Babinski - -
Chaddok - -
Oppenheim - -
Gordon - -
Klonus - -
Hoffman Tromer - -

H. Gerakan Involunter
Kanan Kiri
Tremor - -
Chorea - -

I. Tes Sensorik (sentuhan) Sulit dinilai

J. Fungsi Autonom
Miksi : Baik
Defekasi : Baik
Sekresi keringat : Baik

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG


Pemeriksaan Laboratorium
26 Maret 2018
Jenis Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal
Leukosit 14,09 ribu/μL 3,8-10,6
Eritrosit 2,92 juta/μL 4,4-5,9
Hemoglobin 8,4 gr/dL 13,2-17,3
Hematokrit 24,4 % 40-52
Trombosit 116 ribu/μL 150-440
MCV 83,6 fL 80-100
MCH 28,8 pg 26-34
MCHC 34,4 gr/dL 32-36
RDW 16,4 % <14

GDS 91 mg/dL <110


SGOT 24,0 U/L <37
SGPT 25,0 U/L <42
Ureum 45,0 mg/dL 10-50
Kreatinin 0,6 mg/dL <1,2
Natrium 137,4 mmol/L 136-145
Kalium 3,34 mmol/L 3,5-5,1
Clorida 104,0 mmol/L 98-106

PT 17,6 detik 10,4-14,4


APTT 35,2 detik 26,4-37,6

Anti – HIV (Rapid) Non reaktif - Non reaktif


Pemeriksaan Laboratorium
2 April 2018
Jenis Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal
Leukosit 10,94 ribu/μL 3,8-10,6
Eritrosit 4,12 juta/μL 4,4-5,9
Hemoglobin 11,6 gr/dL 13,2-17,3
Hematokrit 34,1 % 40-52
Trombosit 150 ribu/μL 150-440
MCV 82,8 fL 80-100
MCH 28,2 pg 26-34
MCHC 34,4 gr/dL 32-36
RDW 16,1 % <14

Ureum 21,0 mg/dL 10-50


Kreatinin 0,4 mg/dL <1,2
Albumin 2,5 gr/dl 3,5-5,0

Natrium 130,0 mmol/L 136-145


Kalium 3,10 mmol/L 3,5-5,1
Clorida 98,0 mmol/L 98-106

MRI Kepala (dengan kontraks) Tgl 8 Maret 2018


Hasil pemeriksaan MRI Kepala

- Tampak lesi isointens batas relatif tegas, tepi irreguler dengan sentral

necrosis didalamnya yang mendesak ventrikel lateral bilateral terutama

kiri menyebabkan midline shift sejauh 0,9 cm serta mendestruksi os

frontalis kiri ukuran +/- 5,32 cm x 4,72 cm pada T1W1 yang menyengat

heterogen post kontras dan heterointens dominan hiperintens pada T2W1

dan FLAIR pada lobus frontalis kiri.

- Sistem ventrikel lainnya dan ruang subarachnoid lainnya dalam batas

normal.
- Cerebellum, pons dalam batas normal.

- Kedua orbita : bentuk, ukuran, intensitas dan posisi dalam batas normal

baik bulbus oculi, nervus, muscular dan jaringan retrobulber lainnya.

- Sinus paranasalis dalam batas normal.

- Tulang-tulang lainnya yang terscan intak.

Kesan :

Gambaran glioblastoma frontalis sinistra yang menyebabkan herniasi subfalcine

serta mendestruksi os frontalis sinistra.

Pemeriksaan Patologi Anatomi Tgl 2 April 2018

Mikroskopis :

Potongan jaringan menunjukkan sel-sel dengan inti bulat-oval dominan monoton

ukuran kecil, disertai pseudointranuclear inclusion tampak diantaranya sel-sel

tersusun membentuk struktur Whorls, tampak pula fokus sel atipik dengan inti

bulat pleomorfik ringan hiperkromatik, stroma sembab hiperemis disertai sedikit

daerah nekrosis.

Kesimpulan :

Meningiothelial meningioma disertai fokus-fokus atypical meningioma.

V. RESUME
Pasien datang ke IGD RS.Pelamonia di rujuk dari RS.Wahidin dengan

keluhan kelemahan pada anggota gerak badan sebelah kanan dan tidak bisa

digerakkan sejak 1 bulan yang lalu disertai tidak bisa bicara. Pasien juga

mengeluh nyeri kepala yang dialami selama 2 tahun ini. Nyeri kepala sudah mulai

dirasakan pasien sejak tahun 2016. Nyeri kepala dirasakan semakin lama semakin

memberat. Nyeri kepala terasa lebih berat saat bangun tidur dan menghilang

beberapa saat setelah duduk/berdiri. Riwayat DM (-) HT (-).

Pada pemeriksaan fisik ditemukan kesadaran somnolen (GCS E3M4V2),

TD 105/75 mmHg, nadi87x/menit, pernapasan 22x/menit, dan suhu36,8oC. Pada

pemeriksaan neurologis ditemukan defisit.

Pada pemeriksaan darah ditemukan leukositosis,anemia dan

hipoalbuminemia. Pada pemeriksaan MRI kepala ditemukan adanyaglioblastoma

frontalis sinistra yang menyebabkan herniasi subfalcine serta mendestruksi os

frontalis sinistra.Pada pemeriksaan Patologi Anatomi ditemukan meningiothelial

meningioma disertai fokus-fokus atypical meningioma.

VI. Diagnosis
Meningioma (post eksisi tumor).

VII. Penatalaksanaan:
1. Non medikamentosa
o Edukasi kepada pasien dan keluarga tentang penyakit dan pengobatan
yang diberikan.
o Apabila keluarga pasien menemukan pasien mengalami penurunan
kesadaran, diharapkan keluarga pasien segera melapor ke petugas
medis.
2. Medikamentosa
 Dari Specialis Bedah Saraf
 IVFD Nacl 0,9 % 1000cc/24j
 Oksigen sungkup 10 lpm
 Inj. Ceftriaxone 1gr/12j/iv
 Inj.Ranitidin 1 amp/12j/iv
 Inj. Ketorolac 3x1 amp
 Phenytoin 1 amp/8j/iv
 Mannitol 4x100cc/iv
 Dexamethasone 1 amp/8j/iv
 Transamine 500gr/8j/iv
 Pasang kateter

Rencana operasi Craniotomi eksisi tumor.

IX. Prognosis
Ad vitam : Dubia ad bonam
Ad fungsionam : Dubia ad bonam
Ad Sanationam : Dubia ad bonam

Follow up 27Maret 2018 ( POD 1 )


S O A P
 Nyeri post KU : Tampak sakit POD 1 Eksisi IVFD Nacl 0,9 % 1000cc/24j
op (+) sedang tumor Inj. Ceftriaxone1gr/12j/iv
TD 135/76, Nadi Inj.Ranitidin 1amp/12j/iv
86x/menit, RR Inj. Ketorolac 3x1 amp
24x/menit, S 36,8°C Phenytoin 1 amp/8j/iv
Status Neurologis Mannitol 4x100cc/iv
E3M4V2 Dexamethasone 1amp/8j/iv
Pupil bulat isokor, RCL Transamine 500gr/8j/iv
+/+, RCTL +/+ Konsul fisioterapi
N. Kranialis
III, IV, VI baik
VII baik
XII baik
Motorik kanan lemah
&kiri baik
RF +/+
RP -/-
Pergerakan dan
kekuatan kanan sulit
digerakkan & kiri baik

Follow up 28 Maret 2018 ( POD 2 )


S O A P
 Nyeri post KU : Tampak sakit POD 2 eksisi IVFD Nacl 0,9 % 1000cc/24j

op (+) sedang tumor Mannitol 4x100cc/iv


TD 150/85, Nadi Inj. Ceftriaxone1gr/12j/iv
93x/menit, RR Inj.Ranitidin 1amp/12j/iv
21x/menit, S 36,8°C Inj. Ketorolac 3x1 amp
Status Neurologis Phenytoin 1 amp/8j/iv
E4M5V4 Dexamethasone 1amp/8j/iv
Pupil bulat isokor, RCL Transamine 500gr/8j/iv
+/+, RCTL +/+ Pindah ruangan HCU
N. Kranialis
III, IV, VI baik
VII baik
XII baik
Motorik kanan lemah
&kiri baik
RF +/+
RP -/-
Pergerakan dan
kekuatan kanan sulit
digerakkan & kiri baik

Follow up 29 Maret 2018 ( POD 3 )


S O A P
 Nyeri post KU : Tampak sakit POD 3 eksisi IVFD Nacl 0,9 % 20 tpm

op (+) sedang tumor Mannitol 3x100cc/iv


TD 150/85, Nadi Inj. Cefotaxime1gr/12j/iv
93x/menit, RR Inj.Ranitidin 1amp/12j/iv
21x/menit, S 36,8°C Dexamethasone 1amp/8j/iv
Status Neurologis Transamine 1amp/8j/iv
E4M5V4 PCT flc/6j
Pupil bulat isokor, RCL Phenitoin caps 3x1
+/+, RCTL +/+ CPZ 0-0-1/2 tab
N. Kranialis
III, IV, VI baik
VII baik
XII baik
Motorik kanan lemah
&kiri baik
RF +/+
RP -/-
Pergerakan dan
kekuatan kanan sulit
digerakkan & kiri baik

Follow up 30 Maret 2018 ( POD 4 )


S O A P
 Nyeri post KU : Tampak sakit POD 4 eksisi IVFD Nacl 0,9 % 20 tpm

op (+) sedang tumor Mannitol 2x100cc/iv


TD 135/80, Nadi (besok tappering off)
90x/menit, RR Inj. Cefotaxime 1gr/12j/iv
24x/menit, S 36,8°C Inj.Ranitidin 1amp/12j/iv
Status Neurologis Dexamethasone 1amp/8j/iv
E4M5V4 Transamine 1amp/8j/iv
Pupil bulat isokor, RCL PCT flc/6j
+/+, RCTL +/+ Phenitoin caps 3x1
N. Kranialis CPZ 0-0-1/2 tab
III, IV, VI baik
VII baik
XII baik
Motorik kanan lemah
&kiri baik
RF +/+
RP -/-
Pergerakan dan
kekuatan kanan sulit
digerakkan & kiri baik

Follow up 02 April 2018 ( POD 7 )


S O A P
 Nyeri post KU : Tampak sakit POD 7 eksisi IVFD Nacl 0,9 % 20 tpm

op (+) sedang tumor Inj. Cefotaxime 1gr/12j/iv


TD 125/70, Nadi Inj.Ranitidin 1amp/12j/iv
84x/menit, RR Dexamethasone 1amp/8j/iv
20x/menit, S 36,6°C Phenitoin caps 3x1
Status Neurologis CPZ 0-0-1/2 tab
E4M5V4 Mobilisasi
Pupil bulat isokor, RCL
+/+, RCTL +/+
N. Kranialis
III, IV, VI baik
VII baik
XII baik
Motorik kanan lemah
&kiri baik
RF +/+
RP -/-
Pergerakan dan
kekuatan kanan sulit
digerakkan & kiri baik

Followup 03April 2018 ( POD 8 )


S O A P
 Nyeri post KU : Tampak sakit POD 8 eksisi IVFD Nacl 0,9 % 20 tpm

op (+) sedang tumor Inj. Cefotaxime 1gr/12j/iv


TD 130/80, Nadi Neurobion 1amp/hr
82x/menit, RR Vastigo 2x1
22x/menit, S 36,6°C Pindah ruangan biasa
Status Neurologis Aff CVC
E4M5V4 Boleh duduk
Pupil bulat isokor, RCL
+/+, RCTL +/+
N. Kranialis
III, IV, VI baik
VII baik
XII baik
Motorik kanan lemah
&kiri baik
RF +/+
RP -/-
Pergerakan dan
kekuatan kanan sulit
digerakkan & kiri baik

Follow up 07 April 2018( POD 12 )


S O A P
 Nyeri post KU : Tampak sakit POD 12 eksisi IVFD Nacl 0,9 % 20 tpm

op (+) sedang tumor Inj. Cefotaxime 1gr/12j/iv


TD 120/70, Nadi Neurobion 1amp/hr
84x/menit, RR Vastigo 2x1
20x/menit, S 36,6°C Aff hecting
Status Neurologis Boleh duduk
E4M5V4
Pupil bulat isokor, RCL
+/+, RCTL +/+
N. Kranialis
III, IV, VI baik
VII baik
XII baik
Motorik kanan lemah
&kiri baik
RF +/+
RP -/-
Pergerakan dan
kekuatan kanan sulit
digerakkan & kiri baik

Follow up 10 April 2018( POD 15 )


S O A P
 Nyeri post KU : Tampak sakit POD 15 Cefixim 2x1

op (+) sedang eksisi tumor Vastigo 2x1


TD 120/80, Nadi Neuralgad 3x1
84x/menit, RR CPZ 2x1
20x/menit, S 36,7°C KRS
Status Neurologis
E4M6V4
Pupil bulat isokor, RCL
+/+, RCTL +/+
N. Kranialis
III, IV, VI baik
VII baik
XII baik
Motorik baik
RF +/+
RP -/-
Pergerakan dan kekuatan
kanan sulit digerakkan &
kiri baik
BAB III
ANALISIS KASUS

Tumor intrakranial terdiri dari tumor supratentorial dan infratentorial

dimana pembatasnya adalah tentorium. Yang termasuk ke dalam supratentorial

adalah hemisfer otak kiri dan kanan, ventrikel lateral dan ventrikel tiga. Salah

satu jenis tumor supratentorial adalah meningioma.1Istilah meningioma pertama

kali dipopulerkan oleh Harvey Cushing pada tahun 1922. Meningioma merupakan

tumor jinak ekstra-aksial atau tumor yang terjadi di luar jaringan parenkim otak

yaitu berasal dari meninges otak. Meningioma tumbuh dari sel-sel arachnoid cap

dengan pertumbuhan yang lambat.2

Pada kasus ini pasien mengalami pertumbuhan tumor jinak pada meningen

otak dan telah dilakukan Craniotomi removal tumor. Meningioma merupakan

tumor jinak intrakranial yang paling sering dijumpai. Meningioma diperkirakan

sekitar 15-30% dari seluruh tumor primer intrakranial pada orang dewasa.

Prevalensi meningioma berdasarkan konfirmasi pemeriksaan histopatologi

diperkirakan sekitar 97,5 penderita per 100.000 jiwa di Amerika Serikat.

Prevalensi ini diperkirakan lebih rendah dari yang sebenarnya karena tidak semua

meningioma ditangani secara pembedahan.2,3,4

Di Indonesia sendiri, khususnya di RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta, terdapat

14 kasus yang dilaporkanpada tahun 2001-2005. Angka ini meningkat menjadi

36kasus pada tahun 2006-2008. Sebagian besar kasusmeningioma di instalasi

Patologi Anatomi RSUP Dr.Sardjito tahun 2001-2008 adalah meningioma


benigna(WHO derajat I), yang berarti data ini sesuai dengandata yang

menunjukkan bahwa meningioma benigna (WHOderajat I) merupakan jenis yang

terbanyak yaitu lebih dari 90%. Walaupun sebagian besarjinak, meningioma

secara mengejutkan memiliki spectrum karakteristik klinik yang luas. Pada

beberapa kelompokkasus yang dibedakan secara histologis, 10-15% kasusyang

ditemukan dihubungkan dengan risiko kekambuhantinggi, bahkan setelah

dilakukan reseksi komplit.5

Beberapa hal yang memengaruhi insiden adalah usia, jenis kelamin dan

ras. Insiden terjadinya meningioma meningkat dengan pertambahan usia dan

mencapai puncak pada usia di atas 60 tahun. Insiden meningioma pada anak-anak

sekitar 4% dari seluruh kejadian tumor intrakranial. Beberapa penelitian

melaporkan bahwa insiden meningioma pada ras hitam Non-hispanics sedikit

lebih tinggi dibandingkan dengan ras putih Non-Hispanics dan Hispanics. Jenis

kelamin juga memengaruhi prevalensi dari meningioma, yaitu dua kali lebih

tinggi pada wanita dibandingkan dengan pria. 1

Diagnosis meningioma dilakukan dengan anamnesisriwayat penyakit,

pemeriksaan fisik, pemeriksaanpenunjang dengan MRI dan CT Scan serta

diagnosis berdasarkan hasil pemeriksaanhistopatologis. Manifestasiklinis yang

ditimbulkan meningioma sangat bergantungdengan besar dan lokasi tumor.

Mayoritas meningiomaditemukan di kompartemen supratentorial, yang terseringdi

sepanjang sinus venosus di dural konveks serebri,daerah parasagital, dan area

sphenoid wing. Lokasi yang lebih jarang ditemukan adalahpada selabung nervus

optikus, angulus cerebellopontine, dan plexus choroideus. Daerah spina adalah


lokasi utamapada 12% pasien dan merupakan tumor tersering padakorda spinalis

intradural dan kauda ekuina. Gejala klinis yangsering dikeluhkan pada pasien

meningioma antara lainsakit kepala yang secara bertahap meningkat,

kejang,gangguan penglihatan, sindrom lobus frontalis, gangguankepribadian,

hemiparesis kontralateral, kelemahan padalengan dan kaki, serta kehilangan

sensasi terutama padameningioma spinalis. Hal ini juga turut dikeluhkan pada

pasien ini.Lokasi dari asal tumor merupakan faktor prediktor penting untuk

menentukan prognosis dan resektabilitas.6Meningioma menimbulkan berbagai

gejala dengan mekanisme yang berbeda-beda, baik itu dengan mengiritasi korteks,

menekan saraf cranial, menyebabkan hyperostosis maupun dengan menginduksi

kerusakan vascular di otak : 8

 Iritasi : Dengan mengiritasi korteks yang berada dibawahnya, meningioma

dapat menyebabkan kejang.

 Kompresi : Nyeri kepala terlokalisir ataupun tidak spesifik diakibatkan oleh

kompresi pada otak yang pada akhirnya dapat menyebabkan disfungsi otak.

Meningioma dapat diklasifikasikan berdasarkan lokasi tumor, pola

pertumbuhan dan histopatologi. Berdasarkan lokasi tumor dan urutan paling

sering adalah konveksitas, parasagital, tuberkulum sella, falks, sphenoid rigde,

cerebellopontine angle, frontal base, petroclival, fosa posterior, tentorium, middle

fossa, intraventricular dan foramen magnum. Meningioma juga dapat timbul

secara ekstrakranial walaupun sangat jarang, yaitu pada medula spinalis, orbita ,

cavum nasi, glandula parotis, mediastinum dan paru-paru. 7


Pembagian meningioma secara histopatologi berdasarkan WHO 2007

terdiri dari 3 grading dengan resiko rekuren yang meningkat seiring dengan

pertambahan grading. Grading juga berfungsi membantu untuk menentukan

penatalaksanaan yang akan diberikan. Berikut merupakan grading WHO

berdasarkan lokasi dan tipe meningioma: 7

a. Tingkat I merupakan yang paling sering dan jinak. Sekitar 90%

meningioma dan sering tidak menimbulkan gejala.

b. Meningioma tingkat II atau sering disebut meningioma atipikal, biasanya

tumbuh lebih cepat dibandingkan meningioma jinak.

c. Meningioma tingkat III adalah yang paling agresif dan ganas. Hanya

sebanyak 2 % angka kejadian meningioma ini.


Beberapa subtipe meningioma antara lain: 5

Grade I:

a. Meningothelial meningioma

b. Fibrous (fibroblastic) meningioma

c. Transitional (mixed) meningioma

d. Psammomatous meningioma

e. Angiomatous meningioma

f. Mycrocystic meningioma
g. Lymphoplasmacyte-rich meningioma
h. Metaplastic meningioma
i. Secretory meningioma

Grade II:

a. Atypical meningioma
b. Clear cell meningioma
c. Chordoid meningioma

Grade III:

a. Rhabdoid meningioma
b. Papillary meningioma
c. Anaplastic (malignant) meningioma

Pemeriksaan histologis dapat memprediksimortalitas dan rekurensi.

Meningioma atipikal danmaligna memiliki tingkat rekurensi yang lebih tinggidan

waktu kelangsungan hidup yang lebih singkatdibandingkan dengan meningioma

benigna. Tingkatkekambuhan dalam 5 tahun dilaporkan sebanyak 38% padakasus

meningioma atipikal dan 78% pada meningiomamaligna. Sementara pada

meningioma benigna, 70.1% dari total kasus menunjukkan tingkatkelangsungan

hidup 5 tahun dan pada lesi malignadilaporkan sebanyak 54.6% dari total
kasus.Temuan pada CT-Scan juga dapat membantumenggambarkan apakah tumor

tersebut memilikikarakteristik benigna atau maligna. Peningkatanhomogenitas

dan kalsifikasi lebih sering dijumpai padatumor benigna, dimana peningkatan

non-homogenitas dan“mushrooming” lebih sering dijumpai pada tumor maligna.


9,10

Tumor ini tumbuh lambat dengan batas-batas yang berbeda. Karena

pertumbuhannya lambat maka dapat menjadi cukup besar sebelum menimbulkan

gejala. Gejala biasanya muncul jika sudah mengkompresi ke dalam jaringan otak.

Sebagian besar meningioma adalah lesi jinak yangberkembang dengan lambat dan

secara khas dihubungkandengan gejala peningkatan tekanan intrakranial

yangbertahap. Sakit kepala dan kejang adalah gejala umumyang terjadi, namun

terdapat pula gejala lain yangtergantung pada ukuran dan lokasi dari tumor. Pada

MRI,meningioma biasanya tampak isointense terhadap korteks serebri dan

peningkatan kontras. 9,11

Jika tumor dapat diakses, pengobatan dilakukan dengan pembedahan

untuk mengangkat tumor, bagian dari duramater (lapisan terluar dari meninges)

yang terpasang dan tulang setiapyang terlibat. Jumlah reseksi tumor penting untuk

kontrol tumor jangka panjang. Evaluasi pembuluh darah untuk pasokan tumor

dapat dilakukan sebelum operasi dan dalam beberapa kasus terjadi emboli yang

sengaja dibloking untuk memfasilitasi removal tumor. Terapi radiasi atau

radiosurgery bisa dilakukan jika operasi tidak memungkinkan. Untuk beberapa

pasien, operasi mungkin tidak dianjurkan bagi mereka yang tidak memiliki

gejala. Insiden grade II bersifat atipikal adalah 5-7% dengan tingkat kekambuhan
40%. Grade ini tidak jelas ganas atau tidak. Kejang, hemiparesis, hilangnya

bidang visual, dan aphasia adalah kebanyakan gejala umum pasien dengan

meningioma. Tetapi mereka menyerang otak, memiliki kecenderungan untuk

kambuh dan tumbuh lebih cepat.1,6,7

Angiografi preoperatif dapat menggambarkan suplai pembuluh darah

terhadap tumor dan memperlihatkan pembungkusan pembuluh darah. Selain itu,

angiografi dapat memfasilitasi embolisasi preoperatif. Beberapa jenis meningioma

terutama malignan umumnya memiliki vaskularisasi yang tinggi, sehingga

embolisasi preoperatif mempermudah tindakan reseksi tumor. Hal ini disebabkan

oleh berkurangnya darah yang hilang secara signifikan saat reseksi. Embolisasi

preoperatif dilakukan pada tumor yang berukuran kurang dari 6 cm dan dengan

pertimbangan keuntungan dibandingkan dengan resiko dari embolisasi. 3

Anda mungkin juga menyukai