Anda di halaman 1dari 38

Laporan Kasus

Stroke Infark

Disusun oleh :
Michael Leaniel - 112022101
Pembimbing :
dr. Laura Panca Susila Tambunan, M. Kes, M. Ked (Neu), Sp. N
Identitas Pasien
• Nama : Tn. WA
• Jenis Kelamin : Laki – laki
• Umur : 59 tahun
• Agama : Islam
• Pendidikan : SLTA
• Status Perkawinan : Menikah
• Alamat: Jl. Nakula No. 28 Bekasi Utara
• No. Rekam Medik : 229259
• Tanggal Masuk RS : 8 Mei 2023
Riwayat Perjalanan Penyakit
• Keluhan utama : Pasien lemas sejak 7 hari SMRS
• RPS :
Pasien datang ke IGD RSAU Esnawan Antariksa dengan keluhan lemas sejak
7 hari SMRS. Keluhan lemas dirasa sejak 7 hari disertai dengan kesulitan
bergerak pada tangan kiri, mengalami kelemahan pada kaki kiri, dan adanya
rasa baal pada wajah sebelah kiri. Keluhan penyerta tersebut semakin
terasa bila istirahat dan bila anggota gerak atas kiri digerakan maka keluhan
berkurang. Sedangkan pasien mengalami kesulitan berjalan karena adanya
kelemahan pada kaki kiri. Riwayat jatuh atau trauma disangkal. Keluhan lain
seperti batuk, pilek, demam maupun mual dan muntah tidak ada. Pasien
mengeluh bahwa jumlah urine saat buang air kecil berkurang.
• RPD
• DM sejak 10 tahun, Hipertensi sejak 1 tahun, dan asam urat
• RPO
• Insulin 2x24iu , amlodipine 10mg, allupurinol
• RPK
• Tidak ada yang dikeluhkan atau disampaikan oleh pasien
Pemeriksaan Fisik
• Status generalis
• Keadaan umum : tampak sakit sedang
• Kesadaran : Compos mentis, E4M6V5
• Tanda vital
• Tekanan darah : 169/99mmHg
• Nadi : 96x/menit
• Laju nafas : 20x/menit
• Suhu : 36.5℃
• SpO2 : 97%
• Pupil : 3mm/3mm
• Refleks cahaya : +/+
• Tinggi badan : 160cm
• Berat badan : 68kg
• Status internus
• Kepala/leher
• Normochepal, lesi (-), massa (-), benjolan (-), KGB(-)
• Mata
• Conjungtiva anemis (-/-), Sklera Ikterik(-/-)
• Telinga/hidung
• Normotia, septum deviasi (-), sekret (-), lesi (-), nyeri (-)
• Mulut/faring
• Mukosa basah, hiperemis (-), tonsil tidak membesar, uvula ditengah
• Thorax
• Simetris, sela iga tidak ada yang mencembung/retraksi, lesi (-), massa
(-), nyeri tekan (-)
• Jantung
Inspeksi : Tidak tampak ictus cordis
Palpasi : Nyeri tekan (-)

Perkusi : Tidak terdapat perbesaran batas jantung

Auskultasi : BJ I-II murni regular, murmur (-), gallop (-)


• Paru • Abdomen
Inspeksi : Simetris kanan dan kiri Inspeksi : Tampak cembung, lesi (-)

Auskultasi : Bising usus (+)


Palpasi : Tidak ada pergerakan dada yang
tertinggal Palpasi : Massa (-), nyeri tekan (-)
Perkusi : Tidak ada kelainan
Auskultasi : Vesikuler (+/+), wheezing (-/-), Perkusi : Timpani seluruh lapang
ronkhi (-/-) abdomen

• Ekstremitas
• Akral hangat, lesi (-), edema (-), CRT < 2 detik
Status Neurologis
• Kesadaran: E4, M6, V5
• Sikap tubuh : Perlu bantuan untuk duduk dari posisi berbaring
• Cara berjalan : Perlu bantuan unutk berjalan
• Tanda rangsang meningeal
• Kaku kuduk : negatif
• Laseque : negatif
• Kernig : negatif
• Brudizinski 1 : negatif
• Brudzinski 2 : negatif
Pemeriksaan Nervus Cranialis

Nervus Kranialis Kanan Kiri


N. I Normal Normal
N. II
Visus + 2.00 + 2.00
Lapang Pandang
Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Warna Normal Normal


Funduskopi Tidak dilakukan Tidak dilakukan
N. III, N. IV, N. VI
Pergerakan Bola Mata Normal Normal

Strabismus (-) (-)


Nistagmus (-) (-)
Pupil, Bentuk Pupil Pupil isokor, bentuk bulat, diameter 3mm
Refleks Cahaya Langsung (+), tidak Langsung (+), tidak
langsung (+) langsung (+)
Diplopia (-) (-)
N. V
Membuka Mulut Normal
Mengunyah Normal Normal
Mengigit Normal Normal
N. VII
Sensorik ( Pengecapan
Normal
2/3 anterior lidah)

Motorik Mengerutkan dahi : Simetris


Menutup mata : Simetris
Mengangkat alis : Simetris
Meringis/senyum : Simetris
Menggembungkan pipi : Simetris
N. VIII
Suara Berbisik Terdengar Terdengar
Detik arloji Terdengar Terdengar
Weber, Rine, Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Swabach

N. IX, N. X
Sensorik (Pengecapan lidah Normal Normal
posterior)
Refleks Muntah Normal Normal
Uvula Di tengah
Menelan Normal
N. XI

Mengangkat Bahu Normal Normal

Memalingkan Kepala Normal Normal

N. XII

Lidah Normal

Tremor/fasikulasi Tidak ada

Atrofi Tidak ada

Artikulasi Tidak jelas, sedikit pelo


Sistem Motorik

Anggota Gerak Anggota Gerak Bawah

Atas
KANAN KIRI KANAN KIRI

Kekuatan Otot 5/5/5/5 4/4/4/4 Kekuatan Otot 5/5/5/5 4/4/4/4


Tonus Otot normotonus normotonus
Tonus Otot normotonus normotonus

Trofi normotrofi normotrofi Trofi normotrofi normotrofi


Gerakan negatif negatif
Gerakan Involunter negatif negatif
Involunter
Sistem Sensorik

SENSIBILITAS TANGAN KAKI


Kanan Kiri Kanan Kiri
Taktil Baik Melemah Baik Melemah

Nyeri Baik Melemah Baik Melemah


Suhu Tidak dilakukan Tidak dilakukan Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Vibrasi Tidak dilakukan Tidak dilakukan Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Lokasi Baik Melemah Baik Melemah


Refleks Fisiologis

REFLEKS KANAN KIRI

Refleks Biceps ++ +

Refleks Triceps ++ +

Refleks Knee patella ++ ++

Refleks Archilles ++ ++

Refleks kulit perut Tidak dilakukan


Refleks Patologis

REFLEKS KANAN KIRI

Refleks Hoffman - +

Refleks Tromner - +

Refleks Babinsky - +

Refleks Chaddock - +

Refleks Openheim - +
• Fungsi otonom
• Keringat: (+)
• Miksi : (+)
• Defekasi : (+)
• Fungsi Luhur
• Orientasi : Baik
• Tempat : Baik
• Waktu : Baik
• Orang : Baik
• Afasia : (-)
Pemeriksaan Penunjang
• HEMATOLOGI • KIMIA KLINIK
• Darah Lengkap
• Hemoglobin : 12.6 gr/dl • Ureum : 95 mg/dl
• Leukosit : 10.000 mm3 • Creatinin : 3.6 mg/dl
• Hematokrit : 38 %
• Trombosit : 231.000 m • Glukosa sewaktu : 180 mg/dl
• Hitung jenis • Elektrolit
• Basofil : 0 %
• Eosinofil : 1 % • Na: 137 mmEq/L
• Neutrofil batang : 0 %
• Neutrofil segmen : 59 %
• K : 5.0 mmEq/L
• Limfosit : 32 % • Cl: 101 mmEq/L
• Monosit : 8 %
• EKG • MRI
• Hasil : • Hasil :
• Terdapat depresi segmen ST moderat
• Terdapat Thromboembolic Cerebral
• Terdapat abnormal pada gelombang
T (kemungkinan Iskemia lateral) Infraction Kronis di regio temproro-
• Terdapat kemungkinan pembesaran occipitalis dekstra
atrial kiri • Sulci dalam
• Rongent Thorax PA/AP • Tidak tampak midline shift
• Kesan
• sistem ventrikel dan sisterna baik
• Cor sulit dievaluasi
• Pulmo kesan normal • Os cranium intak
• Tampak scoliosis vertebrae • Suspek sinusitis maksilaris dekstra.
Resume
• Pasien datang ke IGD RSAU Esnawan Antariksa dengan keluhan lemas sejak 7 hari SMRS.
Keluhan lemas dirasa sejak 7 hari disertai dengan kesulitan bergerak pada tangan kiri,
mengalami kelemahan pada kaki kiri, dan adanya rasa baal pada wajah sebelah kiri. Keluhan
penyerta tersebut semakin terasa bila istirahat dan bila anggota gerak atas kiri digerakan maka
keluhan berkurang. Sedangkan pasien mengalami kesulitan berjalan karena adanya kelemahan
pada kaki kiri. Riwayat jatuh atau trauma disangkal. Keluhan lain seperti batuk, pilek, demam
maupun mual dan muntah tidak ada. Pasien mengeluh bahwa jumlah urine saat buang air kecil
berkurang. Pada pemeriksaan fisik ditemukan adanya kelemahan pada sistem motorik dan
sensorik bagian kiri. Adanya hasil positif pada pemeriksaan refleks fisiologis dan patologis pada
bagian tubuh sebelah kiri. Pada pemeriksaan penunjang ditemukan adanya penurunan
hemoglobin (12.6) dan penurunan hematokrit (38), eosinophil yang kurang dari normal (1),
neutrophil batang yang kurang dari nilai normal (0), kenaikan fungsi ginjal (ureum 95, creatinin
3.6). Pada EKG ditemukan adanya terdapat depresi segmen ST moderat, terdapat abnormal
pada gelombang T (kemungkinan Iskemia lateral), terdapat kemungkinan pembesaran atrial
kiri. Pada MRI ditemukan adanya infark pada serebral kanan.
Diagnosis
• Diagnosis Klinis: Hemiparesis sinistra
• Diagnosis Topis : Infark thromboembolic serebral
• Diagnosis Etiologi: Stroke Infark
Tatalaksana
• Farmakologi :
• IV Asering 500ml/12jam
• Inj Citicolin 500mg/12jam
• Inj. Mecobalamin 100mg/8jam
• Betahistin 12mg/8jam
• Inj. Ranitidin 1 amp (50mg)/8jam
• Aspilet 80mg/24jam
• Non Farmakologi :
• Mobilisasi secara bertahap
Prognosis
• Ad vitam : bonam
• Ad sanationam : dubia ad bonam
• Ad fungtionam : dubia ad bonam
Tinjauan Pustaka
• Definisi
• Stroke merupakan kondisi dimana otak kekurangan oksigen.
• Kondisi kekurangan oksigen pada sebagian atau seluruh area di otak dapat menyebabkan berkurang atau hilangnya
fungsi neurologi pada otak
• Stroke juga dapat diartikan gangguan fungsional otak yang terjadi secara mendadak dengan tanda klinis atau global
• Etiologi
• Stroke infark disebabkan oleh insufiensi aliran darah di otak.
• Penyebab insufiensi aliran darah yang paling sering terjadi adalah penyumbatan. Penyumbatan
pembuluh di otak dapat disebabkan oleh trombus atau emboli.
• Proses pembentukan trombus diawali kerusakan sel endotel pembuluh darah di otak yang terjadi secara
perlahan.
• Konsumsi alkohol, merokok, dan lainnya dapat memicu terjadinya kerusakan endotel. Emboli terjadi
akibat trombus yang berasal dari berbagai organ di tubuh.
• Emboli dapat menyumbat pembuluh darah di otak.
• Epidemiologi
• Stroke meyebabkan 10% kematian di seluruh dunia
• Data World Health Organization (WHO) menunjukkan bahwa
kematian di Indonesia oleh stroke adalah 7,9%
• Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesda) menunjukkan bila faktor
risiko stroke di Indonesia yaitu usia di atas 75 tahun dan jenis
kelamin laki-laki
• Stroke infark lebih banyak ditemukan dibanding stroke hemoragik
• Patofisiologi
• Patofisiologi yang mendasari stroke infark adalah kekurangan oksigen.
• Kadar oksigen berkurang karena suplai oksigen yang rendah (iskemia).
• Faktor yang dapat menyebabkan terjadinya iskemia adalah kerusakan sel endotel dan emboli.
• Kerusakan endotel dapat disebabkan berbagai hal, contohnya adalah efek rokok.
• Kerusakan endotel menyebabkan tunika intima menjadi mudah mengalami penumpukan
platelet.
• Penumpukan platelet memicu trombus. Trombus menghambat aliran darah pada pembuluh
darah di otak.
• Emboli merupakan trombus yang berasal dari berbagai tempat selain di otak.
• Emboli yang terbawa ke otak dapat menyumbat pembuluh darah yang kecil.
• Penyumbatan pembuluh darah dapat menyebabkan penurunan kadar oksigen dan nutrisi
pada jaringan sekitar lokasi penyumbatan
• Setelah terjadi penyumbatan, terjadi metabolisme anaerob.
• Metabolisme anaerob meningkatkan kadar laktat dan hidrogen, serta penurunan
kadar pH intrasel.
• Keadaan-keadaan tersebut menyebabkan penurunan ATP intrasel dan memicu
kerusakan mitokondria.
• Setelah itu, dapat terjadi penurunan potensial sinaps oleh neuron korteks serebri.
• Penurunan fungsi sinaps menimbulkan defisit neurologi.
• Iskemia dalam 6 jam dapat menimbulkan kerusakan permanen pada daerah yang
mengalami penyumbatan
• Manifestasi Klinis
• Tanda gejala stroke infark dapat disingkat FAST, yaitu Face, Arm, Speech, dan Time
• Face dapat diartikan asimetris wajah akibat kelumpuhan nervus VII
• Arm dapat diartikan kelumpuhan lengan yang dapat disertai kelumpuhan kaki
• Hal tersebut bersifat sebelah, yaitu ekstremitas kiri atau kanan.
• Kelumpuhan ekstremitas kiri berarti terjadi hemiparesis kanan.
• Speech dapat diartikan gangguan bicara.
• Pasien stroke dapat mengalami kelaian bicara seperti pelo, cadel, ataupun gangguan
memahami Bahasa.
• Time yang dimaksud adalah segera menghubungi fasilitas kesehatan agar segera
dilakukan terapi dini.
• Kerusakan-kerusakan di atas sangat bergantung pada lokasi lesi di otak
• Diagnosis
• Anamnesis didapati adanya riwayat kelemahan pada tungkai ataupun
kelemahan otot-otot bicara
• Pemeriksaan fisik dapat meliputi kelemahan ekstremitas pada sebelah sisi
tubuh, bicara pelo atau cadel, dan mungkin defisit neurologi lainnya
• Cara membedakan jenis stroke adalah dengan pencitraan neurologi
Pencitraan neurologi dapat digunakan CT scan dan MRI. CT scan dapat
dilakukan pada 24 jam pertama. CT scan dapat melihat lesi luas pada daerah
kortikal atau ganglia basalis.
• Pencitraan neurologi yang dapat dilakukan lebih cepat dan akurat adalah MRI.
Pencitraan neurologi untuk stroke infark menunjukkan hasil hipodensitas,
sedangkan pada stroke hemoragik menunjukkan hasil hiperdensitas
• Siriraj score juga sangat bermanfaat dalam mendiagnosis stroke infark.
• Siriraj score merupakan penilaian kuesioner yang dilakukan dokter
berdasarkan pemeriksaan pada pasien.
• Nilai pada Siriraj score dapat membedakan apakah pasien stroke infark atau
stroke hemoragik
• Pemeriksaan Penunjang
• Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada pasien stroke infark
adalah pemeriksaan lab darah, pemeriksaan elektrokardiogram, dan
pemeriksaan pencitraan neurologi (neuroimaging)
• Pemeriksaan darah dilakukan untuk menentukan apakah pasien terdapat
infeksi atau etiologi penyakit.
• Pemeriksaan elektrokardiogram digunakan untuk melihat kerusakan
kelistrikan jantung (etiologi)
• Pemeriksaan pencitraan neurologi menjadi pemeriksaan yang bermakna
• Pemeriksaan pencitraan neurologi berguna untuk menentukan lokasi lesi dan
seberapa luas lesi
• Tatalaksana
• Tujuan terapi stroke infark adalah memulihkan perfusi ke jaringan otak yang mengalami
iskemia atau infark.
• Tujuan terapi iskemik juga mencegah serangan stroke berulang.
• Terapi yang dapat digunakan adalah intravenous recombinant tissue plasminogen
activator (rtPA).
• Pemberian rt-PA intravena adalah 3-4,5 jam setelah onset serangan stroke.
• Pemberian rt-PA adapat mengurangi komplikasi hingga 11,7%.
• Terapi yang dapat diberikan pada pasien stroke juga antiplatelet.
• Pemberian antiplatelet 48 jam sejak onset dapat menurunkan risiko kematian.
• Antiplatelet yang dapat digunakan adalah clopidogrel dan aspirin.
• Dosis aspirin yang dapat diberikan adalah 80-325mg. Dosis clopidogrel yang dianjurkan
75mg perhari
Pembahasan
Berdasarkan data-data yang didapatkan dari anamnesis, pemeriksaan
fisik, dan pemeriksaan penunjang dapat disimpulkan pasien menderita
stroke infark.
Anamnesis
Dari anamnesis data yang menunjang adalah defisit neurologis berupa
hemiparese sinistra dan penurunan kesadaran
Dari anamnesis juga ditemukan faktor resiko yaitu hipertensi, diabetes melitus
dan asam urat.
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik yang menunjang ke arah diagnosis kerja adalah bukti
kelemahan motorik sebelah kiri yang tidak terjadi secara tiba tiba.
Pemeriksaan rangsang meningeal dan kaku kuduk yang negatif dapat
membantu menyingkirkan kemungkinan ICH terutama bila ICH sampai mengisi
ventrikel.
Hal ini membantu memperkirakan letak lesi iskemik.
Dari pemeriksaan motorik didapatkan kekuatan otot lemah pada ekstremitas
atas dan bawah bagian kiri.
Hal ini menunjukkan kecurigaan adanya gangguan fungsi motorik akibat denyut
jantung yang tidak beraturan.
Pemeriksaan penunjang
Dari pemeriksaan lab darah lengkap yang mendukung diagnosis ke arah stroke infark
tidak banyak, diantaranya adalah penurunan hematokrit.
Penurunan hematokrit menandakan kondisi viskositas darah, dimana viskositas darah
mempengaruhi aliran darah ke otak.
Aliran darah ke otak yang tidak lancar menyebabkan hipoksia otak yang dapat berakhir
terjadinya iskemik.
Pemeriksaan laboratorium darah lainnya seperti anemia, kesan renal insufisiensi, dan
hipoproteinemia tidak mendukung ke arah stroke infark
Pemeriksaan CT-scan menjadikan diagnosa stroke infark menjadi lebih tegak dengan
ditemukannya lesi hipodens pada hemisfer cerebri sinistra. Hal ini cocok dengan klinis
yang ditemukan dari anamnesis dan pemeriksaan fisik.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai