Penulis :
Pembimbing :
dr. Rini Ismirijanti, Sp.S
1
STATUS ILMU PENYAKIT SARAF
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
RUMAH SAKIT ANGKATAN UDARA dr. ESNAWAN ANTARIKSA
Nama Mahasiswa : Theodora Abdiel Purwa Dolorosa
Tanda Tangan :
NIM :11.2015.219
STATUS PASIEN
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. WH
Umur : 60 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Status perkawinan : Menikah
Pekerjaan : Pensiunan
Alamat : Mess Angkasa Jl. Setia Budi 99
No RM : 154015
II. SUBJEKTIF
Anamnesis
Anamnesis di lakukan secara autoanamnesis, pada tanggal 14 September 2017 jam
20.00 WIB di IGD RSAU Esnawan Antariksa.
Keluhan utama
Sakit kepala sejak 1 hari SMRS.
2
Pasien tidak mengalami demam, mual dan muntah tidak ada, pandangan kabur tidak ada,
pandangan gelap tidak ada, pandangan ganda tidak ada, telinga berdengung tidak ada, Pasien
juga menyangkal pernah mengalami kejang, mulut mengot tidak ada, bicara pelo tidak ada.
Buang air kecil dan buang air besar tidak ada masalah, masih dalam batas normal.
III.PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos Mentis
GCS : E4M5V6=15
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 60 x / menit
Suhu : 36.2 oC
Respirasi : 20 x/menit
Gizi : Baik
Warna Kulit : Sawo matang
Kuku : Sianosis (-)
Turgor : Baik
Telinga : Normotia, simetris
3
Leher : Kelenjar getah bening tidak teraba membesar
Toraks : Pergerakan simetris, kanan dan kiri
Jantung : Bunyi I dan II reguler, murmur (-), Gallop (-)
Paru-paru : SN vesikuler, ronki -/-, Wheezing -/-
Abdomen : tidak teraba massa, nyeri tekan -, bising usus +
Hepar : Tidak teraba membesar
Lien : Tidak teraba membesar
Ekstremitas : Akral hangat, Edema (-/-, -/-)
1. Status Psikikus
a. Cara berpikir : tidak dinilai
b. Perasaan hati : tidak dinilai
c. Tingkah laku : tidak dinilai
d. Ingatan : tidak dinilai
e. Kecerdasan : tidak dinilai
Tanda-tanda perangsangan meningen
Kaku kuduk : (-)
Kernig : (-)
Brudzinski I : (-)
N. I (olfaktorius)
Kanan Kiri
Subjektif tidak dilakukan tidak dilakukan
Dengan bahan tidak dilakukan tidak dilakukan
N. II (optikus)
Kanan Kiri
Tajam penglihatan Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Lapangan penglihatan Normal Normal
Melihat warna Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Fundus okuli Tidak dilakukan Tidak dilakukan
N. III (okulomotorius)
4
Kanan Kiri
Pergerakan bulbus Baik Baik
Strabismus (-) (-)
Nystagmus (-) (-)
Exophtalmus (-) (-)
Pupil Besar 3 mm 3 mm
Bentuk Bulat, isokor Bulat, isokor
Refleks terhadap sinar (+) (+)
Refleks konversi (+) (+)
Melihat ganda (-) (-)
N. IV (trokhlearis)
Kanan Kiri
Pergerakan mata Normal Normal
(kebawah keluar)
Melihat kembar (-) (-)
N. V (trigeminus)
Kanan Kiri
Membuka mulut Normal Normal
Mengunyah Normal Normal
Menggigit Normal Normal
Refleks kornea Normal Normal
Sensibilitas Normal Normal
N. VI (abdusen)
Kanan Kiri
Pergerakan mata Normal Normal
(ke lateral)
Sikap bulbus Normal Normal
Melihat kembar (-) (-)
N. VII (fasialis)
Kanan Kiri
Mengerutkan dahi Tampak kerutan dahi Tampak kerutan dahi
Menutup mata Menutup sempurna Menutup sempurna
5
Memperlihatkan gigi (+) (+)
Bersiul Tidak dilakukan
Menggembungkan pipi (+) (+)
N. VIII (vestibule-kokhlearis)
Kanan Kiri
Detik arloji Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Suara berisik Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Weber Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Rinne Tidak dilakukan Tidak dilakukan
N. IX (glosofaringeus)
Kanan Kiri
Perasaan bagian lidah Tidak dinilai Tidak dinilai
belakang
Sensibilitas Tidak dinilai Tidak dinilai
Faring Tidak dinilai Tidak dinilai
N. X (vagus)
Kanan Kiri
Arcus faring Tidak dilakukan
Bicara Normal
Menelan Normal
N.XI (aksesorius)
Kanan Kiri
Mengangkat bahu Normal Normal
Memalingkan muka Normal Normal
N. XII (hipoglosus)
Kanan Kiri
Pergerakan lidah Normal Normal
Julur lidah Normal
Tremor lidah (-) (-)
Artikulasi Tidak dapat dinilai
Respirasi Simetris
6
Duduk Normal
Bentuk columna vetebralis Normal
Pergerakan columna vetebralis Tidak dapat dinilai
Sensibilitas
Refleks
Kanan Kiri
Pergerakan Normal Normal
Kekuatan Normal Normal
Tonus Normotonus Normotonus
Atrofi - -
Sensibilitas
Kanan Kiri
Taktil Normal Normal
Nyeri Normal Normal
Termi Normal Normal
Diskriminasi Normal Normal
Lokalisasi Normal Normal
Refleks
Kanan Kiri
Biceps + +
7
Triceps + +
Radius Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Ulna Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Trimmer- Hoffman - -
Sensibilitas
Kanan Kiri
Taktil Normal Normal
Nyeri Normal Normal
Termi Normal Normal
Diskriminasi Normal Normal
Lokalisasi Normal Normal
Refleks
Kanan Kiri
Patella + +
Achilles + +
Babinski - -
Chaddock - -
Schaffer - -
Oppenheim - -
Klonus kaki - -
Tes lasegue - -
Kernig - -
8
Nystagmus test : tidak dilakukan
Disdiadokokinesia : tidak dilakukan
C. Gerakan-gerakan abnormal
Tremor : (-)
Miokloni : (-)
Khorea : (-)
D. Alat vegetatif
Miksi : normal
Defekasi : normal
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan darah rutin tanggal 14/11/17:
Hb : 15.0 g/dL (12-14 g/dL)
Ht :43% (37-42%)
Leukosit : 8200/uL (3.800-10.600/uL)
Trombosit : 160 ribu/uL (150.000-450.000/uL)
Pemeriksaan elektrolit
Natrium : 143 mmEq/L (137-147 mmEq/L)
Kalium : 3.4 mmEq/L (3.5-5.0 mmEq/L)
Clorida : 109 mmEq/L (95-105 mmEq/L)
DIAGNOSIS
Klinis : Cephalgia kronik
Tropis : Supratentorium
Etiologi : Migrain
9
Terapi medikamentosa
- Ketorolac injeksi 3x1
- Paracetamol tablet 3x1
- Diazepam 2mg
- Amitriptilin 10mg
Prognosis
Ad vitam :dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam
Ad fungsionam : dubia ad bonam
10
11
TINJAUAN PUSTAKA
Pendahuluan
Cephalgia atau nyeri kepala adalah perasaan sakit atau nyeri, termasuk rasa tidak
nyaman yang menyerang daerah tengkorak (kepala) mulai dari kening kearah atas dan
belakang kepala dan daerah wajah.1 Cephalgia adalah salah satu keluhan fisik paling utama
yang paling sering dikeluhkan pasien kepada dokter. Pada kenyataannya sakit kepala adalah
gejala bukan penyakit dan dapat menunjukkan penyakit organik (neurologi atau penyakit
lain), respon stress, vasodilatasi (migren), tegangan otot rangka (sakit kepala tipe tegang) atau
kombinasi respon tersebut.2
Sering kali pasien datang ke dokter mengeluh kepalanya pusing, tetapi yang
dimaksudkannya adalah nyeri kepala. Sehingga perlu sekali kita mengerti maksud keluhan
pasien secara tepat. Ada beberapa terminologi yang harus dibedakan seperti: pusing = vertigo,
kepala ringan = light headedness, pening = dizziness, rasa ingin pingsan = faintness, kepala
berdenyut tujuh keliling dan sebagainya.3
Sakit kepala dapat diklasifikasikan kepada yang primer dan sekunder, neuralgia
cranial, nyeri fasial dan lain-lain. Sakit kepala primer dibagi menjadi tension type headache
(TTH), cluster headache (CH), migraine dan sakit kepala primer lainnya. Manakala sakit
kepala sekunder dibagi menjadi sakit kepala yang disebabkan oleh kelainan vaskular cranial,
trauma, obat atau narkoba, infeksi, psikogenik, gangguan homeostasis dan akibat kelainan
cranium, leher, mulut, gigi, hidung dan struktur lain di wajah.
Prevalensi sakit kepala di Amerika Serikat menunjukkan 1 dari 6 orang (16,54%) atau 45
juta orang menderita sakit kepala kronik dan mayoritas merupakan wanita. 75 % dari jumlah
di atas adalah tipe tension headache yang berdampak pada menurunnya konsentrasi belajar
dan bekerja sebanyak 62,7 %.
Cephalgia
Cephalgia merupakan nyeri dikepala. Cepha berarti kepala dan ischialgia artinya
nyeri. Cephalgia atau nyeri kepala termasuk keluhan yang umum dan dapat terjadi akibat
banyak sebab. Sakit kepala adalah rasa sakit atau tidak nyaman antara orbita dengankepala
yang berasal dari struktur sensitif terhadap rasa sakit.1
Faktor risiko
12
Faktor resiko terjadinya nyeri kepala adalah kelelahan berkendara, mengkonsumsi
alkohol berlebihan, trauma kepala, kelainan vascular, saraf atau metabolisme, penyakit
sistemik seperti anemia, hipertensi, hipotensi, postur/posisi tubuh yang salah, gaya hidup,
jenis kelamin, riwayat keluarga dan genetik.3
Etiologi
Penyebab cephalgia atau nyeri kepala dapat disesabkan oleh banyak faktor. Cephalgia
dapat disebabkan adanya kelainan di kepala, jaringan sistem saraf, dan pembuluh darah.
Nyeri kepala yang kronik umumnya disebabkan oleh migrain, ketegangan, kelainan emosi
atau depresi, juga dapat dikarenakan adanya lesi intrakranial, akibat cedera kepala,
spondilosis servikal, penyakit gigi, penyakit mata, gangguan sendi temporomandibular,
penyakit hidung.2
KLASIFIKASI
Menurut Arif Mansjoer (2000) nyeri kepala atau cephalgia dapat primer atau sekunder:
1. Primer berupa migren, nyeri kepala klaster, nyeri kepala tegang otot.
2. Sekunder berupa nyeri kepala pascatrauma, nyeri kepala organik sebagai bagian
penyakit lesi desak ruang (tumor otak, abses, hematoma subdural, dll), perdarahan
subaraknoid, neuralgia trigeminus/pascaherpetik, penyakit sistemik (anemia,
polisitemia, hipertensi atau hipotensi, dll), sesudah pungsi lumbal, infeksi
untrakranial/sistemik, penyakit hidung dan sinus paranasal, akibat bahan toksik dan
penyakit mata.
2. Pembagian klinis nyeri kepala (Anthony, 2001)
3. Sakit kepala akut
Intrakranial
Meningitis / ensefalitis, perdarahan subaraknoid, hematoma subdural, tumor
intrakranial.
Ekstrakranial
Migren, sakit kepala tandan (cluster), sakit kepala post trauma, glaucoma, neuritis
optika, insufisiensi serebro-vaskuler.
13
Nyeri Sifat Lokasi Lama Frekuensi Gejala Ikutan
Kepala Nyeri Nyeri
Migren Berdenyut Unilateral 6-48 jam Sporadik Mual, muntah,
umum atau Beberapa malaise, fotobia
Bilateral kali sebulan
PATOFISIOLOGI
Menurut Arif Mansjoer (2000) pada nyeri kepala atau cephalgia struktur diwajah yang peka
terhadap rasa nyeri adalah kulit, fasia, otot-otot, arteri ekstra serebral dan intra serebral,
meningen, dasar fosa anterior, fosa posterior, tentorium serebri, sinus venosus, nervus V, VII,
14
IX, X, radiks posterior C2, C3, bola mata, rongga hidung, rongga sinus, dentin dan pulpa
gigi. Sedangkan otak tidak sensitif terhadap nyeri.
Pada struktur yang disebutkan sebelumnya terdapat ujung saraf nyeri yang mudah dirangsang
atau etiologinya oleh :
MANIFESTASI KLINIS
Menurut Arif Mansjoer, dkk (2000) manifestasi klinis adanya nyeri kepala atau cephalgia
memerlukan anamnesis khusus yaitu:
15
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan yang disarankan menurut Basuki Pramana (2007) adalah:
Beberapa nyeri kepala menunjukkan tanda bahaya dan memerlukan evaluasi penunjang
adalah:
1. CT-Scan atau resonansi magnetik (MRI) otak hanya dilakukan pada nyeri kepala yang
menunjukkan kemungkinan penyakit intrakranial, seperti tumor, perdarahan
subaraknoid, AVM, dll.
16
2. Elektroensefalogram dilakukan bila ada riwayat kejang, kesadaran menurun, trauma
kepala atau presinkop.
3. Foto sinus paranasal untuk melihat adanya sinusitis dan foto servikal untuk
menetukan adanya spondiloartrosis dan fraktur servikal.
Diagnosa Sementara
Diagnosa klinis : Cephalgia kronik
Diagnose topik : Supratentorium
Diagnose etiologi : Migrain
Tatalaksana
- Ketorolac injeksi 3x1
- Paracetamol tablet 3x1
- Diazepam 2 mg
- Amitriptilin 10 mg
Prognosis
DAFTAR PUSTAKA
17
2. Tammasse J. Stroke dan Pencegahannya. Edisi 1. Identitas. 2013; 1-109
3. Rohkamm, Reinhard. Color Atlas of Neurology. Edisi 2. BAB 3. Neurological
Syndrome. George Thieme Verlag: German, 2003.
4. Tsementzis, Sotirios. A Clinicians Pocket Guide: Differential Diagnosis in Neurology
and Neurosurgery. George Thieme Verlag: New York, 2000.
5. Sjahrir, Hasan. Stroke Iskemik. Yandira Agung: Medan, 2003
6. Ropper AH, Brown RH. Adams and Victors Principles of Neurology. Edisi 8. BAB 4.
Major Categories of Neurological Disease: Cerebrovascular Disease. McGraw Hill:
New York, 2005.
7. Sotirios AT,. Differential Diagnosis in Neurology and Neurosurgery.New York.
Thieme Stuttgart. 2000.
8. Silbernagl, S., Florian Lang. Teks & Atlas Berwarna Patofisiologi. EGC: Jakarta,
2007.
9. Abdi Z, Dhanu R, Handayani S, Gatot D. Perbandingan status koagulasi penderita
stroke iskemik dengan non stroke. Majalah Kedokteran Nusantara. 2012;45(2):96-99
10. PERDOSSI. Acuan Panduan Praktis Klinis Neurologi.Penerbit Kedokteran Indonesia
2016; hal 170-174
11. Gaillard, F. (n.d.). Ischaemic stroke | Radiology Reference Article. Retrieved August
06, 2017, from https://radiopaedia.org/articles/ischaemic-stroke
18